UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya karya ilmiah yang merupakan hasil penelitian ini dapat diselesaikan. Penyusunan hasil penelitian dalam bentuk tesis ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Magister Humaniora pada Program Studi Magister (S2) Linguistik Program Pascasarjana Universitas Udayana. Tesis berjudul “Wacana Otoritarian Ayah Pada Anak Dalam Cerita Wandiudiu di Kecamatan Lakudo Buton Sulawesi Tenggara” ini dapat terwujud, banyak menerima sumbangan pemikiran dari para ahli dan praktisi.Walaupun demikian, penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan terutama dalam menginterpretasikan nilai yang tersirat di dalam teks wacana tersebut. Agar tesis ini menjadi lebih sempurna, maka saran, petunjuk, dan bimbingan dari berbagai pihak guna perbaikan hasil penelitian dalam bentuk tesis ini akan penulis terima dengan senang hati. Segala kekurangan yang ada tentu saja menjadi tanggung jawab penulis, dan semoga tesis ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi pembaca. Penelitian ini terbuka dalam menerima kritik dan saran dari para akademisi dan masyarakat luas. Selama penulisan tesis ini, penulis banyak menerima masukan dari dosen pembimbing oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada Prof. Dr. I Nyoman Weda Kusuma, M.S yang telah bersedia menjadi Pembimbing pertama, dengan penuh perhatian dan kesabaran serta keikhlasannya memberikan dorongan semangat,membimbing dan memberi saran selama penulis
vi
dalam melakukan penyusunan dan penyelesaian tesis ini. Dr. I Wayan Suardiana, M.Hum, selaku Pembimbing kedua dan pembimbing akademik, dengan sifat keterbukaan, ketulusan hati, perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan, arahan dan saran, dari masa perkuliahan hingga penulisan tesis ini. Melalui kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada mantan Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD (KHOM) , dan Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD. KEMD., selaku Rektor Universitas Udayana, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program Magister di Universitas Udayana. Penulis juga berterima kasih pada Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K)., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi karyasiswa Program Magister Linguistik pada program Pascasarjana Universitas Udayana. Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada mantan Ketua Program Magister Linguistik Prof. Dr. I Nyoman Suparwa, M. Hum., dan Sekretaris Program Magister Linguistik Dr. I Made Sri Satyawati, S.S, M.Hum, dan Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Putra Yadnya, M.A. selaku Ketua Program Magister Linguistik dan Sekretaris Program Magister Linguistik Universitas Udayana Prof. Dr. I Wayan Simpen, M.Hum , atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan program Magister di Universitas Udayana. Penulis juga berterima kasih pada Prof. Dr. I Wayan Cika, M.S., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana atas
vii
segala fasilitas, nasehat, dan dorongannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih yang setulus tulusnya kepada Prof. Dr. I Nyoman Suarka, M.Hum, Dr. Ida Bagus Rai Putra, M.Hum, dan Dr. I Ketut Sudewa. M.Hum, Selaku Tim Penguji tesis yang banyak memberikan saran untuk meningkatkan kualitas tesis penulis. Ucapan terima kasih pula pada Para dosen Program Magister (S2) Linguistik, Konsentrasi Wacana Sastra Universitas Udayana
yang pernah
memberikan kuliah dan arahan kepada penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung. Terima kasih juga kepada Kasubbag Tata Usaha beserta staf (ibu I Gusti Ayu Putu Supadmini,
bapak I Nyoman Sadra,S.S., bapak I Ketut
Ebuh,S.S, ibu Ni Nyoman Adi Triani,S.E., bapak Ida Bagus Suanda), yang banyak membantu kelancaran administrasi perkuliahan dan proses penyelesaian studi penulis, mulai pendaftaran masuk hingga pada penyelesaian tesis ini, juga staf perpustakaan (ibu Dra. Ni Nyoman Sumerti, dan ibu Ni Nyoman Sukartini pada program S2 Linguistik Universitas Udayana, jasa-jasanya akan selalu penulis kenang. Segala bantuan dan pelayanannya yang tulus selama ini, penulis hanya bisa membalas dengan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Rasa terima kasih penulis juga ditujukan kepada Pemerintah Kabupaten Buton, Kecamatan Lakudo, Kepala Desa Madongka yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. Para informan yang telah banyak memberikan informasi dan data sehingga memudahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.
viii
Pada kesempatan ini juga penulis tidak lupa menuturkan terima kasih pada Bapak Kepala Kantor Kementerian Agama Wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara, atas izin yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi Magister (S2) Linguistik Program Pascasarjana Universitas Udayana. Akhirya penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa angkatan 2012/2013 Program Pascasarjana (S2) Linguistik Universitas Udayana, Belghita Sonei Risia Yenusi, Ni Wayan Sudarti, I Nyoman Sadwika, dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, kebersamaan selama ini penulis tidak dapat melupakannya. Rekan-rekan
asrama: Syahrun, La Batia,
LaYani, Ismail Story, La Asso, Abdul Alim, Mustaman, Muh.Ali Azhar, Syarifuddin Detikoa, Awal Maulid, Muh. Awaluddin, Ader Laepe, Rahmat Sewa Suraya, Maulid, Rahmat Said dan dr.Fauzan atas kebersamaannya selama ini. Bapak H.Kasim, Bobi dan ,BudeTina, selaku pemilik kos, atas fasilitas dan selalu memberi sesuatu kepada penulis. Keluarga atas doa, pengorbanan dan motivasi serta perhatian secara tulus, terutama kedua orang tua penulis. Ayah bunda tercinta Karim Sabtu dan Juhria dan kedua mertua, H.Munir dan Hj.St.Aminah (Almarhumah). Adik penulis Nuryati Karim beserta keluarga,kakak ipar atas segala bantuannya, yang telah memberikan motivasi dan doa selama melanjutkan pendidikan. Wanita pujaan hati dan pendamping hidup secara khusus dan teristimewa Amna munir, S.Pd.I.,yang selalu setia, sabar, dan telaten dalam mengasuh dan mendidik putriku tersayang sibuah hati Rahmah Atiqa Jafar, yang telah banyak memberikan dorongan moral dan rela berkorban untuk tidak
ix
mendapatkan sentuhan kasih sayang secara langsung selama penulis menjalani proses pendidikan. Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan, kemampuan, yang penulis miliki dibidang tulis menulis karya ilmiah. Oleh karena itu, atas segala kekurangan dan kelemahan yang tersurat di dalam tesis ini, penulis mengharapkan masukan berupa saran maupun kritik yang konstruktif dari semua pihak, sehingga tesis ini menjadi sebuah tulisan ilmiah yang bisa dipertanggung jawabkan secara akademisi. Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap, semoga Allah SWT. selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan tesis ini. Amiin ya robbal,Alamin.
Denpasar, April 2015 Penulis,
x
ABSTRAK Penelitian ini menitikberatkan pada wacana otoritarian ayah pada cerita rakyat Wandiudiu di Kecamatan Lakudo, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara. Cerita ini dijadikan objek penelitian karena masih relevan pada masyarakat di daerah setempat. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan teks dan konteks, yaitu pendekatan menitikberatkan pada karya sastra dan berdasarkan hal atau kenyataan di luar karya sastra, seperti: sejarah, adat, dan agama. Nilai-nilai dalam cerita dihubungkaan dengan konstruksi sosial masyarakat yang saling mendukung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu mengungkapkan fakta, keadaan, fenomena, variabel yang menyuguhkan apa adanya, di samping itu juga menafsirkan dan menuturkan data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap, dan pandangan yang terjadi di dalam masyarakat, pertentangan-pertentangan keadaan, perbedaan antar fakta, pengaruh terhadap suatu kondisi, dan masalah yang diteliti dan diselidiki. Penelitian ini menggunakan alat analisis wacana sastra yang terdiri atas teori wacana kekuasaan dan pengetahuan, teori kekerasan simbolik, teori hermeneutika, dan teori semiotika. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka. Data diperoleh dari sastra lisan yang diceritakan oleh beberapa penutur. Selain itu, dilakukan juga observasi. Sumber data penelitian ini adalah cerita rakyat Wandiudiu dalam bahasa asli Buton dan yang sudah ditransliterasi diperoleh langsung dari sejumlah informan di lapangan. Berdasarkan analisis ditemukan beberapa bentuk wacana otoritarian ayah pada anak, antara lain: (1) kekerasan simbolik; (2) kepatuhan; (3) superioritas orang tua; dan (4) kekerasan fisik. Fungsi cerita Wandiudiu, antara lain: (1) sebagai media pendidikan anak dan peserta didik; (2) kontrol sosial; dan (3) media hiburan dan pengantar tidur. Makna cerita Wandiudiu terdiri atas makna kelestarian budaya lisan dan tradisi lisan, kekuasaan, harmonisasi, dan pendisiplinan. Kata Kunci: wacana, otoritarian, ayah, anak, cerita rakyat
xi
ABSTRACT This study focused on the discourse of father’s authoritarian over their children in Wandiudiu folklore from Lakudo Buton district of Southeast Celebes. The story was selected due to its familiar in local communities in the area. Research approach was based on text and context. In which the approach focused on literary work itself and based on the fact beyond the literary such as history, culture, and religion. The living values in the society would be attributed with social construction of the story. The study used descriptive qualitative method which uncovered facts, circumstances, and phenomenon. The study as well intepreted data related to given situation, the view points of society, conflicts, the difference between facts, and the influence of particular problem which was studied and investigated. Research analysis used the literary discourse analysis consisting of theory of power and knowledge discourse, theory of symbolic violence, hermeneutic theory, and semiotics theory. The data collection techniques used reffence study. The data was obtained from oral literature which was shared by the native speakers. In addition, the research also applied observation. Data source is either Wandiudiu folklore in Buton native language, or transliterated from a number of informants in the area. . Based on the analysis, the study found some forms of father power over children discourse children included (1) symbolic violence; (2) compliance; (3) superiority of parents; and (4) physical violence. The functions of Wandiudiu story included (1) education media; (2) social control; and (3) entertainment media and tale before sleep. The meaning of Wandiudiu story consisted of preservation of oral culture and oral tradition meaning, power meaning, harmonization meaning and discipline meaning.
Keywords: discourse, authoritarian, father, children, folklore
xii
RINGKASAN Cerita Wandiudiu merupakan salah satu sastra lisan masyarakat Buton. Cerita itu disampaikan melalui cerita yang selalu menyajikan kisah-kisah pembelajaran tentang kehidupan. Isi cerita sarat dengan makna pendidikan, baik yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan sikap, tingkah laku, pola pikir, dan moral masyarakatnya Persoalan pendidikan moral atau budi pekerti dalam agama Islam lebih dikenal sebagai akhlak yang sampai saat ini masih menjadi fokus pembicaraan yang menarik untuk dikaji khususnya di daerah Kabupaten Buton. Permasalahan keamanan di Buton muncul akhir-akhir ini diakibatkan oleh merosotnya akhlak dan moral masyarakat. Dekadensi moral para pelajar dapat dilihat dengan meningkatnya ketidakjujuran pelajar, seperti menyontek, suka bolos, mengambil barang milik orang lain. Di samping itu, berkurangnya rasa hormat terhadap orang tua, guru, dan figur. Saat ini ada gejala perilaku yang merusak diri sendiri, seperti perilaku seks bebas, penyalahgunaan narkoba, dan perilaku bunuh diri. Hal lainnya adalah semakin
lunturnya sikap saling menghormati dan rasa kasih
sayang di antara manusia di pihak lain sifat kejam dan bengis terhadap sesama semakin meningkat. Selain itu korupsi, kolusi dan nepotisme semakin marak, berbagai persoalan lainnya
yang mengarah pada terjadinya dekadensi moral
bangsa. Trend meningkatnya peristiwa kekerasan dan kriminalitas tidak hanya pada aspek kuantitasnya, tetapi juga pada aspek kualitasnya. Hal ini terlihat dari jumlah angka kriminalitas dan peristiwa kekerasan yang semakin bertambah intensitasnya dari tahun ke tahun dengan berbagai modus operandinya yang
xiii
semakin kompleks dan canggih. Tidak hanya itu, subjek dan objek kekerasan juga semakin ekstensif, tidak hanya terbatas pada orang dewasa, tetapi juga mengorbankan anak-anak. Media massa memberitakan peristiwa pembunuhan, perkosaan, pelecehan seksual, pemukulan terhadap teman sejawatnya, bahkan sampai tindakan bunuh diri menjadi fenomena yang cukup mengkhawatirkan bagi anak-anak. Kesadadaran masyarakat tersentak pada saat menyadari perubahan drastis dalam masyarakat akhir-akhir ini, padahal bangsa Indonesia dikenal memiliki kekayaan nilai, baik yang bersifat tradisional maupun religius. Hal itu sebenarnya dapat dijadikan pedoman secara struktural dan kultural yang dapat mencegah munculnya perilaku-perilaku menyimpang. Namun, realitas yang terjadi justru sebaliknya, yaitu nilai-nilai moralitas yang ada belum memiliki mencegah timbulnya tindakan menyimpang, yang kini justru telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara das sein (realitas) dan das sollen (idealitas) yang semakin tajam. Berbagai argumentasi muncul terkait dengan adanya gap yang tajam antara idealitas dan realitas. Misalnya, sistem pendidikan yang belum efektif menginternalisasikan nilai-nilai dalam kesadaran anak didik, pendidikan dalam keluarga yang kurang maksimal, sistem dakwah yang belum menyentuh kesadaran masyarakat, media yang tidak memihak kepentingan masyarakat, dan sebagainya. Beberapa alasan tersebut perlu dikaji secara lebih mendalam sehingga diketahui faktor-faktor yang memberikan
kontribusi
munculnya
peristiwa-peristiwa
masyarakat dan keluarga.
xiv
kekerasan
dalam
Pembangunan nasional ke arah terbentuknya jati diri bangsa yang disiplin, jujur, beretos kerja tinggi, dan berakhlak mulia belum dapat diwujudkan. Mencermati persoalan demikian, orang berpaling pada pendidikan, padahal, pendidikan nasional telah gagal dalam menyemai moral serta karakter bangsa yang berbudi luhur. Dalam kurikulum pendidikan nasional, pendidikan budi pekerti secara spesifik belum menjadi mata pelajaran tunggal yang mandiri, tetapi secara eksplisif
merupakan bagian integral dari pendidikan agama dan
kewarganegaran dan inklusif pada mata pelajaran sastra Indonesia. Semua pihak menyadari kebutuhan untuk mengintensifkan pendidikan moral, watak atau pendidikan budi pekerti diajarkan di sekolah-sekolah. Pada saat ini kurikulum menempatkan pendidikan budi pekerti sebagai pendidikan yang terintegrasi dengan mata pelajaran lain dalam pembelajaran. Namun, sebagaimana dinyatakan
dalam
asumsi
kegagalan
pendidikan
budi
pekerti
bahwa
pengintegrasian suatu muatan pembelajaran ternyata bukan pekerjaan mudah bagi sebagian besar guru. Oleh karena itu, berdasarkan pemaparan di atas perlu dilakukan penelitian yang mengungkapkan praktik pemaknaan terhadap cerita Wandiudiu. Hasil pemaknaan cerita tersebut dapat menjadi sarana pendidikan dan pembelajaran budi pekerti. Hal ini dimaksudkan agar siswa yang terjun ke masyarakat memiliki moral yang baik. Penelitian ini merumuskan beberapa permasalahan penelitian yaitu: (1) bagaimanakah bentuk wacana otoritarian ayah pada anak yang dijabarkan dalam cerita Wandiudiu; (2) bagaimanakah fungsi wacana otoritarian ayah pada anak dalam cerita Wandiudiu bagi masyarakat Buton; dan (3) apakah makna wacana otoritarian ayah pada anak dalam cerita
xv
Wandiudiu dalam masyarakat Buton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk wacana otoritarian ayah pada anak dalam cerita Wandiudiu pada masyarakat Buton, mengetahui fungsi wacana otoritarian ayah pada anak dalam cerita Wandiudiu pada masyarakat Buton, dan menginterpretasi makna wacana otoritarian ayah pada anak dalam cerita Wandiudiu pada masyarakat Buton. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif analitik, yaitu lebih menekankan proses daripada hasil, di pihak lain induktif mengutamakan makna dan menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data. Pendekatan teoretis dilakukan untuk menganalisis permasalahan penelitian. Dalam hal ini penelitian menggunakan teori wacana kekuasaan dan pengetahuan, teori kekuasaan simbolik, teori hermeneutik dan teori semiotik. Objek penelitian yang dianalisis adalah teks cerita Wandiudiu dalam berbagai versi dan data yang diperoleh, baik melalui observasi maupun wawancara mendalam. Informan penelitian adalah tukang cerita, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemerintah, dan masyarakat yang pernah mendengar dan tahu tentang cerita Wandiudiu. Selain itu dibutuhkan informasi pendukug yang diperoleh dari sumber informasi ilmiah yang relevan dengan permasalahan dalam penelitian ini, seperti literatur, artikel, jurnal akademis, majalah, surat khabar, dan sumber referensi lainnya. Berdasarkan analisis teks, diketahui adanya berbagai bentuk wacana otoritarian ayah dalam teks cerita Wandiudiu yang secara linguistik dan ideologis telah menimbulkan konstruksi sosial pada masyarakat Lakudo Buton sebagai ahli
xvi
waris kebudayaan tradisional Buton. Dengan demikian, beberapa simpulan dapat disajikan sebagai berikut. Pertama, bentuk-bentuk wacana otoritarian ayah pada anak dalam cerita Wandiudiu, antara lain: (1) adanya kekerasan simbolik dalam teks cerita Wandiudiu yang tersusun dalam struktur wacana, dan terungkap dalam tandatanda bahasa, baik dalam retorika maupun kerangka berpikir penulis dalam teks. Kekerasan simbolik dalam teks dibungkus dalam ide kepatuhan yang secara tekstual dan kontekstual terlihat secara eksplisit maupun implisit, melalui penggunaan tanda-tanda bahasa yang mengekspresikan kondisi kejiwaan karakter atau tokoh dalam teks cerita; (2) cerita Wandiudiu secara ideologis menanamkan pesan atau nilai kepatuhan bagi pembacanya; (3) teks cerita Wandiudiu mengungkapkan ’superioritas ayah’ yang melekat dalam karakter laki-laki sebagai pewaris budaya patriarki; dan (4) dalam teks Wandiudiu ditemukan juga bentuk kekerasan fisik yang dilakukan oleh tokoh ayah kepada sang istri dan anak-anaknya. Kedua, fungsi wacana otoritarian ayah pada anak dalam cerita Wandiudiu, antara lain: (1) sebagai media pendidikan anak dan peserta didik. Teks cerita Wandiudiu mengandung nilai-nilai tradisonal yang selama ini memberikan tuntunan moral dan etika bagi masyarakat Lakudo, Buton. Masyarakat Lakudo, Buton menggunakan cerita Wandiudiu sebagai media pendidikan di rumah dalam kegiatan bercerita dan menjadi bahan ajar dalam pembelajaran budi pekerti dan sastra Indonesia di sekolah; (2) Cerita Wandiudiu juga berfungsi sebagai ’kontrol sosial’ yang memberikan panduan dan sekaligus membentuk watak masyarakat;
xvii
dan (3) selain itu cerita Wandiudiu berfungsi sebagai ’media hiburan dan pengantar tidur. Ketiga, ada beberapa makna wacana otoritarian ayah pada anak dalam cerita Wandiudiu yang dapat diperinci sebagai berikut. (1) Makna kelestarian budaya lisan dan tradisi lisan. Cerita Wandiudiu merupakan warisan sastra lisan masyarakat Buton yang berisikan data budaya yang harus dilestarikan. (2) Makna kekuasaan.
Teks
cerita
Wandiudiu
mengungkapkan
relasi
kuasa
yang
menggambarkan struktur dirkursif dominasi pria sebagai sang ayah terhadap istri dan anak-anak yang subordinat. (3) Makna harmonisasi. Cerita Wandiudiu mengandung pesan harmonisasi sebagai wujud dari tujuan kekuasaan. (4) Makna pendisiplinan. Teks Wandiudiu mengandung makna pendisiplinan yang merupakan strategi kekuasaan yang sering terekspresikan melalui kekerasan mental dan fisik.
xviii
DAFTAR ISI Halaman UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................. vi ABSTRAK ....................................................................................................... xi RINGKASAN .................................................................................................. xiii DAFTAR ISI .................................................................................................... xix DAFTAR TABEL ............................................................................................ xxiii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xxiv GLOSARIUM .................................................................................................. xxv BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2 Masalah Penelitian .................................................................................... 7 1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7 1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................. 7 1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................. 8 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 8 1.4.1 Manfaat Teoretis .............................................................................. 8 1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................................ 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN ................................................................... 2.1 Kajian Pustaka........................................................................................... 2.2 Konsep yang Digunakan ........................................................................... 2.2.1 Wacana Otoritarian Ayah ....................................................................... 2.2.2 Cerita Wandiudiu ................................................................................... 2.2.3 Masyarakat Buton .................................................................................. 2.3 Landasan Teori .......................................................................................... 2.3.1 Teori Wacana Kekuasaan dan Pengetahuan ........................................... 2.3.2 Teori Kekuasaan Simbolik ...................................................................... 2.3.3 Teori Hermeneutik .................................................................................. 2.3.4 Teori Semiotik......................................................................................... 2.4 Model Penelitian ........................................................................................
10 10 14 14 15 19 20 20 21 23 24 27
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 3.1 Pendekatan Penelitian ................................................................................ 3.2 Lokasi Penelitian ........................................................................................ 3.3 Jenis dan Sumber data ................................................................................ 3.3.1 Jenis Penelitian .................................................................................. 3.3.2 Sumber Data ...................................................................................... 3.4 Instrumen Penelitian................................................................................... 3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data .....................................................
29 29 29 30 30 30 31 31
xix
3.5.1 Teknik Observasi .............................................................................. 3.5.2 Teknik Wawancara............................................................................ 3.6 Metode dan Teknik Analisis Data ............................................................. 3.7 Metode dan Teknik Penyajian Analisis Data ............................................
32 33 34 36
BAB IV KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ............................... 4.1 Geografi dan Demografi Kecamatan Lakudo, Kabupaten Buton .............. 4.1.1 Peta Geografi Kecamatan Lakudo, Kabupaten Buton ............................ 4.1.2 Mata Pencaharian Masyarakat ................................................................ 4.1.3 Tingkat Pendidikan Masyarakat .............................................................. 4.2 Struktur Sosial Masyarakat ....................................................................... 4.3 Hubungan Kekerabatan ............................................................................. 4.4 Kriminalitas dan Tindak Kekerasan ..........................................................
37 37 38 41 42 43 45 50
BAB V BENTUK-BENTUK WACANA OTORITARIAN AYAH PADA ANAK DALAM CERITA WANDIUDIU ......................................... 5.1 Kekerasan Simbolik .................................................................................. 5.2 Kepatuhan ................................................................................................. 5.3 Superioritas Ayah ...................................................................................... 5.4 Kekerasan Fisik .........................................................................................
53 53 62 69 73
BAB VI FUNGSI WACANA OTORITARIAN AYAH PADA ANAK PADA CERITA WANDIUDIU......................................................... 6.1 Media Pendidikan Anak dan Peserta Didik .............................................. 6.2 Kontrol Sosial ........................................................................................... 6.3 Media Hiburan dan Pengantar Tidur .........................................................
79 79 86 93
BAB VII MAKNA WACANA OTORITARIAN AYAH PADA ANAK DALAM CERITA WANDIUDIU ................................................. 99 7.1 Makna Kelestarian Budaya dan Tradisi Lisan .......................................... 99 7.2 Makna Kekuasaan ..................................................................................... 108 7.3 Makna Harmonisasi .................................................................................. 112 7.4 Makna Pendisiplinan ................................................................................. 115 BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 8.1 Simpulan .................................................................................................... 8.2 Saran ........................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... LAMPIRAN .....................................................................................................
xx
120 120 122 124 130
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Alokasi Waktu Pendidikan Agama dan Kewarganegaraan pada KTSP di Sekolah-Sekolah di Sulawesi Tenggara ............................. 4 Tabel 5.1. Struktur Wacana dalam Teks Wandiudiu........................................
xxi
59
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 4.2 Peta Kecamatan Lakudo Buton ................................................... 38 Gambar 4.3 Peta Kabupaten Buton .................................................................
39
Gambar 4.4 Peta Provinsi Sulawesi Tenggara .................................................
39
Gambar 4.5 Persentase Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2012
40
Gambar 6.1 Ilustrasi Wandiudiu oleh Seniman Buton ....................................
94
Gambar 6.2 Lakon Wandiu-Ndiu Garapan Sutradara Al-Galih Dimainkan oleh Kelompok Teater Kloter B Kendari ....................................
96
Gambar 7.1 Ilustrasi Desain Panopticon ......................................................... 117
xxii
GLOSARIUM analaki dan limbo
: golongan kaomu dan diturunkan derajatnya kukan kesalahan sosial
mia pata miana
: empat orang sebagai pendiri kerajaan Buton,yang bakal membangun kesultanan Buton
babatua
: budak yang diperjualbelikan atau dijadikan hadiah
bolimo harata somanamo karo
: janganlah memikirkan harta benda yang penting adalah keselamatan diri
bolimo karo sumanamo lipu
: janganlah memikirkan diri sendiri, yang penting keselamatan negeri/adat
bolimo syarah somanamo agama
: janganlah memikirkan keselamatan negeri/adat yang penting agama
halaka
: keturunan dari pendiri kerajaan Buton
kabarakatina tanah wolio
: berkahnya tanah Wolio, tidak ada rasa takut atau cemas setelah mengucapkan kata tersebut.
kaomu
: kaum ningrat
kodie
: pemerintahan tingkat desa atau kampung yang terletak di luar wilayah istana
miana bhanua
: kepala rumah tangga (istri) yang berhak menemani suaminya pergi keluar
miana rapu
: istri urusan dapur atau mengurus tangga
papara
: orang gunung, mereka yang tinggal di daerah kadie (desa) sebagai budak adat
xxiii
walaka yang karena mela-
rumah
pobinci binciki kuli
: cubitlah dirimu sebelum mencubit orang lain
poma maosiaka
: sikap saling mengasihi dan menyayangi
pomae maeka
: sikap saling menghargai
popia piara
: sikap saling menjaga perasaan sesama
pundoli
: sejenis tali yang terbuat dari daun yang dijadikan sebagai pengikat jaring
sangke palangga
: diangkat dari dulang tiba di tanah Muna
tula tula
: cerita-cerita yang disampaikan orang tua kepada anak-anaknya
wandiudiu
: berasal dari kata wa dan diu, wa berarti perempuan, diu berarti duyung
xxiv