Tugas Akhir PW 09-1333 Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Sawah Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit diKabupaten Siak-Riau
Ikhlas Saily NRP 3607 100 027 Dosen Pembimbing : Ir. Heru Purwadio, MSP
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2012
•
Kabupaten Siak, merupakan salah satu wilayah yang terletak di Provinsi Riau yang mengalami perubahan pemanfaatan lahan.
•
Dalam kurun waktu 5 tahun, telah terjadi alih fungsi lahan pertanian sawah mencapai 443 ha (Dinas pertanian Kabupaten Siak).
•
Pembangunan sektor pertanian pertanian di Kabupaten Siak sangat penting karena berperan dalam penyediaan kebutuhan pangan, Berdasarkan PDRB tahun 2004, sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap PDRB 44,67%.
•
Jika Alih fungsi lahan pertanian yang cukup pesat ini tidak dikendalikan lambat laun akan berpengaruh terhadap ketidak seimbangan penyediaan pangan pada Kabupaten Siak.
Alih fungsi lahan pertanian yang berupa lahan sawah menjadi perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Siak setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan. Diketahui bahwa perubahan lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit yang terjadi di kabupaten Siak ini berimplikasi negatif terhadap keseimbangan swasembada pangan. Hal ini mengakibatkan perlunya usaha pengendalian perubahan lahan pertanian untuk menanggulangi implikasi negatif tersebut. Untuk itu perlu adanya perumusan konsep pengendalian sebagai proses awal untuk mengatasinya. Faktor-faktor apa dan konsep pengendalian seperti apa yang sesuai dan efektif dari alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Bungaraya?
Tujuan
Merumuskan konsep pengendalian perubahan penggunaan lahan pertanian ke perkabunan kelapa sawit dalam rangka mendukung ketahan pangan. • Menentukan faktor penyebab alih fungsi lahan sawah menjadi perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Siak.
Sasaran
• Merumuskan tipologi alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Siak. • Merumuskan konsep pengendalian alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Siak .
Secara administratif batas wilayah Kabupaten Siak adalah sebagai berikut: • Utara : Kabupaten Bengkalis • Selatan : Kabupaten Kampar, Kabupaten Pelalawan dan Kota Pekan Baru • Barat : Kabupaten Rokan Hulu • Timur : Kabupaten Kepulauan Meranti
Tabel 2.3 Sintesa Pustaka Sumber
No 1.
Variabel Yang Akan Diteliti
Menentukan faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab alih fungsi lahan sawah menjadi perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Siak
Suwarjoko Warpani
Menurut Dedi Kurdianto
Lutfi I, 1997
2
Variabel Dari Teori
1. Topografi 2. Jumlah Penduduk 3. Harga Lahan 4.Aksesibilitas 6 Sarana dan Prasarana 7. Produktivitas 1. Pendapatan 2. Resiko 3. Nilai Jual 4. Biaya Produksi 5. Ketersediaan Air 6. Teknologi Pertanian 1.Sistem Ekonomi 2.KehidupanSosial Masyarakat 3.Aturankebijakan Pemerintah
1.Produktivitas
1.Pendapatan 2.Biaya produksi 3.Ketersediaan air 1. Aturan Kebijakan Pemerintah
Menyusun pengendalian alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Siak Iqbal (2007) Harjono (2005)
Peraturan Kebijakan 1.Peraturan kebijakan 2.Mekanisme Perizinan
1. 1.
Peraturan Kebijakan Peraturan Kebijakan
Penelitian deskriptif Penelitian yang memaparkan, menuliskan, dan melaporkan suatu peristiwa dengan tujuan membuat suatu deskripsi atau pencanderaan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu (Nazir, 2003).
Faktor Lingkungan
Ekonomi
Variabel Ketersediaan air Rawan Hama
Luas lahan pertanian sawah yang rusak akibat hama perkebunan kelapa sawit yang bisa langsung memasuki lahan pertanian sawah.
Aksesibilitas
Jarak dari lokasi pertanian ke pusat kegiatan wilayah. Tinggi rendahnya pendapatan petani lahan sawah dalam satu kali panen pendapatan hasil produksi pertanian sawah Tinggi : > Rp 3.000.000,00 Sedang : Rp 1.000.000,00 –Rp3000.000,00 Rendah : < Rp 1.000.000,00 Besarnya produksi hasil pertanian Tinggi : 11.760,8 – 16.682,5 kw/ha Sedang : 6.839,2 – 11.760,8 kw/ha Rendah : 1917,6 - 6.839,2 kw/ha
Pendapatan
Produksi lahan
Biaya Produksi Kebijakan Pemerintah Aturan Kebijakan
Defenisi Operasional Debit air untuk kegiatan pertanian lahan sawah
Besarnya biaya (cost) yang dikeluarkan untuk pertanian. jumlah aturan kebijakan yang berfungsi sebagai pengendali alih fungsi lahan pertanian.
Survey Data Primer
Observasi langsung
Wawancara Analisis responden
Metode Pengumpulan Data Survey Data Skunder
Survey instansi
Survey literatur
Analisis stakeholder
Metode dan Teknik Analisa Data No.
Variabel
Sasaran Penelitian
• Sumber daya air • Aksesibilitas • Rawan hama • Pendapatan • Produktivitas lahan • Biaya Produksi • Kebijakan Faktor-Faktor penyebab alih fungsi lahan pertanian
1.
Menganalisa faktorfaktor apa saja yang menjadi penyebab Alih Fungsi lahan sawah menjadi perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Siak
2.
Merumuskan tipologi alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit di kabupaten Siak Merumuskan konsep • pengendalian alih • fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Siak
3.
Kriteria pengendalian Kebijakan
Teknik
Output
Analisis Deskriptif Analisa Delphi
Faktor-faktor penyebab alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian
Analisa Cluster
Tipologi alih fungsi lahan pertanian menjadi pekebunan kelapa sawit berdasarkan faktor penyebabnya
Expert Judgement
Arahan pengendalian alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian berdasarkan masingmasing tipologi alih fungsinya
BAB IV PEMBAHASAN
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN PERTANIAN
Analisis Deskriptif Variabel dengan Teori, Kondisi Eksisting dan Peraturan Perundangan Terkait Alih Fungsi Lahan Pertanian No.
Variabel Pendapatan
1.
Analisis Pendapatan sektor pertanian sangat bergantung pada luas lahan sawah serta hasil produksi. Pendapatan sektor pertanian yang rendah menyebabkan perubahan struktur ekonomi yang berakibat meningkatnya permintaan lahan untuk kegiatan non pertanian, sehingga merangsang alih fungsi lahan pertanian yang dialokasikan untuk pembangunan kawasan industri dan perdagangan (Irawan, 2005). Peraturan Menteri Pertanian No.18 Tahun 2010 memberikan kebijakan melalui “pembiayaan pertanian terbatas”. Hal tersebut didasarkan pada pendapatan sektor pertanian yang rendah menyebabkan usaha tani tidak dijalankan dengan optimal. Akibatnya adalah pertanian tidak tumbuh dengan baik dan beroparasi secara terbatas sehingga tidak efisien. Ketika lahan pertanian sudah tidak efisien lagi, hal itu mempengaruhi petani untuk melakukan alih fungsi lahan. Di wilayah penelitian, parameter tinggi rendahnya pendapatan sektor pertanian dalam satu kali masa panen sesuai hasil survey (2011) adalah: Tinggi : > Rp 3.000.000,00 Sedang : Rp 1.000.000,00 – Rp3000.000,00 Rendah : < Rp 1.000.000,00 Jadi, pendapatan sektor pertanian rata-rata
2.
Produktivitas
Secara ekonomi pada dasarnya faktor demand mempengaruhi terhadap harga lahan yang secara simultan akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Faktor demand tersebut adalah produktivitas dan luas lahan, dimana semakin rendah produktivitas lahan pertanian dari sisi hasil produksinya, maka semakin tinggi peluang untuk teralih fungsi lahan pertanian (Irawan, 2005). Untuk hasil produksi pertanian di wilayah penelitian, parameter tinggi rendahnya melihat data series 2005-2009 hasil produksi pertanian dari BPS : Tinggi : 11.760,8 – 16.682,5 kw/ha Sedang : 6.839,2 – 11.760,8 kw/ha Rendah : 1917,6 - 6.839,2 kw/ha Produktivitas lahan pertanian di Kabupaten Siak rata-rata 6.439 kw/ha, hasil produksi yang rendah ini dapat menjadi penyebab alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelap sawit di Kabupaten Siak.
3.
Biaya Produksi
Usaha tani padi sawah membutuhkan biaya yang cukup besar, dimana kebutuhan akan sarana produksi (pupuk, pestisida) dan biaya tenaga kerja sangat tinggi. (Dedi Kurdianto) Biaya produksi pertanian yang tinggi merupakan salah satu penyebab terjadinya alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Siak ini.
No. 4.
Variabel Kebijakan
Analisis Alih fungsi lahan pertanian dapat terjadi diakibatkan oleh pengaturan kebijakan pemerintah. Alih fungsi lahan pertanian di Indonesia disebabkan oleh sulitnya mendapatkan informasi yang cukup terutama penerapan kebijakan di lapangan.( Lutfi I, 1997 ) Pada wilayah penelitian Kurangnya informasi mengenai kebijakan penggunaan lahan dan belum adanya peraturan pengendalian alih fungsi kawasan pertanian yang efektif dapat menjadi penyebab terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit ini
5.
Ketersediaan Pada berbagai daerah yang selama ini merupakan sentra produksi beras, lahan sawah para petani telah Air banyak dialih fungsikan dikarenakan areal persawahan sudah sulit mendapatkan air. (Dedi Kurdianto) Banyaknya saluran irigasi yang rusak dan seringnya petani mengalami kesulitan mendapatkan air menjadi salah satu penyebab terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit ini.
6.
Rawan Hama Usaha tani tanaman padi sangat rentan terhadap kegagalan panen atau fuso hal ini dapat disebabkan oleh hama dan penyakit juga faktor alam. (Dedi Kurdianto) Pada wilayah penelitian tidak adanya pembatas anatara lahan pertanian sawah dengan perkebunan kelapa sawit sehingga berdampak pada hama perkebunan kelapa sawit yang bisa mengganggu lahan pertanian sawah.
7.
Aksesibilitas Lahan sawah yang berada di lokasi dengan kondisi aksesibilitas tinggi dan infrastruktur yang lengkap, memicu tingginya harga lahan, harga lahan yang tinggi akhirnya mempengaruhi petani untuk mengalih fungsi lahan pertanian lahan sawahnya (Ilham, 2008).
Hasil Iterasi I Berdasarkan penjabaran hasil eksplorasi pendapat dari kuesioner tahap 1 dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh faktor disetujui oleh responden sebagai faktor penyebab terjadinya alih fungsi lahan pertanian sawah di Kabupaten Siak, kecuali faktor aksesibilitas dan ketersediaan sumber daya air. Agar terjadi kesepakatan/konsensus dari seluruh responden terhadap seluruh faktor penyebab terjadinya alih fungsi lahan pertanian sawah di Kabupaten Siak, maka dibutuhkan iterasi dengan menyebarkan kembali kuesioner tahap 2.
No.
Faktor
Variabel
R1
R2
R3
R4
R5
1.
Rendahnya nilai ekonomis lahan pertanian
Pendapatan Petani
S
S
S
S
S
Produktivitas Lahan
S
S
S
S
S
Biaya Produksi
S
S
S
S
S
Aksesibilitas
TS
TS
TS
TS
TS
Ketersediaan Sumber Daya Air
S
TS
S
S
S
Rawan Hama Kebijakan Pemerintah
S S
S S
S S
S S
S S
2.
3.
Kondisi lingkungan lahan pertanian
Aturan Kebijakan
Hasil Iterasi II Hasil wawancara dari tahap I ini akan dirangkum dan digunakan sebagai pertanyaan umpan balik di putaran tahap II ini. Putaran tahap II ini dianggap sebagai iterasi kedua. Iterasi kedua ini harus dilakukan karena ada beberapa variabel yang belum disepakati oleh para responden. Adapun hasilnya dapat dilihat sebagai berikut.
No.
Faktor
Vaariabel
R 1
R 2
R 3
R 4
R 5
1.
Rendahnya nilai ekonomis lahan pertanian
Pendapatan Petani
S
S
S
S
S
Produktivitas Lahan
S
S
S
S
S
Biaya Produksi Ketersediaan Sumber Daya Air. Rawan Hama
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
Kebijakan Pemerintah
S
S
S
S
S
2.
3.
Kondisi lingkungan lahan pertanian
Aturan Kebijakan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada iterasi kedua ini terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi alih fungsi lahan lahan pertanian, maka didapatkan ada 3 faktor yang terdiri atas 6 variabel yang mempengaruhi alih fungsi lahan lahan pertanian di Kabupaten Siak, yaitu: 1. Rendahnya Nilai ekonomis lahan Pertanian Pendapatan Petani Biaya Produksi Produktifitas Lahan 2. Kondisi lingkungan Sumber Daya Air Ketersediaan Sumber Daya Air 3. Aturan Kebijakan Kebijakan Pemerintah
Hasil Output No.
Faktor
Vaariabel
R 1
R 2
R 3
R 4
R 5
1.
Rendahnya nilai ekonomis lahan pertanian
Pendapatan Petani
S
S
S
S
S
Produktivitas Lahan
S
S
S
S
S
Biaya Produksi Ketersediaan Sumber Daya Air. Rawan Hama
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
2.
3.
Kondisi lingkungan lahan pertanian
Aturan Kebijakan Kebijakan Pemerintah
Perumusan Tipologi Alih Fungsi Lahan Pertanian menjadi perkebunan Kelapa sawit
Cluster
Cluster 1 Cluster 2
F1
Faktor F2
9,2 8
4 4
Tipologi I (kecendrungan Alih Fungsi Lahan Tinggi) 1 merupakan kelompok Tipologi
Kecamatan dimana faktor-faktor penyebab alih fungsinya berpengaruh tinggi dilihat dari total bobot faktor sebesar 17,4. Hal ini dikarenakan rendahnya pendapatan petani yaitu Rp.± 1.000.000 per bulan, sehingga petani lebih memilih komoditas lain yang pendapatannya lebih tinggi yaitu perkebunan kelapa sawit yang bisa mencapai Rp.± 2.000.000 per bulan.
Tipologi
F3
Total bobot faktor
3,2 2
17,4 14
1 2
Tipologi II(kecendrungan Alih Fungsi Lahan Rendah)
Tipologi 2 merupakan kelompok dimana faktor-faktor penyebab alih fungsi lahan pertaniannya berpengaruh Rendah dilihat dari total bobot faktor sebesar 14. Hal ini dikarenakan pendapatan hasil pertanian yang tergolong sedang Rp. 1.000.000Rp.3.000.000 sehingga lahan sawah tidak terlalu terdesak untuk kepentingan ekonomi, sistem jaringan irigasi teknis yang ada juga masi bisa berfungsi dengan baik.
Kompilasi Hasil Analisa Expert Judgement Tipologi I (Tinggi) Karakteristik Kawasan 1.
Konsep Pengendalian Kawasan
Faktor Ekonomi Rendahnya pendapatan dan hasil produksi pertanian dikarenakan berdasarkan kondisi eksisting pendapatan di sektor pertanian sawah dalam satu kali penen yaitu sebesar Rp. 6. 387.000 per Ha/6 bulan, sedangkan untuk lahan perkebunan kelapa sawit, pendapatan yang diperoleh yaitu sebesar Rp. ± 12.000.000,- per Ha/6 bulan dengan asumsi dalam satu bulan pendapatan petani perkebunan kelapa sawit Rp ± 2.000.000, per Ha. Perbandingan pendapatan yang cukup signifikan antara petani lahan sawah dengan perkebunan kelapa sawit ini menjadi penyebab terjadinya alih fungsi lahan pertanian. -
-
Pemberlakuan insentif berupa subsidi pertanian untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas guna meningkatkan pendapatan pertanian bagi petani yang mempertahankan lahan pertaniannya. Pemberian insentif khusus kepada petani berupa keringanan pajak bumi dan bangunan (PBB), diharapkan bisa mengurangi beban petani sehingga dapat meningkatkan kesejahterannya. Pemberian sarana produksi tanaman (saprotan), seperti benih, pupuk dan sebagai penunjang kegiatan pertanian. Penerapan konsep pertanian terpadu pada lahan sawah beririgasi teknis yaitu dengan mengintegrasikan tanaman padi, perikanan dan peternakan (integrasi padi,ikan,itik), integrasi ini disamping mendatangkan pendapatan petani juga memberikan dampak positif bagi pertanian berkelanjutan.
Tipologi I (Tinggi) Karakteristik Kawasan 1. 2.
1.
Konsep Pengendalian Kawasan
Faktor Lingkungan Normalisasi saluran irigasi pertanian lahan sawah. Banyaknya saluran irigasi yang telah rusak menyebabkan lahan Adanya batas atau buffer zone antara lahan pertanian sawah dan pertanian mengalami kesulitan dalam mendapatkan air perkebunan kelapa sawit, hal ini guna mencegah terganggunya Usaha tani tanaman padi sangat rentan terhadap kegagalan panen ketersediaan air lahan pertanian sawah dan hama perkebunan kelapa atau fuso hal ini dapat disebabkan oleh hama dan penyakit juga sawit yang bisa langsung mengganggu lahan pertanian sawah. faktor alam. Berdasarkan kondisi faktual diwilayah penelitian tidak adanya pembatas antara lahan pertanian sawah dan perkebunan kelapa sawit sehingga akan berakibat hama perkebunan kelapa sawit yang bisa mengganggu lahan pertanian sawah.
Faktor Aturan Kebijakan Memberlakukan pembatasan alihfungsi lahan pertanian dan Adanya Kegiatan pertanian yang telah berubah menjadi melakukan perwilayahan (zoning) terhadap lahan yang ada serta perkebunan kelapa sawit menunjukkan bahwa apa yang terjadi kemungkinan terjadinya proses alih fungsi lahan pertanian. dilapangan tidak sesuai dengan kebijakan yang ada. Menerapkan UU No.41 Tahun 2009 yaitu Pemberlakuan sanksi administratif berupa peringatan tertulils bagi pelaku alih fungsi lahan pertanian sawah, pencabutan izin, pencabutan insentif dan pemulihan fungsi awal lahan pertanian dan juga memberlakuan sanksi pidana berupa hukuman penjara atau denda bagi pelaku alih fungsi lahan pertanian sawah.
Kesimpulan
BAB V KESIMPULAN
Untuk mengendalikan alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Siak dibutuhkan konsep pengendalian yang bersifat makro dan mikro. konsep yang bersifat makro antara lain: 1. Perumusan Perda mengenai perijinan, dan insentif/disinsentif 2. Perumusan Perda mengenai penegakan hukum terhadap pemanfaatan ruang di lahan pertanian yang konservasi. Sedangkan konsep yang bersifat mikro antara lain : 1. Memberikan insentif berupa subsidi pertanian untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas guna meningkatkan pendapatan pertanian dengan cara memberikan bantuan pupuk; 2. Normalisasi pada sarana dan prasarana irigasi; 3. Adanya batas atau buffer zone antara lahan pertanian sawah dan perkebunan kelapa sawit, hal ini guna mencegah terganggunya ketersediaan air lahan pertanian sawah dan hama perkebunan kelapa sawit yang bisa langsung mengganggu lahan pertanian sawah. 4. Memberlakukan pembatasan alihfungsi lahan pertanian dan melakukan perwilayahan (zoning) terhadap lahan yang ada serta kemungkinan terjadinya proses alih fungsi lahan pertanian
Berdasarkan hasil-hasil temuan yang dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat diberikan rekomendasi. Rekomendasi tersebut antara lain : • Harus ada sosialisasi terkait dengan adanya peraturan sehingga masyarakat juga akan ikut terlibat. • Perlu dilakukan kebijakan pengendalian alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit yang sifatnya menyeluruh dengan partisipasi dari keseluruhan stakeholders mengingat alih fungsi lahan yang tidak terkendali.
TERIMAKASIH TERIMAKASIH