TUGAS ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT BANK MANDIRI PERSERO Tbk.
Meliani Nababan Bonita Putri Utami Fariz Alfisniawan
UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS 2015
Profil Bank Mandiri PT Bank Mandiri (PERSERO) Tbk. (IDX:BMRI ) adalah bank yang berkantor pusat di Jakarta, dan merupakan bank terbesar di Indonesia dalam hal aset, pinjaman, dan deposit. Bank ini berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank milik Pemerintah yaitu, Bank Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim), dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo), digabungkan ke dalam Bank Mandiri.
Analisis Industri Perbankan terhadap Posisi PT BANK MANDIRI Persero Tbk. 1. Rivalry Among Existing Firm Tingkat persaingan antar bank dalam industri bank umum dan bank swasta sangat tinggi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kondisi ini yaitu : a. Jumlah pesaing yang banyak. Berdasarkan data pelapor SID di Bank Indonesia, ada 120 bank di seluruh Indonesia. Meskipun, hanya 10 bank yang tergolong besar, yang memiliki total asset diatas Rp20Milyar. Pertumbuhan kredit rata-rata adalah sebesar 15,7%, lebih tinggi dibandingkan realisasi pertumbuhan kredit (s.d November 2014). Sumber : Laporan Survey Perbankan Triwulan IV 2014 BI b. Hambatan pengunduran diri yang tinggi. Bank yang sudah ada sangat
sulit
mengundurkan diri karena beberapa hal, yaitu: (1) dampak sosial dan psikologis bagi masyarakat, karena bank mengelola uang masyarakat (2) Likuiditas bank sangat tergantung pada nasabah, maka bila suatu bank mengundurkan diri tidak mudah untuk menarik pinjaman tersebut, (3) bank merupakan industri yang padat tenaga kerja. c. Adanya persaingan harga. Persaingan harga merupakan salah satu indikasi ketatnya persaingan bank umum. Persaingan ini dapat dilihat dari suku bunga yang diberlakukan oleh bank, dimana beberapa bank malah menawarkan bunga negosiasi yang dapat lebih tingi dari counter rate untuk simpanan.
Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) Data Posisi Akhir Oktober 2013
Nama Bank
Suku Bunga Dasar Kredit (%) Kredit
Kredit Kredit Kredit
Kredit Konsumsi
Korporasi
PT BANK MANDIRI
Ritel
Mikro
KPR
Non KPR
10.5
12.25
22
11
12.25
10
11.75
19.25
10.25
12
9.75
11.25
-
9.5
9.18
12.1
13
10.85
13
(PERSERO), Tbk PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO), Tbk PT BANK CENTRAL ASIA, Tbk
PT BANK NEGARA INDONESIA 10.5 (PERSERO), Tbk PT BANK CIMB NIAGA, Tbk
10.75
11.25
19.5
11.25
11.25
PT BANK PERMATA, Tbk
10.75
11.5
-
12.5
11.5
PT PAN INDONESIA BANK, Tbk
10.49
10.49
19
10.49
10.49
PT BANK DANAMON
10.75
11.75
20.19
12
12.47
10.59
11.03
18.3
10.52
10.77
10.5
10.75
17.75
11
11.5
PT BANK OCBC NISP, Tbk
10.9
12
-
12.5
12.5
THE BANK OF TOKYO
6.43
-
-
-
-
9
9
-
9
-
8.22
10.78
17.35
8.65
10.41
PT BANK UOB INDONESIA
10.8
12.6
-
10.61
-
CITIBANK NA
8.5
8.8
-
-
11.5
PT BANK BUKOPIN, Tbk
11.24
13.55
14.22
12.2
13.25
INDONESIA, Tbk PT BANK INTERNASIONAL INDONESIA, Tbk PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO), Tbk
MITSUBISHI UFJ LTD THE HONGKONG AND SHANGHAI BANKING CORP PT BPD JAWA BARAT DAN BANTEN, Tbk
Sumber : Data Otoritas Jasa Keuangan Berdasarkan data diatas, Bank Mandiri merupakan bank yang memberikan suku bunga kredit yang tinggi. Namun, meskipun suku bunga dasar tinggi, Mandiri tetap menjadi bank yang terpercaya di kalangan masyarakat. d. Kurangnya differensiasi dan switching cost yang rendah. Produk yang ditawarkan perbankan relatif sama, tapi differensiasi masih bisa dilakukan melalui pelayanan yang diberikan. Oleh karena itu pilihan nasabah biasanya didasarkan suku bunga dan pelayanan, sehingga banyak bank yang menawarkan suku bunga yang bersaing dan pelayanan yang lebih memuaskan. Bentuk pelayanan yang menjadi arena persaingan perbankan akhirakhir ini adalah kecepatan dan kemudahan akses melalui dukungan teknologi. Pertumbuhan industri yang relatif rendah mengarah pada persaingan pangsa pasar, sehingga bank tidak mampu bersaing dapat kehilangan pangsa pasarnya. 2. Potentials of new entrants Ancaman terhadap masuknya pendatang baru saat ini cukup lemah, karena ada beberapa rintangan untuk masuk, yaitu:
Kebutuhan modal untuk mendirikan bank semakin besar. Ketentuan persyaratan yang dibuat Pemerintah ini membuat industri perbankan menjadi tidak menarik lagi bagi investor baru. Akses distribusi yang sangat penting dalam industri perbankan sudah dikuasai oleh pelaku bisnis saat ini. Beberapa bank telah memiliki basis segmen yang
sulit dimasuki oleh pendatang baru Teknologi yang mahal. Perbankan membutuhkan teknologi informasi yang sangat mutakhir untuk memenangkan persaingan. Teknologi ini membutuhkan investasi yang sangat besar. Beberapa kebijakan pemerintah akhir-akhir ini yang bertujuan menyehatkan industri perbankan, menyebabkan pengelolaan semakin sulit dan ketat, sehingga menyurutkan minat pendatang baru untuk memasuki industri perbankan. Beberapa kebijakan tersebut adalah: (1) Kewajiban penjaminan dana masyarakat yang mengandung konsekuensi peningkatan biaya operasional bank, (2) hukuman bagi bankir yang melanggar peraturan perbankan semakin besar, (3) reorientasi bisnis bank-bank milik pemerintah, dan (4) perubahan undang-undang bank sentral mengenai pembuatan lembaga khusus pengawasan lembaga keuangan sehingga pengawasan perbankan terutama bank umum swasta semakin ketat. Reputasi bank-
bank umum swasta yang telah ada, dan image yang telah tertanam dibenak konsumen mengenai bank umum swasta yang telah ada. Skala ekonomis, yang sudah dicapai oleh perusahaan yang telah ada. Relatif sulit bagi pendatang baru untuk memasuki industri perbankan, dimana industri perbankan merupakan industri yang berkala besar dan harus memikul biaya yang besar pula. 3. Product Substitution Produk substitusi perbankan umum saat ini sangat banyak. Produk substitusi yang sangat mirip dengan perbankan umum swasta adalah perbankan umum pemerintah dan perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah islam. Kemudian ada juga produk substitusi lainnya yang berasal dari lembaga keuagan bukan bank seperti pasar modal, perusahaan leasing, pegadaian, asuransi kerugian dan reksadana. Bank umum pemerintah merupakan bank-bank yang keberadaannya dijamin oleh pemerintah. Keunggulan dari bank umum pemerintah adalah dari sisi penjaminan bagi dana nasabah yang ada di bank. Nasabah tidak perlu khawatir bila bank-bank ini mengalami masalah, pemerintah akan langsung turun tangan untuk memberikan suntikan dana. Perbankan syariah menunjukkan perkembangan yang pesat dilihat dari jumlah dan kinerjanya. Pada tahun 1997 hanya ada satu bank syariah yaitu bank Muamalat Indonesia, dan tahun 2004 sudah jumlahnya sudah mencapai belasan bank. Reksadana merupakan lembaga atau organisasi bisnis yang mengelola investasi pemodal. Pemodal (Investor) menyerahkan dananya untuk digabungkan dengan dana pemodal lainnya dan selanjutnya dikelola (diinvestasikan) oleh Manajer Investasi di Pasar Modal. Reksa dana merupakan alternatif bagi produk tabungan dan deposito yang ditawarkan perbankan. Dibandingkan deposito Reksa dana memiliki keunggulan dalm jumlah dana yang relatif lebih kecil, pendatan yang relatif besar, dapat dicairkan dengan segera, bebas pajak, dikelola secara transparan oleh profesional, lebih fleksibel, dan bunga dibayarkan setiap hari. Oleh sebab itu banyak sekarang ini bank umum swasta yang juga menawarkan produk reksadana. Pasar modal memiliki fungsi yang relatif sama dengan perbankan yaitu menyalurkan dana pada pihak yang membutuhkan dana dari pihak yang kelebihan dana. Melalui pasar modal penyalur dana dapat menerima pengembalian yang lebih besar dibandingkan tabungan dan deposito yang ditawarkan perbankan, disisi lain akan memberikan tingkat biaya yang lebih rendah bagi pihak yang membutuhkan dana dibanding tingkat bunga kredit perbankan. Hal ini menyebabkab sebagian pihak yang memiliki akses pada pasar modal lebih cendrung menggunakan
pasar modal dibandingkan jasa perbankan. Perusahaan leasing, anjak piutang dan pembiayaan
konsumen membantu
pihak yang
membutuhkan dana memenuhi
kebutuhannya dnegn cara dengan cara yang unik. Leasing membantu pihak yang membutuhkan aktiva tetap tertentu tanpa perlu melakukan pembelian, cukup dengan membayar biaya leasing perperiode sesuai dengan perjanjian yang ditetapkan. 4. Bargaining Power of Supplier Berbeda dengan kegiatan lainnya, industri perbankan membutuhkan supplies berupa dana untuk kelancaran aktivitas operasinya. Pemasok dana pada bank – bank umum swasta merupakan penabung. BI mengelompokkan pemasok dana perbankan atau penabung menjadi pemerintah, perusahaan swasta, perorangan dan lainnya. 5. Bargaining Power of Buyers Produk perbankan yang merupakan sumber pendapatan adalah pinjaman dan jasa lainnya, namun yang paling utama adalah pinjaman. Peminjam atau debitur sendiri akan terdiri dari perusahaan besar dan menegah serta perusahaan kecil dan perumah tangga. Oleh sebab itu kekuatan peminjam akan dipilah menjadi dua bagian. Peminjam pertama adalah perusahaan besar dan menengah, kelompok ini mempunyai kekuatan tawar menawar yang relatif besar, karena : Pinjaman yang dilakukan biasanya dalam jumlah yang besar, dan karena peminjamnya sendiri adalah organisasi yang memiliki tenaga profesional, atau reputasi yang baik, maka dalam transaksi biasanya posisi yang cukup kuat, Debitur memiliki biaya perpindahan yang rendah. Karena jumlah bank yang banyak bank dan tersedianya alternatif sumber dana lain bagi perusahaan seperti pasar modal dan leasing, Debitur ini dapat melakukan integrasi balik, serta memiliki informasi yang lengkap tentang pasar pinjaman, baik dalam maupun luar negeri. Sementara kelompok debitur yang kedua memiliki kekuatan tawar menawar yang relatif lemah, hal ini dikarenakan: a. Pinjaman yang dilakukan oleh debitur ini jumlahnya relatif kecil secara individual b. Jumlah debitur ini sangat besar dan tersebar luas diseluruh wilayah Indonesia. c. Kelompok debitur ini tidak memiliki kemampuan untuk melakukan integrasi balik dan tidak memiliki informasi yang lengkap tentang harga produk perbankan.
ACCOUNTING ANALYSIS
STEP 1 : Identify Accounting Policy
Berdasarkan industri yang dianalisis, yaitu industri perbankan, maka hal yang merupakan key success factor dari industri ini adalah manajemen risiko kredit serta instrumen keuangan yang menjadi produk utama dari industri ini. 1. Risiko kredit berasal dari aktivitas pemberian kredit, penempatan pada surat berharga dan kepada bank lain, sales kepada nasabah dan aktivitas trading. Risiko kredit juga berasal dari transaksi komitmen dan kontinjensi kepada nasabah dan counter party. Pengelolaan risiko kredit bertujuan untuk mengukur, mengantisipasi, dan meminimalisir kerugian akibat kegagalan nasabah debitur atau counterparty dalam memenuhi kewajibannya. ALUR PROSES KREDIT DAN PENGELOLAAN RISIKO KREDIT
Proses kredit dan pengelolaan risiko kredit di Bank Mandiri dilakukan secara terintegrasi oleh Business Unit, Credit Operation Unit, dan Credit Risk Management Unit. Dalam pelaksanaannya, didukung oleh sistem yang terintegrasi dan dilakukan secara end-to-end.
KEBIJAKAN KREDIT Pengelolaan risiko kredit Bank terutama diarahkan untuk meningkatkan keseimbangan antara ekspansi kredit yang sehat dengan pengelolaan kredit secara prudent agar terhindar dari penurunan kualitas atau menjadi Non Performing Loan (NPL), serta mengelola penggunaan modal untuk memperoleh Return On Risk Adjusted Capital (RORAC) yang optimal. Untuk mendukung hal tersebut, Bank secara periodik melakukan review dan mengidentifikasi risiko, mengukur serta mitigasi risiko dalam proses pemberian kredit secara end to end mulai dari penentuan target market, analisa kredit, persetujuan, dokumentasi, penarikan kredit, pemantauan/pengawasan, hingga proses penyelesaian kredit bermasalah/restrukturisasi. Untuk meningkatkan peran sosial dan kepedulian Bank terhadap risiko lingkungan serta
sebagai salah satu wujud penerapan prinsip tanggung jawab dalam tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance), Bank Mandiri telah menyusun Petunjuk Teknis Analisa Lingkungan Hidup dan Sosial dalam Pemberian Kredit yang digunakan sebagai referensi dalam melakukan analisa lingkungan pada analisa pemberian kredit. Hal ini sejalan dengan upaya yang dilakukan oleh Bank Indonesia, dimana dalam Peraturan Bank Indonesia mengenai Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum diatur bahwa penilaian prospek usaha debitur dikaitkan pula dengan upaya debitur dalam memelihara lingkungan hidup. Secara prinsip, pengelolaan risiko kredit diterapkan pada tingkat transaksional maupun tingkat portofolio. Pada tingkat transaksional diterapkan four - eye principle yaitu setiap pemutusan kredit melibatkan Business Unit dan Credit Risk Management Unit secara independen untuk memperoleh keputusan yang obyektif. Mekanisme four - eye principle dilakukan oleh Credit Committee sesuai limit kewenangan dimana proses pemutusan kredit dilaksanakan melalui mekanisme Rapat Komite Kredit. Executive Credit Officer sebagai anggota Credit Committee memiliki kompetensi, kemampuan dan integritas yang tinggi sehingga proses pemberian kredit dilakukan secara obyektif, komprehensif dan hati-hati. Untuk memonitor kinerja pemegang kewenangan dalam memutus kredit, Bank telah mengembangkan monitoring database system pemegang kewenangan. Dengan sistem ini Bank setiap saat dapat memantau jumlah maupun kualitas kredit yang telah diputus oleh Pemegang Kewenangan, sehingga performance dari Executive Credit Officer dapat diketahui setiap waktu. PERSETUJUAN KREDIT Persetujuan dan penetapan limit kredit pada segmen corporate, commercial, dan business banking (limit Rp5 Miliar s.d. Rp10 Miliar) diidentifikasi dan diukur melalui sistem credit rating yang kemudian dilakukan analisa kelayakan bisnis melalui spreadsheet dan Nota Analisa Kredit (NAK) secara terintegrasi dan end-to-end melalui Integrated Processing System (IPS). Sedangkan pada segmen retail (business banking dengan limit Rp500 Juta s.d. Rp5 Miliar& mikro) dan consumer diukur melalui sistem credit scoring. Proses kredit dan pengelolaan risiko kredit segmen mikro dan consumer dilakukan melalui proses end-to-end yang terintegrasi dalam sistem Loan Origination System (LOS). Model credit rating (wholesale) dan credit scoring (retail dan consumer) secara kontinu dikembangkan dan divalidasi, serta dimonitor melalui laporan Tinjauan Model Scoring dan Rating. Model credit rating dan credit scoring yang digunakan sudah dapat memberikan nilai Probability of
Default (PD), sementara Bank terus menerus mengembangkan model Loss Given Default (LGD) dan model Credit Conversion Factors (CCF) untuk menghitung Exposure at Default (EAD) dalam rangka mendukung penerapan Basel II dan perhitungan economic capital. Dalam proses kredit, agunan yang diterima dapat berupa objek yang dibiayai dengan kredit (benda bergerak maupun benda tidak bergerak), maupun objek yang tidak dibiayai (personal guarantee maupun corporate guarantee). Agunan kredit harus memenuhi kriteria antara lain mempunyai nilai ekonomis, marketable, transferableserta mempunyai nilai yuridis. MONITORING KREDIT Bank selalu mengacu kepada regulasi Bank Indonesia dan praktek kehati-hatian dalam menilai dan memantau kualitas kredit, diantaranya berdasarkan faktor penilaian prospek usaha, kinerja debitur dan kemampuan membayar. Monitoring kredit pada segmen corporate, commerial, dan business banking khusus untuk limit > Rp2 Miliar dilakukan pada level debitur dengan menggunakan Watch List. Watch List merupakan suatu metode standar, terstruktur dan komprehensif dalam memonitor kinerja debitur, sehingga dapat segera dilakukan tindak lanjut (action plan) untuk mencegah penurunan kualitas kredit debitur. Proses monitoring dilakukan sekurang-kurangnya secara triwulanan, untuk mengidentifikasi debitur-debitur yang berpotensi mengalami kesulitan memenuhi kewajibannya melalui Loan Monitoring System yang telah terintegrasi dalam sistem IPS, serta melakukan deteksi dini menggunakan analisa Watch List (Early Warning Analysis). Berdasarkan hasil analisa tersebut, Bank menetapkan account strategy dan tindakan secara dini untuk mencegah terjadinya penurunan kualitas kredit. Monitoring kredit untuk segmen business banking khusus untuk limit < Rp2 Miliar, mikro dan consumer dilakukan pada tingkat portfolio melalui analisa portfolio dari berbagai aspek (kualitas dan kuantitas portfolio dari berbagai perspektif: industri, wilayah, produk, jenis kredit, unit bisnis, segmen, dll)yang dituangkan dalam credit risk report. Bank Mandiri juga melakukan monitoring kredit pada proses kredit dan sistem serta alat pendukungnya melalui suatu forum yang disebut credit session yang diselenggarakan secara rutin untuk setiap segmen kredit. Dari forum ini dapat diketahui permasalahan dan kelemahan pada proses bisnis, kebijakan kredit serta metodologi dan tools perkreditan, sehingga dapat segera dilakukan perbaikan.
Sebagai langkah antisipatif (early warning signal), dilakukan proses simulasi dan stress testing terhadap portfolio Bank secara berkala untuk mengetahui perubahan kualitas portfolio Bank per segmen atau per sektor industri, akibat perubahan beberapa parameter kondisi ekonomi secara ekstrim yang mungkin terjadi (extreme but plausible). Hasil simulasi memberikan panduan bagi bank untuk memonitor secara lebih ketat sektor-sektor atau debiturdebitur yang berpotensi mengalami penurunan kualitas serta untuk menetapkan langkah-langkah antisipatif guna mencegah terjadinya dampak yang buruk. Pada tahun ini, selain melaksanakan stress testing periodik, bank juga melakukan simulasi stres test terkait dampak perubahan harga komoditas serta dampak kenaikan upah minimum provinsi. CREDIT COLLECTION AND RECOVERY Direktorat Risk Management secara khusus menjalankan kebijakan penanganan collection dan recovery untuk kredit segmen retail (business banking dengan limit Rp500 Juta s.d. Rp5 Miliar& mikro) dan consumer, yang dibuat secara lebih fokus, sistematis, agresif dan terintegrasi berdasarkan jenis produk dan masing-masing bucket collection. Kebijakan tersebut didukung oleh Automated Collection System yang sifatnya end-to-end dan dilengkapi dengan collection tools antara lain: a. Call Monitoring System untuk memonitor/merekam seluruh kegiatan penagihan yang dilakukan melalui telepon guna meminimalisir Reputational Risks dan sekaligus digunakan sebagai alat untuk training/ coaching. b. Auto Predictive Dialer (Melita) untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas proses collection Kartu kredit yang terintegrasi dengan Behaviour Score. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas, Bank menggunakan strategi penagihan pada produk kartu kredit berdasarkan collection & recovery scorecard yang telah dilaksanakan sejak tahun 2009 dan terus disempurnakan implementasinya. Bank akan terus melakukan enhancement terhadap Automated Collection System terkait Debt Relief Program (restrukturisasi) kartu kredit dan kredit mikro sebagai upaya pemenuhan ketentuan Bank Indonesia mengenai pembatasan pengaturan kolektibilitas kredit restrukturisasi. PORTFOLIO MANAGEMENT DAN RISIKO KONSENTRASI
Bank telah dapat mengalokasikan modal dan menerapkan prinsip active portfolio management dalam pengelolaan risiko kredit di tingkat portfolio dengan mengacu pada Portfolio Guideline (PG), yang terdiri dari Industry Classification, Industry Acceptance Criteria dan Industry Limit, yang akan muncul di seluruh tahapan pengelolaan risiko kredit. Industry Classification dan Industry Acceptance Criteria bertujuan untuk membidik perusahaan terbaik (winner players) pada industri prioritas yang dapat memberikan nilai tambah secara ekonomis sebagai targeted customer. Proses seleksi secara proaktif ini telah menciptakan hubungan kemitraan yang professional dan berkelanjutan antara Bank dengan nasabah. PORTFOLIO GUIDELINE PROCESS
Manajemen Risiko Kredit Bank Mandiri Pengelolaan risiko konsentrasi dilakukan antara lain dengan diversifikasi sektor industri sesuai dengan Industry Class dengan memperhitungkan faktor-faktor antara lain prospek industri/sektor, keahlian internal Bank dan kinerja portfolio. Untuk setiap sektor ditetapkan Industry Limit yang menetapkan alokasi kredit maksimum pada tiap sektor industri sesuai dengan Industry Class, industry limit berbeda-beda sesuai dengan tingkat risk and return dari industri tersebut. Sedangkan pengelolaan risiko konsentrasi pada level debitur ditetapkan melalui ketentuan in-house limit, dilakukan secara lebih konservatif dibandingkan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) yang ditetapkan Bank Indonesia. KOMPOSISI KREDIT BANK MANDIRI PER SEKTOR EKONOMI
Untuk mengetahui dampak perubahan kondisi ekonomi makro terhadap portfolio, dan pada akhirnya terhadap profitabilitas dan ketahanan modalnya, Bank melakukan stress testing secara berkala. Ada dua jenis stress testing yang dilakukan Bank, yaitu: sensitivity analysis dan scenario analysis. PERTUMBUHAN DAN KUALITAS KREDIT Selama tahun 2013, Bank Mandiri membukukan pertumbuhan kredit yang cukup signifikan dengan tingkat NPL yang terjaga. Portfolio kredit Bank Mandiri untuk keseluruhan segmen (posisi bank secara individual) tumbuh 22,65% (YoY) dengan tingkat NPL 1,60% (gross). Beberapa segmen kredit mengalami pertumbuhan di atas ratarata, seperti segmen micro & retail banking yang tumbuh sebesar 42,3% (YoY) namun dengan tingkat NPL yang terjaga sekitar 3%. Pencapaian tersebut Didapatkan melalui penerapan proses kredit secara terintegrasi (end-toend) dan handal, yang meliputi proses identifikasi sektor kredit yang potensial, proses underwriting yang akurat dan ketat, proses monitoring kredit secara kontinu, portfolio management yang komprehensif dan penyelesaian kredit bermasalah secara disiplin Suku Bunga Dasar Kredit Data Posisi Akhir Januari 2015
Nama Bank PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO), Tbk PT BANK MANDIRI (PERSERO), Tbk PT BANK CENTRAL ASIA, Tbk PT BANK NEGARA INDONESIA
Suku Bunga Dasar Kredit (%) Kredit Kredit Kredit Konsumsi Non Korporasi Ritel Mikro KPR KPR Kredit
11.00
11.75
19.25
10.25
12.50
10.50
12.50
19.50
11.00
12.50
10.50
11.75
-
10.50
9.71
(PERSERO), Tbk PT BANK CIMB NIAGA, Tbk PT BANK PERMATA, Tbk PT BANK TABUNGAN NEGARA
11.00
12.35
-
11.10
13.25
11.50 12.00
12.50 12.50
20.00 -
11.75 12.50
12.25 12.25
(PERSERO), Tbk PT PAN INDONESIA BANK, Tbk PT BANK DANAMON INDONESIA,
10.85
12.25
18.75
11.50
12.00
11.85
12.31
21.01
12.31
12.31
12.30
13.25
21.01
12.25
17.50
11.00
12.00
18.30
11.75
11.50
6.55
-
-
-
-
Tbk PT BANK INTERNASIONAL INDONESIA, Tbk THE BANK OF TOKYO MITSUBISHI UFJ LTD Sumber : Bank Indonesia
Restrukturisasi Kredit yang Diberikan Restrukturisasi kredit meliputi modifikasi persyaratan kredit, konversi kredit menjadi saham atau instrumen keuangan lainnya dan/atau kombinasi dari keduanya. Kerugian yang timbul dari restrukturisasi kredit yang berkaitan dengan modifikasi persyaratan kredit diakui dalam bentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) bila nilai sekarang dari jumlah penerimaan kas yang akan datang yang telah ditentukan dalam persyaratan kredit yang baru, termasuk penerimaan yang diperuntukkan sebagai bunga maupun pokok, adalah lebih kecil dari nilai kredit yang diberikan yang tercatat sebelum restrukturisasi. Untuk restrukturisasi kredit dengan cara konversi kredit yang diberikan menjadi saham atau instrumen keuangan lainnya, kerugian dari restrukturisasi kredit diakui dalam bentuk CKPN apabila nilai wajar penyertaan saham atau instrumen keuangan yang diterima dikurangi estimasi biaya untuk
menjualnya adalah lebih kecil dari nilai buku kredit yang diberikan. Tunggakan bunga yang dikapitalisasi menjadi pokok kredit dalam perjanjian kredit yang baru dalam rangka restrukturisasi dicatat sebagai pendapatan bunga yang ditangguhkan (deferred interest income) dan akan diakui sebagai pendapatan dengan cara amortisasi secara proporsional berdasarkan nilai bunga yang dikapitalisasi terhadap pokok kredit baru pada saat pembayaran kredit diterima.
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (dalam jutaan Rupiah)
Keterangan
2014
2013
Kredit yang diberikan
523.101.817
467.170.449
Bunga yang masih akan 2.013.782
1.587.351
diterima Pendapatan yang diterima (503.018)
(560.814)
dimuka yang teratribusi Cadangan
Kerugian (17.706.947)
(16.535.651)
Penurunan Nilai Dari total jumlah kredit yang diberikan pada tahun 2013 dan 2014, terdapat kenaikan cadangan penurunan nilai kredit sebesar 7,08% . Rasio kredit bermasalah Bank Mandiri dan Entitas Anak secara gross (sebelum dikurangi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai) pada tanggal 31 Desember 2014 dan 2013 masing-masing sebesar 2,15% dan 1,90% (rasio untuk Bank Mandiri saja masing-masing 1,66% dan 1,60%, masing-masing pada tanggal 31 Desember 2014 dan 2013), sedangkan rasio kredit bermasalah Bank Mandiri dan Entitas Anak secara neto pada tanggal 31 Desember 2014 dan 2013 masing-masing sebesar 0,81% dan 0,58% (rasio untuk Bank Mandiri saja sebesar 0,44% dan 0,37% masing-masing pada tanggal 31 Desember 2014 dan 2013). Perhitungan rasio kredit bermasalah Bank Mandiri dan Entitas Anak pada tanggal 31 Desember 2014 dan 2013 sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI) No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 perihal Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank Umum serta Laporan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011, dihitung atas dasar jumlah kredit tidak termasuk kredit yang diberikan pada bank lain sebesar Rp2.683.707 dan Rp2.530.617 masing-masing pada tanggal 31 Desember 2014 dan 2013. Dalam mengestimasi penurunan nilai pada aset keuangannya, Bank Mandiri menggunakan dua kategori yang yang pertama
kategori berdasarkan sektor industri nya dengan sub kategorinya yaitu lancar, dalam perhatian khusus, diragukan, tidak lancar dan macet. Sedangkan yang kedua adalah dengan sub kategori lama jatuh temponya. Penentuan nilai wajar Nilai wajar untuk instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar aktif, seperti efek-efek dan Obligasi Pemerintah, ditentukan berdasarkan nilai pasar yang berlaku pada tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian menggunakan harga yang dipublikasikan secara rutin dan berasal dari sumber yang terpercaya, seperti Bloomberg, Reuters atau harga yang diberikan oleh broker (quoted price). Investasi dalam unit reksadana dinyatakan sebesar nilai pasar sesuai nilai aset bersih dari reksadana pada tanggal laporan posisi keuangan konsolidasian. Instrumen keuangan dianggap memiliki kuotasi di pasar aktif, jika harga kuotasi tersedia sewaktu-waktu dan dapat diperoleh secara rutin dari bursa, pedagang efek (dealer), perantara efek (broker) dan harga tersebut mencerminkan transaksi pasar yang aktual dan rutin dalam suatu transaksi yang wajar. Jika kriteria di atas tidak terpenuhi, maka pasar aktif dinyatakan tidak tersedia. Indikasi-indikasi dari pasar tidak aktif adalah terdapat selisih yang besar antara harga penawaran dan permintaan atau kenaikan signifikan dalam selisih harga penawaran dan permintaan dan hanya terdapat beberapa transaksi terkini. Untuk efek-efek yang tidak mempunyai harga pasar, estimasi atas nilai wajar efek-efek ditetapkan dengan mengacu pada nilai wajar instrumen lain yang substansinya sama atau dihitung berdasarkan arus kas yang diharapkan terhadap aset bersih efek-efek tersebut. Untuk Obligasi Pemerintah yang tidak memiliki nilai pasar, estimasi nilai wajar ditentukan dengan menggunakan model internal berdasarkan nilai kini dari arus kas masa depan yang diharapkan (pendekatan next-repricing method) dengan menggunakan faktor deflator. Transaksi dengan Pihak-pihak Berelasi Bank Mandiri dan Entitas Anak melakukan transaksi dengan pihak - pihak berelasi seperti yang didefinisikan dalam PSAK 7 tentang “Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi” dan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) (dahulu Bapepam dan LK) No. KEP-347/BL/2012 tanggal 25 Juni 2012 tentang “Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik” yang didefinisikan antara lain: I. perusahaan di bawah pengendalian Bank dan Entitas Anak; II. perusahaan asosiasi;
III. investor yang memiliki hak suara, yang memberikan investor tersebut suatu pengaruh yang signifikan; IV. perusahaan di bawah pengendalian investor yang dijelaskan dalam Catatan III di atas; V. karyawan kunci dan anggota keluarganya; dan VI. entitas yang dikendalikan, dikendalikan bersama atau dipengaruhi secara signifikan oleh Pemerintah yaitu Menteri keuangan atau Pemerintah Daerah yang merupakan pemegang saham dari entitas. Step 2 : Assess Accounting Flexibility Berdasarkan Laporan Keuangan Konsolidasian (Audited) tahun 2014, Bank Mandiri menerapkan perubahan kebijakan pada entitas anak syariah sesuai dengan PSAK 102 (Revisi 2013) dan PAPSI 2013. Adapun perubahan kebijakan akuntansi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Untuk Murabahah, Entitas Anak Syariah mengevaluasi apakah terdapat bukti objektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang secara individual memiliki nilai signifikan mengalami penurunan nilai pada setiap tanggal laporan posisi keuangan sebagai akibat dari suatu kejadian yang terjadi setelah pengakuan awal yang berdampak pada estimasi arus kas masa depan yang dapat diestimasi secara handal. Perhitungan penurunan nilai secara individual dilakukan dengan mengunakan metode discounted cash flows. Penurunan nilai dicatat pada akun penyisihan yang dibebankan dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian tahun berjalan. Untuk penurunan nilai kolektif, sebagaimana diperbolehkan dalam PSAK 102 (Revisi 2013), Surat Edaran Bank Indonesia No.15/26/DPbs tertanggal 10 Juli 2013 dan Surat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) No.S 129/PB.13/2014 tanggal 6 November 2014, untuk penerapan pertama kali, Entitas Anak dapat menerapkan ketentuan transisi untuk penurunan nilai secara kolektif dengan menggunakan estimasi yang didasarkan pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku. Ketentuan transisi ini diterapkan paling lambat sampai dengan 31 Desember 2014. 2. Pendapatan dan beban yang teratribusi langsung dengan piutang pembiayaan yang diakui sebagai bagian dari aset keuangan, diakui sebagai pendapatan atau beban dengan cara diamortisasi berdasarkan suku bunga efektif. Sebelum 1 Januari 2014, pendapatan dan beban
teratribusi langsung diakui dalam Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian pada saat terjadinya. Dalam hal ini, tidak terdapat perubahan kebijakan akuntansi secara signifikan. Step 3 : Evaluate Accounting Strategy Strategi Bank Mandiri untuk mencapai Bank yang naik kelas ke ASIA tentunya dibarengi dengan peningkatan kinerja perusahaan. Salah satunya total assets meningkat 16,63% menjadi Rp. 855.039.673.000.000 pada tahun 2014, karena adanya peningkatan yang signifikan pada efek-efek sebesar 50,98%, Tagihan atas Efek-efek yang Dibeli dengan Janji Dijual Kembali sebesar 42,83%. Total ekuitas bertambah 18,08% menjadi Rp. 104.844.562.000 pada tahun 2014, yang berasal dari laba komprehensif pada tahun 2014 yang diimbangi dengan pembayaran dividen dari laba bersih tahun 2013.Selain itu juga Bank Mandiri merupakan Bank dengan nilai asset terbesar di Indonesia. Namun, dibawah ini terdapat beberapa permasalahan terkait perpajakan dsb.
Perpajakan : Tahun pajak 2013 Berdasarkan hasil verifikasi oleh Kantor Pajak, pada tanggal 16 Desember 2014, Kantor Pajak telah menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) yang menyatakan Bank kurang bayar atas Pajak Penghasilan Badan terkait pengenaan tarif pajak untuk tahun fiskal 2013 sebesar Rp1.313.347 (termasuk denda). Manajemen tidak setuju dengan SKPKB tersebut dan akan mengajukan surat keberatan atas SKPKB tersebut kepada Kantor Pajak. Bank telah membayar seluruh pajak kurang bayar yang dicatat sebagai uang muka pajak pada tanggal 31 Desember 2014. Tahun pajak 2010 Berdasarkan hasil pemeriksaan oleh Kantor Pajak, pada tanggal 6 Desember 2012, Bank menerima Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) yang menyatakan kurang bayar atas Pajak Penghasilan terkait dengan hapus buku kredit dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) berikut Surat Tagihan Pajak (STP) untuk tahun fiskal 2010 sebesar Rp1.108.071. Step 4 : Evaluate the Quality of Disclosure Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian per tanggal 31 Desember 2014, maka Bank Mandiri telah melakukan pengungkapan yang memadai yaitu terbukti dari laporan keuangan
yang mendapat opini wajar. Dalam hal pengungkapan, Bank Mandiri telah mengungkapkan berupa risiko kredit serta berbagai macam risiko yang dapat mempengaruhi pemberian kredit. Pengungkapan risiko berupa risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional telah diungkapkan. Step 5 : Identify Potential Red Flags
Identifikasi Laba Bersih PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk. Laba Bersih PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk. berjumlah Rp. 20.654.783.000.000, jumlah ini sebagian besar diperoleh dari aktivitas operasional PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk. terbukti dari jumlah cash flow from operating activities adalah sebesar 21.091.691.000.000 yang setara dengan nilai laba bersih Bank Mandiri. Artinya laba bersih yang diperoleh oleh PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk. sejalan dengan aktivitas operasional perusahaan.
Identifikasi rasio keuangan pada tahun 2013 dan tahun 2014 Rasio
2014
2013
Capital Adequacy Ratio (CAR)
17,9697931%
17,4442533%
Asset to Loan Ratio (ALR)
3,271623398%
2,791271265%
Return Equity Capital (ROE)
24,8062603%
27,099533%
Gross Yield on Total Asset
4,5766793%
4,611844084%
Rate Return on Loans (RRL)
51,333362%
54,618459%
Net profit Margin
52,7817623%
55,694345%
Quick Ratio
3,54865055%
3,74304011%
Aspek permodalan PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk. dilihat dari Capital Adequacy Ratio memiliki keadaan yang sehat sesuai dengan standar yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu minimal 8%. PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk. mengalami penurunan tingkat likuiditas bank dilihat dari meningkatnya Asset to Loan Ratio (ALR). Dalam aspek manajemen, kemampuan bank dalam mengelola capital-nya untuk memperoleh net income menurun sebanyak 3% dan kemampuan bank dalam mengelola kredit bank juga menurun kurang lebih sebesar 3%.
Dalam aspek rentabilitas (tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang telah dicapai perusahaan) atau earnings, PT. Mandiri (Persero), Tbk. mengalami penurunan sebsesar 4%. Dilihat dari aspek likuiditas bank mengalami penurunan tetapi penurunan tersebut tidak siginifikan. Tidak ada kenaikan atau penurunan rasio yang signifikan pada tahun 2013 ke tahun 2014, setiap kenaikan atau penurunan rasio yang terjadi secara keseluruhan masih wajar. Step 6 : Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis kami mengenai PT Bank Mandiri Persero Tbk., posisi keuangan Bank Mandiri dalam keadaan baik, dengan tingkat kenaikan CKPN sebesar 7,08% (dengan entitas anak) tergolong baik menurut ketetapan Bank Indonesia yaitu dibawah 8%. Namun, ada beberapa hal yang terkait dengan perpajakan dimana Bank Mandiri masih dalam proses banding dengan DJP terkait dengan tahun pajak 2010 yang dinyatakan kurang bayar. Posisi Mandiri saat ini merupakan perbankan dengan nilai aset tertinggi memperkuat posisi Bank Mandiri menjadi terdepan di ASIA sesuai dengan strategi Mandiri kedepannya.
STEP 3 : FINANCIAL ANALYSIS
RASIO PERBANKAN BANK MANDIRI 2012-2014 N o 1 2 3 4
5
6
Rasio
2012
Permodalan Capital Adequecy Ratio (credit risk) 15,48% (Modal terhadap ATMR) Aktiva Tetap Terhadap Modal 9,15% Aktiva Produktif Aktiva produktif Bermasalah 1,45% Non Performing Loan 1,74% (Kredit bermasalah terhadap total kredit) PPAP terhadap aktiva produktif (Penyisihan Penghapusan 0,88% Aktiva Produktif terhadap total aktiva produktif) Pemenuhan PPAP 126,95%
2013
2014
16,99%
16,60%
8,61%
10,45%
1,15%
1,13%
1,60%
1,66%
0,95%
0,99%
125,85%
122,50%
(Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang telah dibentuk terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang wajib dibentuk) Rentabilitas ROA 3,23% (Return On Assets) ROE 25,61% ( Return On Equity) NIM 4% (Net Interest Margin) BOPO 62% (Beban operasi terhadap pendapatan operasi) Likuiditas LDR 77,66% (Kredit terhadap dana pihak ketiga)
7 8 9 1 0
1 1
No
Rasio
3,28%
3,04%
21,21%
19,70%
4,53%
4,64%
67,01%
70,23%
84,60%
110,95%
INTERPETASI Permodalan
1
Pada tahun 2013 Bank Mandiri mengalami peningkatan dalam kapasitas kemampuan bank untuk menanggung risiko dari setiap kredit/ aktiva kredit berisiko, sedangkan tahun 2014 Bank Mandiri mengalami perununan dari tahun 2013.
Capital Adequecy Ratio (credit risk)
(Modal terhadap ATMR)
2
Aktiva Tetap Terhadap Modal
Pada tahun 2013 Bank Mandiri mengalami penurunan dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan untuk kemampuan bank membiayai aktiva tetapnya dengan modal bank.
Aktiva Produktif 3
Aktiva produktif Bermasalah
4
Non Performing Loan
Kinerja produktivitas Bank Mandiri dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Kredit bermasalah untuk tahun 2013 mengalami penurunan (kinerja
(Kredit bermasalah terhadap total kredit) 5
6
PPAP terhadap aktiva produktif (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif terhadap total aktiva produktif) Pemenuhan PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang telah dibentuk terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif yang wajib dibentuk)
keuangan meningkat) dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan (artinya kinerja keuangan menurun)
Tingkat kesehatan dan kinerja Bank Mandiri mengalami penurunan.
Bank Mandiri mempunyai kemampuan yang cukup untuk menutupi kerugian yang disebabkan kemungkinan hilangnya aktiva produktif karena aktiva produktif yang buruk.
Rentabilitas 7
ROA (Return On Assets)
8
ROE ( Return On Equity)
9
NIM
(Net Interest Margin) BOPO 10
(Beban operasi terhadap pendapatan operasi)
Rentabilitas Bank Mandiri jika diukur menggunakan ROA mengalami peningkatan kinerja pada tahun 2013 dan penurunan pada tahun 2014. Rentabilitas Bank Mandiri jika diukur menggunakan ROE dari tahun ke tahun mengalami penurunan kinerja.
Kemampuan bank menghasilkan pendapatan bunga bersih dengan penempatan aktiva produktif dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Tingkat efisiensi kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Likuiditas
LDR 11
(Kredit terhadap dana pihak ketiga)
Kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan oleh deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan dari tahun ke tahun mengalami penurunan.
COMMON SIZE ANALYSIS Dalam Jutaan Rupiah N O 1
ELEMEN Pendapatan Bunga dan Pendapatan Syariah
2
Beban Bunga dan Beban Syariah
3
Pendapatan Premi
4
Beban Klaim Pendapatan Operasional Lainnya
5 6 7
8
9
10
Pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Pembalikan Penyisihan Estimasi Kerugian atas Komitmen dan Kontinjensi Pembalikan/(Pembentukan) Penyisihan Kerugian (Kerugian)/Keuntungan yang Belum Direalisasi dari (Penurunan)/Kenaikan Nilai Wajar Efek-efek, Obligasi Pemerintah dan Investasi Pemegang Polis pada Kontrak UnitLinked Keuntungan dari Penjualan Efek-efek dan Obligasi Pemerintah
11 Jumlah Beban Operasional Lainnya
2012 42.55 0.442 15.01 9.850 5.664. 495 3.501. 423 11.89 7.822 3.423. 067
201 2 100, 00% 35,3 0% 13,3 1% 8,23 % 27,9 6% 8,04 %
2013 50.20 8.842 17.43 2.216 6.446. 149 3.820. 143 14.68 6.637 4.871. 442
201 3 100, 00% 34,7 2% 12,8 4% 7,61 % 29,2 5% 9,70 %
43.93 7
0,10 %
10.78 4
0,02 %
5.313
0,01 %
4.324
0,01 %
4.324
0,01 %
183.4 81
0,29 %
42.47 0
0,10 %
219.3 53
0,44 %
146.5 21
0,23 %
296.7 39
0,70 %
39.11 6
0,08 %
234.4 63
0,37 %
18.91 3.028
44,4 5%
21.50 0.987
42,8 2%
25.37 4.351
40,5 1%
2014 62.63 7.942 23.50 5.518 9.364. 287 6.683. 717 14.68 7.815 5.718. 130
201 4 100, 00% 37,5 3% 14,9 5% 10,6 7% 23,4 5% 9,13 %
12
LABA OPERASIONAL
16.04 3.618
37,7 0%
23.55 1.711
46,9 1%
25.97 8.106
41,4 7%
13
Pendapatan Bukan Operasional – Bersih
878.8 21
2,07 %
510.1 26
1,02 %
29.90 9
0,05 %
Jumlah Beban Pajak - Bersih
4.460. 650
10,4 8%
5.231. 903
10,4 2%
5.353. 232
8,55 %
14
15
LABA BERSIH
GROWTH
16.04 3.618
37,7 0%
18.82 9.934
37,5 0%
0.17
20.65 4.783
0.10
32,9 7%
COMMON SIZE-CASH FLOW
PERCENTA GE OPERATIN G INVESTIN G FINANCIN G
INFLOW (2012)
OUTFLOW (2012)
INFLOW (2013)
OUTFLOW (2013)
INFLOW (2014)
OUTFLO W (2014)
99,68%
96,41%
94,20%
89,90%
94,84%
89,72%
0,32%
1,20%
0,24%
7,20%
0,0025%
7,15%
0,00%
2,40%
5,55%
2,93%
5,15%
3,13%
Berdasarkan common size cash flow yang telah disajikan, Bank Mandiri sudah memiliki cash flow yang cukup baik terlihat selama tiga tahun berturut-turut Bank Mandiri memiliki operating cash flow yang positif dan investing negatif serta financing positif. Positif dan negatif dilihat dari inflow dan outflow nya.
STATEMENT OF FINANCIAL POSITION-COMMON SIZE ANALYSIS (Dalam Jutaan Rupiah) AT DECEMBER 31, 2013 ASSET ELEMEN Kas Giro Pada Bank Indonesia Giro pada Bank Lain Penempatan pada Bank Indonesia Efek Efek Obligasi Pemerintah
2012 15.48 2.025 38.27 2.155 9.645. 504 48.23 8.225 20.32 3.853 79.07 2.173
201 2 2,4 4% 6,0 2% 1,5 2% 7,5 9% 3,2 0% 12, 44
2013 19.05 1.934 43.90 4.419 14.03 6.484 45.11 3.834 26.80 2.548 82.22 7.428
201 3 2,6 0% 5,9 9% 1,9 1% 6,1 5% 3,6 6% 11, 22
2014 20.70 4.563 50.59 8.840 8.986. 831 61.21 2.752 40.46 5.158 86.15 3.906
201 4 2,42 % 5,92 % 1,05 % 7,16 % 4,73 % 10,0 8%
Tagihan Lainnya-Transaksi Perdagangan Tagihan atas efek-efek yang dibeli Tagihan Derivatif Kredit yang diberikan Piutang Pembiayaan Konsumen Investasi bersih dalam Sewa Pembiayaan Tagihan Akseptasi Penyertaan Saham Biaya dibayar dimuka Pajak Dibayar Dimuka Aset Tetap Aset tidak Berwujud Aset lain-lain Aset pajak Tangguhan Jumlah Aset
Liabilitas Segera Simpanan Nasabah Simpanan dari Bank Lain Liabilitas kepada Pemegang Polis unit-linked
5.549. 403 14.51 5.235 87.14 3 370.5 70.35 6 3.828. 369 327.6 80 7.920. 471 4.306 1.435. 757 28.17 4 7.002. 690 860.7 02 8.487. 874 3.966. 613 635.6 18.70 8 Liabilitas 1.694. 231 442.8 37.86 3 14.01 6.837 11.03 4.239
Liabilitas atas efek-efek yang dijual Liabilitas derivatif Liabilitas Akseptasi Efek-efek yang diterbitkan Estimasi Kerugian atas Komitmen dan Kontinjensi
113.2 57 7.957. 512 1.545. 876 189.0 85
% 0,8 7% 2,2 8% 0,0 1% 58, 30 % 0,6 0% 0,0 5% 1,2 5% 0,0 0% 0,2 3% 0,0 0% 1,1 0% 0,1 4% 1,3 4% 0,6 2% 100 ,00 %
0,2 7% 69, 67 % 2,2 1% 1,7 4% 0,0 0% 0,0 2% 1,2 5% 0,2 4% 0,0 3%
11.65 1.696 19.74 4.804 71.04 4 505.3 94.87 0 5.893. 135 766.5 24 13.00 7.132 55.49 0 1.837. 500 2.591. 982 8.928. 856 1.644. 583 11.23 9.398 4.189. 120 855.0 39.67 3
1,36 % 2,31 % 0,01 %
4.667 1.489. 010 1.126. 549 7.645. 598 1.160. 255 8.908. 732 4.322. 498 733.0 99.76 2
% 1,0 3% 0,5 1% 0,0 2% 61, 47 % 0,6 2% 0,0 8% 1,3 8% 0,0 0% 0,2 0% 0,1 5% 1,0 4% 0,1 6% 1,2 2% 0,5 9% 100 ,00 %
762.1 30 508.9 96.25 6 12.44 3.313 12.00 2.997 4.656. 149 226.1 68 10.17 8.370 1.779. 597 200.5 01
0,1 0% 69, 43 % 1,7 0% 1,6 4% 0,6 4% 0,0 3% 1,3 9% 0,2 4% 0,0 3%
1.156. 366 583.4 48.91 1 17.53 1.845 17.34 3.799 6.112. 589 157.0 55 13.11 4.059 2.009. 625 196.7 93
0,13 5%
7.523. 929 3.737. 613 170.8 78 450.6 34.79 8 4.511. 545 612.1 54 10.11 4.889
59,1 1% 0,69 % 0,09 % 1,52 % 0,01 % 0,21 % 0,30 % 1,04 % 0,19 % 1,31 % 0,49 % 100, 00%
68,2 36% 2,05 0% 2,02 8% 0,71 5% 0,01 8% 1,53 4% 0,23 5% 0,02 3%
Beban yang masih harus dibayar Utang Pajak Provisi Liabilitas Imbalan Kerja Liabilitas Lain-lain Pinjaman yang Diterima Pinjaman Subordinasi Jumlah Liabilitas Dana Syirkah Temporer Jumlah Liabilitas dan Dana Syirkah Temporer
Modal Saham Tambahan modal disetor Selisih kurs karena Penjabaran laporan Keuangan dalam mata uang asing Kerugian Bersih yang belum Direalisasi Saldo Laba Kepentingan Non-Pengendali Jumlah Ekuitas Jumlah Liabilitas, Dana Syirkah temporer dan Ekuitas
2.344. 762 2.662. 421 746.8 21 3.813. 318 13.78 0.041 11.60 8.832 5.137. 950 519.4 83.04 5 40.38 0.074 559.8 63.11 9 Ekuitas 11.66 6.667 17.19 5.760
0,3 7% 0,4 2% 0,1 2% 0,6 0% 2,1 7% 1,8 3% 0,8 1% 81, 73 % 6,3 5% 88, 08 %
3.326. 475 2.126. 864 822.5 82 4.585. 069 14.16 6.214 15.99 7.188 4.465. 615 596.7 35.48 8 47.57 3.678 644.3 09.16 6
0,4 5% 0,2 9% 0,1 1% 0,6 3% 1,9 3% 2,1 8% 0,6 1% 81, 40 % 6,4 9% 87, 89 %
3.880. 273 1.875. 141 5.181. 160 667.6 44 16.37 0.686 24.22 7.104 3.746. 574 697.0 19.62 4 53.17 5.487 750.1 95.11 1
0,45 4% 0,21 9% 0,60 6% 0,07 8% 1,91 5% 2,83 3% 0,43 8%
1,8 4% 2,7 1%
11.66 6.667 17.31 6.192
1,5 9% 2,3 6%
11.66 6.667 17.31 6.192
1,36 4% 2,02 5%
47.67 7 409.4 49 46.07 9.465 1.175. 469
0,0 1% 0,0 6% 7,2 5% 0,1 8% 11, 92 % 100 ,00 %
221.6 20 1.417. 240 59.63 1.998 1.371. 359
0,0 3% 0,1 9% 8,1 3% 0,1 9% 12, 11 % 100 ,00 %
203.6 25 571.3 48 74.04 2.745 2.186. 681 104.8 44.56 2 855.0 39.67 3
0,02 4% 0,06 7% 8,66 0% 0,25 6%
75.75 5.589 635.6 18.70 8
88.79 0.596 733.0 99.76 2
81,5 19% 6,21 9% 87,7 38%
12,2 62% 100, 000 %
Keterangan kas dari aktivitas operasi
CASH FLOW PROJECTED 2015
Laba bersih Adjustment: pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai pembalikan estimasi kerugian atas komitmen dan kontijensi Pembalikan/(Pembentukan) Penyisihan Kerugian Keuntungan/(Kerugian) yang Belum Direalisasi dari Kenaikan/(Penurunan) Nilai Wajar Efek-efek, Obligasi Pemerintah dan Investasi Pemegang Polis pada Kontrak Unit-Linked Penurunan/(kenaikan) atas aset
2016
Rp 39.381.343,0 0
Rp 97.488.195,3 1
Rp 6.711.977,83 Rp (5.313,00)
Rp 7.878.562,81 Rp (5.314,00)
Rp (183.481,00)
Rp (183.481,00)
Rp (146.521,00)
Rp (146.522,00)
2017 Rp 121.621.20 6,15 Rp 9.247.907,7 8 Rp (5.315,00) Rp (183.481,0 0) Rp (146.523,0 0)
operasional: Rp (4.382.254,0 0) Rp (1.915.033,0 0)
Rp (4.695.981,8 8) Rp (2.005.662,4 2)
Kredit yang diberikan
Rp (158.779,00) Rp (85.917.128, 00)
Rp (160.941,93) Rp (100.523.040 ,00)
Tagihan atas efek-efek yang dibeli dengan janji dijual kembali
Rp (455.952,00)
Rp (466.481,52)
Rp 690.795,00 Rp Rp -
Rp (345.398,00) Rp Rp -
Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain Efek-efek - diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi Tagihan lainnya - transaksi perdagangan
Piutang pembiayaan konsumen Investasi bersih dalam sewa pembiayaan Pajak dibayar dimuka
Rp Biaya dibayar dimuka (438.755,00) Rp Aset lain-lain Penerimaan atas aset keuangan Rp yang telah dihapusbukukan Kenaikan/(penurunan) atas liabilitas operasional dan dana syirkah temporer: Rp Liabilitas Segera Rp 85.343.104,0 Simpanan Nasabah 0 Simpanan dari Bank Lain Liabilitas kepada Pemegang Polis unit-linked
Rp 7.169.421,00 Rp -
Pinjaman yang Diterima
Rp 381.984,00 Rp Rp 12.463.880,0 0
Kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasional
Rp 7.708.310,00
Utang Pajak Liabilitas Lain-lain
Rp (289.899,00) Rp Rp Rp Rp 97.826.537,0 0 Rp 10.101.264,0 0 Rp Rp 1.035.587,00 Rp Rp 18.876.050,0 0 Rp 46.234.202,0 0
Rp (5.032.170, 12) Rp (2.100.581, 58) Rp (163.135,0 7) Rp (117.611.9 56,00) Rp (477.253,4 8) Rp 2.773.869,0 0 Rp Rp Rp (454.740,0 0) Rp Rp Rp Rp 112.135.96 6,00 Rp 14.232.045, 00 Rp Rp 1.510.722,0 0 Rp Rp 28.587.025, 00 Rp 47.312.499, 00
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI Kenaikan efek-efek - tersedia untuk dijual dan dimiliki hingga jatuh tempo Kenaikan Obligasi Pemerintah tersedia untuk dijual dan dimiliki hingga jatuh tempo Penerimaan dari penjualan aset tetap Pembelian aset tetap Pembelian aset tidak berwujud Penjualan saham PT Bumi Daya Plaza Penjualan saham PT Usaha Gedung Mandiri Kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN Penurunan investasi di Entitas Anak Kenaikan atas efek-efek yang diterbitkan Kenaikan atas pinjaman yang diterima Pembayaran atas pinjaman subordinasi Kenaikan efek-efek yang dijual dengan janji dibeli kembali Pembayaran dividen Kas bersih yang diperoleh dari aktivitas pendanaan
Rp (1.915.033)
Rp (2.005.663)
Rp (2.100.582)
Rp (8.680.879) Rp Rp (3.149.197) Rp Rp -
Rp (9.555.655)
Rp (10.518.38 5)
Rp (3.928.774)
Rp (4.901.335)
Rp (13.745.109)
Rp (15.490.092)
Rp (17.520.30 2)
Rp Rp Rp 12.463.880 Rp Rp 455.922 Rp (4.967.970) Rp 7.951.832
Rp 18.876.050 Rp Rp 466.481 Rp (4.967.970) Rp 14.374.561
PT Bank Mandiri Three Year Growth Rate
Per share Sales Net Income
Year 4 to 6 15,80% 6,80%
Rp 28.587.025 Rp 477.253 Rp (4.967.970) Rp 24.096.308
Equity
20%
Pertumbuhan rata-rata Bank Mandiri menggunakan annually compounded telah disajikan diatas. Pertumbuhan yang cukup signifikan terjadi pada pendapatan bunga di Bank Mandiri yaitu 15,80% dihitung berdasarkan data yang diproyeksikan pada tahun 2015 hingga 2017 selama 3 tahun.
Short Term Liquidity Perbankan merupakan kategori industry yang cukup berbeda dari yang lain karena merupakan industri yang bergerak di jasa keuangan. Hal yang terpenting dalam melihat likuiditasnya adalah dengan menggunakan rasio Loan to Deposits Ratio (LDR). Likuiditas perbankan juga semakin ketat seiring meningkatnya LDR hingga 88,65% di tahun 2014, sementara dana masyarakat hanya tumbuh sebesar 13,8%. Meskipun ekonomi nasional melambat dan laju inflasi meningkat, kualitas kredit perbankan nasional masih terjaga baik dengan NPL pada 11,13% dan rasio permodalan sebesar 16,66%. Capital Structure and Solvency Mengenai pendanaan jangka panjang, perbankan lebih banyak menggunakan obligasi pemerintah. Mengenai pertumbuhan modal, Bank Mandiri sebesar 16,66% jika dibandingkan dengan peer group yaitu Bank BNI dan Bank BCA, Mandiri masih lebih tinggi. Peer group hanya sekitar 15,94% (diambil berdasarkan survey kinerjabank.com). Sales Analysis by Source Berdasarkan data Common Size Analysis dan Projected Income Statement, pendapatan Bank Mandiri yang terdiri dari pendapatan bunga dan pendapatan syariah mengalami peningkatan. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan kredit yang diproyeksikan oleh Bank Indonesia akan bertumbuh sebesar 17%. Berdasarkan jenis penggunaan, menguatnya pertumbuhan permintaan kredit baru terjadi pada kredit investasi, sedangkan kredit modal kerja dan kredit konsumsi melambat. Diproyeksikan pertumbuhan sales pada Bank Mandiri adalah sebesar 25%. Analysis of Operating Performance and Profitability
Kegiatan operasi dalam industri perbankan tentu berhubugan dengan kualitas aset produktif nya. Hal terpenting yang perlu dilihat adalah mengenai kinerja aset produktif nya. Berdasarkan rasio Non Performing Loan Bank Mandiri dari tahun 2012 hingga 2014, maka NPL Bank Mandiri di tahun 2014 sedikit mengalami masalah hanya sekitar 0,06% hal ini masih dalam kategori baik dan masih jauh dari ambang batas yang ditentukan Bank Indonesia yaitu 5%. Selanjutnya adalah rasio Pemenuhan PAAP stabil berada diatas 100%. Yang berarti penyediaan 2012-2014 memiliki pencadangan yang kuat , dan mencerminkan kebijakan Bank Mandiri yang prudent. Dengan rasio tersebut menunjukkan bahwa potensi kerugian karena non performing asset sepenuhnya tercover dari penyisihan penghapusan aset yang dibentuk.
VALUATION Valuation yang dianalisis pada Bank Mandiri menggunakan Discounted Cash Flow. Discounted Cash Flow adalah metode yang paling sering digunakan dalam valution. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan. Lebih baik untuk memepertahankan saham Bank Mandiri (hold) karena proyeksi tiga tahun ke depan harga saham akan sebesar 18.527. Equity Value dari Bank Mandiri adalah sebesar 432.303.285.828.506. DCF VALUATION Keterangan
EBIT Tax rate EBIT (1-Tax) Depreciation & amortization Change in WC providing/ (requiring) cash
Rp 2.014
2015F
2016F
Rp 25.978.10 6
Rp 32.629.206
Rp 38.844.030
Rp 0
Rp 0
Rp 0
2017F Rp 47.325.97 5 Rp 0 35.021.22 2 3.575.674
19.223.798 8.133.595
24.145.612 9.500.908
28.744.582 5.828.563
(240.741)
(218.855)
(220.942)
Operating Cash Flows
27.116.653
33.427.665
34.352.203
(219.564) 38.377.33 1
Unlevered FCF
27.116.653
33.427.665
34.352.203
38.377.33 1
0,14 Rp
0,14 1
0,14 2
0,14 3
Discount Rate (WACC) Projection Year
Discount Factor 1/ ((1+WACC)^Projection Year) Present Value of Free Cash Flows (Unlevered FCF)
Rp 1
0,88
0,77
27.116.653
29.257.663
26.316.116
0,67 25.732.11 9
0,08
-0,10
-0,02
Yoy % change in FCF
Assumptions Long term growth rate in EBIT
5,2%
Discount Rate (WACC) Worksheet 10 .775
Public Market Price/Share Diluted Shares O/S (TS Method)
23.333.333.332
Public Market Capitalization
251.416.666.652.300
Debt 2015F
94.834.785
Cash 2015F
46.783.722
Net Debt 2015F
48.051.063
Public Market Enterprise Value
251.416.714.703.363
E/(D+E) @ Public Mkt Value
55%
D/(D+E) @ Public Mkt Value
45%
Corporate bond with rating AA
11,7%
Marginal Tax Rate
26,0%
Cost of Equity= rf+beta( Rm-Rf)
18,9%
Risk Free rate: Rf
8,0%
Beta
1,55
Risk premium (Rm-Rf)
7,00%
WACC=E/(D+E)* Re+ D/ (D+E)*Rd(1-T)
14,253%
Valuation Assumption Risk free rate
8,00%
Risk premium
7,00%
Return Market
15,00%
Beta Cost of Equity Marginal tax rate Perpetual growth rate
1,55 18,85% 26% 5,2%
Terminal Value Sum of PV of FCF (5 years)
133.273.852
WACC Long term growth rate in EBIT Present value of terminal Value Terminal Value as % of Total Value
14,253% 5,2% 299.029.481 69,2%
Figure 16 DCF (Intrinsic Value) Calculation EV (Equity Value + Net Debt) 432.303.333.879.569 - Debt
94.834.785
+ Cash
46.783.722
Net Debt Equity Value (Market Capitalization)
48.051.063
Diluted Shares O/S
Fair Value Per Share
432.303.285.828.506 23.333.333.332,00
18.527
Secara keseluruhan, Bank Mandiri memiliki prospek yang baik untuk kedepannya. Namun, posisi Bank Mandiri sangat tergantung oleh keadaan ekonomi seperti inflasi dsb. Dalam jangka pendek, pertumbuhan Bank Mandiri diperkirakan akan naik meskipun tidak terlalu signifikan.