PENGARUH PERILAKU MASYARAKAT DALAM 3M PLUS TERHADAP RESIKO KEJADIAN DEMAM BERDARAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LABUHANHAJI TIMUR KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2012 TUTI AFRIZA, NASRIATI2 Mahasiswa S-1 Kesehatan Masyarakat STIKes U’Budiyah Banda Aceh 2 Tenaga Pengajar S-1 Kesehatan Masyarakat STIKes U’Budiyah Banda Aceh 1
Inti sari Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk betina aedes aegypti dan aedes albopictus yang telah terinfeksi oleh virus dengue dari penderita penyakit DBD sebelumnya.Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh perilaku masyarakat dalam 3M Plus terhadap resiko kejadian demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh Selatan. Metode penelitian: penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian ini adalah masyarakat yang pernah terkena penyakit demam berdarah dengue dengan populasi 2.567 orang. Pemilihan sampel dengan simple random sampling menghasilkan sampel sebanyak 60 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan statistik uji chi-sguare test (p = 0,05). Hasil penelitian: menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara karakteristik terhadap resiko kejadian demam berdarah dengue dengan p = 0,077 (p > 0,05). Bahwa ada pengaruh antara pengetahuan terhadap resiko kejadian demam berdarah dengue dengan nilai p = 0,006 (p < 0,05). Bahwa ada pengaruh antara perilaku 3M Plus terhadap resiko kejadian demam berdarah dengue dengan p = 0,003 (p < 0,05) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Labuhahaji Timur Kabupaten Aceh Selatan tahun 2012. Dan dapat disimpulkan yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah: hipotesis alternatif (Ha) di terima dan hipotesis (Ho) ditolak, dimana ada pengaruh antara perilaku masyarakat dalam 3M Plus terhadap resiko kejadian demam berdarah dengue. Kata kunci: perilaku masyarakat, 3M plus, demam berdarah Abstract Dengue hemorrhagic fever (DHF) is an infectious disease caused by the dengue virus is transmitted through the bite of the female mosquito Aedes aegypti and Aedes albopictus has been infected by dengue virus of dengue patients before.Tujuan study to determine the effect of people's behavior in 3M Plus the risk of incident dengue hemorrhagic fever in the region of Eastern Health Center Labuhanhaji South Aceh district. Method: This is a descriptive study with cross sectional analytic. The subjects were people who had the disease dengue fever with a population of 2567 people. The sample with simple random sampling produced a sample of 60 respondents. Data collection techniques using the chi-sguare statistical test (p = 0.05). The results: show that there is no influence of the characteristics of the risk of dengue incidence with p = 0.077 (p> 0.05). That there is influence between the knowledge of the risks of dengue incidence with p = 0.006 (p <0.05). That there is influence between behavior 3M Plus the risk of dengue incidence with p = 0.003 (p <0.05) in the working area of District Health Clinics Labuhahaji South East Aceh district in 2012. And it can be concluded that the alternative hypothesis (Ha) in this study is accepted and the hypothesis (Ho) is rejected, where there is influence between people's behavior in 3M Plus the risk of occurrence of dengue hemorrhagic fever. Keywords: people's behavior, 3M plus, dengue
PENDAHULUAN Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk betina aedes aegypti dan Aedes albopictus yang telah terinfeksi oleh virus dengue dari penderita penyakit DBD
sebelumnya. DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, khususnya di negara-negara tropis dan sub tropis. Salah satu bagian yang penting untuk pemberantasan penyakit DBD adalah sistem surveilans epidemoligi dan surveilans berbasis laboratorium. Saat ini pelaporan DBD tidak standar antara negara, walaupun sudah ada kriteria standar untuk mengdiagnosis DBD yang telah dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO, 2004). Penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti ini perlu penanganan yang serius mengingat dapat membahayakan keselamatan nyawa manusia (Soekidjo, 2003). Dimana kasus DBD pada umumnya cenderung meningkat pada musim hujan, kemungkinan disebabkan oleh perubahan musim mempengaruhi frekuensi gigitan nyamuk karena pengaruh musim, dimana puncak gigitan terjadi pada siang dan sore hari. Perubahan musim mempengaruhi manusia sendiri dalam sikapnya terhadap gigitan nyamuk misalnya dengan lebih banyak berdiam di rumah selama musim hujan (Soekidjo, 2003). Sampai saat ini belum ada vaksin untuk pencegahan penyakit DBD ataupun untuk penyembuhannya, dengan demikian pengendalian DBD tergantung pada pemberantasan nyamuk aedes aegypti. Tindakan pencegahan dan pemberantasan akan lebih efektif bila dilakukan dengan pemberantasan sumber larva yaitu dengan program PSN (pemberantasan sarang nyamuk). PSN merupakan cara ampuh dalam mememutuskan rantai perkembangbiakan nyamuk DBD dengan gerakan kebersihan 3M Plus, yaitu menguras, menutup, mengubur, sedangkan dilain pihak perlindungan diri juga dapat kita lakukan dengan mengenakan pakaian pelindung, obat nyamuk, tirai dan kelambu (Depkes, 2008). Keterlibatan masyarakat dalam pencegahan DBD sangat diperlukan karena
sangat mustahil dapat memutus rantai penularan jika masyarakat tidak terlibat sama sekali. Peran serta masyarakat ini dapat berwujud pelaksanaan kegiatan 3M Plus di sekitar rumah dan melaksanakan PSN pada lingkungannya. Ketidakberhasilan pemberantasan DBD secara menyeluruh dapat terjadi dikarenakan tidak semua masyarakat melakukan upaya pemberantasan vektor penular dan pemberantasan sarang nyamuk tidak mungkin dapat dilakukan apabila anggota masyarakat dari perkotaan sampai ke lingkungan pedesaan atau rumah tangga tidak mau melakukannya (Depkes, 2008). Kesadaran dan kepedulian masyarakat merupakan kunci awal dari menurunnnya angka DBD di suatu daerah atau wilayah. Sehingga DBD dapat terjadi di wilayah manapun, termasuk di wilayah elit, sehingga cara yang paling efekif adalah dengan menurunkan populasi, melalui kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan, secara otomatis akan menghambat perkembangan jentik, dengan adanya kepedulian maka aplikasi dari upayaupaya memberantas demam berdarah deague akan terealisasi dengan baik, dengan begitu tidak akan memberikan kesempatan bagi nyamuk untuk berkembangbiak (Depkes, 2008). Kabupaten Aceh Selatan adalah salah satu kabupaten di Propinsi Aceh yang mempunyai letak geografis strategis dengan bentuk wilayah lautan dan pengunungan, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan mengenai jumlah penderita DBD dari tahun 2005 sampai tahun 2011 berjumlah 235 orang, dimana masingmasing penderita berasal dari kecamatankecamatan di Kabupaten Aceh Selatan yakni, Kecamatan Sawang, Kecamatan Labuhanhaji Barat, Kecamatan Labuhanhaji Timur, Kecamatan Meukuk dan Kecamatan Kluet Utara (Dinkes Kab Aceh Selatan). Kecamatan Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh Selatan yang terdiri dari sebelas desa dengan jumlah
penduduk 2.567 jiwa, umumnya masyarakat di Kecamatan Labuhanhaji Timur mempunyai tingkat ekonomi rendah dan pendidikan yang rendah, sehingga baik secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kesadaran masyarakat terhadap perilaku 3M Plus, hal ini ditandai adanya masyarakat yang terkena DBD. Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul: “Pengaruh perilaku masyarakat dalam menguras, menutup dan mengubur terhadap resiko kejadian demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh Selatan”. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: Bagaimanakah pengaruh perilaku masyarakat dalam 3M Plus Terhadap Resiko Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh Selatan. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: “Untuk Mengetahui Pengaruh Perilaku Masyarakat Dalam 3M Plus Terhadap Resiko Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh Selatan”. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui bagaimanakah pengaruh perilaku masyarakat dalam 3M Plus terhadap resiko kejadian DBD. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengaruh karakteristik masyarakat dalam tindakan 3M Plus terhadap resiko kejadian DBD, b. Mengetahui pengaruh pengetahuan masyarakat dalam tindakan 3M Plus terhadap resiko kejadian DBD, dan
c.
Mengetahui pengaruh perilaku 3M Plus dan pencegahan DBD terhadap resiko kejadian DBD.
Manfaat Penelitian Bagi Peneliti Mendapat pengetahuan dan pengalaman penelitian tentang pengaruh perilaku masyarakat dalam menguras, menutup, mengubur dalam menghindari diri dari gigitan nyamuk terhadap resiko kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh Selatan. Bagi Masyarakat Bagi masyarakat sebagai bahan informasi dan bahan tambahan yang dapat menambah pengetahuan tentang perilaku pencegahan penyakit DBD melalui kegiatan PSN dan 3M Plus di lingkungan tempat tinggal mereka. METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik yaitu dengan pendekatan Cross Sectiona dimana data yang menyangkut variabel bebas dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam desain dengan waktu yang bersamaan untuk mengetahui pengaruh perilaku masyarakat dalam 3M Plus terhadap resiko kejadian demam berdarah. Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kecamatan Labuhanhaji Timur, jumlah 2.567 jiwa, dan yang menjadi populasi adalah masyarakat yang mengalami kejadian DBD dari masing-masing gampung yang terwakili sebagai berikut. Sampel Besar sampel dapat dihitung dengan rumus Khotari dalam Murti (2006) sebagai berikut:
N.Z 21 a . p . q 2 n 2 2 d N 1 Z 1 a 2. p . q Keterangan: n = Besarnya sampel N = Besarnya populasi p = Perkiraan proporsi (prevalensi) variabel dependen pada populasi (95 %) q =1–p Z1 = a/2 statistik Z (Z = 1,96 untuk a = 0,05) d = Data presisi absolut atau largin of error yang diinginkan diketahui sisi proporsin (5 %) Berdasarkan rumus di atas maka sampel dalam penelitian ini adalah:
328 (1,96) 2 . 0,95.0,05 0,052 (328 1) 1,96 2. 0,95.0,05 1260,0448.0,0475 0,8175 0,182476 59,852128 59,85 0,999976 60 Jadi yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 orang Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Labuhahaji Timur Kabupaten Aceh Selatan. Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai pada tanggal 14 Juli sampai dengan 5 Agustus 2012. Pengumpulan Data Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dengan menggunakan kuesioner, melalui wawancara dan langsung ke lokasi penelitian yang menyangkut dengan pengaruh perilaku masyarakat dalam 3M Plus terhadap resiko kejadian demam berdarah
dengue (BDB) di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh Selatan. Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari penelusuran di Puskesmas Kecamatan Labuhanhaji Timur, Dinas Kesehatan di Kabupaten Aceh Selatan dan bahan yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
Analisis Data Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat–tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Dikatakan valit apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2002). Univariat Analisis univariat dilakukan pada masing-masing variabel, dengan melihat persentase dari setiap tabel distribusi frekwensi, dengan rumus Budiarto (2002). Bivariat Analisis data bivariat untuk mengukur hubungan atau pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat dan dilakukan analisis silang dengan menggunakan tabel silang yang dikenal dengan Baris X Kolom (B x K) dengan derajat kebebasan (df) yang sesuai. Skor diperoleh dengan menggunakan metode statistic Chi-Square Test (X2) dengan rumus sebagai Budiarto (2002), Penyajian Data Data yang diperoleh dari hasil pengelolaan dianalisis secara manual dan dilanjutkan dengan menggunakan SPSS varian 13,0 untuk melihat distribusi frekuwensi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 6.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kelompok umur di wilayah kerja Puskesmas Labuhanhaji Timur No 1 2
Frekuensi
Persentase (%)
15 – 35 tahun > 35 tahun
34 26
56,7 43,3
No
Pengetahuan
Frekuensi
60
100
1 2
Baik Kurang Jumlah
9 51 60
Berdasarkan Tabel 6.1. menunjukkan bahwa dari 60 responden, yang berumur paling banyak adalah responden umur 15 - 35 tahun yaitu sebanyak 34 responden (56,7 %). Tabel 6.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di wilayah kerja Puskesmas Labuhanhaji Timur
1 2
Tabel 6.4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan di wilayah kerja Puskesmas Labuhan haji Timur
Umur (tahun)
Jumlah
No
Berdasarkan Tabel 6.3 menunjukkan bahwa dari 60 responden, tingkat pendidikan responden paling banyak adalah tingkat menengah yaitu sebanyak 31 responden (51,7 %).
Pekerjaan
Frekuensi
Persentase (%)
Tidak bekerja Bekerja
39 21
65,0 35,0
Jumlah
60
100
Berdasarkan Tabel 6.2 menunjukkan bahwa dari 60 responden pekerjaan yang paling banyak adalah responden yang tidak bekerja yaitu sebanyak 39 responden (56,0 %). Tabel 6.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Labuhanhaji Timur No
Pendidikan
Frekuensi
Persentase (%)
1 2 3
Dasar Menengah Tinggi
14 31 15
23,3 51,7 25,0
Jumlah
60
100
Persentase (%) 15,0 85,0 100
Berdasarkan tabel 6.4. Menunjukkan bahwa dari 60 responden tingkat pengetahuan yank paling banyak adalah kategori kurang, yaitu sebanyak 51 responden (85,0 %). Tabel 6.5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku 3M Plus di wilayah kerja Puskesmas Labuhanhaji Timur No
Perilaku
Frekuensi
Persentase (%)
1 2
Negatif Positif
19 41
31,7 68,3
60
100
Jumlah
Berdasarkan Tabel 6.5 Menunjukkan bahwa dari 60 responden tingkat perilaku paling banyak adalah tingkat perilaku positif yaitu sebanyak 41 responden (68,3 %). Tabel 6.6. Distribusi frekuensi responden berdasarkan resiko kerjadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Labuhan haji Timur
No 1 2
Resiko Kejadian DBD Beresiko Tidak beresiko Jumlah
Frekuensi
Persentase (%)
21 39
35,0 65,0
60
100
Berdasarkan Tabel 6.6 Menunjukkan bahwa dari 60 responden tingkat perilaku 3M Plus terhadap resiko kejadian DBD responden paling banyak adalah tidak beresiko yaitu sebanyak 39 responden (65,0 %). Tabel 6.7. Pengaruh umur responden terhadap resiko kerjadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Labuhanhaji Timur
Umu r
No
15 – 35 > 35
1 2
Jumlah
Kejadian DBD Tidak Beresiko beresiko f % F % 15 3 6 1, 25 19 7 10 20 3 3, 3 21 6 35 39 5
tot al
%
α
pval ue
34 26
56, 7 40, 3
0,0 5
0,0 77
60
10 0
Berdasarkan Tabel 6.7. menunjukkan bahwa dari 34 responden (56,7 %) yang berumur 15 – 35 tahun, 15 responden yang berisiko, sedangkan 26 responden (40,3%) yang berumur lebih dari > 35 tahun, 20 responden yang tidak berisiko Berdasarkan uji statistik, didapatkan p-value 0,077 yang berarti p > 0,05. Hasil analisa data menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara umur terhadap resiko kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh Selatan tahun 2012. Tabel 6.8. Pengaruh pendidikan terhadap resiko kerjadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Labuhanhaji Timur
No
Pendidi kan
F 1 2 3
Dasar Menen gah Tinggi Jumlah
Kejadian DBD Tidak beresiko % f % 16, 8 4 6,7 13, 23 38,3 7 12 20 5
Beresiko
10 8 3 21
35
39
65
tot al
%
α
pval ue
14 31 15
23,3 51,7 25,0
0,0 5
0,0 77
60
100
Berdasarkan Tabel 6.8. di atas menunjukkan bahwa dari 14 responden (23,3 %) yang pendidikan dasar, 10 responden yang berisiko, dan 31 responden (20,0 %) yang pendidikan menengah, 8 responden yang berisiko, sedangkan 15 responden pendidikan tinggi 3 responden yang berisiko. Berdasarkan uji statistik, didapatkan p-value 0,077 yang berarti p > 0,05. Hasil analisa manunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara pendidikan responden terhadap resiko kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh Selatan tahun 2012. Tabel 6.9. Pengaruh pekerjaan terhadap resiko kerjadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Labuhanhaji Timur No
Pekerjaan
1
Tidak bekerja Bekerja
2
Jumlah
Kejadian DBD Tidak beresiko f % F % 38, 16 26,7 23 3 5 8,3 16 26, 7 Beresiko
21
35
39
65
tot al
%
39 21
65,0 35,0
60
100
α
pvalu e
0,0 5
0,14 7
Berdasarkan Tabel 6.9. di atas menunjukkan bahwa dari 39 responden (65,0 %) yang tidak bekerja,16 responden berisiko sedangkan 21 responden (35,0 %) yang tidak bekerja, 16 responden yang tidak berisiko. Berdasarkan uji statistic, didapatkan p-value 0,147 yang berarti p > 0,05. Hasil analisa menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara pekerjaan terhadap resiko kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh Selatan tahun 2012.
Tabel 6.10 Pengaruh pengetahuan terhadap resiko kerjadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Labuhanhaji Timur N o
Pengeta huan
1 2
Kurang Baik Jumlah
Kejadian DBD Tidak beresiko % f % 11,7 2 3,3 23,3 37 61,7
Beresiko f 7 14 21
35
39
tot al
%
9 51
15,0 85,0
60
100
65
α
pval ue
0,0 5
0,0 06
Berdasarkan Tabel 6.10 di atas menunjukkan bahwa dari 60 responden, 51 responden (85,0 %) memiliki pengetahuan kurang dan sisanya 9 responden (15,0 %) mempunyai pengetahuan kurang baik. Berdasarkan uji stasistik, didapatkan p-value 0,006 yang berarti p < 0,05. Hasil analisa data menunjukkan bahwa ada pengaruh antara pengetahuan terhadap resiko kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2012. Tabel. 6.11. Pengaruh perilaku 3M Plus terhadap resiko kerjadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Labuhanhaji Timur N o 1 2
Perilaku 3M Plus Negatif Positif Jumlah
Kejadian DBD Tidak Beresiko beresiko f % f % 12 20 7 11,7 9 15 32 53,3 21 35 39 65
total
%
α
pvalue
19 41 60
31,7 68,3 100
0,05
0,003
Berdasarkan Tabel 6.11. di atas menunjukkan bahwa dari 19 responden (31,7 %) yang melakukan perilaku 3M Plus yang melakukan pengetahuan negatif, 12 responden beresiko, sedangkan 41 responden (68,3 %) melakukan perilaku positif, 32 responden tidak berisiko. Berdasarkan uji statistik, didapatkan p-value 0,003 yang berarti p < 0,05. Hasil analisa menunjukkan bahwa ada pengaruh antara perilaku 3M Plus terhadap resiko kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas
Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh Selatan tahun 2012. Pembahasan Pengaruh Karakteristik Terhadap Resiko Kejadian DBD Berdasarkan Tabel 6.7. Menunjukkan bahwa dari 34 responden (56,7 %) yang berumur 15 – 35 tahun, 15 responden yang berisiko, sedangkan 26 responden (40,3 %) yang berumur lebih dari > 35 tahun, 20 responden yang tidak berisiko Berdasarkan uji statistik, didapatkan p-value 0,077 yang berarti p > 0,05. Hasil analisa data menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara umur terhadap resiko kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh Selatan tahun 2012. Berdasarkan Tabel 6.8. di atas menunjukkan bahwa dari 14 responden (23,3 %) yang pendidikan dasar, 10 responden yang berisiko, dan 31 responden (20,0 %) yang pendidikan menengah, 8 responden yang berisiko, sedangkan 15 responden pendidikan tinggi 3 responden yang berisiko. Berdasarkan uji statistik, didapatkan p-value 0,077 yang berarti p > 0,05. Hasil analisa data manunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antar pendidikan responden terhadap resiko kejadian DBD di wilayah kerja puskesmas Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh Selatan tahun 2012. Berdasarkan Tabel 6.9. di atas menunjukkan bahwa dari 39 responden yang melakukan pekerjaan (65,0 %) yang tidak bekerja, 16 responden berisiko sedangkan 21 responden (35,0 %) yang tidak bekerja, 16 responden yang tidak berisiko. Berdasarkan uji statistic, didapatkan p- value 0,147 yang berarti p > 0,05. Hasil analisa data menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara pekerjaan responden terhadap resiko kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh Selatan tahun 2012
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Meutia Wardhanie Ghani (2009) hasil penelitian menunjukkan bahwa responden sebanyak 41 orang atau 78,9 % berusia 23 tahun hingga 39 tahun. Usia tersebut masuk dalam kelompok usia produktif dalam arti adanya proses belajar untuk perubahan perilaku khususnya dalam PSN masih sangat dimungkinkan sedangkan usia dibawahnya dapat dikelompokkan ke dalam usia yang belum produktif. Secara umum diyakini bahwa bertambahnya usia akan menjadikan semakin baik pengetahuan mengenai penyakit DBD. Hal ini sesuai dengan pendapat Budioro yang menyatakan bahwa perilaku (pengetahuan, sikap dan pratek) seseorang disebabkan oleh proses pendewasaan (maturation) dimana semakin bertambah usia atau dewasa seseorang akan semakin cepat beradaptasi dengan lingkungannya sehingga dapat mempertimbangkan keuntungan atau kerugian dari suatu inovasi. Menurut Notoatmodjo (2003) pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan ke pada masyarakat, kelompok atau individu dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Akhirnya pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perubahan perilakunya. Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang dikemukakan oleh para ahli asumsi peneliti bahwa karakteristik yang terdiri dari umur, pekerjaan dan pendidikan beresiko terhadap penyakit demam berdarah, umur pada umumnya yang rentan terhadap resiko kejadian DBD adalah 15 – 35, hal ini dilihat dalam menjaga kebersihan yang kemungkinan disebabkan oleh pengetahuan dan jenis pekerjaan responden, dimana apabila dibandingkan dengan usia diatas 35 tahun yang sudah dewasa dengan berbagai
pengalaman dan ilmu dalam bermasyarakat dan lingkungan kerja. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Resiko Kejadian DBD Berdasarkan Tabel 6.10 di atas menunjukkan bahwa dari 9 responden pengetahuan (15,0 %) yang pengetahuan kurang, 7 responden berisiko, sedangkan 51 responden (85,0 %) pengetahuan baik, 37 responden tidak beresiko. Berdasarkan uji stasistik, didapatkan p-value 0,006 yang berarti p < 0,05. Hasil analisa data menunjukkan bahwa ada pengaruh antara pengetahuan terhadap resiko kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2012. Menurut Roger yang dalam Djamaludin Ancok (1985) bahwa pengetahuan tentang suatu obyek tertentu sangat penting bagi terjadinya perubahan perilaku yang merupakan proses yang sangat kompleks. Selanjutnya dikatakan bahwa seseorang akan memutuskan untuk menerima atau menolak perilaku baru maupun ide baru tersebut. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Yudhastuti (2005) yang menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna antara pengetahuan responden dengan resiko DBD. Nicolas dkk (2007), juga dalam penelitiannya menyatakan bahwa pengetahuan berhubungan dengan kejadian DBD, Sumekar (2005) dalam penelitiannya menemukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan keberadaan jentik (p = 0,35) dengan demikian hal ini mendukung penelitian ini dimana secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa pengetahuan memberi pengaruh nyata terhadap kejadian DBD. Berdasarkan asumsi peneliti bahwa kemungkinan yang menyebabkan berbedaan resiko kejadian demam berdarah deague dalam penelitian ini ditemukan adanya pengaruh dengan resiko kejadian DBD adalah pengetahuan dimana proporsi pengetahuan
negatif dan positif berbeda secara nyata. Hal ini disebabkan oleh tingkat pendidikan responden yang cenderung berada pada kisaran yang sama yaitu setingkat SMA. Pengaruh Perilaku 3M Plus Terhadap Resiko Kejadian DBD Berdasarkan Tabel 6.11. di atas menunjukkan bahwa dari 19 responden (31,7 %) yang melakukan perilaku 3M Plus yang pengetahuan negatif,12 responden beresiko,sedangkan 41 responden (68,3 %) melakukan perilaku positif, 32 responden tidak berisiko. Berdasarkan uji statistik, didapatkan p-value 0,003 yang berarti p < 0,05. Hasil analisa data menunjukkan bahwa ada pengaruh antara perilaku 3M Plus terhadap resiko kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh Selatan tahun 2012. Menurut Notoatmodjo (2003), syarat pembuangan sampah yang memenuhi aturan kesehatan adalah dengan menempatkan pada suatu tempat dan tidak mengotori lingkungan sekitarnya, hal ini untuk menghindari tempat vektor bertelur dan berkembangbiak. Penelitian lain yaitu Zubir et, al (2006) menyimpulkan bahwa pengaruh perilaku 3m plus mempunyai peran penting dalam mempengaruhi resiko kejadian DBD. Sampah yang tidak teratur atau sampah yang bertaburan dapat mencemari lingkungan rumah, pemukiman dan tanah. Dari lingkungan yang tercemar sampah berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat maka dapat dapat terjangkit demam DBD. Berdasarkan asumsi peneliti mengenai perilaku masyarakat/responden terhadap resiko kejadian demam berdarah deague adalah, perilaku yang masyarakat dalam menjaga kebersihan yang meliputi faktor karakteristik dan pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dimana lingkungan yang kotor sampah dan barangbarang bekas sangat beresiko terhadap kejadian demam berdarah deague begitu juga sebaliknya lingkungan yang bersih adalah
lingkungan yang bisa menjaga kebersihan salah satunya dengan perilaku 3M plus (mengubur, mengubur dan menutup). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Tidak adanya pengaruh antara karakteristik terhadap resiko kejadian demam berdarah deague di Wilayah kerja Puskesmas Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2012 dengan p-value = 0,077 (p > 0,05 ). 2. Adanya pengaruh antara pengetahuan terhadap resiko kejadian demam berdarah deague di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2012 dengan p-value = 0,006 ( p < 0,05 ). 3. Adanya pengaruh antara prilaku 3M Plus terhadap resiko kejadian demam berdarah deague di Wilayah kerja Puskesmas Labuhanhaji Timur Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2012 dengan p-value = 0,003 ( p < 0,05 ). Saran 1. Bagi peneliti mendapatkan pengatahuan dan pengalaman dalam proses penelitian tentang Pengaruh Prilaku Masyarakat Dalam 3M Plus Terhadap Resiko Kejadian Demam Berdarah. 2. Bagi instansi kesehatan (Puskesmas) diharapkan untuk dapat melakukan peningkatan upaya dalam penangganan 3M Plus serta mengupayakan peningkatan program penyehatan lingkungan pemukiman dengan sasaran 3M Plus yang berkelanjutan. 3. Kepada Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes U’budiyah Banda Aceh peneliti bisa memberikan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan manajemen kesehatan dan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti berikutnya. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S, 2002. Prosedur Penelitian. PT. Asdi Mahasatya. Jakarta. Depkes RI. 2008. Pedoman Penanggulangan Demam Berdarah Dengue. Jakarta. Depkes RI. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta. Rineka Cipta. Soekidjo. N, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar). Rineka Cipta. Jakarta. WHO, 2004. Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah Dengue, Jakarta. EGC.