TUGAS AKHIR
USULAN KEBIJAKAN PERAWATAN PADA MESIN KOMPRESOR TEKANAN TINGGI PADA DEPARTEMEN PLAN 1 DI PT. LION METAL WORK Tbk.
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Meraih Gelar Sarjana
Disusun Oleh : RIDHA GINANJAR (01601-024)
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Laporan Tugas Akhir Dengan Judul: USULAN KEBIJAKAN PERAWATAN PADA MESIN KOMPRESOR TEKANAN TINGGI PADA DEPARTEMEN PLAN 1 DI PT. LION METAL WORK TBK
Nama
:
RIDHA GINANJAR
NIM
:
01601-024
Program Studi
:
Teknik Industri
Universitas
:
Mercu Buana Jakarta
Jakarta Agustus 2008
Pembimbing Tugas Akhir
(Ir. Sonny Koeswara,MSc)
LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: RIDHA GINANJAR
NIM
: 01601-024
Program Studi
: TEKNIK INDUSTRI
Fakultas
: TEKNOLOGI INDUSTRI
Universitas
: MERCU BUANA JAKARTA
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri kecuali pada bagian yang telah disebutkan sumbernya.
Jakarta Agustus 2008
Ridha Ginanjar
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Tugas Akhir Dengan Judul:
USULAN KEBIJAKAN PERAWATAN PADA MESIN KOMPRESOR TEKANAN TINGGI PADA DEPARTEMEN PLAN 1 DI PT. LION METAL WORK TBK
Nama
:
RIDHA GINANJAR
NIM
:
01601-024
Program Studi
:
Teknik Industri
Universitas
:
Mercu Buana Jakarta
Jakarta Agustus 2008
Disahkan oleh Koordinator Tugas Akhir
(Ir. M. Kholil, MT)
ABSTRAK
Perawatan merupakan suatu kegiatan yang bisa membuat suatu proses manufaktur berjalan dengan lancar, dimana mesin akan selalu siap pakai. Suatu perusahaan pasti akan mengalami kerugian bila mesin yang mereka gunakan sering mengalami kerusakan, hal ini terjadi karena belum diterapkannya kegiatan perawatan yang baik dan terencana. Tujuan dari tugas akhir ini ialah membuat rentang suatu usulan kebijakan perawatan agar dapat meningkatkan performasi mesin serta meminimasi biaya perawatan yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mesin kompresor tekanan tinggi, sebagai studi kasus pada perusahaan Lion Metal. Adapun untuk usulan kebijakan perawatan yaitu : Kebijakan R1
Uraian kebijakan Status 0 biarkan karena ada peluang mesin tetap sebagia mana adanya, status 1 bersihkan karena tak ada peluang mesin ke status sebelumnya, status 2 perbaiki tak ada peluang mesin ke status sebelumnya, status 3 ganti tak ada peluang mesin kembali ke status sebelumnya.
Untuk kebijakan yang terpilih adalah kebijakan R1 yaitu dengan usulan ongkos kebijakan perawatan yaitu Rp. 1.321.515/bln ongkos tersebut terdiri dari ongkos perawatan
dan ongkos
penggantian komponen awal yang semula
Rp.1.050.000,-/bln yang berarti ada kenaikan ongkos perwatan dan penggantian. Hal ini terjadi karean besarnya ongkos kesempatan yang hilang salama 1 bulan, yang menghasilkan kenaikan tingkat ketersedeiaan mesin dari 71,94% yang didapat dari distribusi
lama kerusakan mesin menjadi 99,89% yang didapat
setelah kebijakan perawatan yang diusulkan, terjadinya peningkatan
tersebut
didasari oleh turunya rata-rata waktu perbaikan dari 1,17 jam menjadi 0,17696 jam karena adanya peluang bersama lama kerusakan tiap status dengan probabilitas transisi status mapan dan diambil waktu yang paling minimum.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum Wr.Wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya selama ini, Sholawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarganya yang telah menjadi penuntun bagi umatnya. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini dengan judul “Usulan Kebijakan Perawatan Pada Mesin Kompresor Tekanan Tinggi di Departemen plan 1”. Laporan ini disusun sebagai persyaratan akademik dalam menempuh program studi strata-1 jurusan teknik industri, Fakultas Teknik Industri, Universitas Mercu Buana Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan, tetapi berkat bimbingan, bantuan, saran dan do’a dari berbagai pihak maka dengan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ayah dan Ibu, terima kasih sebesar-besarnya
atas do’a dan segala
pengorbanannya untuk ananda selama ini. Ya Allah aku bersyukur mempunyai orang tua seperti mereka dan jadikanlah orang tuaku para ahli surga nantinya. 2. Adiku dan kakakku terima kasih atas do’a dan persaudaraannya. 3. Bapak Ir. Sonny Koeswara,MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan yang berarti bagi penulis dalam menyelesaikan laporan ini. 4. Bapak Ir.M,Kholil,MT, selaku koordinator tugas akhir Jurusan Teknik Industri, Universitas Mercu Buana Jakarta. 5. Dosen dan Civitas akademik jurusan teknik industri. 6. Bapak Argo Rino Sumeru,ST selaku pembimbing di PT. Lion Metal Work Tbk (terima kasih atas waktu dan kemurahanya selama ini) 7. Karyawan dan Karyawati PT. Lion Metal.
8. Teman “satu penderitaan” Andi carol, Dedy Sihombing terima kasih atas kerja samanya 9. Istriku yang tercinta ‘Sartika ‘ yang sudah membantu dukungann doa dan semangat’ semoga selalu dalam Lindungan-Nya 10. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam
menyelesaikan laporan ini.
Semoga Allah SWT yang Maha Pemurah lagi maha pengasih memberikan balasan atas segala budi baik yang telah diberikan dan penulis mohon maaf kalau tugas ini masih ada kekurangannya, dan semoga tugas akhir ii berguna bagi semua pihak. Amiiin.
Jakarta 27 Agustus 2008 Penulis
Ridha Ginanjar
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN DAFTAR ISI ............................................................................................... i KATA PENGANTAR................................................................................. ii ABSTRAK................................................................................................... iii DAFTAR TABEL ...................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR .................................................................................. v DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. vi
BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ................................................................... 1 1.2. Pokok Permasalahan ........................................................... 2 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................ 3 1.4. Pembatasan Masalah ........................................................... 3 1.5. Metodologi Penelitian ......................................................... 4 1.6. Sistematika Penulisan ......................................................... 4
BAB II
LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka................................................................. 6 2.1.1Pengertian Perawatan .............................................. 6 2.2. Tujuan Perawatan .............................................................. 7 2.3. Jenis Perawatan................................................................... 7 2.3.1. Perawatan Pencegahan ........................................ 7 2.3.2. Perawatan Perbaikan ........................................... 8 2.3.3. Perawatan Berjalan .............................................. 8 2.3.4. Perawatan Berhenti .............................................. 9 2.3.5. Perawatan Setelah Terjadi Kerusakan .................. 9 2.3.6. Perawatan Darurat ................................................ 9 2.4. Efesiensi Perawatan ........................................................... 10 2.4.1. Probabilitas Terkondisi ..........................................11
2.4.2. Pengujian Pencocokan Distribusi ......................... 12 2.4.3. Uji Barlet ............................................................. 12 2.4.4. Uji Chi-Square ..................................................... 13 2.4.5. Selang Waktu Antar Kerusakan ........................... 13 2.4.6. Proses Stokastik ................................................... 14 2.4.7. Modal Rantai Markov (Markov Chains) ............... 15 2.4.8. Model Keputusan Markov ................................... 17 2.4.9. Status Mapan (Steady State) ................................. 18 2.4.10. Steady State ......................................................... 19 2.5. Kurva Lanju Kerusakan Sesaat ........................................... 20 2.6. Klasifikasi Keadaan Kerusakan Mesin ............................... 23 2.7. Tingkat Ketersediaan Sebagai Ukuran Performa Mesin ...... 25 2.8. Struktur Orngkos Perawatan .............................................. 26 2.9. Elemen Ongkos Perawatan ................................................. 28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Studi Pendahuluan ............................................................. 31 3.2. Perumusan Masalah ........................................................... 31 3.2.1. Studi Pustaka........................................................... 32 3.3. Tujuan Penelitian ............................................................... 32 3.4. Identifikasi Variable Penelitian .......................................... 32 3.5. Penetapan Metode Pemecahan Masalah ............................. 33 3.5.1. Pendefinisian Status Kondisi Mesin ........................ 33 3.5.2. Penyusunan Model Keputusan Markov.................... 34 3.5.3. Kebijakan Perawatan Yang Diusulkan .................... 36 3.6. Pengumpulan Data.............................................................. 40 3.7. Pengolahan Data ................................................................. 40 3.7.1. Menentukan Fungsi Distribusi Kerusakan ............... 41 3.7.2. Menentukan Selang Waktu Antar Kerusakan .......... 41 3.7.3. Membentuk Matriks Probabilitas Transisi Awal ..... 42
3.7.4. Menentukan Tingkat Ketersediaan Penggunana Mesin Produksi Saat Ini........................................... 42 3.7.5. Membentuk Struktur Ongkos Perawatan Mesin ...... 43 3.8. Analisis Dan Pembahasan .................................................. 45 3.9. Kesimpulan Dan Saran ....................................................... 45 3.10. Kerangka Pemecahan Masalah ........................................... 46 BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data.............................................................. 47 4.1.1. Sejarah perusahaan.................................................. 47 4.1.2. Visi dan misi perusahaan......................................... 51 4.1.3. Produk yang di hasilkan .......................................... 51 4.1.4. Kondisi dan lingkungan kerja .................................. 52 4.1.5. Stuktur organisasi.................................................... 55 4.2. Pengolahan Data ................................................................. 56 4.2.1. Data ongkos perawatan ........................................... 56 4.2.2. Data kerusakan mesin ............................................. 56 4.3. Pengujian kecocokan distribusi ........................................... 58 4.3.1. Pengujian distribusi kerusakan mesin ..................... 58 4.3.2. Menentukan rata-rata selang waktu.......................... 60 4.3.3. Pembentukan matriks probabilitas transisi ............... 61 4.3.4. Tingkat ketersediaan mesin saat ini ......................... 66 4.3.5. Pembentukan struktur ongkos.................................. 67 4.3.5.1 Ekpestasi ongkos menghasijkan produk cacat ... 67 4.3.5.2 Ongkos pengganti produk yang hilang............... 70 4.4. Usulan Kebijakan Perawatan .............................................. 71 4.4.1. Matriks Probabilitas Transisi Setiap Kebijakan ....... 71 4.4.2. Nilai Probabilitas Transisi Pada Status Mapan......... 73 4.4.3. Nilai Ekspektasi Lama Kerusakan .......................... 77 4.4.4. Ekspektasi Ongkos Perawatan Brdasarkan Kebijakan Yang Optimal ......................................................... 78
4.4.5. Tingkat Ketersediaan Mesin Berdasarkan Kebijakan Yang Diusulkan ...................................................... 79 4.4.6. Mekanisme Opeasional Perwatan Awal .................. 79 4.4.7. Mekanisme Perawatan Yang Diusulkan .................. 80
BAB V
HASIL DANANALISA 5.1. Analisis Tahapan Proses Produks I...................................... 81 5.2. Analisis Tingkat Ketersediaan Mesin ................................. 82 5.3. Analisis Ongkos Perawatan ................................................ 82 5.4. Analisis Distribusi Kerusakan Mesin ................................. 83
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ........................................................................ 85 6.2. Saran ................................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Table 2.1.
Status Vs Kondisi Mesin ..........................................................
Table 2.2.
Struktur Ongkos .......................................................................
Table 3.1.
Pendefinisian Status Kondisi Mesin Model Markov..................
Table 3.2.
Model Keputusan Markov ........................................................
Table 3.3.
Kebijakan Perawatan ...............................................................
Table 3.4.
Matriks Probabilitas Transisi Status Mapan .............................
Table 3.5.
Struktur Orngkos ......................................................................
Tabel 4.1.
Data Waktu Antar Kerusakan ..................................................
Tabel 4.2.
Proses Pengujian Distribusi Kerusakan Mesin ..........................
Tabel 4.3.
Distribusi Frekuensi waktu antar kerusakan mesin
Table 4.4.
Selang waktu antar kerusakan vs status
Table 4.5.
Distribusi Ferkuensi Kerusakan Mesin......................................
Tabel 4.6.
Struktur Ongkos Mesin Blower.................................................
Tabel 4.7.
Matriks Probabilittas Transisi Status Mapan Pada Mesin ........
Tabel 4.8.
Ekspektasi Lama Kerusakan Mesin ..........................................
Tabel 4.9.
Ringkasan Table Ekspektasi Kerusakan Mesin ........................
Tabel 4.10. Perincian Biaya Perawatan Dan Penggantian Komponen Awal......................................................................................... Tabel 4.11. Perincian Biaya Perawatan Dan Penggantian Komponen Yang Diusulkan ....................................................................... Tabel 5.1.
Tingkat Ktersediaan Mesin ......................................................
Tabel 5.2.
Ongkos Kehilangan Kesempatan .............................................
Tabel 6.1.
Hubungan Status-Status Keputusan Dan Biaya Perawatan Dan Penggantian Alat ..............................................
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.
Klasifikasi Tindakan Perawatan ............................................
Gambar 2.2.
Kurva Bath –Tub ...................................................................
Gambar 2.3.
Peluag Transient Menghampiri Peluang Steady State.............
Gambar 2.4.
Hubungan Biaya Perawatan Dengan Alternative Perawatan .
Gambar 3.1.
Kerangka Pemecahan Malasalah............................................ Hubungan Keandalan Mesin Dengan Baiya Perawatan Dan Penggantian Alat. ..................................................................
Tugas akhir
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan pembangunan perkantoran di indonesia saat ini PT. Lion Metal Works Tbk, adalah salah satu industri perkantoran terbuka. Produk- produk yang dihasilkan oleh PT. Lion sudah dipasarkan secara luas diseluruh indonesia dengan merk ‘Lion’ yang sudah dikenal masyarakat. Produkproduk yang telah dihasilkan adalah: Locker, Lemari, Filing cabinet dan lain-lain. Perseroan juga telah membuat suatu produk yang banyak digunakan untuk kontruksi bangunan pabrik dan pergudangan antara lain sebagai penyangga atap,tiang penyangga dan pagar-pagar rumah yang dikenal sebagai “Kanal c” produk ini juga merupakan bahan utama dalam pembuatan rak. Juga mengantisipasi perkembangan rumah sakit pemerintah dan swasta dan pusat-pusat perawatan kesehatan yang membutuhkan peralatan untuk menunjang kegiatan mereka. PT. Lion Metal Work Tbk telah memproduksi peralatan rumah sakit
UNIVERSITAS MERCU BUANA
1
Tugas akhir
seperti: tempat tidur pasien yang sudah diexport ke jepang,meja periksa, dan lainlain. Dalam hal ini produk utamanya Cup Board L33. Proses produksi terdiri dari pemotongan, pelubangan, pengelasan serta penyemprotan. Seiring dengan berkembangnya perusahaan maka dibutuhkan koordinasi disemua bagian diantaranya pengelolaan dalam bidang sumber daya manusia ataupun fasilitas pendukung lainnya, yang tidak kalah penting yaitu mesin produksi dalam hal ini mesin kompresor tekanan tinggi. Mesin produksi sangatlah penting untuk memperlancar proses produksi, karna seringnya mesin tersebut mengalami gangguan secara tiba-tiba yang mengakibatkan produksi terhenti sehingga perusahaan mengalami penurunan produksi sebesar 5,33%/bln adapun biaya perawatan dan penggantian komponen yang dibutuhkan perusahaan saat ini yaitu sebesar Rp 1.050.000,-/bln, biaya tersebut belum termasuk biaya produksi produk cacat dan mengganti produk yang hilang. Dari data kerusakan mesin dapat dilihat waktu antar kerusakan mesian dari 1 sd 18 hari, sehingga interval data waktu antar kerusakan masih dalam jarak berdekatan hal ini terjadi karna belum ada perawatan yang teratur pada mesin tersebut. Dengan adanya sistim perawatan yang teratur, maka kerusakan pada mesin dapat dicegah seminimal mungkin sehingga produksi dapat berjalan dengan baik.
1.2. Pokok Permasalahan Dengan latar belakang diatas maka kebijakan perawatan juga membutuhkan dana
tidak
sedikit.
Bagi
perusahaan
UNIVERSITAS MERCU BUANA
kerusakan
pada
mesin
produksi
2
Tugas akhir
mengakibatkan terhentinya produksi akan merugikan perusahaan tersebut, oleh karna itu dibutuhkan perawatan secara bertahap dan teratur serta untuk meningkatkan ketersediaan mesin kompresor tekanan tinggi maka akan dibahas pada tugas akhir ini yaitu: “Usulan Kebijakan Perawatan Pada mesin Kompresor tekanan tinggi”. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk : •
Membuat usulan kebijakan perawatan, serta menghitung performasi mesin sehingga dapat meningkatkan tingkat ketersediaan mesin.
•
Dapat membantu pihak perusahaan untuk menentukan tindakan perawatan.
•
Pemecahan masalah dan memperlancar produksi.
1.4. Pembatasan Masalah Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis melakukan pembatasanpembatasan masalah sebagai berikut: •
Obyek penelitian hanya pada mesin kompresor tekanan tinggi.
•
Pembatasan dilakukan dengan kondisi saat ini.
•
Obyek penelitian hanya lemari L33
•
Komponen yang diteliti hanya yang melewati mesin kompresor tekanan tinggi.
•
Perawatan dan bersifat pencegahan pada mesin kompresor tekanan tinggi
•
Masalah yang berhubungan dengan teknik pelaksanaan perawatan tidak akan dibahas.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
3
Tugas akhir
1.5. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan untuk penelitian dan analisa melalui beberapa tahap yaitu : 1. Meninjau
langsung
ke
kawasan
perusahaan
industri
dengan
mengamati, mengukur kegiatan karyawan perusahaan, 2. Wawancara langsung dengan pimpinan manajemen perusahaan, karyawan yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang diambil. 3. Data yang didapat diambil secara bertahap sesuai dengan kebutuhan permasalahan pembahasan. 4. Studi kepustakaan dengan mempelajari referensi-referensi buku yang berhubungan dengan pokok masalah. Dalam kaitan ini metodologi penelitian yang dirumuskan cenderung mengarah kepada kerangka penulis dalam memecahkan permasaahan pada penelitian ini
1.6. Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini susun berdasarkan suatu sistematika penulisan yang secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan
penelitian, metodologi penelitian serta sistematika penulisannya.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
4
Tugas akhir
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan konsep-konsep, teori-teori dan rumusan yang menunjang dalam pemecahan masalah. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini menguraikan langkah-langkah pemikiran dan kerangka analis dalam memecahan topik permasalahan penelitian ini. BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Berisi uraian gambaran umum perusahaan dan proses produksi serta menguraikan data-data yang dikumpulkan dan diolah menurut kegunaanya untuk penganalisaan. BAB V
HASIL DAN ANALISA
Pada bab ini dilakukan penganalisaan data-data yang telah diperoleh serta dibuat langkah-langkah penyelesaiannya. BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitian dan pengolahan data yang telah diperoleh pada bab sebelumnya disertai dengan saran-saran yang diusulkan penulis.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
5
Tugas akhir
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan pustaka 2.1.1. Pengertian Perawatan Perawatan banyak sekali definisinya menurut British Standard Institut, 1974 yaitu : Perawatan merupakan kombinasi dari beberapa tindakan pemeliharaan yang ditujukan untuk mempertahankan kinerja fasilitas
atau mesin. Berikut
beberapa definisi lainnya tentang perawatan. •
Perawatan adalah suatu kegiatan rutin yang diulang-ulang yang diperlukan untuk menjaga agar suatu fasilitas ada dalam keadan yang sama dengan kondisi awalnya. (Rachmat K. Bacrum. 1993)
•
Perawatan fasilitas
adalah suatu kegiatan untuk menjaga dan memelihara
termasuk
penyesuaian
peralatan
pabrik.
Melaksanakan
perbaikan,
dan penggantian komponen yang aus agar dapat suatu
kondisi operasi produk yang memuaskan (Dilworth, 1974)
UNIVERSITAS MERCU BUANA
6
Tugas akhir
•
Perawatan adalah suatu fungsi dari proses pabrikasi yang berhubungan dengan masalah pemeliharaan fisik pabrik yang meliputi mesin-mesin produksi dan fasilitas-fasilitas penunjang produksi dari waktu ke waktu untuk dapat beroperasi dalam kondisi yang baik.
2.2. Tujuan Perawatan Kegiatan perawatan dilakukan untuk merawat mesin dan peralatan, agar selalu berada pada tingkat kinerja tertentu namun dengan biaya yang serendahrendahnya. Secara spesifik tujuan perawatan adalah : •
Menjamin tingkat ketersediaan yang optimal dan fasilitas produksi yang mendapaktan pengembangan investor semaksimal mungkin
•
Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak terganggu.
•
Untuk mencapai tingkat biaya perawatan serendah mungkin dengan melaksankan kegiatan perawatan secara efektif dan efisien.
2.3. Jenis perawatan 2.3.1. Perawatan pencegahan (Preventive maintenance) Kegiatan perawatan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan – kerusakan yang tak terduga dan menemuakn kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan faisiltas produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi. Perawatan ini dibagi 2 yaitu :
UNIVERSITAS MERCU BUANA
7
Tugas akhir
•
Perawatan sistematis (systematic maintenance) Yaitu perawatan pencegahan yang dilakukan pada waktu tertentu yang ditetapkan sebelumnya.
•
Berdasarkan kondisi (Condition Based Maintenance) Disebut juga predictie maintenance. Perawatan yang pencegahan dilakukan dengan memperhatikan kondisi peralatan yang dioperasikan dengan melihat kondisi-kondisi tersebut maka dapat dilakukan tindakan pencegahan untuk mencegah kerusakan yang lebih parah.
2.3.2. Perawatan Perbaikan (Corrective maintenance) Bukan
hanya
memperbaiki
tetapi juga
mempelajari sebab-sebab
terjadinya kerusakan serta cara mengatasinya dengan cepat, tepat dan benar, sehingga tercegah terulangnya kerusakan yang serupa.
2.3.3. Perawatan Berjalan (running maintenance) Pekerjaan perawatan yang dilakukan pada saat fasilitas atau peralatan dalam keadaan bekerja. Perawatan dalam kondisi berjalan diterapkan pada mesinmesin yang harus beroperasi terus dalam melayani proses produksi. Kegiatan perawatan dengan jalan monitoring secara aktif. Diharapkan hasil dariperbaiakn yang dilakukan secara tepat dan terencana ini dapat menjamin kondisi operasi produksi tanpa adanya gangguan yang mengakibatkan kerusakan.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
8
Tugas akhir
2.3.4. Perawatan Berhenti (Shut-Down Maintenance) Yang dimaksud dengan perawatan berhenti adalah perawatan yang hanya dapat dilakukan pada saat mesin berhenti.
2.3.5. Perawatan setelah terjadi kerusakan (Breakdown maintenance) Cara perawatan yang direncanakan untuk memperbaiki kerusakan. Pekerjaan perawatan ini dilakukan setelah terjadinya kerusakan, dan untuk memperbaikinya harus disiapkan suku cadang, material, alat-alat dan tenaga kerja. Penerapan system perawatan ini dilakukan pada mesin-mesin industri yang ringan, apabila terjadi kerusakan dapat diperbaiki dengan cepat.
2.3.6. Perawatan Darurat (Emergency maintenance) Pekerjaan perawatan yang segera dilakukan karena terjadi kemacetan atau kerusakan yang tidak terduga. Perawatan darurat ini termasuk dalam kelompok perawatan yang tidak direncanakan.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
9
Tugas akhir
Perawatan (maintenance)
Perawatan terencana (Planned maintenance)
Perawatan pencegahan (preventive maintenance)
Pemeriksaan termasuk penyetelan pelumasan Lihat, rasakan, dengar Perawatan waktu berjalan (Running maintenance)
Perawatan tidak terencana (unplanned maintenance)
Perawatan korektif (corrective maintenance)
Penggantian komponen minor, yaitu pekerjaan yang timbul langsugn daripemeriksaan
Perawatan waktu berhenti (shut down maintenance)
Perawatan darurat (emergency maintenance))
Reparasi minor yang tidak ditemukan waktu pemeriksaan
Perawatan waktu berhenti (shut down maintenance)
Overhaul terencana
Perawatan setelah terjadi kerusakan (Break down maintenance)
Gambar 2.1. Klasifikasi tindakan perawatan
2.4. Efisiensi Perawatan Ada dua persoalan yang dihadapi daklam perawatan, yaitu persoalan teknis dan persoalan ekonomis. Adapun yang merupakan persoalan teknis adalah persoalan yang menyangkut usaha untuk menghilangkan timbulnya kemacetan yang disebabkan oleh keadaan fasilitas atau peralatan produksi yang kurang baik. Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah : 1. Tindakan –tindakan apa yang harus dilakukan untuk merawat dan memperbaiki mesin atau peralatan yang rusak.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
10
Tugas akhir
2. Kebutuhan persediaan komponen untuk memenuhi tindakan pertama harus dapat menjamin secara teknis. Sedangkan yang dihadapi persoalan ekonomis adalah persoalan yang menyangkut
efisiensi
biaya/ ongkos. Adapun ongkos yang terdapat dalam
kegiatan perawatan adalah : -
Ongkos operasi, yaitu ongkos yang diperlukan untuk kegiatan operasi suatu mesin
-
Ongkos perawatan, yaitu ongkos yang diperlukan untuk menjaga kelangsungan tugas dari suatu peralatan/ mesin
-
Ongkos perbaikan, seperti penggantian komponen
-
Ongkos
hilangnya
kesempatan
memperoleh
keuntungan
yang
diakibatkan menganggurnya peralatan /mesin.
2.4.1 Probabilitas Terkondisi Probabilitas terjadinya event B apabila sudah terjadi event A disebut probabilitas terkondisi, dan dinotasikan sebagai P (B│A) dan dibaca : probabilitas event B dimana event A sudah terjadi. Besarnya probabilitas tersebut ditentukan dengan rumus P ( A ∩B )
dengan P (A ) ≥ 0
P(B A)= P(A) Apabila A dan B adalah event yang bersifat independent, dimana P (A) > 0 dan P (B) > 0, maka P ( A ∩ B ) = P ( A ) . P(B) sehingga probolitas terkondisinya adalah :
UNIVERSITAS MERCU BUANA
11
Tugas akhir
P ( A ∩B ) P(B A)=
P (A).P (B) =
P(A)
= P(B) P (A)
Sebagai analogi diperoleh : P ( B A ) = P ( A ∩ B ) P(A) 2.4.2 Pengujian Pencocokan Distribusi Untuk mengetahui bahwa distribusi pengamatan sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu dilakukan pengujian kecocokan distribusi dengan menggunakan metoda statistika dengan menggunakan metoda statistic pengujian tertentu.
2.4.3 Uji Barlet Untuk dapat diketahui apakah suatu sample acak mengikuti distribusi eksponsial, telah dikembangkan pengujian dengan Burlett statistic uji sebagai berikut :
t 1 r 2r In r − ∑ ln X t r r t =1 Br = r +1 1+ 6r
Dimana, Br = uji Barlett r = jumlah sample tr = waktu antar dua kerusakan sejumlah sample Xt = status keadaan mesin pada saat t
Berdasarkan hipotesis bahwa sampel mempuyai ditribusi eksponensial dan statistic Br mempunyai distribusi Chi – Square dengan derajat kebebasan sebesar
UNIVERSITAS MERCU BUANA
12
Tugas akhir
v = r – 1. Untuk menentukan daerah derajat kritis digunkan uji Chi – Square dua arah, yaitu
λ 2 ≥ λ α 2 , v dan λ 2 ≤ λ α 2v 2.4.4 Uji Chi – Square
Produser pegujian ini terdiri dari sebuah sampel acak yang besarnya n dari variabel acak x, dimana fungsi probabilitas kepadapatannya tidak diketahui. Jumlah n pengamatan disusun dalam frekuensi histogram yang mempunyai interval kelas k. n Oi - Ei Statistic uji : λ
2
=Σ i=1 Ei
Dimana,
λ
2
= nilai variable acak X2
Oi = frekuensi pengamatan dalam interval kelas ke – i Ei = frekuensi harapan dalam interval kelas ke-i Daerah kritis akan terjadi pada ujung kanan distribusi kuadrat. Untuk taraf keberartian α , daerah kritisnya adalah λ 2 > λ α 2 2.4.5 Selang Waktu Antar Kerusakan
Untuk menentukan selang waktu dasar kerusakan dibuat distribusi frekuensi waktu antar kerusakan. Dalam daftar distribusi frekuensi banyaknya objek dikumpulkan dalam kelompok-kelompok berbentuk a – b yang disebut kelas interval. Urutan kelas disusun mulai dari data kecil sampai data terbesar, nilai-nilai terkecil dan terbesar dalam setiap selang disebut batas kelas. Lebar suatu kelas didefinisikan sebagai selisih antara batas atas kelas dengan batas bawah kelas bagi kelas bersangkutan. Banyaknya pengamatan yang masuk dalam waktu kelas tertentu disebut frekwensi kelas dan dikembangkan dengan huruf F. Titik tengah antara batas atas dan batas bawah kelas, yang berarti juga sama dengan antara kedua limit kelas, disebut titik tengah kelas.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
13
Tugas akhir
Adapun langkah – langkah dalam memuat daftar distribusi frekuensi dengan panjang kelas yang sama adalah sebagai berikut : 1. Tentukan tentang, yaitu data terbesar dikurangi data terecil. 2. Teentukan banyak kelas interval dengan menggunakan aturan Strugress, yaitu: 1 + 3,3 log n, adalah banyak dta. Rentang 3. Tentukan panjang kelas interval (P) = Banyak kelas
Harga P diambil sesuai dengan ketelitian satuan data yang digunkan. Jika data berbentuk satuan, mambil harga P teliti sampai satuan, untuk data hingga satu decimal, dan begitu seterusnya. Untuk data yang telah disusun dalam daftar distribusi frekuensi waktu antar kerusakan dihitung dengan rumus : Σ FiXi X= Σ Fi Dimana, Xi = tanda kelas interval Fi = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas Xi
2.4.6 Proses Stokastik
Proses stokatistik ialalah suatu himpunan variabel acak
{
X(t)
}
yang
tertentu dalam suatu ruang sampel tertentu dalam suatu ruang sampel yang sudah diketahui, dimana t merupakan parameter waktu (indeks) dari suatu himpunan T. Proses Markov adalah suatu system stokastik yang mempunyai karakter bahwa terjadinya suatu state pada suatu saat tergantung pada dan hanya state sebelumnya. Dalam suatu kegiatan prencanaan perawatan, keadaan suatu system sesuai dengan performa efektivitas system juga dapat dinyatakan sebagai suatu variabel
UNIVERSITAS MERCU BUANA
14
Tugas akhir
random stokastik. Walaupun secara umum keadaan system semacam ini dapat dinyatakan sebagai 0,1,2,…m keadaan.
2.4.7 Model Rantai Markov ( Markov Chains )
Rantai Markov adalah suatu metoda yang mempelajari sifat-sifat suatu variabel pada masa sekarang yang didasarkan pada sifat-sifatnya masa lalu dalam usaha menaksir sifat-sioifat variabel yang sama dimasa mendatang. Prosedur ini dikembangkan oleh seorang sarjana matematika Rusia bernama Andrei A. Markov pada tahun 1906. Rantai Markov mula-mula diterapkan dalam bidang fisika dan meteorology , yang digunakan untuk menganalisa dan mempoerkirakan perilaku partikel-partikel gas dalam wadah (Container) trtutup serta meramalkan keadaan cuaca. Proses Markov adalah suatu model matematik yang digunakan dalam studi system-sistem yang komplek. Konsep dasar dari proses Markov adalah state dari system dan transisi. Suatu system dikatakan transisi (peralihan) bilamana nilainilai dari variabel-variabel system tersebut berubah dari yag didefinisikan oleh state yang ditempatinya ke nilai dari variabel-variabel yang didefinisikan oleh state yang lain. Yang dimaksud dengan rantai (cahins) adalah semacam status perangkap kolektif. Status perangkap disini adalah status yang mempunyai sifat bahwa bilamana sekali proses masuk dalam status tersebut, maka proses tak akan pernah keluar lagi. Status ini disebut prangkap, jika dan jika Pij = 0. Proses Markov merupakan suatu proses stokistik yang perkembangannya dapat diperlakukan sebagai deretan peralihan diantara nilai-nilai tertentu yang disebut sebagai status proes dimasa yang akan dating hanya bergantung pada status saat ini dan tidak bergantung pada cara bagaimana prose situ mencapai status. Bilamana Xn (n = 1,2,3…) merupakan sekumpulan variabel-variabel random yang diindeksikan oleh n, maka kumpulan tersebut dinyatakan sebagai suatu proses yang stokastik dengan paramenter diskrit. Dalam rantai Markov
UNIVERSITAS MERCU BUANA
15
Tugas akhir
paramenter diskrit, hukum peluang proses
{
0,1,2,…
} dan T = {
0,1,2,…n,…
{
Xn, dalam T
}
dimana I =
} ialah :
r P {X 0 = r0 , X 1 = r1 ,......., X n = rn } = P X n = n = rn −1 X n −1
r r P X n−1 = n −1 ....P X 1 = 1 = r0 .P{X 0 = r0 } X n−2 X0 Probabilitas
Pxn-1,xn =P{x(tn)=xn│x(tn-1)=xn-1}
Disebut sebagi probabilitas transisi. Probabilitas transisi ini menyatakan probabilitas bersyarat (conditional probability) dari siste yang berada dalam Xn pada saat tn jika diketahui ahwa system ini berada edalam Xn-1 pada saat tn-1 Didefunisikan : Pij = P { x(tn) = j│x (tn -1) = i
}
Sebagai probabilitas transisi dari state i pada tn-i ke state j pada saat tn, dan asumsikan bahwa probabilitas transisi dari state I ke j akan lebioh mudah jika disusun bentuk matriks seagai berikut :
P=
P00 P10 P20 ...
P01 P11 P21 …
P02 P12 P22 …
… ... ... …
Matriks P ini diebut sebagai transisi homogen atau matriks stokastik karena seluruh probabilitas transisi pij berharga tetap dan independent terhadap waktu.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
16
Tugas akhir
2.4.8 Model Keputusan Markov
Dalam pandangan dinamika system, sebuah system secara poerlahan-lahan akan menyesuaikan diri dengan waktu operasional. Artinya hokum probabilitas yang dipakai untuk menguraikan kondisi system dapat disesuaikan pengeruhnya. Hal ini dapat ditunjukan dengan model keputusan Makov dibawah ini :
Table Keputusan Vs uraian keputusa Keputusan
Uraian Keputusan
1.
………………………………
2.
………………………………
3.
………………………………
.
.
.
.
n
………………………………
Setiap keputusan yang dibuat, akan mempengaruhi system secara keseluuhan. Hubungan tingkat pengaruh terhadap system secara keseluruhan dapat digambarkan dengan bentuk matriks probabilitas transisi masig-masing status dan nilai ekspektasi ongkos total Cik, serta selanjutnya dengan k, yaitu keputusan yang diambil pada saat system berada pada status i untuk mendapatkan kebijakan yang optimal. Kebijakan (policy) dinotasikan dengan R dapat dipakai sebagai aturan keputusan yang diamil, yaitu dt (R).
Table 2.2 Kebijakan (policy) Vs uraian kebijakan Kebijakan
Uraian Kebijakan
R1
……………………….
R2
………………………
.
.
.
.
Rn
………………………
UNIVERSITAS MERCU BUANA
17
Tugas akhir
Nilai ekspentasi waktu kerusakan rata-rata per satuan waktu (daam rangka jangka panjang) berdasarkan kebijakan yang dipilih dapat dihitung dengan rumus : m ET (R) = Σ Tik Π i i=0 Π o, Π 1 ,…, Π m bentuk distribusi system pada status mapan berdasarkan kebijakan yang dibuat. Tik adalah ekspektasi waktu apabila siste berada pada status I dan keputusan k.
2.4.9 Status Mapan (Steady State )
Beberapa persyaratan dalam analisa model Markov diantaranya bahwa system harus berada dalam kondisi yang tetap atau status mapan (steady state), artinya kondisi dari system yang akan dianaisa tiodak tergantung dari waktu. Kondisi ini akan tercapai setelah system dioperasikan dalam jangka waktu yang cukup lama. Kebalikan dari kondisi pada status mapan adalah status transient, diamana system masih berada dalam kondisi yang transisi atau berubah – ubah (peralihan) dan operasionalnya. Kondisi transient ini tampak pada saat system mulai dioperasikan. Dengan demikian kita dapat mengambil kesimpulan bahwa peluang tiap keadaan dimasa depan akan menjadi tidak tergantung dari keadaan awal (keadaan sekarang) bahkan peuang ini akan menuju harga yang mantap (steady state) dinamakan Pj baik dari arah atas (bila pij > Pj) atau dari arah bawah (bila pij < Pj) Ini dapat kita perlihatkan seperti pada gambar berikut :
UNIVERSITAS MERCU BUANA
18
Tugas akhir
Gambar 2.3 Peluang transient menghampiri peluang
2.4.10 Steady state
Perlu
diperhatikan
bahwa
peluang
mantap
untuk
keadaan
j
memperlihatkan bahwa peluang memperoleh proses stokastik dalam keadaan j, setelah sejumlah besar peraliha, menuju satu harga yang ditulis dengan Pj. Karena kecenderungan ini membuktikan kebenaran tanpa memperhatikan peluang awal atau keadaan awal, ini berarti bahwa Pj adalah peluang tak bersyarat untuk keadaan j. Nilai probabilitas pada status mapan disimbolkan dengan Π j, dimana :
Πj =
M
∑∏ i =0
M
∑∏ i =0
j
n
.P ij untuk j = 0,1,2,3,…,M
=1
UNIVERSITAS MERCU BUANA
19
Tugas akhir
Dengan menggunakan bentuk matriks probabilitas transisi diatas, akhirnya kita dapat menentukan steady state. Misalnya, untuk j = 3 terdapat system persamaan sebagai berikut : Π0 = Π0 .P00 + Π1 .P10 +Π2 .P20 +Π3 .P30 Π1 = Π0 .P01 + Π1 .P11 +Π2 .P21 +Π3 .P31 Π2 = Π0 .P02 + Π1 .P12 +Π2 .P22 +Π3 .P32 Π3 = Π0 .P03 + Π1 .P13 +Π2 .P23 +Π3 .P33
1 = Π0
+
Π1
+ Π2 + Π3
Dari persamaan diatas kita dapat menentukan Π 0, Π 1, Π 2 dan Π 3 dan hasilnya menjadi peluang bersama dalam rata-rata ekspektasi ongkos perhari.
2.5. Kurva Laju Kerusakan Sesaat (kurva bath –tub)
Sub bab ini menjelaskan tentang kurva yang menunjukkan pola laju kerusakan sesaat yang umum bagi suatu produk, yang dikenal dengan istilah”kurva Bath-Tub”. Pada kebanyakan kasus, laju kerusakan suatu produk berubah-ubah sejalan dengan bertambahnya waktu, maka kurva seperti terlihat dibawah ini digunakan untuk menyatakan laju kerusakan sesaat produk.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
20
Tugas akhir
Daerah A
Daerah B
Kerusakaan
Kerusakan
Kerusakan
Menurun
Konstan
Menaik
0
ta
Daerah C
tb
Gambar 2.2. Kurva Bath –Tub
Keterangan : 1. Daerah A:Fasa kerusakan awal (burn –in region atau infat mortality region) Dalam fasa ini laju kerusakan sesaat produk terus menurun yang diawali dengan tingkat lanju kerusakan sesaat yang cukup tinggi pada awal beroperasi (to) dan terus menurun sampai mencapai saat ta. Hampir sebagian besar produsen peralatan manufaktur memberlakukan fasa ini bagi produk mereka. Beberapa alasan yang menyebabkan terjadinya fasa kerusakan awal ini diantaranya adalah : •
Pengendalian kualitas yang tidak memadai
•
Kesalahan pemasangan dan set-up
•
Metode manufakturing yang tidak memadai
•
Kesalahan manusia dan pemrosesan
•
Kesalahan pengepakan dan metode penanganan material
•
Performansi material dan tenaga kerja yang berada dibawah standar
•
Kesulitan yang timbul pada saat perakitan
UNIVERSITAS MERCU BUANA
21
Tugas akhir
2. Daerah B : fasa pengoperasian norma/umur pakai yang berguna (useful life region) Daerah ini ditandai dengan laju kerusakan sesaat yang konstan. Hal ini berarti bahwa laju kerusakan sesaat tidak akan bertambah walaupun umur peralatan terus bertambah sampai saat tb, dan probabilitas rusak alat pada setiap saat adalah sama. Sebagai akibat, maka kerusakan mendadak yang merupakan keadaan diluar kebiasaan, sehingga dikenal sebagai kerusakan acak. Beberapa alasan penyebab timbulnya kerusakan pada fasa ini diantaranya adalah : •
Kerusakan cacat yang tidak terdeteksi
•
Kerusakan tak terhindarkan, bahkan dengan tindakan perawatan praktis yang paling efektif sekalipun
•
Kerusakan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya
•
Kerusakan alamiah dan kesalahan manusia
•
Faktor keamanan yang rendah
3. Daerah C; fasa pengoperasian melebihi umur pakai (wear out region). Pada fasa ini laju kerusakan sesaat mulai terus bertambah dari saat tb. Peningkatan ini mengidentifikasikan akhir dair unsur pemakaian berguna suatu produk yang akan dieprtanyakan saat terjadinya sejalan dengan semakin memburuknya kondisi produk. Bila suatu alat telah memasuki fasa ini, maka sebaiknya dilakukan perawatan pencegahan untuk mengurangi probabilitas rusak yang lebih fatal pada masa mendatang. Umumnya pada fasa ini dilakukan penggantian komponen yang telah direncanakan secara tepat, yaitu pasa saat tb,
UNIVERSITAS MERCU BUANA
22
Tugas akhir
walaupun
penentuan saat ta dan tb tersebut adalah tidak mudah dilakukan
beberapa penyebab timbulnya kerusakan yagn terjadi selama fasa ini adalah : •
Kelelahan karena friksi/aus akibat pemakaian
•
Kelelahan karena umur pemakaian
•
Kesalahan overhoul
•
Perawatan yang tidak memadai
•
Terjadinya korosi
•
Rancangan umur pakai produk yang memang singkat Jika dilihat pada gambar yang mendeskripsikan kurva Bath tub tersebut dan
dibandingkan dengan gambar fungsi-fungsi distribusi yang sering digunakan, akan terlihat bahwa : •
Daerah A dapat dipenuhi dengan distribusi weilbull
•
Daerah B dapat dipenuhi dengan distribusi eksponensial
•
Daerah C dapat dipenuhi dengan distribusi weilbull dan normal
2.6. Klasifikasi keadaan kerusakan mesin
Sebuah mesin yang dioperasikan dengan beban kerja yang cukup brarti akan mengakibatkan mesin cepat mengalami keausan dan harus segera diganti, agar kerusakan yang lebih parah dapat dihindarkan. Untuk mencegah terjadinya kerusakan yang lebih parah mesin harus diperiksa secara periodik, kemudian kondisinya dicatat. Pemeriksaan kondisi mesin dilakukan setiap awal hari kerja dan hasilnya dicatat menurut klasifikasi sebagai berikut :
UNIVERSITAS MERCU BUANA
23
Tugas akhir
Tabel 2.1 status Dan kondisi mesin Status
Kondisi
0
Sebagai keadaan baru (good as new)
1
Mesin sudah menurun kapasitasnya (Low capacity)
2
Banyak mengalami kemunduran (mayor deterioration)
3
Tidak dapat beroperasi sama sekali dan kualitas yang dihasilkan jelek (inoperable output of unacceptable quality)
Keterangan : •
Status 0, menunjukkan kondisi mesin dalam keadaan baik sebagaimana baru. Dalam hal ini mesin tidak memerlukan perbaikan. Pemeriksaan rutin (kontinyu) secara periodik dan perawatan pencegahan kerusakan dilakukan agar mesin selalu beroperasi dengan baik.
•
Status 1, menunjukkan kondisi mesin dapat beroperasi dengan baik, tetapi kadang-kadang mesin mengalami
gangguan akibat kerusakan kecil .
kerusakan kecil ini dapt diperbaiki dengan tidak memerlukan waktu terlalu lama dan ongkos yang dikeluarkan untuk
memperbaikinya tidakbegitu
besar. Setelah kerusakan dapat diatasi, maka mesin bisa dioperasikan kembali seperti keadaan semula. •
Status 2, menunjukkan kondisi mesin masih dapat beroperasi namun sering terjadi kerusakan yang sangat mengganggu. Kerusakan jenis ini biasanya dapat diperbaiki dalam waktu yang
UNIVERSITAS MERCU BUANA
relatif lama, sehingga
waktu
24
Tugas akhir
mengganggur mesin menjadi lebih besar dan diperlukan
overhaul agar
kondisi mesin kembali pada keadaan yang lebih baik. •
Status 3, menunjukkan kondisi mesin yang sering mengalami kerusakan cukup berat, tetapi walaupun begitu mesin masih dapat beroperasi. Waktu yang diperlukan utnuk memperbaikinya sangat lama dan ongkos yang harus dikeluarkan pun cukup besar, sehingga diperlukan segera penggantian komponen (replacement).
2.7. Tingkat ketersediaan sebagai ukuran performa sistem
Tingkat ketersediaan
merpuakan ukuran pencapaian tujuan program
perawatan. Dimana tujuan perawatan adalah memelihara keadaan suatu peralatan sedekat mungkin dengan keadaan awal peralatan yang digunakan. Tingkat ketersedeiaan sangat bergantung pada karakteristik kerusakan peralatan, proses perbaikan, dan perawatan peralatan. Tingkat ketersediaan dapat dirumuskan sebagai berikut : A=
MTBF MTBF + MTTR
Dimana, A
= Availability (tingkat ketersediaan)
MTBF = Mean time between failure (rata-rata waktu antar kerusakan) MTTR = Mean time to repair (rata-rata waktu perbaikan/ lama kerusakan)
UNIVERSITAS MERCU BUANA
25
Tugas akhir
Persamaan diatas dapat
dianalisis bahwa tingkat
ketersediaan dapat
ditingkatkan dengan cara mempertinggi MTBF atau mengurangi MTTR atau melakukan keduanya sekaligus. Adapun untuk mengetahui tingkat keberhasilan disain perilaku kebijakan yang dibuat adalah dengan menggunakan rumus dibawah ini : A=
Tp − ET ( R) min x100% Tp
Dimana, Tp
= rata-rata waktu produksi yang tersedia per hari
Et (R) min= nilai ekspektasi waktu kerusakan rata-rata
2.8. Struktur Ongkos perawatan
Dengan bertambahnya tingkat kerusakan kumulatif, laju pendapatan suatu sistem akan terus berkurang, sedangkan kemungkinan kegagalan akan terus bertambah. Proses kerusakan ini pada kenyataannya sangat dipengaruhi oleh tingkat perwatan preventif dan korektif yang diberikan. Pembiayaan perawatan yang semakin besar, sampai batas-batas tertentu,
akan mencegah kegagalan
sistem dengan lebih efektif. Sehingga dalam persoalan optimasi perawatan mesin terdapat elemen-elemen ongkos yang akan sangat menentukan yaitu : 1. Ekspektasi ongkos karena menghasilkan barang cacat 2. Ongkos perawatan 3. Ongkos kehilangan kesempatan untuk memperoleh pendapatna akibat sistem yang rusak/ ongkos downtime.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
26
Tugas akhir
Tabel 2.2. Struktur ongkos
Ongkos Ekpektatsi
produksi
Ongkos
ongkos
Ongkos
yang hilang
Ongkos
staus
memproduksi
perawatan
(keuntungan
total
Keputusan
barang cacat
yang hilang)
0 membiarkan
……….
……….
……….
……….
……….
……….
……….
……….
……….
……….
……….
……….
……….
……….
……….
……….
……….
……….
……….
……….
mesin 1 bersihkan 2 perbaikan 3 poenggantian
Akan tetapi pada sistem produksi, umumnya pengeluaran biaya utnuk bahan baku dan tenaga kerja tidak begitu dipersoalkan
berapa besarnya.
Sebaliknya dengan ongkos downtime yang dianggap sebagai kerugian akibat sistem yang rusak. Secara khusus ongkos downtime harus diperhitungkan untuk mengetahui ekspektasi
ongkos perawatan yang optimal dari kebijakan yang
diperoleh. Bila diperinci ongkos downtime sistem terdiri dari :
UNIVERSITAS MERCU BUANA
27
Tugas akhir
1.
Ongkos operator mesin atau peralatan produksi menganggur karena mesin rusak
2.
Ongkos set –up bagi beberapa sistem tertentu
3.
Ongkos kehilangan kesempatan menjual
4.
Ongkos kerugian karena sistem tidak berproduksi selama dalam kerusakan.
Ongkos–ongkos
dari keempat elemen diatas bila dijumlahkan akan
menghasilkan ongkos downtime sistem, pengertian downtime disini adalah saatsaat selama sistem tidak doperasikan karena sedang diperbaiki atau sedang dalam perwatan preventif. Semakin baik perencanaan perawatan, dapat diharapkan jumlah kerusakan akan semakin berkurang. Dengan meminimumkan ongkos downtime dan biaya perawatan, maka akan diperoleh titik optimal yang paling ekonomis untuk perencanaan perawatan.
2.9. Elemen ongkos perawatan
Elemen ongkos perawatan dari : •
Ongkos teknisi Bagian teknisi ini bertanggung jawab terhadap keberhasilan program pengelolaan mesin
•
Ongkos bahan pembantu Dalam kegiatna pemeliharana dan perbaikan perlu ada bahan pembantu, misalnya pelumas
•
Depresiasi peralatan
UNIVERSITAS MERCU BUANA
28
Tugas akhir
•
Keuntungan yang hilang Pada saat melakukan kegiatan pemeliharaan atua penggantian yang menyebabkan
proses produksi berhenti, keuntunngan yang hilang akibat
penghentian proses produksi dimasukan dalam ongkos pemeliharaan. •
Ongkos karyawan menganggur Apabila karyawan pelaksana dan seorang teknisi berbeda maka pas terjadinya penghentian proses produksi maka ada karyawan yang menganggur, ongkos karyawan menganggur disesuaikan dengan lamanya waktu proses produksi berhenti.
•
Ongkos komponen pengganti Pada saat melakukan penggantina berarti ada komponen yang harus dibeli, pembelian komponen ini merupakan ongkos pemeliharaan.
Ongkos perawatan preventif
ongkos
ongkos total
ongkos kerusakan
jumlah perawatan preventif
Gambar 2.3 Hubungan biaya perawatan dengan alterantif perawatan
UNIVERSITAS MERCU BUANA
29
Tugas akhir
Catatan : •
untuk usaha-usaha perawatan yang rendah bahkan tidak ada, biaya total
perawatan, terutama mencakup hanya biaya “breakdown
repair”. •
Apabila tingkat perawatan
preventif dipertinggi, maka biaya
“breakdown” menurun, lebih cepat dari kenaikan biaya perawatan preventif, sehignga menekan penurunan biaya total. •
Hal ini berlanjut sampai titik optimal usaha perawatan preventif, diluar itu pengurangan
dalam biaya breakdown repair tidaklah
cukup untuk mengimbnagi laju tetap kenaikan biaya perawatan preventif, yang menyebabkan biaya total naik/ bertambah.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
30
Tugas akhir
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Studi pendahuluan
Dalam hal ini penulis melakukan observasi terhadap perusahaan yang bersangkutan untuk mengetahui kondisi dan situasinya sehubungan dengan masalah penelitian supaya terarah dengan baik. Langkah ini adalah merupakan persiapan dan penentuan penelitian yang akan dilakukan.
3.2.
perumusan masalah
Suatu penelitian merupakan rangkain proses atau langkah yang tersusun secara sistematika yang artinya merupakan tahapan yang berkutnya. Perumusan masalah merupakan langkah yang bertujuan untuk
mengetahui permasalahan yang
dihadapi dan memperjelas arah pemecahan masalah sesuai dengan kondisi dan situasi perusahaan yang akan dijadikan objek penelitian. Dalam hal ini masalah
UNIVERSITAS MERCU BUANA
31
Tugas akhir
yang dihadapi oleh perumusan dalam menunjang kegiatan operasionalnya adalah penetapan sistem perawatan berupa interval waktu
perawatan untuk
meningkatkan ketersediaan mesin
3.2.1. Studi Pustaka
Setelah mengetahui permasalahan
yang dihadapi, langkah selanjutnya
dilakukan tinjauan pustaka mengenai teori-teori yang diperlukan dalam pemecahan masalah perawatan
fasilitas/ peralatan
mesin yang referensinya
diambil dari sejumlah buku ilmiah yang berlaku umum, tujuannya agar dalam pemecahan masalah tidak keluar dan teori –teori yang relevan dengan permasalahan.
3.3. Tujuan Penelitian
•
Membuat usulan kebijakan perawatan, serta menghitung performasi mesin sehingga dapat meningkatkan ketersediaan mesin
3.4. Identifikasi Variabel Penelitian
•
Distribusi waktu antar kerusakan Distribusi waktu antar kerusakan akan menghasilkan probalitas terjadinya
kerusakan pada suatu waktu tertentu. Juga akan
menghasilkan besaran ekspektatsi jumlah kerusakan dalam suatu jangka waktu tertentu.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
32
Tugas akhir
•
Ekspektasi lama kerusakan Lamanya waktu perbaikan menentukan seberapa besar tingkat ketersediaan mesin
•
Ongkos pemeriksaan periodik Besarnya ongkos diestimasi dari besarnya
biaya untuk melakukan satu kali
tindakan perbaikan
kerusakan. •
Harga komponen Harga komponen akan berpengaruh
pada ekspektasi ongkos
perawatan periodik yang diusulkan.
3.5. Penetapan metode pemecahan masalah 3.5.1. Pendefinisian status kondisi mesin
Pendefinisian status kondisi mesin dibuat berdasarkan keadana mesin yang dicatat pada saat pemeriksaan berkala (reguler inspection) setiap akhir hari kerja. Keadaan mesin yang terjadi dibagi dalam emapt kondisi yang didasarkan pada probabilitas kaidah –kaidah mekanis, yaitu suatu mesin dalam keadaan baru akibat pemakaian terus menerus akan mengalami sedikit kemunduran kemudian mempunyai banyak kemunduran dan akhirnya rusak. Untuk membedakan keempat kondisi mesin tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
UNIVERSITAS MERCU BUANA
33
Tugas akhir
Tabel 3.1. Pendefinisian Status Kondisi Mesin Model Markov
Status
0
Kondisi
Sangat baik, yaitu keadaan
Pelayanan terhadap tindakan -
mesin sebagaimana baru
Kemungkinan tindakan
Performasi
Membiarkan
100%
operasi
(good as new) 1
Baik, yaitu tetapi mesin
0-1 jam
sudah menurun kapasitasnya
Bersihkan
85%-95%
mesin
(Low capacity) 2
Cukup, yaitu mesin dapat
1
Perbaiki alat
71%-84%
T>5jam
Ganti alat
<70%
beroperasi tetapi banyak mengalami kemunduran (mayor deterioration) 3
Jelek, yaitu mesin tidak dapat beroperasi dan output secara kualitas jelek
3.5.2. Penyusunan Model Keputusan Markov
Agar dalam proses pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan baik, diharapkan permasalahan yang dihadapi akan berada pada konteks yang tepat. Untuk model keputusan ini terdapat uraian keputusan yang sesuai dengan status yang telah ditetapkan dalam pendefinisian status. Sebuah keputusan sebagaimana tindakan yang diambil harus dibuat, ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
UNIVERSITAS MERCU BUANA
34
Tugas akhir
Tabel 3.2 Model Keputusan Markov
Keputusan
Uraian keputusan
Perubahan mesin
0
Tidak melakukan apa-apa
Tidak ada perubahan
1
Bersihkan
Sistem kembali ke status 0
2
Perbaiki
Sistem kembali ke status 1
3
Ganti
Sistem kembali ke status 0
Keterangan
•
Keputusan 0, tidak melakukan apa –apa artinya mesin dibiarkan sebagaimana adanya
tanap melihat apakah terjadi sedikit
kemunduran, banyak kemunduran atau dibiarkan
sampai terjadi
kerusakan. Dalam hal ini tidak terjadi perubahan system kondisi mesin, berarti ini merupakan tindakan perawatan korektif dimana perawatan dilakukan disaat terjadi kerusakan mendadak sehinga akan menimbulkan ongkos akibat menghasilkan barang cacat. •
Keputusan 1, melakukan tindakan pembersihan artinya pada keadaan mesin
mengalami
penurunan
kapasitas,
setelah
dilakukan
pembrsihan, system kondisi mesin kembali ke status 0. ongkos yang ditimbulkan hanya ongkos tenaga kerja perawatan dan ongkos produksi yang hilang selama melakukan kegiatan pembersihan •
Keputusan 2, melakukan perbaikan artinya pada keadaan
mesin
mengalami kemunduran kondisi dan tindakan yang dilakukan adalah
UNIVERSITAS MERCU BUANA
35
Tugas akhir
perbaikan komponen. Setelah dilakukan perbaikan, system kondisi mesin kembali ke status 1. ongkos yang ditimbulkan adalah ongkos perawatan dan ongkos produksi yang hilang selama perbaikan. •
Keputusan 3, melakukan penggantian artinya mesin brada pada status 3 sehingga setelah penggantian komponen, system kondisi mesin kembali ke status 0 karean komponen telah diganti dengan yang baru. Ongkos yang terjadi adalah ongkos penggantian dan ongkos produksi yang hilang selama penggantian.
3.5.3. Kebijakan perawatan yang diusulkan
Usulan perancangan perawatan yang dibuat berdasarkan pada keadaan status mesin yang terjadi kemudian tindakan yang mungkin dilakukan. Ini berarti menyangkut
tiga unsure yang saling berpengaruh, yaitu : kebijakan,
tindakan yang dilakukan, dan status mesin yang terjadi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.3 dibawah ini :
UNIVERSITAS MERCU BUANA
36
Tugas akhir
Tabel 3.3. Kebijakan Perawatan Kebijakan
R1
Uraian kebijakan
Status 0 dibiarkan karena ada peluang mesin tetap
sebagai
mana adanya, status 1 bersihkan karena tdak ada peluang mesin ke status sebelumnya, status 2 perbaiki tak ada peluang mesin ke status sebelumnya, status 3 ganti tak ada peluang mesin kembali ke status sebelumnya. R2
Status 0 biarkan karena ada peluang mesin tetap sebagaimana adanya, status 1,2,3 ganti karena tak ada peluang mesin ked an pada status sebelumnya.
R3
Status 0 biarkan karena ada peluang mesin tetap sebagai mana adanya, status 1 bersihkan karena ada peluang mesin ke status 1 bersihkan karena ada peluang mesin ke status sebelumnya, status 2 perbaiki sebelumnya,
karena tak ada peluang mesin ke status
status 3 ganti karena tak ada peluang mesin
kembali ke status sebelumnya. R4
Status 0 biarkan karena ada peluang mesin tetap sebagaimana adanya, status 1 bersihkan karena ada peluang mesin ke status sebelumnya, status 2,3, ganti karena tak ada peluang mesin ked an pada status sebelumnya.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
37
Tugas akhir
Table 3.4. Matriks Probabilitas Transisi Status Mapan
Keputusan 0
1
2
3
0
P00
P01
P02
P03
1
1
0
0
0
2
P20
P20
0
0
3
1
0
0
0
0
1
2
3
0
P00
P01
P02
P03
1
1
0
0
0
2
1
0
0
0
3
1
0
0
0
Status
Kebijakan (R2) Keputusan
Status
UNIVERSITAS MERCU BUANA
38
Tugas akhir
Kebijakan (R3) Keputusan 0
1
2
3
0
P00
P01
P02
P03
1
P10
1-P10
0
0
2
P20
1-P20
0
0
3
1
0
0
0
0
1
2
3
0
P00
P01
P02
P03
1
P10
1-P10
0
0
2
1
0
0
0
3
1
0
0
0
Status
Kebijakan (R4) Keputusan
Status
Keterangan : •
Rn= Kebijakan perawatan mesin ke-n
•
dt (R ) = Keputusan dibuat pada status ke-t sesuai kebijakan yang dibuat
•
P=Peluang
UNIVERSITAS MERCU BUANA
39
Tugas akhir
3.6 Pengumpulan data
Untuk penelitian tugas akhir ini, data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data-data tersebut adalah data tahapan proses produksi, data kerusakan mesin dan data ongkos perawatan mesin. •
Data kerusakan mesin Penulis mendapatkan data kerusakan mesin dari laporna pihak departemen maintenance yang diperoleh dari data riwayat (history data) dan catatan masalah (traouble record) mengenai tanggal terjadinya merusakan, uraian kerusakan (description), tindakan (action), tanggal selesainya perbaikan dan operator.
•
Data ongkos perawatan / perbaikan mesin Yang termasuk
ke dalam ongkos
perawatan adalah ongkos
pemeriksaan mesin dan ongkos penggantian komponen. •
Harga komponen Penulis mendapatkan harga komponen dari pihak departemen maintenance
3.7 Pengolahan data
Dari data yang telah dikumpulkan, yaitu data kerusakan mesin, maka langkah berikutnya adalah proses pengolahan data. Proses ini menggunakan teori keputusan markov, dengan menggunakan kriteria data antar waktu kerusakan agar diperoleh kebijakan perawatan. Penentuan keputusan markov ini mengalami beberapa tahap penyelesaian yaitu :
UNIVERSITAS MERCU BUANA
40
Tugas akhir
3.7.1. Menentukan fungsi distribusi kerusakan
Data waktu antar kerusakan yang diperoleh
harus dianalisis terlebih
dahulu, karena perhitungan menyangkut peluang maka data harus didistribusikan menurut fungsi kepadatannya. Adapun fungsi kepadatan yang digunakan adalah fungsi kepadatan eksponensial. Model fungsi kepadatan kerusakan ini model yang sederhana, dimana hanya perlu menentukan satu nilai parameter saja dan paling banyak digunakan dalam analisis keandalan. Selain itu karena system mengikuti karakteristik proses markov, maka distribusi waktu antar kerusakan haruslah berdistribusi eksponensial karena memoryless, yaitu untuk selang
distribusi eksponensial memiliki sifat
waktu manapun dan berapapun probabilitas
terjadinya kerusakan akan selalu tetap.
3.7.2. Menentukan selang waktu antar kerusakan
Untuk menentukan selang waktu antar kerusakan maka yang pertama harus dilihat adalah data waktu kerusakan mein yang terdapat tanggal kerusakan pertama, kedua dan seterusnya selama periode waktu yang ditentukan. Jadi selang waktu antar kerusakan merupakan selisih antara jumlah waktu (hari) antar kerusakan. Ketentuan hari disesuaikan dengan jumlah hari kerja perusahaan yang bersangkutan.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
41
Tugas akhir
3.7.3. Membentuk matrik probabilitas transisi awal
Pembentukan matriks probabilitas transisi awal memegang peranan penting dalam metode proses keputusan markov. Dengan dibentuknya matrik probabilitas transisi awla akan memudhakan dalam menentukan peluang perubahan kondisi mesin dari tiap keadaan pada saat
sekarang dan peluang
perubahan kondisi mesin pada saat mendatang. Pembentukan matriks probabilitas awal berhubungan dengan probabilitas perubahan waktu antar kerusakan yang telah didapat.
3.7.4. Menentukan tingkat ketersediaan penggunaan mesin produksi saat ini.
Sebelum dilakukan proses kebijakan perawatan yang diusulkan terhadap mesin produksi, sebaiknya ditentukan terlebih dahulu besarnya
tingkat
ketersediaan penggunaan mesin produksi saat ini. Tingkat ketersediaan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
A=
MTBF MTBF + MTTR
Dimana : A
= Tingkat ketersediaan
MTBF = waktu rata-rata antar kerusakan MTTR = waktu rata-rata perbaikan
UNIVERSITAS MERCU BUANA
42
Tugas akhir
Dan selanjutnya tingkat ketersediaan saat ini akan dibandingkan dengan tingkat ketersediaan hasil kebijakan perawatan yang diusulkan.
3.7.5. Membentuk struktur ongkos perawatan mesin
Struktur ongkos
yang terjadi dan mungkin adalah ongkos perawatan
mesin, ekspektasi ongkos produksi karena produk yang dihasilkan cacat dan ongkos mengganti untuk produksi yang hilaang. Dalam menentukan pengadaan ongkos maka perlu dibebntuk suatu model ongkos yang terjadi pada tindakan perawatan.
Pada ongkos perawatan yagn terjadi
diketahui jelas karena
pemeriksaan dilakukan berkala (regular inspection), tetapi untuk ongkos karena kerugian tidak berproduksi ditetapkan dengan suatu harga asumsi dan untuk ongkos karena produk cacat pada watku yang akan datang yang sifatnya acak dicari dengan suatu harga ekspektasi. Utnuk lebih jelasnya struktur ongkos dapat dilihat dibawah.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
43
Tugas akhir
Table 3.5. Struktur Ongkos
Ongkos Ekspektasi
(keuntungan
Ongkos Keputusan
ongkos
Ongkos
yang hilang)
Total
memproduksi
perawatan
dari
ongkos
Status barang cacat
produksi yang hilang
0
0
0
0
0
0
Membiarkan
1
C01
0
0
C01
mesin
2
C02
0
0
C02
sebagaimana
3
X*
0
0
X*
0,1
0
0
0
0
1
2
0
0
C12(2)
C12(2)
bersihkan
3
0
0
C12(3)
C12(3)
2
0,1,2
0
Cp2(0,1,2)
C12(0,1,2)
Cp2+C12
Perbaikan
3
0
X*
C12(3)
X*
3
0,1,2,3
0
adanya
Cp3(0,1,2,3) C13(0,1,2,3) Cp3+C13
Penggantian
Keterangan : •
C01= ongkos ekspektasi produksi karena produksi yang dihasilkan cacat pada keadaan status 1
UNIVERSITAS MERCU BUANA
44
Tugas akhir
•
C02 = ongkos ekspektasi produksi karena produk yang dihasilkan cacat pada keadaan status 2
•
C12(2) = ongkos kehilangan keutnugnan pada status 2
•
C12(3) = ongkos kehilangan keuntungan pada status 3
•
Cp2(0,1,2)= ongkos perawatan pada status 0,1,2
•
C12(0,1,2)= ongkos kehilangan keuntungan pada status 0,1,2
•
Cp2(0,1,2,3) = ongkos perawatan pada status 0,1,2,3
•
C13(0,1,2,3) = ongkos kehilangan keuntungan pada status 0,1,2,3
•
X* = Karena membiarkan mesin pada kodnisi tidak dapat beroperasi atau pemeriksaan ketika mesin tidak dapat beroperasi dilarang pada assumsi, sehingga sebuah ongkos tak hingga ditetapkan.
3.8 Analisis dan pembahasan
Analisis dan pembahasan yang dilakukan meliputi analisis terhadap tahapan proses produksi,
tingkat ketersediaan mesin, ongkos perawatan, dan
distribusi kerusakan mesin.
3.9. Kesimpulan dan saran
Sebagai tahap akhir dari penelitian ini adalah menarik beberapa kesimpulan dan memberikan saran-saran bagi perusahaan agar apa yang selama ini diabaikan
dan tidak dianggap sebagai suatu masalah, supaya lebih
diperhatikan dalam rangka mengantisipasi kemungkinan –kemungkinan yang terjadi dimasa mendatang.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
45
Tugas akhir
3.10 Kerangka pemecahan masalah
Untuk memperoleh gambaran yang integral
dari penjelasan tersebut
diatas, maka dibuat kedalam suatu kerangka pemecahan masalah sebagai berikut ;
Mulai
Identifikasi masalah
Tujuan penelitian
Studi pendahuluan
Studi lapangan
Studi pustaka
Pengumpulan data
Pengolahan data
Analisa hasil pengolahan data
Kesimpulan dan saran
selesai
UNIVERSITAS MERCU BUANA
46
Tugas akhir
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1. PENGUMPULAN DATA 4.1.1. Sejarah Perusahaan
Perusahaan ini didirikan pada tangal 16 Agustus 1972 diJakarta dengan nama PT. Lion Metal Works, sebagian perusahana penanaman modal asing dan merupakan kerjasama antara pengusaha Indonesia, pengusaha singapura dan Malaysia. PT. Lion Metal Works Tbk. Merupakan anggota lion group-malaysia. Pabrik dan kantor PT. Lion Metal Works Tbk berada di jalan raya bekasi km 24,5-cakung , Jakarta timur, menempati lahan seluas 37,130m2 Pada awal kegiatannya
PT. Lion Metal Works Tbk memproduksi
peralatan kantor yang kemudian berkembang dengan memproduksi peralatan pergudangan, kanal “C”, bahan bangunan dan kontruksi, peralatan rumah sakit
UNIVERSITAS MERCU BUANA
47
Tugas akhir
dan produk pengamanan (high securiy products). Bidah usaha ini dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok produk, dengan rincian sebagai berikut : •
Peralatan perkantoran, peralatan rumah sakit, dan system peralatan penyimpanan arsip, seperti lemari arsip, meja kantor, lemari arsip dorong, kursi perkantoran, locker, lemari penyimpanan obat, meja pemeriksaan pasien dan peralatan perkantoran lainnya.
•
Peralatan dengan system pengamanan, seperti lemari arsip tahan api, brankas, hotel bedroom safe, dan safe deposit box.
•
Peralatan pergudangan, seperti rak serba guna, rak tingkat, dan rak pallet baik yang statis maupun yang dinamis.
•
Bahan bangunan dan kontruksi, seperit system penyangga kabel, pintu baja dan pitnu baja tahan api.
•
Kanal –C” dan sejenisnya.
Selain memproduksi produk-produk merk lion, PT. Lion metal works Tsbk juga mendapat lisensi dari luar negeri untuk merakit, memproduksi dan memasarkan produk –produk dibawah ini di dalam negeri yaitu : a) Pada tahun 1984, PT. Lion metal wokrs tbk menandatangani perjanjian lisensi dengan Burositzmobel fabrik friedrich-w. dauphin GmbH & Co,. jerman sebagia exclusive distributor untuk memasarkan kursi perkantoran merk auphin di Indonesia. Selanjutnya pada tahun 1993, PT. Lion Metal Works menandantangai perjanjian baru sebelumnya untuk memproduksi
sebagai kelanjutan dari perjanjian dan memasarkan kursi merk Diuphin
tersebut.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
48
Tugas akhir
b) Pada tahun 1984, PT. Lion Metal Works mengadakan perjanjian lisensi dan Hugo Fritschi AG, swiss untuk memproduksi dan menjual produk –produk hugo fritschi AG di Indonesia antara lain system rak dorong, storage retrieval machine dan conveyor c) Pada tahun 1989, PT. Lion Metal Works mendapat lisensi dari fichet bauche SA, perancis untuk membuat dan memasrkan produk-produk fichet bouche SA di Indoneisa antara lain safe, emergency and security door dan locker. Sesuai dengan kelompok produk yang dihasilkan PT. Lion metal works tbk, kegiatna pemasarna juga diselaraskan dengan kelopok produk yang didukung oleh tenaga penjual yagn berpengalaman. PT. Lion Metal Works Tbk, memiliki tim teknik pemasaran (Marketing enginerring team) yang brefungsi utnuk memabantu memberikan presentasi dan penjelasan teknis lainnya kepada pelanggan, serta mengatisifasi perkembangan produk-produk yang ada dan perencanaan produk-produk dimasa yang akan datang yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Produk –produk dihasilkan oleh PT. Lion Metal Works Tbk telah
yang
dipasarkan secara luas di
seluruh Indonesia dengan menggunakan merk”lion” pemasarna yang dikeluarkan PT. Lion Metal Works dapat dikategorikan sebagai berikut : •
Melalui distributor / penyalur yang terbesar diseluruh Indonesia
•
Melalui pendekatan langsung kepada kelompok sasaran pemakai seperti kontraktor dan pemilik proyek dengan memberikan penjelasan yang selengkap –lengkap tentang produk PT. Lion metal work tbk.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
49
Tugas akhir
•
Melalui konsultan –konsultan dalam memperkenalkan produk-produk dan spesifikasinya.
•
Ekspor.
Pengendalian mutu pada setiap tahapan proses produksi dilakukan guna menjamin mutu barang jadi yang disesuaikan dengan standard mutu yang sudah ditetapkan. Mutu produk yang dihasilkan dari pemeriksaan yang sistematis dan konsisten secara berkala dan terpadu, baik secara satuan maupun secara acak, dimulai dari masuknya bahan baku, dilanjutkan dengan proses potong, perforasi, tekuk, las titik, dan pengecatan, sampai pada proses perakitan akhir barang jadi. Kesemuanya diperiksa dengan seksama, demi menjamin mutu yang baik bagi kepuasan para pemakai dan pelanggan . Sumber daya manusia dalam melaksakana kegiatan untuk mencapai keberhasilan usaha PT. Lion Metal Works Tbk sangat penting, terutama dalam menghadapi perdagangan bebas dimasa yang akan datang. Karena itu PT. Lion metal woks Tbk terus berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia ini dengan melalui pendidikan, perlatihan dan peningkatan
kesejahteraan bagi
karyawannya. Disamping itu PT. Lion Metal Works Tbk telah menjalankan peraturan pemerintah dalam mensejahterakan karyawan dengan memberi upah minimum regional.(UMR) sesuai dengan yang telah ditetapkan. Saat ini PT. Lion metal works tbk telah memiliki karyawan sebanyak 502 orang termasuk tenaga asing dan tenaga ahli.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
50
Tugas akhir
Pada akhir tahun 1996, PT.Lion metal works tbk telah menyelesaikan pembangunan pabrik baru dilokasi tanah miliknya di cakung, Jakarta timur dan juga menambah mesin-mesin
dan peralatan. Peningaktan kapasitas produksi
terpasang sebesar 10.000 ton pertahun PT. Lion metal work sTbk juga melakukan ekspansi untuk menjangkau wilayah Indonesia bagian timur yang merupakan pasar yang potensial, dengan melengkapi bangunan pabrik serta
sarana
pelengkapan lainnya di siduarjo, jawa timur.
4.1.2. Visi Dan Misi Perusahaan
Kami ingin menjadi produsen terkemuka dari hasil produk pelat baja dan sejenisnya di Indonesia untuk local serta pasar global, demi kepuasan kualitas hidup pelanggan Kami bertekad menjadi perusahaan terkemuka dalam menghasilkan produkproduk
dari pelat baja dan sejenisnya
melalui perancangan yang baik,
meningkatkan kualitas dan desain/ model produk secara terus menerus, harga bersaing dan pelayanan yang cepat untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
4.1.3. Produk Yang di Hasilkan
Produk yang dihasilkan oleh PT. Lion metal works tbk, sangat beragam, produk dapat didesain sesuai keinginan konusmen dalam jumlah permintaan tertentu. Biasanya
produk-produk
ini lebih mahal harganya. Secara umum
produk yang dihasilkan oleh PT. Lion metal works tbk antara lain : •
Filling cabinet
UNIVERSITAS MERCU BUANA
51
Tugas akhir
•
Lemari (cup boards)
•
Locker
•
Office desk (meja kantor)
•
Office chair (kursi kantor)
•
Modulator unit (terdiri dari lemari arsif, file, dan lemari penyimpanan peralatan kantor).
•
Mobile file
•
Lion panel (system ruang kerja terbuka yang didesain utnuk memudahkan komunikasi dan akomodasi diantara staff.
•
Hosfital equipment
4.1.4. Kondisi Dan Lingkungan Kerja
PT. Lion metal works tbk, kantor dan pabriknya lokasinya menjadi satu. Keadaan lingkungan kerja dilapangan tidaklah senyaman dikantor. Di kantor keadana sangat baik karena dilengkapi dengan peralatan yang cukup lengkap untuk mendukung lancarnya kegiatan administrasi, peralatan kantor yang ada computer, mesin fax, mezin fotocopfi, telepon
dan juga dilengkapi dengan
perpustakaan dan lain sebagainya. Sedangkan keadaan lingkungan dilapangan seperti keadaan dipabrik-pabrik lainnya yaitu agak panas dan berdebu untuk mengatasi kondisi ini dilengkapi dengan kipas pengeluaran udara (exit fan) yang terletak diatas pabrik.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
52
Cust. Service & adm
Imfort Forchase
Personal
Prod. support
Project Installation
Accounting
FG & delivery Production Quality control
Finance
UNIVERSITAS MERCU BUANA
Financial manager Rawmatl
Logistic Manager
PPIC
Factory Manager
GAMBAR 4.1 STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN PT LION METAL WORKS Tbk
Sales
Local purchase
HRD
General Affair
Marketing Manager
QA Manager / QMR
Board of General manager
Board of Commissioner
Purchasing manager
General admin manager
4.1.5.Struktur Organisasi
Tugas akhir
53
Mis manager
UNIVERSITAS MERCU BUANA
Build maint
GAMBAR 4.2
Calibration
In process
Incoming mat
QC (plant 1, II, & III)
Packaging
Assembling
Workstation
Painting II
Spc Job
Lion safe
Spc project
Sheet metal Painting 1
Cutting II
Production (plant II)
Secretary
Cutting 1
Production (Plant 1)
Assist. Factory mgr
Factory mgr
MANUFACTURING DIVISION ORGANIZATION CHART
Planning
M. Shop
ME Maint
Monitoring
PPIC (Plant 1, II & III)
R&D
Prod. Support
Tugas akhir
54
Roll Forming
Production (plant III)
Tugas akhir
4.1.5. Struktur Organisasi
1. Struktur organisasi memberikan gambaran mengenai pembagian tugas-tugas serta tanggungjawab indipidu, maupun bagian –bagian pada suatu organisasi. 2. Struktur organisasi memberikan gambaran mengenai hubungan laporan yang ditetapkan secara resmi dalam suatu organisasi tercangkup dalam hubungan pelaporan yang resmi ini banyak tingkatan hirarki secara besarnya tentang kendali dari semua pimpinan dari seluruh tingkatan dalam organisasi. 3. Struktur organisasi menetapkan pengelompokkan individu menjadi bagian organisasi,
dan pengelompokkan bagian–bagian organisasi menjadi suatu
organisasi yang utuh 4. Struktur organisasi menetapkan system hubungan dalam organisasi yang memungkinkan tercapianya komunikasi, koordinasi dan pengintegrasian segenap kegiatan organsiasi, baik kearah vertical maupun horizontal. Skema orgnaisasi memberikan keterangan mengenai posisiy ang ditempati seorang individu
dalam organisasi, hubungan individu tersebut dengan
anggota organisasi yang lainnya, tugas dan tanggungjawab individu, serta hubungan pelaporan yang harus ditaati.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
55
Tugas akhir
4.2. Pengolahan Data
Untuk
mengaplikasikan
metoda
proses
rantai
Markov
pada
permasalahan perawatan ini yaitu kasus yang akan digunakan adalah penentuan kebijakan perawatan pencegahan dan meminimasi biaya perawatan mesin kompresor tekanan tinggi di PT. Lion metal work. Untuk itu diperlukan input data yang sesuai dengan kebutuhan metoda ini, yaitu : 4.2.1 Data Ongkos Perawatan
1. Ongkos perawatan periodic per bulan
: Rp. 200.000,-
2. Harga penggantian komponen
: Rp. 850.000,-
4.2.2 Data Kerusakan Mesin
Data kerusakan mesin diperoleh dari dokumen perusahaan, yaitu mengenai riwayat dan masalah-masalah pada mesin. Data waktu antar kerusakan dapat dilihat pada table di bawah, dimana ti adalah waktu antar dua kerusakan yang berurutan pada mesin dalam satuan hari.
Table 4.1 Data waktu antar kerusakan Tanggal kerusakan
Tindakan
Lama
Waktu antar
Waktu antar
kerusakan
kerusakan ti
kerusakan ti
(jam)
(hari)
(jam)
02/08/2007
Ganti komponen
0,17
03/08/2007
Perbaiki, bersihkan
0,33
1
7
06/08/2007
Ganti komponen
1
3
21
08/08/2007
Perbaikan, Ganti
2
2
14
15/08/2007
Ganti komponen
1,5
7
49
21/08/2007
Ganti komponen
1
6
42
30/08/2007
Perbaikan, bersihkan
0,25
9
63
08/09/2007
Ganti komponen
1,33
9
63
23/09/2007
Ganti komponen
0,75
15
126
05/10/2007
Perbaikan, ganti
5
12
84
15/10/2007
Ganti komponen
1
10
70
UNIVERSITAS MERCU BUANA
56
Tugas akhir
28/10/2007
Ganti komponen
0,16
13
91
09/11/2007
Perbaikan, bersihkan
0,5
12
84
17/11/2007
Ganti komponen
0,16
8
56
05/12/2007
Ganti komponen
0,33
18
126
08/12/2007
Perbaikan, ganti
3
3
21
18/12/2007
Ganti komponen
0,5
10
70
27/12/2007
Ganti komponen
0,41
9
63
30/12/2007
Perbaikan, bersihkan
0,5
3
21
08/01/2008
Ganti komponen
1
9
63
22/01/2008
Ganti komponen
1,5
14
98
26/01/2008
Ganti komponen
0,41
4
28
09/02/2008
Perbaikan, ganti
2
13
91
19/02/2008
Ganti komponen
0,33
10
70
06/03/2008
Ganti komponen
0,75
17
119
17/03/2008
Perbaikan, bersihkan
0,5
11
77
25/03/2008
Ganti komponen
0,41
8
56
29/03/2008
Ganti komponen
1,75
4
28
07/04/2008
Perbaikan, ganti
3
9
63
22/04/2008
Ganti komponen
1,5
15
105
28/04/2008
Ganti komponen
0,33
6
42
08/05/2008
Ganti komponen
1
10
70
24/05/2008
Perbaikan, bersihkan
0,16
16
112
02/06/2008
Ganti komponen
1,5
9
63
12/06/2008
Ganti komponen
0,5
10
70
24/06/2008
Ganti komponen
0,17
12
84
UNIVERSITAS MERCU BUANA
57
Tugas akhir
4.3 Pengujian Kecocokan Distribusi
Untuk mengetahui bahwa distribusi pengamatan sesuai dengan yang diharapkan, maka data yang akan digunakan harus dianalisis baik dari segi teknis maupun statistic, karena terkadang data yang tidak signifikan dipandang dari segi statistic akan tetapi masih bernilai jika dipandang dari segi teknisnya. Model yang akan dipakai menggunakan karakteristik proses Markov, sehingga distribusi kerusakan mesin haruslah berdistribusi eksponensial. Pengujian distribusi waktu antar kerusakan mesin dapat dilakukan dengan menggunakan uji Bartlett (Kapur, Lamberson) nilai uji statistiknya ditentukan berdasarkan rumus berikut : tr 1 r 2r In − ∑ InXt r r t =1 Br = r + 1 1+ 6r r
tr = ∑ Xt t =1
Keterangan : Br = uji Bartlett r = jumlah sampel tr = waktu antar dua kerusakan sejumlah sampel Xt = status keadaan mesin pada saat t Berdasarkan
hipotesis
bahwa
sampel
mempunyai
distribusi
eksponensial, maka nilai statistic Br akan berdistribusi Chi-Square dengan derajat kebebasan v = r – 1 dan daerah kritis akan ditentukan berdasarkan uji χ2 dua arah, yaitu : χ 2 ≥ χα2 ,ν dan χ 2 ≤ χα2 ,ν
4.3.1 Pengujian Distribusi Kerusakan Mesin
Satuan waktu data antar kerusakan mesin diganti menjadi satuan bulan. Penentuan data waktu antar kerusakan dibuat berdasarkan pada : 1 hari = 7 jam
UNIVERSITAS MERCU BUANA
58
Tugas akhir
1 bulan = 24 hari kerja Contohnya : kerusakan pertama pada tanggal 2 Agustus 2007. Maka waktu antar dua kerusakan mesin ini adalah 1 hari = 7 jam = 0,042 bulan. Untuk pengujiannya digunakan rumusan hipotesis : H0 : waktu antar kerusakan mesin berdistribusi eksponensial H1 : waktu antar kerusakan mesin tidak berdistribusi eksponensial Taraf nyata (α) = 0,05 Di bawah ini hasil proses pengujian distribusi kerusakan mesin Table 4.2 Proses pengujian distribusi kerusakan mesin No
t1
In t1
No
t1
Ln t1
1
0,042
-3.70085661
19
0,375
-0.980829253
2
0,125
-2.079441542
20
0,583
-0.539568092
3
0,083
-2.489914671
21
0,167
-1.789761467
4
0,292
-1.231001477
22
0,542
-0.612489277
5
0,250
-1.386294361
23
0,417
-0.874669057
6
0,375
-0.980829253
24
0,708
-0.345311185
7
0,375
-0.980829253
25
0,458
-0.780886094
8
0,750
-0.287682072
26
0,333
-1.099612789
9
0,500
-0.69314718
27
0,167
-1.789761467
10
0,417
-0.874669057
28
0,375
-0.980829253
11
0,542
-0.612489277
29
0,250
-1.386294361
12
0,500
-0.69314718
30
0,417
-0.874669057
13
0,333
-1.099612789
31
0,667
-0.404965233
14
0,750
-0.287682072
32
0,375
-0.980829253
15
0,125
-2.079441542
33
0,417
-0.874669057
16
0,417
0.874669057
34
0,500
-0.69314718
17
0,375
-0.980829253
35
0,625
-0.470003629
18
0,125
-2.079441542 ∑
23.504
- 38,27093237
Nilai statistik :
UNIVERSITAS MERCU BUANA
59
Tugas akhir
23,504 1 2 x 35 In − (− 38,27093237 ) 35 35 B35 = 35 + 1 1 + 6 x 35 =
29,53386475 1,171428571
= 25,211 v = r – 1 = 35 – 1 = 34
χ 02,95 = 18.493
χ 02,05 = 43.773
Kesimpulan : • H0 diterima, dimana dan χ
2
χ2 =
25,211≥
χ 02,95 = 18,493
= 25,211≤ χ 02,05 = 43,773
• Maka waktu antar kerusakan mesin berdistribusi eksponensial 4.3.2 Menentukan Rata-rata Selang Waktu
Untuk menentukan selang waktu antar kerusakan, terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : a. Tentukan rentang, yaitu data waktu antar kerusakan yang terbesar dikurangi dengan data waktu antar kerusakan yang terkecil. - Rentang waktu kerusakan mesin = 18 – 1 = 17 b. Tentukan banyak kelas interval yang diperlukan dengan menggunakan aturan Sturgess, yaitu : 1 + 3,3 log n - Banyak kelas = 1 + 3,3log 35 = 6,0952 ≈ 7 c. Tentukan panjang kelas interval P=
ren tan g banyak kelas
Panjang kelas :
17 = 2,42 ≈ 3 7
Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat dibuat table distribusi frekuensi waktu antar kerusakan mesin, sebagai berikut :
UNIVERSITAS MERCU BUANA
60
Tugas akhir
Table 4.3 Distribusi frekuensi waktu antar kerusakan mesin Waktu antar
Frekuensi
Tanda Kelas
kerusakan
(Fi)
(Xi)
0–3
5
1,5
7.5
4–6
4
5
20
7–9
9
8
72
10 – 12
9
11
99
13 – 15
5
14
70
16 – 18
3
17
51
19 – 21
0
0
0
∑
35
X =
∑F X ∑F i
i
=
i
Fi.Xi
319,5
319,5 = 9,12 ≈ 10 hari 35
Rata-rata waktu antar kerusakan mesin adalah 10 hari
4.3.3 Pembentukan Matriks Probabilitas Transisi
Matrik probabilitas merupakan hasil akhir dari proses pengolahan distribusi data dan menjadi syarat awal dari bentuk proses Markov. Untuk mesin kompresor tekanan tinggi dengan rata-rata waktu antar kerusakan 10 hari.
Table 4.4 Selang waktu antar kerusakan Vs status
Mesin Tanggal selang waktu antar kerusakan
Status mesin Xt
Xt-1
02/08/07 – 11/08/07
2
0
12/08/07 – 21/08/07
2
2
22/08/07 – 31/08/07
1
2
01/09/07 – 10/09/07
2
1
UNIVERSITAS MERCU BUANA
61
Tugas akhir
11/09/07 – 20/09/07
0
2
21/09/07 – 30/09/07
1
0
01/10/07 – 10/10/07
2
1
11/10/07 – 20/10/07
1
2
21/10/07 – 30/10/07
1
1
31/10/07 – 08/11/07
1
1
09/11/07 – 18/11/07
1
1
19/11/07 – 28/11/07
0
1
29/11/07 – 07/12/07
1
0
08/12/07 – 17/12/07
2
1
18/12/07 – 27/12/07
1
2
28/12/07 – 05/01/08
1
1
06/01/08 – 15/01/08
1
1
16/01/08 – 25/01/08
2
1
26/01/08 – 03/02/08
1
2
04/02/08 – 13/02/08
2
1
14/02/08 – 23/02/08
1
2
24/02/08 – 02/03/08
1
1
03/03/08 – 12/03/08
0
1
13/03/08 – 22/03/08
1
0
23/03/08 – 31/03/08
2
1
01/04/08 – 10/04/08
2
2
11/04/08 – 20/04/08
0
2
21/04/08 – 30/04/08
2
0
01/05/08 – 10/05/08
1
2
11/05/08 – 20/05/08
0
1
21/05/08 – 30/05/03
1
0
31/05/03 – 08/06/08
2
1
09/06/08 – 18/06/08
1
2
19/06/08 – 28/06/08
1
1
UNIVERSITAS MERCU BUANA
62
Tugas akhir
Keterangan : Status 0 = lama kerusakan mesin 0 jam Status 1 = lama kerusakan mesin 0 – 1 jam Status 2 = lama kerusakan mesin 1 < t < 5 jam Status 3 = lama kerusakan mesin t > 5 jam Contoh : -
Untuk tanggal kerusakan 02/08/07 – 11/08/07 jika dilihat pada table 4.1 diperoleh lama kerusakan mesin sebesar : 0,17 + 0.33 + 1 + 2 = 3.5
-
Untuk tanggal kerusakan 02/08/07 – 11/08/07 jika dilihat pada table 4.1 diperoleh lama kerusakan mesin sebesar : 1,5 + 2 = 3,5 jam
-
Untuk tanggal kerusakan 19/11/07 – 28/11/07 jika dilihat pada table 4.1 diperoleh lama kerusakan mesin sebesar 0 jam artinya selama selang waktu tersebut tidak terjadi kerusakan. Dari tabel di atas dapat ditetapkan probabilitas jumlah kerusakan status mesin sekarang (X1) dengan didahului oleh status sebelumnya (Xt-1), sebagai berikut : n(Xt = 0 ∩ Xt-1 = 0) = 0 n(Xt = 1 ∩ Xt-1 = 0) = 4 n(Xt = 2 ∩ Xt-1 = 0) = 1 n(Xt = 3 ∩ Xt-1 = 0) = 0 n(Xt-1 = 0) = 5 n(Xt = 0 ∩ Xt-1 = 1) = 3 n(Xt = 1 ∩ Xt-1 = 1) = 7 n(Xt = 2 ∩ Xt-1 = 1) = 5 n(Xt = 3 ∩ Xt-1 = 1) = 0 n(Xt-1 = 1) = 15
UNIVERSITAS MERCU BUANA
63
Tugas akhir
n(Xt = 0 ∩ Xt-1 = 2) = 2 n(Xt = 1 ∩ Xt-1 = 2) = 5 n(Xt = 2 ∩ Xt-1 = 2) = 2 n(Xt = 3 ∩ Xt-1 = 2) = 0 n(Xt-1 = 2) = 9 n(Xt = 0 ∩ Xt-1 = 3) = 0 n(Xt = 1 ∩ Xt-1 = 3) = 0 n(Xt = 2 ∩ Xt-1 = 3) = 0 n(Xt = 3 ∩ Xt-1 = 3) = 0 n(Xt-1 = 3) = 0 Keterangan : n(Xt = j ∩ Xt-1 = i) adalah merupakan probabilitas terjadinya pristiwa (Xt) dengan didahului oleh terjadinya peristiwa (Xt-1) dimana, Pij atau P{X t = j X t −1 = i} =
n( X t = j ∩ X t −1 = 1) n( X t −1 = i )
Dengan menggunakan rumus probabilitas di atas maka dapat dihasilkan probabilitas transisi yang terjadi sebagai berikut :
Poo =
n( X t = 0 ∩ X t −1 = 0) 0 = =0 n( X t −1 = 0) 5
P01 =
n( X t = 1 ∩ X t −1 = 0) 4 = = 0. 8 n( X t −1 = 0) 5
Po 2 =
n( X t = 2 ∩ X t −1 = 0) 1 = = 0.2 n( X t −1 = 0) 5
Po3 =
n( X t = 3 ∩ X t −1 = 0) 0 = =0 n( X t −1 = 0) 5
P10 =
n( X t = 0 ∩ X t −1 = 1) 3 = = 0.2 n( X t −1 = 1) 15
UNIVERSITAS MERCU BUANA
64
Tugas akhir
P11 =
n( X t = 1 ∩ X t −1 = 1) 7 = = 0.46 15 n( X t −1 = 1)
P12 =
n( X t = 2 ∩ X t −1 = 1) 5 = = 0.33 15 n( X t −1 = 1)
P13 =
n( X t = 3 ∩ X t −1 = 1) 0 = =0 15 n( X t −1 = 1)
P 20 =
n( X t = 0 ∩ X t −1 = 2) 2 = = 0.22 n( X t −1 = 2) 9
P 21 =
n( X t = 1 ∩ X t −1 = 2) 5 = = 0.55 n( X t −1 = 2) 9
P 22 =
n( X t = 2 ∩ X t −1 = 2) 2 = = 0.22 n( X t −1 = 2) 9
P 23 =
n( X t = 3 ∩ X t −1 = 2) 0 = =0 n( X t −1 = 2) 9
P30 =
n( X t = 0 ∩ X t −1 = 3) 0 = =0 n( X t −1 = 3) 0
P31 =
n( X t = 1 ∩ X t −1 = 3) 0 = =0 n( X t −1 = 3) 0
P32 =
n( X t = 2 ∩ X t −1 = 3) 0 = =0 n( X t −1 = 3) 0
P33 =
n( X t = 3 ∩ X t −1 = 3) 0 = =0 n( X t −1 = 3) 0
Bentuk matriks probabilitas transisi mesin : 0,8 0,2 0 0 0,2 0,46 0,33 0 Pij 0,22 0,55 0,22 0 0 0 0 0
UNIVERSITAS MERCU BUANA
65
Tugas akhir
4.3.4 Tingkat Ketersediaan Mesin Saat Ini
Dimana, MTBF
= rata-rata waktu antar kerusakan (Mean Time Between Failure)
MTTR
= rata-rata waktu perbaikan / lama kerusakan (Mean Time To Repair) MTBF = X = 9,12 ≈ 10 hari =
10 x 7 = 3 hari 24
Untuk mendapatkan MTTR lihat table 4.1 pada kolom lama kerusakan dan lakukan langkah-langkah seperti berikut ini : a. Tentukan rentang, yaitu lama kerusakan terbesar dikurangi dengan lama kerusakan terkecil. Rentang = 5 – 0,16 = 4,84 b. Tentukan banyak kelas interval yang diperlukan dengan menggunakan aturan Sturgess, yaitu : 1 + 3,3 log n. Banyak kelas = 1 + 3,3 log 36 = 6,135 ≈ 7 c. Tentukan panjang kelas interval P=
ren tan g banyak kelas
Panjang kelas =
4,84 = 0,788 6,135
UNIVERSITAS MERCU BUANA
66
Tugas akhir
Table 4.5 Distribusi frekuensi lama kerusakan mesin Lama
Frekuensi (Fi)
Tanda kelas
kerusakan
FiXi
(Xi)
0,16 – 0,94
20
0,55
11
0,95 – 1,73
10
1,34
13,4
1,74 – 2,52
3
2,13
6,39
2,53 – 3,31
2
2,92
5,84
3,32 – 4,10
0
3,71
0
4,11 – 4,89
0
4,5
0
4,90 – 5,68
1
5,29
5,29
∑
36
X=
∑F X ∑F i
i
i
=
41,92
41,92 = 1,17 jam 36
MTTR = X = 1,17 jam A=
3 hari = 0,7194 3 hari + 1,17 hari
Tingkat ketersediaan mesin adalah 71,94%
4.3.5 Pembentukan Struktur Ongkos 4.3.5.1 Ekspektasi Ongkos Karena Menghasilkan Produk Cacat Ekspektasi ongkos karena menghasilkan produk cacat pada status 1
dimana keputusannya mesin dibiarkan sebagaimana adanya. Ekspektasi ongkos karena menghasilkan produk cacat pada status 2
dimana keputusannya mesin dibiarkan sebagaimana adanya. Ongkos dari membiarkan mesin sebagaimana adanya berdasrkan atas variabel acak karena jumlah produk cacat akan dihasilkan selama priode waktu yang akan datang, yaitu :
UNIVERSITAS MERCU BUANA
67
Tugas akhir
1. Ongkos yang terjadi bila kondisi mesin sedikit menurun dan berakibat tidak begitu besar terhadap produk yang dihasilkan. Ekspektasi karena menghasilkan produk cacat dan keadaan me sin pada status 1 ( sedikit * [ H arg a produk ] kemunduran yang dialami me sin) 2. Ongkos yang terjadi bila kondisi mesin banyak menurun dan berakibat besar terhadap produk yang dihasilkan. Ekspektasi karena menghasilkan produk cacat dan keadaan me sin pada status 2 (banyak * [ H arg a produk ] kemunduran yang dialami me sin) Dari keadaan di atas dapat diformulasikan sebagai berikut : EC0n * Cb
Dimana,
•
EC01 adalah ekspektasi ongkos karena menghasilkan produk cacat pada status 1 dan keputusan 0 (membiarkan mesin sebagaimana adanya).
•
EC02 adalah ekspektasi ongkos karena menghasilkan produk cacat pada status 2 dan keputusan 0 (membiarkan mesin sebagaimana adanya).
•
Cb adalah harga produk. Untuk keputusan 0 (tidak melakukan apa-apa), artinya membiarkan mesin sebagaimana adanya yaitu mesin terus bekerja tanpa melihat keadaan status yang terjadi. Dengan demikian, maka produk cacat yang mungkin dihasilkan pada waktu yang akan datang merupaka variabel acak, sehingga
UNIVERSITAS MERCU BUANA
68
Tugas akhir
untuk menentukan probabilitas yang terjadi digunakan dengan melakukan ekspektasi. Ekspektasi yang dilakukan adalah dengan melihat distribusi produk cacat yang telah terjadi sebelumnya. Oleh karena itu akan diambil jumlah nilai terkecil produk cacat yang dihasilkan pada status 1 (mesin sudah menurun kapasitasnya) dan jumlah nilai terbesar produk cacat yang dihasilkan pada status 2 (mesin berjalan dengan banyak kemunduran). PT. Lion metal work membuat komponen lemari L33 sebanyak 230 buah / hari, jadi menghasilkan lemari sebanyak 5520 buah / bulan dengan data jumlah cacat yang dihasilkan untuk mesin adalah sebagai berikut :
•
Rata-rata jumlah cacat terkecil yang dihasilakn sebesar 1.3% X 5520 = 77 buah/bulan
•
Rata-rata jumlah cacat terbesar yang dihasilkan sebesar 5,3% X 5520 = 292 buah/bulan.
Jadi ekspektasi produk cacat untuk masing-masing mesin adalah :
•
Ekspektasi produk cacat yang dihasilkan pada status 1 (mesin berjalan dengan sedikit kemunduran), yaitu : 77/5520 = 0.013
•
Ekspektasi produk cacat yang dihasilkan pada status 2 (mesin berjalan dengan banyak kemunduran), yaitu : 292/5520 = 0.052
Sedangkan untuk ekspektasi ongkos karena barang cacat perbulan, yaitu : -
Produksi per bulan
UNIVERSITAS MERCU BUANA
= 5520 buah
69
Tugas akhir
-
Harga komponen per buah
= Rp. 245.000,-
-
Jumlah pendapatan per bulan
=5520 x Rp. 245.000,= Rp. 13.524.000,-
o Ekspektasi ongkos memproduksi produk cacat pada status 1
dengan keputusan 0 adalah : EC01 x Cb = 0,013 x Rp. 13.524.000 = Rp. 175.812,o Ekspektasi ongkos memproduksi produk cacat pada status 2
dengan keputusan 0 adalah : EC02 x Cb = 0,052 x Rp. 13.524.000 = Rp. 703.248,-
4.3.5.2 Ongkos Mengganti Produk Yang Hilang
Untuk keperluan aplikasi model, maka ongkos downtime (Cd) per hari ditetapkan dengan menggunakan suatu harga asumsi,
•
Produksi komponen per hari = 230 buah
•
Jumlah cacat terbesar per hari = 5,3% x 230 =12 buah
•
Harga komponen = Rp. 245.000,-
•
Maka ongkos downtime sebesar : Cd =
230 x 245.000 = 46.958,− 12
1 hari kerja = 7 jam, maka ongkos untuk mengganti produk yang hilang adalah 7 jam x Rp. 46.958 = Rp. 328.706/ hari Untuk lebih jelas struktur ongkos perawatan mesin dan dapat dilihat pada table 4.6 di bawah ini.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
70
Tugas akhir
Tabel 4.6 Struktur ongkos mesin Kompresor Tekanan Tinggi Ongkos dari Ongkos Ekspektasi Keputusan
memproduksi produk cacat
Status
Ongkos perawatan
produksi yang hilang (keuntungan
Ongkos total
yang hilang)
(0) Membiarkan mesin sebagaimana adanya (1) Bersihkan
0
0
0
0
0
1
175.812
0
0
175.812
2
703.248
0
0
703.248
3
X*
0
0
≈
0
0
0
0
12.492.442
12.492.442
0
12.492.442
12.492.442
0
0,1
0
2
0
3 (2)
0,1,2
0
200.000
12.492.442
12.492.442
Perbaikan
3
0
X*
12.492.442
≈
0,1,2,3
0
850.000
12.492.442
12.677.442
(3) Ganti
4.4. Usulan Kebijakan Perawatan 4.4.1 Matriks Probabilitas Transisi Setiap Kebijakan Matriks transisi awal 0 0,2 Pij = 0,22 0
-
0,8 0,46 0,55 0
0,2 0,33 0,22 0
0 0 0 0
Keterangan i = status, j = keputusan
UNIVERSITAS MERCU BUANA
71
Tugas akhir
-
Matriks
probabilitas
transisi
berdasarkan
model
kebijakan
perawatan yang diusulkan Table 4.7 Matriks probabilitas transisi status mapan pada mesin Kebijakan (Ri)
Keputusan
0
1
2
3
0
P00
P01
P02
P03
1
1
0
0
0
2
P20
P20
0
0
3
1
0
0
0
0
1
2
3
0 1 0,22 1
0,8 0 0,78 0
0,2 0 0 0
0 0 0 0
0
1
2
3
P00 1 1 1
P01 0 0 0
P02 0 0 0
P03 0 0 0
0
1
2
3
0 1 1 1
0,8 0 0 0
0,2 0 0 0
0 0 0 0
Status
Keputusan Status
0 1 2 3 Kebijakan (R2)
Keputusan Status
0 1 2 3
Keputusan Status
0 1 2 3
UNIVERSITAS MERCU BUANA
72
Tugas akhir
Kebijakan (R3)
Keputusan Status
0 1 2 3 Keputusan Status
0 1 2 3
0
1
2
3
P00 P10 P20 1
P01 1-P10 1-P20 0
P02 0 0 0
P03 0 0 0
0
1
2
3
0 0,2 0,22 1
0,8 0,8 0,78 0
0,2 0 0 0
0 0 0 0
0
1
2
3
P00 P10 1 1
P01 1-P10 0 0
P02 0 0 0
P03 0 0 0
0
1
2
3
0 0,2 1 1
0,8 0,8 0 0
0,2 0 0 0
0 0 0 0
Kebijakan (R4)
Keputusan Status
0 1 2 3
Keputusan Status
0 1 2 3
4.4.2 Nilai Probabilitas Transisi Pada Status Mapan
Nilai probabilitas transisi status mapan ditentukan menurut probabilitas transisi tahap awal yang telah diketahui sebelumnya, dimana
UNIVERSITAS MERCU BUANA
73
Tugas akhir
tiap kebijakan terdiri dari empat status atau dapat dinotasikan Pij(4) > 0 untuk semua i dan j. Untuk menghitung R1 R2 R3 dan R4 lihat table 4.1
•
R1
(1) n0 = 0n0 + n1 + 0,22n2 + n3 (2) nl = +0,78n2 = 0,78 (0,101) = 0,079 (3) n2 = 0,2n0 = 0,2 (0,506) =0,101 (4) n3 = 0n0 = 0 (0,506) = 0 n0 + n1 + n2 + n3 = 1 n0 + 0,78n0 + 0,2n0 + 0n0 = 1 1,98n0 = 1
n0 = 0,506
Probabilitas transisi status mapan (IIj) untuk keempat status mapan pada kebijakan (Ri) adalah : n0 = 0,506 ; n1 = 0,079 ; n2 = 0,101 ; n3 = 0 Penjelasan hasil di atas :
•
n0 = 0,079 menunjukkan probabilitas transisi status mapan akan tetap pada keadaan status 0 sebesar 0,506.
•
n1 = 0,079 menunjukkan probabilitas transisi status mapan akan tetap pada keadaan status 1 sebesar 0,079.
•
n2 = 0,101 menunjukkan probabilitas transisi status mapan akan tetap pada keadaan status 2 sebesar 0,101.
•
n3 = 0 menunjukkan probabilitas transisi status mapan akan tetap pada keadaan status 3 sebesar 0.
•
R2
(1) n0 = 0n0 + n1 + n2 + n3
UNIVERSITAS MERCU BUANA
74
Tugas akhir
(2) n1 = 0,8 (3) n2 = 0,2n0 = 0,2 (0,5) = 0,1 (4) n3 = 0n0 = 0 (0,5) = 0 n0 + n1 + n2 + n3 = 1 n0 = 0,8 + 0,2n0 + 0n0 = 1 2n0 = 1 n0 = 0,5 Probabilitas transisi mapan (nj) untuk keempat status mapan pada kebijakan (R2) adalah : n0 = 0,5 ; n1 = 0,8 ; n2 = 0,1 ; n3 = 0 Penjelasan hasil di atas :
• n0 = 0,5 menunjukkan probabilitas transisi status mapan akan tetap pada keadaan status 0 sebesar 0,5
• n1 = 0,8 menunjukkan probabilitas transisi status mapan akan tetap pada keadaan status 1 sebesar 0,8
• n2 = 0,1 menunjukkan probabilitas transisi status mapan akan tetap pada keadaan status 2 sebesar 0,1
• n3 = 0 menunjukkan probabilitas transisi status mapan akan tetap pada keadaan status 3 sebesar 0
• R3 (1) n0 = 0n0 + 0,2n1 + 0,22n2 + n3 (2) n1 = 0,8n1 + 0,78n2 (3) n2 = 0,2n0 = 0,2 (0,66) = 0,132 (4) n3 = 0n0 = 0 (0,66) = 0
UNIVERSITAS MERCU BUANA
75
Tugas akhir
0,2n1 = 0,78n2 n1 = 1,58n2
n1 = 1,58 (0,132) = 0,208
n0 + n1 + n2 + n3 = 1 n0 + 1,58 (0,2) + 0,2 + 0 = 1 1,516n0 = 1 n0 = 0,66 Probabilitas transisi status mapan (IIj) untuk keempat status mapan pada kebijakan (R3) adalah : II0 = 0,66 ; n1 = 0,208 ; n2 = 0,132 ; n3 = 0 Penjelasan hasil di atas :
•
n0 = 0,66 menunjukkan probabilitas transisi status mapan akan tetap pada keadaan status 0 sebesar 0,66.
•
n1 = 0,208 menunjukkan probabilitas transisi status mapan akan tetap pada keadaan status 1 sebesar 0,208.
•
n2 = 0,132 menunjukkan probabilitas transisi status mapan akan tetap pada keadaan status 2 sebesar 0,132.
•
n3 = 0 menunjukkan probabilitas transisi status mapan akan tetap pada keadaan status 3 sebesar 0.
•
R4
(1) n0 = 0n0 + 0,2n1 + n2 + n3 (2) n1 = 0,8n1
0,8n1 = 0,2
(3) n2 = 0,2n0 = 0,2 (0,58) = 0,116 (4) n3 = 0n0 = 0 (0,58) = 0 n0 + n1 + n2 + n3 = 1 n0 + 0,2n1 + 0,2n0 + 0n0 = 1 1,4n0 = 0,8
UNIVERSITAS MERCU BUANA
n0 = 0,58
76
Tugas akhir
Probabilitas transisi status mapan (IIj) untuk keempat status mapan pada kebijakan (R4) adalah : n0 = 0,58 ; n1 = 0,2 ; n2 = 0,116 ; n3 = 0 penjelasan hasil di atas :
•
n0 = 0,58 menunjukkan probabilitas transisi status mapan akan tetap pada keadaan status 0 sebesar 0,58.
•
n1 = 0,2 menunjukkan probabilitas transisi status mapan akan tetap pada keadaan status 1 sebesar 0,2.
•
n2 = 0,116 menunjukkan probabilitas transisi status mapan akan tetap pada keadaan status 2 sebesar 0,116.
•
n3 = 0 menunjukkan probabilitas transisi status mapan akan tetap pada keadaan status 3 sebesar 0.
4.4.3 Nilai Ekspektasi Lama Kerusakan (Tik)
Untuk membuat ekspektasi lama kerusakan dapat dilihat tabel 4.1 sebagai acuan. Tabel 4.8 Ekspektasi lama kerusakan mesin Keputusan
Membiarkan Membersihkan Perbaikan Ganti
Status
0 1,2,3 0,1 2 3 0,1,2 3 0,1,2,3
Ekspektasi Lama Kerusakan (jam)
0 0 0 0 2,24 0 34,46
Tabel nilai ekspektasi lama kerusakan di atas dapat diringkas sebagai berikut :
UNIVERSITAS MERCU BUANA
77
Tugas akhir
Tabel 4.9 Ringkasan table ekspektasi lama kerusakan mesin
Keputusan Status
Tik (jam) 0
1
2
3
0
0
0
2,24
34,46
1
≈
0
2,24
34,46
2
≈
0
2,24
34,46
3
≈
0
0
34,46
Nilai ekspektasi rata-rata waktu kerusakan per satuan waktu per kebijakan, ET (R) dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : m
ET ( R) = ∑ Tik Π i i =0
Keterangan : diambil Tik minimum dari tiap status. Di sini terjadi peluang bersama antara lama kerusakan tiap status dengan probabilitas transisi status mapan. ET (R1) = 0(0,506) + 2,24(0,079) + 0(0,101) + 0(0) = 0,17696 jam. ET (R2) = 0(0,5) + 2,24(0,8) + 0(0,1) + 0(0) = 1,792 jam. ET (R3) = 0(0,66) + 2,24(0,208) + 0(0,132) + 0(0) = 0,46592 jam. ET (R4) = 0(0,58) + 2,24(0,2) + 0(0,116) + 0(0) = 0,448 jam.
4.4.4 Ekspektasi Ongkos Perawatan Berdasarkan Kebijakan Yang Optimal
Ekspektasi rata-rata ongkos perawatan E(C) dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini : m
E (C ) = ∑ C ik Π i i=0
Keterangan : diambil Cik minimum dari ongkos total pada tabel struktur ongkos. o R1
UNIVERSITAS MERCU BUANA
78
Tugas akhir
n2 = 0,101 E(C)
= Rp. 12.492.442(0,101) = Rp. 1.261.736 / bulan
4.4.5 Tingkat Ketersediaan Mesin Berdasarkan Kebijakan Yang Diusulkan Nilai ekspektasi waktu kerusakan rata-rata = 0,17696 jam Jam produksi yang tersedia rata-rata per hari = 7 jam Tingkat ketersediaan (per 24 hari) : A=
TP − ET ( R) min x 100% TP
=
24(7) − 0,17696 x100% = 99,89% 24(7)
Keterangan : A
= tingkat ketersediaan mesin setelah adanya kebijakan perawatan/24 hari.
99.89%= performasi mesin yang tersedia / 24 hari. TP
= 24 hari kerja x 7 jam produksi per hari
Er (R) = 0,17696 jam (rata-rata ekspektasi waktu kerusakan).
4.4.6 Mekanisme operasional perawatan awal Melakukan pelumasan seadanya. Dalam membersihkan mesin menggunakan minyak tanah. Menghilangkan debu hanya pada komponen luar saja.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
79
Tugas akhir
Tabel 4.10 Perincian biaya perawatan dan penggantian komponen awal. No Keterangan (Biaya Rp/bln) 1 Ongkos pembelian pelumas, minyak tanah, stempet. 75.000
2
Upah operator
125.000
3
Harga penggantian komponen
850.000
Total
1.050.000
Keterangan : o Untuk biaya merupakan ketetapan dari perusahaan yaitu :
•
Untuk ongkos pembelian pelumas, minyak tanah, stempet 37%.
•
Untuk upah operator 62%.
•
Untuk harga penggantian komponen merupakan anggaran dari pihak perusahaan.
4.4.7 Mekanisme Perawatan yang diusulkan
Cara perawatan :
•
Membongkar mesin terlebih dahulu.
•
Memisahkan komponen per komponen.
•
Melakukan pembersihan dengan menggunakan kain lap bersih, koas, bensin.
•
Pemasangan komponen mesin harus teliti. Tabel 4.11 Perincian biaya perawatan dan penggantian yang diusulkan No
Keterangan
(Biaya Rp/bln)
1
Ongkos pembelian pelumas, bensin, stempet
180.568,-
2
Upah operator
300.947,-
3
Harga penggantian komponen
850.000,-
Total
UNIVERSITAS MERCU BUANA
1.321.515,-
80
Tugas akhir
BAB V HASIL DAN ANALISA
5.1. Analisis Tahapan Proses Produksi
Proses pembuatan komponen lemari terdiri dari pemotongan, pelubangan, pengelasan, penyemprotan serta perakitan. Proses awalnya dimulai dari pemotongan oleh mesin cutting yang menghasilkan bentuk awal komponen yang kemudian untuk beberapa komponen tersebut dilubangi dengan menggunakan mesin drilling, kemudian komponen tersebut dilas untuk proses pembentukan. Proses penyemprotan cat menjadi proses selanjutnya, proses ini membutuhkan suatu mesin yang dapat mempelancar aliran pross yang selanjutnya ada proses perakitan, untuk beberapa komponen ada proses perakitan terlebih dahulu yang kemudian baru masuk bagian mesin kompresor tekanan tinggi. Mesin kompresor tekanan tinggi merupakan mesin penyemprotan cat yang membutuhkan perawatan yang baik dan terencana karena mesin ini sering mengalami kerusakan yang cukup tinggi dibanding mesin produksi lainnya. Kerusakan terjadi karena seringnya mesin tersebut
dipakai sehingga
menyebabkan sparepart mesin tersebut harus diperbaiki atau diganti, kerusakan juga bisa disebabkan oleh kurangnya perhatian tenaga kerja dalam memelihara dan merawat mesin tersebut.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
81
Tugas akhir
5.2. Analisis tingkat ketersediaan mesin kompresor tekanan tinggi
Table 5.1. Tingkat ketersediaan mesin Tingkat ketersediaan Saat ini
Usulan
71,94%
99,89%
Keterangan Meningkat sebesar 27,95%
Dari table diatas dapat diketahui bahwa tingkat ketersediaan mesin 71,94% artinya mesin hanya dapat beroperasi atau digunakan secara optimal sebesar 71,94% dan sisanya 28,06% mesin mengalami kerusakan. Dengan adanya usulan kebijakan perawatan, untuk ketersediaan mesin naik menjadi 99,89%, hal ini dapat beroperasi secara optimal sebesar 99,89%, hal ini terjadi karena adanya perawatan pencegahan yang baik dan terencana, hal tersebut didasari oleh adanya tingkat rata-rata waktu perbaikan yang turun dari 1,17 jam menjadi 0,17696 jam dengan demikian tingkat ketersediaan mesin menjadi naik sebesar 27,94%.
5.3 Analisis ongkos perawatan
Table 5.2 Ongkos kehilangan kesempatan Total ongkos kehilangan
Total ongkos kehilangan
kesempatan keputusan 2
kesempatan keputusan 3
perbaiki alat
ganti alat
Rp. 12.492.442,-/bulan
Rp. 12.577.442/ bulan
Untuk ongkos keputusan 2 artinya ada pelayanan terhadap tindakan yaitu perbaiki alat, adanya hal ini berarti kondisi mesin menurun dan berakibat besar terhadap produk yang di hasilkan yaitu sebesar Rp. 12.492.442/bln, ongkos ini terdiri dari ongkos perawatan dan ongkos prduksi yang hilang selama perbaikan, sedangkan untuk keputusan 3 artinya ada pelayanan terhadap tindakan pada mesin yaitu ganti alat, ongkos yang ditimbulkannya sebesar Rp. 12.577.442,-/bln, yang
UNIVERSITAS MERCU BUANA
82
Tugas akhir
terdiri dari ongkos penggantian dan ongkos produksi yang hilang selama penggantian. Sedangkan utnuk ongkos perawatan yang diusulkan, yaitu sebesar Rp. 1.321.515,-/bln, adanya peningkatan biaya tersebut disebabkan oleh besarnya ongkos produksi yang hilang selama sebulan, dalam hal ini biaya yang lebih besar mempunyai hasil yang memuaskan yaitu mampu menaikkan tingkat ketersediaan mesin dan biaya tersebut telah mencakup ongkos perawatan dan penggantian alat.
5.4. Analisis Distribusi Kerusakan Mesin
Pengujian distribusi waktu antar kerusakan mesin menggunakan uji Bartlett, kemudian hasilnya dibandingkan dengan uji Chi-Square( χ ) dua arah 2
yang memilikii derajat kebebasan v=r-1, dimana taraf nyata (α) yang digunakan adalah 0,05 atau tingkat kepercayaan sebesar 95%. Di bawah ini merupakan hasil-hasil yang diperoleh dari pengujian diatas untk mesin blower.
B35 = 25,211 V=35-1=34
λ
2 = 18,493 0,95
χ >χ 2
2
h
0 , 95
dan
χ
χ <χ
2 = 43,773 0,05
2
2
h
0 , 05
Hipotesis (H0) diterima, maka waktu antar kerusakan mesin berdistribusi eksponensial. Dari hasil pengujian distribusi terhadap waktu antar kerusakan mesin blower terlihat bahwa seluruh hipotesis awal megnenai bentuk distribusi dapat diterima. Secara khusus dapat
diartikan bawha dengan tingkat
kepercayaan
sebesar 95% maka hipotesis awal yang menyatakan distribusi data waktu antar kerusakan berdistribusi eksponesial dapat diterima, hal ini terjadi karena hasil dari
UNIVERSITAS MERCU BUANA
83
Tugas akhir
Chi hitung lebih besar dari Chi table 0,95 serta Chi hitung lebih kecil dari Chi table 0,05. Selain itu, karena system mengikuti karakteristik proses markov maka distribusi waktu antar kerusakan haruslah berdiskusi
eksponensial, karena
distribusi ekponesial memiliki sifat yang memoryless yaitu untuk selang waktu berapa pun, probabilitas terjadinya kerusakan akan selalu tetap.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
84
Tugas akhir
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa yang mengacu kepada tujuan penelitian, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
•
Usulan kebijakan perawatan pencegahan : -
Bongkar mesin terlebih dahulu
-
Pisahkan komponen yang akan dibersihkan
-
Lakukan pembersihan untuk komponen –komponen tertentu
-
Untuk pembersihan digunakan kain lap, koas, bensin.
-
Dalam melakukan pelumasan sebaiknya dilakukan dengan hati-hati jangan sampai ada bagian komponen
yang terkena pelumas yang tidak
seharusnya.
Suatu status
mesin juga berpengaruh dalam menentukan kebijakan
perawatan yaitu :
•
Biarkan mesin yaitu dalam keadaan status 0 artinya mesin tersebut dalam keadaan sangat baik, maksudnya sebagaimana keadaan baru.
•
Bersihkan mesin yaitu dalam keadaan status 1 artinya mesin tersebut dalam keadana baik, membersihkan dalam hal ini dengan menggunakan kain lap
UNIVERSITAS MERCU BUANA
85
Tugas akhir
bersih atau juga dengan bensin, jika selama teknik ini dirasa cukup untuk mesin tersebut maka kebijakan ini masih layak dipakai.
•
Perbaiki mesin yaitu dalam keadaan status 2 artinya mesin tersebut cukup, perbaiki dalam hal ini yaitu dapat dilakukan suatu modiifikasi rancangan peralatan atau menguraikan
masalah yang merugikan kondisi operasional
mesin, atau bisa juga dengan mengganti alat seadanya saja.
•
Ganti alat dalam kondisi mesin jelek yaitu dalam keadaan status 3, ganti alat yaitu bila keputusan perbaiki tidak berpengaruh atau tidak ada perubahan yang memenuhi standar performasi mesin tersebut. Dalam hal ini untuk penggantian alat bias dikatakan menyeluruh karena mesin sudah tidak dapat beroperasi.
Kurva hubungan keandalan mesin dengan biaya perawatan dan penggantian alat
Biaya perawatan dan penggatian alat
6000000
4000000
2000000
0 85-95%
100%
<70%
71-84%
Keandalan mesin
Gambar 6.1. Hubungan keandalan mesin dengan biaya perawatan dan penggantian alat.
Keterangan : Biaya tersebut sudah termasuk biaya kesempatan yang hilang.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
86
Tugas akhir
Tabel 6.1 Hubungan status- keputusan mesin dengan biaya perawatan dan penggantian alat.
Status
0,1,2
Keputusan 2
2.3
0.1.2
0.1.2.3
Rp. 1.321.515
1
Rp. 12.492.442
2
Rp. 12.492.442
3
Rp. 12.677.442
Keterangan : Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diketahui adanya status dan keputusan sama tetapi biaya berbeda, hal tersebut disebabkan adanya kebijakan perawatan usulan.
•
Setelah dilakukan perawatan pencegahan maka diperoleh performasi mesin yaitu sebagai berikut : lama kerusakan / rata-rata waktu perbaikan (mean to refair) saat ii adalah 1,17 jam dan setelah adanya usulan kebijakan perawatan pencegahan turun menjadi 0,17696 jam dan tingkat ketersediaan mesin saat ini 71,94% naik menjadi 99,89% artinya ada peningkatan sebesar 27,95%
•
Untuk ongkos perawatan dan penggantian alat sebesar Rp. 1.321.515,-/bln yang terdiri dari ongkos perawatan sebesar Rp. 1.261.736/bln/ sedangkan untuk penggantian komponen sebesar Rp. 850.000/bln, ongkos tersebut naik dikarenakan ongkos kesempatan yang hilang sangat besar, tetapi hasilnya tingkat ketersediaan mesin menjadi naik.
6.2. Saran
1. Pihak perusahaan perlu mempertimbangkan kembali kebijakan perawatan pada mesin kompresor tekanan tinggi yang dijalankan saat ini dengan kebijakan perawatan pencegahan yang diusulkan oleh penulis. 2. Ada koordinasi yang jelas antara bagian produksi dengan bagian perawatan (maintenance) dan pihak manajemen dalam hal perawatan mesin akibat
UNIVERSITAS MERCU BUANA
87
Tugas akhir
kerusakan, terutama mengenai apa, kapan, dan tindakan yang dilakukan untuk mengatasi kerusakan tersebut. 3. Untuk sparepart yang lama belum diganti sebaiknya dilakukan pergantian untuk menghindari kerusakan yang terjadi secara tiba-tiba.
UNIVERSITAS MERCU BUANA
88
Tugas akhir
DAFTAR PUSTAKA
Ebeling Charles, E : An Introduction To Reability And Maintability Engineering, Mcgraw-Hill Singapore, 1997 Jardin, AKS: Maintenance , Replacement, And Reliability, Topics In Operasional Research Series, Pitman Publishing, 1973. Kapur, K.C And L.R Lamberson: Reliability Engineering, Jhon Wiley And Sons, New York, 1980. Walpole, Ronald E, Pengantar Statistika, Edisi Ketiga Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993. Anwar, Saiful, ST. Usulan Perancangan Kebijakan Perawatan Mesin Dengan Menggunakan Keputusan Markov, Tugas Akhir S-1 Teknik Industri, Unjani Bandung 2003. Diklat PT. Lion Metal Work Tbk 1972
UNIVERSITAS MERCU BUANA
89
Tugas akhir
UNIVERSITAS MERCU BUANA
90