Media Farmasi Indonesia Vol 10 No 2
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MIKROKAPSUL EKSTRAK LIMBAH SERABUT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) DENGAN METODE 1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL (DPPH) ANTIOXIDANT ACTIVITY TEST MICROCAPSULE OF EXTRACT FROM WASTE OIL PALM FIBERS (Elaeis guineensis Jacq) WITH THE 1,1DIPHENYL-2-PICRYLHYDRAZYL (DPPH) METHODS Dian Wahyuningsih, Uning Rininingsih E.M.,Bekti Nugraheni Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “Yayasan Pharmasi” Semarang SARI Limbah serabut kelapa sawit merupakan salah satu limbah yang pemanfaatannya kurang optimal. Choo et al. (1996) dalam Neoh et al. (2011) menyebutkan bahwa limbah serabut kelapa sawit mengandung karotenoid, tokoferol, tokotrienol, dan sterol. Senyawa dalam limbah serabut kelapa sawit memiliki potensi sebagai antioksidan.Namun, senyawa-senyawa tersebut bersifat tidak stabil dan mudah rusak karena pengaruh lingkungan (cahaya, lembab, dan oksigen) sehingga perlu dilakukan inovasi untuk meningkatkan stabilitas dan melindungi senyawa tersebut salah satunya dengan teknik mikroenkapsulasi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan aktivitas antioksidan sediaan mikrokapsul ekstrak limbah serabut kelapa sawit.Ekstrak didapatkan dengan cara maserasi menggunakan pelarut metanol basa dengan perbandingan 1:10.Selanjutnya dilakukan mikroenkapsulasi ekstrak menggunakan metode spray drying. Uji aktivitas antioksidan mikrokapsul dilakukan dengan metode 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH). Penelitian menunjukkan mikrokapsul ekstrak limbah serabut kelapa sawit mampu memberikan aktivitas antioksidan pada konsentrasi 10, 20, 30, 40, dan 50 ppm dengan nilai rata-rata EC50sebesar 125,4341 ppm dan baku Butyl Hydroxy Toluene (BHT) memiliki nilai rata-rata EC50sebesar 4,7650 ppm. Mikrokapsul yang dihasilkan memiliki rendemen mikrokapsul 10,90%, kadar air 5,74%, dan kelarutan 99,02%. Kata kunci : antioksidan, DPPH, limbah serabut kelapa sawit, mikrokapsul ABSTRACT Waste oil palm fibers is the one of waste that it is used less than optimal. Choo et al. (1996) in Neoh et al. (2011) mention that the waste oil palm fibers contains carotenoids, tocopherols, tocotrienol, and sterols. Compounds in waste oil fibers have potential as antioxidant. However, these compounds are not stable and easily damage due to the influence of the environment (light, moist, and oxygen) so that innovation needs to be done to improvestability and protecting the compound microencapsulation technique with one of them. This researchaims to
928
Media Farmasi Indonesia Vol 10 No 2
knowthecharacteristics and activity of antioxidant microcapsule of extract from waste oil palm fibers. Waste oil palm fibers extract were obtainedby macerationtechniqueusingmethanol base by comparison 1:10. Next up, the extract carried out microencapsulation technique with spray drying. Antioxidant activity test of microcapsule is carried out by 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl methods (DPPH). Research showsmicrocapsule of extract from waste oil palm fibers able to provide antioxidant activity atconcentrations of 10, 20, 30, 40, and 50 ppm with average value EC50 of 125,4341 ppm and raw BHT had an average value of EC50 of 4,7650 ppm. The resulting of microcapsule characteristic have yield microcapsule 10,90%, moisture content 5,74%, and solubility 99,02%. Keywords: antioxidant, DPPH, waste oil palm fibers, microcapsule
aktif
PENDAHULUAN Limbah
serabut
sisa
hasil
yang
memiliki
potensi
antioksidan. Antioksidan
pengepresan pemanfaatannya kurang
tidak
rusak
akibat
optimal hingga saat ini.Padahal di
stabil
dalam limbah tersebut terkandung
pengaruh
senyawa aktif yang memiliki potensi
lembab,
untuk dikembangkan.Choo et al.
mencegah
(1996) dalam Neoh et al. (2011)
akibat
menyebutkan bahwa serabut kelapa
meningkatkan stabilitasnya, maka
sawit
diperlukan
memiliki
kandungan
dan
bersifat
mudah
lingkungan(cahaya, dan
oksigen).
terjadinya
pengaruh
Untuk
kerusakan
lingkungandan
suatu
upaya
untuk
karotenoid, vitamin E (tokoferol dan
melindungisenyawa
tokotrienol) serta sterol. Adanya
tersebut diantaranya dengan teknik
kandungan senyawa aktif tersebut
mikroenkapsulasi yaitu penyalutan
diperkuat oleh Utami (2011) yang
suatu bahan atau materi dalam
melakukan isolasi karotenoid (β-
ukuran
karoten) dengan metode saponifikasi
mikroenkapsulasi
dari limbah serabut kelapa sawit.
banyak
Adanya
drying.
penelitian
tersebut
menunjukkan bahwa limbah serabut kelapa sawit mengandung senyawa
antioksidan
mikro.
Tehnik
yang
digunakan
paling
adalah
spray
Metode spray drying dipilih karena
memiliki
kelebihanyaitu
beberapa ketersediaan
929
Media Farmasi Indonesia Vol 10 No 2
peralatan, biaya proses rendah, dan
(SD-BasicLabPlant)
menghasilkan produk akhir dengan
gelas.
dan
alat-alat
stabilitas yang baik. Selain itu, dapat
Bahan yang digunakan adalah
digunakan untuk bahan yang tidak
ekstrak limbah serabut kelapa sawit,
tahan panas (titik lebur rendah)
metanol, gum arab, maltodextrin, dan
karena lapisan film yang terbentuk
aquadest, asam salisilat, H2SO4(p),
akan
KMnO4, asam fosfat, asam oksalat,
mengelilingi
droplet
dan
pemanasan droplet hanya terjadi
pereaksi
dalam beberapa detik saja sehingga
NaOH 5%, HNO3(p),
suhu pemanasan di luar droplet tidak
reagen Carr-Price, HCl(p), HCl 1%,
merusak material inti (Sugindro et
serbuk Mg, larutan gelatin 1%, asam
al., 2008 : 58-59).
asetat anhidrat, kloroform, FeCl3
METODE PENELITIAN
10%,
Obyek yang diteliti adalah aktivitas
antioksidan
Schiff,
pereaksi
Wagner,
NaOH,
larutan H2SO4(p),
Mayer,
n-butanol,
pereaksi
asam
asetat
mikrokapsul
glasial, kloroform, metanol, toluen,
limbah serabut kelapa sawit terhadap
n-heksan dan etil asetat, DPPH, Butyl
DPPH yang dinyatakan sebagai EC50
Hydroxy Toluene (BHT).
secara in vitro dan karakteristik fisik yang
meliputi
mikrokapsul,
kadar
rendemen air,
dan
kelarutan. Alat
Metode
ekstraksi
yang
digunakan yaitu maserasi dengan cara merendam serbuk simplisia limbah serabut kelapa sawit dengan
yang
metanol basa. Pembasaan dilakukan
penelitian
dengan menambahkan NaOH 0,5%.
diantaranya wadah kaca, hot plate
Perbandingan serbuk limbah serabut
stirrer, sentrifuge, cawan porselin,
kelapa sawit dan metanol basa adalah
krus, rotary evaporator (Heidolph),
1 : 10. Maserasi dilakukan selama 5
waterbath, neraca digital (O’Hauss),
hari sambil dilakukan pengadukan.
mikropipet (socorex), blue tip, vortex
Filtrat
(health®), spektrofotometer UV-Vis
selama 1 hari.Filtrat disaponifikasi
mini 1240 (Shimadzu), spray dryer
pada suhu 50oC dengan kecepatan
digunakan
dan
instrumen
dalam
yangdiperoleh
pengadukan
800
diendapkan
rpm,
lalu
930
Media Farmasi Indonesia Vol 10 No 2
disentrifuge selama 10 menit dengan
digunakan
kecepatan 800 rpm. Ekstrak cair
(Maisuthisakul, P., 2011 : 22).
dipekatkan dengan vaccum rotary
Pembuatan mikrokapsul dilakukan
evaporator dan waterbath sampai
dengan menimbang gum arab dan
diperoleh ekstrak kental yang tidak
maltodekstrin, lalu masing-masing
mengandung metanol. Ekstrak kental
bahan
diuji bebas metanol yang dilakukan
Campuran dihomogenkan dengan hot
dengan menambahkan asam salisilat
plate
dan H2SO4(p) ke dalam sejumlah
kemudian didiamkan selama 5 menit.
kecil
Ekstrak limbah serabut kelapa sawit
ekstrak
dipanaskan.
kental,
Jika
kemudian
ekstrak
masih
adalah
20%
ditambahkan
stirer
dicampur
pada
dengan
aquadest. 60oC,
suhu
aquadest,
lalu
mengandung metanol akan tercium
dimasukkan dalam campuran gum
bau khas metil salisilat. Cara lainnya
arab
dengan menambahkan 5 mL larutan
dihomogenkan dengan hot plate
KMnO41% dan 0,5 mL asam fosfat
stirer
ke dalam ekstrak, 15 menit kemudian
membentuk suatu emulsi. Emulsi
ditambahkan 2 ml larutan asam
yang diperoleh di spray drying
oksalat 5% dalam asam sulfat 50%.
dengan suhu inlet 170oC (Modifikasi
Setelah ditambah pereaksi Schiff
Pahlevi
akan terbentuk warna merah jika
Mikrokapsul yang diperoleh diuji
ekstrak masih mengandung metanol
karakteristik
(Auterhoff dan Kovar, 2002 : 14,
antioksidannya.
101).
dan
maltodekstrin
pada
et
suhu
al.,
fisik
30oC
2008
serta
sampai
:
dan
33).
aktivitas
Pengujian karakteristik fisik Formulasi mikrokapsul terdiri
sediaan
mikrokapsulmeliputi
uji
dari ekstrak kental limbah serabut
organoleptis, rendemen mikrokapsul,
kelapa sawit sebagai bahan inti, dan
kadar air, dan kelarutan. Pengujian
sebagai bahan penyalut digunakan
aktivitas
kombinasi gum arab : maltodekstrin
dengan
(50 : 50). Rasio bahan inti dan bahan
digunakan
penyalut adalah 30 : 70, serta
pembanding.
konsentrasi bahan penyalut yang
dilakukan
antioksidan metode
dilakukan
DPPH.
BHT
sebagai
baku
Langkah
pertama
pencarian
panjang
931
Media Farmasi Indonesia Vol 10 No 2
gelombang maksimal dan operating
kandungan senyawa aktif dipertegas
time, serta dibuat deret baku BHT
dengan uji Kromatografi Lapis Tipis
dan mikrokapsul. Adanya penurunan
(KLT). Uji KLT juga dilakukan
absorbansi
dengan
sebagai identifikasi awal aktivitas
bertambahnya konsentrasi BHT dan
antioksidan ekstrak limbah serabut
mikrokapsul
kelapa sawit.
seiring
mengindikasikan
adanya aktivitas antioksidan.
Ekstrak limbah serabut kelapa sawit yang diperoleh, diformulasikan
HASIL
PENELITIAN
DAN
enlapsulat kombinasi gum arab dan
PEMBAHASAN Ekstraksi
sebagai mikrokapsul dengan bahan
serbuk
limbah
maltodekstrin.
Gum
arabbersifat
serabut kelapa sawit menghasilkan
lipofilik,mempunyai viskositas yang
rendemen 70,75% dan ekstrak sudah
sangat tinggi, memiliki kemampuan
bebas
sebagai
emulsifier
terbentuk warna merah maupun bau
sehingga
emulsi
metil salisilat (Auterhoff dan Kovar,
stabil
2002 : 14, 101).Skrining fitokimia
lapisan film. Emulsi yang dimaksud
pada serbuk menunjukkan adanya
mengacu
kandungan
senyawa
berjalan lambat. Berbeda dengan
flavonoid,saponin,
polifenol,
gum arab, maltodekstrin bersifat
glikosida,steroid/
terpenoid,
lipofobik
metanol
tokoferol
dan
dengan
tidak
β-karoten.
skrining ekstrak,menunjukkan kandungan
serta
menyebabkan
ekstrak yang terkapsulasi memiliki
adanya
daya tahan terhadap oksidasi. Selain itu,
adanya
kadar air.
Antara serbuk dan ekstrak memiliki terhadap ini
yang
fitokimia
terpenoid, tokoferol dan β-karoten.
Hal
membentuk
stabilitas emulsi yang rendah, namun
maltodekstrin
polifenol.
terbentuk
pemisahan
sehingga
baik
Pada
senyawa
hasil
yang
mampu
pada
flavonoid,saponin, glikosida,steroid/
perbedaan
yang
uji
dapat
Kombinasi maltodekstrin
penambahan
gum
sebagai
menurunkan
arab
dan
enkapsulat
dikarenakan
diharapkan dapat membentuk emulsi
polifenol ikut tersabunkan. Adanya
yang stabil dengan viskositas yang
932
Media Farmasi Indonesia Vol 10 No 2
tidak terlalu tinggi dan mikrokapsul
semua enkapsulat larut (tidak ada
yang dihasilkan memiliki kadar air
gumpalan-gumpalan
yang rendah. Adanya kemampuan
enkapsulat).Setelah
emulsifier dan membentuk lapisan
didinginkan selama 5 menit dengan
film dari gum arab serta sifat
tujuanmenurunkan
maltodekstrin yang dapat melindungi
homogenasi
mikrokapsul dari oksidasi, maka
meminimalkan terjadinya kerusakan
kondisi
serabut
ekstrak.Tahap kedua dilakukan untuk
kelapa sawit dapat dipertahankan dan
menghomogenkan ekstrak limbah
ekstrak
dari
serabut kelapa sawit dengan larutan
kerusakan. Aquadest dipilih sebagai
enkapsulat.Larutan ekstrak limbah
pelarut karena memiliki sifat yang
serabut kelapa sawit dimasukkan
netral, tidak toksik, serta mampu
sedikit demi sedikit sambil dilakukan
melarutkan bahan penyalut tapi tidak
pengadukan hingga terbentuk emulsi
melarutkan bahan inti.
yang stabil.
ekstrak
dapat
limbah
terlindungi
itu,
larutan
suhu
sehingga
awal dapat
Pada pembuatan mikrokapsul,
Padaspray drying digunakan
langkah pertama adalah menimbang
suhu inlet 170oCkarena pelarut yang
gum arab dan maltodekstrin, lalu
digunakan memiliki titik didih tinggi.
ditambahkan aquadest pada masing-
Pada suhu 170oC diharapan aquadest
masing
menguap
bahan.
Homogenasi
dengan
baik
yang
sehingga
dilakukan dengan pengadukan dan
mikrokapsul
dibagi menjadi 2 tahap, masing-
memiliki
masing tahap dilakukan selama 10
Mikrokapsul
menit dan kecepatan pengadukan
berbentuk halus, serbuk berwarna
800 rpm. Tahap pertama dilakukan
putih kecoklatan, bau khas, dan rasa
untuk menghomogenkan enkapsulat
hambar.
dan pelarut.Campuran dipanaskan
mikrokapsul yang dihasilkan dari
diatas hot plate stirrer pada suhu
proses spray drying:
kadar yang
Berikut
dihasilkan air
rendah. dihasilkan
merupakan
60oC selama 10 menit atau sampai
933
Media Farmasi Indonesia Vol 10 No 2
Gambar 1. Mikrokapsul Ekstrak Limbah Serabut Kelapa Sawit
Rendemen dihitung
dengan
mikrokapsul
dalam mikrokapsul.Kadarair yang
membandingkan
tinggi dapat menyebabkan kerusakan
bobot awal bahan yang digunakan
dan
dalam
mikrokapsul
mikrokapsul selama penyimpanan
dengan bobot mikrokapsul yang
karena air merupakan media yang
diperoleh.
rendemen
baik untuk perkembangbiakan jamur
mikrokapsul yang diperoleh sebesar
dan bakteri. Hasil uji kadar air
10,90%.Rendahnya rendemen yang
mikrokapsul berkisar antara 5,66-
diperoleh kemungkinan disebabkan
5,83% dengan rata-rata 5,74%. Hasil
karena
yang
pembuatan
suhu
Hasil
pengeringan
yang
mempengaruhi
diperoleh,
stabilitasnya
dibandingkan
dipakai tergolong tinggi (170oC)
dengan kadar air pati pragelatinasi
sehingga aquadest dengan mudah
beras ketan yang diperoleh dengan
diuapkan. Selain itu,gum arab dan
proses spray drying yang berkisar
maltodekstrin
higoskopis
antara 7,05-8,34% (Lukman et al.,
sehingga menyebabkan mikrokapsul
2013 : 69). Kadar air mikrokapsul
yang dihasilkan banyak kehilangan
ekstrak limbah serabut kelapa sawit
kadar
yang diperoleh masih berada dalam
air
bersifat
sehingga
rendemen
mikrokapsul yang diperoleh kecil. Pengujian kadar air dilakukan untuk mengetahui kandungan air
kisaran umum kadar air produk kering
yang
dihasilkan
dengan
proses spray drying.
Tabel 1. Hasil Pengujian Kadar Air Mikrokapsul
Replikasi I II III
Kadar Air (%) 5,74 5,66 5,83
Rata rata (%) 5,74
934
Media Farmasi Indonesia Vol 10 No 2
Uji kelarutan dilakukan untuk mengetahui
nilai
kelarutan
akibatnya
bahan
rnenyerap
air.
tidak
Kadar
mampu air
yang
mikrokapsul dalam larutan uji yang
dimiliki mikrokapsul relatif rendah
berhubungan
pelepasan
sehingga kelarutannya tinggi yaitu
bahan aktif. Kelarutan suatu bahan
berkisar antara 98,41-99,81% dengan
dalam airdipengaruhi oleh kadar air
rata-rata 99,02%.Hal ini sesuai teori,
bahan yang bersangkutan. Kadar air
dimana salah satu keuntungan teknik
yang
mikroenkapsulasi
dengan
tinggi
di
menyebabkan
dalam
bahan
bahan
adalah
tersebut
meningkatkan kelarutan produk yang
menjadi sulit menyebar dalam air
dihasilkan.Hasil uji kelarutan dapat
karena
dilihat pada tabel 2.
bahan
cenderung
lekat
sehingga tidak terbentuk pori-pori,
Tabel 2. Hasil Pengujian Kelarutan Mikrokapsul
Replikasi I II III Selain
Kelarutan(%) 98,41 98,83 99,81
Rata rata (%) 99,02
diuji
karakteristik
antioksidan.Metode DPPH dipilih
sediaan
mikrokapsul
karena
merupakan
metode
yang
ekstrak limbah serabut kelapa sawit
cepat,
sederhana,
murah
dan
juga diuji aktivitas antioksidannya
memiliki
sensitivitas yang
lebih
secara kuantitatif untuk mengetahui
besar dan diperlukan sampel dalam
seberapa besar potensi antioksidan
jumlah sedikit.Pengukuran aktivitas
yang dimiliki menggunakan metode
antioksidan
DPPH.Prinsip metode DPPH adalah
kemampuan suatu senyawa untuk
pengukuran peredaman radikal bebas
memberikan satu atom hidrogen
sintetik DPPH dalam pelarut organik
untuk menstabilkan DPPH (ungu),
polar seperti metanol oleh suatu
sehingga
fisiknya,
dilihat
terbentuk
berdasarkan
DPPH-H
senyawa yang memiliki aktivitas
935
Media Farmasi Indonesia Vol 10 No 2
(kuning) yang stabil(Molyneux, 2004
maksimal yang berkisar antara 515-
: 212).
517 nm (Marinova dan Bhatarov,
Pemeriksaan antioksidan
aktivitas
2011). Panjang gelombang maksimal
dengan
yang diperoleh pada penelitian 514,5
pembanding
nm dan operating time 30 menit.
dilakukan
menggunakan
baku
BHT karena memenuhi syarat untuk
Larutan
digunakan sebagai baku pembanding
konsentrasi 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 dan 1,2
yaitu
yang
ppm. Sedangkan larutan mikrokapsul
diperiksa
ekstrak limbah serabut kelapa sawit
kemurniannya (diketahui macam dan
dibuat dengan konsentrasi 10, 20, 30,
jumlah pengotornya), dan bersifat
40, dan 50 ppm.Perhitungan yang
stabil.
mudah
digunakan dalam penentuan aktivitas
diperoleh dan digunakan secara luas
antioksidan dinyatakan dengan nilai
untuk
EC50.Nilai EC50 berbanding terbalik
memiliki
tinggi,
kemurnian
mudah
Selain
itu,
BHT
penelitian
aktivitas
antioksidan.
BHT
dibuat
dengan
Tahapan awal uji aktivitas
dengan
aktivitas
antioksidan.Semakin kecil nilai EC50
antioksidan secara kuantitatif adalah
maka
menentukan
gelombang
antioksidan yang dimiliki senyawa
maksimal dan operating time.DPPH
tersebut.Hasil perolehan data nilai
memiliki
EC50 dapat dilihat pada tabel 3.
panjang
panjang
gelombang
semakin
besar
aktivitas
Tabel 3. Data EC50 BHT dan Mikrokapsul
Sampel
Replikasi
Baku BHT
Mikrokapsul
I II III I II III
Berdasarkan hasil pengukuran
Hasil EC50 (ppm)
Rata rata (ppm)
4,7635 4,8426 4,6890 124,5998 117,6400 134,0625
4,7650
serabut
diperoleh nilai EC50 BHT lebih kecil
antioksidan
bila
125,4341
kelapa
sawit.Aktivitas
mikrokapsul
sedang
dibandingkan
dengan
karena memiliki nilai EC50antara
EC50mikrokapsulekstrak
limbah
100-150 µg/mL, sedangkan baku
936
Media Farmasi Indonesia Vol 10 No 2
BHT memiliki aktivitas antioksidan
SARAN
sangat kuat karena memiliki nilai
1. Dilakukan optimasi mikrokapsul
EC50kurang
dari
50
µg/mL
(Kresnawaty et al., 2012 : 75).Hal ini terjadi
karena
senyawa
BHT
murni
dengan
menggunakan
metode
Simplex Lattice Design.
merupakan
2. Dilakukan penelitian lebih lanjut
sedangkan
tentang isolasi senyawa aktif
mikrokapsul ekstrak limbah serabut
yang
dominan
sebagai
kelapa sawit masih mengandung
antioksidan yaitu β-karoten dan
banyak senyawa.
bagian limbah yang digunakan adalah exocarp dan mesocarp. 3. Dilakukan analisis kadarisolat β-
KESIMPULAN 1. Mikrokapsul
ekstrak
limbah
karoten
menggunakan
High
serabut kelapa sawit memiliki
Perfomance
karakteristik
Chromatography (HPLC) pada
rendemen
Liquid
mikrokapsul 10,90%, kadar air
formula
yang
memberikan
5,74%, dan kelarutan 99,02%.
aktivitas antioksidan terbesar.
2. Konsentrasi mikrokapsul ekstrak
4. Dilakukan uji Scanning Electron
limbah serabut kelapa sawit yang
Microscopy(SEM)
mampu
mengetahui
ukuran
partikel
antioksidan adalah 10, 20, 30, 40,
mikrokapsul
ekstrak
limbah
dan 50 ppm.
serabut kelapa sawit.
memberikan
3. Aktivitas
aktivitas
untuk
antioksidan
mikrokapsul
ekstrak
limbah
serabut kelapa sawit lebih kecil
UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur kepada Allah SWT
bila dibandingkan dengan BHT
penulis
yang ditunjukkan dengan nilai
anugerah
dan
EC50 mikrokapsul ekstrak limbah
penulis
dapat
serabut kelapa sawit dan BHT
penelitian
ini.
secara
terima kasih kepada Dra. Uning
berturut-turut
125,4341 dan 4,7650 ppm.
adalah
panjatkan
Rininingsih
karena
cinta
atas
kasih-Nya,
menyelesaikan Penulis
E.M.,
ucapkan
M.Si.,danBekti
Nugraheni, M.Sc., Apt., atas segala
937
Media Farmasi Indonesia Vol 10 No 2
waktu, arahan, motivasi, dan nasehat yang diberikan dalam menyelesaikan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga
disampaikan
kepada
Etty
Sulistyowati, S.T., M.Sc., dan Drs. Sukirno,
Apt.,atas
masukan
yang
saran
diberikan
dan untuk
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Auterhoff, H. dan Kovar, K.A. 2002.Identifikasi Obat. Terbitan Kelima. Diterjemahkan oleh Sugiarso, N.C. Bandung : ITB. Kresnawaty, I., Budiani, A., Panji, T., dan Suharyanto. 2012. Isolasi dan Mikroenkapsulasi Vitamin E dari Crude Palm Oil sebagai Sumber Antioksidan Bahan Pangan.Menara Perkebunan 80 (2) : 68-76. Lukman, A., Anggraini, D., Rahmawati, N., dan Suhaeni, N. 2013. Pembuatan dan Uji Sifat Fisikokimia Pati Beras Ketan Kampar yang Dipragelatinasi. Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia1(2) : 67-71. Maisuthisakul, P. 2011. Microencapsulation of Extract from Mango Seed Kernel Waste.Research.University of
the Thai Commerce.
Chamber
of
Marinova, G. dan Batchvarov. 2011. Evaluation of The Methods for Determination of The Free Radical Scavenging Activity by DPPH. Bulg.J. Agric. Sci. 17(1): 11-24. Molyneux, P. 2004. The Use of The Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for Estimating Antioksidant Activity. J. Sci. Tech.26 (2) : 211-219. Neoh, B.K., Thang, Y.M., Zain, M.Z.M., dan Junaidi, A. 2011. Palm Pressed Fibre Oil : A New Opportunity for Premium Hardstock?. International Food Research Journal18 : 769-773. Pahlevi, Y.W., Estiasih, T., dan Saparianti, E. 2008. Mikroenkapsulasi Ekstrak Karoten dari Spora Kapang Oncom Merah (Neurospora sp.) dengan Bahan Penyalut Berbasis Protein Menggunakan Metode Pengeringan Semprot. Jurnal Teknologi Pertanian 9 (1) : 33-39. Sugindro, Mardliyati, E., dan Djajadisastra, J. 2008.Pembuatan dan Mikroenkapsulasi Ekstak Etanol Biji Jinten Hitam Pahit (Nigella sativa Linn.).Majalah
938
Media Farmasi Indonesia Vol 10 No 2
Ilmu Kefarmasian V (2) : 57 – 66. Utami, A. P. 2011. Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) untuk Isolasi
β-karoten dengan Metode Saponifikasi.Skripsi.Semarang : STIFAR “ Yayasan Pharmasi”.
939