UANG Setelah mempelajari modul ini, diharapkan anda dapat memahami permasalahan tentang uang, dan secara khusus diharapkan dapat : 1. Menjelaskan sejarah timbulnya uang 2. Menjelaskan kesulitan perdagangan dengan sistem barter 3. Menjelaskan fungsi-fungsi uang 4. Membedakan uang kartal dengan uang giral 5. Menjelaskan teori nilai uang A.Sejarah Timbulnya Uang Pada zaman dahulu, ribuan tahun sebelum manusia mengenal uang, masyarakat memenuhi kebutuhannya dengan hasil produksi sendiri. Mereka berburu, mengumpulkan hasil hutan, bertani, menangkap ikan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Dalam kenyataannya, mereka tidak dapat memenuhi semua kebutuhan dengan hasil produksi sendiri. Untuk dapat memenuhi kebutuhan akan barang yang tidak dapat dihasilkannya sendiri, mereka mencari orang yang memiliki barang yang diinginkan. Setelah ditemukan, kemudian dilakukan tukar- menukar barang yang dinginkan dengan barang yang dimilikinya. Cara tukar-menukar inilah yang disebut dengan istilah barter . Pertukaran secara barter, hanya mungkin terjadi bilamana terdapat dua pihak yang saling membutuhkan barang yang dimilikinya, di mana orang yang pertama membutuhkan barang yang dimiliki oleh orang kedua, sebaliknya orang yang kedua membutuhkan barang yang dimiliki orang pertama. Bila syarat ini tidak terpenuhi, maka
pertukaran secara barter sulit dilakukan. Manullang (1985) memberikan contoh kesulitan barter tersebut sebagai berikut. Andaikata si A mempunyai beras dan membutuhkan ayam, sementara si B membutuhkan jagung dan mempunyai ayam, sedangkan beras tidak dimilikinya. Antara kedua orang tersebut tidak mungkin terjadi. Apa yang dibutuhkan B tidak dipunyai A, sekalipun B memiliki apa yang dibituhkan A. pertukaran diantara mereka hanya mungkin terjadi jika kebetulan ada orang ketiga, yang dalam hal ini si C yang mempunyai jagung dan membutuhkan beras. A dapat menukarkan beras yang dimilikinya kepada jagung yang dimiliki oleh C, dan C dapat menukarkan jagung itu langsung kepada ayam si B yang dibutuhkannya. Terdapatnya kesulitan-kesulitan dalam sistem barter, telah mendorong orang untuk menemukan suatu barang yang dapat dipergunakan sebagai alat penukar. Barang tersebut bukanlah sembarang barang, tetapi barang tersebut merupakan barang yang sangat disukai masyarakat. Selain itu jumlahnya pun terbatas. Barang yang dapat berfungsi sebagai alat penukar ini pada dasarnya merupakan “ uang barang “ (commodity money “ . Barang-barang yang pernah berfungsi sebagai uang tersebut diantaranya : besi, tembaga, perunggu, nikel, timah hitam, emas, perak, kerang, taring babi hutan, gigi ikan paus, porselen, kulit binatang, gading, garam, beras, tembakau, babi, kuda, kambing, lembu, dsb. Dalam perkembangan berikutnya, barang-barang yang berfungsi uang tersebut banyak yang tidak digunakan lagi, karena kurang memenuhi syarat sebagai uang, sehingga akhirnya yang tetap dipergunakan adalah barang logam saja. Logam mulia seperti emas dan perak, dianggap cocok sekali sebagai alat tukar karena berbagai alasan, yaitu :
(1) tahan lama, tidak mudah aus, (2) mudah menyimpannya, (3) mudah
dipindahkan, (4) mudah dibagi-bagi dengan tidak kehilangan nilainya, (5) untuk jangka waktu yang lama nilainya tetap, sebab kemungkinan untuk menghasilkannya relatif terbatas. B.Definisi dan Fungsi Uang Dari uraian tentang sejarah timbulnya uang, kita telah mengetahui bahwa uang memiliki fungsi sebagai alat penukar. Karena itu uang dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang umum dipergunakan sebagai alat tukar. Definisi ini dikemukakan oleh A.C Pigou, dalam bukunya “ The Veil of Money “ . Sejalan dengan pendapat ini, Robertson dalam bukunya “ Money “ mendefinisikan uang sebagai segala sesuatu yang umum diterima dalam pembayaran barang-barang. Dari definisi uang yang telah dikemukakan, sesungguhnya sudah tersirat fungsi pokok dari uang, yakni sebagai alat tukar. Uraian berikut ini akan memperjelas pemahaman kita tentang fungsi uang. (1)Uang sebagai alat tukar Fungsi uang sebagai alat tukar (medium of exchange) sangat memegang peranan penting dalam setiap perekonomian di manapun juga, sebab dengan adanya uang akan mempermudah kegiatan ekonomi/perdagangan. Tanpa adanya uang yang berfungsi sebagai alat tukar, konsumen pada umumnya akan dipersulit kehidupannya untuk memperoleh barang dan jasa yang dibutuhkannya. Demikian pula sebagai produsen, buruh, dokter, guru, dan yang lainnya akan mengalami kesulitan dalam menerima balas jasa yang diterimanya, bilamana tidak ada benda yang diterima umum sebagai alat tukar.
(2) Uang sebagai alat pengukur nilai. Ada pula yang mengatakan uang sebagai satuan hitung atau satuan nilai. Dengan uang, kita dapat menentukan nilai suatu barang, dengan menghitung jumlah uang yang dipeerlukan untuk memperoleh barang yang diinginkan. Di samping itu, dengan membandingkan nilai berbagai jenis barang, dapat ditentukan dengan mudah nilai suatu barang jika dibandingkan dengan nilai barang yang lain. Misalnya, dengan mengetahui nilai pesawat Televisi merk Sharp seharga Rp 2.000.000, maka nilai sebuah jam tangan merk Titus seharga Rp 200.000, dapat dengan mudah kita tentukan. Dalam hal ini nilai pesawat Televisi 10 kali nilai jam tangan. Di samping itu fungsi uang sebagai alat pengukur nilai ini telah mempermudah perhitungan dan pengambilan keputusan dalam bidang ekonomi. Untuk menunjukkan betapa pentingnya fungsi ini, dapat diberikan contoh sebagai berikut. Pak Akhmad memiliki sebidang tanah seluas 1 ha. Tanah tersebut hanya baik untuk ditanami jagung atau singkong. Pak Akhmad harus memutuskan harus menanam apa, jagung atau singkong yang paling menguntungkan ? Pengambilan keputusan akan mudah dilakukan bilamana ia sudah mengetahui harga jagung dan singkong di pasar. Dalam hal ini adanya uang yang berfungsi sebagai alat pengukur nilai, akan mempermudah pengambilan keputusan dalam bidang ekonomi. Pak Akhmad tinggal menghitung saja, berapa kilogram jagung yang akan diperolehnya jika tanah tersebut ditanami jagung, berapa kilogram pula singkong yang akan diperolehnya jika tanah tersbut ditanami singkong. Dengan mengetahui harga jagung dan singkong di pasar, kemudian ia dapat menghitung berapa nilai yang diperoleh bila ia menamam jagung atau singkong.Pengambilan keputusan akan dilakukan setelah ia dapat membandingkan nilai yang akan diperoleh dari menanam jagung dan menanam singkong.
(3) Uang sebagai alat penimbun kekayaan Dalam hal ini orang sering menimbun kekayaan dalam bentuk uang. Bagi orang yang memiliki kelebihan uang dari kebutuhan-kebutuhan yang diperlukannya, sering menyimpan uang tunai untuk disimpan di rumah ataupun di bank, yang sewaktu-waktu bisa diambil kembali. Fungsi yang ketiga ini akan mempengaruhi jumlah uang tunai yang ada pada masyarakat. C. Jenis-jenis Uang Uang yang yang beredar di masyarakat secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu : 1.Uang kartal, yakni uang yang secara umum digunakan sebagai alat pembayaran yang syah dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Uang kartal ini dikeluarkan oleh Bank Sentral, terdiri atas dua jenis, yakni uang logam dan uang kertas. Dibandingkan dengan uang logam, uang kertas merupakan yang yang paling banyak digunakan hampir di seluruh dunia. Ada tiga alasan mengapa mengapa lebih banyak digunakan yang kertas : (1) ongkos pembuatannya lebih murah daripada uang logam, (2) mudah dibawa dari tempat yang satu ke tempat yang lain, (3) jika kebutuhan suatu negara akan uang bertambah, maka kebutuhan tersebut akan mudah dipenuhi, sebab kertas mudah diperoleh. Sekalipun kebanyakan uang kartal terbuat dari kertas dan
memiliki nilai
instrinsik (nilai bahan) yang rendah, masyarakat akan tetap menerimanya sebagai alat pembayaran, sebab dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki wewenang dan hak monopoli dari pemerintah. Masyarakat percaya pada mata uang yang dikeluarkan Bank
Sentral, memiliki kekuatan sebagai alat pembayaran syah. Atas dasar itu, uang kertas sering disebut pula sebagai “ uang kepercayaan “ . Menurut sejarahnya, pada masa lalu tiap-tiap uang kertas yang beredar diwakili oleh suatu kesatuan berat dari logam murni (emas atau perak). Logam murni tersebut harus disimpan oleh Bank Sentral sebagai dekking, yang pada umumnya sebesar 40% dari nilai uang kertas bank yang beredar. Dekking tersebut menjadi dasar kepercayaan masyarakat untuk menerima mata uang kertas yang dikeluarkan oleh Bank Sentral tersebut. Pada zaman sekarang, sekalipun tidak ada lagi dekking untuk setiap mata uang rupiah yang dikeluarkan oleh Bank Sentral, masyarakat tetap mempercayai mata uang tersebut sebagai alat pembayaran yang sah. 2.Uang giral. Dalam perkembangan perdagangan, uang kertas dirasakan dirasakan memiliki kelemahan dalam menyelesaikan transaksi dalam jumlah besar, di mana sejumlah uang kertas harus dibawa dalam jumlah yang banyak, sehingga kurang praktis dan menimbulkan resiko. Timbullah gagasan untuk menggunakan uang giral. Uang giral dapat terjadi dari simpanan dalam bentuk giro di bank. Bila penyimpan akan melakukan pembayaran untuk transaksi jual belinya, ia dapat menggunakan selembar cek yang di atasnya ditulis sejumlah pembayaran yang diinginkan. Dalam pembayaran dengan cek, nilai nominal yang tertulis dalam cek harus lebih kecil dari simpanan gironya. Dalam hal ini bilamana ternyata nilai nominal yang tertulis dalam cek lebih besar dari simpanan gironya, maka cek tersebut merupakan “ cek kosong “ . Terbentuknya uang giral dalam contoh di atas, disebut cara substitusi atau pengganti. Ada cara lainnya, yang disebut dengan “ Exchange of Claim “. Misalnya, Bank memberikan kredit kepada nasabahnya sebesar Rp 200.000.000,00. Namun Bank tidak memberikan uang tunai kepada
nasabahnya, melainkan membuka rekening giro atas nama peminjam tersebut, dan mencantumkan saldo sebesar Rp 200.000.000,00. Kemudian kepada nasabahnya diberikan buku cek untuk bisa digunakan kapan saja ia mengambil kredit tersebut melalui rekening gironya. D.Nilai Uang Nilai uang dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni nilai intrinsik, nilai nominal dan nilai tukar. 1. Nilai intrinsik, adalah nilai bahan yang dipakai untuk membuat uang.Mata uang yang terbuat dari logam emas nilai intrinsiknya sangat tinggi jika dibandingkan dengan mata uang yang terbuat dari kertas. 2. Nilai nominal, adalah nilai yang tertera pada mata uang itu. Nilai nominal selembar uang lima ribu rupiah, nilainya lima ribu rupiah. 3. Nilai tukar atau sering juga disebut tenaga beli uang, adalah tenaga beli uang untuk membeli barang dan jasa yang kita butuhkan. Robertson, seorang akhli ekonomi merumuskannya sebagai berikut “ the value of money is the power of money to purchase the things people want “ . Dalam hal ini nilai uang Rp 5.000,00 adalah jumlah barang dan jasa sebagai pengganti uang Rp 5.000,00 itu. Tinggi rendahnya nilai uang, dapat ditunjukkan oleh tenaga belinya, yaitu kekuatan uang itu untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa. Nilai uang dikatakan turun bilamana tenaga belinya turun, diukur oleh banyaknya barang dan jasa yang dapat dibeli oleh satu kesatuan uang. Misalnya, jika dalam bulan Januari 2001 uang senilai Rp 5.000,00 kita dapat membeli 2 kilogram beras, kemudian pada bulan Januari 2002 dengan uang
senilai Rp 5.000, 00 hanya bisa membeli 1 kilogram beras, maka nilai uang tersebut mengalami penurunan. E.Teori Nilai Uang Sebagaimana telah disinggung di atas, nilai uang (tenaga beli) uang itu dapat naik atau turun. Hal ini sangat tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu : 1.Jumlah uang, atau disebut juga penawaran uang. 2.Kecepatan peredaran uang, atau disebut juga permintaan uang. 3.Jumlah barang yang diperdagangkan. Penawaran uang berkaitan dengan jumlah uang yang beredar di masyarakat, yakni uang kartal dan uang giral. Kedua macam uang ini adalah uang yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Kecepatan peredaran uang atau berpindahnya uang dari satu tangan ke tangan yang lain, disebut juga perputaran uang. Jadi, kecepatan peredaran uang menyatakan berapa kali tiap-tiap rupiah dalam jangka waktu tertentu berpindah tangan. Dalam kehidupan ekonomi, uang berpindah dari produsen ke konsumen, sebaliknya pula uang dapat berpindah dari konsumen ke produsen. Perubahan jumlah uang dan perubahan kecepatan peredaran uang memberi pengaruh yang sama terhadap nilai uang dan harga barang. Tiap kenaikkan jumlah uang atau kenaikkan kecepatan peredaran uang, selalu menyebabkan turunnya nilai uang dan naiknya harga barang. Sebaliknya, tiap penurunan jumlah uang atau penurunan kecepatan peredaran uang, selalu menyebabkan naiknya nilai uang dan turunnya harga barang. Persoalan tentang nilai uang telah lama menjadi pusat perhatian para akhli ekonomi. Dua teori yang akan dibahas dalam modul ini adalah teori dari David Ricardo dan teori dari Irving Fisher.
Teori Ricardo, yang disebut juga teori kuantitas sederhana, adalah teori yang membahas hubungan antara nilai uang dengan jumlah uang. Ricardo menyatakan bahwa jumlah uang dengan nilai uang mempunyai hubungan terbalik, sehingga jika jumlah uang naik menjadi dua kali lipat, maka nilai uang akan turun juga dua kali lipat. Sebaliknya, jika jumlah uang berkurang sehingga menjadi setengah dari semula, maka nilai uang akan naik dua kali lipat. Bila teori Ricardo tersebut dikaitkan dengan tingkat harga, maka akan memiliki makna sebagai berikut. Bila jumlah uang naik dua kali lipat, maka harga akan naik dua kali lipat, sebaliknya
jika jumlah uang turun dua kali lipat, maka harga juga akan
menjadi setengah dari semula. Teori Ricardo ini dirumuskan dalam bentuk persamaan sebagai berikut. M = kP atau P 1/k X M , di mana M adalah jumlah uang, P adalah tingkat harga, dan k adalah faktor yang tetap bilamana segala sesuatu tidak berubah.Teori kuantitas ini disebut sederhana karena hanya memperhatikan faktor yang sederhana yakni M (jumlah uang) , di mana faktor kecepatan peredaran uang (V) dan jumlah barang yang diperdagangkan (T) tidak diperhatikan. Teori Ricardo kemudian disempurnakan oleh Irving Fisher. Ia menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi nilai uang itu terdiri atas tiga faktor, yakni jumlah uang (M), kecepatan peredaran uang (V) dan jumlah barang yang diperdagangkan (T). Fisher merumuskannya dalam bentuk persamaan MV = PT. Notasi P dalam rumus tersebut berarti tingkat harga (price). Ketiga faktor tersebut (M,V, dan T) berpengaruh terhadap tingkat harga (P), melalui mekanisme sebagai berikut. 1. Jika M naik, sedangkan kedua faktor lainnya (Vdan T) tetap, maka P akan naik, sebaliknya jika M turun, sedangkan kedua faktor lainnya (V dan T) tetap, maka P
akan turun. Dengan kata lain, jika M naik sedangkan V dan T tetap, akan mengakibatkan nilai uang turun, sebaliknya jika M turun sedangkan V dan T tetap, akan mengakibatkan nilai uang naik. 2. Jika V naik,sedangkan kedua faktor lainnya (M dan T) tetap, akan mengakibatkan P naik, sebaliknya jika V turun sedangkan kedua faktor lainnya(M dan T) tetap, akan mengakibatkan P turun. Dengan kata lain, jika V naik sedangkan M dan T tetap akan mengakibatkan nilai uang turun, sebaliknya apabila V turun sedangkan M dan T tetap akan mengakibatkan nilai uang naik. 3. Jika T naik, sedangkan kedua faktor lainnya (M dan V) tetap, akan mengakibatkan P turun, sebaliknya jika T turun, sedangkan kedua faktor lainnya (M dan V) tetap, akan mengakibatkan P naik. Dengan kata lain, jika T naik sedangkan M dan V tetap akan mengakibatkan nilai uang naik, sebaliknya jika T turun sedangkan M dan V tetap, akan mengakibatkan nilai uang turun. F. Inflasi Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga-harga secara terus menerus. Dalam hal ini kenaikkan harga satu atau dua jenis barang saja yang tidak menyeret harga-harga barang lain, tidak bisa disebut inflasi. Demikian pula kenaikkan harga-harga barang secara musiman, misalnya menjelang hari-hari besar keagamaan seperti lebaran, natal dan tahun baru yang tidak disertai pengaruh lanjutan, tidak bisa disebut inflasi. Terdapat tiga penggolongan inflasi : (1) Didasarkan atas parah tidaknya inflasi tersebut, yang terbagi atas inflasi ringan (di bawah 10% setahun), inflasi sedang (antara 10% - 30% setahun), inflasi berat ( antara 31 % - 100 % setahun), hiper inflasi (di atas 100 % setahun).
(2) Didasarkan atas sebab-sebab timbulnya inflasi.
MODUL 10 BANK Setelah mempelajari modul ini, anda diharapkan dapat memahami permasalahan tentang bank, lebih khusus lagi anda diharapkan dapat : 1. Menjelaskan sejarah timbulnya bank
2. Menjelaskan arti dan fungsi bank 3. Menyebutkan jenis-jenis bank 4. Menjelaskan sistem perbankan di Indonesia
A.Sejarah Timbulnya Bank Seperti dikemukakan oleh Kaslan A. Tohir (1970), sesungguhnya tidak diketahui dengan pasti di mana dan kapan bank itu dilahirkan. Namun, dalam sejarahnya, ada dua golongan orang yang memegang peranan penting dalam kelahiran bank, yakni : (1) golongan tukang penukar uang, dan (2) golongan tukang emas. Di Athena, orang yang melakukan pekerjaan tukar menukar uang itu dinamakan “ trapezites “ dan di Roma dinamakan “ argentarius “ sedangkan di Genoa dinamakan “ bancherri “ . Kata bank itu sendiri berasal dari “ banco “ yang berarti meja atau bangku, sebab para tukang penukar uang ini lazimnya duduk di belakang meja, menghadapi orang yang membutuhkan pelayanan penukaran uang. Di samping melayani penukaran uang, golongan tukang penukar uang ini juga menerima simpanan berupa perhiasan, logam mulia batangan, maupun dalam bentuk uang . Kemudian dibuatlah tanda-tanda khusus sebagai idenditas si penyimpan. Pada saat si pemilik mengambil simpanannya, ia dikenai biaya/ongkos penyimpanan. Dengan demikian, usaha mereka tidak terbatas pada tukar menukar uang (berperan sebagai money changer), tetapi juga menerima simpanan dalam bentuk uang dan perhiasan. Berdasarkan pengalamannya, mereka mengetahui bahwa meskipun semua simpanan itu harus dikembalikan atas permintaan penyimpannya, akan tetapi simpanan tersebut tidak pernah diambil sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Selalu ada
simpanan baru, untuk mengembalikan simpanan yang diambil. Bahkan saldo simpanan semakin membesar. Hal ini mendorong mereka untuk memberikan pinjaman dari sebagian saldo simpanan kepada para pedagang yang membutuhkan. Para pedagang yang mengembalikan pinjamannya dikenakan balas jasa berupa bunga. Dengan demikian usaha yang dilakukan para tukang penukar uang tersebut berkembang menjadi sebuah bank. Mereka tidak lagi mengharapkan jasa dari para penyimpan uang, bahkan mereka mulai membayar bunga atas simpanan yang diterimanya, sebab semakin besar simpanan yang bisa diterimanya, semakin besar pula kemampuan mereka untuk memberikan pinjaman. Keuntungan mereka didapatkan dari selisih bunga yang didapatkan dari para peminjam, dengan bunga yang ia harus bayarkan kepada para penyimpan. Selain di Athena dan Roma, di Inggris terdapat tukang-tukang emas yang bersedia menerima simpanan uang logam (emas dan perak). Para pedagang menyimpan uang logamnya pada tukang emas karena merasa aman. Sebagai tanda penyimpanan uang, para pedagang menerima surat tanda bukti yang disebut “ goldsmith’s “. Tanda bukti tersebut yang merupakan pula tanda pengakuan hutang dari tukang emas, kemudian digunakan sebagai
alat
pembayaran.
Banyak
utang-piutang
dapat
diselesaikan
dengan
mempergunakan “ goldsmith’s notes “ . Pada abad ke-17 “ goldsmith’s notes “ telah beredar sebagai alat pembayaran. Kemudian para tukang emas ini mulai meningkatkamn usahanya dengan memberikan pinjaman. Berkat pengalamannya, mereka mengetahui berapa besar persediaan kas harus dipertahankan, dan berapa besar yang dapat dipinjamkan. Dengan semakin meningkatnya permintaan pinjaman, mereka berani mengeluarkan “ goldsmith’s notes “ tanpa didukung oleh simpanan. Para tukang emas ini
disebut “ goldsmith bank “ .Dalam perkembangan berikutnya, “ goldsmith bank “ menciptakan sarana keuangan baru yang disebut cek. Dengan cek, para pedagang dapat menarik simpanan gironya setiap saat atau melakukan pembayaran kepada pihak yang lain. 2.Arti dan Fungsi Bank Dari uraian tentang sejarah timbulnya bank, sudah terlintas gambaran apa yang disebut bank dengan fungsinya. Banyak definisi yang telah dikemukakan oleh para penulis sesuai dengan tahap perkembangan bank. Ada yang menekankan fungsi bank sebagai penerima simpanan, ada yang menonjolkan fungsi bank sebagai penerima kredit, dan ada pula yang mengkombinasikannya. Pierson, mendefinisikan bank sebagai “ badan yang menerima kredit “ . Menurut penulis ini, ciri utama sebuah bank adalah menerima kredit. Karena itu, bank tidak boleh meminjamkan uang yang jumlahnya melebihi jumlah simpanan pada bank tersebut. Berbeda dengan pendapat tersebut, Mac Leod mendefisikan bank sebagai “ suatu toko penjualan kredit “ (a shop for the sale of credit), sedangkan seorang bankir dikatakannya sebagai seorang pedagang kredit. Definisi yang lebih lengkap dikemukakan oleh G.M Verrijn Stuart, yang berpendapat bahwa bank adalah “ badan yang wujudnya memuaskan keperluan orang akan kredit, baik dengan uang yang diterimanya dari orang lain sebagai uang simpanan,maupun dengan jalan pengeluaran uang baru sebagai uang kertas dan uang giro”. Definisi ini menonjolkan dua tugas utama dari bank, yakni bank sebagai perantara kredit, dan bank sebagai pencipta uang.
Di Indonesia, berdasarkan UU No.7/1992 yang kemudian disempurnakan dengan UU No.10/1998, disebutkan bahwa bank adalah “ badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau dalam bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak “ Menurut Insukindro (1995), fungsi bank pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi dua, yakni fungsi perantara (intermediation role), dan fungsi transmisi (transmission role). Fungsi perantara adalah fungsi yang berkaitan dengan penyediaan kemudahan untuk aliran dana dari mereka yang memiliki dana nganggur atau kelebihan dana selaku penabung kepada mereka yang memerlukan dana untuk memenuhi berbagai kebutuhan sebagai peminjam. Dalam hal ini, bank bertindak sebagai perantara untuk menerima, memindahkan atau menyalurkan di antara kedua belah pihak yang terpisah, tanpa mengenal satu sama lain. Fungsi ini memiliki keuntungan-keuntungan bagi masyarakat yakni : 1. Membantu pihak pemilik dana, dalam bentuk keuntungan bunga yang diperoleh dan keamanan dana itu dibandingkan kalau disimpan sendiri. Dalam hal ini resiko telah dialihkan atau ditanggung bank. Pada umumnya sebagai penabung ingin menanamkan dananya dalam jangka waktu yang relatif pendek, sementara itu di pihak peminjam lebih menyukai pinjaman dalam jangka waktu yang panjang. Kedua kepentingan yang berbeda ini dapat dijembatani oleh pihak bank. 2. Pihak peminjam merasa sangat dibantu untuk membiayai berbagai keperluannya, baik untuk konsumsi maupun investasi.
Fungsi tranmisi berkaitan dengan peranan bank dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang dengan menciptakan instrumen-instrumen keuangan,seperti penciptaan uang kartal oleh Bank Sentral, penciptaan uang giral oleh Bank Umum, penciptaan kartu bank (bank card) yang dapat digunakan nasabahnya sebagai alat pembayaran di berbagai tempat (hotel, swalayan, rumah sakit,dll.). Kartu ini juga bisa digunakan untuk mengambil uang tunai setiap saat selama 24 jam pada Anjungan Tunai Mandiri (ATM). 3.Jenis-jenis Bank Jenis-jenis bank dapat digolongkan menurut berbagai aspek, diantaranya : (1) fungsi, (2) kepemilikan. (1) Menurut Fungsi a. Bank Sentral, yakni bank yang fungsinya mengatur dan mengawasi bank,mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, dan menetapkan kebijaksanaan moneter. Di Indonesia namanya Bank Indonesia, sebagaimana diatur dalam UU No.23/1999. b. Bank Umum, yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya terutama dalam bentuk giro dan deposito, serta memberikan kredit dalam jangka pendek. Contohnya : BNI, Bank Duta, Bank Lippo,dll. c. Bank Tabungan, yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk tabungan, dan dalam usahanya terutama memperbungakan dananya dalam kertas berharga. Contohnya : Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Bank Tabungan Nasional. d. Bank Pembangunan, yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk deposito, serta dalam usahanya terutama
memberikan kredit jangka menengah dan panjang di bidang pembangunan. Contoh : Bank Pembangunan Indonesia, Bank Pembangunan Daerah. UU No.10/1998 memuat ketentuan baru mengenai manajemen bank berdasarkan hukum Islam, yang disebut prinsip syariah. Dengan prinsip syariah ini disusun aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana, dan/atau pembiayaan kegiatan usaha yang dinyatakan sesuai dengan syariah. Antara lain, pembiayaan berdasarkan bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah). Pengelolaan dengan prinsip syariah ini membawa konsekuensi adanya jenis bank baru yang bersifat khusus, misalnya Bank Muamalat di Jakarta dengan beberapa cabangnya. (2) Menurut Kepemilikan a. Bank Pemerintah/Bank Negara, yaitu bank yang seluruh sahamnya dimiliki pemerintah. Contoh Bank Negara Indonesia 1946 (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri. b. Bank Swasta Nasional, yaitu bank yang seluruh sahamnya dimiliki pihak swasta nasional. Contoh : Bank Central Asia (BCA), Bank Niaga, Bank Lippo, dll.Bank Swasta Nasional ini dapat dibagi lagi menjadi dua golongan berdasarkan kemampuan melaksanakan transaksi internasional dan transaksi valuta asing, yakni : Bank Devisa, yaitu bank yang dapat mengadakan transaksi internasional seperti ekspor-impor, jual beli valuta asing . Contoh : BCA, Bank Niaga,dll. Bank Non Devisa, yaitu bank yang tidak dapat mengadakan transaksi internasional. Contoh : Bank Intan, Bank Rama, Bank Asta, dll.
c. Bank Asing, yaitu bank yang seluruh sahamnya dimiliki pihak asing. Untuk jenis bank ini hanya membuka cabangnya saja di Indonesia, sedangkan kantor pusatnya berada di luar negeri. Contoh ; Chase Manhattan Bank, Citibank, Rabo Bank dll. d. Bank Campuran, yaitu bankyang sebagian sahamnya dimiliki pihak asing, dan sebagian lagi dimiliki pihak swasta nasional. Contoh : Sanwa Indonesia Bank (Bank Bali Indonesia dengan Sanwa Bank Jepang), Fuji International Bank (BII dengan Fuji Bank Jepang), Rabobank Duta Indonesia (Bank Duta dengan Rabobank Nederland),dll. 4.Bank Sentral Telah disinggung di atas, bahwa salah satu jenis bank adalah Bank Sentral. Berdasarkan pada fungsinya,Bank Sentral dapat diartikan sebagai bank yang dimiliki pemerintah, yang diserahi tanggung jawab untuk mengatur dan mengawasi bank, mengatur dan menjaga sistem pembayaran, dan menetapkan serta melaksanakan kebijakan moneter. Pada umumnya Bank Sentral di berbagai negara termasuk di Indonesia, melaksanakan fungsinya sebagai berikut. (1) Bank Sentral sebagai Bank Sirkulasi. Sebagai Bank Sirkulasi, Bank Indonesia memiliki hak tunggal (monopoli) untuk mengedarkan uang kertas dan uang logam sebagai alat pembayaran yang sah. Hak ini disebut dengan hak oktroi. Dalam UU No.23/1999 tentang Bank Indonesia, termuat ketentuan sebagai berikut. Bank Indonesia berwenang menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang digunakan dan tanggal berlakunya sebagai alat pembayaran yang sah (pasal 19).
Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik dan memusnahkan uang dimaksud dari peredaran (pasal 20). (2) Bank Sentral sebagai Banker’s Bank, maksudnya Bank Sentral dianggap sebagai bankir dari bank-bank lain, di mana bank-bank tersebut dapat meminta bantuan Bank Indonesia untuk menambah permodalan mereka dalam rangka pemberian kredit kepada nasabahnya. Bentuk bantuan permodalan dari Bank Indonesia ini disebut dengan kredit likuiditas. Di samping itu, Bank Sentral berfungsi pula sebagai “ lender of last resort “ (pemberi pinjaman pada tingkat yang terakhir). Dalam hal ini Bank Indonesia memberikan bantuannya dengan fasilitas “ kredit likuiditas darurat “. Fasilitas ini diberikan Bank Indonesia bilamana bank-bank mengalami kesulitan likuiditas, sehingga dikhawatirkan tidak dapat memenuhi kewajiban-kewajiban yang segera dapat ditagih. Pada awalnya bank yang mengalami kesulitan likuiditas harus berusaha sendiri untuk mengatasi kesulitan likuiditas ini dengan membenahi manajemennya. Bila tidak berhasil, barulah pada tingkat terakhir Bank Indonesia membantu dengan memberikan kredit likuiditas darurat. Lazimnya bantuan kredit likuiditas darurat ini disertai dengan bimbingan manajemen dan pengawasan, agar bank tersebut dalam waktu yang relatif singkat dapat sehat kembali. (3) Bank Sentral sebagai Pengatur dan Pengawas Perbankan Sesuai dengan ketentuan yang termuat pada UU No.23/1999, Bank Indonesia sebagai
Bank
Sentral
memiliki
kewenangan
penuh
dalam
menetapkan
peraturan,memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu bank, melaksanakan pengawasan serta mengenakan sanksi terhadap bank. Dalam hal ini
Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian. Sementara itu dalam bidang perizinan, wewenang Bank Indonesia, mencakup : (1) memberikan dan mencabut izin usaha bank, (2) memberikan izin pembukaan, penutupan damn pemindahan kantor bank, (3) memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank, (4) memberikan izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu. Dalam bidang pengawasan, Bank Indonesia berwenang mewajibkan bank untuk menyampaikan laporan, keterangan dan penjelasan sesuai dengan tata cara yang ditetapkan. (4) Bank Sentral sebagai Pelaksana Kebijakan Moneter Dalam modul 6 telah dibahas beberapa aspek yang berkaitan dengan kebijakan ekonomi, antara lain kebijakan moneter. Kebijakan moneter yang dimaksudkan adalah kebijakan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dalam rangka mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Dalam UU No.23/1999 pasal 10, dinyatakan bahwa Bank Indonesia memiliki kewenangan : menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi yang ditetapkannya melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-cara antara lain : operasi pasar terbuka, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, pengaturan kredit.
MODUL 11 KREDIT Setelah mempelajari modul 11 ini, diharapkan dapat memahami masalah perkreditan, dan secara khusus diharapkan dapat : 1. Menjelaskan arti kredit 2. Menyebutkan unsur-unsur kredit
3. Menjelaskan fungsi kredit 4. Menjelaskan jenis-jenis kredit
A.Pengertian Kredit Dalam kehidupan sehari-hari, perkataan kredit bukan merupakan sesuatu yang asing lagi. Para pengusaha,
pedagang, pegawai,
bahkan ibu rumah tangga sangat
berkepentingan dengan kredit. Tidak saja di kota-kota, di pelosok-peloksok desa pun, perkataan kredit sangat populer. Kata kredit berasal dari bahasa Yunani “ credere “ yang berarti kepercayaan. Karena itu yang menjadi azas kredit adalah kepercayaan, sehingga seseorang yang memperoleh kredit pada dasarnya memperoleh kepercayaan. Dalam pemberian kredit, terdapat dua pihak yang berkepentingan secara la ngsung, yakni pihak pemberi kredit dan pihak penerima kredit. Bilamana terjadi transaksi kredit, berarti pihak pemberi kredit memberikan uangnya (dalam istilah perkreditan sering disebut prestasi), kepada pihak yang memerlukan uang (penerima kredit), dan pihak yang menerima kredit akan mengembalikan uang tersebut di masa yang akan datang. Dalam hal ini, terdapat faktor waktu antara pemberian uang dan penerimaan kembali uang tersebut. Di samping itu, dalam kredit terdapat unsur “resiko”, sebab pemberian kredit mengandung suatu resiko pemberi kredit tersebut. Dari uraian tersebut, muncul pertanyaan apa sesungguhnya yang disebut kredit ? Sinungan (1983), mendefinisikan kredit sebagai “ pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu yang akan datang dengan suatu kontra prestasi berupa bunga “ . Sementara itu dalam UU Perbankan No.10/1998 pasal 1 dinyatakan bahwa kredit adalah “ penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak yang lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga “ . Kedua definisi tersebut, pada dasarnya memiliki makna dan unsur yang sama. Bahwa terjadinya kesepakatan pinjam-meminjam, didasarkan pada kepercayaan dari pemberi kredit kepada penerima kredit. Kemudian terdapat tenggang waktu antara pemberian pinjaman (prestasi) dengan pengembaliannya, di mana pada saat pengembalian terdapat unsur balas jasa berupa bunga dari si peminjam sebagai kontra prestasi. B. Fungsi Kredit Dalam kehidupan perekonomian dewasa ini, kredit memiliki banyak fungsi. Diantara berbagai fungsi kredit, ialah : 1.Meningkatkan kegunaan (utility) dari modal/uang Dalam hal ini para penabung menyimpan uangnya di bank dalam berbagai bentuk, seperti giro, deposito, dan tabungan. Kemudian, oleh bank dana tersebut disalurkan kepada
para
pengusaha,
pedagang,
dan
sebagainya
untuk
memperbesar
usahanya,sehingga produktivitasnya meningkat.Dengan demikian, dana yang tersimpan di bank, tidaklah menganggur, melainkan dimanfaatkan untuk memperluas usaha, sehingga dana yang tersimpan tadi meningkat kegunaannya. 2.Meningkatkan kegunaan (utility) sesuatu barang Produsen dengan bantuan kredit bank dapat mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi, sehingga kegunaan barang tersebut menjadi meningkat. Demikian pula produsen dengan bantuan krdit dari bank dapat memindahkan barang dari suatu tempat yang kegunaannya kurang bermanfaat ke tempat yang lebih bermanfaat.
3.Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang Melalui kredit, peredaran uang kartal akan meningkat, demikian pula halnya uang giral, sebab sebagian kredit disalurkan melalui rekening giro para pengusaha. 4.Sebagai alat stabilisasi ekonomi Untuk menekan laju inflasi dan memehuhi kebutuhan pokok rakyat, kredit bank memegang peranan penting. Karena itu perlu diadakan pembatasan secara kualitatif, yakni diarahkan ke sektor-sektor produktif dan sektor-sektor yang berpengaruh langsung terhadap hajat hidup masyarakat. C.Jenis-jenis Kredit 1.Menurut sifat penggunaan Menurut sifat penggunaannya, kredit dapat dibedakan atas kredit konsumtif dan konsumtif dan kredit produktif. Kredit konsumtif, dipergunakan oleh peminjam untuk berbagai pemenuhan kebutuhan (membangun rumah, membeli perabot rumah tangga, dsb). Dengan demikian kredit jenis ini tidak bernilai jika dilihat dari peningkatan kegunaan (utility) uang, tetapi bermanfaat untuk membantu seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara itu kredit produktif, digunakan untuk peningkatan berbagai kegiatan usaha dan perdagangan,sehingga dapat meningkatkan kegunaan (utility) uang. 2.Menurut jangka waktu Penggolongan kredit menurut jangka waktunya, disesuaikan dengan peraturan yang ditetapkan Bank Indonesia sebagai berikut. a. Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu selama-lamanya satu tahun.
b. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang jangka waktunya antara satu sampai tiga tahun. c. Kredit jangka panjang, adalah kredit yang jangka waktunya melebihi tiga tahun. 3.Menurut jaminannya. Menurut jaminannya, kredit dapat dibedakan atas kredit tanpa jaminan (unsecured loans) atau sering pula disebut kredit blanko, dan kredit tanpa jaminan (secured loans). Kredit blanko, berarti kredit yang diberikan tanpa jaminan. Dalam dunia perbankan di Indonesia bentuk kredit seperti ini belum lazim, dan tidak diizinkan oleh Bank Indonesia. Sementara itu di Eropa dan Amerika, jenis kredit seperti ini sudah lazim diberikan untuk perusahaan yang besar dan kuat (bonafid). Sekalipun jenis kredit diberikan ini tanpa jaminan pisik, namun jaminan yang dipertimbangkan berupa bonafiditas perusahaan. Dengan demikian, aspek analisa kredit ditekankan pada segi bonafiditas dan kekuatan keuangan perusahaan, yang tercermin dalam Neraca dan laporan Rugi-Laba perusahaan. Kredit dengan jaminan (secured loans), dipergunakan oleh seluruh bank di Indonesia sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Jaminan kredit (collateral), dapat berupa tanah, rumah, pabrik. Selain itu, jaminan kredit dapat pula berupa surat-surat berharga, seperti obligasi, saham, sertifikat Bank, dsb. D.Pemberian Kredit Seperti telah disinggung di muka, azas kredit adalah kepercayaan. Kepercayaan yang merupakan azas dalam pemberian kredit, bukan saja ditujukan kepada diri si peminjam, tetapi juga kepada keadaan usahanya, harta bendanya, kemampuan membayar kembali utangnya, dsb.Untuk itu pihak Bank perlu mencari data tentang calon peminjam kredit, kemudian menganalisisnya. Untuk keperluan tesebut, telah di kenal beberapa
formulasi, diantaranya :
4 P (Personality, Purpose, Prospect, Payment), dan 5 C
(Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition). Formula 4 P (1) Personality : Bank perlu mencari data tentang kepribadian si peminjam seperti riwayat hidupnya, keadaan keluarganya, pergaulannya dalam masyarakat serta bagaimana pendapat masyarakat tentang diri si peminjam, dan hal-hal lain yang erat kaitannya dengan kepribadian si peminjam. (2) Purpose : Bank perlu mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit. Apakah akan digunakan untuk kepentingan investasi, membeli rumah atau keperluan konsumtif lainnya. Dalam hal ini yang paling penting diketahui adalah apakah kredit yang diberikan akan digunakan sesuai dengan tujuan penggunaan kredit yang telah ditetapkan oleh Bank. (3) Prospect : Bank perlu mengetahui prospect atau harapan masa depan dari kegiatan usaha si peminjam. Hal ini dapat diketahui dari perkembangan usaha si peminjam selama beberapa bulan/tahun. Demikian pula perlu diketahui kekuatan keuangan perusahaanya. (4) Payment : Bank perlu mengetahui kemampuan membayar kembali pinjaman yang akan diberikan. Hal ini dapat diperoleh dari perkiraan tentang prospect usahanya, kelancaran penjualan dan perkiraan keuntungan, sehingga dapat diperkirakan kemampuan pengembalian pinjaman ditinjau dari sudut waktu serta jumlah pengembaliannya. Formula 5 C
(1) Character : Sama dengan personality dalam formula 4 P. Karakter ini merupakan ukuran dari kemauan untuk membayar (willingness to pay). (2) Capacity : Bank perlu mengetahui kapasitas atau kemampuan pengusaha sebagai calon peminjam. Dalam hal kapasitas ini perlu diteliti tentang pengalamannya dalam bisnis, pengalaman-pengalaman bisnisnya dalam menyesuaikan diri dengan kondisi perekonomian,
ketentuan-ketentuan pemerintah, dan perkembangan teknologi.
Demikian pula perlu diteliti bagaimana kekuatan perusahaan sekarang dalam sektor usaha yang dijalankannya. Kapasitas ini merupakan ukuran dari kemampuan untuk membayar (ability to pay). (3) Capital : Bank perlu mengadakan penelitian tentang keadaan permodalan si peminjam, tidak hanya dilihat dari besar kecilnya modal yang dimiliki, tetapi meliputi pula pengaturan modal itu sehingga perusahaan berjalan lancar dan maju. (4) Collateral : Bank perlu mengetahui collateral (jaminan) yang dimiliki si peminjam. Jaminan dapat berupa rumah, tanah, surat-surat berharga,dan sebagainya. (5) Conditions : Pemberian kredit tidak hanya ditentukan oleh 4 C tersebut di atas, tetapi harus memperhatikan pula kondisi ekonomi secara umum dan kondisi sektor usaha si peminjam. Keadaan perdagangan dan persaingan di lingkungan sektor usaha si peminta kredit perlu diketahui, sehingga kredit yang diberikan benar-benar bermanfaat bagi perkembangan usahanya. Untuk mendapatkan data tentang hal tersebut di atas, pihak Bank melakukan berbagai upaya, baik melakukan wawancara dengan si peminta kredit maupun inspeksi usaha nasabah serta penilaian Neraca dan Rugi Laba perusahaan.Data ini diperlukan untuk kepentingan analisis kredit.
Secara umum, prosedur pemberian kredit pada sebuah Bank yang relatif kecil dapat dijelaskan sebagai berikut. (1) Permohonan kredit diajukan oleh nasabah kepada Bank. Permohonan itu disampaikan kepada Direktur, dan oleh Direktur segera diteruskan ke Bagian Kredit untuk diolah. (2) Kemudian oleh Kepala Bagian Kredit, permohonan itu diserahkan kepada Seksi Analisis untuk dilakukan penelaahan atau analisis. Apabila datanya dipandang cukup, maka analisis dapat dilakukan, tetapi apabila masih terdapat kekurangan, seksi analisis kredit dapat meminta tambahan keterangan kepada nasabah yang bersangkutan. (3) Setelah analisis dilakukan, maka hasil analisis tersebut diperiksa oleh Kepala Bagian Kredit untuk kemudian diteruskan kepada Direktur. (4) Direktur
memeriksa
kembali
hasil
analisis
dan
mengambil
keputusan
penerimaan/penolakan kredit, yang kemudian diteruskan ke Bagian Kredit untuk dilaksanakan. Persiapan perjanjian kredit diurus oleh Seksi Analisis dan setelah diparaf oleh Kepala Bagian Kredit, perjanjian ditandatangani oleh nasabah dan Direktur. (5) Pelaksanaan pemberian kredit. (6) Pengawasan/pengamanan atas fasilitas kredit yang diberikan Bank dilakukan sampai kredit tersebut lunas.
MODUL 12 KEUANGAN NEGARA Setelah mempelajari modul ini, anda diharapkan dapat memahami persoalan yang berkaitan dengan keuangan negara, dan secara khusus diharapkan dapat :
1.Kegiatan Pemerintah dan Pengeluaran Pemerintah Dalam modul 5 telah disinggung tentang tugas/kewajiban pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, yang antara lain mencakup menjaga keamanan, menegakkan hukum, dan menyelenggarakan pekerjaan umum. Untuk melaksanakan tugasnya ini, diperlukan pengeluaran/pembelanjaan, dan untuk itu diperlukan pula penerimaan-penerimaan pemerintah untuk menutupi pengeluaran tersebut. Dengan makin majunya peradaban masyarakat, makin meningkatnya jumlah penduduk, makin meningkatnya kebutuhan masyarakat, maka kegiatan dan pengeluaran pemerintah pun semakin meningkat pula. Kegiatan dan pengeluaran pemerintah ini antara lain ditujukan untuk penyediaan barang dan jasa publik (public goods), seperti pertahanan dan keamanan, kestabilan politik, penyediaan infrastruktur taman-taman kota, pelebaran dan perluasan jalan, pembangunan jalan layang, penyelenggaraan pendidikan, dan sebagainya. Apabila penyediaan barang-barang publik ini tidak ditingkatkan, maka menurut J.K Galbraith akan menimbulkan ketidakseimbangan sosial (social imbalance),
seperti munculnya berbagai macam kejahatan, banyaknya kemacetan lalu lintas, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan hal tersebut di atas, seorang akhli ekonomi politik yang bernama Adolph Wagner telah mengadakan suatu penelitian tentang kegiatan dan pengeluaran pemerintah di beberapa negara maju pada abad ke 19. Penelitian yang dilakukan Wagner menyoroti kegiatan pemerintah di negara-negara yang mengalami proses indutrialisasi. Pertumbuhan proses indutrialisasi memiliki kaitan yang erat dengan berbagai kemajuan dalam bidang lain seperti kemajuan teknologi, perkembangan pendidikan dan dampak yang ditimbulkannya, seperti meningkatnya urbanisasi, meningkatnya kriminalitas, menurunnya tingkat kesehatan manusia karena polusi udara,dan sebagainya. Hasil peneilian Wagner yang dirumuskan dalam “ Law of Ever Increasing State Activity “ menyimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah itu selalu meningkat dari tahun ke tahun dalam perbandingannya dengan pendapatan nasional (GNP). B.Anggaran Negara Untuk membiayai kegiatan-kegiatan negara, pemerintah perlu melakukan pengelolaan keuangan negara yang dituangkan dalam bentuk Anggaran Negara. Anggaran Negara ini merupakan suatu “ daftar yang terinci mengenai penerimaan dan pengeluaran negara yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun " Di Indonesia, dikenal dengan sebutan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Anggaran ini disusun berdasarkan tahun kalender, dimulai dari tanggal 1 Januari dan ditutup tanggal 31 Desember dari tahun yang bersangkutan. Sejak tahun
1969,Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara di Indonesia dimulai pada tanggal 1 April dan diakhiri pada tanggal 31 Maret tahun berikutnya. Ketentuan yang mengatur APBN ini antara lain terdapat dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 1 yang berbunyi bahwa “ Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ditetapkan tiap-tiap tahun dengan Undang-Undang “ . Kemudian dalam penjelasannya dikemukakan pula bahwa apabila Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tidak menyetujui atau menolak APBN yang diusulkan pemerintah, maka pemerintah menggunakan ABPN tahun yang lalu. Hal ini mengandung makna bahwa hak anggaran ada di tangan DPR, sebab APBN ditetapkan dengan Undang-undang setelah disetujui oleh DPR.