Uji Aktivitas Antihiperglikemik ....... (Elly Wardani, dkk)
UJI AKTIVITAS ANTIHIPERGLIKEMIK EKSTRAK ETANOL 70% TEMPE KACANG HIJAU (Vigna radiata (L). R. Wilczek) PADA MENCIT YANG DIINDUKSI ALOKSAN The Activity Antihiperglycemic of Etanol Extract of Mung Bean Tempeh (Vigna radiata (L). R. Wilczek) on Mice was Induced by Aloxan Elly Wardani, Priyo Wahyudi dan Hanisyarah Diana Zen Prodi Farmasi, Fakultas Farmasi dan Sains UHAMKA, Jakarta Naskah diterima tanggal 23 Agustus 2014
ABSTRACT Mung bean (Vigna radiata L.) has been recommended as an alternative food for diabetics. The research aims at determining the activity of the ethanol extract of mung-bean tempeh as an antihyperglycemic. Research by using male DDY mice divided into 6 groups. Group I, II, III (as a normal, negative, and positive groups), group IV, V, and VI were given ethanol extract of mung-bean tempeh 140, 280 and 560 mg/kg BW of dose. Mice blood glucose concentration was measured after 7 days induction of alloxan monohydrate. The drug was given for 14 days and took a blood sample at the 21st day to measure glucose levels by using clinical spectrophotometer. Tukey test results showed that the ethanol extract of mung-bean tempeh has as antihyperglycemic activity at 140 mg, 280 mg and 560 mg/kg BW of dose. Keywords : Mung-bean tempeh, alloxan, antihyperglycemic ABSTRAK Kacang Hijau (Vigna radiata L.) telah direkomendasikan sebagai pangan alternatif untuk penderita diabetes. Penelitian bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol tempe Kacang Hijau sebagai antihiperglikemik. Penelitian menggunakan hewan uji mencit DDY jantan dan dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan. Kelompok I, II, III (sebagai kelompok normal, negatif dan positif), kelompok IV, V, dan VI (kelompok uji). Hewan uji diinduksi aloksan monohidrat secara intraperitoneal agar mengalami hiperglikemia kemudian diberikan obat pembanding Glibenklamid dan ekstrak uji selama 14 hari dengan 3 varian dosis yaitu, 140 mg, 280 mg dan 560 mg/kg BB. Berdasarkan hasil uji analisa statistik ANOVA satu arah disimpulkan bahwa ekstrak etanol tempe Kacang Hijau memiliki aktivitas terhadap penurunan kadar glukosa darah. Kata kunci: Tempe Kacang Hijau, aloksan, antihiperglikemik
PENDAHULUAN Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan endokrin utama dan masalah kesehatan paling serius yang berkembang pada abad ke 21 di sebagian besar negara. Diabetes melitus adalah sekumpulan ganguan metabolik, ditandai oleh hiperglikemi dan abnormalitas metabolisme dari karbohidrat, lemak dan protein. Secara umum DM dibagi menjadi 2 tipe yaitu DM tipe I dan DM tipe II (Priyanto, 2009).
Alamat korespondensi: Jl. Delima II/IV Perumnas Klender, Jakarta Timur, 13460
165
Pada tahun 2010, Global status report dalam NCD World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 60 persen penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena Penyakit Tidak Menular (PTM) dan DM menduduki peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian. Saat ini, sekitar 1,3 juta orang meninggal akibat diabetes dan 4 persen meninggal sebelum usia 70 tahun. Indonesia menduduki peringkat ke 7 dunia dalam prevalensi diabetes (Kemenkes RI, 2012). Obat diabetes melitus oral yang digunakan sekarang adalah golongan sulfonilurea, biguanida, glitazon, meglitinid dan akarbose (Priyanto, 2009). Penggunaan obat sintesis untuk diabetes memiliki efek samping seperti mual, muntah, dan pusing. Oleh karena itu, diperlukan alternatif untuk memperkecil efek samping yang ditimbulkan. Beberapa tanaman di
FARMASAINS Vol 2 No. 4, Oktober 2014
Indonesia telah diteliti secara ilmiah sebagai obat diabetes melitus seperti Sambiloto (Andrographis paniculata), Johar (Cassia siamea Lamk), Bawang Putih (Allium sativum) dan Kacang Hijau (Vigna radiata). Kacang Hijau merupakan salah satu tanaman yang berumur pendek (± 60 hari). Kacang Hijau secara tradisional digunakan untuk meredakan demam dan detoksifikasi. Kacang Hijau telah direkomendasikan oleh ahli gizi sebagai pangan alternatif untuk penderita diabetes (Lerer, et all, 1996). Yao et all (2008) melaporkan ekstrak etanol Kacang Hijau dapat mengurangi kadar gula darah, kolesterol total, dan trigliserida darah serta meningkatkan sensitifitas insulin pada tikus diabetes. Fermentasi merupakan proses pengolahan pangan yang secara tradisional diaplikasikan oleh penduduk Asia untuk meningkatkan kualitas warna, rasa dan kandungan nutrisi dari makanan. Mikroba dalam proses fermentasi dapat melepaskan senyawa aktif yang berguna bagi kesehatan manusia (Kwon, 2010). Salah satu hasil fermentasi yaitu tempe. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat aktivitas ekstrak etanol 70% tempe Kacang Hijau terhadap penurunan kadar glukosa darah pada mencit jantan hiperglikemik. Mencit jantan dibuat hiperglikemik dengan induksi aloksan monohidrat. Kadar glukosa darah diukur dengan metode enzimatik menggunakan alat fotometer klinikal. METODOLOGI Alat Peralatan yang digunakan terdiri dari sonde, timbangan analitik, timbangan berat badan hewan, vacum rotary evaporator, tanur, spuit disposible 1 mL, microcentrifuge, mikropipet Eppendorf, alat-alat gelas, mikrotube, tip mikropipet, pipa kapiler, oven, desikator, lemari pendingin, kandang hewan uji serta fotometer klinikal (VARTA 506). Bahan Bahan yang digunakan adalah biji Kacang Hijau (Vigna radiata L.) diperoleh dari pasar tradisional dan telah dideterminasi oleh Lembaga Herbarium Bogoriense, LIPI Cibinong; ragi tempe yang diperoleh dari koperasi tempe, etanol 70%, eter, NaCl 0.9%, Na.CMC, Reagen kit Glukosa merk DSI, obat pembanding Glibenklamid yang diperoleh dari PT Kimia Farma, aloksan monohidrat. Hewan Uji Hewan uji yang digunakan dalam penelitian adalah mencit jantan galur DDY sebanyak 30 ekor dan diaklimatisasi selama 7 hari. Fermentasi Tempe Proses pembuatan tempe dimulai dengan memilih Kacang Hijau yang sudah dikupas. Sebanyak 1 kg Kacang Hijau yang sudah bersih direndam selama 12 jam kemudian dicuci dengan air lalu direndam air mendidih selama 40-60 menit. Setelah itu ditiriskan dan didinginkan. Lalu ditambahkan ragi sebanyak 1 g/ 1 kg berat Kacang Hijau pada suhu 37oC. Selanjutnya
ragi dicampur rata dengan biji Kacang Hijau yang sudah dingin dan dibungkus menggunakan plastik/ daun pisang berlubang. Kemudian diinkubasi pada suhu kamar (27-33)0C selama 24 jam (Sarwono, 2000). Ekstraksi Tempe Kacang Hijau Ekstraksi etanol tempe dilakukan sesuai prosedur Xu dan Chang (2007) yaitu dengan memasukkan tempe yang sudah dihaluskan sebanyak 100 gram, lalu dicampurkan dengan 200 mL etanol 70% selama 24 jam. Setelah itu dilakukan penyaringan. Selanjutnya ampas dicampurkan kembali dengan 100 mL etanol 70%. Kedua filtrat kemudian dipekatkan dengan vacum rotary evaporator hingga didapat ekstrak kental, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 500C. Penapisan Fitokimia Pada penelitian dilakukan identifikasi alkaloid dan flavonoid pada ekstrak etanol tempe Kacang Hijau. Identifikasi alkaloid dilakukan dengan cara : sebanyak 0,5 g ekstrak kering dimasukkan dalam tabung reaksi , ditambahkan 1 mL HCl 2N dan 9 mL akuades, dipanaskan di atas penangas air pada suhu 1000C selama 2 menit, kemudian didinginkan dan disaring. Hasil penyaringan dipindahkan dan dibagi menjadi 2 tabung reaksi. Pada tabung pertama diberi pereaksi Dragendorf, jika terbentuk endapan m erah menunjukkan adanya alkaloid. Pada tabung kedua diuji dengan pereaksi Mayer. Terbentuknya endapan putih menunjukkan adanya alkaloid (Anonim, 1997). Identifikasi flavonoid dilakukan dengan cara : sebanyak 1 g sampel dicampur dengan 5 mL etanol, dikocok kemudian dipanaskan lalu disaring, lalu ditambahkan 3 tetes HCl dan 0,2 g logam Mg pada masing-masing filtrat. Terbentuknya warna merah menunjukkan adanya flavonoid (Anonim, 1997). Pemeriksaan Mutu Ekstrak tempe Kacang Hijau a. Susut pengeringan Sebanyak 1 g ekstrak Kacang Hijau ditimbang seksama dan dimasukkan ke dalam botol timbang dangkal tertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105 R”C selama 30 menit dan telah ditara. Goyangkan botol hingga terbentuk lapisan setebal ± 5–10 mm, lalu dimasukkan ke dalam ruang pengering dalam keadaan tutup botol terbuka pada suhu 105 R”C hingga diperoleh bobot tetap. b. Kadar abu Ditimbang saksama 2,5 g serbuk kering ekstrak Kacang Hijau yang telah digerus, kemudian dimasukkan ke dalam krus platina 10 atau krus silikat kemudian diratakan. Dipijarkan sampai arang habis, kemudian didinginkan dan ditimbang. Dihitung kadar abu terhadap simplisia yang telah dikeringkan di udara. c. Rendemen Perhitungan rendemen dengan cara menghitung berat ekstrak kering yang diperoleh terhadap berat serbuk kering sebelum dilakukan ekstraksi. Persiapan Hewan Uji Hewan uji diaklimatisasi selama 7 hari dengan tujuan untuk mengadaptasikan hewan pada lingkungan perlakuan yang baru. Pada tahap ini hewan diberi minum dan pakan standar. 166
Uji Aktivitas Antihiperglikemik ....... (Elly Wardani, dkk)
Penetapan Dosis Penelitian sebelumnya oleh Keong SY et all (2012) ekstrak etanol fermentasi Kacang Hijau dosis 200 mg/kgBB berhasil menurunkan kadar glukosa darah pada tikus. Dosis kemudian dikonversikan ke mencit (Radji, 2008), lalu dibuat variasi dosis sebanyak 3 variasi yaitu 140 mg/kg BB, 280 mg/kg BB dan 560 mg/kg BB mencit Pada penelitian ini, digunakan obat pembanding Glibenklamid. Dosis Glibenklamid yang digunakan pada manusia (70 kg) adalah 5 mg (BNF, 2009). Dosis yang diberikan pada mencit sebanyak 0,13 mg/20g BB. Dosis aloksan monohidrat pada mencit yang diberikan untuk menimbulkan keadaan diabetik pada mencit adalah 180 mg/kg BB mencit secara intraperitoneal. Pembuatan Sediaan Uji Sediaan suspensi ekstrak etanol 70% tempe Kacang Hijau dan pembanding Glibenklamid dibuat dengan menggunakan Na.CMC 0,5% sebagai pensuspensi (Anonim, 1994). Aloksan monohidrat dibuat dengan melarutkannya dalam NaCl 0.9%. Perlakuan Terhadap Hewan Uji Semua mencit dipuasakan terlebih dahulu selama 16 jam sebelum pengukuran kadar glukosa darah. Semua mencit diinduksi aloksan monohidrat secara intraperitoneal (kecuali kelompok kontrol normal) pada hari ke-7 saat mencit selesai diaklimatisasi. Pada hari ke-13, mencit dipuasakan 16 jam untuk pengukuran kadar glukosa darah pada hari ke-14 (dihitung sebagai hari ke-0). Selama 14 hari yaitu ke-14 sampai hari ke-28 masing-masing kelompok diberi perlakuan per oral, kecuali kelompok kontrol negatif. Semua mencit dibagi menjadi 6 kelompok masing-masing 4 ekor, dengan pembagian kelompok sebagai berikut : Kelompok I : Hanya diberi pakan standar + suspensi Na.CMC (kontrol normal) Kelompok II : Diberi injeksi aloksan + suspensi Na.CMC (kontrol negatif) Kelompok III : Diberi injeksi aloksan dan obat pembanding (kontrol positif) Kelompok IV : Diberi injeksi aloksan dan ekstrak uji dosis 140 mg/kg BB (dosis I) Kelompok V : Diberi injeksi aloksan dan ekstrak uji dosis 280 mg/kg BB (dosis II) Kelompok VI : Diberi injeksi aloksan dan ekstrak uji dosis 560 mg/kg BB (dosis III) Metode Pengambilan Darah Darah mencit diambil melalui vena retro orbitalis dengan cara sebagai berikut : mencit dibius hingga tidak sadarkan diri, kemudian ditusuk bagian sudut mata mencit dengan pipa kapiler dan pipa kapiler diputar hingga darah mengalir melalui pipa kapiler tersebut. Darah ditampung pada mikrotube. Darah diambil kira-kira 1,0 mL kemudian disentrifugasi pada putaran 4000 rpm selama 15 menit agar diperoleh serum. Pengukuran Kadar Glukosa Darah
167
Serum darah diambil dengan menggunakan mikropipet sebanyak 10 µl dan ditambahkan 1000 µl reagen yaitu pereaksi glukosa kit. Kemudian dihomogenkan dengan vorteks mixer ± 1 menit supaya tercampur homogen dan diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37ºC, lalu dilakukan pengujian kadar glukosa darah dengan menggunakan fotometer klinikal (Anonim, 2007). Analisis Data Data yang diperoleh adalah kadar glukosa darah. Pada analisa data ini ditentukan persentase delta penurunan kadar glukosa darah, kemudian diuji terlebih dahulu normalitas dan homogenitas secara statistik. Selanjutnya dilakukan uji ANOVA satu arah dengan taraf signifikansi 95%. Jika terdapat perbedaan yang bermakna maka dilanjutkan dengan uji Tukey (Spiegel dan Stephens, 2007). HASIL DAN PEMBAHASAN Determinasi merupakan langkah awal dalam penelitian untuk mendapatkan identitas yang benar dari tanaman yang ak an diteliti, sehingga dapat memberikan kepastian tentang kebenaran tanaman tersebut. Berdasarkan hasil determinasi, simplisia yang digunakan adalah benar Kacang Hijau (Vigna radiata (L.) R. Wilczek). Determinasi dilakukan di Herbarium Bogoriense, Balitbang Botani-Puslitbang Biologi LIPI Cibinong. Pada penelitian ini telah dilakukan beberapa tahap yaitu fermentasi, ekstraksi dan uji penurunan kadar glukosa dalam darah. Fermentasi merupakan proses pengolahan pangan yang secara tradisional diaplikasikan oleh penduduk Asia untuk meningkatkan kualitas warna, rasa dan kandungan nutrisi dari makanan. Mikroba dalam proses fermentasi dapat melepaskan senyawa aktif yang berguna kesehatan manusia (Kwon, 2010). Fermentasi Kacang Hijau menjadi tempe dilakukan dari 8 kg Kacang Hijau diperoleh tempe sebanyak 12 kg. Ekstraksi dilakukan dari 12 kg tempe Kacang Hijau kemudian dikeringkan dengan cara merajang tempe dan dikeringkan, sehingga diperoleh tempe kering sebanyak 2,8 kg. Tempe Kacang Hijau diserbukkan dan diperoleh 2,5292 kg serbuk tempe Kacang Hijau. Serbuk tempe Kacang Hijau dimaserasi dengan 7,8 liter etanol 70% menghasilkan maserat sebanyak 6,7 liter, kemudian dipekatkan dengan vacum rotary evaporator diperoleh 1100 mL ekstrak kental. Ekstrak kental kemudian dikeringkan dalam oven diperoleh 182,9207 g ekstrak kering. Hasil fermentasi dan ekstraksi terdapat pada Tabel I. Metode ekstraksi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah maserasi. Metode ini digunakan karena cara pengerjaan dan peralatannya sederhana dan mudah, sehingga dapat menghemat waktu dan biaya. Serbuk tempe Kacang Hijau sebanyak 2,5292 kg di ekstraksi dengan cara merendam serbuk tempe Kacang Hijau dalam cairan penyari yaitu etanol 70%.
FARMASAINS Vol 2 No. 4, Oktober 2014
Tabel I. Data Berat Biji Kacang Hijau, Fermentasi Tempe Kacang Hijau dan Ekstrak Tempe Kacang Hijau No Jenis Berat 1 Biji Kacang Hijau 8 kg 2 Tempe Kacang Hijau 12 kg 3 Tempe Kacang Hijau kering 2,8 kg 4 Serbuk tempe Kacang Hijau 2,5292 kg 5 Maserat 6,7 L 6 Ekstrak kental tempe Kacang Hijau 1,1 L 7 Ekstrak kering tempe Kacang Hijau 182,9207 g Tabel II. Hasil Rendemen, Susut Pengeringan dan Kadar Abu EkstrakEtanol Tempe Kacang Hijau No Jenis Hasil (%) 1 Rendemen ekstrak 7,23 2 Susut pengeringan 5,65 3 Kadar abu 5,35
turunannya terdestruksi dan menguap sampai tinggal unsur mineral dan anorganik saja (Depkes, 2000). Kadar abu ekstrak kering tempe Kacang Hijau sebesar 5,35 %. Hal ini menunjukan bahwa sisa anorganik yang terdapat dalam ekstrak kering tempe Kacang Hijau sebesar 5,35 % (Depkes, 2000).
tl ii ii t , it l i in r k . . t t et n e a a d g a n n n n a n n j i j j i r n o a a )i u c prhaapdeattinyai amuaaaa aaua r k i m e k l o d e e t r i a d n d u i ai mp mo o 6nndoakahdnapi a t b b a n a n d e t m i g a k n a l l d n p 0 a eepsd a h n y k i u eo b a lloydn i do a i me it eo t t g l wannnamh s ko kreev a r0i t a e u s r s j l v i n 2 s u a n r n s klael k c e e e a y m a g e e e s Pr a a g m l i i n a a e , o l at af kP n nF ds sa l na a nha n r pe aa a bt e am kr r .p ,j aal e grue t e n u a d d t t t i h k t g s . m i 7 n i p s t nl esias ee pa au.ea a inampsn ope b -n a n k i a u kk m a i l d g i nkaos pn r p t p d g k b u e a n d a m r b s e ek a a ia i k a a u le i ds ek raej kj am kw mk et aOnml uu i iadt a abp D iu nkj r ikou l n ri ie d .aaukcbo e sdma t ou e a a s n o s t l r a a e w i l l i ( t n i m l n a k n g e s s m i l d y a k i t o a ah de b d d m a p i hl a a a endek f na t l nmuai ap hl ay a mdni iknhd a dskiami o sb, e n a y i i i e r e u s l a i u r a n k s i t t ab nnndak ns adepk uaaa e pnpbl r i a p d m a a u a p a d r d f k t l a k m d d i i m i r u m a p a t l i p g ebmsanasoeau a t k c d h k a a e d a k s i d n c l a n u r e i a n k s t m a u e g n n a d p o h n k a n a t p i a e n u s m m g a n n t i m e e a a k n i u d o nr e d s g c k b r t apkna i e d a a laar i i a u r d u u s M i i e u a at u r n f u s l i u k t v i j p ngt d e doy daa mmndr i gsant i e p n g k n b u a n s . i ) d n a k t e a n n n b r i h a g m t n g n o s u p r k , M i a e e k e p k ) o s t p i h a n k e n k r g a d a m a o e n a n b o a d a l a e b iau p a g n a b . j e o em pd atmay8dnapr paY i n k y a i l u 0 e w i n d e t l a yampMmt a g a , t t m m a c b a m i n e a s i i a a 0 D n i adi j h g e s D b n a d a l d r o u o aa impte ai u gka pe b Diygpnnan2cdi l a a e phn i ua nudaih n dnn eajo,nut a dbi n k m m e r a t r i d t t i m a j h c k neamynmd e sa n lnl nluef h aai i t a c r i i m e a d n a t i a a e n u k g am a e ma i a pn(hwn s j hi d immoa kpaog a u a k a a e h d r k k s a p g p e R u r r t ah snnr a kjsl ,Hi dma ul a o kekkd i t i r Hu l aui n r s a a a e m n Hm m a i m (gc u p g l e r o e i o d a u l i g h b a e h j j o a n i e o m igk n u r n i i n n n e l h a d aa igm a l ,a rg bka ar ier ra b aa ul unnobsrk ne s oa le na sgi Mauam nek l nod noavgakn i mggwt l c t d d b a n n n n v n r c c t a r r . eo e a n h r i d ea e aa aeene aeaaee a e l m de s ml ue ka se ka ro f K F y b p p m be f j p b 7j i s a k p y y h me
Etanol 70 % dipakai karena mudah diperoleh dan merupakan cairan penyari yang umum digunakan dalam proses ekstraksi. Selain itu, etanol 70% merupakan cairan penyari yang mengandung air dan etanol yang masing–masing memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai penyari. Air yang terkandung dalam etanol akan membasahi dinding sel dari tempe Kacang Hijau yang dikeringkan dan diserbukkan untuk proses maserasi. Setelah terbasahi, cairan penyari (etanol) akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, sehingga zat aktif terlarut. Adanya perbedaan konsentrasi maka zat aktif dapat terus keluar sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi di dalam dan di luar sel (Anonim, 2000). Dari ekstraksi diperoleh hasil 182,9207 g ekstrak kering tempe Kacang Hijau, kemudian ekstrak tempe Kacang Hijau yang diperoleh dilakukan pemeriksaan karakteristik ekstrak yakni uji organoleptis, penapisan fitokimia berupa alkaloid dan flavonoid, rendemen, kadar abu, dan susut pengeringan. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan adanya flavonoid dan alkaloid dalam kandungan tempe Kacang Hijau. Hasil pengujian susut pengeringan ekstrak kering tempe Kacang Hijau diperoleh 5,65 %. Pengujian susut pengeringan dimaksudkan untuk mengetahui berapa besar senyawa yang hilang ketika dikeringkan. Pengujian ini dapat diidentikkan dengan penetapan kadar air. Perolehan nilai susut pengeringan simplisia memenuhi persyaratan yaitu lebih kecil dari 10 %, karena kadar air yang melebihi 10% dapat memicu reaksi enzimatik dan pertumbuhan mikroba sehingga dapat menyebabkan simplisia busuk dan rusak (Depkes, 2000). Penentuan kadar abu bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Pada penentuan kadar abu ekstrak dipanaskan hingga senyawa organik dan
168
Uji Aktivitas Antihiperglikemik ....... (Elly Wardani, dkk)
400
346.17
350
281.14
300 250 200 150
173.83 152.75
157.25
252.34 200.1 165.6
168.41
258.81 149.41
144.08
100 50 0 normal
positif
nega tif a wal
dosis 1
dosis 2
dosis 3
akhir
Gambar 1. D iagram B atang Rata-R ata K adar Glukosa M encit Jantan
.io nnameant nniamnagaa s a ra s g ab aaa a a a d n mdZb id ia kkkoz kac a a l gnuz s a a i inm urakn sy rsS e a k n t e a a e u ndednp k a i onh ws l srg uassaaga a nr h r a h h e l e k t n i nn e gk n e e o e ka ,l dl ae er e i eg d aa pgs t bu d r n o o d e s o s i d hMu t knm mnkr n te het g b a . i e a e e n iao len lm rlsdsu l o nea iha s g z i a g l a a e a r kA . a t l aabp n u kisdgok r d y l l a k k e d r i i .ask d e md ii g) n aos a gui n r k it a L b i is i j 3 i n l g0 ss a K un akah r sk am undt e sos akag( o i d 0 a o t n a d r yihl mni a i oi od ke ys a mueh2u rs nn3u tgk k b k , e n n h l l n u re e ee po i ut g l a oekya mst p g a t o 2i u m a g rh b g r aa kn j ro r ye i omu a n a n e n t iiesm a e t d t s t m a d m a r e t t e es ardo dnbl a n bakar i e o f a a a a apatk pnr k rtememznws h n e e a a e S i g k e r e ewb u aw nng d i asn o n . e m e s s m a r k k S me ln k nca a aa a nnk d k obu oa r a l kilseclp(unaaoeiahm g k e o anakmeaankupgasskl ur r i pidagsat k luganyak o d o u d g r s g n a a n e w e uti u t i n r o e n n d r ahbs a ua r sDasenskp e r m e k e u a n e s a d yk i e .a t li i opb em k mzk Pmsi s s be so n i h . at s anrl nal e i n e e n n t a falnsk a i a e t i a s b a) ang a a g a s t t m Lg u r o s a rk a g g a g n o e 9 k amm d i e k e r kr j d n7 g n e n nk n z r l o ui da t ape uao e el a n ieue9 l aki hspe p dn kdpr iedghydmJd1
mellitus tipe 2 yang efektif dan aman. Obat ini terutama efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah. Glibenklamid bekerja menurunkan kadar gula dengan cara merangsang sekresi insulin dari sel-sel di Pulau Langerhans, menurunkan keluaran glukosa dari hati dan meningkatkan sensitivitas sel-sel sasaran perifer terhadap insulin (Priyanto, 2009). Obat pembanding Glibenklamid dipilih karena mekanisme kerja dari ekstrak tempe Kacang Hijau yakni meningkatkan sensitivitas insulin (Yao, et all 2008) sehingga dapat dibandingkan kerja dari obat dan sediaan uji yang memiliki mekanisme kerja yang sama. Berdasarkan gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa dengan adanya peningkatan dosis ekstrak maka penurunan kadar glukosa darah juga meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata penurunan kadar glukosa darah terbesar terjadi pada dosis 560 mg/kg BBBerdasarkan hasil perhitungan persentase kadar glukosa darah terjadi kenaikan kadar glukosa darah pada kelompok normal, hal ini dapat disebabkan karena kondisi lingkungan hewan uji yang membuat hewan uji menjadi stress dan juga pemberian makanan yang tidak merata pada tiap kelompok hewan uji. Hasil persentase delta penurunan kadar glukosa darah dapat dilihat pada Gambar 2.
–
Glibenklamid dari golongan sulfonilurea dipilih sebagai obat pembanding karena Glibenklamid merupakan salah satu obat antidiabetik oral yang merupakan pilihan pengobatan awal untuk diabetes
Series1, Positif, 44.07 Series1, Negatif, 17.24
Series1, Dosis 1, 32.97
Series1, Dosis 2, 44.33 Series1, Dosis 3, 56.88
Gambar 2. Data persentase penurunankadarglukosamencit hiperglikemik 169
FARMASAINS Vol 2 No. 4, Oktober 2014
Pada kelompok negatif setelah 14 hari induksi terjadi penurunan kadar glukosa darah sebesar 17,24 %. Hal ini mungkin disebabkan karena sifat aloksan monohidrat yang reversible dalam hal merusak sel beta pankreas. Data uji statistik menunjukkan bahwa adanya perbedaan tiap kelompok perlakuan. Pada kelompok Glibenklamid tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (pe”0,05) dengan kelompok uji yang diberi sediaan ekstrak tempe Kacang Hijau dan terdapat perbedaan bermakna antara kelompok dosis III terhadap kelompok negatif (pd”0,05). Semakin besar konsentrasi dosis ekstrak, maka semakin besar pula penurunan kadar glukosa. Dilihat dari nilai persentase penurunan kadarnya, dosis III merupakan dosis terbaik dalam menurunkan kadar glukosa darah dengan nilai persentase penurunan sebesar 56,84% sebanding dengan kelompok kontrol positif (Glibenklamid) yaitu 44,07%. Dengan demikian ekstrak etanol 70% tempe Kacang Hijau dapat digunak an sebagai obat antihiperglikemik. KESIMPULAN Ekstrak etanol 70% tempe Kacang Hijau (Vigna radiata L.) dapat menurunkan kadar glukosa darah terhadap mencit hiperglikemik pada dosis 140 mg/kg BB, 280 mg/kg BB dan 560 mg/kg BB mencit. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. British National Formulary. Edisi 58. Royal Pharmaceutical Society. London. Hlm. 382. Anonim. 2007. Glucosa Kits. Fortress Diagnostics Ltd. Anonim. 2000. Teknologi Ekstrak. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Hlm. 13-14. Anonim. 1994. Handbook of Pharmaceutical Exipients. Edisi 2. Editor: Ainely Wade dan Paul J. Weller. The Pharmaceutical Press. London. Hal. 78 Anonim. 1997. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Hlm. 324, 333-337. Depkes RI. 2000. Buku Panduan Teknologi Ekstrak. Dirjen POM- Depkes RI, Jakarta. Hlm. 3, 6, 17, 39.
Dialetta, Jessica. 2006. Efek Flavonoid sebagai Antioksidan Terhadap Radikal Bebas pada Diabetes Melitus. Dalam Karya Tulis Ilmiah. Bandung. Hlm. 1. Kaplan A, Szabo LL. 1979. Clinical Chemistry Interpretation and Techniques. Lea and febiger, Philadelphia. Hlm. 125-127. Keong SY, Ali HM, Yusof HM, Alitheen NB, Boon Wan Yoong Ho, Soo Peng Koh dan Kamariah Long. 2012. Antihyperglicemic Effects of Fermented and Nonfermented Mung Bean Extract on Alloxan-Induced-Diabetic Mice. Dalam: Journal of Biomedicine and Biotechnology. Hlm. 5-8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta. Hlm 1 Kwon DY, Daily JW, Kim HJ, dan Park S. 2010. Antidiabetic effects of fermented soybean products on type 2 diabetes. Dalam: Journal Nutrition Research. Volume 30. Hlm. 1-13. Lerer M, Metzger S, Rizkalla W, Luo J. 1996. Effects of long term low-glycaeemic index starchy food on plasma glucose and lipid concentration and adipose tisssue cellularity in normal and diabetic rats. Dalam: British Journal Nutrition. Volume 75. Hlm. 723-732. Priyanto. 2009. Farmakoterapi & Terminologi Medis. LESKONFI, Jakarta. Hlm.157-170 Radji M. 2008. Buku Ajar Analisa Hayati edisi 3. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. Hlm. 66 Sarwono B. 2000. Usaha membuat tempe dan oncom.Penerbit Swadaya. Jakarta. Hlm. 5-20. Spiegel MR, Stephens LJ. 2007. Schaum’s Outlines teori dan soal-soal Statistik. Jakarta: Erlanggga. Hlm.327-329 Suharmiati. 2003. Pengujian Bioaktivitas Antidiabetes Mellitus Tumbuhan Obat. Cermin Dunia Kedokteran No. 140. Surabaya. Hlm 8-13. Xu BJ, Chang. 2007. A Comparative study on phenolic profils and antioxidant of legums as affected by extraction solvent. Dalam : Journal Food and Chem. Volume 72. Hlm. 159-166. Yao Chen F, Wang M, Wang J,Ren G. 2008. Antidiabetic activity of Mung bean extracts in diabetic KK-
170