TUGAS MAKALAH KELOMPOK “ LOBUS TEMPORAL “ Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Neurologi KELOMPOK 7 : Hartarti Rabecca Sianturi
190110080023
Nita Anja
190110080027
Lamia Irhammy
190110080029
Aulia Hanafitri
190110080030
Gita Irianda Rizkyani M.
190110080031
Nurwita Novitasari
190110080032
Nita Yuliandini
190110080036
Mirza Afrina
190110080038
Triayu Handayani
190110080040
Imelda Yanti Natalia Purba
190110080043
Esterin Violety Angelina
190110080058
Anthony Siagara
190110080122
UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PSIKOLOGI JATINANGOR 2011
BAB I PENDAHULUAN Sebagai makhluk sosial, komunikasi merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Dalam komunikasi yang akan dilakukan, manusia menggunakan simbol tertentu yang sering disebut sebagai bahasa. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bahasa memegang peranan penting dalam perkembangan kemampuan berkomunikasi individu sepanjang rentang hidupnya. Kehilangan fungsi bahasa dapat menghambat manusia dalam menjalankan fungsinya baik fisik maupun psikis. Beberapa kasus menunjukkan adanya hambatan dalam perkembangan kemampuan berkomunikasi atau berbicara pada manusia terkait bahasa, yang salah satunya disebabkan oleh adanya kerusakan atau gangguan pada salah satu bagian otak, yakni lobus temporalis. Salah satu kasus yang dapat dikatakan mengawali penelitian untuk gangguan berbahasa terkait otak adalah kasus dari salah satu pasien seorang ahli dari Jerman, Carl Wernicke yang mengalami gangguan dalam berbicara. Pasien ini dapat berbicara dengan lancar, akan tetapi makna dari apa yang dibicarakannya tidak karuan dan tidak ia pahami. Komprehensi bahasanya dalam berbicara juga sangat terganggu. Kemudian Wernicke melakukan penelitian lebih lanjut dan membandingkan kondisi otak pasien ini dengan pasienpasien yang lain. Hasilnya diketahui bahwa lobus temporal pasien dengan gangguan bicara ini agak menjorok ke daerah parietal, dimana daerah ini merupakan bagian otak yang berkaitan dengan kemampuan untuk memahami bahasa (komprehensi bahasa). Stimulus auditori yang diterima pasien tidak dapat ia maknakan dan hal ini pada akhirnya menghambat dirinya dalam berkomunikasi di lingkungan sosial. Kasus singkat di atas menunjukkan bahwa betapa pentingnya bagian lobus temporal otak dan fungsinya untuk keberlangsungan hidup seorang manusia, dimana hal ini terkait dengan bahasa dan komunikasi sebagai aspek paling penting bagi manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Kasus tersebut hanya merupakan salah satu dari banyak kasus terkait kerusakan pada lobus temporal yang sifatnya penting dan signifikan bagi kelangsungan hidup manusia. Oleh karena pentingnya bagian otak yang satu ini, maka perlu kiranya membahas lebih lanjut mengenai lobus temporal itu sendiri. Dalam tulisan ini akan dipaparkan secara singkat mengenai anatomi dari lobus temporal, fungsi, dan gangguan yang terkait.
BAB II ANATOMI DAN FUNGSI
1. ANATOMI LOBUS TEMPORALIS Lobus temporalis merupakan satu dari empat lobus utama dari otak.
Lobus
temporalis berada di bawah sylvian fissure dan di anterior korteks oksipital dan parietal. Brodmann mengidentifikasi 10 area temporal, tetapi penelitian anatomi terbaru menunjukkan banyak area pada monyet, apalagi pada wanita. Region pada permukaan lateral temporal dapat dilihat pada bentuk auditory dan visual. Sylvian fissure berisi jaringan yang membentuk insula yang meliputi gustatory cortex. Superior temporal sulcus (STS) memisahkan girus superior dan middle serta berisi jumlah yang signifikan dari neocortex, yang bisa dibagi dalam beberapa region. Korteks dari STS bersifat multimodal, menerima input dari auditory, visual, dan region somatik. Lobus temporal memiliki dua sulci penting yang terletak secara horizontal dan parallel dengan Sylvian fissure. Mereka membagi lobus temporal menjadi 3 gyri: Superior Temporal Gyrus, Middle Temporal Gyrus, dan Inferior Temporal Gyrus. Inferior Temporal Gyrus ukurannya lebih besar daripada yang kita lihat biasa dari samping korteks karena itu letaknya di permukaan bawah dalam tengkorak.
2. FUNGSI LOBUS TEMPORALIS Lobus temporalis tidak memiliki fungsi yang satu, karena dalam lobus temporalis terdapat primary auditory cortex, the secondary auditory, dan visual cortex, limbic cortex, dan amygdala. Tiga fungsi basis dari korteks temporal adalah memproses input auditori, mengenali objek visual, dan penyimpanan jangka lama dari input sensori, ditambah dengan fungsi amigdala, yaitu nada afeksi (emosi) pada input sensori dan memori. Beberapa fungsi lainnya adalah sebagai berikut :
Fungsi Kemampuan Berbicara Memori Membaca Respon emosi Respon auditori Pemrosesan Visual Fungsi Penciuman
Keterangan diatur pada bagian sebelah kiri temporal, terdapat zona bahasa atau berbicara bernama Wernicke. Area ini mengontrol proses termasuk komprehensif dan memori verbal. mengatur retensi memori jangka panjang berupa fakta, kejadian, orang, dan tempat memproses suara dan kata-kata tertulis menjadi suatu informasi sehingga menjadi ingat. berasal dari amygdala didalam lobus temporalis primary auditory cortex(terletak pada Heschl’s gyri) bertanggung jawab untuk merespon frekuensi suara yang berbeda untuk lokalisasi suara. Bagian ini bertugas untuk peka terhadap suara. memunculkan perasaan yakin dan insight. tugas dari lobus olfaktori untuk identifikasi informasi.
Proses bahasa ucapan :
Diterima alat dengar → Pusat otak primer dan sekunder → Pusat otak asosiatif: area wernicke, kata yang didengar akan dipahami → Girus angularis, tempat pola kata-kata dibayangkan lewat area Wernicke di fasikulus arkuatus area Broca: gerakan motorik pembicaraan area motorik primer ; otot-otot lidah untuk ucapan → area motorik suplementer, agar ucapan/gerakan lidah menjadi jelas
Proses bahasa Visual :
Diterima alat visual → Pusat otak primer penglihatan → Pusat otak asosiasi penglihatan: (di sini terjadi pengenalan informasi) → Girus angularis → area Wernicke → area Broca (gerakan pembicaraan) → area motorik primer dan suplementer, sehingga pada akhirnya tulisan dapat dimengerti.
BAB III KELAINAN LOBUS TEMPORAL
Kerusakan Dominan 1. Cortical deafness kerusakan pada primary visual atau somatic cortex yang menuju pada kehilangan kesadaran akan sensasi, sehingga hal ini cukup masuk akan untuk memprediksi bahwa kerusakan bilateral pada auditory cortex akan menghasilkan tuli kortikal. 2. Auditory Agnosia ketidakmampuan untuk menginterpretasi suara nonverbal tetapi dapat menginterpretasi ungkapan.
Kerusakan Non-Dominan Amusia tidak dapat membedakan antara nada musik yang berbeda, dan beberapa juga mengalami kesulitan membedakan antara pola berirama yang berbeda. a. Congenital amusia : kekurangan pada musik yang kebanyakan orang telah memiliki kemampuan ini sejak lahir. Cirinya adalah tidak dapat mengenali atau bersenandung lagulagu yang dikenali, kurang peka terhadap nada yang disonan. b. Acquired amusia : mempunyai ciri yang sama seperti amusia bawaan, tapi tidak diperoleh karena diwariskan, amusia jenis ini adalah akibat dari kerusakan otak.
Ada 8 simptom yang diasosiasikan dengan penyakit pada lobus temporal, yaitu 1. Gangguan sensasi auditory dan persepsi kerusakan pada auditoryperceptual
terletak pada bagian kiri lobus temporal. Bagian kiri lobus temporal penting untuk membedakan ucapan. Pada bagian ini juga terdapat gangguan yang disebut dengan aphasia dimana seseorang sulit untuk mengenali kata-kata ( terletak pada Wernicke’s area). Selain itu, ketika terjadi kerusakan pada bagian kanan lobus temporal, maka seseorang akan mengalami kemunduran dalam mepersepsi karakteristik tertentu dari musik (loudness, quality dan pitch) 2. Gangguan selective attention input auditory dan visual kerusakan pada bagian
kanan lobus temporal akan mengakibatkan ketidakmampuan seseorang dalam mengenali dan me-recall wajah maupun gambar-gambar. 3. Kelainan persepsi visual luka pada bagian kiri lobus temporal akan mengakibatkan
ketidakmampuan untuk fokus karena sistem syarafnya terluka. Begitu juga dengan bagian kanan lobus temporal. 4. Kerusakan pengorganisasian dan pengkategorisasian materi verbalkerusakan lobus
temporal juga mengakibatkan seseorang tidak dapat mengkategorisasikan sebuah kata, gambar, maupun objek yang familiar. 5. Gangguan pemahaman bahasa Seseorang dengan kerusakan ini mengakibatkan ia
selalu keluar dari konteks, apakah itu kalimat, gambar , maupun ekspresi wajah. 6. Kerusakan memori jangka panjang kerusakan pada lobus temporal mengakibatkan
seseorang mengalami amnesia. Kerusakan pada inferotemporal cortex mengakibatkan ketidak sadaran dalam me-recall informasi. Luka pada bagian kiri lobus temporal mengakibatkan seseorang tidak dapat me-recall materi verbal, sebaliknya jika bagian kanan rusak, akan mengakibatkan ketidakmampuan me-recall materi non-verbal 7. Perubahan
kepribadian dan perilaku afektif kerusakan lobus temporal
mengakibatkan gangguan pada emosi (karena amygdala terstimulasi). 8. Perubahan perilaku seksual
DAFTAR PUSTAKA
Linsday W Kenneth et al. Neurology and Neurosurgery Ilustrated. 3rd Ed. ChurchillLivingstone, New York,1997;105-120.
Netter H Frank. The CIBA Collection of Medical Illustrations. Vol I Nervous System, 1986 :147
Bird P Thomas, m e m o r y
loss
and
D e m e n t i a .In Harissons's. Principles
of InternalM e d i c e n e . 14th Ed, McGraw-Hill, New York, 1998;142 -149
Linsday W Kenneth et al. Neurology and Neurosurgery Ilustrated. 3rd Ed. Churchill Livingstone, New York, 1997 ; 105 -120.
Netter H Frank. The CIBA Collection of Medical Illustrations. Vol I Nervous System,47. Bird P Thomas, memory loss and Dementia. In Harissons's. Principles of Internal Medicene. 14th Ed, McGraw-Hill, New York, 1998 ; 142 -149
http://www.ruf.rice.edu/~lngbrain/cglidden/temporal.html
http://biology.about.com/gi/o.htm?zi=1/XJ&zTi=1&sdn=biology&cdn=education&tm=420& f=00&tt=11&bt=0&bts=0&zu=http%3A//www.sci.uidaho.edu/med532/temporal.htm
http://biology.about.com/od/anatomy/p/temporal-lobes.htm