TUGAS AKHIR PENGUJIAN KINERJA CAMPURAN ASPAL MINYAK DAN ASPAL POLIMER PADA CAMPURAN PERKERASAN JALAN DENGAN ALAT IMMERSAD WHEEL TRACKING Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata I ( S-1 )
Disusun oleh : SUPARNO 4110411- 030
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SARJANA KOMPREHENSIF LOKAL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA No. Dokumen Tgl. Efektif
01142344100 7 Juni 2008
Q
Distribusi
Tugas akhir ini untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Teknik, jenjang pendidikan Strata 1 (S-l), Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Mercu Buana, Jakarta. Judul Tugas Akhir
: Pengujian Kinerja Campuran Aspal Minyak dan Aspal Polimer Pada Campuran Perkerasan Jalan dengan Alat Immersad Wheel Tracking.
Disusun oleh : Nama
: Suparno
Nomor Induk Mahasiswa
: 4110411 - 030
Jurusan / Program Studi
: Teknik Sipil
Fakultas
: Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana, Jakarta
Telah diperiksa, disetujui dan dinyatakan LULUS pada sidang sarjana. Tanggal : 15 Pebruari 2009 Pembimbing,
Ketua Penguji
Ir. H. Alizar, MT
Ir.Hj. Sylvia Indriany, MT Jakarta,
Pebruari 2009
Mengetahui, Ketua Program Studi Teknik Sipil
Ir. Mawardi Amin, MT
ii
ABSTRAK Judul : Pengujian Kinerja Campuran Aspal Minyak dan Aspal Polimer Pada Perkerasan Jalan Dengan Alat Immersad Whell Tracking, Nama : S u p a r n o NIM : 4110411 – 030, Pembimbing : Ir. H. Alizar, MT. Tahun : 2009 Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk mengetahui kinerja campuran Aspal Minyak dan Aspal Polimer terhadap karakteristik campuran aspal. Sebelum melakukan pemeriksaan dan pengujian di Laboratorium terlebih dahulu mempersiapkan bahan atau material. Agregat yang di gunakan adalah agregat yang memenuhi standard campuran AC-WC dengan gradasi Fuller, bahan pengikat yang digunakan adalah Aspal Minyak pen 60/70 dan Aspal Polimer yaitu Aspal sejenis AC (Aspal Cement) pen 60/70 yang telah di modifikasi dengan bahan-bahan Polimer tertentu. Beberapa karakteristik campuran yang di peroleh dari hasil pengujian dengan Marshall antara lain Stabilitas Aspal Minyak 1276.74 kg, Aspal Polimer 1349.21kg, Kelelahan (Flow) Aspal Minyak 3.70% Aspal Polimer 3.66%, kekakuan (MQ) Aspal Minyak 345.28, Aspal Polimer 370.94 , rongga dalam campuran (VIM) Aspal Minyak 4.54, Aspal Polimer 4.37, dan rongga dalam agregat (VMA) Aspal Minyak 16.89, Aspal Polimer 16.31 dan Stabilitas Perendaman 30-40 menit Aspal Minyak 1348.7, Aspal Polimer 1346.0, Stabilitas Perendaman 24 jam Aspal Minyak 86.46, Aspal Polimer 87.67 Dari hasil analisa pengujian Marshall untuk jenis Aspal Minyak didapat Kadar Aspal Optimum 5,85%, sedangkan untuk Aspal Polimer didapat Kadar Aspal Optimum 5,74 %, Kemudian hasil uji dengan mesin Whell Tracking untuk jenis Aspal Minyak di dapat DO = 3.11 mm, DS = 1968.8 lintasan/menit, RD = 0.0213 mm/menit dan jenis Aspal Polimer didapat DO = 1.80 mm, DS = 4200.0 lintasan/menit, RD = 0.0100 mm/menit, dari hasil yang didapat pada pengujian campuran Aspal Minyak dan Aspal Polimer yang menghasilkan stabilitas dinamis yang masuk spesifikasi adalah Aspal Polimer seperti yang disyaratkan JRA 1980 dengan DS 2600 lintasan/menit. Kata kunci
: AC-WC, Aspal Minyak, dan Aspal Polimer, Immersad Whell Tracking.
iv
DAFTAR ISI Halaman JUDUL.....................................................................................................
i
LEMBARAN PENGESAHAN...............................................................
ii
SURAT PERNYATAAAN…. ...............................................................
iii
ABSTRAK……………………………………………………………...
iv
KATA PENGANTAR.............................................................................
v
DAFTAR ISI ..........................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................
xii
DAFTAR TABEL....................................................................................
xiii
BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang....................................................................
1-1
1.2. Maksud Dan Tujuan...........................................................
1-3
1.3. Ruang Lingkup Dan Batasan Masalah..............................
1-3
1.4. Metode Penelitian...............................................................
1-4
1.5. Sistimatika Penulisan..........................................................
1-5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum.................................................................................
2-1
2.2. Lapisan Aspal Beton..........................................................
2-2
2.2.1. Agregat ..................................................................
2-3
2.2.2. Klasifikasi Agregat.................................................
2-4
2.2.2.1. Agregat Buatan.......................…………..
2-4
2.2.2.2 Asal Terjadinya Agregat ...……..….…….
2-4
2.2.2.3. Sumber Agregat ………………………...
2-5
2.2.2.4. Agregat Kasar (Ca) …………………...…
2-5
2.2.2.5 Agregat Halus ……………………………
2-5
2.2.3. Gradasi Agregat …………………...…....................
2-8
vii
2.2.3.1. Aspal Keras ………………………...……
2-9
2.2.3.2. Bahan Pengisi ( Filler )..............................
2 - 12
2.2.4. Campuran Laston …………………………………..
2 - 13
2.3. Aspal / Bitumen …………………………………………..
2 - 13
2.3.1. Aspal Semen ( Aspal Minyak )…………………….
2 - 15
2.3.1.1. Fungsi Aspal Murni ………………...…….
2 - 16
2.3.1.2. Sifat-Sifat Aspal Murni ………….............
2 - 16
2.3.2. Aspal Polimer ………………………………………
2 - 17
2.4. Metode Dan Jenis Pengujian ……………………...………
2 - 18
2.4.1. Pembuatan Benda Uji Marshall ……… …………...
2 - 18
2.4.2. Pengujian dengan Mesin Wheel Tracking ………….
2 - 19
BAB III : METODELOGI PENELITIAN 3.1. Prosedur Penelitian …………………...…………………...
3-1
3.2. Bagan Alir …………………………………………………. 3 - 3 3.3. Pemeriksaan Bahan di Laboratoriu………...………………
3-4
3.3.1. Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los Anggeles…....................................……..
3-4
3.3.2. Pengujian Kelekatan Agregat terhadap Aspal........…
3-6
3.3.3. Pengujian Sifat Kekekalan bentuk Agregat terhadap Larutan Natrium Sulfat dan Magnesium Sulfat…….
3-7
3.3.4. Pengujian jumlah bahan dalam Agregat Lolos Saringan No.# 200.....................................................
3-8
3.3.5. Metode Pengujian Agregat Halus / Pasir yang mengandung bahan Plastis dengan cara setara pasir (Sand Equivalen)…………………………………… 3 - 9 3.3.6. Pengujian Butiran Agregat Kasar berbentuk Pipih / Lonjong…………………………………………….
3 - 11
3.3.7. Pemeriksaan Jumlah Agregat Berbidang Pecah…....
3 - 13
3.4. Pengujian Aspal untuk campuran beraspal panas.................. 3 - 14 3.4.1. Pengujian Aspal ........................................................... 3 - 15
viii
3.4.2. Pengujian untuk Aspal keras......................................... 3 - 16 3.4.2.1. Pengujian Penetrasi bahan-bahan Bitumen / Aspal…………………………………….
3 - 16
3.4.2.2. Pengujian Titik nyala dan Titik bakar dengan Cleveleand Open Cup .................................... 3 - 17 3.4.2.3. Pengujian Daktilitas bahan-bahan Aspal........ 3 - 19 3.4.2.4. Pengujian berat jenis Aspal padat .................. 3 - 21 3.4.2.5. Pengujian Kelekatan Aspal pada Agregat dalam air……………………………………. 3 - 22 3.5. Pengujian Berat Jenis .......................................................... 3 - 23 3.6. Perencanaan Campuran (Mix Design) ................................ 3 - 24 3.7. Pengujian Marshall .............................................................. 3 - 25 3.7.1. Pengujian Campuran beraspal dengan alat Marshall.. 3 - 25 3.7.2. Pengujian Campuran beraspal dengan alat Marshall Standard................................................................... 3 - 26 3.8. Pengujian Berat Jenis Maksimum Campuran Beraspal...... 3 - 30 3.9. Menentukan Kadar Aspal Optimum……...………….......
3 - 32
3.10. Pengujian dengan Mesin Wheel Tracking.........................
3 - 33
BAB IV : ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil dan Analisa Pengujian Agregat................................
4-1
4.1.1. Pengujian Agregat Kasar….....................................
4-1
4.1.2. Pengujian Agregat Halus….....................................
4-2
4.2. Hasil Pengujian Aspal .......................................................
4-3
4.2.1 Hasil Pengujian Aspal Minyak ...............................
4-3
4.2.2 Hasil Pengujian Aspal Polimer ...............................
4-4
4.3. Penggabungan Agregat ...................................................
4-5
4.4. Percobaan Marshall .........................................................
4-7
4.4.1. Pengujian Campuran Beraspal dengan Alat Marshall Test……………………………………
4-8
4.4.2. Hasil Uji Campuran Beraspal dengan Alat Marshall 4 - 9
ix
4.4.2.1. Hasil Uji Marshall untuk Mencari Kadar Aspal Optimum Aspal Polimer................
4-9
4.4.2.2 Hasil Uji Marshall untuk mencari Kadar Aspal Optimum untuk jenis Aspal Minyak Pen 60/70………………………………
4-9
4.4.2.2.1. Analisa Data Hasil Pengujian Marshall pada kadar Aspal Optimum untuk jenis Aspal Minyak Minyak Pen 60/70……
4 - 11
4..4.2.2.2. Pengaruh Stabilitas dan VIM ...
4 - 12
4.4.2.3. Hasil Uji Marshall untuk mencari Kadar Aspal Optimum untuk jenis Aspal Polimer E 55 ............................................................
4 - 13
4.4.2.4. Perbedaan Hasil Perencanaan Campuran Aspal Minyak dan Aspal Polimer (Mix Design)……………………………… 4 - 14 4.4.2.5. Evaluasi Hasil Pengujian Marshall ............
4 - 16
4.5. Analisa Data Hasil Pengujian Marshall ..............................
4 - 16
4.5.1. Analisa Data Hasil Pengujian Pada Kadar Aspal Optimum……………………………………………
4 - 16
4.5.2. Analisa Data Hasil Pengujian Marshall pada jenis Aspal……………………………………………….
4 - 16
4.5.2.1. Nilai Presentase Rongga Udara terhadap Agregat (VMA)……..…………………..
4 - 16
4.5.2.2. Nilai Stabilitas …........................................... 4 - 17 4.5.2.3. Nilai Presentase Rongga Terhadap Campuran (VIM)……………………………………… 4 - 18 4.6. Hasil Uji Marshall Question…….…………….................... 4 - 19 4.7. Pemeriksaan Wheel Tracking ………………………....….. 4 - 19 4.7.1. Pemeriksaan Komposisi Campuran (Mix Design) Aspal Minyak.............................................................. 4 - 20
x
4.7.2. Pemeriksaan Komposisi Campuran Aspal Polimer… 4 - 21 4.8. Hasil Pengujian Stabilitas Dinamis……………………….. 4 - 22 4.9. Analisa Data Hasil Pengujian Stabilitas Dinamis…………. 4 - 25
BAB V : PENUTUP 5.1. Kesimpulan ………………………...……………………….. 5 - 1 5.2. Saran…………………………...……..................................... 5 - 2
Daftar Pustaka Lampiran
xi
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Spesifikasi Gradasi Agregat Kasar....................................... II - 4 Tabel 2.2 Spesifikasi Gradasi Agregat Halus....................................... II - 4 Tabel 2.3 Ketentuan Agregat Kasar...................................................... II - 5 Tabel 2.4 Ketentuan Agregat Halus ..................................................... II - 5 Tabel 3.1 Gradasi Agregat Untuk Campuran Aspal............................. II - 7 Tabel 3.2 Contoh Batas-batas Bahan Bergradasi Senjang.................... II - 7 Tabel 3.3 Persyaratan Aspal Keras Pen 60 ........................................... II - 8 Tabel 3.4 Persyaratan Aspal Polimer ................................................... II - 8 Tabel 3.5 Gradasi Bahan Pengisi ......................................................... II - 10 Tabel 3.6 Persyaratan Campuran Lapis Aspal Beton .......................... II - 10 Tabel 4.1 Hasil Pengujian Agregat Kasar.............................................. IV - 1 Tabel 4.2 Hasil Pengujian Agregat Halus Lolos Saringan # 4.............. IV - 2 Tabel 4.3 Hasil Pengujian Aspal Minyak.............................................. IV - 3 Tabel 4.4 Hasil Pengujian Aspal Polimer ............................................. IV - 4 Tabel 4.5 Hasil Rencana Gradasi Campuran Beraspal Panas................ IV - 5 Tabel 4.6 Grafik Fuler Ukuran Saringan................................................ IV - 5 Tabel 4.7 Komposisi Hasil Campuran .................................................. IV - 12 Tabel 4.8 Perbedaan Hasil Pemeriksaan Marshall 2 Jenis Aspal ......... IV - 13 Tabel 4.9 Perendaman Aspal ................................................................ IV - 16 Tabel 4.10 Komposisi Hasil Campuran ................................................ IV - 17 Tabel 4.11 Hasil Pengujian Campuran Beraspal.................................... IV - 19 Tabel 4.12 Hasil Uji Wheel Tracking Machine (WTM)........................ IV - 19 Tabel 4.13 Resume Hasil Pengujian 2 Jenis Aspal ............................... IV - 21
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Diagram Alir...................................................................
III - 3
Gambar 3.2 Mesin Abrasi...................................................................
III - 5
Gambar 3.3 Peralatan untuk Pembacaan Pasir ...................................
III - 9
Gambar 3.4 Jangka Ukur Rasio...........................................................
III - 11
Gambar 3.5 Pengujian Penetrasi .......................................................... III - 15 Gambar 3.6 Pengujian Titik Lembek Aspal .......................................
III - 17
Gambar 3.6.a Pengujian Daktilitas......................................................
III - 18
Gambar 3.6.b Pengujian Daktilitas ..................................................... III - 18 Gambar 3.7 Pengujian Berat Jenis Aspal ...........................................
III - 19
Gambar 3.7.a Pembuatan Campuran Beraspal ...................................
III - 24
Gambar 3.7.b Alat Marshall ...............................................................
III - 25
Gambar 3.7.c Pengujian JMF .............................................................
III - 25
Gambar 3.7.d Water Bath...................................................................
III - 25
Gambar 3.7.e Pengujian Kering Permukaan Jenuh.............................
III - 25
Gambar 3.8 Cara Menentukan Kadar Aspal Optimum.......................
III - 28
Gambar 4.1 Grafik Fuler Ukuran Saringan.........................................
IV - 5
Gambar 4.2 Volumetrik Campuran Beraspal......................................
IV - 6
Gambar 4.3 Percobaan Marshall Aspal Minyak.................................. IV - 7 Gambar 4.4 Percobaan Marshall Aspal Polimer.................................. IV- 10
xii
Tugas Akhir
Bab I Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Pemberian lapisan baru di atas tanah dasar pada rute atau jalan tanah yang akan di lewati lalu lintas dimaksudkan untuk meningkatkan daya dukung jalan tanah tersebut. Semua lapisan yang diletakan di atas tanah dasar ini disebut perkerasan jalan. Pada perkerasan lentur, semakin jauh titik pada perkerasan jalan terhadap beban lalu lintas maka semakin kecil beban yang dipikul oleh titik tersebut. Atas dasar itu dan pertimbangan ekonomi maka perkerasan jalan dibuat berlapis-lapis dimana lapisan yang lebih kuat/baik di atas lapisan yang lebih lemah.
Perencanaan tebal perkerasan dimaksudkan untuk menentukan tebal rencana masing-masing lapisan pada struktur perkerasan jalan. Sehubungan dengan kemampuan material yang digunakan untuk memikul beban.
Mutu perkerasan beraspal untuk lalu lintas berat dan padat sangat dipengaruhi oleh mutu aspal, mutu agregat, gradasi campuran dan sifat sifat dari campuran beraspal. Dalam perencanaan campuran atau Jobmix formula aspal beton, selama ini kita melakukan pengujian secara empiris dengan menggunakan Uji Marshall adapun dari hasil pengujian Stabilitas Marshall belum menunjukan kinerja yang sesungguhnya di lapangan, untuk itu perlu dilakukan pengujian Stabilitas Dinamis.
Suparno Nim 411 0411 - 030
I-1
Tugas Akhir
Bab I Pendahuluan
Pengujian campuran dinamis untuk campuran beraspal terutama untuk lalu lintas berat dan padat dengan menggunakan alat Wheel Tracking sangat diperlukan, dengan Wheel Tracking kita dapat mengetahui nilai stabilitas dinamis, kecepatan deformasi dari perkerasan beraspal. Nilai stabilitas dinamis tergantung pada pemilihan jenis aspal yang digunakan sebagai bahan pengikat campuran, pemilihan jenis aspal ini tergantung pada kondisi temperatur permukaan jalan, beban lalu lintas, tipe atau bentuk kerusakan jalan.
Aspal keras yang digunakan umumnya aspal produksi Pertamina AC 60/70, adapun jenis aspal keras ini tidak begitu tahan terhadap temperatur permukaan jalan yang tinggi dan beban lalu lintas yang berat dan padat karena titik lembeknya hanya berkisar ± 48ºC. Untuk dapat mengatasi temperatur permukaan jalan yang tinggi dan beban lalu lintas berat dan padat maka diperlukan aspal jenis aspal Modifikasi yang mempunyai titik lembek di atas 55ºC. Adapun jenis aspal Modifikasi yang ada akan diaplikasikan dalam penelitian ini adalah jenis aspal Polimer.
Pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan gradasi fuler asphalt Institute, adapun aspal yang akan digunakan adalah aspal keras 60/70 Pertamina dan aspal Modifikasi Polimer.
Dari uraian diatas maka penelitian ini dilakukan untuk memeriksa sampai sejauh mana penggunaan aspal minyak dan aspal Modifikasi Polimer pada campuran perkerasan jalan dengan alat Immersed Wheel Tracking sebagai bahan pengikat dapat meningkatkan nilai stabilitas pada campuran beraspal.
Suparno Nim 411 0411 - 030
I-2
Tugas Akhir
Bab I Pendahuluan
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja stabilitas dinamis dari masing-masing jenis campuran beraspal dengan mesin Wheel Tracking.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja campuran aspal minyak dan aspal polimer pada campuran perkerasan jalan dengan mesin Wheel Tracking.
1.3.
Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
Ruang lingkup dan batasan penulisan Tugas Akhir ini adalah: 1. Pengujian campuran dan benda uji dilakukan melalui percobaan di laboratorium dan tidak melakukan pengujian lapangan 2. Tidak dilakukan analisa biaya lapis perkerasan 3. Pengujian masing-masing benda uji dilakukan melalui percobaan uji Marshall dan uji Wheel Tracking 4. Melakukan penelitian terhadap kinerja dari campuran beraspal panas terhadap : o Mutu aspal minyak AC 60 / 70 o Mutu aspal polimer o Mutu agregat dan gradasi campuran o
Sifat-sifat campuran beraspal panas terhadap nilai stabilitas marshall.
5. Pemeriksaan bahan yang akan digunakan dan spesifikasi gradasi agregat yang memenuhi standard sesuai petunjuk pelaksanaan lapis AC-WC Fuler.
Suparno Nim 411 0411 - 030
I-3
Tugas Akhir
Bab I Pendahuluan
1.4. Metode Penelitian
Kajian dan pembahasan penelitian yang akan digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Studi Literatur. Studi literatur ini menjelaskan tentang penelitian di laboratorium yang di peroleh dari buku-buku, hasil seminar dan penelitian baik itu teori maupun rumus-rumus yang mendukung.
2. Penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Penyelidikan, Pengukuran dan Pengujian DPU Provinsi DKI Jakarta, Litbang Jalan dan Jembatan Bandung
3. Analisa hasil pengujian di Laboratorium. Dari data pengujian di laboratorium ini dapat dilakukan analisa untuk mendapatkan kesimpulan akhir penelitian mengenai karakteristik kinerja aspal minyak dan aspal Polimer Elastomer pada perkerasan jalan dengan alat Wheel Tracking.
4. Standard yang akan digunakan adalah SK – SNI (Bina Marga)
Suparno Nim 411 0411 - 030
I-4
Tugas Akhir
Bab I Pendahuluan
1.5. Sistimatika Penulisan
Secara garis besar penulisan tugas akhir ini disajikan dalam beberapa bab, dengan sistimatika sebagai berkut:
Bab I. Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang masalah, maksud dan tujuan penulisan, pembatasan masalah/ruang lingkup, metode penelitian, dan di akhiri dengan sistematika penulisan.
Bab II. Tinjauan Pustaka, menjelaskan hal-hal yang mendukung penelitian, seperti (Sifat Aspal, Agregat, Campuran Beraspal dan Jenis Pengujian).
Bab III. Metodelogi Penelitian, menjelaskan mengenai metodologi pengujian bahan yang mencakup program uji laboratorium, pengujian bahan dasar, perencanaan campuran dengan spesifikasi.
Bab IV. Analisa Dan Pembahasan, menjelaskan hasil-hasil percobaan yang didapat pada pengujian dilaboratorium, yang disajikan dalam angka, bentuk tabel dan grafik, ke dasar material standard yang ada, kemudian dari hasil tersebut di lakukan analisa dan pembahasan.
Bab V. Penutup, sebagai bab penutup di bagian ini disarikan kesimpulan disertai rekomendasi dalam bentuk saran-saran berdasarkan hasil penelitian di laboratorium yang relevan.
Suparno Nim 411 0411 - 030
I-5
Tugas Akhir
Bab II Tinjauan Pustaka
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. UMUM
Campuran antara aspal dengan agregat merupakan material yang mempunyai fungsi sama dalam konstruksi perkerasan jalan, yaitu memikul beban atau memberi sumbangan langsung pada kekuatan struktur perkerasan agar lapisan yang ada di bawahnya dapat bertahan lama, mencegah masuknya air, dan udara kedalam lapisan perkerasan. Masuknya air kedalam lapisan perkerasan akan berakibat memperlemah pengaspalan dan lapisan lain yang ada di bawahnya, karena air akan mengurangi adhesi aspal terhadap agregat. Dan masuknya udara kedalam lapisan perkerasan akan mempercepat terjadinya retak-retak pada lapisan perkerasan.
Proses oksidasi dan penguapan menyebabkan menguapnya zat-zat pelarut (maltene) yang terdapat di dalam aspal, karena maltene mempunyai berat molekul yang lebih rendah dari asphaltene. Menguapnya maltene menyebabkan terjadinya penuaan terhadap aspal (aging), sehingga aspal menjadi keras dan getas, hal ini berakibat rusaknya aspal hingga perkerasan menjadi berlepasan dan hancur. Proses pengerasan aspal dari perkerasan jalan, di samping karena proses oksidasi, juga berakibat pelaksanaan awal selama masa percampuran dan penggelaran serta dipercepat dengan tingginya temperatur di Indonesia. Sumber : Pelaksanaan Lapis Aspal Beton Untuk Jalan Raya. SNI 1737-1989-F Departemen Pekerjaan Umum.
Suparno Nim 411 0411 - 030
II - 1
Tugas Akhir
Bab II Tinjauan Pustaka
2.2. LAPIS ASPAL BETON (LASTON)
Pembuatan Lapis Aspal Beton (Laston) adalah untuk mendapatkan suatu lapisan permukaan atau lapis antara pada perkerasan jalan raya yang mampu memberikan sumbangan daya dukung yang terukur.
Laston berfungsi sebagai lapisan kedap air yang dapat melindungi konstruksi di bawahnya. Sebagai lapis permukaan, laston harus dapat memberikan kenyamanan dan keamanan yang tinggi.
Laston
dibuat
melalui
proses
penyiapan
bahan,
pencampuran,
pengangkutan, penghamparan dan pemadatan yang benar-benar terkendali sehingga diperoleh lapisan yang memenuhi persyaratan.
Bahan yang akan digunakan untuk laston terdiri dari campuran aspal keras, agregat dan filler yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu yang di proses di unit Aspalt Mixing Plant (AMP).
Sumber : Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton ( LASTON ) untuk Jalan Raya, Dep Pekerjaan Umum.
Suparno Nim 411 0411 - 030
II - 2
Tugas Akhir
Bab II Tinjauan Pustaka
2.2.1. AGREGAT Agregat adalah merupakan suatu bahan keras dan kaku yang digunakan sebagai bahan campuran, yang berupa berbagai jenis, butiran atau pecahan yang termasuk di dalamya antara lain : agregat pecah, kerikil, pasir, terak dapur tinggi, abu/debu agregat, mineral lainnya, baik berupa hasil alam maupun hasil buatan. Agregat merupakan komponen lapisan utama dari lapisan perkerasan jalan, dimana agregat menempati 75% - 85% dari volume campuran perkerasan jalan. Dengan demikian daya dukung, keawetan, mutu perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan material lainnya.
Sifat dari agregat berpengaruh terhadap sifat campuran, oleh karena itu harus memenuhi persyaratan yang berlaku. Bentuk dari butiran agregat yang baik untuk konstruksi perkerasan jalan adalah bentuk bersegi-segi dan mendekati bentuk kubus (tidak pipih) agar dapat saling mengunci sehingga menambah kestabilan campuran. Permukaan butiran agregat yang baik adalah kasar, sehingga daya ikat antara agregat dan aspal yang menyelimuti akan kuat. Semakin kasar permukaan agregat akan semakin tinggi stabilitasnya serta keawetan campuran yang dihasilkan. Karena ukuran butirannya berbeda, maka agregat dapat dibagi menjadi agregat kasar, agregat sedang dan agregat halus.
Suparno Nim 411 0411 - 030
II - 3
Tugas Akhir
Bab II Tinjauan Pustaka
2.2.2. KLASIFIKASI AGREGAT 2.2.2.1. Agregat Buatan Agregat dapat terjadi karena alam, namun dapat juga dibuat oleh manusia. Agregat buatan ini meliputi : Terak dapur tinggi (agregat ringan dan tahan terhadap cuaca, biasanya digunakan sebagai penutup geladak jembatan dan atap atau dapat juga sebagai tulangan dalam perkerasan aspal) Hasil pembakaran tanah liat, di antaranya batu bata/klinker yang dapat juga digunakan sebagai tulangan perkersan jalan.
2.2.2.2. Asal Terjandinya Agregat Sedimentary Rock (agregat/batuan endapan) Agregat terjadi dari hasil endapan halus dari hasil proses pelapukan batuan bebas, tumbuan dan binatang akibat proses pelekatan dan penekanan oleh alam. Jenis agregat di antaranya, batuan kapur, batuan silika (guarsite) dan batuan pasir. Vulcanic Rock (agregat/batuan beku) Agregat ini terjadi akibat pendingin dan pembekuan dari bahan – bahan yang meleleh akibat panas (magma bumi), digolongkan menjadi 2 jenis: o
Agregat/batuan ekstusip (andesit, basaalt, butir halus keras dan cenderung getas/rapuh)
o
Agregat/batuan intrusip (granit, butir kasar keras dan kaku)
Methamorphic (agregat/batuan metamorphosa) o
Terjadi akibat modifikasi batuan beku secara kimia/fisik yang tertekan karena gesekan bumi dan panas berlebihan sehingga akibatnya batu tidak homogen.
o
Contohnya batuan kapur berubah jadi marmer dan batuan pasir berubah menjadi kuarsa.
Suparno Nim 411 0411 - 030
II - 4
Tugas Akhir
Bab II Tinjauan Pustaka
2.2.2.3. Sumber Agregat Menurut sumber dan cara mempersiapkan agregat dibagi : Pit atau Bankrun agregat (pitrun) Kerikil dan pasir adalah agregat yang lazim dijumpai dan merupakan bahan pit
2.2.2.4. Agregat Kasar (Ca). Adalah agregat yang ukuran besarnya lolos saringan 1” dan ukuran terkecilnya tertahan di atas saringan no.4 (4,74 mm).
Tabel 2.1. Spesifikasi Gradasi Agregat Kasar. Ukuran Saringan
Standar Dalam mm
Prosentase Yang Lolos dalam %
¾”
19.1
100
½”
12.7
80 – 100
⅜”
9.52
70 – 90
No.4
4.76
50 – 70
Sumber : Specification for High Durability Asphalt. SNI 03-1968-1991.
2.2.2.5. Agregat Halus. Adalah agregat yang mempunyai ukuran butir dari 2,36 mm sampai dengan 0,075 mm (lolos saringan no.8 dan tertahan pada saringan no.200).
Suparno Nim 411 0411 - 030
II - 5
Tugas Akhir
Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.2. Spesifikasi Gradasi Agregat Halus. Ukuran
Standar Dalam mm
Prosentase Yang Lolos dalam %
3/8
2.38
35 – 50
No.4
0.59
18 – 29
No.10
0.27
13 – 23
No.40
0.049
8 – 16
No.80
0.074
4 – 10
No.100
0.074
4 – 10
No.200
0.074
4 – 10
Saringan
Sumber : Specification for High Asphalt. SNI 03-1968-1990.
Tabel 2.3. Ketentuan Agregat Kasar Pengujian
Standar
Nilai
SNI 03-3407-1994
Maks.12 %
Abrasi dengan mesin Los Angeles
SNI 03-2417-1991
Maks. 40 %
Kelekatan agregat terhadap aspal
SNI 03-2439-1991
Min. 95 %
Angularitas (kedalaman dari permukaan < 10 cm)
DoT’s Pennsylvania
95/90
Angularitas (kedalaman dari permukaan ≥ 10 cm)
Test Method, PTM
Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium dan magnesium sulfat
No.621 Agregat kasar bentuk pipih, lonjong, atau pipih
80/75
RSNI T-01-2005
Maks. 10 %
Material lolos Saringan No.200
SNI 03-4142-1996
Maks. 1 %
Analisa saringan agregat kasar dan halus
SNI 03-1968-1990
dan lonjong
Sumber : Spesifikasi seksi 6.3. campuran beraspal panas, Desember 2005
Catatan : 80/75 menunjukkan bahwa 80 % agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan 75% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih.
Suparno Nim 411 0411 - 030
II - 6
Tugas Akhir
Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.4. Ketentuan Agregat Halus Pengujian
Standar
Nilai
Nilai Setara Pasir
SNI 03-4428-1997
Min. 50 %
Material Lolos Saringan No. 200
SNI 03-4142-1996
Maks. 8%,
Sumber : Spesifikasi seksi 6.3. campuran beraspal panas, Desember 2005
Setelah seluruh persyaratan terpenuhi dari pengujian mutu agregat tersebut di atas, selanjutnya perlu dipertimbangkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : Seluruh analisis saringan agregat termasuk bahan pengisi harus diuji dengan cara basah untuk menjamin ketelitian proporsi agregat. (SNI 034142-1996) Penentuan proporsi agregat dalam campuran agar sesuai dengan spesifikasi dapat dimulai dengan pendekatan keadaan di antara titik kontrol gradasi sedemikian rupa sehingga gradasi berada di antara titik kontrol, atau pendekatan terhadap tengah-tengah spesifikasi gradasi yang disyaratkan. Perbedaan berat jenis antara agregat kasar dan agregat halus tidak boleh lebih dari 0,2. Bila terdapat perbedaan maka harus dilakukan koreksi sehingga target gradasi dapat terpenuhi. Koreksi tersebut perlu dilakukan karena standar umum perbandingan proporsi agregat adalah berdasarkan perbandingan berat bukan volume, sehingga nilai berat jenisnya harus berdekatan. Agregat halus harus ditimbun dalam cadangan terpisah dari agregat kasar serta dilindungi terhadap hujan dan pengaruh air lainnya. Bahan pengisi harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan lempung/lanau, dan bila diuji dengan cara basah sesuai dengan SNI 03-3416-1994 harus tidak kurang dari 75% (dianjurkan tidak kurang dari 85%) lolos saringan 0,075 mm.
Suparno Nim 411 0411 - 030
II - 7
Tugas Akhir
Bab II Tinjauan Pustaka
Kapur tohor dapat digunakan sebagai bahan pengisi dengan proporsi maksimum 1 % terhadap berat total campuran.
3.2.1.1.Gradasi Agregat Persyaratan gradasi agregat gabungan untuk masing-masing jenis campuran beraspal, sebagaimana diperlihatkan pada tabel 3.3 yang harus mempunyai jarak terhadap batas-batas toleransi yang diberikan dalam tabel tersebut dan terletak di luar Daerah Larangan. Tabel 3.3. Gradasi Agregat Untuk Campuran Aspal Ukuran
% Berat Yang Lolos
Ayakan ASTM
Latasir (SS)
(mm)
1½”
37,5
1”
25
¾”
19
½”
12,5
3/8”
9,5
No.8
2,36
No.16
1,18
No.30
0,600
No.200
0,075
Kelas
Kelas
A
B
Lataston (HRS) WC
Base
LASTON (AC) WC
BC
Base
100
100
100
90 - 100 75 - 100
10 - 15
8 - 13
100
90 – 100 Maks.90
100
100
100
90 - 100
90 – 100
90 - 100
90 - 100
Maks.90
75 – 85
65 - 100
Maks.90
50 - 721
35 - 551
28 – 58
23 – 49
19 – 45
35 – 60
15 - 35
6 – 12
2-9
4 - 10
4–8
3–7
DAERAH LARANGAN No.4
4,75
-
-
39,5
No.8
2,36
39,1
34,6
26,8 - 30,8
No.16
1,18
25,6 - 31,6
22,3 - 28,3
18,1 - 24,1
No.30
0,600
19,1 - 23,1
16,7 - 20,7
13,6 - 17,6
No.50
0,300
15,5
13,7
11,4
Sumber : Spesifikasi seksi 6.3, campuran beraspal panas, Desember 2005
Suparno Nim 411 0411 - 030
II - 8
Tugas Akhir
Bab II Tinjauan Pustaka
Catatan : 1. Untuk HRS-WC dan HRS-Base, paling sedikit 80 % agregat lolos ayakan No.8 (2,36 mm) harus juga lolos ayakan No.30 (0,600 mm). Lihat contoh batas-batas “bahan bergradasi senjang” yang lolos ayakan No.8 (2,36 mm) dan tertahan ayakan No.30 (0,600 mm). 2. Untuk AC, digunakan titik kontrol gradasi agregat, berfungsi sebagai batas-batas rentang utama yang harus di tempati oleh gradasi-gradasi tersebut. Batas-batas gradasi ditentukan pada ayakan ukuran nominal maksimum, ayakan menengah (2,36 mm) dan ayakan terkecil (0,075 mm). Sebagai acuan untuk memperoleh gradasi senjang (gap graded) bagi jenis Lataston, dapat digunakan contoh tabel 3.4 berikut ini :
Tabel 3.4. Contoh Batas-batas “Bahan Bergradasi Senjang” % lolos No.8
40
50
60
70
% lolos No.30
Paling sedikit 32
Paling sedikit 40
Paling sedikit 48
Paling sedikit 56
Sumber : Spesifikasi seksi 6.3, campuran beraspal panas, Desember 2005
2.2.3. Aspal Keras Sebelum dilakukan pembuatan rencana campuran, bahan aspal terlebih dahulu harus dilakukan pengujian laboratorium untuk kesesuaian mutunya dengan spesifikasi campuran beraspal panas, sebagaimana diperlihatkan pada tabel 2 berikut ini :
Suparno Nim 411 0411 - 030
II - 9
Tugas Akhir
Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.5 Persyaratan Aspal Keras Pen 60 Jenis Pengujian
Metode
Persyaratan
Penetrasi, 25 C, 100 gr, 5 detik; 0,1 mil
SNI 06-2456-1991
60 - 79
Titik Lembek, 0C
SNI 06-2434-1991
48 - 58
Titik Nyala, 0C
SNI 06-2433-1991
Min. 200
Daktilitas, 25 0C cm
SNI 06-2432-1991
Min. 100
Berat jenis
SNI 06-2441-1991
Min. 1,0
Kelarutan dalam Triclilor Ethylen, %berat / Kadar aspal
SNI 06-2438-1991
Min. 99
Kelekatan terhadap agregat
SNI 03-2439-1991
-
Penurunan/kehilangan Berat (dengan TFOT), % berat
SNI 06-2440-1991
Max. 0,8
Penetrasi setelah penurunan berat, % asli
SNI 06-2456-1991
Min. 54
Daktilitas setelah penurunan berat; % asli
SNI 06-2432-1991
Min. 50
Uji bintik (spot Tes) - Standar Naptha
SNI 06-6885-2002 /
Negatif
0
- Naptha Xylene
AASHTO T. 102
- Hephtane Xylene Sumber : Spesifikasi seksi 6.3, campuran beraspal panas, Desember 2005
Catatan : Penggunaan pengujian spot tes adalah pilihan (optional). Bila disyaratkan, dapat digunakan pelarut yang : naptha, naptha xylcne atau heptane xylane.
Suparno Nim 411 0411 - 030
II - 10
Tugas Akhir
Bab II Tinjauan Pustaka
Tabel 3.6. Persyaratan Aspal Polimer Jenis Pengujian
Metode
Persyaratan
Penetrasi, 25 ‘C, 100 gr, 5 detik; 0,1 mm
SNI 06-2456-1991
50 - 80
TitikLembek;°C
SNI 06-2434-1991
Min. 54
Titik Nyala; °C
SNI 06-2433-1991
Min. 225
Daktilitas, 25 ‘C; cm
SNI 06-2432-1991
Min. 50
Berat jenis
SNI 06-2441-1991
Min. 1,0
Kekentalan pada 135: cSt
SNI 06-6721-2002
300-2000
SNI 06-2434-1991
Max. 2
SNI 06-2438-1991
Min. 99
Penurunan Berat (dengan TFOT); berat
SNI 06-2440-1991
Max. 1,0
Perbedaan Penetrasi setelah TFOT; % asli
SNI 06-2456-1991
Max. 40
Perbedaan Titik Lembek setelah TFOT; % asli
SNI 06-2434-1991
Max. 6,5
Stabilitas Penyimpanan pada 163 °C selama 48 jam - Perbedaan Titik Lembek;’C Kelarutan dalam Trichlor Ethylen/Kadar aspal; % berat
Elastic recovery pada 25 °C; %
Min. 30
Sumber : Spesifikasi seksi 6.3, campuran beraspal panas, Desember 2005
Setelah seluruh persyaratan terpenuhi dari hasil pengujian aspal tersebut di atas, selanjutnya perlu dipertimbangkan ketentuan-ketentuan berikut ini :
Untuk daerah dengan suhu udara tahunan rata-rata lebih besar dari 24 oC, maka aspal yang digunakan harus dari jenis aspal keras pen 40 atau pen 60 yang telah memenuhi persyaratan dalam spesifikasi. Khusus untuk daerah dengan suhu udara tahunan rata-rata kurang dari 24 oC dapat digunakan aspal keras pen 80.
Pengambilan contoh aspal harus dilaksanakan sesuai dengan SNI 03-63992002.
Aspal yang diperoleh hasil ekstraksi benda uji pada rencana campuran kerja harus mempunyai nilai penetrasi tidak kurang dari 55% nilai penetrasi aspal keras sebelum pencampuran, dan nilai daktilitas minimum 40 cm.
Suparno Nim 411 0411 - 030
II - 11
Tugas Akhir
Bab II Tinjauan Pustaka
2.2.4. Bahan Pengisi (Filler). Filler didefinisikan sebagai bagian dari debu mineral yang lolos dari saringan no.200 (0,074) mm. Fungsinya dalam aspal beton adalah untuk mengisi rongga-rongga (void) antara agregat. Dengan Filler butiran akan bertambah, sehingga luas bidang kontak yang terjadi antara butiran akan bertambah luas. Akibat yang terjadi adalah tekanan terhadap gaya geser menjadi lebih besar, dan stabilitas terhadap geser bertambah, sehingga luas bidang kontak yang terjadi antara butiran akan bertambah luas. Syarat yang harus dipenuhi filler adalah : Susunan butiran serapat mungkin Bersifat netral atau basa Bersifat non plastis Bahan tidak terdapat zat organik
Syarat lain yang mendukung adalah berat jenis dan penyerapan terhadap bahan cair. Berat jenis akan berpengaruh terhadap proporsi atau susunan campuran, sedangkan penyerapan terhadap bahan cair sangat penting berkaitan dengan jumlah aspal yang dibutuhkan. Sifat penyerapan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya besar aspal yang dapat terserap. Hingga prosentase kandungan aspal yang dibutuhkan menjadi semakin besar.
Tabel 2.4. Gradasi Bahan Pengisi Ukuran Saringan
% Berat Yang Lolos
No.30
100
No.50
95 - 100
No.100
90 - 100
No.200
65 - 100
Sumber : Pelaksanaan Lapis Aspal Beton untuk Jalan Raya SNI 03-1438-1990
Suparno Nim 411 0411 - 030
II - 12
Tugas Akhir
Bab II Tinjauan Pustaka
2.2.5. Campuran Laston. Campuran untuk Laston pada dasarnya terdiri dari agregat kasar, agregat medium, agregat halus dan aspal. Kadar aspal optimum harus berdasarkan pengujian Marshall (PC-0201-76 MPBJ), sehingga diperoleh campuran yang memenuhi persyaratan seperti tertera dalam tabel berikut :
Tabel 2.5. Persyaratan Campuran Lapis Aspal Beton. 2 x 75 Tumbukan Sifat Campuran
Min
Max
Stabilitas (Kg)
550
-
Kelelehan (mm)
2.0
4.0
Stabilitas/Kelelehan (Kg/mm)
200
350
Rongga Dalam Campuran (%)
3
4
Sumber : Pelaksanaan Lapis Aspal Beton untuk Jalan Raya SNI No. 1737-1989. Dep Pekerjaan Umum.
2.3. ASPAL / BITUMEN
Aspal atau Bitumen merupakan suatu cairan kental yang merupakan senyawa hidrokarbon yang mempunyai sifat-sifat antara lain : a.
Berwarna coklat sampai hitam
b.
Melunak jika dipanaskan pada temperatur tertentu
c.
Tidak mudah menguap
d.
Kohesif dan anti air
e.
Larut dalam karbon disulfida
Fungsi aspal adalah sebagai bahan pengikat / perekat yang dapat digunakan untuk mengikat campuran dari agregat dalam suatu konstruksi perkerasan jalan agar menjadi satu dalam kondisi padat dan kuat, tidak mudah menguap dan berangsur-angsur menjadi lunak apabila terkena panas.
Suparno Nim 411 0411 - 030
II - 13
Tugas Akhir
Bab II Tinjauan Pustaka
Aspal dapat diperoleh dari proses penyulingan minyak, maka jenis aspal ini biasa disebut dengan aspal minyak. Selain itu ada juga aspal yang terdapat secara alami, terbuka seperti danau aspal (terdapat di Bermuda dan Trinidad), ataupun tercampur dengan mineral lainnya sehingga menyerupai batuan (terdapat di Kolumbia, Kentucky dan Pulau Buton), aspal jenis itu biasa disebut aspal alam.
Aspal merupakan unsure hidrokarbon yang sangat komplek, sangat susah untuk memisahkan molekul-molekul yang berbentuk aspal tersebut. Di samping itu setia sumber dari minyak bumi menghasilkan komposisi molekul yang berbeda-beda. Untuk dapat suatu campuran aspal yang baik, campuran aspal harus mempunyai beberapa persyaratan sebagai berikut : 1. Stabilitas (kekuatan) campuran beraspal harus mampu bertahan terhadap perubahan bentuk permanen yang disebabkan oleh beban lalu lintas di atasnya, baik pada pembebanan statis maupun dinamis. Permukaan perkerasan campuran beraspal yang tidak stabil akan menimbulkan hal-hal seperti, terdesak, bergelombang, beralur ataupun cacat dan mengerut. 2. Flesibilitas (kelenturan), campuran harus dapat bertahan tanpa menjadi retak-retak akibat lendutan maupun lenturan yang disebabkan oleh : a. Lemahnya daya dukung lapis pondasi ataupun tanah dasar sehingga dapat menyebabkan lendutan yang besar. b. Perubahan volume akibat perubahan temperature. c. Lenturan yang berulang-ulang akibat beban lalu lintas, hal ini tergantung pada besarnya deformasi, kandungan asphalt, agregat dan kondisi asphalt pada campuran berasphalt. 3. Durabilitas (keawetan) perkerasan harus mampu bertahan terhadap perubahan-perubahan akibat dari : a. Pengerasan / lapukan asphalt akibat oksidasi maupun penguapan yang menyebabkan berkurangnya sifat adhesi. Hal ini akan berakibat perkerasan menjadi lepas dan hancur.
Suparno Nim 411 0411 - 030
II - 14
Tugas Akhir
Bab II Tinjauan Pustaka
b.
Pengaruh air yang dapat mempengaruhi adhesi asphalt agregat.
4. Workability (kemudahan pekerjaan) suatu campuran harus mudah digelar dan dipadatkan tanpa terjadi kesulitan yang berarti. 5. Skid Resistance (kekesatan), campuran harus mampu memberikan permukaan perkerasan dengan tahanan yang baik, sehingga aman bagi pemakai jalan.
Aspal minyak dalam penggunaannya dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu aspal keras (Asphalt Cement/AC), Blown Aspal dan Aspal Cair. Jenis aspal minyak yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspal keras (Asphalt Cement). Aspal keras adalah merupakan suatu jenis aspal minyak yang merupakan residu hasil destilasi minyak bumi pada keadaan hampa udara, yang pada suhu normal dan tekanan atmosfir berbentuk padat. Aspal keras dikelompokkan berdasarkan kekerasan yang disebut penetrasi.
2.3.1. Aspal Semen ( Aspal Minyak ). Aspal merupakan suatu unsur alamiah yang terdapat dalam cairan minyak bumi. Minyak bumi disuling guna memisahkan bermacam-macam kandungan yang tercampur di dalamnya dan untuk memisahkan aspal dari kandungan lainnya. Proses serupa ini yang terjadi dengan sendirinya, telah berbaur dengan mineral, air atau dengan zat lain dalam kuantitas yang berubah-ubah. Endapan aspal alam terjadi dalam timbunan/gugusan batu karang. Komposisi dari aspal terdiri asphaltenes dan maltenes. Asphaltenes merupakan materia hitam atau coklat tua. Maltenes merupakan cairan kental yang terdiri dari resine dan oil. Resine adalah cairan berwarna kuning atau coklat tua yang memberikan sifat adhesi dari aspal, merupakan bagian yang mudah hilang atau berkurang selama masa pelayanan jalan, sedang oils yang berwarna lebih muda merupakan media dari asphaltenes dan resine.
Terdapat beberapa persyaratan bagi aspal minyak sebagai salah satu unsur pembentuk konstruksi perkerasan lentur yaitu :
Suparno Nim 411 0411 - 030
II - 15
Tugas Akhir
Bab II Tinjauan Pustaka
1. Kepadatan atau kekentalan dari aspal tersebut tidak mudah terpengaruh oleh perubahan temperatur. 2. Ketahanan terhadap pengaruh air yaitu kemampuan aspal untuk melindungi konstruksi terhadap masuknya air kedalam perkerasan. 3. Aspal harus mampu membalut dan mengikat agregat.
2.3.1.1. Fungsi Aspal Murni. Fungsi dari aspal murni di antaranya adalah : 1.
Sebagai bahan pengikat agregat dalam perkerasan jalan.
2.
Melindungi konstruksi terhadap masuknya air kedalam batuan,
3.
Memberi semacam bantalan kepada batu-batuan.
2.3.1.2. Sifat-sifat Aspal Murni. Mengingat kemampuan (performance) perkerasan jalan di lapangan, maka aspal murni harus diuji terhadap sifat-sifat dibawah ini : a.
Perubahan Bentuk Untuk memberikan karakteristik kapada aspal murni yang ada pada suhu
tertentu
mempunyai
tingkat
kepadatan/kekentalan
yang
bermacam-macam serta karakteristik perubahan bentuk asphal murni pada bermacam-macam temperatur maka biasanya dilakukan tiga macam pengujian yaitu :
b.
1.
Pengujian penetrasi
2.
Pengujian titik lembek
3.
Pengujian Viskositas (kekentalan)
Perbedaan-perbedaan tingkat kekerasan / kekentalan aspal murni tersebut sebenarnya merupakan pencerminan dari adanya perbedaanperbedaan kepekaan aspal murni terhadap temperatur yang diakibatkan oleh perbedaan-perbedaan proses mendapatkan aspal murni, yang diproses terlebih dahulu untuk mendapatkan sifat yang berbeda.
Suparno Nim 411 0411 - 030
II - 16
Tugas Akhir
c.
Bab II Tinjauan Pustaka
Keawetan Aspal Minyak (Durability) Setiap bahan konstruksi tentu mempunyai masa pelayanan tertentu. Panjang tersebut sangat ditentukan pendeknya masa pelayanan oleh kualitas bahan tersebut.Bahan yang mempunyai masa peayanan yang sangat panjang merupakan bahan yang mempunyai kualitas baik, bahan ini disebut “DURABLE“ (mempunyai keawetan yang baik). Durability atau keawetan aspal minyak adalah daya tahan aspal untuk mempertahankan sifat-sifatnya jika aspal tersebut mengalami proses pemanasan, percampuran dengan agregat, serta mengalami pengaruh cuaca.
2.3.2. Aspal Polimer Aspal polimer adalah aspal sejenis AC (Aspalt Cement) penetrasi 60/70 yang telah dimodifikasi dengan bahan-bahan polimer tertentu. Teknologi aspal ini diteliti dan dikembangkan oleh suatu perusahaan di Indonesia. Sangat sesuai untuk membentuk kerataan permukaan baru, mencegah kelicinan, menambah sifat tahan air pada permukaan jalan (Waterproofing). Aspal ini merupakan teknologi paling mutakhir, diteliti dan dikembangkan dari pengalaman berbagai teknologi sejenis yang diterapkan di Indonesia, dimaksud sebagai jawaban terhadap kebutuhan yang khas iklim tropis, kondisi jalan dan tuntutan-tuntutan kualitas bahan penutup perkerasan jalan untuk lalu lintas cepat dan berat.
Aspal polimer termasuk aspal yang digunakan dalam perkerasan yang mengandalkan kekuatan dalam mengikat butir-butir agregat (high bonding) membentu tekstur kasar untuk menampung aliran air permukaan sedemikian agar permukaan jalan akan selalu tampak kering dan kesat.
Suparno Nim 411 0411 - 030
II - 17
Tugas Akhir
Bab II Tinjauan Pustaka
Susunan aspal polimer terdiri dari Bitumen / aspal penetrasi 60/70, dimana aspal ini terdiri dari Asphaltenes, Resins dan Oils. Aspaltenes merupakan bagian aspal yang paling berat molekulnya dan menentukan wujud dari aspal. Resins mempengaruhi sifat viskositas dan kelelahan. Sumber : Laboratorium UPPP, DPU Prov. DKI Jakarta.
2.4. METODE DAN JENIS PENGUJIAN.
2.4.1. Uji Marshall. Perencanaan campuran aspal beton dengan metode Marshall dirumuskan oleh Bruce Marshall dengan The Mississipi State Highway Departement. Penelitian yang lebih intensif dilakukan oleh The U.S Corps of Engineers untuk memperbaharui prosedur pengujian Marshall. dibakukan oleh American Society of Testing Materials dan ditetapkan dalam “ASTM DESIGNATION D.1559” Prosedur kerja uji Marshall di mulai dengan penyiapan benda uji untuk diperiksa. langkah awal pengujian dilakukan untuk memastikan : 1. Kualitas bahan yang akan digunakan untuk memenuhi persyaratan spesifikasi. 2. Kombinasi campuran agregat yang memenuhi persyaratan spesifikasi. 3. Analisa kerapatan (density) dan rongga, terlebih dahulu harus ditentukan berat jenis (spesific gravity) dari agregat dan aspalnya.
Uji Marshall di sini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan stabilitas campuran agregat dengan aspal. Stabilitas adalah kemampuan suatu campuran untuk menerima beban sampai terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).
Suparno Nim 411 0411 - 030
II - 18
Tugas Akhir
Bab II Tinjauan Pustaka
Kelelehan plastis adalah perubahan bentuk campuran aspal yang terjadi akibat suatu beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam milimeter (mm). Nilai stabilitas diperoleh dengan mengalikan nilai pembacaan arloji stabilitas pada alat uji Marshall dengan faktor kalibrasi dan faktor korelasi tinggi benda uji. Nilai yang didapat menunjukkan kekuatan struktural suatu campuran yang dipengaruhi oleh kandungan aspal, susunan gradasi dan kualitas agregat dalam campuran. Pengujian Marshall ini dilakukan untuk mencari kadar optimum.
2.4.2. Pengujian dengan Mesin Wheel Tracking. Perencanaan campuran aspal beton dengan alat wheel tracking ini dimaksudkan untuk mengetahui stabilitas dinamis. Standard yang digunakan adalah Hamburg Wheel –Track Testing of Compactesd Hot – Mix Asphalt (HMA) dengan dokumen referensi
prosedur pengujian Wheel tracking
dibakukan oleh American Association of State Higway Transportation & Officials yang ditetapkan AASHTO Designation : T 324 - 04
Mesin Pengujian Immersed Wheel Tracking asphal mix untuk jalan dan perubahan aspal mix yang disebabkan oleh air, suhu dan aktifitas jalan, dapat ditentukan dengan kondisi yang sama seperti pada jalan yang sesungguhnya.
Prosedur kerja Immersad Wheel Tracking di mulai dengan penyiapan benda uji untuk diperiksa. Langkah awal pengujian dilakukan untuk memastikan : a.
Kualitas bahan yang akan digunakan untuk memenuhi persyaratan spesifikasi.
b.
Kombinasi campuran agregat yang memenuhi persyaratan spesifikasi
c.
Analisa kerapatan (density) dan rongga, terlebih dahulu harus ditentukan berat jenis (spesific gravity) dari agregat dan aspalnya
d.
Kadar Optimum Aspal yang didapat dari hasil masing-masing jenis aspal yang diteliti.
Suparno Nim 411 0411 - 030
II - 19
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1
PROSEDUR PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan program kerja pengujian laboratorium yaitu berupa uraian kegiatan untuk masing-masing pengujian, Posedur kerja pada pengujian ini di gambarkan pada gambar 3.1 pada bagan alir penelitian. Adapun pengujian dilaksanakan di Laboratorium Pengujian Bahan pada Unit Penyelidikan, Pengukuran dan Pengujian Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DKI Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan, Departemen Pekerjaan Umum, Bandung
Pada penelitian ini meliputi persiapan dan penyediaan bahan-bahan yang akan digunakan, kemudian dilakukan pemeriksaan awal pada bahan-bahan pembentuk campuran beraspal untuk mengetahui apakah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Dilanjutkan dengan pencetakan campuran sesuai dengan yang direncanakan dan dilakukan pengujian terhadap benda uji dengan cara Uji Marshall dan pengujian dengan mesin Wheel Tracking.
Benda uji yang dibuat dalam penelitian ini sebanyak 42 buah benda uji, dengan rincian : 17 benda uji untuk pengujian Marshall pada campuran aspal minyak pen 60/70, yang terbagi menjadi : 3 benda uji pada masing – masing kadar : 5%, 5,5.%, 6%, 6,5 %, 7 % untuk mendapatkan kadar aspal optimum dan 2 benda uji untuk kadar aspal optimum,
yaitu 1 benda uji untuk
stabilitas 1 x 30 - 40 menit dan 1 benda uji untuk stabilitas 1 x 24 jam di tambah 3 benda uji untuk percobaan PRD.
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 1
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
17 benda uji untuk pengujian Marshall pada campuran aspal polimer starbit, yang terbagi menjadi : 3 benda uji pada masing-masing kadar : 5%, 5,5.%, 6%, 6,5 %, 7 % untuk mendapatkan kadar aspal optimum dan 2 benda uji untuk kadar aspal optimum, yaitu 1 benda uji untuk stabilitas 1 x 30 - 40 menit dan 1 benda uji untuk stabilitas 1 x 24 jam di tambah 3 benda uji untuk percobaan PRD. 2 benda uji, terbagi menjadi 1 benda uji untuk Aspal Minyak pen 60/70 dan 1 benda uji untuk Aspal Polimer, pada campuran dengan kadar aspal optimum dengan menggunakan alat wheel tracking.
Tahapan-tahapan pelaksanaan dari penelitian yang dikerjakan dapat digambarkan dalam diagram alir berikut ini :
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 2
Tugas Akhir
3.2
Bab III Metode Penelitian
Bagan Alir Mulai
Persiapan Alat dan Bahan
Campuran 1
Campuran 2
Aspal Minyak
Aspal Polimer
Uji Karakteristik
Uji Karakteristik
Pengujian Gradasi Campuran
Pengujian Gradasi Campuran
Campuran Kadar aspal 5% , 5,5%, 6%, 6,5%, 7%
Campuran Kadar aspal 5% , 5,5%, 6%, 6,5%, 7%
Marshall Test 2x75 tumbukan
Uji Marshall
Pembuatan Campuran dengan KAO
Stabilitas Dinamis dengan Mesin Wheel Tracking
Analisa dan Pembahasan
Kesimpulan
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian di Laboratorium
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 3
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
3.3. Pemeriksaan Bahan di Laboratorium
Persiapan penyediaan material atau bahan dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan dan pengujian di laboratorium. Untuk pengujian ini, sifat agregat yang harus diperiksa antara lain : ukuran butir, gradasi, kebersihan, kekerasan, bentuk partikel, tekstur permukaan, penyerapan, dan kelekatan terhadap aspal.
Pengujian laboratorium terhadap sifat-sifat fisik agregat yang digunakan sebagai bahan baku, meliputi untuk : Ukuran butir, yaitu dengan melakukan analisa saringan Gradasi, yaitu dengan melakukan analisa saringan Kebersihan, yaitu dengan melakukan analisa saringan basah Kekerasan, yaitu dengan melakukan uji abrasi/keausan dengan mesin abrasi Bentuk partikel, yaitu dengan melakukan uji partikel ringan pada agregat, uji kepipihan agregat. Tekstur permukaan agregat, yaitu dengan melakukan uji angularitas, Kelekatan terhadap aspal, yaitu dengan melakukan pengujian kelekatan agregat terhadap aspal
3.3.1
Pengujian keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles a. Lingkup dan tujuan
Mencakup cara persiapan bahan uji, peralatan, dan cara pengujian keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan agregat terhadap pengausan/abrasi.
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 4
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
b. Kepentingan dan kegunaan. Pada pekerjaan jalan, agregat akan mengalami proses tambahan seperti pemecahan, pengikisan akibat cuaca, pengausan akibat lalu lintas. Guna mengatasi hal tersebut, agregat harus mempunyai daya tahan yang cukup terhadap pemecahan (crushing), penurunan (degradation) dan penghancuran (disintegration). Hasil pengujian bahan ini dapat digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan bahan perkerasan jalan atau konstruksi beton. c. Pengujian Prosedur pengujian SNI 03-2417-1991, yaitu : Benda uji/Contoh agregat bersama-sama dengan beberapa buah bola besi dimasukkan ke dalam mesin Los Angeles. Kemudian mesin diputar sebanyak 500 putaran dengan kecepatan 30 sampai 33 putaran per menit sehingga antara agregat dengan bola terjadi benturan. Selanjutnya hitung persentase berat bahan yang lolos saringan 1,70 mm (No. 12) terhadap berat awal contoh, yang mana dinyatakan sebagai “Keausan agregat”.
a. Mesin Abrasi Los Angeles
b. Contoh sebelum/sesudah pengujian
Gambar 3.1. Mesin abrasi Los Angeles dan contoh agregat
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 5
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
3.3.2 Pengujian kelekatan agregat terhadap aspal a. Lingkup dan tujuan Mencakup cara pesiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujian kelekatan agregat terhadap aspal. Untuk mendapatkan angka persen kelekatan agregat terhadap aspal b. Kepentingan dan kegunaan Jenis agregat yang menunjukkan sifat ketahanan yang tinggi terhadap pemisahan aspal (film-stripping), biasanya merupakan bahan agregat yang cocok untuk campuran beraspal. Agregat semacam ini bersifat hydrophobik (tidak suka air). Stripping yaitu pemisahan aspal dari agregat akibat pengaruh air, dapat membuat agregat tidak cocok untuk bahan campuran beraspal karena bahan tersebut mempunyai sifat hydrophylik (senang terhadap air). Hasil pengujian selanjutnya dapat digunakan dalam pengendalian mutu agregat pada pembangunan jalan. c. Pengujian Alat dan prosedur pengujian selengkapnya lihat SNI 03-2439-1991. 1). Pelapisan agregat kering dengan aspal cair. Dengan cara, yaitu : Aduk benda uji dan aspal yang telah dipanaskan pada suhu dan waktu tertentu, berikutnya masukkan adukan serta wadahnya dalam oven pada suhu 60C selama waktu tertentu. Keluarkan adukan beserta wadahnya dari oven dan aduk kembali sampai dingin, berikutnya masukkan adukan kedalam tabung gelas kimia. Isi dengan air suling sebanyak 400 ml, kemudian diamkan pada temperatur ruang selama 16-18 jam. Selanjutnya perkirakan persen luas permukaan yang masih terselimuti aspal, yang mana dinyatakan sebagai “Kelekatan agregat terhadap aspal”.
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 6
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
2). Pelapisan agregat kering dengan aspal emulsi atau aspal keras. Prosedur pengujian kelekatan agregat dengan menggunakan aspal emulsi atau aspal keras pada prinsipnya sama, tetapi beberapa tahap pengujian berlainan seperti temperatur dan lama contoh dalam oven, lama pengadukan.
3.3.3 Pengujian sisfat kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium sulfat dan magnesium sulfat a. Lingkup dan tujuan
Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujian sifat kekekalan agregat terhadap larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat.
Untuk memperoleh nilai kekekalan agregat terhadap proses pelarutan, disintegrasi oleh sebab perendaman didalam larutan natrium atau magnesium sulfat.
b. Kepentingan dan kegunaan
Untuk memperoleh indeks ketangguhan agregat yang akan digunakan sebagai bahan bangunan.
c. Pengujian Alat dan prosedur pengujian selengkapnya lihat SNI 03-3407-1994. Dengan cara, yaitu : Rendam benda uji dengan bahan pelarut tertentu menggunakan wadah tertutup selama waktu tertentu (16-18 jam) dengan tinggi larutan 1 cm diatas benda uji. Angkat benda uji, biarkan meniris selama (15±5) menit, keringkan dalam oven pada suhu (110±5)oC sampai berat tetap dan dinginkan sampai suhu ruang, kemudian lakukan perendaman dan pengeringan hingga 5 kali.
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 7
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
Cuci dengan larutan tertentu, keringkan dan dinginkan. Selanjutnya diayak dengan saringan tertentu dan timbang butiran yang tertinggal dan yang lewat diatas saringan tertentu (dimana butiran-butiran yang mengalami perubahan bentuk, misal : retak, pecah, belah, hancur, dll.) bagi benda uji fraksi kasa, adalah dinyatakan sebagai “Sifat kekekalan agregat”.
3.3.4
Pengujian jumlah bahan dalam agregat lolos saringan No. 200 a. Lingkup dan tujuan
Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujian jumlah agregat yang lolos aringan no. 200 (0,075 mm) dengan cara pencucian
Untuk memperoleh persen jumlah agregat yang lolos saringan no. 200
b. Kepentingan dan kegunaan
Apabila kandungan bahan halus dalam agergat harus ditentukan dengan teliti, maka metoda ini harus diikuti, sebelum pengujian gradasi dengan cara kering dilakukan.
Bahan halus hasil pengujian ini harus dimasukkan dalam perhitungan gradasi dengan cara kering.
b. Pada beberapa kasus, bahan halus yang menempel kuat pada butir kasar, misal lempung atau bahan halus yang terdapat pada butir kasar hasil pemisahan aspal (ekstraksi), perlu dihilangkan dengan air yang ditambah bahan pelarut. c. Pengujian Alat dan prosedur pengujian selengkapnya lihat SNI 03-4142-1996
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 8
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
1). Pencucian dengan menggunakan air Dengan cara, yaitu : Benda uji agregat yang sudah diketahui beratnya (dalam keadaan kering) dicuci dengan air murni atau air yang ditambah bahan pelarut yang dilakukan pada saringan saringan no. 16 yang dibawahnya dipasang saringan no. 200. Kemudian contoh yang sudah dicuci dikeringkan dan ditimbang. Selanjutnya dihitung selisih % berat contoh sebelum dan sesudah pencucian, yang merupakan bahan halus yang terkandung dalam agergat, yang mana dinyatakan sebagai “Jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan no. 200” 2). Pencucian dengan mengunakan bahan pelarut Pencucian dengan menggunakan bahan pelarut pada dasarnya sama dengan yang diuraikan di atas, kecuali ke dalam air yang digunakan pertama kali merendam contoh ditambahkan bahan pelarut.
3.3.5
Metode pengujian agregat halus atau pasir yang mengandung bahan plastas dengan cara setara pasir (sand equivalent) a. Lingkup dan tujuan
Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujian agregat halus atau pasir yang mengandung bahan plastik dengan cara setara pasir
Untuk mendapatkan nilai perbandingan antara skala pembacaan pasir terhadap skala pembacaan lumpur pada alat uji setara pasir yang dinyatakan dalam prosen
b. Kepentingan dan kegunaan
Pengujian ini ditujukan untuk mendapatkan informasi yang cepat di lapangan mengenai proporsi relatif debu halus atau bahan mirip lempung yang terkandung dalam tanah atau agregat.
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 9
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
o Agregat yang digunakan sebagai bahan jalan harus bersih, bebas dari zat-zat asing seperti tumbuhan, butiran lunak, gumpalan atau lapisan tanah liat (lempung). c. Pengujian Alat dan prosedur pengujian selengkapnya lihat SNI 03-4428-1997 Dengan cara, yaitu : Masukkan benda uji yang sudah disaring (lolos saringan no.4) dan dikeringkan ke dalam tabung plastik/gelas ukur yang berisi larutan kerja, diaduk sampai merata (yang menunjukkan angka pada skala 5). Ketuk-ketukan tabung plastik tersebut kemudian diamkan selama 10 menit,
tutup tabung plastik dengan penutup gabus yang
dilengkapi pipa-pipa, kemudian miringan sampai hampir mendatar dan kocok dengan alat pengocok. Berikutnya tambahkan larutan kerja dengan mengalirkan melalui pipa pengalir yang terpasang pada penutup gabus, hingga lumpur yang terdapat dibawah naik ke atas lapisan pasir, dan seterusnya penambahan larutan kerja sampai skala 15, kemudian biarkan selama 20 menit ± 15 detik. Kemudian masukkan beban penguji perlahan sampai permukaan lapisan pasir. Selanjutnya hasil pembacaan pada
skala pembacaan pasir yang ditunjukkan oleh keping skala
pembacaan pasir dikurangi dengan tinggi tangkai penunjuk, adalah yang dinyatakan dengan “Banyaknya kandungan bahan-bahan asing”.
Gambar 3.2. Peralatan untuk “pembacaan pasir”
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 10
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
3.3.6 Pengujian Butiran Agregat Kasar berbentuk Pipih, Lonjong, atau Pipih a. Lingkup dan tujuan
Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujian butiran agregat kasar berbentuk pipih, lonjong, dan pipih dan lonjong
Untuk mendapatkan persentase dari butiran agregat kasar berbentuk pipih, lonjong, atau pipih dan lonjong
b. Kepentingan dan kegunaan
Pada umumnya ikatan antar butir yang baik diperoleh apabila bentuk butir bersudut tajam dan berbentuk kubus; ikatan antar butir yang paling buruk adalah pada butiran agregat yang berbentuk bulat. Agregat berbentuk kubus mempunyai kecenderungan untuk saling mengunci satu sama lain apabila dipadatkan.
Agregat yang pipih dan atau lonjong akan mudah patah apabila mendapat beban lalu-lintas. Besarnya kepipihan dinyatakan dalam indek kepipihan.
c. Pengujian Alat dan prosedur pengujian selengkapnya lihat RSNI T-01-2005. Pengujian dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu : Berdasarkan berat, benda uji sebelumnya dikeringkan dalam oven pada suhu (110 ± 5)oC sampai beratnya tetap. Berdasarkan jumlah butiran, pengeringan agregat tidak diperlukan.
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 11
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
1). Pengujian kepipihan agregat dan kelonjongan agregat a). Pengujian kepipihan agregat Dengan cara, yaitu : Gunakan alat jangkar ukur rasio (Proportional caliper device) pada posisinya dengan perbandingan yang sesuai. Kemudian atur bukaan yang besar sesuai dengan lebarnya butiran. Jika ketebalannya dapat ditempatkan dalam bukaan yang lebih kecil, maka dinyatakan bahwa
“Butiran adalah pipih”. Dimana
persen berat butiran yang pipih per berat total butiran, dinyatakan sebagai “Bentuk agregat (kasar) berbentuk pipih”.
Atau dapat
dinyatakan dengan nilai rata-rata kepipihan, yaitu persen nilai ratarata kepipihan per total persen butiran. b). Pengujian kelonjongan agregat Dengan cara, yaitu : Gunakan alat jangkar ukur rasio pada posisinya dengan perbandingan yang sesuai. Kemudian atur bukaan yang besar sesuai dengan panjangnya butiran. Jika ketebalannya dapat ditempatkan dalam bukaan yang lebih kecil, maka dinyatakan bahwa “Butiran adalah lonjong”. Dimana persen berat butiran yang lonjong per berat total butiran, dinyatakan bahwa “Bentuk agregat (kasar) berbentuk lonjong”. Atau dapat dinyatakan dengan nilai rata-rata kelonjongan, yaitu nilai rata-rata kelonjongan per total persen butiran. 2). Pengujian kepipihan dan kelonjongan agregat Dengan cara, yaitu : Gunakan alat jangkar ukur rasio pada posisinya dengan perbandingan yang sesuai. Kemudian atur bukaan yang besar sesuai dengan panjangnya butiran. jika ketebalannya dapat ditempatkan dalam bukaan yang lebih kecil, maka dinyatakan bahwa “Butiran adalah pipih dan lonjong”. Dimana persen berat butiran yang pipih dan lonjong per berat total butiran, dinyatakan sebagai “Bentuk agregat (kasar) berbentuk pipih dan lonjong”. Atau dapat dinyatakan dengan nilai ratarata kepipihan dan kelonjongan per total persen butiran.
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 12
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
Gambar 3.3. Gambar jangka ukur rasio (proportional caliper device)
3.3.7
Pemeriksaan jumlah agregat berbidang pecah (Angularitas) a. Lingkup dan tujuan
Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujian jumlah agregat berbidang pecah (angularitas)
a.
Untuk mendapatkan persen agregat berbidang pecah.
Kepentingan dan kegunaan
Susunan permukaan yang kasar yang menyerupai kekasaran kertas ampelas mempunyai kecenderungan untuk menambah kekuatan campuran, dibanding dengan permukaan yang licin. Ruangan agregat yang kasar biasanya lebih besar sehingga menyediakan tambahan bagian untuk diselimuti oleh aspal.
Agregat dengan permukaan licin dengan mudah dapat dilapisi lapisan aspal tipis (aspal film), tetapi permukaan seperti ini tidak dapat memegang lapisan aspal tersebut tetap pada tempatnya.
c. Pengujian 1). Untuk angularitas agregat kasar Angularitas agregat kasar adalah persentase dari berat partikel agregat lebih besar dari 4,75 mm (No.4) dengan satu atau lebih bidang pecah. Alat dan prosedur pengujian selengkapnya lihat pada Pennsylvania DoT Test Method No. 621
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 13
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
Dengan cara, yaitu : Ambil agregat yang tertahan saringan 4,75 mm, kemudian timbang ( A = berat agregat yg mempunyai bidang pecah). Seleksi agregat pecah yang terdapat pada benda uji dan timbang (B = berat total benda uji yang tertahan saringan 4,75 mm). ”Angularitas agregat kasar”, dinyatakan dengan persamaan Angularitas
A x100% B
2). Untuk angularitas agregat halus Angularitas agregat halus adalah persen rongga udara yang terdapat pada agregat padat lepas. Agregat halus merupakan agregat lolos saringan 2,36 mm (No.8). Alat dan prosedur pengujian selengkapnya lihat AASHTO TP-33 / ASTM C 1252. Dengan cara, yaitu : Timbang benda uji agregat halus yang mengisi volume silinder (W=berat benda uji yang mengisi silinder, dan V = volume selinder). Kemudian tentukan Berat Jenis Curah agregat halus (=Gsb) yang digunakan untuk menghitung volume agregat halus (=W/Gsb).
Angularitas
3.4
W Gsb x100% V
V
Pengujian aspal untuk campuran beraspal panas Pada campuran beraspal, sifat-sifat fisik aspal yang sangat mempengaruhi perencanaan, produksi dan kinerja campuran beraspal, untuk itu sifat aspal yang harus diperiksa antara lain adalah : durabilitas, adhesi dan kohesi, kepekaan terhadap temperatur, pengerasan dan penuaan.
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 14
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
Hasil pengujian akan menentukan penerimaan atau penolakan, baik bahan maupun hasil pekerjaan, maka pengujian harus dilakukan sesuai dengan standar yang berlaku. Pengujian laboratorium terhadap sifai-sifat fisik aspal yang digunakan sebagai bahan baku, meliputi untuk :
Durabilitas aspal, yaitu dengan melakukan uji : penetrasi, titik lembek, kehilangan berat, daktilitas, Thin Film Oven Test (TFOT), dan Rolling Thin Film Oven Test (RTFOT)
Adhesi dan kohesi, yaitu dengan melakukan uji kelekatan aspal terhadap agregat
Kepekaan terhadap temperatur, yaitu dengan melakukan uji penetrasi
Pengerasan dan penuaan, yaitu dengan melakukan uji penetrasi
Pengaruh
terhadap
pengangkutan,
temperatur
penghamparan,
pada
dan
proses
pemadatan,
pencampuran, yaitu
dengan
melakukan uji viskositas
Keamanan dalam pelaksanaan, yaitu dengan melakukan uji titik nyala
Kelelehan aspal, yaitu dengan melakukan uji titik lembek.
3.4.1 Pengujian aspal Pengujian aspal meliputi pengujian aspal keras (padat), aspal cair dan emulsi. Aspal keras digunakan untuk campuran beraspal panas. Sedangkan aspal cair dan aspal emulsi digunakan sebagai lapis resap ikat (prime coat) atau lapis pengikat (tack coat). Jenis pengujian aspal keras (Pen 60), aspal cair dan aspal emulsi dapat dilihat pada ”Modul Bahan untuk pekerjaan Campuran Beraspal Panas”.
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 15
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
3.4.2 Pengujian untuk aspal keras 3.4.2.1 Pengujian penetrasi bahan-bahan bitumen/aspal a.
Lingkup dan tujuan
Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujian untuk menentu-kan penetrasi aspal keras atau lembek.
b.
Untuk mendapatkan angka penetrasi aspal keras atau lembek
Kepentingan dan kegunaan Hasil pengujian dalam angka penetrasi menyatakan kekerasan aspal, makin keras aspal makin kecil angka penetrasi atau sebaliknya.
Berdasarkan
pengujian
ini
aspal
keras
dapat
dikatagorikan dalam beberapa tingkat kekerasan yang dinyatakan dengan besarnya angka penetrasi (pen), misal Pen 60, pen 80 dst. c.
Pengujian Adapun tata cara pengujian
SNI 06-2456-1991 sebagai berikut :
Tuangkan benda uji (aspal) yang telah dipanaskan hingga cukup cair ke tempat air yang kecil, diamkan 1-2 jam pada temperatur ruang, kemudian rendam kedalam bak perendam bersuhu 25 oC, selama 1-2 jam. Pindahkan tempat air berikut benda uji pada alat penetrasi, atur jarum penetrasi dengan beban 100 gr hingga menyentuh permuka-an aspal dan tentukan angka nol pada arloji penetro-meter. Lepaskan pemegang jarum dan bersamaan itu jalankan stop watch selama (5+0,1) detik dan baca serta catat angka pada arloji penetrometer, kemudian lakukan pengujian pada benda uji yang sama paling sedikit 3 kali. Masuknya jarum sebagai akibat beban (100 gr) pada suhu 25 oC ke dalam permukaan aspal, yang besarnya diukur dengan angka yang terbaca pada arloji penetrometer dinyatakan sebagai ”Penetrasi aspal”
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 16
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
Gambar 3.3. Pengujian penetrasi
3.4.2.2 Pengujian titik nyala dan titik bakar dgan Cleveland Open Cup a. Lingkup dan tujuan Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, cara pengujian untuk menentukan titik nyala dan titik bakar aspal dengan menggunakan alat Cleveland open cup. Untuk mendapatkan besaran suhu dimana terlihat nyala singkat < 5 detik (titik nyala) dan terlihat nyala minimal 5 detik (titik bakar) diatas permukaan aspal. b. Kepentingan dan kegunaan Penentuan titik nyala dilakukan untuk memastikan bahwa aspal cukup aman untuk pelaksanaan. Titik nyala yang rendah menunjukkan indikasi adanya minyak ringan dalam aspal. Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengetahui sifat-sifat bahan terhadap bahaya api, pada suhu mana bahan akan terbakar atau menyala.
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 17
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
c. Pengujian Alat dan prosedur pengujian selengkapnya lihat SNI 06-2433-1991. Dengan cara, yaitu : Tuangkan benda uji (aspal) yang telah dipanaskan hingga cukup cair ke dalam cawan Cleaveland sampai garis batas. Tempatkan cawan di atas plat pemanas dan atur letak sumber pemanas, serta tempatkan nyala penguji dan termometer serta atur pada posisi jarak masing-masing. Kemudian nyalakan “nyala penguji” dan atur kecepatan pemanasan 5-6oC/menit pada suhu antara 56-28oC di bawah titik nyala perkiraan. Selanjutnya putar “nyala penguji” hingga melalui permukaan cawan dalam waktu 1 detik, Ulangi setiap kenaikan 2oC sampai terlihat nyala singkat pada permukaan aspal. Catat suhu pada saat terlihat nyala singkat yang dinyatakan sebagai ”Titik nyala”, kemudian lanjutkan pengamatan sampai terlihat nyala yang lebih lama minimal 5 detik, baca dan catat, ini yang dinyatakan sebagai ”Titik bakar”. d. Kepentingan dan Kegunaan Hasilnya digunakan untuk menentukan temperatur kelelehan dari aspal Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengetahui kepekaan aspal terhadap suhu atau digunakan untuk menentukan suhu kelelehan dari aspal. Adapun tata cara pengujian sebagai berikut, yaitu : Tuangkan benda uji (aspal) yang telah dipanaskan hingga cukup cair ke dalam cincin cetakan, diamkan pada suhu kurang 8oC dibawah titik lembek selama 30 menit, kemudian ratakan. Pasang dan atur kedua benda uji serta tempatkan pengarah bola diatasnya, masukkan ke dalam bejana gelas, kemudian diisi air suling bersuhu (5+1)oC sampai benda uji terendam. Berikutnya tempatkan termometer diantar kedua benda uji dan atur jarak antara permukaan pelat dasar dengan benda uji pada posisi masing-masing. Kemudian tempatkan termometer diantar kedua benda uji dan atur jarak antara permukaan pelat dasar dengan benda uji pada posisi masing-masing.
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 18
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
Kemudian tempatkan bola-bola baja di atas tengah benda uji, panaskan bejana dengan kenaikan suhu air 5 oC/menit dengan atur kecepatan pemanasan untuk 3 menit pertama (5+0,5) oC/menit. Selanjutnya catat suhu pada saat bola baja mendesak turun lapisan benda uji hingga menyentuh pelat dasar sebagai akibat kecepatan pemanasan, yang mana dinyatakan sebagai “Titik lembek”.
Gambar 3.4 Pengujian titik lembek aspal
3.4.2.3 Pengujian daktilitas bahan-bahan aspal a. Lingkup dan tujuan
Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan dan cara pengujian daktilitas aspal
Untuk mendapatkan harga/besaran daktilitas bahan aspal
b. Kepentingan dan kegunaan
Hasil pengujian ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengetahui elastisitas bahan aspal, yang ditunjukkan oleh benang aspal yang ditarik hingga putus
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 19
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
c. Pengujian Adapun pengujian dengan cara
SNI 06-2432-1991 yaitu : Benda uji
(aspal) dipanaskan hingga cukup cair pada suhu antara 80oC–100oC diatas titik lembek dan disaring dengan ayakan no.50 serta diaduk. Tuangkan dalam cetakan dan dinginkan pada suhu ruang selama 30-40 menit, ratakan dengan spatula, kemudian rendam di dalam bak perendam bersu-hu ruang selama 30 menit. Berikutnya lepaskan benda uji dari plat dasar dan sisi-sisi cetakan, lalu tempatkan pada mesin uji daktilitas. Kemudian tarik dengan kecepatan teratur 5 cm/menit sampai benda uji putus, catat jarak antara pemegang benda uji pada saat benda uji putus. Lakukan pengujian pada benda uji normal 3 kali. Selanjutnya hasil rata-rata panjang aspal, sebagai akibat ditariknya aspal yang berada dalam cetakan daktilitas pada dudukannya dengan kecepatan teratur 50 mm/menit pada suhu 25oC sampai putus, dinyatakan sebagai ”Daktilitas aspal”
Gambar 3.4.a. Pengujian daktilitas
Gambar 3.4.b. Pengujian daktilitas
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 20
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
3.4.2.4 Pengujian berat jenis aspal padat a. Lingkup dan tujuan Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, cara pengujian untuk menentukan berat jenis aspal padat dan ter dengan menggunakan piknometer Untuk mendapatkan nilai berat jenis aspal padat dengan menggunakan rumus berat jenis hasil pengujian b. Kepentingan dan kegunaan Hasil
pengujian
selanjutnya
dapat
digunakan
dalam
pekerjaan
perencanaan campuran dan pengendalian mutu perkerasan jalan c. Pengujian Adapun pengujianya dengan cara SNI 06-2441-1991 yaitu: Timbang piknometer dalam keadaan bersih dan kering (=A). Isi bejana dengan air suling hingga kedudukan 40 mm dari bagian atas, kemudian rendam dalam bak perendam pada suhu ruang, setelah itu diangkat. Isi piknometer dengan air suling dan tutup, berikutnya tempatkan piknometer ke dalam bejana, rendam kembali bejana berisi piknometer ke dalam bak perendam selama tidak kurang dari 30 menit. Angkat piknometer berisi air suling dan keringkan, kemudian timbang (=B). Tuang-kan benda uji yang telah dipanaskan hingga cukup cair ke dalam piknometer yang telah kering hingga
terisi ¾ bagian dan biarkan
piknometer sampai dingin selama tidak kurang dari 40 menit, kemudian timbang dengan ketelitian 1 mg (=C). Berikutnya isi piknometer yang berisi benda uji dengan air suling dan tutup. Angkatlah bejana dari bak perendam dan tempatkan piknometer di dalamnya, kemudian masuk-kan dan diamkan bejana ke dalam bak perendam selama kurang dari 30 menit. Selanjutnya angkat dan keringkan, lalu timbang piknometer berisi aspal dan air suling (=D). ”Berat jenis aspal“, dinyatakan dengan rumus :
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 21
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
BJ = (C-A) / {(B-A)-(D-C)} Dimana :
A = Berat piknometer dengan penutupnya (gram) B = Berat piknometer berisi air suling (gram) C = Berat piknometer berisi aspal (gram) D = Berat piknometer berisi aspal dan air suling (gram)
Gambar 3.5. Pengujian berat jenis aspal 3.4.2.5 Pengujian Kelekatan aspal pada agregat dalam air a. Lingkup dan tujuan Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujian kelekatan aspal cair dari residu hasil penyulingan terhadap air Untuk mendapatkan nilai kelekatan aspal cair pada agregat tertentu di dalam air b. Kepentingan dan kegunaan Ketahanan aspal cair yang menyelimuti agregat terhadap pengaruh air
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 22
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
c. Pengujian Tata cara prosedur pengujian SNI 06-2439-1991, yaitu : Siapkan agregat kwarsa (lolos saringan ukuran 1½’’ dan tertahan ¾”) sebanyak 500 gram, panaskan benda uji (25 gr.) pada suhu 40oC dan agregat kwarsa pada 70oC. Campur kedua bahan pada wadah sampai seluruh agregat terselimuti aspal cair, kemudian diamkan pada suhu ruang selama 30 menit, Berikutnya pindahkan ke wadah gelas dan isi dengan air suling sampai agregat terendam, kemu-dian tempatkan pada pemanas pada suhu 40oC selama 3 jam. Selanjutnya setelah 3 jam, tentukan luas pada agregat yang terselimuti aspal cair dalam persen secara visual yang dinyatakan sebagai “nilai kelekatan aspal cair pada agregat”.
3.5. Pengujian berat jenis
a. Lingkup dan tujuan Mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan cara pengujian berat jenis aspal cair dari residu hasil penyulingan dengan mengunakan alat Areometer. Alat areometer mempunyai ukuran garis 0,9 sampai 1,1, garis yang menunjukkan titik areometer melayang pada aspal cair adalah berat jenis aspal cair Untuk mendapatkan nilai berat jenis aspal cair b. Kepentingan dan kegunaan Kualitas/mutu aspal cair yang digunakan, harus mempunyai nilai berat
jenis antara 0,9 sampai 1,1
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 23
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
c. Pengujian Alat dan prosedur pengujian selengkapnya lihat AASHTO T 74-1993. Dengan cara, yaitu : Tuangkan benda uji ke dalam gelas ukur kapasitas 100 ml. Masukkan alat areometer yang mempunyai ukuran 0,9 sampai 1,1 ke dalam gelas ukur yang berisi benda uji, kemudian lihat bagian yang melayang pada garis antara 0,9 sampai 1,1. Selanjutnya tentukan “berat jenis aspal cair” yang ditunjukkan pada garis angka pada alat areometer, dimana berat jenis aspal cair adalah > 0,9
3.6. Perencanaan Campuran (Mix Design)
Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap aggregat dan aspal dengan cara diatas, lalu dibuat sample dengan ukuran dan berat tertentu. Komposisi dari aggregat terhadap campuran dapat diketahui setelah mengadakan analisa dan digabungkan
(di
blending),
menurut
perbandingan
tertentu
yang
menghasilkan suatu aggregat campuran.
Homogenitas campuran dapat diperoleh dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Aggregat kasar, agregat sedang dan aggregat halus ditimbang sesuai dengan prosentase ketentuan. 2. Lalu dipanaskan dalam suhu wadah sehingga mencapai suhu 160°C. 3. Campurkan aspal yang sudah mencair pada suhu 120 - 150°C dan diaduk serta didinginkan sampai pada suhu 130°C. 4. Kemudian dipadatkan dengan 2 x 75 tumbukan. 5. Dinginkan pada suhu kamar selama 24 jam. 6. Rendam dalam water bath yang dipanaskan pada suhu 60°C selama 30 menit, lalu dilakukan test Marshall.
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 24
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
3.6.1 Metode Pengujian Metode pengujian yang dilakukan ada dua metode pengujian yaitu uji Marshall dan uji Permeabilitas. Dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran data-data yang lengkap dalam pelaksanaan penelitian di laboratorium, sehingga tujuan dari penelitian ini dapat tercapai.
3.7. Pengujian Marshall
Pengujian laboratorium terhadap sifat-sifat fisik campuran yang digunakan sebagai bahan olahan dan bahan jadi/terpasang, meliputi : b. Daya tahan dan perubahan bentuk campuran, yaitu dengan melakukan uji Marshall (stabilitas dan kelelehan/flow). c. Rongga terisi aspal, rongga dalam agregat, rongga udara dalam campuran, berat isi atau berat jenis, yaitu dengan melakukan pengujian volumetrik.
Kepadatan campuran, yaitu dengan melakukan uji kepadatan dari contoh yang diambil di lapangan, dan lain-lain.
3.7.1 Pengujian Campuran Beraspal dengan alat Marshall Campuran beraspal panas yang yang menggunakan
ukuran agregat
maksimum 25,4 mm (1 inci), diuji dengan metode Marshall yang biasa disebut cara uji Marshall standar atau konvensional. Sedangkan untuk campuran yang menggunakan ukuran agregat maksimum yang lebih dari 25,4 mm, dilakukan modifikasi terhadap cara uji Marshall konvensional tersebut, yang kemudian disebut sebagai cara uji Marshall modifikasi. Prosedur Marshall yang dimodifikasi pada dasarnya sama dengan metode Marshall standar, namun karena campuran beraspal menggunakan ukuran butir maksimum yang lebih besar maka digunakan diameter benda uji, berat palu penumbuk, dan jumlah tumbukan yang lebih besar/banyak pula.
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 25
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
3.7.2 Pengujian Campuran Beraspal dengan alat Marshall Standard a. Lingkup dan tujuan Pengujian mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan cara
pengujian campuran beraspal dengan alat Marshall dengan ukuran agregat maksimum 25,4 mm. Tujuan pengujian adalah untuk mendapatkan nilai stabilitas dan alir
atau kelelehan (flow) campuran beraspal b. Kepentingan dan kegunaan
Metode Marshall standar diperuntukkan untuk perencanaan campuran beton aspal dengan ukuran agregat maksimum 25,4 mm (1 in) dan menggunakan aspal keras. o Pengujian marshall, meliputi pengukuran stabilitas dan alir atau kelelehan (flow). o Stabilitas, adalah kemampuan suatu campuran beraspal untuk menerima beban sampai terjadi alir (flow) pada suhu tertentu yang dinyatakan dalam kilogram. o Alir (flow), adalah keadaan perubahan bentuk suatu campuran beraspal yang terjadi akibat suatu beban yang diberikan selama pengujian, dinyatakan dalam mm.
Dua prinsip penting pada perencanaan campuran dengan pengujian Marshall adalah analisa volumetrik dan analisa stabilitas-kelelehan (flow) dari benda uji padat. o Hasil dari pengujian selanjutnya digunakan untuk perencanaan campuran beraspal panas.
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 26
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
c. Pengujian Alat dan prosedur pengujian selengkapnya lihat SNI 06-2489-1991. Dengan cara, yaitu meliputi : 1). Pembuatan Benda Uji Penyiapan bahan, yaitu bahan agregat, agregat campuran, dan aspal sesuai dengan prosedur. Tata cara pencampuran, yaitu masukkan agregat yang telah dipanaskan ke dalam wadah pencampur, tuangkan aspal yang sudah mencapai tingkat kekentalan (setelah dipanaskan) sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat. Kemudian aduk dengan cepat pada suhu yang disyaratkan sampai agregat terselimuti aspal secara merata. Lakukan penumbukkan, yaitu masukkan campuran ke dalam cetakan (Ø 4” tinggi 3”) yang telah disiapkan dan tusuk-tusuk campuran dengan spatula yang dipanaskan sebanyak 10 x bagian tengah dan 15 x bagian tepi. Pemadatan/penumbukkan dengan alat penumbuk, sebanyak : 75 x tumbukkan untuk lalu lintas berat, atau 50 x tumbukkan untuk lalu lintas sedang, atau 35 x tumbukkan untuk lalu lintas ringan. Selanjutnya lakukan penumbukkan pada bagian bawah dengan jumlah tumbukan yang sama. Setelah selesai penumbukkan, lepaskan keping alas, keluarkan benda uji dari cetakan dengan menggu-nakan alat pengeluar (Extruder), dan tempatkan pada alas yang rata dan diamkan selama 24 jam pada suhu ruang. Kemudian lakukan pemeriksaan berat isinya, yaitu dengan Ukur tinggi benda uji, timbang benda uji timbang benda uji dalam air untuk mendapatkan isi dari benda uji, dan timbang benda uji dalam kondisi kering permukaan jenuh.
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 27
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
Gambar 3.6a. Pembuatan campuran beraspal
Gambar 3.6.b. Pembuatan campuran beraspal
Gambar 3.6.c. Pembuatan campuran beraspal
Gambar 3.6.d. Pembuatan campuran beraspal
Gambar 3.6.e. Pembuatan campuran beraspal
Gambar 3.6.g. Pengujian JMF
Suparno Nim 411 0411 - 030
Gambar 3.6.f. Alat Marshall
Gambar 3.6.h. Water Bath
III - 28
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
Gambar 3.6.i. Pengujian
Kering permukaan jenuh 2).
Pelaksanaan pengujian Rendam benda uji dalam bak perendam (water bath) dengan suhu (60±1)0C selama 30–40 menit, kemudian keluarkan. Letakkan benda uji pada segmen bawah kepala penekan dan pasang segmen atas diatas benda uji, selanjutnya letakkan keseluruhannya pada mesin penguji. Pasang arloji pengukur alir (flow) pada kedudukannya dan atur jarum penunjuk pada angka nol (0). Kepala penekan beserta benda uji naikkan hingga menyentuh alas cincin penguji, dan atur ja-rum arloji tekan pada kedudukan
angka nol. Lakukan pengujian dengan
memberikan beban pada benda uji dengan kecepatan tetap sekitar 50 mm/ menit sampai dengan pembebanan maksimum ter-capai dan pembebanan menurun sebagaimana ditunjukkan oleh jarum arloji tekan. Selanjutnya catat pembebanan maksimum (stability) yang dicapai dan catat nilai alir (flow) yang ditunjukkan oleh jarum arloji pengukur tekan dan alir pada saat pembebanan maksimum tercapai. Untuk menghitung hasil pengujian, gunakan rumus sebagai berikut : 1. % aspal terhadap campuran = {(% aspal terhadap batuan) / (% aspal terhadap batuan + 100 %)} x 100 % 2. Berat isi = (Berat benda uji)/(Isi benda uji)[t/m3] 3. Stabilitas = (Pembacaan arloji tekan) x (Angka korelasi beban) [kg] 4. Alir (flow)= Pembacaan pada arloji pengukur alir [mm]
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 29
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
Untuk menghitung hasil pengujian, gunakan rumus sebagai berikut : 1. Kadar aspal total = (Berat aspal/Berat total campuran) x 100 % 2. Kepadatan (ton/m3) = (Berat benda uji/Volume benda uji) x 100 % 3. Stabilitas (kg) = Pembacaan arloji tekan dikalikan dengan hasil kalibrasi cin-cin penguji serta angka korelasi beban, sesuai ketentuan. 4. Pelelehan (mm) = Dibaca pada arloji pengukur pelelehan
3.8
Pengujian Berat Jenis Maksimum Campuran Beraspal
a. Lingkup dan tujuan Pengujian mencakup cara persiapan benda uji, peralatan, dan cara
pengujian berat jenis maksimum campuran beraspal yang tidak dipadatkan Berat jenis yang dimaksud disini, adalah perbandingan berat benda pada temperatur 25oC terhadap berat air pada volume dan temperatur yang sama Untuk mendapatkan nilai berat jenis maksimum campuran beraspal
yang tidak dipadatkan. b. Kepentingan dan kegunaan Dari hasil pengujian selanjutnya digunakan dalam analisa volumetrik untuk menentukan berat jenis efektif agregat c. Pengujian Adapun tata cara pengujian mengacu pada SNI 03-6893-2002, yaitu meliputi :
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 30
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
(1). Prosedur untuk campuran yang mengandung agregat tidak berpori. a. Dengan menggunakan wadah atau labu, yaitu : Uraikan benda uji campuran
secara hati-hati, hingga menjadi gumpalan-
gumpalan halus yang tidak boleh lebih besar dari 6,3 mm (1/4”). Keringkan benda uji di dalam oven pada suhu (105 ± 5)oC hingga berat tetap, kemudian dinginkan benda uji dalam suhu ruang, timbang (=A). Masukkan ke dalam labu, tambahkan air secukupnya hingga benda uji terendam pada suhu ruang. Selanjutnya keluarkan udara yang terperangkap didalam benda uji dengan cara diisap hingga tekanan tersisa mencapai sekurangkurangnya 30 mmHg, dan pertahankan tekanan sisa selama 5 sampai 15 menit. b. Dengan menggunakan wadah, yaitu : Rendam wadah dengan isinya pada suhu ruang selama (10 ± 1) menit. Timbang wadah dengan benda uji di dalam air (=Q). Hitung berat jenis teori maksimum dengan rumus : Berat jenis = A / (A – C); dimana
A
= Berat benda uji kering oven (gr);
C
= Berat benda uji di dalam air (gr)
c. Dengan menggunakan labu, yaitu : Isi labu penuh dengan air, kemudian rendam dalam penangas air pada suhu ruang selama (10±1) menit. Bila suhu penangas tidak dapat diatur pada suhu ruang, tentukan secara tepat suhu air di dalam labu, kemudian koreksi berat jenis. Hitung berat jenis teori maksimum dengan rumus : Berat jenis = A / (A+D–E); Dimana : A
= Berat benda uji kering oven (gr);
D
= Berat labu berisi air pada suhu 25oC
E
= Berat labu berisi air dan benda uji pada suhu 25oC
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 31
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
(2). Prosedur untuk campuran yang mengandung agregat berpori dan tidak terselimuti aspal sempurna. Buang air yang terendam benda uji dengan cara dekantasi air melalui lap kain. Pisahkan sejumlah butir-butir besar dan periksa permukaan-permukaan yang pecah, apakah basah atau tidak. Bila tampak agregat telah menyerap air, sebar-kan dan tiup dengan kipas listrik untuk mengeringkan permukaan agregat, Timbang setiap 15 menit, bila dalam penimbangan tersebut terdapat selisih berat sebesar 0,5 gr, maka kondisi jenuh kering permukaan dianggap tercapai, catat beratnya (=A). Selanjutnya berat jenis contoh dapat dihitung dengan rumus-rumus yang ada dengan memasukan berat (A’) sebagai A pembagi.
3.9 Menentukan Kadar Aspal Optimum dengan Uji Marshall.
Dari hasil uji Marshall, ditentukan kadar aspal optimum dari campuran laston. Persyaratan yang digunakan untuk campuran ini adalah stabilitas, kelelehan, kekakuan, dan prosen rongga tehadap campuran yang ditentukan batas kadar aspal yang memenuhi masing-masing persyaratan, lalu ditentukan dua batas terdalam. Kadar aspal optimum diperoleh dengan mengambil rata-rata dari dua batas terdalam tersebut. Hal ini digambarkan sebagai berikut :
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 32
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
Parameter Marshall Stabilitas Kelelahan s VIM VMA MQ 5% 5.5%
6%
6,5 7% %
Kadar Aspal %
Gambar 3.2. Cara Menentukan Kadar Aspal Optimum
Kadar aspal optimum = ( c % + f % ) / 2 Keterangan gambar : a,b
= Batas nilai stabilitas.
c,d
= Batas nilai prosen rongga dalam campuran.
e,f
= Batas nilai kekakuan
3.10 Pengujian dengan Mesin Whell Tracking
Prosedur pengujian Whell Tracking pada dasarnya untuk mengetahui stabilitas dinamis namun karena campuran beraspal menggunakan ukuran butir maksimum yang lebih besar maka digunakan diameter benda uji.
Perencanaan campuran aspal beton dengan alat wheel tracking ini di maksudkan untuk mengetahui stabilitas dinamis. Standard yang digunakan adalah Hamburg Wheel Track Testing of Compactesd Hotmix Asphalt (HMA) dengan dokumen referensi prosedur pengujian Wheel tracking dibakukan oleh American Association of State Higway Transportation and Officials yang ditetapkan AASHTO Designation : T 324 - 04
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 33
Tugas Akhir
Bab III Metode Penelitian
Mesin Pengujian Wheel Tracking aspal mix untuk jalan dan perubahan aspal mix yang disebabkan oleh air, suhu dan aktifitas jalan, dapat di tentukan dengan kondisi yang sama seperti pada jalan yang sesungguhnya.
Pengujian dengan alat Wheel Tracking dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:: a.
Penyiapan bahan, Agregat dan Aspal yang akan digunakan telah memenuhi persyaratan spesifikasi.
b.
Pembuatan campuran beraspal dengan KAO, di giling dengan mixer selama ± 5 detik kemudian benda uji diletakan pada mould dengan ukuran 30*30*5 cm
c.
Benda uji di pasang pada Roller Compector dengan 37 lintasan dengan suhu benda uji ± 93°C, kemudian menunggu waktu ± 24 jam
d.
Menempatkan benda uji pada mesin Wheel Tracking dengan suhu ± 60°C selama ± 7-8 jam
e.
Melaksanakan pengujian selama 1 jam dengan lintasan ± 1260 lintasan/menit
Pengujian campuran beraspal dengan mesin whell tracking dimaksudkan untuk menentukan ketahanan (stabilitas dinamis) dari campuran aspal. Ketahanan (stabilitas dinamis) ialah kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi kelelehan plastis. Nilai stabilitas dinamis ini diperoleh dari kecepatan deformasi dari perkerasan beraspal dengan mengalikan nilai pembacaan dari nilai stabiltas pada mesin pengujian dengan faktor kalibrasi dan faktor tinggi dan lebar kali panjang benda uji. Nilai yang diperoleh akan menunjukkan kekuatan struktural suatu campuran yang dipengaruhi oleh kandungan aspal, susunan gradasi dan kualitas agregat campuran.
Suparno Nim 411 0411 - 030
III - 34
Tugas Akhir
Bab IV Analisa dan Pembahasan
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil dan Analisa Pengujian Agregat
Pada penelitian ini pengujian agregat kasar dan halus dilaboratorium bertujuan untuk untuk mendapatkan sifat-sifat fisik agregat yaitu berat jenis (bulk), indeks kepipihan, berat jenis kering jenuh (SSD), penyerapan (absorption), berat jenis semu (apparent) dan keausan agregat.
4.1.1 Pengujian agregat kasar
Agregat Kasar yang dipakai pada penelitian ini merupakan jenis batu alam pecah Hasil pengujian agregat kasar di laboratorium meliputi :
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Agregat Kasar Metode
Hasil
Spesifikasi
Satuan
SNI 03-2417-1991
20.14
Maks. 40
%
SNI 03-1969-1990
-
-
-
٠ Bulk
2,603
Min. 2.5
-
٠ SSD
2,641
-
-
٠ Apparent
2.705
-
-
٠ Penyerapan
1.439
Aks. 3
%
No.
Jenis Pengujian
1
Keausan Agregat
2
Berat Jenis
Pengujian
Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium UPPP DPU Provinsi DKI Jakarta.
Suparno Nim 411 0411 - 030
IV- 1
Tugas Akhir Pembahasan
Bab IV Analisa dan
Dari hasil pemeriksaan Laboratorium terlihat agregat kasar yang di gunakan memenuhi persyaratan AC-WC Fuller.
Pada pengujian agregat kasar di dapat nilai keausan agregat sebesar 20.14% yang berarti agregat tesebut cukup baik dalam menahan keausan dan tumbukan akibat beban lalu lintas karena batas maksimum spesifikasi 40%, di samping agregat kasar ini juga mempunyai daya serap yang ideal sehingga memberikan daya ikat aspal terhadap agregat.
4.1.2 Pengujian Agregat Halus
Agregat halus yang dipakai dalam penelitian ini merupakan jenis batu alam pecah. Adapun hasil penelitianya sebagai berikut :
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Agregat Halus Lolos Saringan No.4 No. 1
Jenis Pengujian
Metode
Hasil
Spesifikasi
Satuan
-
-
-
٠ Bulk
2,561
Min. 2.5
-
٠ SSD
2,616
-
-
٠ Apparent
2.709
-
-
٠ Penyerapan
2.141
Maks. 3
%
Berat Jenis
Pengujian SNI 03-1969-1990
Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium UPPP DPU Provinsi DKI Jakarta.
Dari hasil pengujian agregat halus di laboratorium didapat nilai Berat Jenis Bulk 2,561 dimana nilai tersebut masuk dalam peryaratan AC–WC Fuller. Begitu juga nilai SSD , Apparent dan Penyerapan masuk dalam spesifikasi yang ada, berarti aspal akan mudah terserap oleh agregat dan akan memberikan daya ikat terhadap agregat .
Suparno Nim 411 0411 - 030
IV - 2
Tugas Akhir Pembahasan
4.2
Bab IV Analisa dan
Hasil Pengujian Aspal
4.2.1 Hasil Pengujian Aspal Minyak
Tabel 4.3 Hasil pengujian Aspal Minyak
NO
1 2 3 4 5 6 7 8
PEMERIKSAAN
Penetrasi Pada 25ºC (77ºF) detik, (0,1 mm)
100 gr 5
Titik Nyala (Cleveland Oven Cup)ºC Daktilitas pada 25ºC (77ºF) 5 cm per menit, cm Titik Lembek (Ring and Ball) ºC Penetrasi Setelah kehilangan berat, persen terhadap asli % Kehilangan berat (thin film oven test) 163ºC, 5 jam, % Berat jenis, 25ºC, gram/Cm³ Kelarutan dalam trichloroethylene, %
SPESIFIKASI ASPAL KERAS/ PADAT AC 60/70 KPTS/11/3/1973/BM
HASIL
Min
Max
METODE
68,8
60
79
SNI 06-2456 -1991
317
200
-
SNI 06-2433 -1991
> 140
100
-
SNI 06-2432 -1991
48,25
48
58
SNI 06-2434 -1991
82,12
75
-
SNI 06-2456 -1991
0,0388
-
0,4
SNI 06-2440 -1991
1,0301
1
-
SNI 06-2441 -1991
99,21
99
-
AASTHO T 44-97
Berdasarkan hasil pengujian terhadap sifat-sifat fisik aspal Minyak Pen 60/70, maka aspal tersebut dapat dipergunakan. Nilai penetrasi dari aspal Minyak yang telah diuji didapat 68,80 mm yang berarti aspal tersebut memenuhi nilai standar dari persyaratan yang telah ditetapkan oleh SNI 062456-1991 sehingga jenis aspal yang dipakai ini mampu untuk mengikat batuan/agregat dengan baik. Nilai titik lembek yang dihasilkan adalah 48,25ºC yang telah memenuhi persyaratan SNI 06-2434-1991. Dengan demikian aspal pada suhu 48,25ºC akan mulai mencair/lembek SNI 062434-1991, berarti aspal tersebut kuat terhadap suhu tinggi.
Suparno Nim 411 0411 - 030
IV - 3
Tugas Akhir Pembahasan
Bab IV Analisa dan
Nilai Daktilitas pada penelitian ini adalah >140, yang berarti telah memenuhi persyaratan. SNI 06-2432-1991 sehingga aspal yang dipakai mempunyai nilai daktilitas yang cukup baik, ketahanan yang tinggi, elastisitas menghasilkan ketahanan yang lebih besar terhadap deformasi sehingga aspal Minyak pen 60/70 dapat digunakan pada campuran perkerasan jalan yang mampu untuk menahan beban lalu lintas.
4.2.2 Hasil Pengujian Aspal Polimer
Dari hasil pengujian aspal yang kedua akan digunakan sebagai campuran adalah jenis aspal Polimer elastomer yaitu polimer strabit E55, dan hasil pengujian yang di hasilkan adalah sebagai berikut: Berdasarkan hasil pengujian terhadap sifat-sifat fisik aspal Polimer strarbit E55, maka aspal tersebut dapat dipergunakan. Nilai penetrasi dari aspal Polimer yang telah diuji didapat 55,25 mm yang berarti aspal tersebut memenuhi nilai standar dari persyaratan yang telah ditetapkan oleh SNI 062456-1991 sehingga jenis aspal yang dipakai ini mampu untuk mengikat batuan/agregat dengan baik. Nilai titik lembek yang dihasilkan adalah 55,35ºC yang telah memenuhi persyaratan SNI 06-2434-1991. Dengan demikian aspal pada suhu 55,35ºC akan mulai mencair/lembek SNI 062434-1991, berarti aspal tersebut kuat terhadap suhu tinggi. Nilai Daktilitas pada penelitian ini adalah >140,yang berarti telah memenuhi persyaratan. SNI 06-2432-1991 sehingga aspal yang dipakai mempunyai nilai daktilitas yang cukup baik, sehingga aspal mampu untuk menahan beban lalu lintas.
Suparno Nim 411 0411 - 030
IV - 4
Tugas Akhir Pembahasan
Bab IV Analisa dan
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Aspal Polimer SPESIFIKASI ASPAL POLIMER NO
1
PEMERIKSAAN
HASIL
Penetrasi Pada 25ºC (77ºF)
100 gr 5
DEP PEK UMUM 2005 Min
Max
METODE
55,25
50
75
SNI 06-2456 -1991
346
232
-
SNI 06-2433 -1991
49
45
-
AASTHO T.301-95
55,35
54
-
SNI 06-2434 -1991
3,17
-
40
SNI 06-2456 -1991
0,01
-
1
SNI 06-2440 -1991
detik, (0,1 mm) 2 3
Titik Nyala (Cleveland Oven Cup)ºC Daktilitas pada 25ºC (77ºF) 5 cm per menit, cm
4 5
Titik Lembek (Ring and Ball) ºC Penetrasi
Setelah
kehilangan
berat,
persen terhadap asli % 6
Kehilangan berat (thin film oven test) 163ºC, 5 jam, %
7
Berat jenis, 25ºC, gram/Cm³
1,040
1
-
SNI 06-2441 -1991
8
Kelarutan dalam trichloroethylene, %
99,36
99
-
AASTHO T 44-97
9
Perbandingan Kenaikan Titik Lembek
3,00
-
6,5
SNI 06-2434-1991
4.3
Penggabungan Agregat Kombinasi gradasi agregat campuran dinyatakan dalam persen berat agregat harus memenuhi batas-batas gradasi agregat seperti tercantum spesifikasi, gradasi gabungan harus menjauh dari kurva fuller.
Suparno Nim 411 0411 - 030
IV - 5
Tugas Akhir Pembahasan
Bab IV Analisa dan
Tabel 4.5
Rencana Gradasi Campuran Beraspal Panas
RENCANA GRADASI CAMPURAN BERASPAL PANAS AC WC URAIAN
SIEVE SIZE
Inch
3/4"
1/2"
3/8"
#4
#8
#16
#30
#50
#200
Mm
19.0
12.5
9.5
4.75
2.36
1.18
0.600
0.300
0.075
Max
100
100
90.0
Min
100
90.0
Fuller
100
82.8
Titik Kontrol 58.0
10.0
28.0 73.2
53.6
4.0
39.1
28.6
21.1
15.5
Max
39.1
31.6
23.1
15.5
Min.
39.1
25.6
19.1
15.5
33.32
23.09
16.59
12.17
8.3
Daerah Dihindari
GRADASI RENCANA
100.0
92.7
84.76
55.53
7.10
Toleransi komposisi Maks. Min.
Gambar 4.1
Suparno Nim 411 0411 - 030
Grafik Fuler Ukuran Saringan
IV - 6
Tugas Akhir Pembahasan
4.4
Bab IV Analisa dan
Percobaan Marshall Setelah gradasi agregat ditentukan selanjutnya adalah pembuatan contoh uji dan pengujian di laboratorium terhadap sifat-sifat fisik campuran yang digunakan sebagai bahan olahan dan bahan jadi/terpasang, meliputi : Daya tahan dan perubahan bentuk campuran, yaitu dengan melakukan uji Marshall (stabilitas dan kelelehan/flow) Rongga terisi aspal, rongga dalam agregat, rongga udara dalam campuran, berat isi atau berat jenis, yaitu dengan melakukan pengujian volumetrik Kinerja campuran beraspal sangat ditentukan oleh volumetrik campuran dalam keadaan padat, yang terdiri dari : rongga udara dalam campuran (VIM), rongga diantara agregat (VMA), dan rongga terisi aspal (VFA).
VMA adalah volume rongga diantara butir-butir agregat dalam campuran padat yang meliputi rongga udara (VIM) dan volume aspal afektif, VMA dinyatakan persen terhadap volume total.
VIM adalah kantung-kantung udara diantara agregat yang diselimuti aspal, VIM dinyatakan dalam persen terhadap volume total campuran.
VFA adalah bagian dari VMA yang diisi oleh kandungan aspal efektif dan dinyatakan dalam perbandingan antara (VMA-VIM) terhadap VMA.
Suparno Nim 411 0411 - 030
IV - 7
Tugas Akhir Pembahasan
Bab IV Analisa dan
Volumetrik campuran beraspal di ilustrasikan sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 1. Udara Aspal
VIM VFA VMA
Vb
Vba Vmm Vmb Agregat
Vsb Vse
Gambar 4.2. Volumetrik campuran beraspal
4.4.1 Pengujian Campuran Beraspal Dengan Alat Marshall Test Dalam spesifikasi pekerjaan jalan yang berlaku di Indonesia memuat adanya campuran beraspal panas yang menggunakan ukuran agregat maksimum 25,4 mm (1 inci), diuji dengan metode marshall yang biasa disebut cara uji marshall standar atau konvensional. Sedangkan untuk campuran yang menggunakan ukuran agregat maksimum yang lebih dari 25,4 mm, dilakukan modifikasi terhadap cara uji Marshall konvensional tersebut, yang kemudian disebut sebagai cara uji marshall modifikasi.
Prosedur marshall yang dimodifikasi pada dasarnya sama dengan metode marshall standar, namun karena campuran beraspal menggunakan ukuran butir maksimum yang lebih besar maka digunakan diameter benda uji, berat palu penumbuk, dan jumlah tumbukan yang lebih besar/banyak pula maka pada pengujian ini dilakukan pengujian Marshall standard.
Suparno Nim 411 0411 - 030
IV - 8
Tugas Akhir Pembahasan
Bab IV Analisa dan
4.4.2 Hasil Uji Campuran Beraspal Dengan Alat Marshall
4.4.2.1 Hasil Uji Marshall untuk mencari Kadar Aspal Optimum Hasil dari Marshall Grafik Maximum Minimum (GMM), Prosentase Refusal Density (PRD), kemudian ditarik ke Marshall Kadar Optimum.
4.4.2.2 Hasil Uji Marshall untuk mencari Kadar Aspal Optimum untuk jenis aspal minyak Pen 60/70
Gambar 4.3 Gambar Percobaan Marshall Aspal Minyak
Suparno Nim 411 0411 - 030
IV - 9
Tugas Akhir Pembahasan
Suparno Nim 411 0411 - 030
Bab IV Analisa dan
IV - 10
Tugas Akhir Pembahasan
Bab IV Analisa dan
4.4.2.2.1 Analisa data hasil pengujian Marshall pada Kadar Aspal Optimum untuk jenis aspal minyak Pen 60/70
Berdasarkan hasil pengujian marshall pada kadar aspal optimum akan menghasilkan karakteristik campuran beraspal yang cukup baik dan dapat
dipergunakan
sebagai
perencanaan
campuran
beraspal,
khususnya campuran beraspal pada stuktur perkerasan jalan karena telah memenuhi persyaratan campuran AC-WC
Nilai VMA yang di hasilkan campuran beraspal ini tidak terlalu besar, sehingga dengan nilai VMA yang demikian maka campuran ini mampu memberikan lebih banyak ruang yang bisa di tampung.
Suparno Nim 411 0411 - 030
IV - 11
Tugas Akhir Pembahasan
Bab IV Analisa dan
Dengan di penuhinya persyaratan rongga udara dalam agregat akan memberikan campuran aspal yang seimbang yaitu mempunyai stabilitas
terhadap
deformasi
permanen
sekaligus
mempunyai
ketahanan terhadap retak leleh yang tinggi.
4.4.2.2.2 Pengaruh Stabilitas dan VIM Penurunan kadar aspal
Mengurangi keawetan perkerasan jalan
Pengurangan yang berlebih
Menimbulkan campuran menjadi getas
Mempercepat Oksidasi
Meningkatkan penyerapan air
Agar VMA cukup untuk aspal dan VIM maka gradasi agregat harus diatur. Jika kadar aspal lebih tinggi dan kelebihannya tidak diserap agregat, maka kadar aspal dapat diturunkan untuk meningkatkan VIM asalkan VMA cukup dipertahankan umumnya untuk stabilitas dan menambah VMA dengan cara menambah agregat pecah atau mengurangi fraksi lolos saringan 75 mikron (No. 200)
Suparno Nim 411 0411 - 030
IV - 12
Tugas Akhir Pembahasan
Bab IV Analisa dan
4.4.2.3 Hasil Uji Marshall untuk mencari Kadar Aspal Optimum untuk Jenis Aspal Polimer E 55
Gambar 4.4 Percobaan Marshall Aspal Polimer
Suparno Nim 411 0411 - 030
IV - 13
Tugas Akhir Pembahasan
Bab IV Analisa dan
4.4.2.4 Perbedaan Hasil perencanaan campuran Aspal minyak dan Aspal Polimer ( Mix Design) Dari hasil perencanaan campuran aspal (Mix Desgn) di rangkum dalam dua tabel, pertama Tabel 4.6 yaitu komposisi dari hasil campuran agregat, ke dua Tabel 4.6 hasil pemeriksaan Marshall dari 2 (dua) jenis aspal yang di uji, adapun hasil yang di dapat dalam pengujian sebagai berikut :
Suparno Nim 411 0411 - 030
IV - 14
Tugas Akhir Pembahasan
Tabel
Bab IV Analisa dan
4.6. Komposisi hasil Campuran (Mix Design) ke dua jenis aspal
Material
Tabel
Komposisi
Abu Batu
41 %
Screnning
38 %
Spleet
20 %
Filer (Semen)
1%
4.7. Perbedaan Hasil Pemeriksaan Marshall 2 (dua) Jenis Aspal
HASIL PEMERIKSAAN TES MARSHALL
MINYAK
POLIMER
KAO 5.85
KAO 5.74 %
KETERANGAN
% Density (Gr/cm3)
2.287
2.300
-
1276.74
1349.21
1000 kg (min)
3.70
3.66
3–6%
345.28
370.94
-
VMA (%)
16.89
16.31
15 (min)
VFB (%)
73.13
73.22
65 (min)
VIM (%)
4.54
4.37
3.5 – 5.5
PRD at VIM
3.69
3.95
2.50 (min)
86.48
87.67
75 (min)
Berat Jenis Eff Agregat
2.611
2.611
-
BJ. Bulk Age
2.591
2.591
-
Berat Jenis Aspal
1.030
1.048
-
GMM
2.407
2.407
-
Abs Aspal
0.30
0.31
-
Stabilitas (Kg) Flow (mm) Marshall Qoatient (kg/mm)
Stabilitas Marshall Setelah perendaman
Suparno Nim 411 0411 - 030
IV - 15
Tugas Akhir Pembahasan
Bab IV Analisa dan
4.4.2.5 Evaluasi Hasil Pengujian Marshall Untuk mengetahui karakteristik atau kinerja campuran yang direncanakan memenuhi kriteria yang telah ditentukan, maka perlu dilakukan pengujian benda uji dengan menggunakan alat marshall, meliputi : penentuan berat volume benda uji, pengujian nilai stabilitas, pengujian pelelehan (flow), dan perhitungan Quetient Marshall (perbandingan antara nilai stabilitas dengan flow), perhitungan folumetrik campuran beraspal padat, serta perhitungan penyerapan aspal (aspal yang diserap agregat) atau tebal selimut/film aspal.
4.5
Analisa Data Hasil Pengujian Marshall
4.5.1 Analisa Data Hasil Pengujian Marshall Pada Kadar Aspal Optimum Berdasar pada hasil pengujian marshall pada kadar aspal optimum Aspal Minyak 5.85%, Aspal Polimer 5.74%, menghasilkan karakteristik campuran beraspal yang cukup baik Nilai VMA Aspal Minyak 16.89%, nilai Aspal Polimer 16.31% yang di hasilkan mampu memberikan rongga di antara mineral agregat min 15%, rongga udara (VIM) yang dihasilkan Aspal Minyak 4.54%, Aspal Polimer 4.37% dan rongga terisi aspal (VFA) Aspal Minyak 73.13 dan Aspal Polimer 73.22, sehingga aspal terabsorsi/aspal diserap agregat cukup bagus karena menurut spesifikasi min 65, sehingga aspal dan agregat mampu memberikan campuran udara yang seimbang dan mempunyai stabilitas yang cukup terhadap deformasi permanen sekaligus mempunyai ketahanan retak yang tinggi, namun pengujian Aspal Polimer memberikan nilai lebih dari pada aspal minyak, sehingga Aspal Polimer bisa digunakan pada campuran perkerasan jalan kelas berat, karena memenuhi persyaratan campuran ACWC
Suparno Nim 411 0411 - 030
IV - 16
Tugas Akhir Pembahasan
Bab IV Analisa dan
4.5.2 Analisa Data Hasil Pengujian Marshall Pada Kedua Jenis Aspal 4.5.2.1 Nilai Persentase Rongga Udara Terhadap Agregat (VMA) Persentase rongga terhadap agregat diartikan sebagai ruang antar partikel dan agregat pada perkersan beraspal, termasuk rongga udara dan kadar aspal efektif yang dinyatakan dalam persen terhadap volume total campuran.
Gambar 4.6a. Aspal Pertamina
Gambar 4.6b. Aspal Polimer
Pada Gambar 4.6a Aspal Pertamina dengan kadar aspal optimum di dapat 5.85 % dan nilai prosentase rongga udara terhadap agregat 16.89 & Gambar 4.6b jenis aspal polimer dengan kadar aspal optimum di dapat 5.74 maka hasil prosentase rongga udara 16.31 maka dari hasil penelitian aspal polimer lebih bagus jenis aspal Modifikasi Polimer dari pada aspal minyak. 4.5.2.2 Nilai Stabilitas Stabilitas adalah kemampuan maksimum suatu campuran beraspal dalam menerima beban sampai terjadi kelelahan plastis yang di nyatakan dalam kg, poun, atau Kilonewton. Pada gambar 4.7a nilai kadar aspal optimum 5.85 sedangkan nilai stabilitas yang di dapat 1.276.29 dan gambar 4.7b nilai kadar aspal optimum 5.74 sedangkan nilai stabilitas yang di dapat 1.349.20
Kemudian hasil yang di dapatkan dari kedua jenis aspal terlihat bahwa nilai stabiltas pada jenis aspal polimer lebih tinggi stabilitasnya dari pada aspal minyak.
Suparno Nim 411 0411 - 030
IV - 17
Tugas Akhir Pembahasan
Bab IV Analisa dan
Gambar 4.7a Stabilitas Aspal Minyak
Gambar 4.7b Stabilitas Aspal Polimer
4.5.2.3 Nilai persentase Rongga Terhadap Campuran (VIM) Persentase rongga terhadap campuran dalam campuran beraspal terdiri atas ruang udara diantara partikel agregat yang terselimuti aspal.
Gambar 4.8a Persen Rongga Aspal Minyak
Gambar 4.8b Persen Rongga Aspal Polimer
Pada gambar 4.8a nilai VIM atau persen rongga terhadap aspal 4.77 dengan kadar aspal optimum 5.85 sedangkan pada gambar 4.8b nilai persen rongga (VIM) dengan nilai 4.37 itu berarti aspal polimer juga lebih padat.
Suparno Nim 411 0411 - 030
IV - 18
Tugas Akhir Pembahasan
4.6
Bab IV Analisa dan
Hasil Uji Marshall Quatient Pengujian Marshall Quastient ini di lakukan pada kadar aspal optimum terhadap Variasi kadar aspal minyak Pertamina Pen 60/70 dan aspal Polimer Starbit dengan perendaman 24 jam di dalam Water Bath pada suhu ± 60ºC. Dan di bawah ini di sajikan table 4.6 yaitu : Pengujian dengan peredaman 24 Jam yang di bandingkan dengan hasil pengujian perendaman 30 menit. Tabel 4.6. Perendaman Aspal Kadar Aspal Optimum
Hasil Stabilitas
Hasil Stabilitas
Aspal
Aspal
Perendaman
minyak
Polimer
30 - 40 Menit
1
5.85
-
1348.7
86.48
2
-
5.74
1362.0
87.67
No.
Perendaman 24 Jam
Sumber : Hasil Uji Laboratorium UPPP DPU DKI Provinsi Jakarta.
4.7
Pemeriksaan Wheel Tracking Metode Marshall dengan 2 x 75 tumbukan sudah tidak sesuai lagi, sehingga untuk menambah kesempurnaan dalam prosedur perencanaan campuran, maka ditentukan pengujian tambahan yaitu Pemadatan Ultimit pada benda uji sampai mencapai kepadatan mutlak (Refusal density).
Metode Marshall masih dapat digunakan sebagai dasar untuk perencanaan secara volumetrik.
Pengujian
Stabilitas
Marshall
belum
menunjukan
kinerja
yang
sesungguhnya di lapangan, untuk itu perlu dilakukan pengujian Stabilitas Dinamis.
Pengujian stabilitas dinamis untuk campuran beraspal terutama untuk lalulintas berat dan padat dengan menggunakan alat Wheel Tracking
Suparno Nim 411 0411 - 030
IV - 19
Tugas Akhir Pembahasan
Bab IV Analisa dan
sangat diperlukan, dengan alat Wheel Tracking kita dapat mengetahui nilai stabilitas dinamis, kecepatan deformasi dari perkerasan beraspal, Nilai stabilitas dinamis sangat tergantung pada pemilihan jenis aspal yang digunakan sebagai bahan pengikat campuran dengan 2600 lintasan
4.7.1 Pemeriksaan Komposisi Campuran (Mix Design) Aspal Minyak Pemeriksaan dengan mesin Wheel Tracking di perlukan persiapan bahan yang telah dilaksanakan pengujian diatas, adapun komposisi campuran (Mix Design) untuk pengujian aspal minyak pen 60/70 sebagai berikut:
Tabel
4.6. Komposisi hasil Campuran (Mix Design ) Material
Komposisi
Abu Batu
41 %
Screnning
38 %
Spleet
20 %
Filer (Semen)
1%
Kadar Aspal Opt
5.85 %
Ukuran cetakan untuk pengujian wheel tracking adalah Lebar 30 panjang 30 tinggi 5 untuk memenuhi volume tersebut maka dibutuhkan komposisi sebagai berikut: = 30 * 30 * 5 * 2,287 * 1.030
= 10.600,245
Persen aspal 5,85 % = 5.85/100 * 10.600.245 = Total berat agregat
Suparno Nim 411 0411 - 030
620,114
= 9.980,131 Gr
IV - 20
Tugas Akhir Pembahasan
Bab IV Analisa dan
Bahan yang diperlukan Komposisi berat agregat dalam Gr No.
Material
Persen
Berat
Agregat
Agregat
Jumlah
1
Filer (semen)
=
1/100
* 9980,131
=
99,80
2
Spleet
=
20/100
* 9980,131
=
1.996,03
3
Screnning
=
38/100
* 9980,131
=
3.792,45
4
Abu batu
=
41/100
* 9980,131
=
4.091,85
=
9.980,13
Jumlah Total Agregat
4.7.2 Pemeriksaan Komposisi Campuran (Mix Design) Aspal Polimer Komposisi campuran (Mix Design) untuk pengujian aspal Polimer sebagai berikut:
Tabel
4.6. Komposisi hasil Campuran (Mix Design ) Material
Komposisi
Abu Batu
41 %
Screnning
38 %
Spleet
20 %
Filer (Semen)
1%
Aspal
5.74 %
Ukuran cetakan untuk pengujian wheel tracking adalah Lebar 30 panjang 30 tinggi 5 untuk memenuhi volume tersebut maka dibutuhkan komposisi sebagai berikut: = 30 * 30 * 5 * 2.300 * 1.048
=
10.846.800
Persen aspal 5,74 % = 5.74/100 * 10.846.800 =
662.606
Total berat agregat
Suparno Nim 411 0411 - 030
=
10.184.194 Gr
IV - 21
Tugas Akhir Pembahasan
Bab IV Analisa dan
Bahan yang diperlukan Komposisi berat agregat dalam Gr No.
Material
Persen
Berat
Agregat
Agregat
Jumlah
1
Filer (semen)
=
1/100
*
10184.194 =
101.84
2
Spleet
=
20/100
*
10184.194 =
2036.84
3
Screnning
=
38/100
*
10184.194 =
3869.99
4
Abu batu
=
41/100
*
10184.194 =
4175.52
=
10184.19
Jumlah Total Agregat 4.8
Hasil Pengujian Stabilitas Dinamis ( Dengan Wheel Tracking Machine) Berdasarkan data hasil pengujian campuran beraspal AC-WC dengan 2 (dua) jenis aspal yang berbeda dengan menggunakan alat Wheel Traking Machine (WTM) di sajikan pada 2 Tabel yaitu ; untuk pengujian jenis aspal minyak dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 4.7 Hasil data Pengujian Campuran aspal Minyak. Data rinci hasil pengujian di sajikan pada Tabel 4.8 Sedangkan hasil pengujian Aspal Polimer Starbit disajikan pada Tabel 4.9 kemudian data rinci hasil pengujian di sajikan pada Tabel 4.10
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Campuran beraspal AC-WC Jenis aspal minyak dengan alat Wheel Tracking Machine ( WTM )
No
Jenis Pengujian
1
Stabilitas Dinamis
2
Kecepatan Deformasi
Metode
Hasil
Satuan
1968,8 Lintasan/mm JRA.1980
Suparno Nim 411 0411 - 030
Spesifikasi
Min .2500 0,0213 Mm/menit
IV - 22
Tugas Akhir Pembahasan
Bab IV Analisa dan
Tabel 4.8 Hasil Uji Wheel Tracking Machine ( WTM ) Waktu
Lintasan
Deformasi
Satuan
0
0
0,00
Mm
1
21
1,27
Mm
5
105
2,15
Mm
10
210
2,64
Mm
15
315
2,97
Mm
30
630
3,65
Mm
45
945
4,07
Mm
60
1260
4,439
Mm
3,11
Mm
RD = Kecepatan Deformasi
0,0213
Mm/menit
DS = Stabilitas Dinamis
1968,8
Lintasan/menit
DO = Deformasi Awal
* DO = Deflection on zero / Deformasi saat Konsolidasi * RD = Rapid of Deformation * DS = Dinamic Stabilty
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Campuran beraspal AC-WC Jenis Aspal Polimer dengan alat Wheel Tracking Machine ( WTM ) No
Jenis Pengujian
1
Stabilitas Dinamis
Metode
Hasil
Satuan
4200,0 Lintasan/mm JRA.1980
2
Kecepatan Deformasi
Suparno Nim 411 0411 - 030
Spesifikasi
Min .2500 0,0100 Mm/menit
IV - 23
Tugas Akhir Pembahasan
Bab IV Analisa dan
Tabel 4.10 Hasil Uji Wheel Tracking Machine ( WTM ) Waktu
Lintasan
Deformasi
Satuan
0
0
0,00
Mm
1
21
0,89
Mm
5
105
1,36
Mm
10
210
1,60
Mm
15
315
1,76
Mm
30
630
2,05
Mm
45
945
2,25
Mm
60
1260
2,40
Mm
1,80
Mm
RD = Kecepatan Deformasi
0,0100
Mm/menit
DS = Stabilitas Dinamis
4200,0
Lintasan/menit
DO = Deformasi Awal
Tabel 4.11. Resume Hasil Pengujian 2 (Dua) Jenis Aspal dengan Mesin Wheel Tracking NO.
JENIS MATERIAL Abu Batu (0-5) Screening ( 5- 10 ) Spleet ( 10 -19 ) Filler (PC)
%
% ASPAL
JENIS
HASIL WHEEL TRACKING
ASPAL
DO
DS
RD
5.85
Minyak
3.11
1968.8
0.0213
5.74
Polimer
1.80
4200.0
0.0100
41
38
20
1
Suparno Nim 411 0411 - 030
IV - 24
Tugas Akhir Pembahasan
4.9
Bab IV Analisa dan
Analisa Data Hasil Pengujian Stabilitas Dinamis (Dengan Wheel Tracking Machine)
Berdasarkan hasil pengujian Wheel Tracking pada kadar aspal optimum dari jenis dua jenis Aspal yang sesuai dengan Tabel 4.11 Aspal Minyak menghasilkan DO (Deflection on zero/Deformasi saat konsolidasi) = 3.11, Aspal Polimer 1.80, kecepatan deformasi/RD(Rapid of Deformation) Aspal Minyak 0.0213 dan Aspal Polimer 0.0100 kemudian hasil Stabiltas Dinamis/DS (Dinamic Stability) Aspal Minyak 1968.8 dan Aspal Polimer 4200.0, Aspal Minyak menghasilkan stabilitas dinamis yang kurang baik adapun Aspal Polimer jenis E 55 lebih baik dan dapat dipergunakan sebagai perencanaan campuran beraspal, pada struktur perkerasan kelas berat karena nilai kecepatan depormasi sangat kecil, sehingga dengan nilai stabilitas dinamis yang cukup, maka hasil pengujian campuran ini mampu terhadap depormasi permanen dan mempunyai ketahanan terhadap tekanan beban yang tinggi.
Nilai stabilitas dinamis yang dihasilkan campuran aspal minyak kurang memenuhi syarat yang di tentukan JRA, maka pada penelitian ini aspal minyak perlu dimodifikasi agar hasil yang didapatkan lebih meningkatkan stabilitas .
Suparno Nim 411 0411 - 030
IV - 25
Tugas Akhir
Bab V Kesimpulan
BAB V KESIMPULAN 5.1.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini yang telah dilakukan pada pencampuran bahan perkerasan jalan dengan AC-WC Gradasi Fuller di laboratorium Unit Penyelidikan Pengukuran dan Pengujian DPU Provinsi DKI Jakarta maka, didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Hasil pengujian pada Agregat dan Aspal Minyak Pen 60/70 dan Aspal Polimer Starbit E 55 yang digunakan dalam penelitian ini, hasilnya memenuhi persyaratan petunjuk pelaksanaan AC-WC dengan Gradasi Fuller 2. Dari hasil penelitian, didapatkan Kadar Aspal Optimum (KAO) sebesar 5,85 % untuk jenis Aspal Minyak dan Kadar Aspal Optimum (KAO) sebesar 5,74 % untuk jenis Aspal Polimer maka yang lebih efisien untuk penggunaan aspal adalah Aspal Polimer jenis Elastomer 55. 3. Nilai Density, Stabilitas, Flow, MQ,VMA,VIM pada jenis aspal minyak dan jenis aspal polimer mengalami perbedaan, hal ini dimungkinkan karena sifat dari aspal modifikasi aspal tersebut lebih bagus namun dengan panas yang tinggi sehingga mempengaruhi volume rongga pada masa agregat, sehingga dapat mereduksi jumlah polimer yang lebih mengikat agregat yang masih banyak di dalam kriteria AC-WC Gradasi Fuller. 4. Dari percobaan Marshall terhadap kedua jenis aspal tersebut dapat di peroleh hasil yang baik (parameter marshall) dan memenuhi persyaratan untuk campuran aspal beton untuk > 5.000.000 ESA (Equation Of Standard Axl) /Tahun adalah : campuran dengan gradasi di atas zona terlarang dan campuran dengan gradasi ideal dengan AC-WC - Fuller (yang memotong saringan no : # 4 dan no: # 8).
Suparno Nim 411 0411 - 030
V-1
Tugas Akhir
Bab V Kesimpulan
5. Pada pengujian Dinamic Stability dengan mesin Wheel Tracking hasil yang didapatkan antara lain aspal minyak 1968.8 lintasan/menit, aspal polimer 4200.0 lintasan/menit, kecepatan deformasi aspal minyak 0.0213 mm/menit, sedangkan kecepatan deformasi aspal polimer 0.0100 mm/menit, disini terlihat bahwa aspal minyak mempunyai kecepatan depormasi lebih cepat dan lebih awal dibanding aspal polimer karena aspal minyak tidak dimodifikasi terlebih dahulu oleh bahan modifier, sehingga hasil campuran aspal dan agregat tidak bisa mengikat secara kuat atau tidak berhasilnya interloking antara aspal minyak dan agregat.
5.1.2 Saran
Setelah melakukan penelitian mengenai campuran beraspal panas, dengan menggunakan dua jenis aspal maka penulis ingin memberikan saran: 1. Dari hasil pengamatan dan pengujian Laboratorium disimpulkan bahwa kwalitas bahan aspal maupun agregat belum sesuai yang di harapkan. Diperlukan penelitian lebih lanjut dalam pengujian berbagai jenis aspal pada suatu campuran, sehingga dapat diketahui perbandingan terhadap kinerja campuran aspal . 2. Dari hasil nilai stabilitas, kelelahan, nilai persentase dan titik lembek penggunaan campuran beraspal panas dari jenis aspal minyak dan aspal polimer dapat digunakan pada daerah lalu lintas sedang dan berat. 3. Nilai stabilitas dinamis pada jenis aspal Polimer jauh lebih tinggi karena penggunaan bahan modifikasi jenis E55 namun jenis aspal ini memerlukan suhu yang tinggi pada saat pencampuran aspal panas.
Suparno Nim 411 0411 - 030
V-2
Tugas Akhir
Bab V Kesimpulan
4. Nilai stabilitas yang rendah pada aspal minyak akan menimbulkan campuran lebih getas, mempercepat oksidasi, meningkatkan penyerapan terhadap air, Agar VMA cukup untuk aspal dan VIM maka gradasi agregat harus diatur. Jika kadar aspal lebih tinggi dan kelebihannya tidak diserap agregat, maka kadar aspal dapat diturunkan untuk meningkatkan VIM asalkan VMA cukup dipertahankan umumnya untuk stabilitas dan menambah VMA dengan cara menambah agregat pecah atau mengurangi fraksi lolos saringan 75 mikron (No.# 200) 5. Diharapkan para pembaca Tugas Akhir ini dapat menemukan ide-ide kreatif sehingga jenis aspal yang jarang di modifikasi dapat digunakan serta bisa dimanfaatkan pada lalu lintas padat dan berat sebaik mungkin.
Suparno Nim 411 0411 - 030
V-3
DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Pekerjaan Umum, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, ”Modul Pengujian Laboratorium dalam Pekerjaan Campuran Beraspal Panas”. 2. Departemen Pekerjaan Umum, ”Pelaksanaan Lapis Aspal Beton Jalan Raya”, SNI 1737-1989 F 3. Departemen Pekerjaan Umum, Badan Penelitian dan Pengembangan PU, Standar Nasional Indonesia, ”Metode Pengujian Tentang Analisa Saringan Agregat Halus Dan Kasar”, SNI 03-19681990. 4. Asphalt Institute, Supervave Series No.2, 1996, ”Sepervave Mix Design”, Asphalt Intitute USA. 5. Bina Marga, 1999, ”Panduan Perencanaan Campuran Beraspal Panas Berdasarkan Kepadatan Mutlak”, SK No.76/KPTS/Db/1999, Jakarta. 6. Departemen Pekerjaan Umum, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, ”Manual Pekerjaan Campuran Beraspal Panas”, Bab 7, Nopember 2002. 7. Nyoman Suaryana, Anwar Yamin, Kurniadji, 2002, ”Kesalahan kesalahan Umum Dalam Penerapan Spesifikasi Baru Campuran Beraspal Panas”, KRTJ, Ke-7, Bali 8. Departemen Pekerjaan Umum, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Pelatihan ”Perencanaan Campuran Beraspal Panas”, Kurniadji, Desember 2003.. 9. Laboratorium Perkerasan Jalan FTSP-UMB 2003, ”Pedoman Praktikum Bahan Perkerasan Jalan”, FTSP-UMB Jakarta. 10. Departemen Pekerjaan Umum, Badan Penelitian dan Pengembangan PU, ”Spesifikasi seksi 6.3, ”Campuran Beraspal Panas”, Desember 2005.
LAMPIRAN HASIL PENGUJIAN ASPAL
PEMERIKSAAN ASPAL PADAT No. Kode Benda Uji No. Surat Tugas
No
: I / AP/ VI Penelitian Skripsi : SK no : 07/134/FS/Kep/VI/08
Tanggal Pengujian
: 09 s/d 13 Juni – 2008
Jenis Benda Uji
: Aspal Pertamina Pen 60/70
Pembacaan
Pemeriksaan I
1
Penetrasi
2
Titik Nyala ( Flash Point )
3
69
II 68
69
Rata2
Satuan
68,8
Mm
III 69
69
316
317
316,5
O
Daktilitas ( Ductility )
> 140
> 140
> 140
Cm
4
Titik Lembek ( Softening Point )
48,00
48,50
48,25
O
5
Penetrasi setelah kehilangan besi
56
6
Kehilangan Berat ( Loss on Heating )
57
57
56
C
C
56,5
Pen setelah kehilangan berat Penetrasi awal ( asli )
X 100 % = 82,12 %
% Loss On Heating = C- F
X 100 %
= 0,0388 %
C
Sebelum Pemanasan Sesudah Pemanasan 7
Berat Jenis ( Specific Gravity )
Berat tempat + aspal A. 50,9179 gr D. 50,9021 gr
Kelarutan Solubility Aspal
B. E.
9,7020 9,7020
gr gr
Berat aspal C. 41,2159 gr F. 41,2001 gr
C- A Specific gravity = A. B. C. D.
8
Berat tempat
= 1,0301 (B–A)–(D–C)
Berat Picnometer ( dng tutup ) Berat Picnometer + air Berat Picnometer + aspal Berat Picnometer + aspal + air
% Solubility = C-F X 100 % C A = Berat tempat + aspal B = Berat tempat C = Berat aspal ( A- B ) D = Berat kertas saring + residu E = Berat kertas saring F = Berat residu
= = = =
24,6931 72,7382 26,8949 72,8025
= 99, 2156 % = = = = = =
98,3388 96,3871 2,0017 0,9435 0,9278 0,0157
gr gr gr gr gr gr
Catatan : Hasil pemeriksaan ini hanya berlaku bagi bahan yang sama dengan yang diperiksa di UPT PPP DPU PROVINSI DKI JAKARTA
Lampiran Hasil Pengujian Aspal - 1
LAMPIRAN HASIL PENGUJIAN ASPAL
HASIL PENGUJIAN ASPAL PADAT
NO
PEMERIKSAAN
SPESIFIKASI ASPAL KERAS/ PADAT AC 60/70 KPTS/11/3/1973/BM HASIL Min Max METODE
1
Penetrasi Pada 25ºC (77ºF) 100 gr 5 detik, (0,1 mm)
68,8
60
79
SNI 06-2456 -1991
2
Titik Nyala (Cleveland Oven Cup)ºC Daktilitas pada 25ºC (77ºF) 5 cm per menit, cm Titik Lembek (Ring and Ball) ºC Penetrasi Setelah kehilangan berat, persen terhadap asli % Kehilangan berat (thin film oven test) 163ºC, 5 jam, %
317
200
-
SNI 06-2433 -1991
> 140
100
-
SNI 06-2432 -1991
48,25
48
58
SNI 06-2434 -1991
82,12
75
-
SNI 06-2456 -1991
0,0388
-
0,4
SNI 06-2440 -1991
1,0301
1
-
SNI 06-2441 -1991
3 4 5 6 7 8
Berat jenis, 25ºC, gram/Cm³
Kelarutan dalam 99,21 99 AASTHO T 44-97 trichloroethylene, % Catatan: Hasil Pemeriksaan ini sama yang di periksa di lab UPPP DPU DKI
Lampiran Hasil Pengujian Aspal - 2
LAMPIRAN HASIL PENGUJIAN ASPAL
PEMERIKSAAN ASPAL PADAT No. Kode Benda Uji No. Surat
No
: II/ SS 55/VI Penelitian Skripsi :SK no : 07/134/FS/Kep/VI/08
Tanggal Pengujian
: 16 s/d 20 Juni 2008
Jenis Benda Uji
: Aspal Polimer Starbit E 55
Pembacaan
Pemeriksaan I
1
Penetrasi
2
Titik Nyala ( Flash Point )
3 4
Elastic Recovery Residu Rtfut, % Titik Lembek ( Softening Point )
55
Perbedaan Penurunan Penetrasi setelah kehilangan berat, Persen Terhadap Asli, %
56
346
55
55
7
9
C
Cm 55,5
53
54
O
55,35
54
C
53,5
Penetrasi setelah kehilangan berat
X 100 % = 3,167 %
Penetrasi awal ( asli ) X 100 %
= 0,0125 %
C
Sebelum Pemanasan Sesudah Pemanasan
Berat tempat + aspal A. 46,9338 gr D. 46,9290 gr
Berat Jenis ( Specific Gravity )
Specific gravity =
Perbedaan Kenaikan Titik Lembek
Mm €O
Kehilangan Berat ( Loss on Heating )
Kelarutan Solubility Aspal
55,25
346
55,2
Berat tempat B. E.
8,8070 gr 8,8070 gr C-A
Berat aspal C. F.
38,1268 gr 38,1220 gr
= 1,0403 (B–A)–(D–C)
A B. C. D. 8
Satuan
56
% Loss On Heating = C- F 6
Rata2 III
49
53 5
II
Berat Picnometer ( dng tutup ) Berat Picnometer + air Berat Picnometer + aspal Berat Picnometer + aspal + air
% Solubility = C-F C
X 100 %
A = Berat tempat + aspal B = Berat tempat C = Berat aspal ( A- B ) D = Berat kertas saring + residu E = Berat kertas saring F = Berat residu 56,50 – 55,35 56,5 55,5 56,75
= = = =
21,0521 71,3200 27,9267 71,5863
= 99,36 85,6767 gr 83,5031 gr 2,175 gr 0,9288 gr 0,9149 gr 0,0139 gr X 100% = 3 %
56,75
Lampiran Hasil Pengujian Aspal - 3
LAMPIRAN HASIL PENGUJIAN ASPAL
Catatan : Hasil pemeriksaan ini hanya berlaku bagi bahan yang sama dengan yang diperiksa di UPT PPP DPU PROVINSI DKI JAKARTA
HASIL PENGUJIAN ASPAL PADAT SPESIFIKASI ASPAL POLIMER NO
1
PEMERIKSAAN
Penetrasi Pada 25ºC (77ºF)
DEP PEK UMUM 2005
HASIL
100
Min
Max
METODE
55,25
50
75
SNI 06-2456 -1991
346
232
-
SNI 06-2433 -1991
49
45
-
AASTHO T.301-95
55,35
54
-
SNI 06-2434 -1991
3,17
-
40
SNI 06-2456 -1991
0,01
-
1
SNI 06-2440 -1991
1,040
1
-
SNI 06-2441 -1991
99,36
99
-
AASTHO T 44-97
3,00
-
6,5
gr 5 detik, (0,1 mm) 2
Titik Nyala (Cleveland Oven Cup)ºC
3
Daktilitas pada 25ºC (77ºF) 5 cm per menit, cm
4 5
Titik Lembek (Ring and Ball) ºC Penetrasi Setelah kehilangan berat, persen terhadap asli %
6
Kehilangan berat (thin film oven test) 163ºC, 5 jam, %
7 8
Berat jenis, 25ºC, gram/Cm³ Kelarutan dalam trichloroethylene, %
9
Perbandingan Kenaikan Titik
SNI 06-2434-1991
Lembek
Lampiran Hasil Pengujian Aspal - 4
LAMPIRAN HASIL PENGUJIAN BAHAN
DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA UNIT PELAKSANA TEKNIS PENYELIDIKAN, PENGUKURAN DAN PENGUJIAN Jl. DI Panjaitan Kav. 583 Cawang, Jakarta Timur Kode Pos 13410 Telp. 8194559, 8191354, Fax. 8194559
LOSS ANGELES ABRASSION TEST / SCREENENG No Contoh : Penelitian Skripsi Dikerjakan : Suparno
Diperiksa Disetujui
: Meity Ambarwaty. Dipl. Kim : Ir. H. Alizar. MT
HASIL ANALISA SARINGAN SETELAH PEMERIKSAAN NO
Grading
Berat Tertinggal
Berat Jml
Saringan
No : B
Gram
Tertinggal ( Gram )
Jumlah % Tertinggal
Jumlah % Melalui
3/8"
0
0
100
No: 1/4
1068
21,36
78,64
No: 4
2242
44,84
55,16
No: 12
3993
79,86
20,14
Keterangan
1 1/2 " 1" 3/4" 1/2"
Berat Total Contoh : 5
kg
1007 % KEAUSAN =
x 100 %
=
20,14%
5000 Keterangan : - Jumlah putaran - Jumlah bola
: 500 Putaran :8 Buah
Lampiran Hasil Pengujian Bahan - 1
LAMPIRAN HASIL PENGUJIAN BAHAN
DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA UNIT PELAKSANA TEKNIS PENYELIDIKAN, PENGUKURAN DAN PENGUJIAN Jl. DI Panjaitan Kav. 583 Cawang, Jakarta Timur Kode Pos 13410 Telp. 8194559, 8191354, Fax. 8194559
No Contoh Diperiksa
: Penelitian Skripsi : Suparno
Diperiksa Disetujui
DICUCI / TIDAK DICUCI
: Meity Ambarwaty. Dipl.Kim
: Ir. H. Alizar. MT
SATUAN
TEST I
TEST II
Rata-Rata
A.
Flaak No
gram
1
2
B.
Berat + Contoh SSD
gram
503,6
685,6
C.
Berat Flaak
gram
137
178,7
D.
Berat Contoh SSD ( B - C )
gram
366,6
506,9
E.
Berat + Air + Contoh
gram
863,2
992,2
F.
Berat Flaak + Air
gram
636,8
679
G.
Berat Contoh Kering
gram
358,9
496,3
358,9 132,5
2,709
2,710
2,709
358,9 140,2
2,560
2,562
2,561
366,6 140,2
2,615
2,617
2,616
2,145
2,136
2,141
APP ………. SP SP. GRAFITY G G-(E-F) SP. GRAFITY ON DRY BASIS G D-(E-F) SP. GRAFITY SSD BASIS D D-(E-F) % WATER ABSORBTION D-G G
x 100
7,7 x 100 358,9
Lampiran Hasil Pengujian Bahan - 2
LAMPIRAN HASIL PENGUJIAN BAHAN
DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA UNIT PELAKSANA TEKNIS PENYELIDIKAN, PENGUKURAN DAN PENGUJIAN Jl. DI Panjaitan Kav. 583 Cawang, Jakarta Timur Kode Pos 13410 Telp. 8194559, 8191354, Fax. 8194559
PENENTUAN SP. GRAFITY ABU BATU ( TERTAHAN SARINGAN NO. 4 ) No Contoh Dikerjakan
: Penelitian Skripsi : Suparno
Diperiksa : Meity ambarwaty. Dipl. Kim Disetujui : Ir. H. Alizar. MT
DICUCI / TIDAK DICUCI
SATUAN
TEST I
TEST II
A. Berat Contoh di Udara
gram
1206
934
B. Berat Contoh SSD Dalam Air
gram
751
579
C. Berat Contoh Kering
gram
1186
923
C C
-
APP …… SP. GRAFITY
B
C A
-
SP. GRAFITY ON DRY BASIS
B
A A
A
-
B
-
C
C
SP. GRAFITY SSD BASIS
X 100
% WATER ABSORBTION
1186 435
1186 455
1206 455
20,00 1186
2,726
2,607
2,651
1,686
923 344
923 355
934 355
11,00 923
RATA-RATA
2,683
2,705
2,600
2,603
2,631
2,641
1,192
1,439
Lampiran Hasil Pengujian Bahan - 3
LAMPIRAN HASIL PENGUJIAN BAHAN
DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA UNIT PELAKSANA TEKNIS PENYELIDIKAN, PENGUKURAN DAN PENGUJIAN Jl. DI Panjaitan Kav. 583 Cawang, Jakarta Timur Kode Pos 13410 Telp. 8194559, 8191354, Fax. 8194559
PENGUJIAN SAND EQUIVALENT ( ABU BATU ) SNI 03 - 2417 - 1991
No Contoh Dikerjakan
NO
: Penelitian Skripsi : Suparno
Diperiksa Disetujui
: Meity Ambarwaty. Dipl. Kim : Ir. H. Alizar. MT
No contoh
URAIAN KERJA
Keterangan
I
II
1.
Tera tinggi tangkai penunjuk beban kedalam gelas ukur ( gelas ukur keadaan kosong ).
10.1
10,1
2.
Baca skala lumpur ( Pembacaan skala permu kaan lumpur lihat pada dinding gelas ukur ).
4,90
5,0
3.
Masukan beban, baca skala beban pada skala penunjuk.
14,10
14,50
4.
Baca skala pasir Pembacaan ( 3 ) - Pembacaan ( 1 ).
4,0
4,40
5.
Nilai sand equivalent 81,63
88,00
skala pasir x 100 % skala lumpur
Rata rata nilai sand equivalent
Benda uji lolos # 4 Benda uji + 150 gr
84,82
Lampiran Hasil Pengujian Bahan - 4
LAMPIRAN HASIL PENGUJIAN BAHAN
DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA UNIT PELAKSANA TEKNIS PENYELIDIKAN, PENGUKURAN DAN PENGUJIAN Jl. DI. Panjaitan Kav. 583, Jakarta Timur Kode Pos 13410 Tlp. (021) 8191354, 8194559, Fax. 8194559
PENENTUAN BD KERING / ABU BATU No Contoh Dikerjakan
: Penelitian Skripsi : Suparno
Diperiksa Disetujui
: Meity Ambarwaty. Dipl. Kim : Ir. H. Alizar. MT
A
Berat Tempat + Contoh
58,79
5873
B
Berat Tempat
2005
2005
C
Berat Contoh
3874
3868
D
Volume Tempat
2793
2793
E
BD Contoh
C/V
1,387
1,385
F
BD Contoh
rata - rata
1,386
Lampiran Hasil Pengujian Bahan - 5
LAMPIRAN HASIL PENGUJIAN BAHAN
DINAS PEKERJAAN UMUM PROPINSI DKI JAKARTA UNIT PELAKSANA TEKNIS PENYELIDIKAN, PENGUKURAN DAN PENGUJIAN Jl. DI. Panjaitan Kav.583, Jakarta Timur Kode Pos 13410 Tlp. ( 021 ) 8191354, 8914559 Fax. 8194559
PENENTUAN SP. GRAFITY ABU BATU ( LOLOS SARINGAN NO 4 ) No Contoh Dikerjakan
: Penelitian Skripsi : Suparno DICUCI
Diperiksa Disetujui
: Meity Ambarwaty. Dipl. Kim : Ir. H. Alizar. MT SNI - 03 - 1970 - 1990
SATUAN
TEST I
TEST II
1
2
A
Flaak No ( 2 )
B
Berat Flaak + Contoh SSD ( B - C )
Gram
503,6
685,6
C
Berat Flaak
Gram
137,0
178,7
D
Berat Contoh SSD ( B - C )
Gram
366,6
506,9
E
Berat Flaak + Air + Contoh
Gram
863,2
992,2
F
Berat Flaak + Air
Gram
636,8
679
G
Berat Contoh Kering
Gram
358,9
496,3
Rata - Rata
G G-(E-F)
APP….. SP. GRAFITY
2,709
2,711
2,710
G D-(E-F)
SP. GRAFITY ON DRY BASIS
2,560
2,562
2,561
D D-(E-F)
SP. GRAFITY SSB BASIS
2,615
2,617
2,616
2,145
2,136
2,141
D-G G
X100 % WATER ABSORBTION
Lampiran Hasil Pengujian Bahan - 6
LAMPIRAN HASIL PENGUJIAN BAHAN
DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA UNIT PELAKSANA TEKNIS PENYELIDIKAN, PENGUKURAN DAN PENGUJIAN Jl. DI. Panjaitan Kav. 583, Jakarta Timur Kode Pos 13410 Tlp. (021) 8191354, 8194559, Fax. 8194559
PENENTUAN SP. GRAFITY BATUAN / SPLEET - SCREENING ( TERTAHAN SARINGAN NO 4 ) No Contoh Dikerjakan
: Penelitian Skripsi : Suparno
DICUCI / TIDAK DICUCI
Diperiksa Disetujui
: Meity Ambarwaty. Dipl. Kim : Ir. H. Alizar. MT
SATUAN
TEST I
SATUAN
TEST II
A
Berat Contoh SSD di Udara
Gram
1206
Gram
934
B
Berat Contoh SSD Dalam Air
Gram
751
Gram
579
C
Berat Contoh Kering
Gram
1186
Gram
923
Rata-Rata
C APP….. SP. GRAFITY
2,726
2,683
2,705
SP. GRAFITY ON DRY BASIS
2,607
2,600
2,604
SP. GRAFITY SSB BASIS
2,651
2,631
2,641
% WATER ABSORBTION
1,686
1,192
1,439
C - B C A - B A A - B A - C x 100 % C
Lampiran Hasil Pengujian Bahan - 7
LAMPIRAN HASIL PENGUJIAN BAHAN
No Contoh Dikerjakan
: Penelitian Skripsi : Suparno
Diperiksa : Meity Ambarwaty. Dipl. Kim Disetujui : Ir. H. Alizar. MT
Lampiran Hasil Pengujian Bahan - 8
LAMPIRAN HASIL PENGUJIAN BAHAN
No Contoh Dikerjakan
: Penelitian Skripsi : Suparno
Diperiksa : Meity Ambarwaty. Dipl. Kim Disetujui : Ir. H. Alizar. MT DATA MIX DESIGN ABU BATU
Lampiran Hasil Pengujian Bahan - 9
LAMPIRAN HASIL PENGUJIAN BAHAN
No Contoh Dikerjakan
: Penelitian Skripsi : Suparno
Diperiksa : Meity Ambarwaty. Dipl. Kim Disetujui : Ir. H. Alizar. MT DATA MIX DESIGN SCREENING
Lampiran Hasil Pengujian Bahan - 10
LAMPIRAN HASIL PENGUJIAN BAHAN
No Contoh Dikerjakan
: Penelitian Skripsi : Suparno
Diperiksa : Meity Ambarwaty. Dipl. Kim Disetujui : Ir. H. Alizar. MT DATA MIX DESIGN SPLEET
Lampiran Hasil Pengujian Bahan - 11
LAMPIRAN HASIL PENGUJIAN MARSHALL
No Contoh : Penelitian Skripsi Diperiksa : Suparno
Diperiksa : Meity Ambarwaty Dipl. Kim Disetujui : Ir. H. Alizar. MT PERCOBAAN MARSHALL TEST ASPAL PERTAMINA TYPE : AC - WC KURVA FULLER
Lampiran Hasil Pengujian Marshall- 1
LAMPIRAN HASIL PENGUJIAN MARSHALL
No Contoh : Penelitian Skripsi Diperiksa : Suparno
Diperiksa : Meity Ambarwaty Dipl. Kim Disetujui : Ir. H. Alizar. MT
Lampiran Hasil Pengujian Marshall- 2
LAMPIRAN HASIL PENGUJIAN MARSHALL
No Contoh : Penelitian Skripsi Diperiksa : Suparno
Diperiksa : Meity Ambarwaty Dipl. Kim Disetujui : Ir. H. Alizar. MT
Lampiran Hasil Pengujian Marshall- 3
LAMPIRAN HASIL PENGUJIAN MARSHALL
No Contoh : Penelitian Skripsi Diperiksa : Suparno
Diperiksa : Meity Ambarwaty Dipl. Kim Disetujui : Ir. H. Alizar. MT
Lampiran Hasil Pengujian Marshall- 4
LAMPIRAN HASIL PENGUJIAN MARSHALL
No Contoh : Penelitian Skripsi Diperiksa : Suparno
Diperiksa : Meity Ambarwaty Dipl. Kim Disetujui : Ir. H. Alizar. MT PERCOBAAN MARSHALL TEST ASPAL STARBIT. E.55 TYPE : AC - WC KURVA FULLER
Lampiran Hasil Pengujian Marshall- 5
LAMPIRAN HASIL PENGUJIAN MARSHALL
No Contoh : Penelitian Skripsi Diperiksa : Suparno
Diperiksa : Meity Ambarwaty Dipl. Kim Disetujui : Ir. H. Alizar. MT
Lampiran Hasil Pengujian Marshall- 6
LAMPIRAN HASIL PENGUJIAN MARSHALL
No Contoh : Penelitian Skripsi Diperiksa : Suparno
Diperiksa : Meity Ambarwaty Dipl. Kim Disetujui : Ir. H. Alizar. MT
Lampiran Hasil Pengujian Marshall- 7
LAMPIRAN HASIL PENGUJIAN MARSHALL
No Contoh : Penelitian Skripsi Diperiksa : Suparno
Diperiksa : Meity Ambarwaty Dipl. Kim Disetujui : Ir. H. Alizar. MT
Lampiran Hasil Pengujian Marshall- 8
LAMPIRAN HASIL PENGUJIAN MARSHALL
DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA UNIT PELAKSANA TEKNIS PENYELIDIKAN, PENGUKURAN DAN PENGUJIAN Jl. DI Panjaitan Kav. 583 Cawang, Jakarta Timur Kode Pos 13410 Telp. 8194559, 8191354, Fax. 8194559
No Contoh : Penelitian Skripsi Dikerjakan : Suparno
Diperiksa : Meity Ambarwaty Dipl. Kim Disetujui : Ir. H. Alizar. MT
Lampiran Hasil Pengujian Marshall- 9
LAMPIRAN HASIL PENGUJIAN BERAT JENIS
DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA UNIT PELAKSANA TEKNIS PENYELIDIKAN, PENGUKURAN DAN PENGUJIAN Jl. DI Panjaitan Kav. 583 Cawang, Jakarta Timur Kode Pos 13410 Telp. 8194559, 8191354, Fax. 8194559
No Contoh : Penelitian Skripsi Dikerjakan : Suparno
Diperiksa : Meity Ambarwaty Dipl. Kim Disetujui : Ir. H. Alizar. MT
Lampiran Hasil Pengujian Berat Jenis- 1