TUGAS NARASI PPKN MINGGU KE-13 NEGARA INDONESIA DAN PANCASILA “INDONESIA, PANCASILA DAN PPKN” (I Love You Full)
Nama Kelompok : 1) M. Zamharil Atho’ur Rohman
(071211631102)
2) Dikka Agustina Sulistyohari
(071211633004)
3) Devi Kusuma Wardani
(071211631104)
4) Falla Aulia Baqie
(071211631107)
5) Ariestya Ayu Permata
(071211633024)
Program Studi Ilmu Informasi dan Perpustakaan FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2013
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bartandatangan di bawah ini
:
Kelompok 2A 1) Ketua
: M. Zamharil Atho’ur Rohman
(071211631102)
2) Sekretaris
: Dikka Agustina Sulistyohari
(071211633004)
3) Bendahara I
: Devi Kusuma Wardani
(071211631104)
4) Bendahara II
: Falla Aulia Baqie
(071211631107)
5) Bendahara III : Ariestya Ayu Permata
(071211633024)
Menyatakan bahwa narasi ini benar-benar hasil kerja kelompok kami, tanpa ada unsur plagiat.
Surabaya, 4Juni2013
KetuaSekretaris Bendahara IBendahara IIBendahara III
M.Zamharil Dikka Agustina S.
Devi Kusuma W. Falla Aulia B. Ariestya Ayu P.
INDONESIA, PANCASILA, DAN PPKN “I LOVE YOU FULL”
Putar.. berputar. Bumi terus berotasi tiada henti, tanpa kita sadari hari ini menjadi titik dimana pertemuan yang sungguh bermakna setiap awal minggunya ini harus diakhiri. Di Senin pagi yang cerah, tak seperti Senin-Senin sebelumnya ini, langkah kami kian giat menuju ruang kelas A-303 untuk mengikuti mata kuliah favorit mahasiswa IIP, apalagi kalau bukan Pendidikan Kewarganegaraan. Kuliah ini bukan semata-mata untuk menggugurkan kewajiban kami dalam mengikuti mata kuliah wajib universitas, namun lebih dari itu kuliah yang berbobot 2 sks ini juga merupakan wahana bagi kami mahasiswa IIP untuk mendapatkan pelajaran-pelajaran moral yang amat berguna bagi masa depan kami. Waktu yang kian berlalu akhirnya membawa kami sampai pada ujung pertemuan dengan dosen sekaligus motivator kami.Tiga belas minggu sungguh terlalu singkat untuk mata kuliah yang satu ini.Jika dapat, sungguh ingin rasanya kami putar kembali waktu dimana kami pertama kali memasuki ruang kelas 303 ini dengan penuh H2C (Harap Harap Cemas) akan dosen yang nantinya akan membimbing kami dalam mata kuliah kebangsaan ini. Kala itu, sungguh Tuhan telah mendengar do’a kami dengan megirimkan seorang dosen yang arif dan selalu menularkan energi-energi positif kepada mahasiswanya. Andai ada pilihan lain yang dapat diambil, kami tentu tak akan merelakan begitu saja kuliah yang sangat bermakna ini berakhir. Tetapi apa mau dikata, seperti kata pepatah, “Selalu ada 2 sisi yang bertolak belakang dalam hidup ini”, maka dari pertemuan yang terjadi 12 minggu yang lalu, di Senin pertama bulan Juni ini kami harus merelakan sebuah perpisahan terjadi. Dan ini juga lah narasi terakhir PPKn kami, tidak ada lagi narasi-narasi yang kami buat di senin malam usai pak Adib memberikannya di senin pagi. Namun ini ‘kan tetap terkenang baik dan akan sangat terindukan kehadiran dengan suasana yang semacam ini. Untuk dosen sekaligus motivator kami yang sungguh berkontribusi terhadap perubahan-perubahan dalam hidup kami ke arah yang lebih baik—sekecil apapun itu, tak
henti-hentinya kami ucapkan terima kasih.Terima kasih telah hadir dalam hidup kami, terima kasih telah mewarnai hidup kami dengan energi-energi yang belum pernah kami dapatkan sebelumnya. Dan terima kasih untuk motivasi bapak yang selamnya akan tertanam di sanubari kami sebagai bekal dalam mengarungi ganasnya badai kehidupan serta curamnya jurang kebodohan yang siap menelan kami seandainya bapak tak hadir mengisi ‘kekosongan’ hidup kami. Akhirnya, tanpa membuang waktu yang tersisa hanya tinggal beberapa menit lagi menuju perpisahan yang sesungguhnya, Pak Adib segera menitahkan kami untuk melakukan “opening ceremony” yang kali ini juga bermakna sebagai “closing ceremony” karena upacara dalam ruangan A-303 di Senin, 3 Juni 2013 ini menjadi upacara terakhir kami dalam serangkaian kegiatan kuliah PKN. Ada yang berbeda dalam upacara kali ini, tampak lebih special karena Pak Adib telah mempersiapkan instrument pengiring kami dalam menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, Mengheningkan Cipta, serta Hymne Airlangga. Tetapi apapun itu, yang pasti setiap kali menyanyikan tiga lagu ini, rasanya seperti ada yang menggetarkan hati kami, membuat jiwa raga kami seolah melebur, luruh dalam angan yang dicita-citakan syair lagu ini. Tidak kalah menariknya dengan hal baru yang ditampilkan Pak Adib, topik diskusi kali ini juga begitu menarik hingga menggugah banyak respon dari audience untuk mengemukakan pendapatnya, bertanya, serta memberikan jawaban dan argument mereka dalam setiap permasalahan yang timbul dalam diskusi. “Negara Indonesia dan Pancasila”, itulah isu sentral yang menjadi bahan perdebatan dan diskusi kali ini.“Seru dan menarik” itulah dua hal yang sudah pasti terjadi ketika kita berbicara dan berdiskusi mengenai topi ini, Indonesia dan Pancasila. Dilihat dan dibahas dari segi manapun akan tetap saja menimbulkan ketertarikan, keingin tahuan dan memancing rasa penasaran kita. Yups! Seperti biasanya, kelompok yang berada di depan bertugas sebagai pemresentasi dan pembanding utamasedangkan kami para audience juga diberi hak untuk berkontribusi dalam jalannya diskusi.
Satu fenomena yang terjadi kali ini ketika kelompok pemresentasi menyebutkan lima sila dalam Pancasila dan mengalami keseleo lidah (kekeliruan), hingga akhirnya hal itu menjadi isu yang diperdebatkan dalam diskusi. Suatu fenomena yang agaknya memalukan memang, namun, sebenarnya hal tersebut merupakan suatu kewajaran mengingat berbicara di depan audience bukanlah hal yang mudah. Dari kejadian keseleo lidah tersebut muncul lah sebuah pertanyaan kritis dari seorang audience yaitu “bagaimana seharusnya kita menyikapi seorang mahasiswa yang tidak hafal terhadap dasar fundamental, cita-cita dan ideologi negaranya yaitu Pancasila?”.Sebuah
pertanyaan
yang
bersifat
ironi
(sindiran),
pertanyaan
yang
mengundang banyak simpati audience untuk menyampaikan argumennya.Ada yang mengatakan bahwa “mahasiswa yang tidak hafal sila-sila dalam Pancasila dapat dikatakan bukan mahasiswa, atau mungkin riwayat pendidikan kewarganegaraannya yang sejak sekolah dasar selalu mendapat nilai “D”. Sebenarnya permasalahan Pancasila ini bukan hanya sekedar menuntut kita untuk hafal isi dari ke lima silanya, melainkan bagaimana kita mengaplikasikannya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hari ini, adalah 2 hari pasca hari jadi Pancasila yang sejak 1945 tahun lalu menjadi dasar falsafah negara kita. Enam puluh delapan tahun sudah negara ini berpandangan jauh ke depan dan berpegang teguh kepadanya. Kedaulatan yang kita dapatkan melalui sejarah perjuangan panjang selama berabad-abad tidak dapat terhenti sampai disini, justru kian kesini tanggungjawab kita untuk memproyeksikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila ke dalam “sesuatu” yang lebih nyata kian besar. Pancasila yang lahir dibidani para pemikir-pemikir bangsa serta founding father kita ini juga tak lepas dari campur tangan negara lain yakni Jepang. Jepang yang saat itu berkesempatan menjajah Indonesia dengan modus mengaku sebagai “saudara tua” berusaha merebut simpati bangsa Indonesia dengan membentuk badan bernama BPUPKI.Namun hikmah dari terbentuknya badan ini juga sangat dirasakan Indonesia karena badan ini lah yang memperantarai lahirnya Pancasila.Dan 1 Juni adalah hari dimana cita-cita terbesar itu diakui secara nasional sebagai cita-cita seluruh bangsa yang bertumpah darah Indonesia.Selain itu, Pancasila juga merupakan sumber dari segala
hukum yang berlaku di Indonesia, segala tingkah laku kita harus diatur sesuai Pancasila dan mencerminkan setiap butir Pancasila agar dapat dikatakan bahwa bangsa ini telah mencapai cita-citanya. Seperti itu lah gambaran tentang Pancasila yang dipertajam dengan pemutaran video tentang sejarah bangsa Indonesia serta Pancasila itu sendiri.Memang tidak cukup puas rasanya jika membahas Pancasila hanya sampai disini saja, tetapi karena keterbatasan ruang dan waktu, maka pembahasan ini harus segera beralih ke topic berikutnya yaitu “Negara Indonesia”. Jika sebuah pertanyaan ditujukan kepada kita mengenai apa pengertian Indonesia sebenarnya, mungkin akan ada banyak sekali jawaban. Mulai dari negara kepulauan, negara yang gemah ripah loh jinawi, negara yang damai dan indah, negara yang kaya, dan masih banyak lagi .namun dari semua pernyataan di atas, yang palin menarik adalah “Indonesia adalah negara yang kaya”. Begitu kaya-nya hingga tak tahu harus dikemana-kan hartanya ini. Memang tidak dipungkiri, negara kita tercinta ini kaya akan hasil alam. Segala macam hasil bumi ada disini, mulai dari rempah-rempah, minyak bumi, kekayaan bahari, kekayaan hutan, dan masih ada 1001 macam kekayaan lagi yang tak akan muat jika kita sebutkan disini. Maka bukan suatu hal yang mengherankan jika sejak dulu bangsa asing selalu berusaha untuk menguasai Indonesia untuk menguasai kekayaan-kekayaan yang dimilikinya itu, mulai dari Spanyol, Portugis, Inggris, Belanda, Jepang, semua tergiur akan kekayaan bumi pertiwi kita. Tidak cukup sampai pada kekayaan secara materi saja, negara kita juga kaya akan budaya, suku, dan bahasa, termasuk di dalamnya dapat kita jumpai beranekaragam tarian daerah, nyanyian, dan ragam seni lainnya yang menarik minat negara lain untuk men-klaim budaya tersbut sebagai miliknya. Maka dari semua hal di atas, tidak ada satu pun hal yang dapat kita keluhkan, sebaliknya kita harus memanjatkan puji syukur yang teramat kepada Tuhan yang menakdirkan kita hidup di negara multicultural dan plural ini dengan sejuta kelebihannya yang tidak dimiliki negara lain dan membuat negara lain terpikat. Jika suatu ketika pertanyaan “apakah Indonesia itu?” menghampiri kita, maka jangan ragu-ragu untuk mengatakan secara lantang dan tegas “Indonesia adalah negeriku yang kaya”.Mulai dari
sekarang, ciptakanlah hal-hal yang positif untuk Indonesia dan tebarkan hal positif untuk Indonesia. Tak hanya berhenti disitu saja, sebisa mungkin ciptakanlah kontribusi nyata terhadap pembangunan Indonesia ke arah yang lebih baik demi terciptanya tujuan dasar Pancasila.Salah satu kontribusi yang dapat kita lakukan adalah melalui kegiatan “Indonesia Mengajar” yang digagas anak-anak bangsa dalam rangka menyamaratakan pendidikan dasar yang layak dan patut didapat semua anak di seluruh Indonesia, mulai dari kota-kota besar hingga di berbagai pelosok tanah air. Kegiatan ini memiliki banyak tujuan mulya dan menguntungkan semua pihak. Hal pertama yang melatarbelakangi terbentuknya kegiatan ini adalah distribusi tenaga pengajar yang tidak merata sehingga sekolah-sekolah (terutama sekolah dasar) yang letaknya terisolasi dan hampir belum tersentuh pembangunan sama sekali tidak dapat melaksanakan fungsinya secara optimal. Hal ini tentu saja terjadi karena sebagian besar orang akan lebih memilih bekerja di tempat yang baik dengan segala fasilitas yang tersedia daripada bekerja sebagai pengajar di daerah terisolir yang memerlukan perjuangan fisik dan mental untuk dapat melaluinya dengan sukses. Apalagi dengan gaji yang tidak setimpal dan fasilitas yang amat minim, seperti lokasi yang tidak terjangkau kendaraan bermotor, belum adanya sumber listrik dan segala macam “ke-tidak enakan lainnya”. Namun pada kenyataannya, masih ada anak-anak bangsa yang rela meninggalkan hingar-bingar kota demi menjalankan tugas mulia tersebut. Mereka rela meninggalkan pekerjaan dan jabatan yang telah didapat, pekerjaan dan jabatan yang menjanjikan segala macam kebahagiaan duniawi demi menyebarkan energy positif yang mereka miliki kepada saudara sebangsanya.Suatu tindakan yang patut diacungi jempol dan tentunya mereka yang melakukan semua ini bukanlah sembarang orang. Mereka adalah putra-putri terbaik bangsa yang dipilih secara ketat melalui proses seleksi yang mempertimbangkan segala aspek. Dari apa yang kami peroleh dari mata ajar PPKn di akhir perjumpa’an kami ini, kami sangat merasa senang diiringi dengan rasa ‘kahilangan’, namun kami menyadari bahwa ini
bukan akhir dari segalanya. Terkadang kenangan sangat mampu menjadi pengalaman mendapatkan sesuatu yang indah. “Tentang PPKn sekaligus dosennya, I love you fulllll”, sambil menirukan gaya Alm. Mbah Surip.