TUGAS PRAKTIKUM DAN TUTORIAL PERTANIAN BERLANJUT “Carrying Capacity”
Oleh: M. Rizky FG.
115040200111007
Lusi Nurhayati Tamba
115040200111113
Jemy Halmedan
115040200111140
Kartika Valentine
115040201111034
Kartika Novitasari W.
115040201111096
M. Sofianto
115040201111143
Irsanty Nadya Isnasa
115040201111263
Lihardika Nanda A.
115040201111282
Kamella Endras P.
115040213111002
Laili Niswatun ‘Azizah
115040213111036
Kelas : I (U) Asisten
: Putri Twintanata
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013
I.
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Membangun suatu wilayah pada hakikatnya merupakan upaya untuk memberi nilai tambah terhadap kualitas kehidupan. Proses pemberian nilai tambah
terhadap
kualitas
kehidupan
dilakukan
dengan
memperhati-
kan internalitas dan eksternalitas suatu wilayah. Internalitas diantaranya meliputi kondisi fisik wilayah, potensi sumber daya (alam, manusia, dan buatan), serta kondisi sosial ekonomi dan lingkungan hidup, sedang eksternalitas yang perlu diperhatikan diantaranya adalah situasi geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi. Pemahaman terhadap kondisi fisik wilayah, kelestarian sumber daya alam, peningkatan kapasitas sumber daya manusia dengan dukungan sumber daya buatan, serta pemahaman terhadap eksternalitas suatu wilayah, menjadi kunci keberhasilan perencanaan pembangunan. Hal ini mengindikasikan pentingnya merencanakan pembangunan melalui perspektif yang lebih luas dan tidak sekedar administratif parsial atau sektoral saja. Untuk itu pendekatan kewilayahan atau spasial dalam pelaksanaan penataan ruang, memegang peranan yang vital dalam perencanaan pembangunan Pada taraf konsep paling awal, daya dukung (carryng capacity) menjelaskan hubungan antara ukuran suatu populasi dengan perubahan dalam sumber-sumbernya tempat bergantungnya populasi tersebut. Diasumsikan terdapat suatu ukuran populasi optimal yang dapat ditopang oleh sumberdaya yang ada. Konsep ini dasarnya diaplikasikan untuk menjelaskan laju stok maksimum dalam suatu area. Sangat jelas proses menentukan daya dukung suatu lingkungan meniscayakan adanya suatu ukuran sebagai acuan untuk menetapkan apa yang akan dioptimumkan. Pengukuran daya dukung lingkungan didasarkan pada pemikiran bahwa lingkungan memiliki kapasitas maksimum untuk mendukung suatu pertumbuhan
organisme. Makalah ini akan menjelaskan tentang daya dukung lingkungan pada tanaman sawi dengan berbagai perlakuan, yakni perlakuan 1 biji, perlakuan 3 biji, perlakuan 6 biji, perlakuan 9 biji, perlakuan 12 biji, perlakuan 15 biji dan perlakuan 18 biji.
1.2 TUJUAN
Untuk mengetahui pengertian daya dukung lingkungan
Untuk mengetahui pengertian analisa daya dukung lingkungan
Untuk mengetahui dampak daya dukung lingkungan
Untuk mengetahui hubungan daya dukung lingkungan dengan pertanian berlanjut.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI CARRYING CAPACITY
Carryng capacity adalah jumlah maksimum individu yang dapat didukung atau dilayani oleh sumber daya yang ada di dalam suatu ekosistem (Eko, 2013).
Daya dukung lingkungan/carrying
capacity
adalah batas atas dari
pertumbuhan suatu populasi, di mana jumlah populasi tersebut tidak dapat lagi didukung oleh sarana, sumberdaya dan lingkungan yang ada (Zoer’aini, 1997).
Carrying Capacity/CC (kapasitas daya tampung) merupakan kemampuan optimum lingkungan untuk memberikan kehidupan yang baik dan memenuhi syarat kehidupan terhadap penduduk yang mendiami lingkungan tersebut (Sunu, 2001).
2.2 DAMPAK NEGATIF DAN POSITIF CARRYING CAPACITY Dampak Negatif Sebagian besar dari seluruh penduduk dunia merupakan petani, buruh tani dan orang yang sebagian pendapatannya berasal dari bercocok tanam. Karena itu kebutuhan akan lahan besar. Petani Indonesia, di luar sektor perkebunan, ialah petani kecil dengan luas lahan yang sempit. Rata-rata luas lahan kurang dari 0,5 hektar tiap petani. Karena pertumbuhan jumlah penduduk
petani
bertambah,
sementara
luas
lahan
menunjukkan
kecenderungan yang makin kecil. Makin banyak pula petani yang tidak mempunyai lahan. Keadaan ini menyebabkan meningkatnya tekanan penduduk terhadap lahan. Artinya, kebutuhan akan lahan garapan terus
bertambah. Tetapi luas lahan terbatas, sehingga kemampuan suatu daerah untuk mendukung kehidupan dalam hal ini lahan terbatas pula. Dengan naiknya kepadatan penduduk berarti jumlah orang per satuan luas bertambah. Karena itu jumlah produksi limbah per satuan luas juga bertambah. Dapat pula dikatakan di daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi, terjadi konsentrasi produksi limbah. Pencemaran limbah domestik mempunyai banyak akibat buruk. Paling ringan ialah menurunnya keindahan lingkungan. Penurunan keindahan itu sering diikuti oleh bau busuk. Penurunan keindahan itu akan mengganggu peruntukan sumberdaya untuk pariwisata, misalnya. Kecuali itu lingkungan yang kotor akan mengganggu kehidupan kita sehari-hari. Akibat yang lebih berat ialah terganggunya kesehatan. Gangguan itu dapat terjadi karena air untuk keperluan rumah tangga tercemar sehingga pencemaran air menyebabkan timbulnya wabah penyakit, seperti kolera. Selokan air yang tercemar merupakan tempat hidup yang baik untuk berjenis hewan yang menularkan penyakit, antara lain, nyamuk, lalat, dan tikus. Dengan semakin bertambahnya populasi manusia, lebih banyak permintaan pada lingkungan kita. Semuanya menjadi bertambah: kemacetan di jalan raya, menumpuknya sampah, penyempitan lahan, musnahnya kehidupan alami (Wasis, 2013). Dampak Positif Lingkungan secara alami memiliki kemampuan untuk memulihkan keadaannya, Pemulihan keadaan ini merupakan suatu prinsip bahwa sesungguhnya lingkungan itu senantiasa arif menjaga keseimbangannya. Sepanjang belum ada gangguan “paksa” maka apapun yang terjadi, lingkungan itu sendiri tetap bereaksi secara seimbang” Perlu ditetapkan daya dukung lingkungan untuk mengetahui kemampuan lingkungan menetralisasi parameter pencemar dalam rangka pemulihan kondisi lingkungan seperti semula.
Ekosistem seimbang didukung oleh banyak alternatif lintasan yang dapat dilalui zat untuk terjadinya daur materi dan perpindahan energi. Semakin banyak variasi jenis tumbuhan, herbivora, karnivora dan mikroba maka semakin banyak lintasan zat. Hal tersebut menyebabkan ekosistem tersebut semakin mantap keseimbangannya. Pada ekosistem yang seimbang semua populasi secara alamiah dibatasi oleh populasi organisme lain, sehingga tidak ada populasi yang tumbuh tanpa batas dan mendominasi yang lain. Setiap populasi pada ekosistem yang seimbang memiliki kondisi maksimum dan minimum yang selalu berkaitan dengan populasi lainnya. Pada kondisi seimbang ekosistem kaya akan variasi komponen biotik dan abiotik yang memungkinkan perpindahan energi dan daur zat berlangsung secara lancar. Maka bila ada perubahan apapun, dengan sendirinya akan membentuk keseimbangan baru secara proporsional sesuai dengan perubahan itu (Sischa, 2013).
2.3 DEFINISI ANALISA CARRYING CAPACITY
Analisis daya dukung (carrying capacity ratio) merupakan suatu alat perencanaan pembangunan yang memberikan gambaran hubungan antara penduduk, penggunaan lahan dan lingkungan. Dari semua hal tersebut, analisis daya dukung dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam menilai tingkat kemampuan lahan dalam mendukung segala aktifitas manusia yang ada di wilayah yang bersangkutan (Adityo, 2013).
Analisis daya dukung lahan pertanian merupakan suatu analisis untuk mengetahui daya dukung lahan terhadap kebutuhan kalori penduduk (Vicky, 2011).
Analisis mengenai daya dukung adalah perbandingan kebutuhan antara tata guna lahan dengan lingkungan alam atau sistem lingkungan buatan. Hal ini bertujuan untuk mempelajari dampak dari pertumbuhan penduduk dan sistem
pembangunan kota, sistem fasilitas umum, dan pengamatan lingkungan. Daya dukung lingkungan terkait dengan kapasitas ambang batas sebagai dasar untuk membatasi rekomendasi pertumbuhan. Daya dukung lahan dihitung dari kebutuhan lahan per kapita. Daya dukung lahan dapat diketahui melalui perhitungan daya tampung lahan Nilai yang didapat dari hasil perhitungan daya tampung dapat digunakan sebagai acuan untuk mengetahui kawasan mana saja yang berada pada kondisi ambang batas yang masih dapat dimanfaatkan (Yeates, Maurice.1980).
III.
METODE
3.1 ALAT DAN FUNGSI
Polibag
: untuk tempat menanam kacang tanah
Penggaris
: untuk mengukur tinggi tanaman
Kamera
: untuk mendokumentasikan pengamatan
Oven
: untuk mengeringkan tanaman
Amplop coklat
: untuk tempat tanaman ketika dioven
Timbangan analitik
: untuk menimbang BB dan BK tanaman
Alat tulis
: untuk mencatat
3.2 BAHAN DAN FUNGSI
Biji kacang tanah
: untuk ditanam sebagai bahan pengamatan
Kompos
: untuk media tanam
Tanah
: untuk media tanam
3.3 METODE PRAKTIKUM
Pengamatan Pertumbuhan Tanaman di Ngijo Menyiapkan polibag beserta media tanam yaitu kompos dan tanah: 1) 75% kompos dan 25% tanah 2) 25% kompos dan 75% tanah 3) 50% kompos dan 50% tanah 4) 100% kompos 5) 100% tanah
Pada masing-masing media ditanami oleh 1 biji, 3 biji, 6 biji, 9 biji, 12 biji, 15 biji, dan 18 biji kacang tanah
Diamati pertumbuhan tanaman kacang tanah setiap minggunya (tinggi tanaman dan jumlah daun) selama 3 minggu
Dokumentasi
Pengamatan Destruktif dan Laboratorium Setelah pengamatan pertumbuhan tanaman yang ke-3, tanaman diambil (dicabut) bersama dengan akarnya
Ditimbang berat basah per tanaman yang diamati
Dimasukkan ke dalam amplop coklat untuk tiap perlakuan
Diberi label pada amplop untuk tiap perlakuan
Di oven selama 1 x 24 jam
Ditimbang berat kering per tanaman
Catat hasil dan dokumentasi
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL (TABEL DAN GRAFIK) 4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan setiap Parameter a. Populasi 1
Tinggi Tanaman Minggu ke-
Media Tanam
1
2
3
4
5
0
0
0,0
0,0
0,0
2,5
4,8
14,5
16,5
17,0
0
2,1
11,0
13,0
18,0
3,5
5
14,5
15,0
17,0
0
3
14,5
16,0
0,0
Tanah 100% Kompos 100% Tanah 50 : 50 Kompos Tanah 75 : 25 Kompos Tanah 25 : 75 Kompos
Jumlah Daun
Media Tanam
Minggu ke1
2
Tanah 100%
0
0
0,0
0,0
0,0
Kompos 100%
0
2
8,0
9,0
10,0
0
2
10,0
10,0
14,0
4
5
10,0
11,0
15,0
Tanah 25 : 75 0
2
11,0
12,0
0,0
Tanah 50 : 50 Kompos Tanah 75 : 25 Kompos
3
4
5
Kompos
BB dan BK Rata-rata per
Parameter
Media Tanam Populasi
tanaman
BB
BK
BB
BK
Tanah 100%
1
146,120 68,100 146,120
68,100
Kompos 100%
1
46,540
8,300
8,300
1
89,750
13,000 89,750
13,000
1
71,850
19,300 71,850
19,300
1
117,640 41,500 117,640
Tanah
50
:
50
75
:
25
25
:
75
Kompos Tanah Kompos Tanah Kompos
46,540
41,500
b. Populasi 3
Tinggi Tanaman
Minggu ke-
Media Tanam 1
2
3
4
5
Tanah 100%
5,75
5,8
6
17
22,5
Kompos 100%
3
6,3
8
14,5
21,5
Tanah 50 : 50 Kompos
5,5
7,4
9
14,67
21,33
Tanah 75 : 25 Kompos
4,5
5
6,33
15,5
23
Tanah 25 : 75 Kompos
3
6
8
19
24
Jumlah Daun Minggu ke-
Media Tanam
1
2
3
4
5
Tanah 100%
4
5
9
16
19
Kompos 100%
0
2
8
9
14
Tanah 50 : 50 Kompos
4
6
6
9
16
Tanah 75 : 25 Kompos
2
2
10
13
22
Tanah 25 : 75 Kompos
0
0
9
11
19
Berat
Rata - Rata
Kering
BK/tanaman
(gr)
(gr)
BB dan BK Rata-rata Polybag
Populasi BB (gr) BB/Tanaman (gr)
Tanah 100%
2
42,4
21,2
9,4
4,7
Kompos 100%
2
24
12
3,6
1,8
3
41,6
13,86666667 6,8
2,266666667
3
63,62
21,20666667 11,2
3,733333333
1
20,93
20,93
4
Tanah 50 :
50
Kompos Tanah 75 :
25
Kompos Tanah
25 :
75
Kompos
4
c. Populasi 6
Tinggi Tanaman
Media Tanam Tanah 100%
Minggu ke1 4,5
2 5
3 6,625
4 13,750
5 19,625
Kompos 100% Tanah
50
:
50
75
:
25
25
:
75
Kompos Tanah Kompos Tanah Kompos
0
4
5,625
10,000
12,333
5
6,5
4,660
11,166
12,500
5,5
7
9,000
10,500
15,500
4
5,8
6,433
13,833
23,333
Jumlah Daun Minggu ke-
Media Tanam
1
3
4
5
Tanah 100%
4
6
8,500
13,500
22,500
Kompos 100%
0
3
7,250
10,333
12,666
4
6
6,000
11,000
15,500
4
6
9,400
12,500
20,250
4
6
10,000
16,000
18,666
Tanah
50
:
50
75
:
25
25
:
75
Kompos Tanah Kompos Tanah Kompos
2
BB dan BK Rata-rata per Parameter
Media Tanam
Populasi
BB
tanaman BK
BB
BK
Tanah 100%
4
86,930 16,900 21,733
4,225
Kompos 100%
3
18,470 3,200
1,067
4
61,270 10,000 15,318
Tanah Kompos
50
:
50
6,157
2,500
Tanah
75
:
25
25
:
75
Kompos Tanah Kompos
4
88,730 17,700 22,183
4,425
3
71,730 12,400 23,910
4,133
d. Populasi 9
Tinggi Tanaman Minggu ke-
Media Tanam
1
3
4
5
Tanah 100%
0
4
8,1
11,4
18,5
Kompos 100%
0
5
8,83
10,92
12,75
3,5
6,2
9,25
10,25
13
5,5
6,8
7,5
11,17
18,33
3,5
5,8
7,67
12,17
19,67
Tanah
50
:
50
75
:
25
25
:
75
Kompos Tanah Kompos Tanah Kompos
2
Jumlah Daun Minggu ke-
Media Tanam
1
2
3
4
5
0
3
6
8
11
0 Kompos 100% Tanah 50 : 50 2 Kompos Tanah 75 : 25 4 Kompos Tanah 25 : 75 4 Kompos
2
7
9
9
4
6
8
14
5
7
8
12
6
7
12
23
Tanah 100%
BB dan BK
Polybag
Tanah 100%
Populasi
BB (gr)
Rata-Rata
BK
BB/Tanaman
(gr)
(gr)
10,2
Rata-Rata BK/Tanaman (gr)
5
88,5
17,7
2,04
6
55,4
9,233333333 5,3
0,883333333
4
133,7
33,425
3,375
Kompos
3
72,1
24,03333333 7,3
2,433333333
Kompos 100%
6
89,3
14,88333333 9,7
1,616666667
Tanah 75 : 25 Kompos Tanah 50 : 50 Kompos
13,5
Tanah 25 : 75
e. Populasi 12
Tinggi Tanaman
Minggu ke-
Media Tanam 1
2
3
4
5
Tanah 100%
5
7,8
12
11,44
20,1
Kompos 100%
2,5
8,4
15,14
19,57
20,43
4,5
6,3
13,1
9,9
18,8
5
7
12,78
18,67
27,4
3,5
5
16,33
8
28,66
Tanah 50 :
50
Kompos Tanah 75 :
25
Kompos Tanah 25 : Kompos
75
Jumlah Daun Minggu ke-
Media Tanam
1
2
Tanah 100%
4
5
6,5
8,75
13,83
Kompos 100%
0
2
6,43
9,71
8,57
4
6
8
7,2
13,2
4
5
6,89
9,33
12,44
4
5
9
10,25
15,33
Tanah 50 :
50
Kompos Tanah 75 :
25
Kompos Tanah 25 :
75
Kompos
3
4
5
BB dan BK
Polybag
Tanah 100%
Populasi
BB (gr)
Rata-Rata BB/tanaman (gr)
BK (gr)
Rata-Rata BK/Tanaman (gr)
5
88,5
17,7
10,2
2,04
6
55,4
9,233333333
5,3
0,883333333
4
133,7
33,425
13,5
3,375
Kompos
3
72,1
24,03333333
7,3
2,433333333
Kompos 100%
6
89,3
14,88333333
9,7
1,616666667
Tanah 75 : 25 Kompos Tanah 50 : 50 Kompos Tanah 25 : 75
f. Populasi 15
Tinggi Tanaman Minggu ke-
Media Tanam
1
3
4
5
Tanah 100%
5
6,8
14,318
20,590
29,071
Kompos 100%
3,4
5,6
17,383
18,269
24,538
4,5
7,2
15,050
16,708
25,583
5
8
13,076
18,666
25,730
3
4,8
14,250
14,083
21,600
Tanah
50
:
50
75
:
25
25
:
75
Kompos Tanah Kompos Tanah Kompos
2
Jumlah Daun Minggu ke-
Media Tanam
3
4
5
Tanah 100%
4 5 6,181
7,181
11,500
Kompos 100%
2 3 5,666
7,076
8,000
4 6 5,100
7,083
10,916
4 6 5,769
7,250
8,846
0 2 5,250
5,833
9,571
Tanah
1 2
50
:
50
75
:
25
25
:
75
Kompos Tanah Kompos Tanah Kompos
BB dan BK Rata-rata per
Parameter
Media Tanam Populasi
BB
tanaman BK
BB
BK
Tanah 100%
7
128,000
23,450
18,286 3,350
Kompos 100%
13
132,500
21,050
10,192 1,619
12
141,000
25,150
11,750 2,096
13
95,800
9,850
7,369
6
138,000
27,750
23,000 4,625
Tanah
50
:
50
75
:
25
25
:
75
Kompos Tanah Kompos Tanah Kompos
0,758
g. Populasi 18
Tinggi Tanaman
Minggu ke-
Media Tanam 1
2
Tanah 100%
5
7,4
Kompos 100%
0
2,7
4,5
5,6
5,5
7,7
3,33
6,9
Tanah 50 :
50
Kompos Tanah 75 :
25
Kompos Tanah 25 : Kompos
75
3
4
5
Jumlah Daun Minggu ke-
Media Tanam
1
Tanah 100%
4
5
Kompos 100%
0
2
4
6
4
6
2
4
Tanah 50 :
50
Kompos Tanah 75 :
25
Kompos Tanah 25 :
75
Kompos
2
3
4
5
BB dan BK
Polybag
Tanah 100%
Populasi
BB (gr)
Rata - Rata BB/Tanaman (gr)
BK (gr)
Rata - Rata BK/Tanaman (gr)
5
88,5
17,7
10,2
2,04
6
55,4
9,233333333
5,3
0,883333333
4
133,7
33,425
13,5
3,375
Kompos
3
72,1
24,03333333
7,3
2,433333333
Kompos 100%
6
89,3
14,88333333
9,7
1,616666667
Tanah 75 : 25 Kompos Tanah 50 : 50 Kompos Tanah 25 : 75
4.1.2 Tabel Dan Grafik Nilai Rata-rata Setiap Pengamatan a. Tabel Dan Grafik Rata-Rata Tinggi Tanaman populasi
Perlakuan
1
3
6
9
12
15
18
Tanah 100%
0
11,41
9,9
8,4
11,27
15,15
6,2
Kompos 100%
11,06
10,66
6,39
7,5
13,21
13,84
1,35
8,82
11,58
7,96
8,44
10,52
13,8
5,05
11
10,86
9,5
9,86
14,17
11,54
6,6
6,7
12
10,67
9,76
12,3
Tanah 50 : 50 Kompos Tanah 75 : 25 Kompos Tanah 25 : 75 Kompos
70
Tinggi Tanaman
60 50 Tanah 25 : 75 Kompos
40
Tanah 75 : 25 Kompos 30
Tanah 50 : 50 Kompos
20
Kompos 100%
10
Tanah 100%
0 1
3
6
9 Populasi
12
15
18
5,11
b. Tabel Dan Grafik Rata-rata Jumlah Daun
Perlakuan
populasi 1
3
6
9
12
15
18
Tanah 100%
0
11
11
6
8
7
4,5
Kompos 100%
6
7
7
5
5
5
1
7
8
8
7
8
7
5
9
10
10
7
7
6
5
5
8
11
10
9
4
3
Tanah 50 : 50 Kompos Tanah 75 : 25 Kompos Tanah 25 : 75 Kompos
Jumlah daun 60 40 20 0 1
2
3
4
5
6
7
Tanah 100% Kompos 100%
Tanah 50 : 50 Kompos
Tanah 75 : 25 Kompos
Tanah 25 : 75 Kompos
b. Tabel Dan Grafik BB
Media Tanam
Rata-rata BB 1
3
6
9
12
15
18
Tanah 100%
146,120
21,2
21,73
17,7
17,7
18,286
17,7
Kompos 100%
46,540
12
6,15
9,23
9,23
10,192
9,233333
Tanah
50
:
50
Kompos Tanah
75
:
25
Kompos Tanah
25
:
75
Kompos
89,750
71,850
117,640
13,86
15,31
33,42
33,42
11,75
33,425
21,2
22,18
24,03
24,03
7,369
24,03333
20,93
23,91
14,88
14,88
23
14,88333
Axis Title
BERAT BASAH 500.000 450.000 400.000 350.000 300.000 250.000 200.000 150.000 100.000 50.000 0.000
Tanah 25 : 75 Kompos Tanah 75 : 25 Kompos Tanah 50 : 50 Kompos Kompos 100% Tanah 100%
1
3
6
9
12
15
18
b. Tabel Dan Grafik BK Rata-rata BK
Media Tanam
1
3
6
9
12
15
18
Tanah 100%
68,1 4,7
4,225 2,04
2,04
3,35
Kompos 100%
8,3
1,8
1,067 0,883333
0,883333
1,619 0,883333
13
2,266667
2,5
3,375
2,096 3,375
4,425 2,433333
2,433333
0,758 2,433333
4,133 1,616667
1,616667
4,625 1,616667
Tanah
50
:
50
Kompos Tanah
75
:
Kompos Tanah
:
3,375
25 19,3 3,733333
25
2,04
75 41,5 4
Kompos
BERAT KERING 160 140
Axis Title
120
Tanah 25 : 75 Kompos
100
Tanah 75 : 25 Kompos
80
Tanah 50 : 50 Kompos
60
Kompos 100%
40
Tanah 100%
20 0 1
3
6
9
12
15
18
4.2 PEMBAHASAN 4.2.1 Tinggi Tanaman Berdasarkan dari
grafik pengamatan terhadap tinggi tanaman
komoditas kacang tanah pada masing-masing populasi dan media tanam, dapat dilihat hasilnya sebagai berikut :
Pada media tanam tanah 100% tinggi tanaman tertinggi terdapat pada populasi 15 dengan tinggi 15,15 cm sedangkan untuk tinggi tanaman terrendah terdapat pada populasi 1 dengan tinggi 0 cm.
Pada media tanam kompos 100 % tinggi tanaman tertinggi terdapat pada populasi 15 dengan tinggi 13,84 cm sedangkan untuk tinggi tanaman terrendah terdapat pada populasi 18 dengan tinggi 1,35 cm.
Pada media tanam tanah 50% : kompos 50% tinggi tanaman tertinggi terdapat pada populasi 15 dengan tinggi 13,8 cm sedangkan untuk tinggi tanaman terrendah terdapat pada populasi 18 dengan tinggi 5,05 cm.
Pada media tanam tanah 75 % : kompos 25% tinggi tanaman tertinggi terdapat pada populasi 12 dengan tinggi 14,17 cm sedangkan untuk tinggi tanaman terrendah terdapat pada populasi 18 dengan tinggi 6,6 cm.
Pada media tanam tanah 25 % : kompos 75 % tinggi tanaman tertinggi terdapat pada populasi 12 dengan tinggi 12,3 cm sedangkan untuk tinggi tanaman terrendah terdapat pada populasi 18 dengan tinggi 5,11 cm. Maka dapat disimpulkan bahwa tinggi tanaman yang paling tinggi
adalah populasi 15 dengan media tanam tanah 100% dengan tinggi 15,15 cm.
4.2.2 Jumlah Daun Berdasarkan dari
grafik pengamatan terhadap
jumlah daun
komoditas kacang tanah pada masing-masing populasi dan media tanam, dapat dilihat hasilnya sebagai berikut :
Pada media tanam tanah 100 % jumlah daun terbanyak terdapat pada populasi 3 dan 6 dengan jumlah daun 11 sedangkan jumlah daun terendah terdapat pada populasi 1 dengan jumlah daun 0.
Pada media tanam kompos 100 % jumlah daun terbanyak terdapat pada populasi 3 dan 6 dengan jumlah daun 7 sedangkan jumlah daun terendah terdapat pada populasi 18 dengan jumlah daun 1.
Pada media tanam tanah 50% : kompos 50% jumlah daun terbanyak terdapat pada populasi 3, 6, 12 dengan jumlah daun 8 sedangkan jumlah daun terendah terdapat pada populasi 18 dengan jumlah daun 5.
Pada media tanam tanah 75% : kompos 25% jumlah daun terbanyak terdapat pada populasi 3 dan 6 dengan jumlah daun 10 sedangkan jumlah daun terendah terdapat pada populasi 15 dengan jumlah daun 6.
Pada media tanam tanah 25% : kompos 75% jumlah daun terbanyak terdapat pada populasi 6 dengan jumlah daun 11 sedangkan jumlah daun terendah terdapat pada populasi 18 dengan jumlah daun 3. Maka dapat disimpulkan bahwa jumlah daun terbanyak terdapat pada populasi 3 dan 6 pada media tanam tanah 100% dengan jumlah daun 11 daun.
4.2.3 Berat Basah (BB) Berdasarkan dari
grafik pengamatan terhadap berat basah
(BB) komoditas kacang tanah pada masing-masing populasi dan media tanam, dapat dilihat hasilnya sebagai berikut:
Pada media tanam tanah 100% nilai BB yang paling tinggi terdapat pada populasi 1 dengan BB 146,120 gr sedangkan nilai BB terendah pada populasi 9,12,18 dengan BB 17,7 gr .
Pada media tanam kompos 100% nilai BB yang paling tinggi terdapat pada populasi 1 dengan BB 46,540 gr sedangkan nilai BB terendah pada populasi 6 dengan BB 6,15 gr .
Pada media tanam tanah 50% : kompos 50 % nilai BB yang paling tinggi terdapat pada populasi 1 dengan BB 89,750 gr sedangkan nilai BB terendah pada populasi 15 dengan BB 11,75 gr .
Pada media tanam tanah 75 %: kompos 25 % nilai BB yang paling tinggi terdapat pada populasi 1 dengan BB 71,850 gr sedangkan nilai BB terendah pada populasi 15 dengan BB 7,36gr .
Pada media tanam tanah 25% : kompos 75 % nilai BB yang paling tinggi terdapat pada populasi 1 dengan BB 117,640 gr sedangkan nilai BB terendah pada populasi 9,12,18 dengan BB 14,88 gr .
Maka dapat disimpulkan bahwa nilai BB yang paling tinggi terdapat pada populasi 1 pada media tanam tanah 100% dengan nilai BB 146,120 gr.
4.2.3 Berat Kering (BK) Berdasarkan dari
grafik pengamatan terhadap berat kering
(BK) komoditas kacang tanah pada masing-masing populasi dan media tanam, dapat dilihat hasilnya sebagai berikut:
Pada media tanam tanah 100 % nilai BK tertinggi pada populasi 1 dengan BK 68,1 gr sedangkan BK terendah pada populasi 9,12,18 dengan BK 2,04 gr
Pada media tanam kompos 100 % nilai BK tertinggi pada populasi 1 dengan BK 8,3 gr sedangkan BK terendah pada populasi 9,12,18 dengan BK 0,88 gr
Pada media tanam tanah 50 % : kompos 50 % nilai BK tertinggi pada populasi 1 dengan BK 13 gr sedangkan BK terendah pada populasi 15 dengan BK 2,09 gr
Pada media tanam tanah 75 %: kompos 25 % nilai BK tertinggi pada populasi 6 dengan BK 4,42 gr sedangkan BK terendah pada populasi 15 dengan BK 0,75 gr
Pada media tanam tanah 25 % : kompos 75 % nilai BK tertinggi pada populasi 1 dengan BK 41,5 gr sedangkan BK terendah pada populasi 9,12,18 dengan BK 1,61 gr Maka dapat disimpulkan bahwa nilai BK tertinggi terdapat
pada populasi 1 media tanam 100 % tanah dengan BK 68,1 gr.
Dari semua parameter yang diamati mulai dari tinggi tanaman, jumlah daun, BB dan BK didapatkan hasil bahwa pada media tanam tanah 100 % memberikan hasil yang baik dalam mendukukung pertumbuhan kacang tanah. Media tanam mempengaruhi perkecambahan. Karena, faktor-faktor yang terkandung di dalam
masing-masing media berbeda-beda dan membuat kondisi fisik atau hasil perkecambahan kacang itu sendiri berbeda. Jadi, setiap media yang berbeda pasti selalu memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap suatu perkecambahan. Karena, setiap media tanam pasti memiliki tekstur, unsur, dan yang lainnya berbeda-beda. Selain itu adanya perbedaan kandungan-kandungan dari mediamedia tanam dan faktor eksternal (suhu, oksigen, cahaya, nutrisi). Penanaman kacang tanah lebih baik pada tanah daripada media lain, karena akan mempermudah akar tanaman dalam mencari unsur hara yang terkandung dalam tanah serta akan mempengaruhi kecepatan pertambahan volume akar. Pada media kompos, kacang tanah sangat rentan busuk. Disebabkan, keadaan kompos yang sudah terkontaminasi mikroorganisme itu yang menyebabkan munculnya koloni mikroorganisme yang dapat menyebabkan kacang tanah menjadi busuk. Kemungkinan lain juga media tanah 100% yang digunakan dalam praktikum sudah cukup gembur sehingga dapat menyuplai kebutuhan unsur hara pada pertumbuhan kacang tanah. Dan pemberian kompos yang melebihi dosis berpengaruh buruk pada perkecambahan dan pertumbuhan kacang tanah karena kompos memberi efek panas sehingga tidak cocok bagi pertumbuhan tanaman. Tanaman kacang tanah yang ditanam pada media tanam tanah mengalami pertumbuhan yang lebih bagus daripada yang ditanam pada media tanam yang lain. Hal ini dikarenakan pada awal pertumbuhannya, akar kecambah mampu beradaptasi dengan media tanam secara baik karena media tanam belum tercampur dengan pupuk sehingga media tanam lebih sesuai dengan proses pertumbuhan kacang tanah. Seiring pertumbuhannya, daun pun mulai tumbuh dan menghasilkan zat hijau daun dan mampu menghasilkan makanan sendiri dengan bantuan cahaya matahari dan air. Daya dukung lahan (Land Carrying Capacity) dinilai menurut ambang batas kesanggupan lahan sebagai suatu ekosistem menahan keruntuhan akibat penggunaan. Konsep daya dukung harus merujuk pada aras (level) penggunaan lahan yang akan meluangkan pemeliharaan secara sinambung suatu aras mutu
lingkungan tertentu dalam suatu aras tujuan pengelolaan tertentu yang ditetapkan dengan mengingat biaya pemeliharaan mutu sumberdaya pada suatu aras yang akan mendatangkan kepuasan pengguna sumberdaya. Pada pengamatan komoditas kacang tanah di Kebun Praktikum Ngijo budidaya dilakukan pada polibag, daya dukung optimum populasi yang dapat ditampung polibag adalah sejumlah 15 tanaman, dan daya dukung optimum media tanam yang bisa disediakan oleh polibag adalah media tanam tanah 100%.
BAB V. PENUTUP
5.1 KESIMPULAN Dari hasil pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan antar fenomena kompetisi dan daya dukung. Daya dukung merupakan jumlah maksimum individu yang dapat didukung atau dilayani oleh sumber daya yang ada di dalam suatu ekosistem. Untuk mengukur daya dukung itu sendiri harus diketahui jumlah individu dan daya dukung itu sendiri misal media tanam. Dengan mengukur daya dukung, maka akan dapat diketahui pertumbuhan dari suatu tanaman, jika berada di bawah garis daya dukung, maka akan menyebabkan fenomena kompetisi, stress, serta gangguan lainnya. Dari data diatas dapat diketahui bahwa pertumbuhan tanaman kacang tanah dengan populasi 18 tanaman per pot lebih kecil daripada populasi 1 atau 3 tanaman per pot. Hal ini dikarenakan pada populasi 18 terjadi fenomena kompetisi terhadap persaingan unsur hara pada tanaman sehingga tanaman menjadi stress dan banyak yang mati. Selanjutnya, jika daya dukung semakin kecil atau rendah, dan terjadi fenomena kompetisi, maka hal itu dapat menyebabkan ketidakberlanjutan dari suatu pertanian atau populasi tanaman.
5.2 SARAN
Sebaiknya apa yang tertulis di kesimpulan adalah hasil dari pembahasan.
DAFTAR PUSTAKA
Eko, 2013. Carrying Capacity. http://ekodukasi.wordpress.com/2012/03/09/carryingcapacity/. Diakses tanggal 14 Desember 2013. Sunu,2001 dalam Munif, 2013. Daya Tampung. http://environtmentalsanitation. wordpress.com/2012/12/12/konsep-lingkungan-daerah-aliransungaidassebagai-daya-dukung-lingkungan/. Diakses tanggal 14 Desember 2013 Zoer’aini, 1997 dalam Munif, 2013. Daya Tampung. http://environtmentalsanitation. wordpress.com/2012/12/12/konsep-lingkungan-daerah-aliransungaidassebagai-daya-dukung-lingkungan/. Diakses tanggal 14 Desember 2013. Adityo, 2013. Analisis Daya Tampung. http://wismoadhityo.wordpress.com/. Diakses tanggal 14 Desember 2013. Vicky R.B. Moniaga, 2011. Analisis Daya Dukung. ASE-Volume 7 Nomor 2, Mei 2011: 61-68 Wasis,
2013.
http://www.crayonpedia.org/mw/Manusia_dan_Lingkungannya_-
_wasis. Diakses tanggal 14 Desember 2013. Yeates, Maurice and Garner, Barry. 1980. The North American City. Harper & Row, Publisher. San Francisco.