TUGAS AKHIR
PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN BALOK-BALOK KANTILEVER (STUDI KASUS GEDUNG BERBENTUK OVAL)
Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S1)
Disusun oleh :
NAMA NIM
: GABRIELLA MARIA MAGDALENA S. : 41107010007
UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS TEKNIK SIPIL dan PERENCANAAN PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL 2011
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Q
UNIVERSITAS MERCU BUANA
Tugas akhir ini untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi persyaratan dalam memeperoleh gelar Sarjana Teknik, jenjang pendidikan Strata 1 (S-1), Program studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Mercu Buana, Jakarta. Judul Tugas Akhir
: Perencanaan Struktur Beton Bertulang Dengan Menggunakan Balok-Balok Kantilever (Studi Kasus : Gedung Berbentuk Oval)
Disusun oleh : Nama
:
Gabriella Maria Magdalena S.
NIM
:
41107010007
Jurusan/Program Studi
:
Teknik Sipil
Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan sidang sarjana :
Jakarta, 5 Agustus 2011 Mengetahui, Pembimbing Tugas Akhir
Ir. Zainal Abidin Shahab, MT
Mengetahui, Ketua Program Studi Teknik Sipil
Ir. Sylvia Indriani, MT
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Q
UNIVERSITAS MERCU BUANA Semester : Genap
Tahun Akademik : 2010/2011
Tugas akhir ini untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi persyaratan dalam memeperoleh gelar Sarjana Teknik, jenjang pendidikan Strata 1 (S-1), Program studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Mercu Buana, Jakarta. Judul Tugas Akhir : Perencanaan Struktur Beton Bertulang Dengan Menggunakan BalokBalok Kantilever (Studi Kasus : Gedung Berbentuk Oval) Disusun oleh : Nama
:
Gabriella Maria Magdalena S.
NIM
:
41107010007
Jurusan/Program Studi
:
Teknik Sipil
Telah diajukan dan dinyatakan LULUS pada sidang sarjana pada tanggal 5 Agustus 2011
Pembimbing
Ir. Zainal Abidin Shahab, MT Jakarta, 5 Agustus 2011
Mengetahui, Ketua Penguji
Ir. Edifrizal Darma, MT
Mengetahui, Ketua Program Studi Teknik Sipil
Ir. Sylvia Indriany, MT
LEMBAR PERNYATAAN SIDANG SARJANA PRODI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Q
UNIVERSITAS MERCU BUANA Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
:
Gabriella Maria Magdalena S.
Nomor Induk Mahasiswa
:
41107010007
Program Studi
:
Teknik Sipil
Fakultas
:
Teknik Sipil dan Perencanaan
Menyatakan bahwa Tugas Akhir ini merupakan kerja asli, bukan jiplakan (duplikat) dari karya orang lain. Apabila ternyata pernyataan saya ini tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan saya. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk dapat dipertanggung jawabkan sepenuhnya.
Jakarta, 5 Agustus 2011 Yang memberikan pernyataan
Gabriella Maria Magdalena S.
ABSTRAK Judul: Perencanaan Gedung Beton Bertulang Dengan Menggunakan Balok-Balok Kantilever (Studi Kasus: Gedung Berbentuk Oval), Nama: Gabriella Maria Magdalena S. NIM: 41107010007, Dosen Pembimbing: Ir. Zainal Abidin Shahab, MT. Tahun : 2011.
Kemajuan teknologi dibidang ilmu struktur dan kostruksi yang membuat berbagai bentuk desain bangunan semakin beragam. Beragamnya desain yang ada juga membuat semakin membuat perhitungan dari desain tersebut semakin rumit. Dengan latar belakang itulah, perencanaan ini mempunyai maksud untuk mengetahui berbagai permasalahan dari segi kekuatan, kekakuan, dan stabilitas dari desain yang semakin maju saat ini. Dalam metode perencanaan ini pertama-tama yang harus dilakukan adalah pengumpulan data tentang desain-desain yang akan di buat. Seperti misalnya kuat tekan beton berapa yang akan digunakan, kuat tarik berapa yang akan dipakai, desain akan dibangun diatas wilayah gempa berapa. Setelah keseluruhan data yang akan dipakai itu lengkap, mulai membuat desain gambar yang akan kita rencanakan. Desain gambar berupa denah tiap lantai beserta dengan ukuranukurannya, letak-letak kolom yang akan didesain, potongan-potongan struktur gedung yang akan didesain. Setelah semuanya lengkap, baru dapat mulai menghitung. Perhitungan awal dimulai dari prarencana, yang berisi perhitungan untuk menentukan dimensi-dimensi yang akan digunakan dalam desain. Hasil dari perencanaan ini berupa dimensi-dimensi yang akan digunakan dalam desain. Seperti dimensi yang digunakan pada balok berdasarkan dari pembebanan-pembenanya didapat ukuran balok umum 350/700 mm, sedangkan untuk ukuran balok-balok kantilevernya adalah 450/800. Balok kantilever memiliki dimensi yang lebih besar dari balok umum dikarenakan karena pada balok kantilever memiliki deformasi akibat beban yang besar, maka dari itu perlu perhatian yang lebih. Dimensi kolom yang digunakan juga beragam, dibagi menurut lantai dan letak kolom iu sendiri. Seperti pada kolom pinggir ukuran kolom pinggir lantai 1-3 adalah 750/750, lantai 4-7 adalah 600/600, dan lantai 8-10 adalah450/450. Sedangkan pada kolom yang mengalami perkakuan dibagi menjadi 2 bagian menurut lantai. Lantai 1-5 menggunakan dimensi 900/900, dan kolom lantai 6-10 menggunakan dimensi 700/700. Pada perhitungan penulangan digunakan dua metode, manual dan hasil output dari ETABS, output dari ETABS sebagai koreksi dari hasil perhitungan manual. Desain penulangan diambil berdasarkan momen-momen paling ekstrim yang terjadi pada struktur. Sedangkan pada penulangan bagian kantilever digunakan dengan metode prategang, hal ini dikarenakan bentang balok kantilever yang sangat besar, dan agar menjadi lebih efisien dan aman.
Kata kunci : Kantilever, Oval, Prategang
KATA PENGANTAR
Tiada ada kata yang dapat saya ucapkan selain puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, karunia, dan ijin-Nyalah proses penyusunan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Tugas Akhir ini dibuat dalam rangka melengkapi salah satu syarat guna mencapai jenjang strata 1 (S1) Sarjana Teknik Sipil Universitas Mercu Buana. Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan Tugas Akhir ini baik dari segi moril maupun segi materil dari secara langsung maupun tidak secara langsung. Terima kasih saya yang sebesar-besarnya kepada : 1. Seorang wanita yang telah Tuhan berikan kepada saya untuk mendidik, membesarkan, dan menyayangi saya dengan setulus hati sampai saya berusia 20 tahun. Terima kasih ibu buat semuanya, buat dukungan, semangat, dan doa yang selalu menyertai saya selama ini sampai saat kau pergi. “Terima kasih” adalah kata yang belum sempat saya ucapkan kepadamu. Miss u in every second i have mom, everything i do just to make you proud of me..... 2. Ayah saya yang selalu mendukung setiap langkah dan keputusan yang saya ambil. Yang selalu menjadi inspirasi saya dan semangat saya ketika saya sedang merasa tidak mampu. Satu-satunya laki-laki yang tidak pernah meninggalkan saya dalam keadaan sedih ataupun senang. Lav u so much dad... 3. Bapak Ir. Zainal Abidin Shahab, MT. Selaku dosen pembimbing dalam Tugas Akhir ini. Yang dengan sabar membimbing saya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Terima kasih bapak buat ilmunya.
4. Ibu Dr. Ir. Resmi Bestari Muin, MT. Selaku dosen pembimbing saya dalam Tugas Akhir ini, Terima kasih ibu, untuk kesabaran dan pengertiannya dalam mengajarkan dan membimbing saya selama ini. 5. Ibu Ir. Sylvia Indriani, MT. Selaku Kepala Program Studi Teknik Sipil yang selalu membimbing saya dengan sabar. 6. Bapak Ir. Zaenal Arifin, MT. Selaku dosen pembimbing akademik saya, selama saya
menuntut ilmu di Teknik Sipil Mercu Buana ini. Terima Kasih Pak Jefri. 7. Bapak dan Ibu dosen Teknik Sipil Mercu Buana yang telah dengan sabar dan tulus membekali saya dengan ilmu-ilmu yang akan menjadi modal utama saya untuk dikemudian hari nanti. Terima kasih bapak. Terima kasih ibu. 8. Pak Kadi, selaku tata usaha Teknik Sipil yang selalu dengan sabar dan perhatian memberikan berbagai informasi-informasi penting tentang informasi perkuliahan dan masalah administrasi saya. Maaf ya pak selama ini saya selalu menyusahkan bapak, terima kasih. 9. Pak Harri, selaku kepala tata usaha Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan yang selalu ramah dan ceria kepada saya yang dapat merubah suasana hati saya terutama saat suasana hati saya sedang tidak baik. Terima Kasih juga karena sudah mau memfoto-foto saya dalam setiap acara-acara yang berlangsung. 10. Saudara sepupu-sepupu saya yang selalu memberikan saya motivasi, dorongan, doa, dan
yang tidak pernah henti-hentinya kepada saya dalam menyusun Tugas Akhir ini. Lav u sist..... 11. Kak Ika Rahmawati, Sipil 2005, yang selalu dengan sabar menjawab segala pertanyaanpertanyaan urgent saya, walau sudah malam sekalipun. Terima kasih kakak, maaf sudah banyak merepotkan kakak.
12. Kak Suteni, Sipil 2004, yang dengan sabar dan setia menjawab segala masalah-masalah dalam tugas akhir ini dengan setia. Terima kasih ya kak teni buat semua refrensi-refrensi yang kakak berikan untuk saya. 13. Seluruh sahabat-sahabat sipil 2007. Mas Yanto “K-Link” terima kasih yang sebesar-
besarnya buat semuanya. Buat perhatiannya, buat pengertiannya, buat semangatnya, buat motivasinya yang selalu anda beri kepada saya. Ayo link.... September pasti bisa!!!!. To all My beloved WTS 2007. Tante Pie, Bounce, Ais, thanks for all ya, Terima kasih buat dukungannya selama ini dan buat keyakinan yang sudah kalian beri buat saya. Terima kasih untuk semangat yang selalu kalian tularkan untuk saya ketika saya merasa tidak mampu. Terima kasih karena telah selalu bersabar dan perhatian menghadapai teman seperti saya, sedih banget kita tidak bisa menyusun Tugas Akhir bersama-sama. Tayo “Risti” Irawan. *sigh. Sahabat senasib dan seperjuangan saya. Terima kasih buat kekonyolan, keceriaan, keautisan, dan kegoblokan yang sudah anda beri untuk saya. 4 hari anda berturut-turut bermalam dirumah saya sudah dapat membuktikan kalau sebenarnya anda itu “berbeda”. Hahahaha...... Hendra “Birong beiber” May Rahman. Terima kasih untuk canda tawa yang anda berikan kepada saya. Anda adalah satu-satunya sahabat yang dapat membuat saya tertawa sendiri dengan hanya melihat atau mendengarkan anda berbicara. “Ayooo ndraaa.... mainkan tanahmu!!!!”. Chandra “uncle” Kurniawan. Terima Kasih untuk semangat dan nasihat hidup sehat yang selalu om kasih untuk saya. “Ayoo... om, kapan mulai T.A nya??” Bang Dafi, yang selalu menjadi inspirasi saya dalam melakukan usaha, makasih bang buat segala keceriaan yang sudah anda berikan kepada saya. My beloved son Taqbir Ronie, Makasih ya nak buat semuanya yang udah kamu beri untuk saya. “ayooo donk.... mana semangaaadnya nak???”. Saeful “Aa Ipunk” Bokhari tersayank, yang selalu memberi saya pencerahan dalam setiap perkataanmu aa *lebay. Hehehe..... Lav u so much aa. My teddy
“Mengkel”, terima kasih buat semuanya ya kel, buat keceriaan yang selalu dirimu ciptakan ditengah-tengah kita semua. “Ayo kuliah lagi, jangan keenakan cari duit muluuuu”. Ari “Blay” Yulianto, makasih buat semuanya yaaa, buat segala kegokilan yang sudah kita lewatin bersama. Septian “KoDog” Kisprabowo. Terima kasih untuk semuanya ya dog, buat segala nasehat, kegokilan, dan cerita-cerita yang bisa menjadi inspirasi untuk saya. Rusman “Ucok” Lubis. Makasih ya ucok buat cerita-cerita inspiratif tentang kehidupan yang telah dirimu ceritakan kepada saya, anda membuka mata saya tentang rahasia “warteg” yang sebenarnya. Hehehe.... Untuk Rezza Jatnika, sahabat kami tercinta, semangat ya T.Anya. Thanks for all everybody.....I’m nothing without you guys, Thanks for our friendship. Lav u all...... 14. Terima kasih untuk semua sahabat-sahabat terbaik saya. Anak XII-IPA tahun ajaran
2006/2007 SMA. KARTIKA X-1 Bintaro, especially my lovely bear “Fariza ‘mimi’ Rahmi Rusdi” yang walau sekarang kita sudah terpisah dengan ruang dan waktu masih bisa dapat saling menyemangati satu sama lain sampai saat ini. Proud of you guys, keep it!!!!! 15. Terima kasih untuk sahabat-sahabat masa kecil saya sejak saya duduk dibangku SD, Debby Cyntia. Terima kasih beb untuk persahabatan kita selama 16 tahun, untuk pengertiannya dan kesabarannya selama ini, dan untuk dukungan yang selalu kamu berikan kepada saya. Lav u so much....... 16. Semua abang-abang dan kakak-kakak sipil 2003, 2004, 2005, 2006, yang selalu perhatian dan baik kepada saya. Saya sudah menganggap kalian seperti abang saya sendiri. Terima kasih buat semuanya yaaaa bang, kak!!! 17. WTS PSK 2008,,, terima kasih ya buat dukungannya selama ini. Buat my hunny Wita,
my lovely Yaya, kokoh Ronny, Iwan, Choyeeeeh, Staciaaaa, Amed, Dodoy, Agoes, Riza,
Yarnas, Ipenk, Adit,,, semangaaad ya KP nya!!! Saya hanya dapat membantu doa untuk kalian. Buat yang lainnya “Ayooooooooooo..... who’s next??” 18. Adik-adik sipil 2009 dan 2010, terima kasih ya buat semuanya.... Semangat ya, perjalanan kalian masih panjang!!!! Lav u all...... 19. The Last but not Least, babeh ipin (betul betul betul... hehehe) makasih ya beh buat semangat dan dukungannya yang buat aku bisa tetep survive di sipil sampai saat ini. Mang Aseeep, makasih iaaah buat somay yang palingg enaaak yang selalu menemani saya selama 4 tahun ini, MU makasih buat gado-gadonya, mang Eben “pesen teh manisnya 2, ga pake gelas” hehehe...... 20. Dan semua pihak yang tidak dapat saya ucapkan satu persatu, yang telah membantu dalam memberikan motivasi, dorongan, semangat, inspirasi yang dapat menjadi bekal untuk saya dikemudian hari. Semoga Tuhan melimpahkan segala rezeki dan karunia kepada mereka semua. Banyak hal yang telah saya lakukan untuk menjadikan Tugas Akhir ini menjadi sempurna, namun ibarat kata “No Body’s perfect” , mungkin jika nantinya akan ditemukan banyak kekurangan disana-sini. Karena itu segala saran dan kritik akan sangat berarti guna memperbaiki dimasa yang akan datang. Akhir kata, Penyusunan Tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Walaupun demikian, semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi kita semua. Amin.
Jakarta, Agustus 2011
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang ..................................................................
I-1
1.2
Tujuan .................................................................................
I-2
1.3
Ruang Lingkup Pembahasan dan Batasan Masalah..............
I-2
1.4
Metodelogi Perencanaan ....................................................
I-3
1.5
Sistematika Penulisan .........................................................
I-4
TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1
Umum ................................................................................
II-1
2.2
Pelat ....................................................................................
II-10
2.3
Balok ..................................................................................
II-13
2.3.1 Lokasi Tulangan..........................................................
II-13
2.3.2 Tinggi Balok................................................................
II-15
2.3.3 Selimut Beton dan Jarak Tulangan..............................
II-16
2.4
Kolom .................................................................................
II-18
2.5
Kelengkungan Pada Struktur................................................
II-22
2.6
Baja Tulangan......................................................................
II-23
2.7
Dasar-dasar Perencanaan Gedung Bertingkat Banyak..........
II-23
2.7.1 Perbedaan Antara Beban Statik dan Beban Dinamik .........................................................
II-23
BAB III
BAB IV
2.8
Faktor Beban Ultimit............................................................
II-27
2.9
Analisis Struktur...................................................................
II-28
METODELOGI PERENCANAAN 3.1
Langkah Kerja ....................................................................
III-1
3.2
Metode Analisis ..................................................................
III-2
3.2.1
Pengumpulan Data ……………………...................
III-2
3.2.2
Desain Gambar......................................................... III-2
3.2.3
Desain Pendahuluan …………………………….... III-2
3.2.4
Menghitung Beban................................................... III-3
3.2.5
Desain Tulangan Lentur dan Geser.......................... III-3
3.2.6
Gambar Tulangan..................................................... III-10
ANALISA STRUKTUR 4.1
Data-data Struktur.................................................................
IV-1
4.2
Perencanaan Awal.................................................................
IV-2
4.2.1
Prarencana Pelat....................................................
IV-2
4.2.2
Prerencana Balok...................................................
IV-8
4.2.3
Prarencana Kolom.................................................
IV-23
Analisis Struktur...................................................................
IV-45
4.3.1
Data Beban Untuk Input Etabs...............................
IV-46
4.3.2
Besar Pembebanan Trap........................................
IV-47
4.3
BAB V
4.3.3
Perhitungan Gaya Geser Akibat Gempa................
IV-49
4.3.4
Permodelan Pembebanan Struktur.........................
IV-55
PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL. 5.1
Desain Penulangan Elemen Struktur.....................................
V-1
5.1.1
Penulangan Pelat......................................................
V-1
5.1.2
Penulangan Balok.....................................................
V-13
5.1.3
Penulangan Kolom...................................................
V-21
5.1.4
Diagram Interaksi.....................................................
V-26
5.15
Perhitungan Penulangan Balok Kantilever dengan beton prategang............................................
BAB VII
V-27
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1
Kesimpulan...........................................................................
VI-1
6.2
Saran .................................................................................
VI-3
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Strong column weak beam
II-6
Gambar 2.2
Peta wilayah gempa Indonesia
II-7
Gambar 2.3
Respons Spektrum Gempa Rencana (SNI 03-1726-2002)
II-11
Gambar 2.4
Balok diatas dua tumpuan
II-14
Gambar 2.5
Balok Kantilever
II-15
Gambar 2.6
Balok Menerus
II-15
Gambar 2.7
Selimut Beton
II-17
Gambar 2.8
Jarak Antar Tulangan
II-17
Gambar 2.9
Diagram interaksi untuk tekan dengan lentur Pn dan Mn
II-21
Gambar 3.1
Bagan Alir Perencanaan
III-1
Gambar 3.2
Hubungan Tegangan dan Regangan Pada Beton
III-3
Gambar 4.1
Denah Lantai
IV-2
Gambar 4.2
Dimensi Satu Pelat
IV-2
Gambar 4.3
Diagram Letak α
IV-3
Gambar 4.4
Bentang Balok Pada As. E
IV-8
Gambar 4.5
Penyebaran Pembebanan Pada As. E
IV-10
Gambar 4.6
Penyebaran Beban Pada As. E
IV-11
Gambar 4.7
Bentang Balok Pada As. C
IV-14
Gambar 4.8
Penyebaran Pembebanan Pada As. C
IV-16
Gambar 4.9
Penyebaran Beban Pada As. C
IV-16
Gambar 4.10 Bentang Balok Pada As. B
IV-19
Gambar 4.11 Penyebaran Pembebanan Pada As. B
IV-20
Gambar 4.12 Penyebaran Beban Pada As. B
IV-21
Gambar 4.13 Denah Lantai dan As
IV-45
Gambar 4.14 Denah Gedung Dengan Beban Tiap Lantai
IV-45
Gambar 4.15 Denah Lantai
IV-55
Gambar 4.16 Permodelan Beban Gempa Arah X
IV-56
Gambar 4.17 Model Struktur 3D
IV-57
Gambar 4.18 Denah Letak Kolom Yang Diperbesar
IV-58
Gambar 4.19 Denah Lantai 9 Letak Balok Yang Diperbesar
IV-58
Gambar 4.20 Denah Lantai
IV-59
Gambar 4.21 Pembebanan Beban Mati As. B
IV-60
Gambar 4.22 Pembebanan Beban Mati As. C
IV-60
Gambar 4.23 Pembebanan Beban Mati As. D
IV-61
Gambar 4.24 Pembebanan Beban Mati As. E
IV-61
Gambar 4.25 Pembebanan Beban Mati As. F
IV-62
Gambar 4.26 Pembebanan Beban Mati As. G
IV-62
Gambar 4.27 Pembebanan Beban Mati As. H
IV-63
Gambar 4.28 Deformasi Akibat Beban Mati Pada As. C
IV-64
Gambar 4.29 Gaya Normal Untuk Beban Mati
IV-64
Gambar 4.30 Gaya Geser Untuk Beban Mati
IV-65
Gambar 4.31 Gaya Momen Untuk Beban Mati
IV-66
Gambar 4.32 Pembebanan Beban Hidup As. B
IV-67
Gambar 4.34 Pembebanan Beban Hidup As. C
IV-68
Gambar 4.35 Pembebanan Beban Hidup As. D
IV-68
Gambar 4.36 Pembebanan Beban Hidup As. E
IV-69
Gambar 4.37 Pembebanan Beban Hidup As. F
IV-69
Gambar 4.38 Pembebanan Beban Hidup As. G
IV-70
Gambar 4.39 Pembebanan Beban Hidup As. H
IV-70
Gambar 4.40 Deformasi Akibat Beban Hidup
IV-71
Gambar 4.41 Gaya Normal Akibat Beban Hidup
IV-72
Gambar 4.42 Gaya Geser Akibat Beban Hidup
IV-73
Gambar 4.43 Gaya Momen Akibat Beban Hidup
IV-74
Gambar 4.44 Pola Pembebanan Untuk Gempa Statik Arah X
IV-75
Gambar 4.45 Deformasi Untuk Gempa Statik EY As. C
IV-76
Gambar 4.46 Gaya Normal Akibat Beban Gempa Y As. C
IV-77
Gambar 4.47 Gaya Momen Akibat Beban Gempa Y As. C
IV-78
Gambar 4.48 Gaya Geser Akibat Beban Gempa Y As. C
IV-79
Gambar 4.49 Deformasi Untuk Gempa Statik EX As. C
IV-80
Gambar 4.50 Deformasi Untuk Gempa Statik EX As. C
IV-81
Gambar 4.51 Gaya Normal Akibat Beban Gempa X As. C
IV-81
Gambar 4.52 Gaya Geser Akibat Beban Gempa X As. C
IV-82
Gambar 4.53 Gaya Momen Akibat Beban Gempa X As. C
IV-84
Gambar 4.54 Deformasi Akibat Combo 6 As. C
IV-85
Gambar 4.55 Gaya Normal Akibat Combo 6 As. C
IV-86
Gambar 4.56 Gaya Geser Akibat Combo 6 As. C
IV-87
DAFTAR TABEL
2.1 Faktor Keutamaan I untuk berbagai kategori gedung dan bangunan ....................
II - 8
2.2 Parameter Daktilitas Struktur Gedung ..................................................................
II - 9
2.3. Jenis – jenis tanah .................................................................................................
II - 10
2.4.Tabel Tebal Selimut Beton ....................................................................................
II - 18
2.5. Perbedaan Over Reinforced dan Under Reinforced ............................................
II - 23
4.1. Tabel besar pembebanan balok As E ...................................................................
IV - 12
4.2. Tabel besar pembebanan balok As C ...................................................................
IV - 17
4.3. Tabel besar pembebanan balok As B ...................................................................
IV - 22
4.4. Tabel dimensi ukuran kolom ...............................................................................
IV - 34
4.5. Tabel beban statis .................................................................................................
IV - 37
4.6. Tabel Beban gempa Horizontal ............................................................................
IV - 39
4.7. Tabel Rasio Balok Kolom ....................................................................................
IV - 41
4.8. Tabel Luas Lantai .................................................................................................
IV - 50
4.9. Tabel Beton Ultimated .........................................................................................
IV - 52
4.10. Tabel Distribusi beban gempa horizontal gempa statis arah XY .......................
IV - 54
4.11. Tabel deformasi akibat beban mati ....................................................................
IV - 64
4.12. Tabel gaya Normal akibat beban mati ...............................................................
IV - 65
4.13. Tabel gaya geser (D) akibat beban mati .............................................................
IV - 65
4.14. Momen Akibat beban mati .................................................................................
IV - 66
4.15. Deformasi akibat beban hidup ...........................................................................
IV - 71
4.16. Gaya normal akibat beban hidup ........................................................................
IV - 72
4.17. Gaya geser akibat beban hidup ..........................................................................
IV - 73
4.18. Gaya momen akibat beban hidup .......................................................................
IV - 74
4.19. Deformasi akibat beban gempa Y ......................................................................
IV -76
4.20. Gaya normal akibat beban gempa EY pada As c ...............................................
IV - 77
4.21. Gaya geser akibat beban gempa EY pada As c ..................................................
IV - 78
4.22. Gaya momen akibat beban gempa EY pada As c ..............................................
IV - 78
4.23. Deformasi akibat gempa X .................................................................................
IV - 80
4.24. Gaya normal akibat beban gempa EX pada As c ..............................................
IV - 81
4.25. Gaya geser akibat gempa X pada As c ...............................................................
IV - 82
4.26. Deformasi combo 6 pada As c ...........................................................................
IV -84
4.27. Gaya Normal akibat combo 6 pada As c ............................................................
IV - 85
4.28. Gaya geser akibat combo 6 pada As 6 ...............................................................
IV - 86
4.29. Gaya momen akibat pada As c ............................................................................
IV - 87
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Dengan kemajuan ilmu dalam bidang konstruksi, bentuk dan desain bangunan semakin
bervariasi dan beragam. Sebagai teknik sipil, hal tersebut merupakan sebuah tantangan baru untuk mewujudkannya. Hal ini membuat perencana harus mencari solusi dalam menterjemahkan gambar arsitek ke gambar struktural sehingga dapat menjadi sebuah proyek konstruksi. Dalam tugas akhir ini penulis akan mencoba merancang dan mendesain bangunan dengan bentuk oval berdiri. Bentuk oval sendiri dipilih karena dari bentuk struktural bangunan bentuk oval adalah bentuk yang unik. Dengan menggunakan sistem perkakuan pembesaran kolom dan balok-balok oversteek diharapkan dapat memikul gaya-gaya yang bekerja. Pada desain bangunan ini, selain menggunakan pembesaran kolom sebagai sistem perkakuannya juga menggunakan kolom-kolom yang berada disekitarnya untuk membantu menahan beban-beban vertikal dari balok. Yang kemudian menyalurkannya ke tanah melalui pondasi. Kegunaan lain dari kolom-
kolom tersebut juga untuk memperpendek bentang dari balok kantilever yang digunakan sebagai bagian dari struktural bangunan. Penggunaan balok-balok kantilever tersebut digunakan sebagai pembentuk dari desain bangunan tersebut. Kantilever pada desain bangunan ini adalah sebagai pengikat bagian luar dari bangunan. Hal ini memerlukan suatu desain yang lebih intensif mengingat selama ini kantilever hanya digunakan sebagai teras, balkon atau bagian tambahan pada bangunan. Dalam tugas akhir ini penulis mencoba mendesain bangunan berbentuk oval yang mempunyai keunikan tersendiri dengan menggunakan banyak balok oversteek dengan menggunakan sistem perkakuan perbesaran kolom. 1.2
Tujuan Tujuan penulisan Tugas Akhir ini meliputi :
1.
Merancang bangunan gedung beton bertulang berlantai banyak dengan menggunakan banyak
balok ovesteek untuk tampilan fasade (finishing luar) pada bangunan
berbentuk oval. 2.
Menganalisa perkakuan dengan mengunakan sistem perbesaran kolom pada bangunan berbentuk oval.
3.
Memeriksa kekuatan dan kekakuan dari bangunan yang menggunakan struktur kantilever.
1.3
Ruang Lingkup Pembahasan dan Batasan Masalah Ruang lingkup dari kajian ini adalah :
1.
Model struktur yang direncanakan adalah struktur dengann tapak simetris, lingkaran dengan model oval sesuai dengan gambar rencana.
2.
Bagian bangunan yang dirancang hanya pada struktur bagian atas (upper structure)
3.
Perencanaan gempa dengan menggunakan Peraturan Perencanaan Ketahanan
Gempa
Untuk Rumah dan Gedung SNI 03-1726-2002 dan refrensi yang disyaratkan. 4.
Analisis struktur beton bertulang menggunakan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002 dan refrensi
yang disyaratkan.
5.
Analisis struktur dengan menggunakan software ETABS v.9.0
6.
Bangunan dengan sistem struktur rangka beton bertulang dengan
menggunakan sistem
perkakuan perbesaran kolom. 7.
Perencanaan meliputi perhitungan kolom, balok, pelat.
8.
Gambar struktur meliputi kolom, balok, dan pelat di beberapa lantai.
8.
Lokasi bangunan di wilayah gempa 5.
1.4
Metodologi Perencanaan Metodologi perencanaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1.
Tinjauan pustaka dengan mempelajari literatu-literatur dari beberapa refrensi yang berkaitan dengan analisis yang dilakukan, yaitu berupa teori dan rumus-rumus yang ada.
2.
Perhitungan desain kolom, balok, pelat, yang sesuai dengan perencanaan.
3.
Dilakukan diskusi dan asistensi dengan dosen pembimbing dan dosen-dosen lain yang terlibat dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
1.5
Sistematika Penulisan Laporan Tugas Akhir ini terdiri atas enam bab dengan Bab I Pendahuluan yang berisi latar
belakang, ruang lingkup, metodologi, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan pustaka yang merupakan dasar teori sebagai rujukan dari perencanaan
ini. Bab III Membahas diagram alir
metodologi analisis dan desain. Bab IV Analisis struktur. Bab V Penulangan elemen vertikal dan horizontal dalam struktur. Bab VI Kesimpulan dan Saran.
BAB II DASAR TEORI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG
2.1
Umum Dalam mendesain suatu struktur sebelumnya harus ditetapkan komponen-komponen yang akan
digunakan sebagai ukuran maupun yang dapat menentukan apakah gedung tersebut sesuai atau layak dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Dalam perencanaan yang akan dibahas pada Tugas Akhir ini adalah perencanaan dengan menggunakan struktur beton bertulang. Beton bertulang adalah bahan bangunan yang digunakan seluruh dunia. Beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan dengan atau tanpa prategang dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja. Alasan digunakan beton bertulang sebagai bahan baku utama dalam perencanaan struktur adalah karena lebih efisien (murah), mudah dibentuk, mempunyai ketahanan terhadap api yang tinggi, mempunyai kekakuan yang tinggi, mudah dalam perawatannya dan relatif murah, dan material dalam pembuatannnya mudah didapatkan. Namun, ada kekurangan dari material beton itu sendiri dibandingkan dengan material bangunan lainnya, antara lain mempunyai daya kekuatan tarik yang rendah, membutuhkan bekisting dan penumpu sementara selama proses konstruksi, rasio kekuatan terhadap berat yang rendah dan stabilitas volumenya relatif rendah. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pencanaan desain suatu struktur diantaranya :
1. Kemampuan layan Dalam perencanaan, struktur yang di desain tersebut harus dapat menahan beban tegangan pada material dan mempunyai deformasi yang masih Pemilihan ukuran dan elemen yang dipilih layan tersebut.
2. Efisiensi
dalam
batas-batas
tanpa kelebihan yang
diijinkan.
merupakan penentu utama dalam menahan kemampuan
Prinsip utama perencanaan desain struktur dalam bidang konstruksi adalah
bagaimana
mendesain bangunan yang kuat dan aman namun dengan biaya yang relatif ekonomis.
3. Konstruksi Tinjauan konstruksi sering dipengaruhi pilihan struktural dimana penggunaan elemen-elemen struktural akan efisien apabila material yang digunakan mudah
didapat dan dibuat.
Desain struktural harus mencakup : a. Keamanan Struktur yang didesain harus aman dan kuat. Pada Struktur akan mencakup bebanbeban yang bekerja padanya desain. Yaitu beban mati (berat sendiri), beban hidup (manusia, angin, dll) dan beban gempa. b. Kekakuan Dalam perencanaan suatu gedung perlu diperhitungkan kekakuannya agar didapat struktur yang kaku dan dapat memperkuat struktur saat terjadi gempa. Kekakuan merupakan syarat mutlak yang harus sangat dipikirkan oleh perencana dalam merencanakan suatu bangunan struktur. Karena suatu struktur tidak akan dapat diterima jika bangunan tersebut tidak kaku walaupun sangat kuat. Beberapa jenis perkakuan dari suatu gedung adalah : 1.
Dinding pendukung sejajar (parallel bearing wall) Perkakukan ini terdiri dari unsur-unsur bidang vertikal yang dipratekan sehingga menyerap gaya aksi lateral secara efisien.
Dinding sejajar ini terutama digunakan
untuk bangunan apartemen yang tidak memerlukan ruang mekanisnya tidak memerlukan struktur inti.
oleh bera sendiri,
bebas yang luas dan sistem
2.
Inti dan dinding pendukung kulit luar (core and facade bearing wall) Unsur bidang vertikal membentuk dinding luar yang mengelilingi sebuah struktur
ini memungkinkan ruang interior yang terbuka, yang bergantung pada struktur lantai. Intinya adalah membuat sistem
kemampuan
inti, hal
bentangan
dari
transportasi mekanis vertikal serta menambah kekakuan
bangunan. 3.
Pelat rata (flat slab) Sistem bidang horizontal terdiri dari pelat lantai dengan tebal yang rata dan
ditumpu
pada
kolom. 4.
Rangka kaku (rigid frame) Sambungan kaku yang digunakan antara susunan unsur linear atau membentuk
bidang vertikal
dan horizontal. Pengaturan bidang vertikal terdiri dari balok dan kolom, pada grid horizontal terdiri dari balok dan gelagar. Dengan keterpaduan
dari
semuanya
menjadi
penentu
pertimbangan rancangan.
5.
Rangka kaku dan inti (rigid frame and corewall) Rangka kaku bereaksi terhadap bidang lateral, terutama melalui lentur balok dan kolom. Perilaku demikian berakibat ayunan lateral yang besar pada bangunan Akan tetapi, apabila dilengkapi struktur inti, meningkat karena interaksi inti dan dan menyerap bidang geser transportasi
ketahanan
dengan lateral
ketinggian
bangunan
akan
tertentu. sangat
rangka mengalami fungsi untuk menambah kekakuan
pada bangunan tersebut. Sistem ini memuat sistem mekanis dan
vertikal. Pada kondisi struktur dengan lantai banyak, efektifitas struktur inti
(corewall) hanya dapat terjadi 80% hingga 90% dari jumlah lantai yang ada, sehingga pada lantai atas atau 20% dari lantai keseluruhan akan tidak berfungsi secara nilai kekakuan terhadap struktur bangunan, bahkan ada kemungkinan akan
menambah
bidang geser pada lantai tersebut. c. Stabilitas Faktor stabilitas harus diperhatikan dalam mendesain struktur. Stabilitras diperlukan
untuk
dapat
menghitung momen-momen yang bekerja pada struktur. Stabilitas juga harus diperhatikan agar mencegah bangunan mengalami guling. Momen-momen yang bekerja pada struktur adalah momen geser dan momen
uplift.
4. Beban-Beban Pada Struktur Dalam perencanaan desain struktur, perlu memperkirakan secara mendalam mengenai beban-beban yang bekerja pada struktur serta besarnya beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Perencanaan bangunan konstruksi pada umumnya berdasarkan pada keadaan batas atau ultimit. 1. Beban Mati Beban mati merupakan berat struktur gedung itu sendiri, yang memiliki besar dan terdapat pada satu posisi tertentu. Berat sendiri struktur bangunan
yang kostan
beton bertulang adalah pelat,
balok, kolom, dinding, tangga, langit-langit, dan saliran air. Semua metode untuk menghitung beban mati adalah untuk menghitung elemen berdasarkan volume
didasarkan atas peninjauan berat suatu material yang terlibat
elemen tersebut. Struktur luar dari desain menggunakan elemen kaca sebagai
pembentuk dari struktur bangunan. Pembebanan elemen kaca harus diperhatikan, mengingat desain berbentuk oval yang mempunyai perhitungan lebih detail akibat kelengkungan dari struktur. 2. Beban Hidup Beban hidup adalah beban yang letaknya dapat berubah atau berpindah, beban ada ataupun tidak ada. Beban hidup pada perencana struktur adalah
beban
orang,
tersebut
dapat
barang-barang,
beban angin, ataupun mesin-mesin yang sedang bekerja pada struktur. Walaupun beban hidup ini dapat ada atau tidak, beban hidup harus bekerja perlahan-
tetap menjadi perhatian dala perancanaan karena beban tersebut
lahan dalam struktur.
3. Beban Gempa Gempa merupakan fenomena alam yang tidak dapat dihindari. Didunia ini banyak yang menjadi daerah langganan gempa. Indonesia merupakan salah satunya. yang merupakan daerah rawan gempa perlu memperhitungkan struktur. Menurut SNI-03-1726-2002 sub bab rencana yang harus ditinjau dalam gempa yang
daerah
Oleh karena itu daerah
beban gempa dalam desain semua jenis
4.1.1, peraturan ini menentukan pengaruh gempa
perencanaan struktur gedung. Gempa rencana merupakan beban
ditetapkan mempunyai periode ulang 500 tahun, agar probabilitas
terjadinya terbatas
pada 10% selama umur gedung 50 tahun.
Untuk struktur beton bertulang yang berada di wilayah rawan gempa harus didesain khusus sebagai struktur strong column weak beam (gambar 2.1). Yang bertujuan agar
kolom yang didesain harus lebih
kuat dari balok, agar jika saat terjadi gempa yang
walaupun
kerusakan yang cukup parah, kolom masih
cukup
kuat,
balok
mengalami
tetap berdiri dan mampu menahan beban-beban yang
bekerja.
Gambar 2.1 Strong column weak beam
Menurut peraturan SNI-03-1726-2002 sub bab 4.7.1 Indonesia ditetapkan terbagi wilayah gempa, dimana wilayah gempa 1 adalah wilayah dengan rasio dan wilayah gempa 6 dengan rasio kegempaannya
dalam 6
kegempaannya paling rendah,
paling tinggi.
Gambar 2.2 Peta wilayah gempa Indonesia Menurut peraturan SNI-03-1726-2002 untuk menentukan beban gempa diperlukan data-data antara lain : 1.
Faktor keutamaan (I) I = I1 • I2 dimana : I
=
faktor keutamaan
I1
=
faktor keutamaan untuk menyesuaikan periode ulang gempa berkaitan dengan penyesuaian probabilitas terjadinya gempa selama umur gedung.
I1
=
faktor keutamaan untuk menyelesaikan periode ulang gempa berkaitan dengan penyesuaian umur gedung.
Adapun faktor-faktor keutamaan I1, I2, I sebagai berikut :
Kategori Gedung
Faktor Keutamaan I1
I2
I
Gedung umum seperti untuk penghunian, perniagaan, dan perkantoran
1.0
1.0
1.0
Momen dan bangunan monumental
1.0
1.6
1.6
Gendung penting pasca gempa seperti rumah sakit, instalasi air bersih, pembangkit tenaga listrik, pusat penyelamatan dalam keadaan darurat, fasilitas radio dan televisi
1.4
1.0
1.4
Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya seperti gas, produk minyak bumi, asam, bahan beracun
1.6
1.0
1.6
Cerobong, tangki diatas menara
1.5
1.0
1.5
Tabel 2.1 Faktor keutamaan I untuk berbagai kategori gedung dan bangunan
2.
Faktor reduksi gempa (R) 1,6 ≤ R = μ • f1 ≤ Rm dimana : R =
faktor reduksi gempa
μ
=
faktor daktilitas untuk struktur gedung
f1
=
faktor kuat lebih beban beton dan bahan 1,6
Rm =
faktor reduksi gempa maksimum
Nilai R dan µ ditetapkan berdasarkan tabel : Taraf Kinerja Struktur Gedung
µ
R
Elastik Penuh
1.0
1.6
Daktail Parsial
1.5
2.4
2.0
3.2
2.5
4.0
3.0
4.8
3.5
5.6
4.0
6.4
4.5
7.2
5.0
8.0
5.3
8.5
Daktail Penuh
Tabel 2.2 Parameter Daktilitas Struktur Gedung
3.
Faktor respon gempa (C1) Nilai repon gempa didapat dari spektrum respon gempa rencana untuk
waktu getar alami fundamental (T) dari struktur gedung. Nilai tersebut bergantung pada : 1. Waktu getar alami struktur (T), dinyatakan dalam detik T = 0,06 H3/4
dimana : H =
tinggi struktur bangunan (m)
2. Nilai respons gempa juga tergantung dari jenis tanah. Berdasarkan SNI03-1726-2002, jenis tanah dibagi menjadi tiga bagian yaitu tanah keras, sedang dan lunak.
Tabel 2.3 Jenis-jenis tanah Berdasarkan SNI 03-1726-2002 nilai respons gempa bergantung pada waktu getar alami struktur dan kurvanya ditampilkan dalam spektrum respons gempa.
Gambar 2.3 Respons Spektrum Gempa Rencana (SNI 03-1726-2002)
2.2
Pelat Pelat merupakan suatu bagian struktur yang kaku secara khas terbuat dari material monolit yang
tingginya lebih kecil dibandingkan dengan dimensi-dimensi lainnya. Pelat dapat dianalisis sebagai grid-grid menerus. Pelat adalah elemen struktur beton bertulang yang secara langsung menahan beban-beban vertikal. Jika kita meninjau pelat dan memperhatikan bagaimana berbagai jenis pelat memberikan momen dan gaya geser internal yang mengimbangi momen
dan geser eksternal kita dapat mendapatkan lebih banyak manfaat dari pelat tersebut. Beban umum yang bekerja pada pelat mempunyai sifat banyak arah dan tersebar. Pelat dapat ditumpu diseluruh tepinya, atau hanya pada titik-titik tertentu atau campuran antara tumpuan menerus dan titik. Pelat sebagai penahan beban lateral, juga dapat menjadi bagian dari pengaku lateral struktur. Gaya dalam yang dominan dalam pelat adalah momen lentur, sehingga perancangan tulangannya relatif sederhana. Dalam perencanaan, pelat dapat dipermodelkan searah maupun dua arah Syarat-syarat untuk menentukan tebal minimum pelat (SK SNI T-15-1991-03) : Rumus 1
fy Ln 0,8 + 1500 h≥ (36 +9 β)
Rumus 2
fy Ln 0,8 + 1500 h≤ 36
Rumus 3
fy Ln 0,8 + 1500 h≥ 36 +5βαm −0,12 1 + 1 β
dimana : Ln
:
panjang bentang bersih pelat setelah dikurangi tebal balok (cm)
fy
:
tegangan leleh baja untuk pelat
h
:
tebal pelat
αm
:
koefisien jepit pelat
n
:
jumlah tepi pelat
β
:
Ln memanjang (cm) Ln melintang (cm)
Pada SK SNI T – 15 – 1991 – 03 pasal 3.6.6 mengijinkan untuk menentukan distribusi gaya dengan menggunakan koefisiensi momen yang dapat dilakukan dengan mudah. Untuk menentukan momen lentur maksimumnya dapat mempergunakan tabel 14 SK SNI T – 15 – 1991 – 03. Setelah menentukan syaratsyarat batas, bentang dan tabel pelat kemudian beban-beban dapat dihitung. Untuk pelat sederhana berlaku rumus :
Wu = 1,2 Wd + 1,6 Wl
Menurut SK SNI T – 15 – 1991 – 03 tebel 3.2.5 (b), batas lendutan maksimum adalah bentang. Lendutan yang terjadi akibat beban merata (Timoshenko dkk, 1998) adalah :
Ec ⋅ H 3 D= 2 12⋅Wu 1−µ α ⋅ b4 δ= D
(
dimana :
δ
= lendutan yang terjadi
α
= koefisien lendutan
Wu
= beton ultimate (kg/cm2)
μ
= nilai poison rasio
D
= momen akibat lentur untuk pelat (kg.cm)
)
480
Ec
= modulus elastisitas beton
h
= tebal pelat
b
= lebar pelat
2.3
Balok Balok adalah bagian dari struktur bangunan yang berfungsi untuk menopang lantai diatasnya. Balok
dikenal sebagai elemen lentur yaitu elemen struktur yang dominan memikul gaya dalam berupa momen lentur dan juga geser. Balok dapat terdiri dari balok anak (joint) dan balok induk (beam). Perencanaan balok beton bertulang bertujuan untuk menghitung tulangan dan membuat detail-detail konstruksi untuk menahan momen-momen lentur ultimit, gaya-gaya lintang, dan momen-momen puntir lengan cukup kuat. Kekuatan suatu balok lebih banyak dipengaruhi oleh tinggi daripada lebarnya. Lebarnya dapat sepertiga sampai setengah dari tinggi ruangan. Ada bebrapa hal yang perlu diperhatikan dan perlu menjadi pertimbangan dalam mendesain balok beton bertulang, yaitu :
1. Lokasi tulangan 2. Tinggi minimum balok 3. Selimut beton (concrete cover) dan jarak tulangan
2.3.1
Lokasi Tulangan Tulangan dipasang dibagian struktur yang membutuhkan, yaitu pada lokasi dimana beton tidak
sanggup melakukan perlawanan akibat beban, yakni di daerah tarik (karena beton lemah dalam menerima tarik). Sehingga dapat dilihat pada gambar serat yang tertarik.
Gambar 2.4 Balok diatas dua tumpuan
sedangkan pada balok kantilever dibutuhkan tulangan pada bagian atas, karena serat yang tertarik adalah pada bagian atas.
Gambar 2.5 Balok Kantilever
Untuk balok menerus diatas beberapa tumpuan, maka di daerah lapangan dibutuhkan tulangan dibagian bawah, sedangkan di daerah tumpuan dibutuhkan tulangan utama dibagian atas balok.
Gambar 2.6 Balok menerus
2.3.2 Tinggi Balok Untuk menentukan ukuran penampang menurut SNI Beton pada pasal 9.5 terdapat tabel tinggi minimum (Hmin) balok terhadap panjang bentang :
1 L 1. 16
2.
3.
4.
untuk balok sederhana (satu tumpuan)
1 L untuk balok menerus bentang ujung 18 .5 1 L 21
1 L 8
untuk balok menerus bentang tengah
untuk balok kantilever
Namun, sacara umum dimensi balok diperkirakan dengan :
H=
1 L sampai dengan 10
1 L dengan L = bentang pelat terpanjang. 12
Jika Hmin telah diketahui, dapat diperkirakan tinggi balok yang akan didesain.
B=
2.3.3
1 H sampai dengan 2
2 H dengan H = tinggi balok 3
Selimut Beton dan Jarak Tulangan Selimut beton adalah bagian terkecil yang melindungi tulangan. Fungsi dari selimut beton itu
sendiri untuk memberikan daya lekat tulangan ke beton, melindungi tulangan dari korosi, serta melindungi tulangan dari panas tinggi jika terjadi kebakaran (panas tinggi dapat menyebabkan menurun/hilangnya kekuatan baja tulangan secara tiba-tiba)
Gambar 2.7 Selimut Beton
Tebal minimum selimut beton adalah 40 mm ( SNI Beton pasal 9.7) Sedangkan jarak antar tulangan adalah ≤ 25 mm atau ≥ db dan ≥25 mm
Gambar 2.8 Jarak Antar Tulangan
Dalam SNI 03-2847-2002 disebutkan bahwa tebal selimut beton minimum yang harus disediakan untuk tulangan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
Tebal selimut No.
Kondisi Beton
minimum (mm)
1
Beton dicor langsung diatas tanah dan selalu berhubungan langsung dengan tanah
2
Beton yang berhubungan dengan tanah atau berhubungan dengan cuaca
3
75
> Batang D-19 hingga D-56…………………………………………………………..
50
> Batang D-16 jaringan kawat polos P16 atau kawat ulir D-16 dan yang lebih kecil……………………………………………………...………………………………...
40
Beton yang tidak berhubungan langsung dengan cuaca ateu beton tidak lansung berhubungan dengan tanah : > Pelat,dinding, pelat berusuk : Batang D-44 dan D-56………………………………………………………………..
40
Batang D-36 dan yang lebih kecil……………………..……………………………..
20
> Balok, kolom : Tulang utama, pengikat, sengkang, lilitan spiral……………………………………
40
> Komponen struktur cangkang, pelat lipat : Batang D-19 dan yang lebih besar…………………………………………………..
20
Batang D-16 jaring kawat polos P-16 atau ulir D-16 dan yang lebih kecil………
15
Tabel 2.4 Tebal selimut beton Untuk memeriksa kekakuan balok terhadap lendutan, lendutan maksimum yang terjadi pada tengah bentang bila balok dianggap sendi dan rol pada ujung-ujungnya (Timoshenko dkk, 1998) adalah :
δ=
dimana : L
= panjang bentang balok
E
= modulus elastisitas balok
I
= momen inersia balok
5 ⋅Wu ⋅ L4 384 ⋅ EI
Dalam merencanakan penulangan balok harus dapat memenuhi persyaratan dibawah ini : 1.
B > 0.3 H
2.
bmin > 25 cm
3.
ρmin ≤ ρ ≤ ρmaks
Menentukan tulangan tekan
As =δ < 1 As '
Koefisien balok dengan pelat, αm merupakan nilai rata-rata α untuk semua balok. Untuk mencari lebar efektif balok dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
beff = bw + 1 L1 + 1 L2 2 2
beff = bw + 8hf + 8hf beff =
2.4
L 8
Kolom Kolom merupakan batang tekan vertikal dari suatu rangka struktur yang memikul beban dari
balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang sangat memegang peranan penting dalam suatu struktur. Keruntuhan kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya lantai yang bersangkutan dan juga dapat terjadi keruntuhan total dalam seluruh struktur. Menurut SNI 03-1726-2002 pada pasal 10.8 mengatakan bahwa kolom harus direncanakan untuk memikul beban aksial terfaktor yang
bekerja pada semua lantai atau atap dan momen maksimum yang berasal dari beban terfaktor pada satu bentang terdekat dari lantai atau atap yang ditinjau. Kombinasi pembebanan yang menghasilkan rasio maksimum dari momen terhadap beban aksial juga harus diperhitungkan. Syarat-syarat dalam mendesain kolom antara lain : 1.
Kolom harus direncanakan untuk memikul beban aksial terfaktor yang bekerja pada
semua
lantai atau atap dan momen maksimum yang berasal dari beban terfaktor pada satu bentang terdekat dari lantai atau atap yang ditinjau. Kombinasi
pembebanan yang mengahasilkan rasio maksimum dari
momen terhadap beban aksial juga harus diperhitungkan. 2.
Pada konstruksi rangka atau struktur menerus, pengaruh dari adanya beban yang tak seimbang pada lantai atau atap terhadap kolom luar ataupun dalam harus
Demikian pula pengaruh dari beban eksentrisitas karena sebab 3.
diperhitungkan.
lainnyajuga harus diperhitungkan.
Dalam menghitung momen akibat bebabn gravitasi yang bekerja pada kolom,
terjauh kolom dapat dianggap terjepit, selama ujung-ujung tersebut
menyatu
ujung-ujung (monolit)
dengan
komponen struktur lainnya. 4.
Momen-momen yang bekerja pada setiap level lantai atau atap harus didistribusikan
kolom diatas atau dibawah lantai tersebut berdasarkan kekakuan relatif kolom
dengan
pada juga
memperhatikan kondisi kekangan pada ujung kolom. Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak runtuh. Beban bangunan dimulai dari atap dan akan diteruskan ke kolom. Keruntuhan kolom merupakan hal yang perlu dihindari dalam perncanaan struktur bangunan. Perencanaan kolom harus memperhatikan keadaan batas tegangan (kekuatan) dan kekakuan untuk menghindari deformasi berlebihan dan tekuk. Daktail tulangan yang benar dan penutup beton yang cukup adalah hal yang penting. Perbandingan
dari kolom tidak boleh dari b 0,4
h Syarat untuk menetukan dimensi kolom (Kusuma dan Andriono, 1996) yaitu :
Nu ≤ 0,2 fc ' Agross
Agross ≥
Nu 0,2 fc '
dimana : N u = Wu = beban ultimate yang dipikul kolom (kg) A gross
= luas kolom yang dibutuhkan (cm2)
Fc’
= mutu beton (Mpa)
Untuk batang-batang eksentrisitas yang sangat besar atau yang sangat kecil, pedoman mengatur ketentuan-ketentuan keamanan tambahan, yang akan dikemukakan dibawah ini.
Gambar 2.9 Diagram interaksi untuk tekan dengan lentur Pn dan Mn
Compression failure
= keruntuhan tekan
Tension failure
= keruntuhan tarik
Balanced failure
= keruntuhan seimbang
2.5
Kelengkungan Pada Struktur Pada desain struktur berbentuk oval ini, kelengkungan pada struktur luar (fasade) perlu
diperhatikan. Hal ini dikarenakan finishing bentuk luar dari bangunan menggunakan material dari kaca yang rentan terhadap pemuaian. Kelengkungan pada fasade struktur juga mempunyai rentan yang tinggi akibat getaran yang dapat menyebabkan elemen pecah atau patah. Kelengkungan bentuk luar (fasade) merupakan diambil dari busur lingkaran dengan jari-jari setengah dari diameter gedung yaitu sepanjang 22m, dan dengan titik pusat lingkaran berada pada lantai 5 struktur gedung. Dengan panjang oversteek pada tiap-tiap lantai mengikuti pendekatan . 2.6
Baja Tulangan Beton yang digunakan sebagai bahan utama dalam struktur sangat kuat menahan tekan, namun
tidak kuat dalam menahan tarik. Maka dari itu beton menggunakan tulangan baja dalam mengatasi masalah itu. Baja yang terdapat pada beton berfungsi untuk memikul tegangan tarik pada struktur. Agar penggunaan tulangan dapat berjalan dengan efektif, harus diusahakan agar tulangan dan beton dapat mengalami deformasi bersama-sama, yang bertujuan untuk agar ikat-ikatan yang cukup kuat diantara kedua material tersebut untuk memastikan tidak terjadinya gerakan relatif (slip) dari tulangan dengan beton yang terdapat disekelilingnya. Menurut peraturan SNI 03-2847-2002 pada pasal 5.5 mengatakan baja tulangan yang digunakan harus tulangan ulir, kecuali baja polos diperkenankan untuk tulangan spiral atau tendon.
Dalam perencanaan, sering digunakan tulangan yang bersifat balance reinforced atau tulangan yang berimbang, artinya tulangan leleh pada saat bersamaan dengan hancurnya beton. Perbedaan Over Reinforced dan Under Reinforced adalah : Over Reinforced
Under Reinforced
Tulangan banyak
Tulangan sedikit
Momen nominal (Mn) besar
Momen nominal (Mn) kecil
Garis netral besar
Garis netral kecil
Tulangan belum leleh saat beton hancur
Tulangan sudah hancur saat beton hancur
Keruntuhan tekan
Keruntuhan tarik Keruntuhan bersifat perlahan
Keruntuhan bersifat tiba-tiba
(didahului retak-retak)
Brittle failure
Dactile failure
Tabel 2.5 Perbedaan Over reonforced dan Under reinforced Dari dua kondisi tersebut, dalam perancangan beton bertulang tidak disarankan reinforced, perancangan didesain harus dalam kondisi
keruntuhan under reinforced.
Banyaknya tulangan ditunjukan oleh luas penampang tulangan (As)
ρ=
dalam
As b ×d
dimana : ρ
=
angka tulangan (tanpa dimensi)
As
=
luas tulangan
ρb
=
angka tulangan dalam keadaan seimbang (balance)
ρ > ρb =
over reinforced
kondisi
over
ρ > ρb =
under reinforced
dalam perancangan :
ρ < 0,75 ρb
ρb =
0,85 ⋅ fc '⋅β ⋅1 ( fy + 6000 )
Kapasitas momen akan meningkat dengan semakin banyaknya tulangan, tetapi tulangan yang semakin banyak juga akan menyebabkan penampang semakin besar yang akan menyebabkan over reinforced. Dalam perancangan, penampang dengan kapasitas besar akan tetapi tetap mengalami under reinforced. Cara terbaik untuk mengatasinya dengan menggunakan tulangan rangkap, tulangan atas (tekan) dan tulangan bawah (tarik).
2.7
Dasar-dasar Perencanaan Gedung Bertingkat Banyak Metode yang digunakan dalam menganalisa perencanaan bangunan pada Tugas Akhir ini yaitu,
Analisis beban statik ekuivalen dan Analisis dinamis. Umumnya untuk bangunan sederhana, simetris dan beraturan, metode statik ekuivalen cukup efektif digunakan.
2.7.1 Perbedaan Antara Beban Statik dan Beban Dinamik 1.
Analisis Beban Statik Ekuivalen Analisis beban statik ekuivalen adalah suatu cara analisa statik struktur,
pengaruh gempa pada struktur dianggap sebagai beban-beban statik
horizontal
dimana untuk
menirukan
pengaruh gempa yang sesungguhnya akibat pergerakan tanah. Analisis beban gempa statik ekuivalen
pada struktur gedung beraturan yaitu beban-beban gempa praktis
suatu cara analisis statik 3 dimensi linier dengan meninjau
statik ekuivalen, sehubungan dengan sifat struktur gedung beraturan yang
berperilaku sebagai struktur 2 dimensi, sehingga respon dinamiknya praktis hanya
ditentukan oleh respon ragamnya yang pertama dan dapat ditampilkan sebagai
akibat
dari
Setiap struktur gedung harus direncanakan dan dilaksanakan untuk menahan suatu beban
geser
beban gempa statik ekuivalen.
dasar akibat gempa dalam arah-arah yang ditentukan. Gaya lateral direncanakan dan dilaksanakan dan dilaksanakan untuk menahan suatu geser dasar akibat gempa (V) dalam arah-arah yang ditentukan. Besarnya
beban
beban lateral menurut
peraturan SNI-03-1726-2002 dapat dinyatakan sebagai berikut :
V =
dimana :
C1 ⋅1 Wt R
V
=
Gaya geser horizontal total akibat gempa
R
=
Faktor reduksi gempa
C1
=
Faktor respon gempa
1
=
Faktor keutamaan
Wt
=
Berat total bangunan termasuk beban hidup yang sesuai
Beban geser dasar nominal V harus dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung menjadi bebanbeban gempa nominal statik ekuivalen Fi yang menangkap pada pusat massa lantai-1 menurut persamaan :
Fi =
Wi ⋅ Z i n
∑Wi ⋅ Z i i =l
⋅V
dimana :
2.
Wi
=
Berat lantai tingkat-1
Zi
=
Ketinggian lantai
Analisis Beban Gempa Dinamik Analisa dinamik adalah untuk menetukan pembagian gaya geser tingkat akibat
tanah oleh gempa dan dapat dilakukan dengan cara analisa ragam spectrum
gerakan
respon atau dengan cara
analisa respon riwayat waktu. Salah satu aspek penting dalam analisa dinamik adalah periode dan pola getar yang menghasilkan frekuensi dan periode. Analisa dinamik harus dilakukan untuk struktur gedung-gedung berikut : 1.
Gedung-gedung yang tingginya lebih dari 40 m
2.
Gedung-gedung yang memiliki lebih dari 10 lantai
3.
Gedung-gedung yang strukturnya tidak beraturan
4.
Gedung-gedung yang bentuk, ukuran, dan peraturannya tidak umum
5.
Gedung-gedung dengan kekakuan tingkat yang tidak merata
alami,
Analisa dinamik yang ditentukan didasarkan atas prilaku struktur yang bersifat elastik penuh dengan meninjau gerakan gempa dalam satu arah. Salah satu aspek penting dalam analisa dinamik adalah periode dan pola getar alami. Dalam hal ini dapat dilakukan analisis modal untuk mode getaran dengan menggunakan eigenvector. Struktur dengan jumlah bentang dan kolom tersebar dapat diidealisasikan hubungan massa dan periode, sehingga dapat dianggap:
2.8
1.
Massa terpusat pada bidang lantai
2.
Balok pada lantai, kaku tak hingga dibandingkan kolom
3.
Deformasi struktur tak dipengaruhi gaya aksial yang terjadi pada struktur
Faktor Beban Ultimit Ketentuan desain gempa SNI 2847 memakai dasar desain kekuatan terbatas dan bukan desain
tingkat layan (elastis) Menurut SNI beton 2002 pasal 11.2 secara umum ada 6 macam kombinasi beban yang harus dipertimbangkan, 1.
1.4 D
2.
1.2 D + 1.6 L
3.
1.2 D + 1.0 L ± 1.0 (Ex ± 0.3 Ey)
4.
1.2 D + 1.0 L ± 1.0 (0.3 Ex ± Ey)
5.
0.9 D ± 1.0 (Ex ± 0.3 Ey)
6.
0.9 D ± 1.0 (0.3 Ex ± Ey) Beban gempa nominal E adalah kombinasi beban pada SNI 2847 ini, memakai
terfaktor = 1,0 karena E adalah beban Ultimate.
beban
2.9
Analisis Struktur Struktur dengan menggunakan beton bertulang berlantai banyak merupakan kombinasi dari balok,
kolom, pelat dan dinding yang dihubungkan satu sama lain untuk membentuk suatu kerangka monolitis. Setiap bagian harus mampu menahan gaya yang bekerja padanya. Analisis dimulai dengan menghitung seluruh beban yang dipikul oleh konstruksi, termasuk berat sendiri konstruksi. Selanjutnya parameter-parameter penampang seperti luas dan momen inersia dihitung. Gaya-gaya dapat dihitung dengan berbagai metode analisin struktur statis tak tentu, baik secara manual maupun software komputer. Pada Tugas Akhir ini digunakan program komputer ETABS. Beban yang terima struktur direncanakan sebagai pembebanan vertikal gravitasi dan pembebanan leteral gempa. Pembebanan vertikal gravitasi terdiri atas beban mati dan beban hidup.
BAB III METODELOGI PERENCANAAN
3.1
Langkah Kerja Dalam melakukan perencanaan struktur dengan menggunakan balok-balok kantilever dibuat
langkah kerja dalam bentuk flow chart atau bagan alur seperti dibawah ini :
MULAI
PENGUMPULAN DATA
DESAIN GAMBAR
• • •
• • •
PERENCANAAN AWAL Pelat Balok Kolom
PERHITUNGAN BEBAN MANUAL Beban Mati Beban Hidup Beban Gempa
: Tidak
:
ANALISA STRUKTUR DENGAN ETABS • Beban Mati • Beban Hidup • Beban Gempa
•
• •
Tidak
DESAIN TULANGAN LENTUR Pelat
PERIKSA TULANGAN Tulangan perlu < Tulangan terpasang
GAMBAR TULANGAN
3.2.1
Pengumpulan Data
:
Pelat Balok Kolom
Gambar 3.1 Bagan Alur Perencanaan
Metodologi Analisis
& GESER :
Balok Kolom
• • •
3.2
:
SELESAI
Pengumpulan data dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang akan diolah dalam perhitungan, data-data tersebut akan menjadi acuan dalam melakukan perencanaan struktur. Data-data yang dibutuhkan seperti kegunaan dari bangunan itu sendiri, lokasi struktur, jumlah lantai, tinggi lantai, tingkat daktalitas struktur, kuat tekan beton yang digunakan, tinggi leleh baja tulangan yang digunakan, modulus elastisitas, dan gambar struktur dari desain.
3.2.2
Desain Gambar Desain gambar bertujuan untuk mengetahui model dari desain struktur yang akan direncanakan.
Dalam tugas akhir ini penulis merencanakan denah gambar dengan permodelan gedung berbentuk oval (tube). Pemilihan bentuk tersebut dikarenakan karena penulis ingin mengamati perilaku dari stabilitas struktur terhadap gempa. Karena desain bentuk struktur yang mengecil dibagian bawah dan atas serta melebar dibagian tengahnya.
3.2.3
Desain Pendahuluan (Preeliminary Design) Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi rencana seperti pelat, balok, dan
kolom agar memperoleh suatu nilai yang optimal.
3.2.4
Menghitung Beban Dalam perhitungan beban, digunakan dua metode. Metode manual dan metode dengan
menggunakan software ETABS. Penggunaan dua metode ini dimaksudkan agar mendapatkan perhitungan beban yang lebih akurat dan teliti dalam perencanaan. Metode manual menggunakan cara konvensional dengan menerapkan rumus-rumus yang ada. Sedangkan metode dengan menggunakan software menggunakan permodelan struktur ETABS yang dihitung secara otomatis menurut beban-beban yang kita masukan.
3.2.5
Desain Tulangan Lentur dan Geser
1. Desain Balok Terhadap Lentur Jika balok dibebani secara bertahap mulai dari beban yang ringan sampai qu sebagai beban batas, penampang balok mengalami keadaan lentur. Proses peningkatan beban berakibat terjadinya korosi tegangan dan regangan yang berbeda pada tahapan pembebanan.
Gambar 3.2 Hubungan Tegangan dan Regangan Pada Beton Desain tulangan lentur ini bertujuan untuk mengetahui jumlah dan besar tulangan yang optimal dalam menahan gaya lentur. Sifat tulangan terlebih dahulu mencapai titik leleh sebelum kehancuran beton inilah yang dikehendaki dalam desain dan disebut perencanaan tulangan lemah penampang. Sebaliknya perencanaan tulang kuat didefinisikan bila terlebih dahulu beton mencapai tegangan batas sebelum terjadinya kelelehan baja tulangan. Desain dengan tulangan yang kuat sedapat mungkin dihindari dalam perencanaan, karena akan terjadi keruntuhan secara mendadak yang sifatnya destruktif dan berakibat fatal bagi pengguna. Jenis-jenis keruntuhan lentur Dengan data-data penampang yang didapat, mutu beton, dan tulangan yang digunakan, terdapat 3 kemungkinan keruntuhan yang akan terjadi 1. Keruntuhan tarik (under reinforced)
Pada keruntuhan ini tulangan mencapai tegangan lelehnya terlebih dahulu, setelah itu beton baru mencapai regangan batasnya, kemudian struktur runtuh.
2. Keruntuhan tekan (over reinforced) Keruntuhan tekan diakibatkan karena penggunaan tulangan yang terlalu banyak, sehingga beton akan hancur terlebih dahulu. Keruntuhan ini harus dihindari dalam perencanaan karena keruntuhan ini bersifat tiba-tiba.
3. Keruntuhan seimbang (ballance) Pada keruntuhan ini, tulangan baja dan beton secara bersama-sama mencapai regangan batasnya. Jenis keruntuhan ini juga harus dihindari dalam perencanaan karena bersifat tiba-tiba.
2. Desain Balok Terhadap Geser dan Torsi Kekuatan tarik beton jauh lebih kecil dibandingkan dengan kekuatan tekannya, maka dari itu desain terhadap geser merupakan hal yang sangat penting dalam struktur beton. Perilaku balok pada keadaan runtuh karena geser sangat berbeda dengan keruntuhan lentur. Balok yang terkena keruntuhan geser akan langsung runtuh tanpa adanya peringatan terlebih dahulu, selain itu retak diagonalnya lebih besar dibandingkan dengan retak lenturnya. Oleh sebab itu desain balok tehadap gaya geser harus diperhitungkan secara teliti. Gaya geser dirancang berdasarkan momen ekstrim dan gaya lintang pada balok yang mengalami pembebanan yang paling ekstrim. Balok selain menerima gaya geser juga menerima beban torsi yang didalam sistem struktur dapat digolongkan atas dua tipe yaitu torsi statis tertentu dan torsi statis tak tentu. Statis tertentu jika jumlah dari torsi yang harus dipikul bisa memenuhi persyaratan statika dan bebas dari kekakuan unsur. Sedangkan torsi tak tentu terjadi dalam keadaan dimana tidak akan ada torsi kalau ketidaktentuan statika dihilangkan. Perencanaan Balok Terhadap Geser Perencanaan penampang akibat geser harus didasarkan pada : Vu ≤ Ø V n Dimana Vu adalah gaya geser terfaktor pada penampang yang ditinjau dan V n adalah kuat geser nominal yang dihitung dari :
Vn = Vc + Vs Vc = kuat geser nominal yang disumbangkan beton Vs = kuat geser nominal yang disumbangkan oleh tulangan geser
Hal yang harus dipenuhi dalam menetukan kuat geser : 1.
Untuk kuat geser Vn harus memperhitungkan pengaruh setiap bukaan pada
komponen
struktur. 2.
Untuk kuat geser Vu dimana berlaku pengaruh regangan aksial tarik yang disebabkan oleh rangkak dan susut pada komponen struktur yang terkekang, maka harus diperhitungkan pengaruh tarik tersebut pada pengurangan kuat geser.
Perencanaan Balok Terhadap Torsi Kuat momen torsi dalam merencanakan penampang terhadap torsi harus didasarkan kepada : Tu ≤ Ø Tn Dimana Tu merupakan torsi terfaktor pada penampang yang ditinjau, sedangkan Tn adalah kuat momen torsi nominal yang harus dihitung dengan : Tn = Tc + Ts Ts = kuat momen torsi nominal yang disumbangkan oleh beton.
Dalam menentukan penulangan pada balok dapat dibedakan menjadi dua bagian diantaranya :
1. Tulangan dipasang simetris pada dua sisi penampang kolom. 2. Tulangan dipasang sama rata pada sisi-sisi penampang kolom.
1.
Desain Kolom Terhadap Aksial dan Lentur
Perencanaan suatu kolom terutama didasarkan pada kekuatan dan kekakuan penampang lintangnya terhadap beban aksial dan momen lentur. Kolom tersebut harus memiliki kekakuan yang sedemikian rupa, sehingga kekuatan dalam kombinasi beban aksial dan lentur ini harus memenuhi persamaan keserasian tegangan dan regangan. Serta berdasarkan beban kombinasi yang paling ekstrim yang terjadi pada kolom. Pada situasi pembebanan lentur dengan gaya aksial harus terjadi kesetimbangan ∑H = 0, sehingga didapat persamaan : ØP
= Ø (Cc + Cs – Ts)
Ø
= koefisien reduksi (fc’ ≤ 30 Mpa Ø = 0,85) (30 Mpa ≤ fc’ ≤ 58 Mpa Ø = 0.85 – 0.05/7 (fc’ – 30) (fc’ ≥ 58 Mpa Ø = 0,65)
ØP
= Ø (0.81 fc’ · a · b + As’ · Es · ε’s – fy · As)
Sesuai dengan syarat kesetimbangan momen ∑M=0, maka didapat persamaan : ØM
= Ø (Cc + Cs – Ts)
ØM
= Ø {Cc(0.5 – 0.5a) + Cs(0.5h – d’) – Ts (0.5h – ds)}
ØM
= Ø {[0.81 fc’·a·b(0.5h – 0.5a)] + [As’·Es·ε’s(0.5h-d’)] – [fy·As(0.5h – ds)]
Pada SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.14.4 menetapkan batasan untuk gaya yang bekerja pada beban yang mengalami beban lentur dan aksial. Pada pasal tersebut menjelaskan bahwa komponen struktur rangka yang mengalami beban aksial dan lentur harus : 1. Untuk penampang yang berdimensi pendek yang telah diukur pada satu garis lurus melalui titik berat penampang tidak boleh kurang dari 300 mm. 2. Perbandingan rasio dimensi penampang terpendek terhadap dimensi yang tegak lurus terhadapnya tidak boleh kurang dari 0,4. 3. Untuk rasio tinggi kolom terhadap dimensi penampang kolom yang terpendek tidak boleh lebih besar dari 25. Nila pada kolom tersebut mengalami momen yang dapat berbalik tanda, rasionya tidak boleh lebih besar dari 16. Sedangkan pada kolom kantilever rasionya tidak boleh lebih dari 10. Penggunaan grafik pada grafik 6.2 CUR 4 (terdapat pada lampiran) dapat juga dilakukan dalam membantu perhitungan desain maupun analisa, terutama pada saat penulangan isi kolom, dimana dari grafik tersebut didapat perbandingan antara luas total penampang dengan luas tulangan.
4. Penulangan Pada Pelat Perhitungan penulangan pada pelat dimodelkan seperti perhitungan tulangan pada balok, diasumsikan lebar balok dianggap 1 meter. Dengan menggunakan perbandingan antara sisi panjang dan sisi pendek pada pelat.
Ly Lx
=
Mlx
= 0,001 × Wu × Lx2 × x
Mly
= 0,001 × Wu × Lx2 × x
Mtx
= -0,001 × Wu × Lx2 × x
Mty
= 0,001 × Wu × Lx2 × x
Diambil Momen terbesar (Mmax) = Mu Mn
=
Mu
φ
Tebal pelat minimum (hmin)
1 ⋅L (didapat h) 20 =
Penutup beton tebalnya ditentukan berdasarkan Tabel 3 CUR mis. untuk Ø < 16 mm, tebal pelat = 40 mm gunakan
M n b ⋅d 2
Tentukan nilai ρ berdasarkan grafik dan tabel perencanaan beton bertulang (CUR.4) tabel 5.2 As
= ρ · b · d · 106
→ didapatkan tulangan (As terpasang = ...... mm2)
Cek : Terhadap rasio tulangan max dan min ρ=
As b ⋅d
→ ρmin ≤ ρ ≤ ρmax (ok!!!)
Terhadap lendutan Lendutan yang terjadi harus lebih kecil dari lendutan ijin (L/240)
3.2.6
Gambar Tulangan Gambar tulangan adalah hasil atau produk yang keluar dari desain perencanaan yang dibuat.
Gambar tulangan bertujuan untuk memudahkan pekerja dalam membuat atau menjadikan hasil perhitungan kita ke dalam lapangan. Gambar tulangan merupakan gambar dari penulangan pelat, kolom, dan balok.
BAB IV ANALISA STRUKTUR
4.1
Data-data Struktur
Pada bab ini akan membahas tentang analisa struktur dari struktur bangunan yang direncanakan serta spesifikasi dan material yang digunakan. 1. Bangunan direncanakan akan digunakan sebagai Perkantoran 2. Struktur direncanakan dengan tingkat daktilitas penuh 3. Bangunan 10 lantai 4. Lokasi struktur berada di wilayah gempa 5 5. Sistem pelat yang digunkan adalah konvensional 6. Kuat tekan beton fc’
= 25 Mpa atau 250 kg/cm2
7. Tinggi lantai 1-10
=4m
8. Tegangan leleh tulangan baja fy = 270 Mpa
9. Modulus elastistas beton Ec
4.2
= 4700 fc' Mpa = 4700 27 = 23500000
Perencanaan Awal (Preliminary Design)
Perhitungan perencanaan awal ini bertujuan untuk menghitung dimensi rencana struktur seperti pelat, balok, dan kolom agar memperoleh suatu nilai yang optimal.
4.2.1 Pra Rencana Pelat
A B C D E F G H I 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Gambar 4.1 Denah Lantai
6000 mm
6000 mm Gambar 4.2 Dimensi Satu Pelat
Menentukan Koefisien Jepit Pelat (αm) Koefisien jepit pada pelat merupakan nilai rata-rata αm untuk semua balok pada tepi suatu panel. α1
α2
α4
6000 mm
α3 6000 mm Gambar 4.3 Diagram letak α
Untuk α 1 (asumsi tebal pelat 120 mm) be
ht
ha
bo Balok dengan 2 ujung menerus ht > l21=600021=285,7 mm diambil ht = 400 mm bo = 250 mm
be < 14×6000=1500 mm be < bo+6000+2502+6000-2502= 6000 mm
ambil yang terkecil
be =
1500 mm be < bo + 8 (120) + 8 (120) = 2120 mm C
1
= 112[1+(1500250-1)(120400)
3
+3150250-11-12040021204001+1500250-
1(120400)=0,17
I2b = C1 ∙ bo ∙ht3 = 0,17∙250∙4003=2.720.000.000 mm4 I2p = 112∙5000∙1203=720.000.000 mm4 ∴α1=I2bI2p=2.720.000.000720.000.000=3,78
Untuk α 2 (asumsi tebal pelat 120 mm) be
ht
ha
bo Balok dengan 2 ujung menerus ht > l21=600021=285,7 mm diambil ht = 400 mm bo = 250 mm be < 14×6000=1500 mm be < bo+6000+2502+6000-2502= 6000 mm be < bo + 8 (120) + 8 (120) = 2120 mm C
1
= 112[1+(1500250-1)(120400)
ambil yang terkecil be = 1500 mm
3
+3150250-11-12040021204001+15002501(120400)=0,17
I2b = C1 ∙ bo ∙ht3 = 0,17∙250∙4003=2.720.000.000 mm4 I2p = 112∙6000∙1203=864.000.000 mm4 ∴α2=I2bI2p=2.720.000.000864.000.000=3,15
Karena panjang bentang sama maka α 2 = α 3 = α 4 = 3,15 α rata-rata = 3,78+3,15+3,15+3,154=3,31
fy = 270 Mpa ℓ n = bentang bersih terpendek pelat = 4 m = 4000 mm β = 60006000=1 α m = 3,31 > 2,0 h ≥ l(0,8+fy1500)36+9β=4000(0,8+2701500)36+9 (1)=87,1 mm
Maka h = 120 mm (Tebal Pelat) Dalam perhitungan awal tebal pelat diasumsikan 120 mm, dan memenuhi syarat untuk digunakan. Namun penulis mengambil tebal pelat 90 mm agar menjadi lebih efisien dan walaupun tebal pelat dikurangi tetap memenuhi syarat. Periksa Kekakuan Pelat Terhadap Lendutan (δ) ➢ Pelat Bagian Tengah Pembebanan Ultimit Pada Lantai Beban Mati Tebal Pelat
:
0,12 m x 24 KN/m2
=
2,88KN/m2
Berat Penutup Lantai
:
(Keramik + Semen)
=
0,175KN/m2
Berat Plafon + Rangka
:
0,11 KN/m2 + 0,07 KN/m2 = 0,18 KN/m2
+ =
2,515KN/m2
=
2,5KN/m2
Beban Hidup Gedung diperuntukan untuk perkantoran
Wu = 1,2 qd + 1,6 ql = 1,2 (2,515) + 1,6 (2,5) = 7,018 KN/m2 Momen Lentur Pelat (D)
D = E∙h312(1-μ2)=23.500.000∙0,1212(1-0,22)=183593,75
Lendutan Pada Pelat (δ) δ=α∙Wu∙b4D=3,31∙7,018∙6183593,75=0,00076
Lendutan izin maksimum δizin=L480=6480=0,0125 δ<δizin ∴ Maka tebal pelat 120 mm dapat digunakan pada pelat bagian tengah
➢ Pelat Bagian Pinggir (Kantilever) Pembebanan Ultimit Pada Lantai Beban Mati Tebal Pelat
:0,12 m x 24 KN/m2
=
2,88 KN/m2
Berat Penutup Lantai
:(Keramik + Semen)
=
0,175KN/m2
Berat Plafon + Rangka :0,11 KN/m2 + 0,07 KN/m2
=
Berat Kaca
=
0,18 KN/m2 0,1
KN/m2
+
=
2,615KN/m2
=
2,5 KN/m2
Beban Hidup Gedung diperuntukan untuk perkantoran
Wu = 1,2 qd + 1,6 ql = 1,2 (2,615) + 1,6 (2,5) = 7,138 KN/m2 Momen Lentur Pelat (D) D = E∙h312(1-μ2)=23.500.000∙0,1212(1-0,22)=183593,75
Lendutan Pada Pelat (δ) δ=α∙Wu∙b4D=3,31∙7,138∙6183593,75=0,00052
Lendutan izin maksimum δizin=L480=4480=0,0083 δ<δizin
Maka tebal pelat 120 mm dapat digunakan pada pelat kantilever 4.2.2 Pra Rencana Balok Balok Lantai 5 ( Ekstrim) ➢ Bentang Balok As. E
1
2
4m
3
6m
4
6m
5
6m
6
6m
7
6m
8
6m
Gambar 4.4 Bentang Balok Pada As. E
9
4m
Perkiraan awal ukuran penampang Balok 1 – 2 dan 8 – 9 merupakan balok kantilever hmin=L8=40008=500 mm
Balok 2 – 3, 3 – 4, 4 – 5, 5 – 6, 6 – 7, 7 – 8 merupakan balok dengan dua ujung menerus hmin=L18,5=600018,5=324,32 mm
Ambil yang terbesar h = 500 mm b = 250 mm Beban Balok ○ Bagian Tengah
Beban Mati Tebal Pelat
:0,12 m x 24 KN/m2
=
2,88
KN/m2
Berat Penutup Lantai
:(Keramik + Semen)
=
0,175
KN/m2
Berat Plafon + Rangka :0,11 KN/m2 + 0,07 KN/m2 = 0,18
KN/m2
+ = Beban Hidup
:
2,5 KN/m2
Wu
:
1,2 (qD)
2,515 KN/m2
+ 1,6 (qL)
1,2 (2,515) + 1,6 (2,5) = 7,018 KN/m2
○
Bagian Pinggir (Kantilever)
Beban Mati Tebal Pelat
:0,12 m x 24 KN/m2
=
2,88
KN/m2
Berat Penutup Lantai
:(Keramik + Semen)
=
0,175
KN/m2
Berat Plafon + Rangka :0,11 KN/m2 + 0,07 KN/m2 = 0,18 Berat Kaca
=
0,1
KN/m2 KN/m2
+ =
Beban Hidup
:
2,5 KN/m2
Wu
:
1,2 (qD)
2,615 KN/m2
+ 1,6 (qL)
1,2 (2,615) + 1,6 (2,5) = 7,138 KN/m2
4m
6m
6m
6m
6m
6m
6m
4m
6m
6m
Gambar 4.5 Penyebaran Pembebanan Pada As. E Pembebanannya :
q1
q3
q5
q7
q9
q2
q4
q6
q8
q10
q11 q12
q13 q14
q15 q16
Gambar 4.6 Penyebaran Beban Pada As.E
q1
= qD=2,615∙42=5,23 kNm qL=2,5∙42=5 kNm
q1=q2=q15= q16=qD=5,2 3 kNm qL=5 kNm q3
= qD=2,515∙62=7,545 kNm qL=2,5∙62=7,5 kNm qD q q1 q2 q3 q4 q5 q6 q7 q8 q9 q10 q11 q12 q13 q14 q15 q16
qL
(kNm) (kNm) 5,23 5 5,23 5 7,545 7,5 7,545 7,5 7,545 7,5 7,545 7,5 7,545 7,5 7,545 7,5 7,545 7,5 7,545 7,5 7,545 7,5 7,545 7,5 7,545 7,5 7,545 7,5 5,23 5 5,23
5
Tabel 4.1 Tabel Besar Pembebanan Balok As. E
Dengan menggunakan SAP 2000 diperoleh nilai dari Mu=102,75 × 106 Nmm bd2≥Mu∅fc'w(1-0,59w) diasumsikan
ρ=0,01 angka rasio tulangan ekonomis ω= ρ∙fyfc' ω= 0,01∙27025=0,108 sehingga
bd2=102,75 ×1060,8∙25∙0,108(1-0,59∙0,108)=5,1 × 107 jika
b = 300 mm → d = 450 mm
Tulangan diasumsikan dipasang 1 lapis, maka : h = d + 65 mm = 450 mm + 65 mm = 515 mm ≈ 600 mm Maka dimensi balok yang digunakan `
b = 300 mm h = 600 mm
Periksa Kekakuan Balok Terhadap Lentur δ5 ∙ Wu ∙ L4384 ∙E ∙I I = Momen Inersia Balok I = 112∙b∙h3 = 112∙300∙6003=5.400.000.000 mm4=540000 cm4 Untuk balok bagian tengah δ=5 ∙70,18 ∙ 6004384∙23.500.000 ∙540000=0,017
Lendutan izin balok (δizin)=400480=0,83 δ < δizin Maka pada balok tengah memenuhi syarat kekakuan Untuk balok bagian pinggir (kantilever) δ=71,38 ∙ 400430∙23.500.000 ∙292933,33=0,0088 Cek Lendutan Pada Balok Kantilever Dengan Metode Conjugate Beam
q = 523 kg/cm A
R= l · q
B
4m
q = 523 kg/cm A
R = 400
· 523 = 209200 kg/cm
400 cm
B
M ' = R' · 300 = 8367 x 10 B
R' =
1 3
·
6
·
·
400 cm
δ = MBEI=8367 ∙106235000∙540000=0,066 Lendutan izin balok (δizin)=400480=0,83 δ < δizin Maka pada balok kantilever memenuhi syarat kekakuan
∴ Dimensi balok yang digunakan pada As. E adalah 300/600
➢ Bentang Balok As. C (Panjang Kantilever 6m)
1
2
6m
3
6m
4
6m
5
6m
6
6m
7
6m
Gambar 4.7 Bentang Balok Pada As. C
Perkiraan awal ukuran penampang Balok 1 – 2 dan 6 – 7 merupakan balok kantilever
hmin=L8=60008=750 mm
Balok 2 – 3, 3 – 4, 4 – 5, 5 – 6 merupakan balok dengan dua ujung menerus hmin=L18,5=600018,5=324,32 mm
Ambil yang terbesar h = 750 mm b = 375 mm Beban Balok ○ Bagian Tengah Beban Mati Tebal Pelat
:0,12 m x 24 KN/m2
=
2,88
KN/m2
Berat Penutup Lantai
:(Keramik + Semen)
=
0,175
KN/m2
Berat Plafon + Rangka :0,11 KN/m2 + 0,07 KN/m2 = 0,18
KN/m2
+ = Beban Hidup
:
2,5 KN/m2
Wu
:
1,2 (qD)
2,515 KN/m2
+ 1,6 (qL)
1,2 (2,515) + 1,6 (2,5) = 7,018 KN/m2
○
Bagian Pinggir (Kantilever)
Beban Mati Tebal Pelat
:0,12 m x 24 KN/m2
=
2,88
KN/m2
Berat Penutup Lantai
:(Keramik + Semen)
=
0,175
KN/m2
Berat Plafon + Rangka :0,11 KN/m2 + 0,07 KN/m2 = 0,18
KN/m2
Berat Kaca
KN/m2
=
0,1
+ =
Beban Hidup
:
2,5 KN/m2
Wu
:
1,2 (qD)
2,615 KN/m2
+ 1,6 (qL)
1,2 (2,615) + 1,6 (2,5) = 7,138 KN/m2
6m
6m
6m
6m
6m
6m
6m
6m
Gambar 4.8 Penyebaran Pembebanan Pada As. C
Pembebanannya
q1
q2
q3 q4
q5 q6
q7 q8
q9 q10
Gambar 4.9 Penyebaran Beban Pada As.C
q11 q12
q1
= qD=2,615∙62=7,845 kNm qL=2,5∙62=7,5 kNm
q1=q2=q11= q12=qD=7,845 kNm qL=7,5 kNm q3
= qD=2,515∙62=7,545 kNm qL=2,5∙62=7,5 kNm
q q1 q2 q3 q4 q5 q6 q7 q8 q9 q10 q11 q12
qD
qL
(kNm) 7,845 7,845 7,545 7,545 7,545 7,545 7,545 7,545 7,545 7,545 7,845 7,845
(kNm) 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5
Tabel 4.2 Tabel Besar Pembebanan Balok As. C
Dengan menggunakan SAP 2000 diperoleh nilai dari Mu=222,98 × 106 Nmm bd2≥Mu∅fc'w(1-0,59w) diasumsikan ρ=0,01 angka rasio tulangan ekonomis ω= ρ∙fyfc' ω= 0,01∙27025=0,108
sehingga bd2=222,98×1060,8∙25∙0,108(1-0,59∙0,108)=1,1 × 108 jika
b = 375 mm → d = 545 mm
Tulangan diasumsikan dipasang 1 lapis, maka : h = d + 65 mm = 545 mm + 65 mm = 610 mm
Maka dimensi balok yang digunakan `
b = 400 mm h = 650 mm
Periksa Kekakuan Balok Terhadap Lentur δ 5Wu ∙ L4384 ∙E ∙I I = Momen Inersia Balokh I = 112∙b∙h3 = 112∙375∙6103=7.093.156.250 mm4=709315,63 cm4 Untuk balok bagian tengah δ=5 ∙70,18 ∙ 6104384∙23.500.000 ∙709315,63=0,0076 Lendutan izin balok (δizin)=400480=0,83 δ < δizin Maka pada balok tengah memenuhi syarat kekakuan
Untuk balok bagian pinggir (kantilever) δ=71,38 ∙ 610430∙23.500.000 ∙709315,63=0,0198 Lendutan izin balok (δizin)=400480=0,83 δ < δizin Maka pada balok kantilever memenuhi syarat kekakuan
Cek Lendutan Pada Kantilever Dengan Conjugate Beam
q = 750 kg/cm B
R= l · q
A
6m
q = 750 kg/cm A
B
R = 600 · 750 = 450000 kg/cm
600 cm
M ' = R' · 4,5 = 4,05 x 10 B
R' =
1 3
·
·
8
·
600 cm
δ = MBEI=4,05 ∙108235000∙709315,64=0,0245
∴ Dimensi balok yang digunakan pada As. C adalah 375/600
➢ Bentang Balok As. B (Panjang Kantilever 6,65 m)
1
2
6,65m
3
6m
4
6m
5
6,65m
Gambar 4.10 Bentang Balok Pada As. B
Perkiraan awal ukuran penampang Balok 1 – 2 dan 4 – 5 merupakan balok kantilever hmin=L8=66508=831,25 mm ≈835 mm
Balok 2 – 3, 3 – 4 merupakan balok dengan dua ujung menerus hmin=L18,5=600018,5=324,32 mm
Ambil yang terbesar h = 835 mm b = 420 mm
Beban Balok ○ Bagian Tengah
Beban Mati Tebal Pelat
:0,12 m x 24 KN/m2
=
2,88
KN/m2
Berat Penutup Lantai
:(Keramik + Semen)
=
0,175
KN/m2
Berat Plafon + Rangka :0,11 KN/m2 + 0,07 KN/m2 = 0,18
KN/m2
+ = Beban Hidup
:
2,5 KN/m2
2,515 KN/m2
Wu
:
1,2 (qD)
+ 1,6 (qL)
1,2 (2,515) + 1,6 (2,5) = 7,018 KN/m2 ○
Bagian Pinggir (Kantilever)
Beban Mati Tebal Pelat
:0,12 m x 24 KN/m2
=
2,88
KN/m2
Berat Penutup Lantai
:(Keramik + Semen)
=
0,175
KN/m2
Berat Plafon + Rangka :0,11 KN/m2 + 0,07 KN/m2= 0,18 Berat Kaca
=
0,1
KN/m2 KN/m2
+ = Beban Hidup
:
2,5 KN/m2
Wu
:
1,2 (qD)
2,615 KN/m2
+ 1,6 (qL)
1,2 (2,615) + 1,6 (2,5) = 7,138 KN/m2
6,65 m
6m
6m
6,65 m
6m
6m
Gambar 4.11 Penyebaran Pembebanan Pada As. B
Pembebanannya
q1
q2
q3 q4
q5 q6
q7 q8
Gambar 4.12 Penyebaran Beban Pada As.B
q1
= qD=2,615∙6,652=8,7 kNm qL=2,5∙6,652=8,3 kNm
q1=q2=q7= q8=qD=8,7 kNm qL=8,3 kNm
q3 = qD=2,515∙62=7,545 kNm qL=2,5∙62=7,5 kNm
q q1 q2 q3 q4 q5 q6 q7 q8
qD (kNm) 8,7 8,7 7,545 7,545 7,545 7,545 8,7 8,7
qL (kNm) 8,3 8,3 7,5 7,5 7,5 7,5 8,3 8,3
Tabel 4.3 Tabel Besar Pembebanan Balok As. B
Dengan menggunakan SAP 2000 diperoleh nilai dari Mu=370,18× 106 Nmm bd2≥Mu∅fc'w(1-0,59w) diasumsikan ρ=0,01 angka rasio tulangan ekonomis ω= ρ∙fyfc'
ω= 0,01∙27025=0,108 sehingga bd2=370,18×1060,8∙25∙0,108(1-0,59∙0,108)=1,83 × 108 jika
b = 420 mm → d = 660 mm
Tulangan diasumsikan dipasang 1 lapis, maka : h = d + 65 mm = 660 mm + 65 mm = 725 mm Maka dimensi balok yang digunakan `
b = 450 mm h = 750 mm
Periksa Kekakuan Balok Terhadap Lentur δ5 ∙ Wu ∙ L4384 ∙E ∙I I = Momen Inersia Balok I = 112∙b∙h3 = 112∙420∙7203=940584960 cm4 Untuk balok bagian tengah δ=5 ∙70,18 ∙ 7204384∙23.500.000 ∙940584960=0,00011 Lendutan izin balok (δizin)=400480=0,83 δ < δizin Maka pada balok tengah memenuhi syarat kekakuan Untuk balok bagian pinggir (kantilever) δ=71,38 ∙ 720430∙23.500.000 ∙940584960=0,000029 Lendutan izin balok (δizin)=400480=0,83 δ < δizin Maka pada balok kantilever memenuhi syarat kekakuan
∴ Dimensi balok yang digunakan pada As. B adalah 450/750
4.2.3 Pra Rencana Kolom Dengan mempertimbangkan keekonomisan struktur, dimensi kolom dibagi dalam 3 bagian, yaitu dengan pembagian 1-3, 4-7, 8-10.
1. Pra Rencana Kolom Lantai 8-10 Kolom Tengah a. Pembebanan Lantai Atap Beban Mati (Pd10) Berat sendiri pelat = 6 × 6 × 0,12 × 24 KN/m2
= 77,76 KN
= (6+6) × 0,25 × (0,55 – 0,09) × 24
Berat sendiri balok
= 33,12 KN
Berat plafond
= 6 × 6 × (0,11 + 0,07)
= 6,48 KN
Aspal
= 6 × 6 × 0,14 × 7 KN/m2
= 35,28 KN + Pd10 =152,64KN
Beban Hidup (Pl10) Beban hidup atap
=
6 × 6 × 1 KNm2
Pl10
= 36
KN
Pu10 = 1,2 (Pd10) + 1,6 (Pl10) = 1,2 (152,64) + 1,6 (36) = 240,77 KN b. Pembebanan Lantai 9 Beban Mati (Pd9) Berat sendiri pelat = 6 × 6 × 0,12 × 24 KN/m2 Berat sendiri balok
=(6+6) × 0,25 × (0,55 – 0,09) × 24
= 77,76 KN = 33,12 KN
Berat plafond
=6 × 6 × (0,11 + 0,07)
Berat penutup lantai
= 6,48 KN
=6 × 6 × 0,007 × 25 KN/m2
= 6,3
KN +
Pd9
=123,66KN
Beban Hidup (Pl9) Gedung diperuntukan untuk kantor
=6 × 6 × 2,5
Pl9 = 90
KN
Pu9 = 1,2 (Pd9) + 1,6 (Pl9) + Pu10 = 1,2 (123,66) + 1,6 (90) + 240,77 = 533,162 KN
c. Pembebanan Lantai 8 Beban Mati (Pd8) (Pd8) = (Pd9) = 123,66 KN (Pl8) = (Pl9) = 90 KN Pu8 = 1,2 (Pd8) + 1,6 (Pl8) + Pu9 = 1,2 (123,66) + 1,6 (90) + 533,162 = 825,55 KN
Penentuan Ukuran Kolom Dari data diatas, dapat dihitung dimensi dari kolom dengan menggunakan Ag≥ Pu80,1 (fc'+ρ∙fy)=825,55∙103N0,1(25+0,01∙270)=298032,491 mm2
Kolom yang digunakan adalah kolom persegi b = h b= 298032,491 mm2=545,9 mm ∴ ukuran kolom tengah yang digunakan pada lantai 8-10 adalah 550/550
Kolom Pinggir a. Pembebanan Lantai Atap Beban Mati (Pd10) Berat sendiri pelat = 6 × 7 × 0,12 × 24 KN/m2
= 90,72 KN
= (6+7) × 0,25 × (0,52 – 0,09) × 24
Berat sendiri balok
= 33,54 KN
Berat plafond
= 6 × 7 × (0,11 + 0,07)
= 7,56 KN
Aspal
=6 × 7 × 0,14 × 7 KN/m2
= 41,16 KN + Pd10 =172,98KN
Beban Hidup (Pl10) Beban hidup atap
=
6 × 7 × 1 KNm2
Pl10
= 42
KN
Pu10 = 1,2 (Pd10) + 1,6 (Pl10) = 1,2 (172,98) + 1,6 (42) = 274,78 KN
b. Pembebanan Lantai 9 Beban Mati (Pd9) Berat sendiri pelat = 6 × 7 × 0,12 × 24 KN/m2 Berat sendiri balok Berat plafond
= 90,72 KN
= (6+7) × 0,25 × (0,52 – 0,09) × 24
= 6 × 7 × (0,11 + 0,07)
Berat penutup lantai
= 33,54 KN
= 7,56 KN
= 6 × 7 × 0,007 × 25 KN/m2
= 7,35 KN +
Pd9
=139,17KN
Beban Hidup (Pl9) Gedung diperuntukan untuk kantor
= 6 × 7 × 2,5 KN/m2Pl9 = 105
KN
Pu9 = 1,2 (Pd9) + 1,6 (Pl9) + Pu10 = 1,2 (139,17) + 1,6 (105) + 274,78 = 609,784 KN
c. Pembebanan Lantai 8 Beban Mati (Pd8) (Pd8) = (Pd9) = 139,17 KN (Pl8) = (Pl9) = 105 KN Pu8 = 1,2 (Pd8) + 1,6 (Pl8) + Pu9 = 1,2 (139,17) + 1,6 (105) + 609,784 = 944,79 KN Penentuan Ukuran Kolom Dari data diatas, dapat dihitung dimensi dari kolom dengan menggunakan Ag≥ Pu80,1 (fc'+ρ∙fy)=944,79∙103N0,1(25+0,01∙270)=341079,42 mm2
Kolom yang digunakan adalah kolom persegi b = h b= 341079,42 mm2=584,02 mm ∴ ukuran kolom pinggir yang digunakan pada lantai 8-10 adalah 600/600
1. Pra Rencana Kolom Lantai 4-7 Kolom Tengah a.Pembebanan Lantai 7 Beban Mati (Pd7) (Pd7) = (Pd8) = 123,66 KN
Beban Hidup (Pl7) (Pl7) = (Pl8) = 90 KN Pu7 = 1,2 (Pd7) + 1,6 (Pl7) + Pu8 = 1,2 (123,66) + 1,6 (90) + 852,55 = 1117,94 KN b.Pembebanan Lantai 6 Beban Mati (Pd6) (Pd6) = (Pd7) = 123,66 KN Beban Hidup (Pl6) (Pl6) = (Pl7) = 90 KN Pu7 = 1,2 (Pd6) + 1,6 (Pl6) + Pu7 = 1,2 (123,66) + 1,6 (90) + 1117,94 = 1410,33 KN
c.Pembebanan Lantai 5 Beban Mati (Pd5) (Pd5) = (Pd6) = 123,66 KN Beban Hidup (Pl5) (Pl5) = (Pl6) = 90 KN Pu5 = 1,2 (Pd5) + 1,6 (Pl5) + Pu6 = 1,2 (123,66) + 1,6 (90) + 1410,33 = 1702,73 KN
d.Pembebanan Lantai 4 Beban Mati (Pd4) (Pd4) = (Pd5) = 123,66 KN
Beban Hidup (Pl4) (Pl4) = (Pl5) = 90 KN Pu4 = 1,2 (Pd4) + 1,6 (Pl4) + Pu5 = 1,2 (123,66) + 1,6 (90) + 1702,73 = 1995,12 KN Penentuan Ukuran Kolom Dari data diatas, dapat dihitung dimensi dari kolom dengan menggunakan Ag≥ Pu80,1 (fc'+ρ∙fy)=1995,12∙103N0,15(25+0,01∙270)=480173,3 mm2
Kolom yang digunakan adalah kolom persegi b = h b= 480173,3 mm2=692,9 mm ∴ ukuran kolom tengah yang digunakan pada lantai 4-7 adalah 700/700
Kolom Pinggir a. Pembebanan Lantai 7 Beban Mati (Pd7) (Pd7) = (Pd8) = 139,17 KN Beban Hidup (Pl7) (Pl7) = (Pl8) = 105 KN Pu7 = 1,2 (Pd7) + 1,6 (Pl7) + Pu8 = 1,2 (139,17) + 1,6 (105) + 944,79 = 1279,792 KN
b. Pembebanan Lantai 6 Beban Mati (Pd6) (Pd6) = (Pd7) = 139,17 KN Beban Hidup (Pl6) (Pl6) = (Pl7) = 105 KN
Pu7 = 1,2 (Pd6) + 1,6 (Pl6) + Pu7 = 1,2 (139,17) + 1,6 (105) + 1279,792 = 1614,8 KN
c. Pembebanan Lantai 5 Beban Mati (Pd5) (Pd5) = (Pd6) = 139,17 KN Beban Hidup (Pl5) (Pl5) = (Pl6) = 105 KN Pu5 = 1,2 (Pd5) + 1,6 (Pl5) + Pu6 = 1,2 (139,17) + 1,6 (105) + 1614,8 = 1949,8 KN d. Pembebanan Lantai 4 Beban Mati (Pd4) (Pd4) = (Pd5) = 139,17 KN Beban Hidup (Pl4) (Pl4) = (Pl5) = 105 KN Pu4 = 1,2 (Pd4) + 1,6 (Pl4) + Pu5 = 1,2 (139,17) + 1,6 (105) + 1949,8 = 2284,8 KN
Penentuan Ukuran Kolom Dari data diatas, dapat dihitung dimensi dari kolom dengan menggunakan Ag≥ Pu80,1 (fc'+ρ∙fy)=2284,8∙103N0,15(25+0,01∙270)=549891,7 mm2
Kolom yang digunakan adalah kolom persegi b = h b= 549891,7 mm2=741,55 mm ∴ ukuran kolom pinggir yang digunakan pada lantai 4-7 adalah 750/750
1. Pra Rencana Kolom Lantai 1- 3 Kolom Tengah a. Pembebanan Lantai 3 Beban Mati (Pd3) (Pd3) = (Pd4) = 123,66 KN Beban Hidup (Pl3) (Pl3) = (Pl4) = 90 KN Pu3 = 1,2 (Pd3) + 1,6 (Pl3) + Pu4 = 1,2 (123,66) + 1,6 (90) + 1995,12 = 2287,51 KN
b. Pembebanan Lantai 2 Beban Mati (Pd2) (Pd2) = (Pd3) = 123,66 KN
Beban Hidup (Pl2) (Pl2) = (Pl3) = 90 KN Pu2 = 1,2 (Pd2) + 1,6 (Pl2) + Pu3 = 1,2 (123,66) + 1,6 (90) + 2287,51 = 2579,9 KN
c. Pembebanan Lantai 1 Beban Mati (Pd1) (Pd1) = (Pd2) = 123,66 KN Beban Hidup (Pl1)
(Pl1) = (Pl2) = 90 KN Pu1 = 1,2 (Pd1) + 1,6 (Pl1) + Pu2 = 1,2 (123,66) + 1,6 (90) + 2579,9 = 2872,29 KN
Penentuan Ukuran Kolom Dari data diatas, dapat dihitung dimensi dari kolom dengan menggunakan Ag≥ Pu80,1 (fc'+ρ∙fy)=2872,29∙103N0,15(25+0,01∙270)=620914,56 mm2
Kolom yang digunakan adalah kolom persegi b = h b= 620914,56 mm2=831,43 mm ∴ ukuran kolom tengah yang digunakan pada lantai 1-3 adalah 850/850 Kolom Pinggir a. Pembebanan Lantai 3 Beban Mati (Pd3) (Pd3) = (Pd4) = 139,17 KN Beban Hidup (Pl3) (Pl3) = (Pl4) = 105 KN Pu3 = 1,2 (Pd3) + 1,6 (Pl3) + Pu4 = 1,2 (139,17) + 1,6 (105) + 2284,8 = 2619,81 KN b. Pembebanan Lantai 2 Beban Mati (Pd2) (Pd2) = (Pd3) = 139,17 KN Beban Hidup (Pl2) (Pl2) = (Pl3) = 105 KN
Pu2 = 1,2 (Pd2) + 1,6 (Pl2) + Pu3 = 1,2 (139,17) + 1,6 (105) + 2619,81 = 2954,81 KN
c. Pembebanan Lantai 1 Beban Mati (Pd1) (Pd1) = (Pd2) = 139,17 KN Beban Hidup (Pl1) (Pl1) = (Pl2) = 105 KN Pu1 = 1,2 (Pd1) + 1,6 (Pl1) + Pu2 = 1,2 (139,17) + 1,6 (105) + 2954,81 = 3289,82 KN Penentuan Ukuran Kolom Dari data diatas, dapat dihitung dimensi dari kolom dengan menggunakan Ag≥ Pu80,1 (fc'+ρ∙fy)=3289,82∙103N0,15(25+0,01∙270)=791773,8 mm2
Kolom yang digunakan adalah kolom persegi b = h b= 791773,8 mm2=889,82 mm ∴ ukuran kolom pinggir yang digunakan pada lantai 1-3 adalah 900/900
Lanta i
Tabel 4.4 Tabel Dimensi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Dimensi Kolom b/h (mm) Kolom Kolom Tengah Pinggir 850/850 900/900 850/850 900/900 850/850 900/900 700/700 750/750 700/700 750/750 700/700 750/750 700/700 750/750 550/550 600/600 550/550 600/600 550/550 600/600 Ukuran Kolom
Menentukan Kekakuan Kolom Menurut SNI perencanaan komponen struktur terhadap momen dan beban tekan aksial harus diperhatikan terhadap pengaruh kekakuan, lendutan, momen, dan gaya yang ada pada komponen struktur. Pada metode Clapeyron, terdapat persamaan sebagai berikut : K=4EIL
Dimana : I
: Momen Inersia
L
: Panjang Bentang
Menentukan Berat Ultimit Bangunan Lantai 1 (Beban mati) Pelat
= hp × bj.beton × Luas area lantai 1
= 0,12 × 24 × ((33,04 × 20) + (2,1 × 8) + (10,4 × 8) + (31,2 × 8) + (8,9 × 4) `
= 2259,36 KN
Balok Umum = b × (h- hp) × bj.beton × jml balok = 0,25 × (0,52 – 0,09) × 24 × 68 Balok KAS3 = 0,375 × (0,61 – 0,09) × 24 × 16 Kolom
= 175,44 KN =74,88
KN
=-Kolom Tengah = (b × h)× 12tnggi lantai atas+tnggi lntai bwh × bj.beton×jml)
= (0,7 × 0,7) ×12 4+4×24 ×20 –
Plafond
Kolom Pinggir
= 470,4
= (0,75 × 0,75) × 124+4×16
KN
= 432
= Luas Area Lt. 1 × bj. Plafond = (33,04 × 20) + (2,1 × 8) + (10,4 × 8) +(31,2 × 8) + (8,9 × 4) × 0,05
= 52,3
KN
=183,05
KN
Penutup Lantai = Luas Area Lt. 1 × bj = (33,04 × 20) + (2,1 × 8) + (10,4 × 8) + (31,2 × 8) + (8,9 × 4) × 0,175
+ Total (Wd1) (Beban Hidup) Menurut peraturan SNI
=3647,43 KN
KN
Beban hidup untuk atap
=
1
KNm2
Beban hidup untuk lantai (perkantoran)
=
2,5
KNm2
Koefisien reduksi beban hidup terhadap gempa sebesar 0,3 (perkantoran) Lantai 10 (Atap) Atap
Air Hujan
=
Koef. Reduksi × Luas Area × qL
=
0,3 × 313,8 × 1
=
L. Area × bj.air × koef. Rdksi × 0,05
=
313,8 × 1 × 0,3 × 0,05
=94,14
=4,707
KN
KN +
Total (Wlatap)
=98,85
KN
=784,5
KN
Lantai 1 (Perkantoran) Perkantoran
=
Luas Area × qL × koef. Reduksi
=
(33,04×20)+(2,1×8)+(10,4×8) + (31,2 × 8) + (8,9 × 4) × 2,5 × 0,3
Beban Ultimit Wu1 = 1,2 (Wd1) + 1,6 (Wl1) = 1,2 (3644,43) + 1,6 (78,45) = 4502,436 KN Dengan menggunakan cara yang sama didapatkan Lanta i 1 2 3 4 5
Pelat 2259,3 6 2451,2 5 2579,7 3 2703,2 8 2688,6
Balok 250,3 2 263,6 8 263,6 8 263,6 8 277,0
Berat Kolo Plafo m n 902,4 902,4 902,4 566,8 8 566,8
52,3 56,74 2 59,71 6 62,57 6 66,28
Penutup Lantai 183,05 198,6 209,006 219,02 231,998
Wd
Wl
Wu
3647,4 3 3872,6 72 4014,5 32 3815,4 36 3830,8
784,5 851,1 3 895,7 4 938,6 5 994,2
5632,1 16 6009,0 14 6250,6 22 6080,3 63 6187,8
5 263,6 8 263,6 8 263,6 8 250,3 2 250,3 2 2610, 09
2703,2 8 2579,7 3 2451,2 5 2259,3 6 2119, 48 22675, 84
6 7 8 9 10 ∑
8 566,8 8 566,8 8 309,1 2 309,1 2 309,1 2 5902, 08
4 62,57 6 59,71 6 56,74 2
219,02 209,006 198,6
52,3
183,05
49,06 578,0 12
171,71
Tabel 4.5
2023,06
12 3815,4 36 3679,0 12 3279,3 92 3054,1 5 2899,6 9 35908, 56
Tabel Beban Statis
Total waktu getar (T) Tx=Ty = 0,06 ∙ H34 = 0,06 ∙(40)34 = 0,95 detik
Faktor Keutamaan I=I1 ∙ I2 I = 1,0 × 1,0 = 1,0
Koefisien dasar gempa (C) untuk struktur wilayah gempa 5 C= 0,76T
= 0,760,95=0,8
Dari grafik 2.3 wilayah gempa 5 didapat C = 0,85 (Lengkung) Faktor Reduksi Gempa (R) 1,6 ≤R= μ ∙ fi ≤Rm Dimana : R
= Faktor Reduksi Gempa
μ
= Faktor Daktilitas Untuk Struktur Gedung (µ= 5,3 daktail penuh)
fi
= Faktor Kuat Lebih Beban Beton dan Bahan (fi=1,6)
R = μ ∙ fi = 5,3 ∙ 1,6 = 8,48
7 938,6 5 895,7 4 851,1 3 784,5 735,9 8670, 21
06 6080,3 63 5847,9 98 5297,0 78 4920,1 8 4657,0 68 56962, 61
Maka, data yang didapat adalah μ=5,3 dan R=8,48
Gaya Geser Horizontal Terhadap Gempa (V) sepanjang gedung Vx= Vy= C1∙IR∙Wt
= 0,85 ∙ 18,48∙56962,61 KN=5709,7 KN
Menurut peraturan SNI-03-1726-2002, untuk pembagian sepanjang tinggi struktur gedung menjadi beban gempa nominal statik ekivalen Fi yang menangkap pada pusat massa lantai yaitu: Fi= Wi ∙Zin=1n∙Wi ∙Zi ∙V
Distribusi gaya geser horizontal total akibat gempa sepanjang tinggi gedung : HA= 4044=0,91 HB= 4044=0,91
Elastisitas Kolom (E) = 4700fc'=470025=23.500.000 Mpa = 2.350.000 kgcm2 Ik pinggir= 112∙75∙753=2636718,75 cm4 Ik tengah = 112∙70∙703=2000833,33 cm4 Ib = 112∙25∙523=292933,33 cm4
Lant ai
Wd
Wl
Wu
V
Z
Fix,y
1
3647,4
784,5
5632,1
5709,6
4
106,37
3 2
851,1 3
6009,0 14
5709,6 96
3
4014,5 32
895,7 4
6250,6 22
5709,6 96
4
3815,4 36
938,6 5
6080,3 63
5709,6 96
5
3830,8 12
994,2 7
6187,8 06
5709,6 96
6
3815,4 36
938,6 5
6080,3 63
5709,6 96
7
3679,0 12
895,7 4
5847,9 98
5709,6 96
8
3279,3 92
851,1 3
5297,0 78
5709,6 96
9
3054,1 5
784,5
4920,1 8
5709,6 96
10
2899,6 9
735,9
4657,0 68
5709,6 96
∑
35908, 56
8670, 21
56962, 61
Menentukan Kekakuan
Kb 2
Kc
600 cm
96
3872,6 72
Tabel 4.6
Kb 1
16
400 cm
600 cm
33 8
226,98 36
12
354,16 51
16
459,35 74
20
584,34 31
24
689,03 61
28
773,15 48
32
800,36 41
36
836,34 35
40
879,57 68
40
5709,6 98
Tabel Beban Gempa Horizontal
Arah x K1= 4EIL= 4 ×2.350.000 ×292933,33600=457988836,7 kg.cm
Arah y K2= 4EIL= 4 ×2.350.000 ×292933,33600=457988836,7 kg.cm Kcp= 4EIKpL= 4 ×2.350.000 ×2636718,75600=41308593750 kg.cm Kct= 4EIKtL= 4 ×2.350.000 ×2000833,33600=31346388890 kg.cm Kx1=K1Kcp= 457988836,741308593750=0,011 Kx=0,026 Kx2=K1Kct= 457988836,731346388890=0,015 Ky1=K2Kcp= 457988836,741308593750=0,011 Ky=0,026 Ky2=K2Kct= 457988836,731346388890=0,015
Kekakuan = Kx+ Ky2= 0,026+0,0262=0,026 Rasio Titik Balok Kolom Untuk K = 1,05 s.d 5 Lanta i 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Tabel 4.7
Rasio Tinggi Titik Balok 0,45 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,55 Tabel Rasio Balok Kolom
B
ME B
400 cm 0 ,5 5 x 4 ME A
A
Pemeriksaan Rasio Luas Tulangan (ρ) kolom Untuk Kolom 75/75 Pu
=
0,1 ∙ fc’ ∙ Agr
=
0,1 ∙ 250 ∙ 75 ∙ 75
=
140625 kg = 140,625 ton
Pu = 140,625 ton ≤ Pu = 364,65 ton Faktor Reduksi (Ø) = 0,8 MEA=Ft ∙tinggi lantai-rasio tinggi lantai∙tinggi lantai
= 36,57 ∙ (4 – (0,55 ∙ 4)) = 65,83 t.m MEB=Ft ∙rasio tinggi lantai∙tinggi lantai
= 36,57 ∙ (0,55 ∙ 4) = 80,45 t.m ME=nilai terbesar dari MEA dan MEB = 80,45 t.m
Mu = 1,0541∙80,45= 337,9 t.m
e=MuPu=337,9364,65=0,92 m=92 cm eh=9240=2,3 d'h=440=0,1
Menentukan ρ dengan grafik a. Bidang Datar ρ= Pu∅Agr ∙0,81 ∙fc'×eh
= 364,65 × 103o,8∙75∙75∙0,81∙250∙2,3=0,09 b. Bidang Tegak ρ=Pu(∅Agr∙0,81∙fc')=364,65∙103(0,8∙75∙75∙0,81∙250)=0,04
Dari gambar 6.2.d (Vis dan Kusuma, 1997), didapatkan data sebagai berikut : r
= 0,014
β
= 1,0
ρ
= 0,014 · 1,0 = 0,014 = 1,4%
0,01 ≤ 0,014 ≤ 0,06 Kolom 75/75 masih dalam keadaan aman.
Kesimpulan dan Pengambilan Dimensi Struktur Dalam pengambilan dimensi struktur, dimensi dirubah dari perhitungan pra rencana. Hal ini terjadi karena adanya perbesaran kolom dalam sistem perkakuannya. Maka dari itu, penulis mencoba untuk mengurangi dimensi struktur dari perhitungan pra rencana. 1. Dimensi Pelat (hp)
:
120 mm
a. Balok Umum
:
350/700
b. Balok Umum 2
:
450/700
c. Balok Kantilever As.2
:
450/800
2. Dimensi Balok
Balok umum 2 digunakan pada bagian-bagian dari balok umum yang pada saat di start check concrete design masih merah, dengan hanya mendesain kembali balok-balok yang merah saja tanpa merubah ukuran-ukuran balok lainnya yang sudah ok.
1. Dimensi Kolom a. Kolom Lantai 10 s.d 8
: Kolom Tengah : 400/400 Kolom Pinggir : 450/450
b. Kolom Lantai 7 s.d 4
: Kolom Tengah : 700/700 Kolom Pinggir : 600/600
c. Kolom Lantai 3 s.d 1
: Kolom Tengah : 700/700 Kolom Pinggir : 750/750
Dimensi pembesaran kolom direncanakan menggunakan dimensi Kolom Besar 1 (Lantai 1-5)
: 900/900
Kolom besar 2 (Lantai 6-10)
: 700/700
Namun, pada saat dianalisis struktur dengan menggunakan program ETABS, dimensi kolom dapat berubah bervariasi seperti yang telah dituliskan dalam pengambilan dimensi struktur diatas. Penulis menentukan dimensi pada kolom dengan cara trial and error, dan mendesainnya seefisien mungkin tanpa mengurangi kekuatan dari struktur.
4.3
Analisis Struktur
A B
C
D
E
F
G H I
9 8 7 6 5 4 3 2
P e r b e s a r a n K o lo m
1
Gambar 4.13 Denah Lantai dan Asnya
A
B 4 m
C 6 m
E
D 6 m
6 m
F 6 m
G 6 m
H 6 m
I 4 m
9 4 m 8 6 m 7 6 m 6 6 m 5 6 m 4 6 m 3 6 m 2 4 m 1
Gambar 4.14 Denah Gedung Dengan Beban Trap Lantai 5
Pembebanan dengan beban trap merupakan penyebaran beban yang bekerja pada setiap lantai. Lantai yang diambil adalah pada lantai 5 dikarenakan luas area terbesar berada dilantai 5. Semua didesain dengan menggunakan beban terbesar dari struktur bangunan.
4.3.1
Data Beban Untuk Input ETABS Pada ETABS perhitungan beban mati pada bagian balok tengah diabaikan, karena sudah
otomatis masuk dalam perhitungan berat sendiri, kecuali pada pembebanan balok-balok kantilever yang ditambahkan beban kaca dan pembebanan pada lantai atap yang ditambahkan dengan aspal.
Bagian Pinggir (Kantilever) Beban Mati
Berat Kaca
: Bj.kaca × (tinggi lantai-tinggi balok)= 0,31KN/m2
Beban Hidup
= 2,5 KN/m2
Beban Mati Bagian Atap Tengah Aspal
: Bj. Aspal × tebal
= 0,98 KN/m2
Bagian Kantilever Aspal
: Bj. Aspal × tebal
= 0,98 KN/m2
Kaca
: Bj. Kaca × (tnggi lntai- tinggi blk)
= 0,31 KN/m2 + = 1,29 KN/m2
Beban Hidup
: Air Hujan : 1 × 0,3 × 0,05
=4,707 KN/m2
Atap
:Koef. Reduksi × qL = 0,3 × 1
=0,3
KN/m2
+ =5,007 KN/m2
4.3.2
Besar Pembebanan Trap Bagian Segi Tiga
b
b
6 m
b = ℓ ∙ 0,5
= 6 ∙ 0,5 = 3 m
Pembebanannya: Beban Mati Atap Tengah Jarak Beba n
0
3
3
6
0
0,98
0,98
0
Beban Hidup Atap Tengah Jarak Beba n
0
3
3
6
0
3,045
3,045
0
Beban Hidup Lantai 1 s.d 9 Jarak Beba n
0
3
3
6
0
2,5
2,5
0
Bagian Trapesium
a
b
4 m
b = 4 ∙ 13=1.33 m Pembebanannya: Beban Mati Atap Kantilever Jarak Beba n
0
1,33
2,66
4
0
0,645
1,29
1,29
Beban Mati Lantai 1 s.d 9 Kantilever Jarak Beba n
0
1,33
2,66
4
0
0,155
0,31
0,31
Beban Hidup Atap Kantilever Jarak Beba n
0
1,33
2,66
4
0
2,504
5,007
5,007
Beban Hidup Lantai 1 s.d 9 Kantilever Jarak Beba n
0
1,33
2,66
4
0
1,25
2,5
2,5
4.3.3 Perhitungan Gaya Geser Akibat Gempa Luas Setiap Lantai Luas Lantai 1 1046 Luas Lantai 1134 2 ,83 Luas Lantai 1194 3 ,32 Luas Lantai 1251 4 ,52 Luas Lantai 1288 5 ,82 Luas Lantai 1251 6 ,52 Luas Lantai 1194 7 ,32 Luas Lantai 1134 8 ,83 Luas Lantai 9 1046 Luas Lantai 981, 10 2 Tabel 4.8 Tabel Luas
Menentukan Berat Ultimit Bangunan Lantai 1 (Beban mati) Pelat
= hp × bj.beton × Luas area lantai 1 = 0,12×24×((33,04×20)+(2,1×8)+(10,4×8)+ = (31,2 × 8) + (8,9 × 4) `
=2259,36 KN
Balok Umum = b × (h- hp) × bj.beton × jml balok = 0,25 × (0,52 – 0,09) × 24 × 68
= 175,44 KN
Balok KAS3 = 0,375 × (0,61 – 0,09) × 24 × 16 Kolom
=74,88
KN
= - Kolom Tengah=(b × h)× 12tnggi lntai atas+tnggi lntai bwh
×bj.btn×jml)
= (0,7 × 0,7) ×12 4+4×24 ×20 –
Plafond
=470,4 KN
Kolom Pinggir = (0,75 × 0,75) × 124+4×16= 432 KN
= Luas Area Lt. 1 × bj. Plafond = (33,04 × 20) + (2,1 × 8) + (10,4 × 8) +(31,2 × 8) + (8,9 × 4) × 0,05
= 52,3 KN
Penutup Lantai = Luas Area Lt. 1 × bj = (33,04 × 20) + (2,1 × 8) + (10,4 × 8) +(31,2 × 8) + (8,9 × 4) × 0,175 =183,05
KN
+ Total (Wd1)
=3647,43 KN
(Beban Hidup) Menurut peraturan SNI Beban hidup untuk atap
=
1
KNm2
Beban hidup untuk lantai (perkantoran)
=
2,5
KNm2
Koefisien reduksi beban hidup terhadap gempa sebesar 0,3 (perkantoran) Lantai 10 (Atap)
Atap
Air Hujan
=
Koef. Reduksi × Luas Area × qL
=
0,3 × 313,8 × 1
=
L. Area×bj.air×koef. Reduksi×0,05
=
313,8 × 1 × 0,3 × 0,05
=94,14
KN
= 4,707
KN +
Total (Wlatap)= 98,85
KN
Lantai 1 (Perkantoran) Perkantoran
=
Luas Area × qL × koef. Reduksi
=
(33,04×20)+(2,1×8)+(10,4×8) + (31,2 × 8) + (8,9 × 4) × 2,5 × 0,3
=784,5
KN
Beban Ultimit Wu1 = 1,2 (Wd1) + 1,6 (Wl1) = 1,2 (3644,43) + 1,6 (78,45) = 4502,436 KN
Dengan menggunakan cara yang sama didapatkan Lanta i 1 2 3 4 5 6 7 8
Pelat 2259,3 6 2451,2 5 2579,7 3 2703,2 8 2688,6 2703,2 8 2579,7 3 2451,2
Balok 250,3 2 263,6 8 263,6 8 263,6 8 277,0 5 263,6 8 263,6 8 263,6
Berat Kolo Plafo m n 902,4 902,4 902,4 566,8 8 566,8 8 566,8 8 566,8 8 309,1
52,3 56,74 2 59,71 6 62,57 6 66,28 4 62,57 6 59,71 6 56,74
Penutup Lantai 183,05 198,6 209,006 219,02 231,998 219,02 209,006 198,6
Wd 3647,4 3 3872,6 72 4014,5 32 3815,4 36 3830,8 12 3815,4 36 3679,0 12 3279,3
Wl
Wu
784,5 851,1 3 895,7 4 938,6 5 994,2 7 938,6 5 895,7 4 851,1
5632,1 16 6009,0 14 6250,6 22 6080,3 63 6187,8 06 6080,3 63 5847,9 98 5297,0
5 2259,3 6 2119, 48 22675, 84
9 10 ∑
8 250,3 2 250,3 2 2610, 09
2 309,1 2 309,1 2 5902, 08
2 52,3
183,05
49,06 578,0 12
-
Tabel 4.9
1851,35
92 3054,1 5 2723,9 8 35732, 85
Tabel Beban Ultimit
Total waktu getar Bangunan (T) Tx=Ty = 0,06 ∙ H34 = 0,06 ∙(40)34 = 0,95 detik Faktor Keutamaan I=I1 ∙ I2 I = 1,0 × 1,0 = 1,0
Koefisien dasar gempa (C) untuk struktur wilayah gempa 5 C= 0,76T
= 0,760,95=0,8
Dari grafik 2.3 wilayah gempa 5 didapat C = 0,85 (Lengkung)
Faktor Reduksi Gempa (R) 1,6 ≤R= μ ∙ fi ≤Rm
Dimana : R
= Faktor Reduksi Gempa
μ
= Faktor Daktilitas Untuk Struktur Gedung (µ= 5,3 daktail penuh)
fi
= Faktor Kuat Lebih Beban Beton dan Bahan (fi=1,6)
R = μ ∙ fi = 5,3 ∙ 1,6 = 8,48 Maka, data yang didapat adalah μ=5,3 dan R=8,48
Gaya Geser Horizontal Terhadap Gempa (V) sepanjang gedung Vx= Vy= C1∙IR∙Wt
3 784,5 735,9 8670, 21
78 4920,1 8 4446,2 2 56751, 76
= 0,85 ∙ 18,48∙56751,76 KN=5688,56 KN
Menurut peraturan SNI-03-1726-2002, untuk pembagian sepanjang tinggi struktur gedung menjadi beban gempa nominal statik ekivalen Fi yang menangkap pada pusat massa lantai yaitu: Fi= Wi ∙Zin=1n∙Wi ∙Zi ∙V
Distribusi gaya geser horizontal total akibat gempa sepanjang tinggi gedung : HA= 4044=0,91 HB= 4044=0,91
Elastisitas Kolom (E) = 4700fc'=470025=23.500.000 Mpa = 2.350.000 kgcm2
Wd 3647,4 3 3872,6 72 4014,5 32 3815,4 36 3830,8 12 3815,4 36 3679,0 12 3279,3 92 3054,1 5
Wl 784,5 851,1 3 895,7 4 938,6 5 994,2 7 938,6 5 895,7 4 851,1 3 784,5
Wu 5632,1 16 6009,0 14 6250,6 22 6080,3 63 6187,8 06 6080,3 63 5847,9 98 5297,0 78 4920,1 8
V 5688,5 61 5709,6 96 5709,6 96 5709,6 96 5709,6 96 5709,6 96 5709,6 96 5709,6 96 5709,6 96
Z 4 8 12 16 20 24 28 32 36
Fix,y 105,97 96 226,98 36 354,16 51 459,35 74 584,34 31 689,03 61 773,15 48 800,36 41 836,34 35
Untuk Portal 1/10 Fix,y 10,5979 6 22,6983 6 35,4165 1 45,9357 4 58,4343 1 68,9036 1 77,3154 8 80,0364 1 83,6343 5
Tiap (KN) 1/3 Fix,y 35,327 75,661 2 118,05 5 153,11 9 194,78 229,68 257,71 8 266,78 8 278,78 1
2723,9 8 35732 ,85
735,9 8670, 21
Tabel 4.10
4.3.4
4446,2 16 56751 ,76
5709,6 96
40 40
839,75 34 5669, 481
83,9753 4 566,94 8
279,92 1889,8 3
Tabel Distribusi Beban Gempa Horizontal Gempa Statis Arah X,Y
Permodelan Pembebanan Struktur 1.
Beban Mati dan Beban Hidup
Permodelan struktur yang penulis pakai menggunakan program ETABS. Pada software ini dalam memberikan beban tidak memperhitungkan dari beban elemen struktur sendiri, karena seluruh berat elemen struktur secara otomatis telah dimasukkan sebagai beban mati. Pada program ETABS, penulis mencoba mengubah dimensi struktur dari yang telah diperhitungkan pada perhitungan prarencana. Hal ini dikarenakan, penulis ingin mendesain dimensinya dengan seefisien mungkin tanpa mengurangi kekakuan atau kekuatan dari struktur. Dalam permodelan struktur ini juga, penulis mencoba membesarkan dimensi balok yang berada pada lantai paling atas (lantai 10). Dengan menggunakan perbesaran dimensi kolom dan balok diharapkan dapat mengurangi dimensi-dimensi yang telah ada. 2.
Beban Gempa
Dalam perencanaan beban gempa pada bangunan ini cukup hanya dilakukan analisa beban statis saja. Dikarenakan tinggi total dari struktur tidak lebih dari 40 m.
A B C D E F G H I 9 8 7 6 V ie w 5
5 4 3 2 1
Gambar 4.15 Denah Lantai Elevation View 5
8 3 9 ,7 5 K N
40 m
8 3 6 ,3 4 K N
36 m
8 0 0 ,3 6 K N
32 m
7 7 3 ,1 6 K N
28 m
6 8 9 ,0 4 K N
24 m
5 8 4 ,3 4 K N
20 m
4 5 9 ,3 6 K N
16 m
3 5 4 ,1 7 K N
12 m
2 2 6 ,3 8 K N
8 m
1 0 5 ,9 8 K N
4 m
44 m
Gambar 4.16 Permodelan Beban Gempa Arah X
3. Permodelan Struktur Seperti yang telah dijelaskan pada BAB I, permodelan struktur dibuat menggunakan program ETABS. Permodelan struktur ini dimulai dengan menyusun titik-titik kumpul atau
joint. Masing-masing titik kumpul ini merupakan pembatas antar elemen yang digunakan untuk menyusun model struktur. Model struktur berbentuk portal dengan 3 (tiga) dimensi, yaitu arah X,Y,Z. Struktur terdiri dari lantai dasar sampai dengan lantai 10, seperti yang telah direncanakan. Tinggi masing-masing dari lantai adalah 4 m, dengan tinggi total sebesar 40 m. Bangunan ini memiliki denah lantai berbentuk lingkaran, dengan diameter terbesar lantai adalah 44 m, luas berbeda-berbeda pada setiap lantai. Dengan luas terbesar berada pada lantai 5.
Gambar 4.17
Model Struktur 3D
Dalam proses permodelan struktur dengan menggunakan program ETABS, penulis mencoba berkali-kali model dimensi yang cocok sehingga memenuhi kelayakan dengan menggunakan metode trial and error. Pada awalnya penulis memasukan dimensi-dimensi yang telah dihitung pada pra rencana, tapi pada saat dianalisis struktur memiliki deformasi yang lebih dari 2% tinggi seluruh gedung atau melebihi dari ketentuan yang berlaku. Lalu penulis mencoba membesarkan dimensi-dimensi yang ada. Pada saat di check structure concrete design, ternyata
masih terdapat elemen-element struktur yang belum kuat yang ditandai dengan berwarna merahnya elemen struktur yang belum kuat. Penulis kembali mencoba membesarkan elemen dari struktur, kali ini penulis mencoba membesarkan hanya pada bagian elemen kolom yang berada pada sudut-sudutnya saja dan pada dimensi balok yang berada dilantai 9. Terjadi perubahan pada kekuatan struktur bangunan. Maka dari itu, penulis mencoba berulang kali merubah kolomkolom yang berada pada bagian sudut sampai sesuai dengan kekuatan bangunan. Yang terakhir, penulis mencoba untuk memperkecil elemen-elemen yang berada pada bagian tengah agar menjadi lebih efisien.
A B
C
D
E
F
G
H I
9 8 7 6 5 4 3 2
K olom Y a ng D ib esa rka n
1
Gambar 4.18 Denah Letak Kolom Yang Diperbesar
K o lo m y a n g d ip e rb e s a r
B a lo k y a n g d ip e rb e s a r D e n a h L a n ta i 9
Gambar 4.19 Denah Lantai 9 Letak Balok Yang Diperbesar
1. Pembebanan Struktur
Beban Mati Pada pembebanan untuk beban mati, pembebanan meratanya ada yang berbentuk segitiga, ada pula yang berbentuk trapesium. Beban merata berbentuk segitiga kebanyakan berada pada balok bagian tengah, sedangkan trapesium berada pada bagian pinggir atau kantilever. Beban mati pada bagian tengah sudah termasuk dalam perhitungan berat sendiri yang tidak perlu ditambahkan lagi, akan tetapi pada bagian balok pinggir beban mati ditambahkan pembebanan kaca dan pada lantai atap ditambahkan pembebanan aspal.
A B C D E F G H I 9 8 7 6 5 4 3 2 1
4.20
4.21
Denah Lantai
Pembebanan Beban Mati As. B
4.22 Pembebanan Beban Mati As. C
4.23
Pembebanan Beban Mati As. D
4.24
Pembebanan Beban Mati As. E
4.25
Pembebanan
Beban Mati As. F
4.26
Pembebanan Beban Mati As. G
4.27
Pembebanan Beban Mati As. H
Mayoritas dari pola pembebanan berbentuk segitiga, hanya pada bagian pinggir atau kantilevernya yang berbentuk trapesium. Pada bagian kantilever berbentuk trapesium terbuka, pada salah satu ujungnya, dikarenakan hanya pada satu bagian saja yang tertumpu oleh kolom.
Gambar 4.28 Deformasi Akibat Beban Mati Pada As. C
Tengah
Atap (m) -3,6E-03 -3,43E03
Tabel 4.11
Tabel Deformasi Akibat Beban Mati
Deformas i Tepi
Gambar 4.29 Gaya NormalUntuk Beban Mati
N Kolom Tepi Kolom Tengah
Lantai 9 (m) -3,4E-03
Lantai 1 (m) -6,1E-04
-3,3E-03
-4,94E-04
Atap (m) -198,01 -126,84
Lantai 1 (m) -2873,18 -1452,30
Tabel 4.12 Tabel Gaya Normal Akibat Beban Mati
Dari tabel 4.15 dapat dilihat bahwa gaya normal maksimum terdapat pada kolom tepi dan berada pada lantai 1. Hal ini dikarenakan kolom tepi merupakan kolom yang mengalami
perbesaran, jadi gaya normal yang diserap lebih besar dari pada kolom tengah. Secara tidak langsung, merupakan yang menjadi penopang beban utama dari struktur.
Gambar 4.30 Gaya Geser Untuk Beban Mati As. C
D Kolom Tepi Kolom Tengah Balok Tengah Balok Kantilever
Tabel 4.13
Atap (KN) 18,09
Lantai 6 (KN) 63,91
Lantai 1 (KN) 4,98
0,82
3,63
-0,61
-42,34
-32,94
-20,16
-33,82
-70,12
-52,85
Tabel Gaya Geser (D) Akibat Beban Mati
Seperti yang dilihat pada gambar 4.37, gaya geser pada balok sebelah kanan dan kiri lebih besar dari pada balok yang berada pada bagian tengah. Hal ini dikarenakan kolom yang berada pada as ini merupakan kolom perkakuan. Gaya yang bekerja lebih banyak terserap oleh kolom yang mengalami perkakuan. Besar gaya geser pada balok kantilever terbesar didapatkan pada lantai 6 mengingat panjangnya yang mempengaruhi dari gaya geser yang terjadi
Gambar 4.31 Gaya Momen Untuk Beban Mati As. C
M Kolom Tepi Kolom Tengah Balok Tengah Balok Kantilever
Tabel 4.14
Atap (KN) -4,49
Lantai 6 (KN) -38,79
Lantai 1 (KN) -15,67
-1,04
-4,70
-2,01
-141,45
-140,182
-49,106
-62,783
-217,06
-49,11
Momen Akibat Beban Mati
Pada Tabel 4.17 dapat terlihat momen terbesar berada pada balok kantilever lantai 6, hal ini dikarenakan balok kantilever menanggung momen yang paling besar, sehingga momen yang bekerja pada balok kantilever menjadi besar pula. Momen yang bekerja pada kolom tidak sebesar yang bekerja pada balok, karena yang ditinjau adalah beban mati
Beban Hidup Pembebanan beban hidup yang bekerja berbentuk segitiga dan trapesium. Pada beban merata berbentuk segitiga kebanyakan berada pada balok bagian tengah, sedangkan trapesium berada pada bagian pinggir atau kantilever. Beban hidup ini berupa beban beban atap dan air hujan untuk lantai atap dan beban hidup perkantoran untuk lantai 1 sampai dengan 9.
Gambar 4.32 Pembebanan Beban Hidup As. B
Gambar 4.33 Pembebanan Beban Hidup As. C
Gambar 4.34 Pembebanan Beban Hidup As. D
Gambar 4.35 Pembebanan Beban Hidup As. E
Gambar 4.36 Pembebanan Beban Hidup As. F
Gambar 4.37 Pembebanan Beban Hidup As. G
Gambar 4.38 Pembebanan Beban Hidup As. H
Gambar 4.39 Deformasi Akibat Beban Hidup
Nilai deformasi akibat beban hidup lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai deformasi beban mati. Hal ini dikarenakan nilai beban hidup yang bekerja lebih kecil dibandingkan dengan nilai beban mati yang bekerja pada struktur. Besarnya nilai inilah yang mempengaruhi nilai dari deformasi. Deformas i Tepi Tengah
Tabel 4.15
Atap (m) -1,23E03 -1,12E03
Lantai 9 (m) -1,12E06 -1,15E03
Lantai 1 (m) -2,21E-04 -1,83E-04
Deformasi Akibat Beban Hidup
Gambar 4.40 Gaya Normal (N) Akibat Beban Hidup As. C
N Kolom Tepi Kolom Tengah
Atap (m) -44,81 -47,8
Lantai 1 (m) -1052,74 -527,39
Tabel 4.16 Gaya Normal Akibat Beban Hidup Seperti deformasi, gaya normal akibat beban hidup yang bekerja pada struktur relatif lebih kecil dibanding gaya normal yang bekerja akibat beban mati. Hal ini disebabkan nilai dari beban hidup tidak sebsar nilai beban mati yang bekerja pada struktur. Hal ini juga disebabkan karena yang mempengaruhi gaya normal adalah gaya yang sejajar dengan
elemen baik kolom maupun balok. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa gaya terbesar berada pada lantai 1 kolom yang mengalami perkakuan.
Gambar 4.41
D Kolom Tepi Kolom Tengah Balok Tengah Balok Kantilever
Gaya Geser (D) Akibat Beban Hidup As. C Atap (KN) 6,69
Lantai 6 (KN) 46,76
Lantai 1 (KN) 2,11
0,5
2,48
0,45
-19,925
23
-8,14
-12,9
-15,85
-15,79
Tabel 4.17 Gaya Geser Akibat Beban Hidup Dari tabel 4.20 diatas dapat terlihat gaya geser kolom pada kolom tepi lebih besar dibandingkan pada kolom yang berada di bagian tengah. Hal ini dikarenakan kolom tepi merupakan kolom yang dibesarkan atau yang menjadi kolom perkakuan. Kolom perkakuan mempunyai fungsi menyerap gaya-gaya geser yang bekerja pada balok. Balok kantilever
mempunyai gaya yang lebih besar jika dibandingkan dengan pada balok tengah, hal tersebut karena balok-balok kantilever hanya memiliki satu tumpuan saja.
Gambar 4.42
M Kolom Tepi Kolom Tengah Balok Tengah Balok Kantilever
Gaya Momen Akibat Beban Hidup View C
Atap (KN) 0,86
Lantai 6 (KN) -22,15
Lantai 1 (KN) -6,76
0,64
-3,15
-1,5
-69,42
-80,51
-24,33
-27,97
-65,05
-58,65
Tabel 4.18 Gaya Momen Akibat Beban Hidup Seperti halnya pada geser, momen yang bekerja pada kolom tepi lebih besar dibandingkan dengan momen yang bekerja pada kolom bagian tengah dan yang terbesar berada pada lantai 6. Hal ini terjadi karena beban yang terbesar berada pada lantai 6. Jika dibandingkan
dengan beban mati, deformasi, normal, geser dan momen akibat beban hidup lebih kecil dibandingkan dengan beban mati.
Beban Gempa Statik Beban gempa statik merupakan pembebanan lateral yang diberikan pada struktur pada arah X, Y. Pola pembebanan gempa arah X dan Y pada desain ini berbeda namun tidak begitu besar, mengingat bentang X, dan Y yang sama dalam perencanaan bentuk gedung. Distribusi beban gempa, semakin keatas semakin besar karena selain bentuk struktur yang semakin keatas semakin besar lalu mengecil lagi, tapi karena pada saat gempa terjadi, besarnya deformasi semakin keatas semakin besar.
E l e v a t i o n V ie w C 8 3 9 ,7 5 K N
40 m
8 3 6 ,3 4 K N
36 m
8 0 0 ,3 6 K N
32 m
7 7 3 ,1 6 K N
28 m
6 8 9 ,0 4 K N
24 m
5 8 4 ,3 4 K N
20 m
4 5 9 ,3 6 K N
16 m
3 5 4 ,1 7 K N
12 m
2 2 6 ,3 8 K N
8 m
1 0 5 ,9 8 K N
4 m
36 m
Gambar 4.43 Pola Pembebanan Untuk Gempa Statik Arah X
Gambar 4.44 Deformasi Untuk Gempa Statik EY As. C
Letak Titi Kumpul Deformasi
Tabel 4.19
Atap (cm) 3,5
Lantai 9 (cm) 3,23
Lantai2 (cm) 0,97
Deformasi Akibat Beban Gempa Y
Deformasi akibat beban gempa EY terjadi searah sumbu X. Deformasi yang terjadi sesuai dengan yang diharapkan, yaitu sesuai dengan arah sumbu X. Semakin keatas, deformasi yang dihasilkan semakin besar. Dikarenakan karena gaya lateral yang semakin ke atas semakin membesar yang membuat deformasi semakin besar.
Gambar 4.45 Gaya Normal Akibat Beban Gempa Y Pada As. C
Gaya normal akibat gempa y terjadi simetris dan sesuai dengan yang diharapkan. Karena jika satu portal dibebani oleh beban lateral, sisi yang terbebani pertama kali akan mengalami tekan dan salah satu sisi lainnya akan mengalami tarik. Hal itulah yang menyebabkan gaya normal menjadi simetris.
N Kolom Tepi Kolom Tengah Tabel 4.20
Atap (KN) -12,45
Lantai 1 (KN) -807,58
3,17
-36,08
Gaya Normal Akibat Beban Gempa EY Pada As. C
Gambar 4.46 Gaya Geser Akibat Beban Gempa Y Pada As. C
Dari gambar diatas dapat terlihat gaya geser yang bekerja justru lebih dominan pada balok, bukan pada kolom. Pada kasus ini gaya geser yang terjadi sama seperti gaya geser biasanya yang semakin kebawah semakin besar, namun disini lebih besar terjadi pada balok. Hal ini dikarenakan gaya geser yang bekerja pada kolom telah diserap oleh kolom-kolom perkakuan sehingga memperkecil gaya yang bekerja pada kolom lainnya. D Kolom Tepi Kolom Tengah Balok Tengah Balok Kantilever Tabel 4.21
Atap (KN) 16,62
Lantai 6 (KN) 38,09
Lantai 1 (KN) -34,95
-0,09
0,26
0,00148
-13,67
-80,3
-176,39
0
2,34
0
Gaya Geser Akibat Beban Gempa EY Pada As. C
Gambar 4.47 Gaya Momen Akibat Beban Gempa Y Pada As. C
Seperti pada geser, pada momen gaya terbesar berada pada balok dibandingkan pada kolom. Hal ini dikarenakan momen yang bekerja pada balok lebih besar dari pada kolom.
M Kolom Tepi Kolom Tengah Balok Tengah Balok Kantilever
Tabel 4.22
Atap (KN) -23,97
Lantai 6 (KN) -43
Lantai 1 (KN) -111,84
0,11
-0,34
-0,0049
63,93
272,35
591,015
0
11,832
0
Gaya Momen Akibat Beban Gempa EY Pada As. C
Gambar 4.48
Letak Titi Kumpul Deformasi
Deformasi Untuk Gempa Statik EX As. C
Atap (cm) 3,4
Lantai 9 (cm) 3,2
Lantai2 (cm) 0,71
Tabel 4.23 Deformasi Akibat Beban Gempa X Jika dibandingkan dengan deformasi akibat gempa Y, deformasi akibat gempa X mempunyai deformasi yang lebih besar. Hal ini dikarenakan, beban yang diberikan pada arah Y sedikit lebih kecil dari pada arah X. Namun perbedaan ini tidak begitu besar mengingat tidak begitu besar perbedaan bentang antara arah X dan Arah Y.
4.49
Gaya Normal Akibat Beban Gempa X As. C
N Kolom Tepi Kolom Tengah
Atap (KN) -5,12
Lantai 1 (KN) 920,86
23,73
41,12
Tabel 4.24 Gaya Normal Akibat Beban Gempa EX Pada As. C
4.50
Tabel 4.25 Gaya Geser Akibat
Gaya Geser Akibat Beban Gempa X Pada As. C
D Kolom Tepi Kolom Tengah Balok Tengah Balok Kantilever
Atap (KN) 65,97
Lantai 6 (KN) 116,97
Lantai 1 (KN) 271,05
14,42
95,69
121,69
-2,21
6,62
21,15
0
1,54
0
Gempa X Pada As. C
Dari gambar diatas dapat terlihat gaya geser yang bekerja justru lebih dominan pada kolom, bukan pada balok seperti akibat gempa Y. Pada kasus ini gaya geser yang terjadi sama seperti gaya geser biasanya yang semakin kebawah semakin besar. Namun gaya yang bekerja pada balok sangat kecil.
4.51
Gaya Momen Akibat Beban Gempa X Pada As. C
M Kolom Tepi
Atap (KN) -113,3
Lantai 6 (KN) -121,72
Lantai 1 (KN) -867,34
Kolom Tengah Balok Tengah Balok Kantilever
-18,87
-124,43
-401,57
95,93
116,98
105,04
0
7,572
0
Kebalikan dengan gaya momen akibat gempa Y yang momen di dominasi dengan momen pada balok, pada gaya momen akibat beban gempa X ini justru lebih di dominasi dengan gaya yang bekerja pada kolom. Kombinasi Pembebanan Kombinasi pembebanan yang diberikan adalah sebagai berikut : 1. 1,4 D 2. 1,4 D + 1,2 L 3. 1 L + 1,2 D + 1 Ex + 0,3 Ey 4. 1 L + 1,2 D – 1 Ex + 0,3 Ey 5. 1 L + 1,2 D + 0,3 Ex – 1 Ey 6. 1 L + 1,2 D + 0,3 Ex + 1 Ey 7. 0,9 D + 1 Ex + 0,3 Ey 8. 0,9 D – 1 Ex + 0,3 Ey 9. 0,9 D + 0,3 Ex + 1 Ey 10. 0,9 D + 0,3 Ex – 1 Ey 11. 1,2 D + 1 L
Gambar 4.52 Deformasi Akibat Combo 6 As. C
Combo 6 mempunyai kombinasi beban 1 L + 1,2 D + 0,3 Ex + 1 Ey dan mempunyai besar deformasi sebesar : Letak Titik Kumpul Tepi Tengah
Atap (cm) -0,6 -0,53
Lantai 9 (cm) -0,6 -0,51
Lantai2 (cm) -0,2 -0,15
Tabel 4.26 Deformasi Combo 6 Pada As.C
Gambar 4.53 Gaya Normal Akibat Combo 6 Pada As. C
N Kolom Tepi Kolom Tengah
Atap (KN) -252,47
Lantai 1 (KN) -5117,18
-189,72
-229,89
Tabel 4.27 Gaya Normal Akibat Combo 6 Pada As.C
Gambar 4.54 Gaya Geser Akibat Combo 6 Pada As. C
Tabel 4.28
D Kolom Tepi Kolom Tengah Balok Tengah Balok Kantilever
Atap (KN) 42,97
Lantai 6 (KN) 196,63
Lantai 1 (KN) 124,25
5,71
35,8
37,69
-69,47
-101,56
-195,81
-52,68
-99,79
-79,21
Gaya Geser Akibat Combo 6 Pada As. 6
Gambar 4.55 Gaya Momen Akibat Combo 6 Pada As. C
M Kolom Tepi Kolom Tengah Balok Tengah Balok Kantilever Tabel 4.29
Atap (KN) -62,50
Lantai 6 (KN) -175,51
Lantai 1 (KN) -397,60
-7,44
-46,46
-124,38
188,83 103,30 9
-302,75
-575,124
-321,05
-225,5
Gaya Momen Akibat Combo 6 Pada As. C
BAB V PENULANGAN ELEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL 5.1
Desain Penulangan Elemen Struktur Pada bab V ini akan membahas tentang perhitungan tulangan yang akan
digunakan dalam perencaan struktur yang telah didesain. Seperti yang telah kita ketahui, baja dalam struktur beton bertulang berfungsi sebagai yang memikul tegangan tarik, sedangkan beton sendiri sebagai yang memikul tegangan tekan. Agar pemakaian tulangan dapat berjalan secara efektif, harus dibuat agar tulangan dan beton dapat mengalami deformasi bersama-sama, yaitu agar terdapat suatu hubungan yang cukup kuat antara kedua material tersebut untuk memastikan tidak adanya gerakan relatif (slip) dari tulangang beton yang berada disekelilingnya.
5.1.1
Penulangan Pelat Dalam mendesain penulangan pada pelat, terlebuh dahulu perlu diketahui
data pembebanan yang bekerja pada pelat.
Lantai 1-9 1. Data Pembebanan Beban Mati Pelat
= 0,12 · 24
KN/ m2
= 2,88
Penutup Lantai
= 0,175
KN/ m2
Plafond + rangka
= 0,18
KN/ m2 +
Wd
= 3,235
KN/ m2
= 2,5
KN/ m2
Beban Hidup Beban Hidup Lantai
Wu = 1,2 qd + 1,6 ql = 1,2 (3,235) + 1,6 (2,5) = 7,882 KN/m2
2. Desain Penulangan Pelat
Data yang
diperlukan untuk perhitungan adalah
a) Tebal pelat (hp)
= 120 mm
b) Tebal penutup beton
= 40
mm
c) Dari CUR 1 halaman 50-52 untuk fy = 270 Mpa dan
fc’= 25 Mpa didapat dari interpolasi ρmin= 0,00295
ρmax= 0,0366
d) Diameter tulangan (Øtulangan)
= 10 mm
e) Tinggi efektif (d) = hp –d’ – ½ Øtulangan
= 120 – 40 – ½ 10 = 75 mm 600 cm
β = lyly=600600=1
600 cm
Dari CUR.4 Hal. 26 didapat : Mlx
= 0,001 Wu lx2 x = 0,001 · 7,882 · 62 · 25
Mly
= 0,001 Wu lx2 x = 0,001 · 7,882 · 62 · 25
Mtx
= 7,0938 kNm
= -0,001 Wu lx2 x = -0,001 · 7,882 · 62 · 51
Mty
= 7,0938 kNm
= -14,47 kNm
= -0,001 Wu lx2 x = -0,001 · 7,882 · 62 · 51
= -14,47 kNm
1. Perhitungan Tulangan Penulangan Arah X Tulangan Lapangan Mu
= 7,0398 kNm
Rn
= Mubd2 = 7,03981·0,752=12,515 kN/m2
Tulangan Tumpuan Mu = 14,47 kNm Rn
= Mubd2 = 14,471·0,752=25,724 kN/m2
Penulangan Arah Y Tulangan Lapangan Mu
= 7,0398 kNm
Rn
= Mubd2 = 7,03981·0,752=12,515 kN/m2
Tulangan Tumpuan Mu = 14,47 kNm Rn
= Mubd2 = 14,471·0,752=25,724 kN/m2
Tulangan Lapangan Arah X Dari CUR 1 Hal. 50-52 untuk fy = 270 Mpa dan fc’ = 25 Mpa didapat dengan cara interpolasi didapatkan : ρmin=
0,00295
ρmax= 0,0366
Untuk ρmin < ρ < ρmaks maka As = ρ· b · d Untuk ρ < ρmin maka As = ρmin · b · d Dipakai ρmin = 0,00295
As = ρmin · b · d = 0,00295 · 1000 · 75 = 221,25 mm2 ≈ 222 mm2 Dipasang tulangan 4 Ø 10 (As = 314 mm2) Tulangan Tumpuan Arah X Dari CUR 1 Hal. 50-52 untuk fy = 270 Mpa dan fc’ = 25 Mpa didapat dengan cara interpolasi didapatkan : ρmin=
0,00295
ρmax= 0,0366
Untuk ρmin < ρ < ρmaks maka As = ρ· b · d Untuk ρ < ρmin maka As = ρmin · b · d Dipakai ρmin = 0,00295 As = ρmin · b · d = 0,00295 · 1000 · 75 = 221,25 mm2 ≈ 222 mm2 Dipasang tulangan 5 Ø 10 (As = 393 mm2) Tulangan Lapangan Arah Y Dari CUR 1 Hal. 50-52 untuk fy = 270 Mpa dan fc’ = 25 Mpa didapat dengan cara interpolasi didapatkan : ρmin=
0,00295
ρmax= 0,0366
Untuk ρmin < ρ < ρmaks maka As = ρ· b · d Untuk ρ < ρmin maka As = ρmin · b · d Dipakai ρmin = 0,00295 As = ρmin · b · d = 0,00295 · 1000 · 75 = 221,25 mm2 ≈ 222 mm2 Dipasang tulangan 4 Ø 10 (As = 314 mm2)
Tulangan Tumpuan Arah Y Dari CUR 1 Hal. 50-52 untuk fy = 270 Mpa dan fc’ = 25 Mpa didapat dengan cara interpolasi didapatkan : ρmin=
0,00295
ρmax= 0,0366
Untuk ρmin < ρ < ρmaks maka As = ρ· b · d Untuk ρ < ρmin maka As = ρmin · b · d Dipakai ρmin = 0,00295 As = ρmin · b · d = 0,00295 · 1000 · 75 = 221,25 mm2 ≈ 222 mm2 Dipasang tulangan 5 Ø 10 (As = 393 mm2)
Lantai Atap 1. Data Pembebanan Beban Mati Pelat
= 0,12 · 24
KN/ m2
= 2,88
Plafond + rangka
KN/ m2
= 0,18
+ Wd
KN/ m2
= 3,06
Beban Hidup Beban Hidup Lantai
KN/ m2
= 2,5
Wu = 1,2 qd + 1,6 ql = 1,2 (3,06) + 1,6 (2,5) = 7,672 KN/m2
2. Desain Penulangan Pelat
Data yang
diperlukan untuk perhitungan adalah
a) Tebal pelat (hp)
= 120 mm
b) Tebal penutup beton
= 40
mm
c) Dari CUR 1 halaman 50-52 untuk fy = 270 Mpa dan
fc’= 25 Mpa didapat dari interpolasi ρmin= 0,00295
ρmax= 0,0366
d) Diameter tulangan (Øtulangan)
= 10 mm
e) Tinggi efektif (d) = hp –d’ – ½ Øtulangan
600 cm
= 120 – 40 – ½ 10 = 75 mm
600 cm β = lyly=600600=1
Dari CUR.4 Hal. 26 didapat : Mlx
= 0,001 Wu lx2 x = 0,001 · 7,672 · 62 · 25 = 6,95 kNm
Mly
= 0,001 Wu lx2 x = 0,001 · 7,672 · 62 · 25 = 6,95 kNm
Mtx
= -0,001 Wu lx2 x = -0,001 · 7,672 · 62 · 51
Mty
= -14,09 kNm
= -0,001 Wu lx2 x = -0,001 · 7,672 · 62 · 51
= -14,09 kNm
Perhitungan Tulangan Penulangan Arah X Tulangan Lapangan Mu
= 6,95 kNm
Rn
= Mubd2 = 6,951·0,752=12,36 kN/m2
Tulangan Tumpuan Mu = 14,09 kNm Rn
= Mubd2 = 14,091·0,752=25,05 kN/m2
Penulangan Arah Y
Tulangan Lapangan Mu
= 6,95 kNm
Rn
= Mubd2 = 6,951·0,752=12,36 kN/m2
Tulangan Tumpuan Mu = 14,09 kNm Rn
= Mubd2 = 14,091·0,752=25,05 kN/m2
Tulangan Lapangan Arah X Dari CUR 1 Hal. 50-52 untuk fy = 270 Mpa dan fc’ = 25 Mpa didapat dengan cara interpolasi didapatkan : ρmin=
0,00295
ρmax= 0,0366
Untuk ρmin < ρ < ρmaks maka As = ρ· b · d Untuk ρ < ρmin maka As = ρmin · b · d Dipakai ρmin = 0,00295 As = ρmin · b · d = 0,00295 · 1000 · 75 = 221,25 mm2 ≈ 222 mm2 Dipasang tulangan 4 Ø 10 (As = 314 mm2) Tulangan Tumpuan Arah X Dari CUR 1 Hal. 50-52 untuk fy = 270 Mpa dan fc’ = 25 Mpa didapat dengan cara interpolasi didapatkan :
ρmin=
0,00295
ρmax= 0,0366
Untuk ρmin < ρ < ρmaks maka As = ρ· b · d Untuk ρ < ρmin maka As = ρmin · b · d Dipakai ρmin = 0,00295 As = ρmin · b · d = 0,00295 · 1000 · 75 = 221,25 mm2 ≈ 222 mm2 Dipasang tulangan 5 Ø 10 (As = 393 mm2) Tulangan Lapangan Arah Y Dari CUR 1 Hal. 50-52 untuk fy = 270 Mpa dan fc’ = 25 Mpa didapat dengan cara interpolasi didapatkan : ρmin=
0,00295
ρmax= 0,0366
Untuk ρmin < ρ < ρmaks maka As = ρ· b · d Untuk ρ < ρmin maka As = ρmin · b · d Dipakai ρmin = 0,00295 As = ρmin · b · d = 0,00295 · 1000 · 75 = 221,25 mm2 ≈ 222 mm2 Dipasang tulangan 4 Ø 10 (As = 314 mm2)
Tulangan Tumpuan Arah Y Dari CUR 1 Hal. 50-52 untuk fy = 270 Mpa dan fc’ = 25 Mpa didapat dengan cara interpolasi didapatkan : 0,00295
ρmin=
ρmax= 0,0366
Untuk ρmin < ρ < ρmaks maka As = ρ· b · d Untuk ρ < ρmin maka As = ρmin · b · d Dipakai ρmin = 0,00295 As = ρmin · b · d = 0,00295 · 1000 · 75 = 221,25 mm2 ≈ 222 mm2 Dipasang tulangan 5 Ø 10 (As = 393 mm2)
5.1.2
Balok
Dalam merencanakan penulangan-penulangan pada balok, sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu momen-momen yang telah dihasilkan dari output analisis struktur pada ETABS. 1. Balok Umum –
Dimensi balok
= 350/700 mm
–
Tebal penutup beton
= 40 mm
Asumsi tulangan utama
: 22 mm
Diameter tulangan sengkang : 10 mm d’ = 40 + 10 + (½ 22) d = h – d’
: 61 mm
= 700 – 61
: 639 mm
d'h-d'= 61639=0.0978 ≈0,1
Tulangan Lentur Pada Balok Umum fy = 270 Mpa fc’ = 25
Mpa
Dari CUR 1 Hal. 50-52 untuk fy = 270 Mpa dan fc’ = 25 Mpa didapat dengan cara interpolasi didapatkan : ρmin=
0,00295
ρmax= 0,0366
Tulangan Lapangan Dari output ETABS didapat momen paling besar : Mu = 898,078 kNm Rn
= Mub∙d2 = 898,0780,35∙0,72 = 5206,67 kNm ≈ 5200 kNm
Dari Tabel CUR 4 Tabel 5.3.e halaman 63 Dengan nilai fy = 270 Mpa dan fc’ = 25 Mpa didapatkan dengan cara interpolasi : d'd=0,1 didapatkan ρ = 0,0272
As = ρ · b · d As = 0,0272 · 350 · 639 = 6083,28 mm2
As’ = ½ As = ½ · 6083,28 = 3041,64 mm2 Menghitung jumlah tulangan Yang didapat dari tabel 5.3.e diatas merupakan ρ untuk tulangan tarik saja, sedangkan ρ untuk tulangan tekan adalah ½ dari ρ tulangan tarik. Untuk tulangan tarik didapat As = 6083,28 mm2 Dari Tabel CUR. 4 Hal. 15 didapatkan jumlah tulangan 8 dengan diameter 32 8 D 32 (As = 6434 mm2) Periksa tulangan terpasang : As aktual = 6364 mm2 d aktual
= 639 mm
ρ aktual = Asbw∙d= 6364350∙639=0,0285 ρmin < ρ < ρmax
0,00295 < 0,0285 < 0,0366 Tulangan tarik 8 D 32 pada lapangan dapat digunakan Tulangan Tekan Didapatkan As’ = 3041,64 mm2 Dari Tabel CUR. 4 Hal. 15 didapatkan jumlah tulangan 5 dengan diameter 28 5 D 28 (As = 3079 mm2)
Periksa tulangan terpasang : As aktual = 3079 mm2 d aktual
= 639 mm
ρ aktual = Asbw∙d= 3079350∙639=0,0138 ρmin < ρ < ρmax
0,00295 < 0,0138 < 0,0366 Tulangan tekan 5 D 28 pada lapangan dapat digunakan Tulangan Tumpuan Selimut beton = 40 mm H = 700 mm Asumsi : Diameter tulangan utama = 22 mm Diameter tulangan sengkang = 10 mm d’ = 40 + 10 + ( ½ 22) = 61 mm h – d’ = 700 – 61 = 639 mm d'd=0,1 didapatkan ρ = 0,0272
Dari output ETABS didapatkan Mu tumpuan paling besar Mu = 1121,16 kNm
Rn
= Mub∙d2 = 1102,30,35∙0,72 = 6417,38 kNm ≈ 6400 kNm
Dari Tabel CUR 4 Tabel 5.3.e halaman 63 Dengan nilai fy = 270 Mpa dan fc’ = 25 Mpa didapatkan dengan cara interpolasi : d'd=0,1 didapatkan ρ = 0,0302
As = ρ · b · d As = 0,0302 · 350 · 639 = 6764,014 mm2 As’ = ½ As = ½ · 5278,14 = 3382 mm2 Menghitung jumlah tulangan Yang didapat dari tabel 5.3.e diatas merupakan ρ untuk tulangan tarik saja, sedangkan ρ untuk tulangan tekan adalah ½ dari ρ tulangan tarik. Untuk tulangan tarik didapat As = 6764,014 mm2 Dari Tabel CUR. 4 Hal. 15 didapatkan jumlah tulangan 8 dengan diameter 32 8 D 32 (As = 6434 mm2) + 3 D 12 (As = 339 mm2) Periksa tulangan terpasang : As aktual = 6773 mm2 d aktual
= 639 mm
ρ aktual = Asbw∙d= 6773350∙639=0,03 ρmin < ρ < ρmax
0,00295 < 0,03 < 0,0366 Tulangan tarik 8 D 32 + 3 D 12 pada tumpuan dapat digunakan Tulangan Tekan Didapatkan As’ = 3382, mm2 Dari Tabel CUR. 4 Hal. 15 didapatkan jumlah tulangan 6 dengan diameter 28 6 D 28 (As = 3695 mm2) Periksa tulangan terpasang : As aktual = 3695 mm2 d aktual
= 639 mm
ρ aktual = Asbw∙d= 3695350∙639=0,0167 ρmin < ρ < ρmax
0,00295 < 0,0167 < 0,0366 Tulangan tekan 6 D 28 pada tumpuan dapat digunakan Tulangan Geser Pada Balok Dari output ETABS didapatkan besar gaya geser yang terjadi pada balok adalah Vu
= 273,43 kNm = 27343 kg
Asumsi :
Diameter tulangan utama
= 20 mm
Diameter tulangan sengkang = 10 mm As = 157 mm Tebal selimut beton
= 40 mm
d’ = 40 + 10 + ( ½ 20)
= 60 mm
d = h – d’ = 700 – 60
= 640 mm
s = 6402=320 mm diambil yang terkecil h4=7004=175 mm=17,5 cm
16 D = 16 · 10 = 160 mm = 16 cm
diambil s = 15 cm
15 cm Nilai Vc dan Vs dapat dihitung secara manual, seperti pada rumus dibawah ini : Periksa apakah Vu ≤ φVn Rumus : Vc = 16fc'∙bw∙d = 1625∙350∙640 = 186666,67 N = 186,67 kN Vu ≤ φ Vc 273,43 ≤ φ 186,67 Vs = As·fy·ds = 157∙270∙640150=180979,2 N = 180,98 kN Vn = Vc + Vs = 186,67 + 180,98 = 367,65 kN
Periksa dengan rumus = Vu ≤ Ø · Vn = 273,43 ≤ 0,6 · 367, 65 = 273,43 ≤ 220,59 Dapat disimpulkan bahwa balok memerlukan tulangan geser
5.1.3
Kolom Tulangan Lentur Pada Kolom Data-data yang digunakan untuk menentukan tulangan lentur pada pada kolom sama
seperti data yang diperlukan untuk menentukan tulangan lentur pada balok. fy = 270 Mpa fc’= 25 Mpa Selimut beton = 40 mm B = 900 mm H = 900 mm Asumsi Tulangan utama
: 20
mm
Diameter tulangan sengkang : 10
mm
d’ = 40 + 10 + ( ½ 20)
mm
: 60
d'h=0,1
Ø = 0,8 Untuk menentukan penulangan pada kolom dapat dibedakan menjadi dua bagian, diantaranya : 1. Tulangan dipasang simetris pada dua sisi penampang kolom 2. Tulangan dipasang sama rata pada sisi-sisi penampang kolom Dalam penulangan struktur kolom bangunan ini yang penulis gunakan adalah kedua-duanya. Untuk kolom persegi panjang, tulangan dipasang simetris pada dua sisi penampang kolom. Sedangkan untuk kolom persegi, tulangan dipasang sama rata pada sisi-sisi penampang kolom. Untuk menentukan tulangan dapat menggunakan tabel dan grafik yang terdapat pada CUR 4 Dari hasil output ETABS didapat data : Mu
=1217 kNm
Pu
= 69,894 kNm
Pada sumbu vertikal (ordinat) dinyatakan : Pu∅∙Agr∙0,81∙fc'= 6918940,890·900,81·250=0,05
Pada sumbu horizontal dinyatakan : Pu∅∙Agr∙0,81∙fc' ×eth
et = MnPu=121741691894=0,16 Maka, 1217410,8×90×90×0,81∙0,1690=0,04
Karena tulangan dipasang sama rata, maka pada grafik penulangan kolom didapat : r = 0,007 β=1 menentukan harga ρ ρ = r × β = 0,007 × 1 = 0,007 As = ρ × b × h = 0,007 × 900 × 900 = 5670 mm2 Dengan penampang tulangan 5670 mm2 didapatkan jumlah tulangan sebanyak 8 buah tulangan dengan diameter 32, 8 D 32 (As = 6434 mm2) Tulangan Geser Pada Kolom Dari output etabs dapat diketahui Vu = 12,644 kNm Nu = 6796,15 kNm Asumsi : Diamter tulangan utama
: 20 mm
Diameter tulangan sengkang : 10 mm d’ = 60 mm Jarak sengkang tidak perlu lebih dari
h4=9004=225 mm=22,5 cm
S ≤ 8D = 8 · 10 = 80 mm = 8 cm 10 cm
1,5 h = 1,5 · 900 = 1350 mm =135 cm 16bentangan= 16∙900=150 mm=15 cm
ambil yang terkecil s = 15 cm
75 cm
Nilai Vc dan Vs dapat dihitung secara manual, seperti pada rumus dibawah ini : Periksa apakah Vu ≤ φVn Rumus : Vc = 16fc'∙bw∙d = 1625∙900∙900 = 675000 N = 675 kN Vu ≤ φ Vc 12,644 ≤ φ 675 Vs = As·fy·ds = 157∙270∙900150=254340 N = 254,34 kN Vn = Vc + Vs = 675 + 254,34 = 929,34 kN Periksa dengan rumus = Vu ≤ Ø · Vn = 12,64 ≤ 0,6 · 929,34 = 12,64 ≤ 557,604 Dapat disimpulkan bahwa kolom tidak memerlukan tulangan geser
5.1.4
Diagram Interaksi Diagram interaksi ini didapat dari hasil program ETABS, dari nilai P dan
Hasil As yang didapat pada ETABS = 5161 mm2 Tidak begitu jauh dari hasil perhitungan manual As = 5670 mm2
Diagram Interaksi
5.1.5
Perhitungan Balok Kantilever Dengan Beton Prategang Balok-balok kantilever pada struktur dihitung secara parsial dengan menggunakan beton
prategang, yang dimaksudkan agar balok-balok tidak mengalami retak-retak yang dikarenakan bentangnya yang cukup panjang. Besar momen yang dipikul oleh beton prategang ini merupakan sisa dari momen yag ditanggung oleh tulangan pasif, dengan kata lain, penggunaan prategang ini merupakan pengganti dari tulangan yang mengalami tarik. Perhitungan Pra Tegang Pada Balok Kantilever Lantai 5 Panjang Bentang
:4m
Dimensi Balok
: 450/800 mm
Dari output etabs didapat
Δ Mu = 347,87 kNm
10 cm
60 cm
Pp · 0,25 m = Δ Mu 0,25 Pp = 347,87 kNm Pp
= 1391,48 kNm
Kehilangan Tegangan 20 % dari Pp Po = 20 % · Pp = 20 % · 1391,38 = 278,3 kN Dari Tabel 1.1 Buku Desain Praktis Beton Prategang didapatkan 3 Kabel D 9,3 Dengan fy = 1860 Mpa
Tulangan Geser Dari output ETABS didapatkan besar gaya geser yang terjadi pada balok adalah Vu
= 222,22 kNm
Asumsi : Diameter tulangan utama
= 20 mm
Diameter tulangan sengkang = 10 mm As = 157 mm Tebal selimut beton
= 40 mm
d’ = 40 + 10 + ( ½ 20)
= 60 mm
d = h – d’ = 800 – 60
= 740 mm
s = 7402=370 mm diambil yang terkecil h4=8004=200 mm=20 cm
16 D = 16 · 10 = 160 mm = 16 cm
diambil s = 10 cm
10 cm Nilai Vc dan Vs dapat dihitung secara manual, seperti pada rumus dibawah ini : Periksa apakah Vu ≤ φVn Rumus : Vc = 16fc'∙bw∙d = 1625∙450∙750 = 337500 N = 337,5 kN
Vu ≤ φ Vc 222,22 ≥ 0,6 · 337,5 = 202,5 Maka : Ø Vs = Vu - Ø Vc Ø Vs = 222,22 – 202,5 = 19,75 kN Ø Vs
= 19,75
∅Vsbd=19,750,45 x 0,55=79,8 kN/m2 = Øvs
G = Gaya lintang sepanjang y yang harus ditanggung sengkang = y x b x Ø vs = 0,75 x 0,45 x 79,8 = 26,93 kN s = gaya sengkang sepanjang y dari n buah sengkang = n x Ø fy x As1 = n x (0,6 x 24 x 158) = 2275,2 n
∑v = 0 maka, nilai s = G Maka n = Gs=26,932275,2=0,01 S = yn== 751=75 Berdasarkan ketentuan jarak maksimal sengkang 30 cm sedangkan dilapangan dominan dipakai maks = 25 cm, maka dalam kantilever ini memakai tulangan geser Ø 10- 25 cm
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan 1. Dari hasil perhitungan dan pembebanan, maka pada pengambilan dimensi kolom dipecah atau dibagi-bagi menjadi beberapa bagian menurut lantai dan letak dari kolom tersebut. Misalnya pada kolom pinggir, dibagi-bagi menjadi kolom pinggir untuk lantai 1-3, lantai 4-7, dan 8-10. Sedangkan pada kolom perkakuannya dibagi menjadi 2 bagian. Kolom besar 1 untuk lantai 1-5, dan kolom besar 2 untuk lantai 6-10. 2. Pada saat permodelan struktur pada ETABS, penggunaan dimensinya sempat berbeda dengan hasil-hasil pada perhitungan manual, hal ini dikarenakan pada perhitungan manual diambil secara garis besar, berbeda dengan pada saat di input pada ETABS yang secara otomatis dihitung secara mendetail. 3. Pada perhitungan penulangan dihitung dengan menggunakan dua metode, manual dan dengan menggunakan program ETABS yang dipakai sebagai koreksi. Hasil yang didapat melalui output ETABS dan manual tidak begitu jauh perbedaannya.
4. Dari hasil permodelan struktur pada ETABS, dapat dilihat bahwa perbedaan bentang pada setiap lantai sangat mempengaruhi deformasi pada gedung, maka dari itu pada bagian kantilever-kantilever yang mengalami perubahan bentang pada setiap lantai harus mendapat perhatian yang lebih. 5. Beton prategang yang didesain hanya untuk memikul kekurangan moment pada kantilever. 6.2
Saran
Dari Tugas Akhir yang penulis susun, penulis ingin memberikan beberapa saran yang dapat disampaikan : 1. Perlunya studi lanjut tentang pondasi apa yang akan digunakan dalam struktur yang penulis desain. Mengingat desain yang membesar dibagian tengah lalu mengecil lagi pada bagian atas. Perlunya perhitungan khusus dalam mendesain pondasi untuk bangunan seperti ini. 2. Dikarenakan tinggi total gedung dan bentang kantilever yang tidak begitu panjang, maka perubahan bentuk tidak begitu terlihat. Penulis menyarankan, untuk menambahkan tinggi lantai dan bentang kantilever agar perubahan – perubahan pada desain lebih terlihat, tentunya butuh perhatian yang lebih pada perhitungan beban gempa dan pada saat penulangan pada bagian kantilever 3. Disarankan untuk dapat lebih memperkecil dimensi-dimensi lainnya bisa menambahkan atau mencoba sistem perkakuan lain, seperti mis. menggunakan corewall pada bagian tengah lantai.
Daftar Pustaka
Badan Standarisasi Nasional. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI 03 – 1726 – 2002). Badan Standarisasi Nasional. 2002. Rahmat, Purwono. Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa Sesuai Dengan SNI – 1726 dan SNI-2487 Terbaru. ITS Press Surabaya. 2006. Universitas Semarang. Struktur Beton. Badan Penerbit Universitas Semarang. 1999. W.C Vis, Gideon Kesuma. Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang Berdasarkan SKSNI T - 15 - 1991 – 03 (CUR). Erlangga, 1997: Jakarta