TUGAS AKHIR
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO USAHA KONSTRUKSI (STUDI KASUS PT HUTAMA KARYA)
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan Sarjana S-1 Teknik Sipil
Disusun Oleh: ARMAND MARIS / NIM: 0110311-008
FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN JURUSAN TEKNIK SIPIL 2009
Abstrak Judul: Analisis Manajemen Risiko Usaha Konstruksi (Studi Kasus PT Hutama Karya), Nama: Armand Maris, Nim: 0110311008, Dosen Pembimbing: Ir Mawardi Amin, MT. Industri konstruksi merupakan salah satu industri yang rawan risiko, menghadapi risiko-risiko yang sangat beragam dan berdampak tinggi, namun kondisi risiko yang dihadapi ini tidak diimbangi dengan tingginya marjin keuntungan yang didapat. Risiko-risiko yang beragam ini juga dihadapi industri konstruksi dengan penerapan manajemen risiko secara intuisi, pertimbangan dan pengalaman individual yang didapatkan dari kontrak-kontrak sebelumnya, sehingga atas dasar hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mencoba menghasilkan suatu formulasi model manajemen risiko pada industri konstruksi yang diharapkan dapat digunakan untuk kepentingan akademik dan menjadi tolok ukur bagi usaha konstruksi. Hasil temuan penelitian kualitatif menunjukkan dan mengidentifikasi 11 risiko yang dihadapi oleh suatu usaha konstruksi, serta besar potensi dari risikorisiko tersebut dan dampaknya kepada suatu usaha konstuksi. Strategi alternatif yang diterapkan usaha konstruksi untuk menghadapi risiko-risiko juga ditemukan dan dicoba diformulasikan dalam suatu model manajemen risiko. Asumsi penelitian bahwa (1) industri konstruksi merupakan industri yang sarat dengan berbagai risiko sehingga tingkat keuntungan yg didapat menjadi rendah terbukti dengan ditemukannya kesebelas risiko yang dihadapi industri ini, dan (2) Perubahan harga bahan baku merupakan risiko paling dominan dan besar bobotnya sehingga berdampak pada tingkat keuntungan perusahaan tidak terbukti karena ditemukan bahwa risiko persaingan bisnis adalah salah satu risiko paling dominan yang harus dihadapi oleh perusahaan yang bermain di sektor konstruksi. Kata Kunci: Manajemen risiko usaha konstruksi, risiko usaha kosntruksi, manajemen risiko
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia serta kesempatan yang diberikan-NYA, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penyusunan Tugas Akhir ini merupakan persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana Strata 1 pada Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana. Selama masa penyusunan Tugas Akhir ini banyak sekali masalah-masalah yang Penulis hadapi. Namun dengan bantuan dari berbagai pihak, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini tepat waktu. Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah banyak membantu selama ini, yaitu antara lain: 1. Kedua orang tua dan kakak-adik tersayang, atas segala doa, dukungan dan kasih sayang yang diberikan. 2. Bapak Ir. Mawardi Amin, MT selaku Dosen Pembimbing Jurusan Teknik Sipil Universitas Mercu Buana. 3. Ibu Sylvia Indriany, MT selaku Koordinator Tugas Akhir dan Ketua Program Studi Teknik Sipil Universtas Mercu Buana. 4. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Mercu Buana. 5. Seluruh Staff Tata Usaha Jurusan Teknik Sipil Universitas Mercu Buana 6. Bapak Edy Junaidy, Manajer SDM PT Hutama Karya, atas kesediannya menjadi responden tanya-jawab, memberikan masukan dan bantuan data lainnya.
iv
7. Putut Ariwibowo, Kepala Cabang PT Hutama Karya, atas kesediannya menjadi responden tanya-jawab, memberikan masukan dan bantuan data lainnya 8. Suyanto, Manajer Sistem Mutu dan K3 PT Hutama Karya, atas kesediannya menjadi responden tanya-jawab, memberikan masukan dan bantuan data lainnya 9. Staff PT Hutama Karya yang telah membantu menyediakan data dan masukan 10. Rekan-rekan yang telah membantu penulis hingga selesainya tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimillki oleh Penulis.
Namun demikian Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dengan harapan dapat memperbaiki diri dalam upaya-upaya di masa yang akan datang. Terakhir Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi serta para pembaca umumnya.
Jakarta, Oktober 2009
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................
ii
ABSTRAK .......................................................................................................
iii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
iv
DAFTAR ISI....................................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR. ......................................................................................
viii
DAFTAR TABEL............................................................................................
ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah...........................................................
1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................
3
1.3 Pembatasan Masalah..........................................................
3
1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................
4
1.5
Manfaat Penelitian..................................................................
4
1.6
Sistematika Penulisan ..............................................................
5
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Risiko ......................................................................
1
2.1.1 Pengertian Manajemen Risiko ........................................
1
2.1.2 Memformulasikan Model Manajemen Risiko ................
5
2.1.3 Siklus Manajemen Risiko ...............................................
7
2.2 Manajemen Risiko pada Industri Konstruksi..............................
16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Pendekatan Penelitian.............................................................
1
3.2
Metode Pengumpulan Data......................................................
2
3.3
Metode Pengolahan Data .........................................................
3
3.4
Metode Analisis Data...............................................................
3
vi
3.4.1 Teknik Analisis Data....................................................
3
3.4.2 Tahapan dan Alat Analisis Data ..................................
4
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1
4.2
Gambaran Umum PT HK ........................................................
1
4.1.1 Profile Perusahaan .......................................................
1
4.1.2 Kebijakan Strategi........................................................
2
4.1.3 Perkembangan Usaha Perusahaan................................
3
4.1.4 Bisnis Perusahaan ........................................................
4
4.1.5 Struktur Organisasi ......................................................
5
4.1.6 Deskripsi Kerja ............................................................
7
4.1.7 Kepemilikan Perusahaan..............................................
10
Analisis Manajemen Risiko PT HK.........................................
10
4.2.1 Analisis Faktor Risiko Eksternal .................................
10
4.2.2 Risiko Internal..............................................................
20
4.2.3 Kesimpulan Identifikasi Faktor-faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap Bisnis PT HK (Persero) ...........
25
4.2.4 Pengukuran Tingkat Kecenderungan dan Pembobotan atas Dampak Kejadian Berisiko...................................
30
4.3
Alternatif Strategi Pengelolaan Risiko....................................
17
4.4
Kasus Penanganan Risiko Persaingan .....................................
51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan ..............................................................................
1
5.2
Saran ........................................................................................
6
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Contoh-contoh Model Manajemen Risiko...............................
7
Gambar 2.2
Siklus Manajemen Risiko ........................................................
8
Gambar 2.3
Matriks Pemetaan Risiko .........................................................
14
Gambar 3.1
Kerangka Penelitian .................................................................
8
Gambar 4.1
Struktur Bisnis PT HK (Persero) .............................................
4
Gambar 4.2
Struktur Organisasi PT HK (Persero) ......................................
6
Gambar 4.3
Alur Kerja Pekerjaan Konstruksi .............................................
8
Gambar 4.4
Penjualan Perusahaan pada Pesaing Terdekatnya....................
21
Gambar 4.5
Trend Penjualan Selama 2003-2007 ........................................
22
Gambar 4.6
Kinerja Keuangan Perusahaan .................................................
23
Gambar 4.7
Perkembangan SDM Perusahaan .............................................
24
Gambar 4.8
Peta Risiko ...............................................................................
36
Gambar 4.9
Diagram Alur Penerapan Risiko di PT HK..............................
48
Gambar 4.10 Diagram Alur Tindakan Risiko................................................
50
Gambar 4.11 Pertumbuhan Persaingan Jasa Konstruksi Nasional ................
52
Gambar 5.1
Model Manajemen Risiko PT HK ...........................................
viii
5
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria Dampak Risiko ...................................................................
12
Tabel 3.1 Pengukuran Kemungkinan Terjadinya Risiko .................................
5
Tabel 3.2 Pengukuran Akibat Terjadinya Risiko.............................................
6
Tabel 3.3 Matriks Risiko..................................................................................
7
Tabel 4.1 Risiko dan Dampaknya pada Bisnis Jasa Konstruksi ......................
29
Tabel 4.2 Pengukuran Kemungkinan Terjadinya Risiko .................................
30
Tabel 4.3 Pengukuran Akibat Terjadinya Risiko.............................................
31
Tabel 4.4 Matriks Kategori Risiko..................................................................
32
Tabel 4.5 Perlakuan Risiko ..............................................................................
33
Tabel 4.6 Pengukuran Tingkat Kecenderungan dan Akibat Risiko Bisnis......
35
Tabel 4.7 Alternatif Strategi Menghadapi Kekalahan dalam Persaingan ........
38
Tabel 4.8 Alternatif Strategi Menghadapi Penurunan Kondisi Perekonomian
39
Tabel 4.9 Alternatif Strategi Menghadapi Perubahan Kebijakan Pemerintah .
40
Tabel 4.10 Alternatif Strategi Menghadapi Keamanan Wilayah Proyek.........
41
Tabel 4.11 Alternatif Strategi Menghadapi Kesalahan Kalkulasi Biaya Proyek 41 Tabel 4.12 Alternatif Strategi Menghadapi Kompleksitas Teknologi Konstruksi 42 Tabel 4.13 Alternatif Strategi Menghadapi Tidak Tersedianya Dana Proyek.
43
Tabel 4.14 Alternatif Strategi Menghadapi Tidak Tersedianya Kapabilitas SDM 44 Tabel 4.15 Alternatif Strategi Menghadapi Kerusuhan Penyelenggaraan Pemilu 44 Tabel 4.16 Alternatif Strategi Menghadapi Kerusuhan akibat PHK Massal ...
45
Tabel 4.17 Alternatif Strategi Menghadapi Bencana Alam.............................
46
ix
Bab I Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Industri konstruksi merupakan salah satu industri terbesar di dunia. Peralatan baru yang muncul yang disertai hadirnya berbagai software komputer yang canggih semakin mempermudah pekerjaan dalam bidang konstruksi. Namun demikian, industri konstruksi juga salah satu industri dengan tingkat risiko tertinggi di dunia, sehingga secanggihnya teknologi tersebut tetap belum bisa meminimalkan tingkat risiko industri jasa kontruksi tidak akan diperhadapkan pada suatu risiko kegagalan. Beragam risiko yang dihadapi oleh Jasa Konstruksi ini meliputi antara lain penyelesaian pekerjaan terlambat akibat perubahan situasi politik atau ekonomi -Dubai World crisis, terlambatnya pembayaran, perubahan kontrak ditengah jalan, kenaikan harga bahan baku, bencana alam atau gangguan alam, gangguan keamanan, dsb. Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa industri konstruksi merupakan salah satu industri dengan tingkat risiko yang sangat beragam dan bobot risiko yang tinggi, namun demikian tinggi dan beragamnya risiko tersebut tidak diimbangi dengan tingginya margin keuntungan yang didapat. Sehingga atas dasar hal tersebut, maka pada penelitian ini akan dilakukan formulasi model manajemen risiko pada industri konstruksi. Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan Manajemen Risiko pada Industri Konstruksi pernah dilakukan oleh Biemo W. Soemardi (2006) yang
1
Bab I Pendahuluan
mengatakan bahwa di Indonesia, peningkatan peran swasta dalam sektor pembangunan infrastruktur lewat berbagai skema pendanaan dan kerjasama (project financing) tentunya harus diikuti pula dengan kesadaran terhadap potensi risiko dan kemampuan yang sesuai dalam mengelolanya. Dalam konteks ini, analisis dan manajemen risiko pada proyek-proyek pembangunan infrastruktur sudah mulai dilakukan, meskipun pada umumnya masih sangat terbatas pada aspek ekonomi dan pendanaannya saja. Dan hal ini tentunya tidak cukup. Para pelaku dalam proyek infrastuktur harus pula mampu menerapkan manajemen risiko dalam semua aspek proyek, termasuk risiko pada tahap konstruksi. Studi yang dilakukan di University of Aalborg (Flyvberg et. al, 2003) menunjukan bahwa dalam sejarahnya proyek-proyek infrastruktur berskala besar (dikenal dengan istilah megaprojects) berpotensi terancam cost overruns dan berbagai risiko lainnya. Namun demikian hal ini tampaknya tidak menghalangi pemerintah dan para pengambil keputusan publik untuk senantiasa berinvestasi dalam proyek-proyek infrastruktur besar. Atas dasar penelitian yang dilakukan di atas, maka dapat disampaikan asumsi dasar dari penelitian ini adalah: 1. Industri konstruksi merupakan industri yang sarat dengan berbagai risiko sehingga tingkat keuntungan yang didapat menjadi rendah; 2. Perubahan harga bahan baku merupakan risiko yang paling dominan dan besar bobotnya sehingga berdampak terhadap tingkat keuntungan perusahaan. Perlu diketahui juga bahwa penelitian risiko dan manajemen risiko yang dilakukan sebelumnya di Indonesia hanya terbatas pada identifikasi risiko yang dihadapi usaha konstruksi dan tidak meliputi pengukuran kemungkinan, konsekwensi
2
Bab I Pendahuluan
dari suatu risiko maupun memformulasikan penanganan risiko-risiko tersebut; dan ditemukan juga bahwa pada umumnya masih terbatas pada aspek ekonomi dan pendanaan. Seperti disebutkan sebelumnya hal ini tentunya tidak cukup, penerapan manajemen risiko harus meliputi keseluruhan siklus hidup suatu proyek dan oleh karena itu penelitian saya akan berupaya meneliti sebuah usaha konstruksi untuk memformulasikan suatu model manajemen risiko yang sesuai untuk usaha konstruksi. Hal inilah yang membedakan penelitian saya dengan yang sebelumnya.
1.2
Rumusan Masalah Beragam dan tingginya tingkat risiko pada industri konstuksi di Indonesia
menjadi perhatian yang sangat penting bagi pelaku usaha konstruksi, karena industri ini memilki banyak faktor risiko yang membebani usahanya.
Atas dasar latar
belakang permasalahan diatas, maka penelitian ini hanya akan terbatas pada aspekaspek berikuti ini: 1. Faktor-faktor risiko apa saja yang harus dihadapi oleh industri jasa konstruksi? 2. Bagaimana model manajemen risiko yang sesuai pada industri jasa konstruksi?
1.3 Pembatasan Masalah Untuk membatasi luasnya cakupan penelitian, maka penelitian ini hanya terbatas pada aspek-aspek berikut ini: 1. Usaha konstruksi yang dianalisis hanya pada tingkat bisnis PT Hutama Karya;
3
Bab I Pendahuluan
2. Penelitian hanya terbatas dalam mendapatkan model manajemen risiko yang harus dihadapi bisnis konstruksi..
1.4 Tujuan Penelitian Atas dasar perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai pada penelitian ini adalah: 1. Mendapatkan faktor-faktor risiko yang harus dihadapi industri jasa konstruksi; 2. Merumuskan model manajemen risiko yang sesuai bagi industri jasa konstruksi.
1.5 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada perusahaan dalam mengevaluasi model manajemen risiko yang telah ada saat ini sehingga dapat diketahui relevansi strategi yang telah disusun dengan melihat kondisi risko eksternal dan risiko internal yang akan dihadapi di masa mendatang. Penelitian ini menganalisis manajemen risiko pada pendekatan aspek akademis, karena manajemen risiko yang dijalankan oleh PT HK merupakan aspek praktis untuk kepentingan internal PT HK, sehingga dengan dilakukannya penelitian secara akademis ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan dalam menelaah manajemen risiko dan dapat dijadikan pengetahuan atau tolok ukur umum bagi industri konstruksi indonesia.
4
Bab I Pendahuluan
1.6
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan diuraikan sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang penulisan, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, pendekatan studi, metode penelitian, kerangka analisis dan sistematika penulisan. Bab II : Landasan Teori Bab ini berisi mengenai landasan teori yang dipergunakan atau mendukung penulisan ini yang disadur dari berbagai literatur. Bab III : Metodologi Penelitian Bab ini berisi akan disampaikan metode penelitian yang meliputi metode pengumpulan data dan metode analisis data.
Bab IV : Analisis dan Pembahasan Bab ini berisi mengenai analisis dan pembahasan tentang identifikasi risiko dan model manajemen risiko bagi usaha jasa konstruksi. Bab ini juga akan menguraikan formulasi model manajemen risiko jasa konstruksi yang meliputi tahapan (1) identifikasi faktor risiko; (2) dampak dan kecenderungan risiko; (3) model pengelolaan risiko; dan (4) tahapan pengendalian dan evaluasi risiko. Bab VI : Kesimpulan dan Saran Baba ini merupakan akhir dari analisis dengan menyampaikan kesimpulan dan saran hasil penelitian.
5
Bab II Landasan Teori
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen Risiko 2.1.1 Pengertian Manajemen Risiko Untuk memahami apa itu manajemen risiko pertama-tama kita perlu memahami terlebih dahulu apa itu risiko.
Risiko berhubungan dengan
ketidakpastian. Ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang atau tidak tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi. Kata risiko banyak dipergunakan dalam berbagai pengertian dan sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari. Misalnya:”Bersepeda motor di jalan ramai besar risikonya” orang secara intuitif akan mengerti maksudnya. Tetapi pengertian yang dipahami secara intuitif ini hanya memuaskan jika dipakai dalam percakapan sehari-hari. Untuk memahami manajemen risiko kita memerlukan definisi yang lengkap. Para ahli atau pakar telah lama mencoba membuat definisi yang cocok untuk analisis dalam masing-masing bidang. Tetapi sampai sekarang masih belum ada kesepakatan untuk menganut satu definisi tunggal yang bisa digunakan dalam masing-masing bidang, sehingga ada bermacam-macam definisi risiko, tapi untuk keperluan penelitian saya berikut adalah beberapa definisi yang saya gunakan. Secara umum risiko didefinisikan sebagai bentuk peristiwa yang mempunyai pengaruh terhadap kemampuan seseorang atau sebuah institusi untuk mencapai tujuannya (Tampubolon, 2004).
1
Bab II Landasan Teori
Dengan definisi yang bersifat umum ini, maka manajemen perusahaan tidak akan merasakan adanya kebutuhan atau urgensi untuk menerapkan sebuah sistem manajemen risiko secara efektif. Dibutuhkan gambaran ukuran besar atau luas dari dampak risiko tersebut terhadap pencapaian tujuan suatu perusahaan atau organisasi usaha.
Karena itu, dibutuhkan definisi lain yang akan menunjukkan betapa
pentingnya manajemen risiko. Kemudian Cade (1997) mendefinisikan risiko sebagai exposure to uncertainty of outcome.
Definisi ini menegaskan bahwa outcome (hasil akhir) tidak selalu
berupa kerugian.
Dalam kondisi tertentu, yaitu sebagaimana yang diharapkan,
outcome dapat saja berupa keuntungan. Definisi tersebut mengarahkan bank untuk membedakan risiko menjadi risiko murni (pure or static risk) yang hanya punya satu arah gerak yaitu kebawah (rugi), dan risiko spekulatif (speculative or dynamic risk) yang memilki dua kemungkinan arah gerak yaitu ke bawah (rugi) dan ke atas (untung). Menurut Cade (1997), risiko seperti solvency risk dan liquidity risk masuk kategori dengan arah gerak satu arah ke bawah, dan risiko sperti interest rate risk (risiko suku bunga) dan price risk masuk kategori dua arah, yaitu ke bawah maupun ke atas. Sementara risiko seperti credit risk dan operational risk yang seharusnya masuk kategori risiko satu arah (rugi) dapat dipertimbangkan masuk kategori dua arah. Deifinisi lain risiko dikemukana oleh Benson et.al (1989), yaitu: The probabaility that any event, or that set of events, might occur. It usually denotes a negative or undesired event -- one that will cause financial institution (hereafter generally called a bank) to fail rather than to be very successful.
2
Bab II Landasan Teori
Definisi diatas secara implisit mengandung kemungkinan tercapainya suatu sukses atau keberhasilan namun peluang gagalnya jauh lebih besar. Ringkasnya risiko bank dapat diartikan sebagai kombinasi dari tingkat kemungkinan sebuah peristiwa terjadi disertai konsekuensi (dampak) dari persitiwa tersebut pada bank. Setiap kegiatan mengandung potensi sebuah peristiwa terjadi atau tidak terjadi.
Dengan
konsekuensi/ dampak yang memberi peluang untuk untung atau mengancam sebuah kesuksesan. Ketiga definisi risiko sebelumnya mengarahkan kita kepada pemahaman mengenai risiko sebagai suatu konsep, yaitu bahwa risiko adalah: “ukuran ketidakpastian yang mempengaruhi tercapainya objektif seseorang atau institusi; dan dapat membawa akibat positif (opportunity) dan akibat negatif (ancaman/risiko)” Berangkat dari pemahaman risiko diatas kita bisa mulai melihat apa yang yang dimaksud dengan manajemen risiko.
Siahaan (2002) mendefinisikan
manajemen risiko sebagai upaya menetapkan beberapa kebijakan dalam suatu organisasi supaya risiko yang akan terjadi dapat dihilangkan atau diperkecil sedapat mungkin dengan cara memfungsikan unit-unit yang sudah ada. Sukarman (1999) menyatakan bahwa manajemen risiko adalah: Keseluruhan sistem pengolalaan dan pengendalian rsiko yang dihadapi oleh bank yang tediri dari seperangkat alat, teknik, proses manajemen (termasuk kewenangan dan system serta prosedur operasional) dan organisasi yang ditujukan untuk memelihara tingkat profitabilitas dan tingkat kesehatan bank yang telah ditetapkan dalam corporate plan atau rencana strategis bank lainnya sesuai dengan tingkat kesehatan bank yang berlaku.
3
Bab II Landasan Teori
Definisi tersebut lebih fokus pada tujuan manajemen risiko, dimana dibutuhkan proses dan pemberdayaan seluruh perangkat kerja yang ada untuk mengelola dan mengendalikan risiko demi memelihara tingkat profitabilitas dan kesehatan bank sebagaimana telah ditetapkan dalam corporate plan atau rencana strategis bank. Thornhill (1989) memberikan penjelasan tentang manajemen risiko sebagai berikut: Pengelolaan yang tujuannya adalah untuk memproteksi asset dan laba sebuah organisasi dengan mengurangi potensi kerugian sebelum terjadi dengan pembiayaan melalui asuransi atau cara lain atas kemungkinan besar potensi kerugian karena bencana alam, keteledoran manusia, atau karena keputusan pengendalian. Dalam prakteknya, proses ini mencakup langkah-langkah logis seperti pengidentifikasian risiko, pengukuran dan penilaian atas ancaman (exposures) yang telah diidentifikasi, pengendalian ancaman tersebut melalui eliminasi atau pengurangan, dan pembiayaan ancaman tersisa agar apabila kerugian tetap terjadi, organisasi dapat terus menjalankan usahanya tanpa terganggu stabilitas keuangannya. Definisi tersebut lebih menekankan adanya disiplin dari manajemen dalam bentuk langkah-langkah yang logis. Hanya dengan cara mengelola risiko secara sistematis sebuah bank dimungkinkan menghasilkan uang secara sistematis pula pada pasar uang. Definisi di atas secara implisit mengandung kemungkinan tercapainya suatu sukses atau keberhasilan namun peluang gagalnya jauh lebih besar. Untuk itu pada penelitian ini (untuk kasus industri konstruksi) maka akan digunakan tentang konsep
4
Bab II Landasan Teori
resiko yang akan digunakan berdasarkan penggabungan dari konsep-konsep di atas, yaitu: Manajemen
Resiko
merupakan
sebuah
pengelolaan
resiko
yang
dikombinasikan dari tingkat kemungkinan sebuah peristiwa terjadi disertai konsekuensi (dampak) dari peristiwa tersebut bagi perusahaan. Setiap kegiatan pada pada perusahaan akan mengandung potensi sebuah peristiwa terjadi atau tidak terjadi, dengan konsekuensi/dampak yang memberi peluang untuk untung atau mengancam sebuah kesuksesan dalam proyek pekerjaan konstruksi. Definisi diatas inilah yang akan saya gunakan sebagai basis dari penelitian ini.
2.1.2 Memformulasikan Model Manajemen Risiko Tujuan penelitian ini seperti yang disebutkan di Bab I adalah mendapatkan faktor-faktor risiko yang harus dihadapi industri jasa konstruksi dan kemudian merumuskan model manajemen risiko yang sesuai bagi industri jasa konstruksi. Sebelum beranjak terlalu jauh, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan suatu model manajemen risiko. Definisi dari kata model menurut kamus Cambridge Advanced English Dictionary adalah: "A representation of something, either as a physical object which is usually smaller than the real object, or as a simple description of the object which might be used in calculations" Definisi lain dari model adalah:
5
Bab II Landasan Teori
"A model is a pattern, plan, representation, or description designed to show the structure or workings of an object, system, or concept. And also it is a study of a miniature of the actual" Dari kedua definsi tersebut artinya model adalah suatu pola, rencana, representasi, atau deskripsi yang didisain untuk menunjukkan struktur atau cara kerja suatu obyek, sistem, atau konsep. Dan juga studi dari ukuran miniature dari benda asli. Dalam berbagai aplikasi keilmuan model dapat mengacu kepada berbagai macam hal seperti model matematika --model abstrak menggunakan bahasa matematika--, model komputer --program komputer yang didisain untuk keperluan tertentu-- model ekonomi, model bisnis, dll.
Manajemen Risiko pada dasarnya
adalah suatu alat manajemen untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yg lebih tinggi. Karena itu maka bentuk Model Manajemen Risiko termasuk kedalam apa yang disebut sebagai Business Model atau Model Bisnis. Istilah Model Bisnis, menurut Encyclopedia Hutchinson, adalah kumpulan luas dari model formal dan informal yang digunakan oleh badan usaha untuk merepresentasikan berbagai aspek bisnis, seperti proses operational, struktur organisasi, proyeksi keuangan atau definisi lain mengatakan bahwa model bisnis adalah
alat
konseptual
yang
mengandung
elemen-elemen
besar
dan
keterhubungannya dan mengekespresikan logika bisnis suatu usaha. Model Manajemen Risiko yang akan diformulasikan pada akhir penelitian ini adalah representasi konseptual dari hasil analisa proses manajemen risiko pada
6
Bab II Landasan Teori
PT Hutama Karya (Persero). Gambar-gambar berikut adalah contoh-contoh dari model manajemen risiko:
Gambar 2.1 Contoh-contoh Model Manajemen Risiko Sumber: Australian National University-Occupational Health & Safety Risk Model, Wilton Fire & Rescue Service-Risk Management Model
2.1.3 Siklus Manajemen Risiko Pada intinya, siklus manajemen risiko korporat terdiri dari lima tahap: identifikasi risiko, pengukuran risiko, pemetaan risiko, model pengelolaan risiko, pengawasan dan pengendalian risiko (Djohanputro, 2008). Kelima aspek tersebut tampak dalam gambar berikut ini:
7
Bab II Landasan Teori
Gambar 2.2 Siklus Manajemen Risiko Sumber: Djohanputro,2008
Kelima aspek dalam siklus manajemen risiko di atas, dapat diuraikan secara lebih rinci sebagai berikut: 1. Identifikasi Risiko Pada tahap ini analis berupaya mengidentifikasi apa saja risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Perusahaan tidak selalu menghadapi seluruh risiko tersebut. Namun demikian, ada risiko yang dominan dan ada pula risiko yang minor. Langkah pertama dan utama dalam mengidentifikasi risiko adalah dengan melakukan analisis pemangku kepentingan (stakeholders). Ada berbagai pihak berkepentingan yang perlu mendapat perhatian. Kalau tidak, perusahaan atau manajemen berada pada posisi berbahaya. Mereka termasuk pemegang saham, kreditor pemasok, karyawan, pemain lain dalam industri, pemerintah, manajemen itu sendiri, dan pihak lain yang terpengaruh oleh adanya perusahaan. Langkah kedua, analis dapat menggunakan 7S dari Mckinsey. Ketujuh S tersebut adalah Shared Value, Strategy, Structure, Staff, Skills, System dan Style, termasuk proses dan prosedur merupakan sumber informasi yang sangat penting untuk penting untuk dapat mengidentifikasi berbagai risiko yang bisa muncul.
8
Bab II Landasan Teori
Termasuk dalam proses adalah aset perusahaan. Menurut McNamee (1998) ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi risiko, yaitu: analisis eksposur, analisis lingkungan dan skenario ancaman. Kountur (2004) menyebutkan bahwa hal-hal yang perlu dilakukan dalam upaya mengidentifikasi risiko antara lain: mengetahui keberadaan risiko, mengetahui penyebab risiko, metode yang digunakan dalam mengetahui keberadaan dan penyebab risiko. 2. Pengukuran Risiko Pada dasarnya, pengukuran risiko mencakup dua faktor yaitu kuantitas risiko dan kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan beberapa banyak nilai, atau eksposur, yang rentan terhadap risiko.
Kualitas risiko terkait dengan
kemungkinan suatu risiko muncul. Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi semakin tinggi pula risikonya.
Data historis merupakan salah satu sumber
identifikasi risiko sekaligus sumber untuk mengukur besarnya risiko. Namun analisis biasanya perlu melakukan penyesuaian. Menurut McNamee (1998), untuk mengukur risiko ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu: 1) Estimasi
probabilitas
langsung
(direct
probability
estimates)
yang
merupakan aplikasi probabilitas terhadap nilai aset untuk menentukan kemungkinan kerugian. 2) Faktor risiko, yang digunakan untuk melihat faktor-faktor yang dapat disobservasi untuk menggantikan pengukuran risiko khusus atau kelas risiko. Faktor-faktor risiko antara lain mencakup kompleksitas, likuiditas aset, kompetensi manajemen dan kekuatan pengendalian internal.
9
Bab II Landasan Teori
3) Matrik pembobotan yang pengukurannya menggunakan matrik untuk mengevaluasi konsekuensi dan pengendalian. Menurut Djohanputro (2008), untuk mengukur risiko juga dapat dilakukan secara kualitatif. Yaitu dengan mempertimbangkan apakah risiko tersebut akan berdampak pada penutupan perusahaan atau perusahaan dapat tetap hidup. Dengan cara ini dampak risiko dapat diukur dengan membuat suatu panduan kategori untuk mengukur setiap risiko. Seperti disebutkan sebelumnya, pengukuran risiko selalu mengacu pada paling
tidak
dua
ukuran,
pertama
frekwensi/probabilitas/tingkat
kemungkinan/likelihood atau ada juga yang menyebutnya kualitas risiko. Ukuran kedua adalah dampak/akibat atau ukuran kuantitas risiko, yaitu ukuran mengenai berapa besar akibat yang ditimbulkan bila risiko tersebut benar-benar terjadi. Metode pengukuran dampak dengan pendekatan kualitatif menurut Djohanputro (2008) dapat dikategorikan kedalam lima kelompok: tidak signifikan, minor, moderat, signifikan, katastropik. 1. Kategori Tidak Signifikan berarti kalaupun risiko tersebut terjadi, tidak banyak berpengaruh pada perusahaan. Dampak ini dapat diabaikan 2. Kategori Minor mengandung arti, dampak risiko tersebut tidak mengganggu proses bisnis di perusahaan. Operasi perusahaan dapat berjalan seperti biasa, strategi perusahaan tidak terganggu, tetapi dapat menimbulkan persepsi tertentu bagi karyawan dan pihak berkepentingan lainnya. 3. Kategori moderat berarti dampak risiko membawa akibat pada perusahaan. Akibat tersebut dapat berupa munculnya biaya yang harus ditanggung
10
Bab II Landasan Teori
perusahaan atau terganggunya proses bisnis untuk sementara. Proses bisnis akan berjalan normal kembali setelah risiko tersebut diatasi. 4. Kategori
signifikan
berarti
dampak
risiko
teresebut
mempengaruhi
perusahaan dan dapat mengganggu atau bahkan menghentikan proses bisnis untuk beberapa saat setelah risiko tersebut diatasi. Terkadang perusahaan harus melakukan set-up ulang, atau harus mengulangi pekerjaan dari awal karena akbiat dari risiko tersebut menyebabkan apa yang telah dilakukan menjadi tidak berguna lagi. 5. Kategori
katastropik berarti dampaknya sangat berpengaruh pada proses
bisnis, bahkan pada eksistensi perusahaan. Proses bisnis bisa terhenti, citra perusahaan bisa hancur sehingga harus membangun kembali dengan susah payah. Dalam kondisi terburuk perusahaan harus dilikuidasi atau divestasi. Untuk menetapkan dalam kategori apa suatu risiko perlu disusun kriteria risiko, bisa berdasarkan kategori-kategori diatas atau berdasarkan kategorikategori yang disetujui bersama oleh pihak terkait atau manajemen suatu perusahaan. Kriteria tersebut bisa menggunakan beberapa jenis, misalnya kriteria korporat, kriteria SDM, kriteria keuangan. Sebagai contoh berikut.
Kategori dampak Tidak signifikan
Korporat Tidak tercapainya tujuan operasional perusahaan dalam skala dan cakupan yang keci;
SDM Perusahaan kehilangan orang penting atau kehilangan motivasi karyawan, tetapi tidak memberikan dampak engatif secara berarti baik jangka pendek maupun jangka panjang
Minor
Tidak terpcapainya tujuan operasional erusahaan dan perl mendapat perhatian anajemen supaya risiko tidak menyebar
Perusahaan kehilangan orang penting satau motivasi karyawan sehingga perlu ada pihak yang harus turun tangan untuk mempertahankan supaya proses bisnis berjalan secara normal
Keuangan Biaya langsung dan tidak langsung kecil sehingga ROI atau ROE positif dan masih memenuhi target atau harga saham naik secara normal, untuk periode satu tahun, dan tidak ada dapak buruk jangka panjang. Biaya langsung dan tidak langsung cukup berarti sehingga rOI atau ROE di bawah rata-rata industri atau harga saham stabil atau naik tetapi tidak besar untuk jangka waktu setahun
11
Bab II Landasan Teori Moderat
Tidak tercapainya tujuan perusahaan sehingga perusahaan perlu memperbaiki proses kerja atau restruktur perusahaan seara sederhana
Perusahaan kehilangan orang penting sehingga perusahaan perlu meninjau proses bisnis dan kemungkinan perusahaan perlu memperbaiki proses tersebut
Signifikan
Tidak tercapainya tujuan perusahaan sehingga perusahaan perlu memodifikasi strategi, investasi skala besar
Katastropik
Tidak tercapainya beberapa tujuan strategis perusahaan sehinga perusahaan dapat menghadapi masalah keuangan, kalah bersaing, penjualan SBU krn tidak layak lagi, bahkan likuidasi
Perusahaan kehilangan orang kunci yang dapat mengganggu proses bisnis, danb perusahaan harus melakukan upaya ekstra untuk mempertahankan yang bersangkutan, mencari pengganti, atau melakukan modifikasi yang sifatnya strategis Perusahaan kehilangan orang kunci sehingga proses bisnis bisa terhenti, daya saing perusahaan turun
Biaya langsung dan tidak langsung cukup besar sehingga ROI atau ROE mendekatoi 0, atau harga saham relatif stabil atau sedikit berhejolak tanpa dividen, untuk satu tahun Biaya langsung dan tidak langsung besar sehingga ROI atau ROE negatif, atau harga saham turun, selama setahun
Biaya langsung dan tidak langsung besar sehingga ROI atau ROE negatif, atau harga saham turun, untuk jangka waktu lama
Tabel 2.1 Kriteria Dampak Risiko Sumber: Djohanputro,2008
3. Pemetaan Risiko Perusahaan tidak perlu takut pada semua risiko. Ada risiko yang perlu mendapat perhatian khusus, tetapi ada pula risiko yang dapat diabaikan. Itulah sebabnya perusahaan perlu membuat peta risiko. Dalam proses pemetaan perlu adanya prioritas. Hal ini diperlukan karena keterbatasan sumber daya untuk menghadapi semua risiko. Jumlah uang dan SDM yang terbatas menyebabkan perusahaan perlu menetapkan mana yang perlu dihadapi terlebih dahulu, mana yang dinomorduakan, dan mana yang diabaikan. Perlu prioritas juga karena tidak semua risko memiliki dampak pada tujuan perusahaan. Menurut Djohanputro (2008) Risk mapping atau pemetaan risiko merupakan kelanjutan dari tahap pengukuran risiko. Dalam arti luas, pemetaan pada prinsipnya merupakan penyusunan risiko berdasarkan kelompok-kelompok tertentu sehingga manajemen dapat mengidentifikasi karakter dari masing
12
Bab II Landasan Teori
masing risiko dan menetapkan tindakan yang sesuai terhadap masing-masing risiko.
Sejalan dengan prinsip ekonomi, yaitu terbatasnya sumber daya
perusahaan untuk memaksimumkan nilai perusahaan, pemetaan risiko selalu dikaitkan dengan penyusunan prioritas.
Dengan demikian, penetapan risiko
berarti proses penetapan prioritas dalam penangan risiko dari keseluruhan risiko yang berhasil diidentifikasi.
Dasar utama penetapan prioritas adalah tujuan
perusahaan. Semakin tinggi kontribusi risiko yang bersangkutan terhadap tujuan perusahaan, semakin tinggi prioritas penanganan risiko yang bersangkutan. Risiko selalu terkait dengan dua dimensi, karena itu pemetaan yang paling tepat juga menggunakan dua dimensi yang sama, yaitu probabilitas terjadinya risiko dan dampaknya bila risiko tersebut terjadi (Djohanputro, 2008). Dimensi pertama, probabilitas, menyatakan tingkat kemungkinan risiko akan terjadi. Semakin tinggi kemungkinan suatu risiko terjadi, semakin perlu mendapat perhatian.
Sebaliknya, semakin rendah kemungkinan suatu risiko
terjadi, semakin rendah pula kepentingan manajemen untuk memberi perhatian kepada risiko yang bersangkutan. Umumnya probabilitas dibagi kedalam tiga kategori: tinggi, sedang, rendah. Dimensi kedua berupa dampak. Yaitu tingkat kegawatan atau biaya yang terjadi kalau risiko yang bersangkutan benar-benar menjadi kenyataan. Semakin tinggi dampak suatu risiko, semkain perlu mendapat perhatian khusus. Sebaliknya, semakin rendah dampak yang terjadi dari suatu risiko, semkin rendah pula kepentingan manajemen untuk mengalokasikan sumber daya untuk menangani risiko yang bersangkutan. Umumnya dimensi dampak dibagi kedalam tiga tingkat: tinggi, sedang, rendah.
13
Bab II Landasan Teori
Matriks antara kedua dimensi menghasilkan empat kwadran utama seperti terlihat pada diagram dibawah.
Tinggi
Risiko II:
Risiko I:
Risiko berbahaya yang jarang terjadi
Mengancam pencapaian tujuan perusahaan
Risiko IV:
Risiko III:
Risiko tidak berbahaya
Risiko yang terjadi secara rutin
Dampak Sedang
Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Probabilitas Gambar 2.3 Matriks Pemetaan Risiko Sumber: Djohanputro,2008
4. Model pengelolaan risiko Ada beberapa model yang biasa diterapkan pada/oleh perusahaan dalam mengelola risiko.
Model-model tersebut meliputi pengelolaan risiko secara
konvensional, penetapan modal risiko, dan struktur organisasi pengelolaan. Menurut Kontur (2004) dan Djohanputro (2008) model atau pengelolaan resiko klasik atau konvensional terbagi atas beberapa cara, yaitu : 1) Menghindari
resiko,
yaitu
menghindari
resiko
merupakan
tindakan
perusahaan untuk tidak melakukan bisnis atau kegiatan tertentu yang mengandung resiko. Yang penting dalam menerapkan penghindaran resiko
14
Bab II Landasan Teori
adalah kemampuan perusahaan untuk melakukan studi dan identifikasi jenis resiko tertentu dari suatu bisnis atau kegiatan yang ingin dihindari. 2) Mengurangi resiko, yaitu mengurangi resiko dapat dilakukan dengan mengurangi kemungkinan terjadinya peril (resiko yang menjadi kenyataan) dan menekankan pada besarnya dampak bila peril terjadi. Dengan metode ini perusahaan dengan sadar telah menanggung suatu resiko, dan yang terpenting bagi perusahaan adalah apa dan bagaimana perusahaan bertindak untuk menekan besarnya resiko bila menjadi kenyataan. 3) Memindahkan resiko, yang dimaksud dengan memindahkan resiko adalah memindahkan resiko dari perusahaan ke pihak lain yang bersedia atau ke perusahaan lain yang membisniskan resiko. Misalnya perusahaan asuransi. Akibat dari pemindahan resiko ke pihak lain tentu saja memakan biaya. Ada dua macam biaya yang ditanggung perusahaan akibat mengalihkan resiko ke pihak lain, yaitu biaya berupa premi yang dibayarkan kepada mereka yang bersedia menanggung resiko dan biaya hilangnya kesempatan untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat dengan menanggung resiko itu sendiri. Ada dua macam cara yang dapat diterapkan oleh perusahaan dalam memindahkan resiko, yaitu asuransi dan hedging (kontrak lindung nilai). 4) Menangani resiko, yaitu cara dimana perusahaan dengan sadar ingin mempertahankan resiko dan mengelolanya sendiri. Ada dua alasan perusahaan menanggung resikonya sendiri yaitu demi efektivitas biaya dan tidak diketahuinya risiko oleh perusahaan. Otomatis, resiko yang tidak teridentifikasi tidak dapat dikelola.
15
Bab II Landasan Teori
5. Monitor dan pengendalian Ada beberapa alasan mengapa monitor dan pengendalian penting.
Pertama,
manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan sesuai dengan rencana. Hal ini berarti, monitor dan pengendalian prosedur itu sendiri. Kedua, manajemen juga perlu memastikan bahwa model pengelolaan yang diterapkan sesuai untuk mencapai tujuan pengelolaan risiko. Ketiga, karena risiko itu sendiri berkembang, monitor dan pengendalian bertujuan untuk memantau perkembangan terhadap kecenderungan-kecenderungan berubahnya profil risiko. Perubahan ini berdampak pada pergeseran peta risiko yang otomatis juga merubah prioritas risiko.
2.2 Manajemen Risiko pada Industri Konstruksi Kita semua tahu bahwa industri konstruksi adalah salah satu industri terbesar didunia, sebuah pasar senilai $7,5 trilyun yg merepresentasikan 13,4% nilai output dunia (Global construction Perspectives & Oxford Economics – Global Construction 2020). Kita juga tahu bahwa industri konstruksi adalah sektor industri yang paling dinamis, berisiko dan menantang sekaligus industri yang menghadapi ragam risiko dan ketidakpastian yang jauh lebih besar dibandingkan berbagai industri lain. Secara umum proses yang dilalui industri jasa konstruksi untuk membawa suatu proyek konstruksi dari tahap penilaian investasi atau kelayakan (feasibility) menuju penyelesaian hingga penggunaan sangat kompleks, meliputi proses perancangan dan produksi yang memakan waktu lama. Proyek industri jasa konstruksi membutuhkan dan melibatkan kumpulan besar orang-orang dengan beragam ketrampilan atau
16
Bab II Landasan Teori
disiplin ilmu dan kepentingan serta koordinasi antar bemacam-macam aktifitas yang berbeda tetapi saling berkaitan. Kompleksitas ini ditambah lagi oleh berbagai faktor eksternal yang tidak bisa dikendalikan dan berpotensi mempengaruhi jalannya proyek. Namun, sektor konstruksi memilki reputasi buruk dalam hal mengelola risiko, dengan banyak proyek-proyek besar gagal memenuhi tenggat waktu dan melampaui target pembiayaan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh perubahan cuaca, produktifitas tenaga kerja, kualitas bahan/material. Seringkali risiko-risiko tidak dihiraukan atau ditangani dengan cara seadanya, lazimnya dengan hanya menambahkan 10 % kepada anggaran biaya. Dalam usaha yang sekompleks konstruksi pendekatan semacam ini seringkali tidak cukup dan dapat mengakibatkan penundaan-penundaan yang mahal, tuntutan hukum, dan bahkan kebangkrutan (Hayes et al, 1986). Reputasi yang buruk dalam menangani risiko di indsutri jasa konstruksi terlihat dengan banyak proyek gagal memenuhi target waktu dan biaya, bahkan ada yang terhenti seperti contohnya: proyek jalan Ladia Galaska yang terhenti akibat tekanan dari LSM lingkungan internasional dan lokal, proyek JORR (sempat terhenti tetapi sekarang sudah berjalan), Boston Big Dig dan berbagai proyek jalan yang terhambat oleh pembebasan lahan, dsb. Big Dig (Boston, Massachusetts) adalah satu contoh dari penanganan risiko yang tidak baik dan pada akhirnya mengakibatkan pembengkakan biaya hampir 7 kali lipat, tuntutan hukum pidana, tuntutan hukum kepada kontraktor untuk pengembalian biaya oleh negara bagian Massachussets (Flyvberg et. al, 2003). Meskipun faktanya risiko dan ketidakpastian yang dihadapi usaha konstruksi besar, manajemen risiko belum digunakan secara luas di industri konstruksi. Industri
17
Bab II Landasan Teori
konstruksi baru menerapkan manajemen risiko secara intuisi, pertimbangan dan pengalaman individual yg diperoleh dari pekerjaan-pekerjaan yang telah lampau. Menurut penelitian di Inggris (Akintoye dan MacLeod, 1996) dan Hongkong (Shen 1997) teknik-teknik manajemen risiko sudah lama digunakan oleh industri-industri lain, tetapi tidak atau masih terbatas aplikasinya di industri kosntruksi. Di Indonesia, penerapan manajemen risiko juga masih belum luas dan masih relatif barang baru. Pertumbuhan industri jasa konstruksi Indonesia setelah krisis ekonomi dan kejatuhan Orde Baru di 1998 membawa serta tantangan-tantangan baru yang dihadapi industri konstruksi.
Perusahaan kosntruksi Indonesia mengalami
berbagai perkembangan dan reformasi struktural. Didalam era keterbukaan dengan tidak adanya lagi penunjukan pekerjaan konstruksi kepada salah satu perusahaan konstruksi tanpa melalui proses tender maka perusahaan-perusahaan konstruksi yang sebelumnya mayoritas adalah BUMN, yang risiko, kerugian dan keuntungan ditanggung pemerintah, saat ini harus mengelola risiko sendiri dan tidak lagi bertumpu pada pemerintah. Di masa sekarang ini, seiring dengan perkembangan masyarakat modern., kebutuhan akan berbagai fasilitas pendukung kegiatan hidup juga semakin meningkat. Hal ini tercermin dari semakin meningkatnya intensitas pembangunan berbagai fasilitas infrastruktur di berbagai sektor, mulai dari sistem energi, transportasi jalan raya, bangtman-bangunan perkantoran dan sekolah, hingga telekomunikasi, rumah peribadatan dan jaringan layanan air bersih, yang kesemuanya itu memerlukan adanya dukungan infrastruktur yang handal. Dengan luasnya cakupan layanan publik tersebut, maka peran infrastruktur dalam mendukung dinamika suatu negara menjadi sangatlah penting artinya. Adalah suatu
18
Bab II Landasan Teori
hal yang umum bila kita mengkaitkan pertumbuhan eknomi dan pembangunan suatu negara dengan pertumbuhan infrastruktur di negara tersebut. Berbagai laporan badan dunia seperti World Bank, menekankan pentingnya peran infrastruktur dalam pembangunan negara, dan bagaimana negara-negara di dunia melakukan investasi di sektor tersebut. (Faye and Yeppes, 2003). Seperti halnya dengan proyek-proyek konstruksi lainnya, selalu dibayangi oleh risiko kegagalan. Semakin besar proyek infrastruktur yang ditangani, semakin besar pula tantangan risikonya. Studi yang dilakukan di University of Aalborg (Flyvberg et. al, 2003) menunjukan bahwa dalam sejarahnya proyek-proyek infrastruktur berskala besar (dikenal dengan istilah megaprojects) berpotensi terancam cost overruns dan berbagai risiko lainnya. Namun demikian hal ini tampaknya tidak menghalangi pemerintah dan para pengambil keputusan publik untuk senantiasa berinvestasi dalam proyekproyek infrastruktur besar. Dewasa ini, peran pelayanan masyarakat melalui investasi di sektor infrastruktur sedikit demi sedikit telah bergeser dari peran dominan pemerintah menjadi partisipasi swasta. Beratnya beban pendanaan bagi pembangunan baru maupun pemeliharaan fasilitas infrastruktur tidak dapat ditanggulangi oleh kemampuan pemerintah dalam mengimbangi kebutuhan akan infrastruktur yang semakin meningkat. Pegeseran ini tentunya berdampak pada perubahan peran dan konsekuensi (risiko) yang dihadapi oleh masing-masing pihak pelaku pembangunan infrastruktur. Di Indonesia, peningkatan peran swasta dalam sektor pembangunan infrastruktur lewat berbagai skema pendanaan dan kerjasama (project financing) tentunya harus diikuti pula dengan kesadaran terhadap potensi risiko dan
19
Bab II Landasan Teori
kemampuan yang sesuai dalam mengelolanya. Dalam konteks ini, analisis dan manajemen risiko pada proyek-proyek pembangunan infrastruktur sudah mulai dilakukan, meskipun pada umumnya masih sangat terbatas pada aspek ekonomi dan pendanaannya saja. Dan hal ini tentunya tidak cukup. Para pelaku dalam proyek infrastuktur harus pula mampu menerapkan manajemen risiko dalam semua aspek proyek, termasuk risiko pada tahap konstruksi. Risiko yang dihadapi indsutri jasa konstruksi secara umum di persepsikan sebagai kejadian (events) yang mempengaruhi sasaran mutu, waktu dan biaya suatu proyek yang pada tingkat korporat berarti keberlangsungan hidup suatu usaha jasa konstruksi. Beberapa risiko yang diasosiasikan dengan industri jasa konstruksi dapat dengan mudah diidentifikasi, tetapi ada juga risiko yang lain tidak dapat dengan mudah diperkirakan. Beberapa risiko-risiko yang dihadapi oleh Jasa Konstruksi ini adalah sebagai berikut: 1. Terlambatnya penyelesaian pekerjaan atas kontrak konstruksi sebagai akibat faktor-faktor eksternal yang terjadi diluar kemampuan perusahaan seperti perubahan faktor politik dan makro ekonomi yang dapat berupa kenaikan tingkat suku bunga yang tinggi dan penurunan daya beli. 2. Terlambatnya pembayaran-pembayaran yang dilakukan oleh pemberi kerja atas pelaksanaan kerja yang telah selesai dilakukan. Keterlambatan ini dapat diakibatkan karena pemberi kerja mengalami kesulitan secara ekonomis untuk melakukan pembayaran secara tepat waktu.
20
Bab II Landasan Teori
3. Kemungkinan terjadinya perubahan di dalam kontrak dengan pihak pemberi kerja sehingga dapat menimbulkan perubahan estimasi dalam penetapan pendapatan dan biaya atas pekerjaan konstruksi. 4. Kenaikan harga bahan baku yang tidak tercantum dalam perjanjian dengan pemberi kerja dapat menimbulkan perubahan estimasi di dalam penetapan biaya atas pekerjaan konstruksi dan apabila kenaikan harga bahan baku tersebut lebih tinggi dari estimasi pendapatan yang diperoleh maka dapat menurunkan kualitas dari hasil pekerjaan konstruksi tersebut. 5. Risiko Keamanan, yaitu risiko menurunnya tingkat keamanan suatu areal, wilayah, negara tempat operasional industri konstruksi yang dapat berakibat terhadap rusaknya aktiva yang dipergunakan atau dibangun perusahaan. 6. Risiko Kelalaian Mitra Usaha. Risiko, terjadinya wanprestasi (cedera janji) dari mitra kerjasama operasi yang berakibat meningkatnya biaya maupun menurunnya pendapatan perusahaan secara bersama-sama. 7. Risiko Perubahan Kondisi Sosial Politik. Risiko ini berkaitan dengan dampak negatif dari perubahan kondisi sosial politik terhadap operasi perusahaan. 8. Resiko Leverage. Resiko yang terkait pada kewajiban perusahaan karena pendanaan yang berasal dari luar perusahaan (external finansial) untuk operasi perusahaan konstruksi 9. Risiko Asuransi Risiko gagalnya klaim perusahaan atas kerugian akibat bencana alam atau gangguan usaha. Akhir kata: Pentingnya penerapan manajemen risiko di industri konstruksi Jelas terlihat dari uraian diatas bahwa industri konstruksi merupakan salah satu industri yang rawan risiko, menghadapi risiko-risiko yang sangat beragam dan
21
Bab II Landasan Teori
berdampak tinggi, yang akan mempengaruhi keuntungan dan keberlangsungan hidup suatu usaha konstruksi, dan memerlukan pengelolaan risiko yang benar/sistematis dan bukan sekedar dihadapi berdasarkan intuisi, pertimbagan dan pengalaman individual sebelumnya. Risk management adalah bagian penting dari proses pengambilan keputusan semua perusahaan konstruksi. Risiko dan ketidakpastian memiliki potensi membawa dampak yang merugikan bagi proyek konstruksi.
Risiko dapat mempengaruhi
produktifitas, performa, kualitas dan anggaran dari suatu proyek. Risiko tidak dapat dieliminasi tetapi dapat diminimalisir, dialihkan atau ditahan. (Burchett, 1999) Perusahaan yang dapat melaksanakan manajemen risiko dengan baik akan memperoleh beberapa manfaat: •
Menjamin pencapaian tujuan
•
Memperkecil kemungkinan bangkrut
•
Meningkatkan keuntungan perusahaan
•
Memberikan keamanan pekerjaan
Menurut Godfrey (1996) manajemen risiko yg sistematis membantu untuk: •
Mengidentifikasi, menilai (assess) dan mengukur (rank) risiko, menjadikan risiko explisit (jelas)
•
Fokus pada risiko-risiko utama dari proyek;
•
Membuat keputusan berbasis informasi (informed decision) atas perencanaan menghadapi kesulitan, misalnya .standar mitigasi
•
meminimalisir potensi kerugian jika hal terburuk terjadi
•
Mengendalikan aspek ketidakpastian dalam proyek konstruksi
22
Bab II Landasan Teori
•
Memperjelas dan memformalisasi peran perusahaan dan peran yang lain dalam proses manajemen risiko
•
Mengidentifikasi peluang (opportunity) untuk meningkatkan kinerja proyek
Manajemen risiko bukanlah suatu konsep baru.
Secara tradisional,
pengelolaan risiko telah diaplikasikan secara naluriah, dengan risiko tetap bersifat implisit dan dikelola oleh judgment (pertimbangan individual).
Pendekatan
sistematis memperjelas risiko, mengejewantahkan risiko kedalam bentuk formal dan membuat risiko lebih mudah dikelola. Dengan kata lain, manajemen risiko adalah alat manajemen, yang membutuhkan pengalaman parktis dan pelatihan dalam penggunaan teknik-tekniknya. Oleh karena itu penelitian ini akan berupaya mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang harus dihadapi industri jasa konstruksi dan merumuskan model manajemen risiko pada industri konstruksi dengan mengambil PT Hutama Karya (persero) atau PT HK sebagai studi kasus. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada perusahaan dalam mengevaluasi model manajemen risiko yang telah ada saat ini sehingga diapat diketahui relevansi strategi yang telah disusun dengan melihat kondisi risiko eksternal dan internal yang akan dihadapi di masa mendatang. Penelitian ini menganalisis manajemen risiko pada pendekatan aspek akademis, karena manajemen risiko yang dijalankan PT HK merupakan aspek praktis untuk kepentingan internal PT HK, sehingga dengan dilakukannya penelitian secara akademis ini diharapkan juga memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan dalam menelaah manajemen risiko dan dapat dijadikan tolok ukur umum bagi industri konstruksi Indonesia.
23
Bab II Landasan Teori
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini bersifat deskriptif analitis yang bermaksud memberi gambaran terhadap suatu permasalahan tertentu, dimana sudah terdapat informasi mengenai permasalahan tersebut namun belum memadai, sehingga diperlukan penjelasan yang lebih rinci dengan melakukan analisa terhadap faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan dalam menetapkan strategi. Metode pendekatan ini adalah penelitian yang menganalisis secara deskriptif kualitatif yang didapat melalui hasil wawancara responden yang pakar dibidangnya, untuk itu dalam penelitian ini pimpinan proyek adalah responden penelitian yang pakar dalam bidang risiko proyek (Sekaran, 2003, Business Research, The Free Press, USA) Menurut Yin (1989:23) disain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, didefinisikan sebagai an empirical inquiry that investigates a contemporary phenomenon within its real-life context, when the boundaries between phenomenon and context are not clearly evidence and in which multiple sources of evidence are used, Menurutnya penelitian dengan melakukan analisis permasalahan yang terjadi pada objek penelitian dan mendapatkan solusi pemecahan atas masalah tersebut. Berdasarkan definisi di atas, maka penelitian ini akan menyusun model manajemen risiko pada industri jasa konstruksi.
1
Bab II Landasan Teori
3.2 Metode Pengumpulan Data. Pengumpulan data primer maupun sekunder dilakukan sebagai berikut: 1. Studi Kepustakaan (Library Research), untuk memperoleh data sekunder melalui literature, tulisan ilmiah, majalah, surat kabar, jurnal dan media lain, serta data dan informasi dari internal perusahaan dan instansi Departemen Pekerjaan Umum yang relevan dengan masalah penelitian ini. 2. Riset Lapangan (Field Reseach), untuk mendukung dan melengkapi data sekunder melalui metode wawancara secara terstruktur sesuai pertanyaanpertanyaan yang berkaitan dengan tema penelitian yang dilakukan kepada manajemen perusahaan. Adapun responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Edy Junaidy, Manajer SDM 2) Putut Ariwibowo, Kepala Cabang 3) Suyanto, Manajer Sistem Mutu dan K3 Sesuai dengan tujuan utama dari wawancara yang diungkapkan oleh Sekaran (2006:72) bahwa wawancara dilakukan untuk mengeksplorasi dan menggali lebih dalam tentang beberapa faktor dalam situasi mungkin berpusat pada bidang permasalahan yang luas. Selanjutnya Sekaran (2006:72) tidak menetapakan batasan jumlah responden yang diwawancara, namun hanya menyebutkan kata ”beberapa responden” artinya jumlah responden yang layak dalam wawancara adalah minimal dua orang.
Selanjutnya karena responden yang diwawancara harus memahami
permasalahan yang mendalam dari tema permasalahan, maka responden harus memiliki kapasitas yang cukup bila dilakukan pertanyaan yang mendalam. Untuk itu, pada penelitian ini ditetapkan tiga orang responden di atas yang memiliki kapasitas
2
Bab II Landasan Teori
yang cukup dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan manajemen risiko. Responden pertama akan membantu menjelaskan tentang berbagai risiko ketenagakerjaan, pengupahan, dan lainnya yang berkaitan dengan ketenagakerjaan atau SDM. Responden kedua akan membantu menjelaskan tentang risiko bisnis, persaingan, kondisi perekonomian, perpolitikan dan lainya yang berkaitan dengan bisnis konstruksi. Sedangkan Responden ketiga akan membantu menjelaskan tentang risiko mutu, metode konstruksi, waktu dan biaya konstruksi serta teknologi konstruksi. Sehingga keberadaan ketiga responden di atas sudah cukup mewakili dalam memberikan masukan tentang bisnis konstruksi di Indonesia.
3.3 Metode Pengolahan Data Pengolahan data primer serta data sekunder yang didapat dikelompokkan sesuai rincian masalah dan dianalisis untuk diperoleh informasi yang jelas dengan melalui tahapan sebagai berikut: 1. Memeriksa dan meneliti kelengkapan data yang telah dikumpulkan. 2. Mengelompokkan data yang ada menjadi bagian-bagian yang lebih spesifik untuk memudahkan dalam menganalisanya.
3.4 Metode Analisis Data. 3.4.1 Teknik Analisis Data Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif atas data sekunder dan primer yang telah didapatkan. Metode deskriptif kualitatif data sekunder dilakukan dengan menganalisis data sekunder yang didapat dari usaha yang diteliti (PT HK) berupa profil perusahaan untuk mendalami bisnis,
3
Bab II Landasan Teori
dan melalui metode deskriptif kualitatif data primer, yaitu dilakukan wawancara kepada responden untuk identifikasi risiko-risiko yang berkaitan dengan bisnis tersebut untuk selanjutnya disusun manajemen risiko dalam menghadapi risiko bisnis tersebut.
3.4.2 Tahapan dan Alat Analisis Data Alat analisis data yang digunakan meliputi : 1) Tahapan Identifikasi Faktor Risiko Eksternal; Tahapan ini dilakukan dengan menganalisis kondisi eksternal yang terdiri atas kondisi makro dan persaingan. Identifikasi dilakukan untuk mendapatkan faktor risiko yang menjadi ancaman. Untuk mendapatkan faktor yang berpengaruh paling dominan dalam industri jasa konstruksi di Indonesia. Identifikasi faktor-faktor risiko eksternal yang akan dianalisis meliputi
faktor-faktor
berdasarkan
kondisi:
(1)
perpolitikan;
(2)
Perekonomian; (3) Pertahanan dan Keamanan; (4) Sosial dan Budaya; (5) Teknologi Konstruksi; (6) Alam dan Lingkungan; (7) Kebijakan Pemerintah pada Industri Konstruksi; dan (8) Persaingan. 2) Tahapan Idenitifkasi Faktor Risiko Internal Tahapan ini dilakukan dengan menganalisis kondisi internal perusahaan untuk mendapatkan faktor risiko internal yang menjadi kelemahan untuk diantisipasi. Hasil identifikasi ini merupakan faktor-faktor risiko yang didasarkan pada kondisi internal perusahaan. Beberapa faktor yang diidentifikasi meliputi: (1) Kapabilitas Menghadapi Persaingan; (2) Kapabilitas Keuangan; (3) Kapabilitas SDM; dan (4) Kapabilitas Teknologi.
4
Bab II Landasan Teori
3) Tahapan Formulasi Model Manajemen Risiko pada Jasa Konstruksi Setelah didapatkan faktor-faktor di atas, maka tahapan selanjutnya melakukan penyusunan model manajemen risiko dengan tahapan sebagai berikut: a) Identifikasi faktor-faktor risiko yang paling signifikan berdampak kepada bisnis
jasa
konstruksi.
Tahapan
ini
melakukan
pemilihan
dan
penggabungan dari faktor risiko eksternal dan internal, sehingga disatukan menjadi faktor-faktor risiko yang berpengaruh paling dominan; b) Pengukuran Risiko meliputi pengukuran frekwensi kemungkinan terjadi dan pengukuran dampaknya terhadap perusahaan. 1. Ukuran Kuantitatif Kemungkinan Untuk mengukur kemungkinan terjadinya risiko maka digunakan tabel di bawah ini, dimana risiko dibagi atas lima kriteria rating. Rating paling kecil adalah Rating V dengan kemungkinan terjadinya eksposure risiko antara 0-5% atau dalam kriteria dipastikan sangat tidak mungkin terjadi. Rating tertinggi adalah Rating I dengan kemungkinan terjadinya eksposure risiko di atas 50%, atau dalam kriteria
dipastikan
sangat
mungkin
terjadi.
Lebih
jelasnya
disampaikan pada tabel di bawah ini. Tabel 3.1 Pengukuran Kemungkinan Terjadinya Risiko RATING I
KRITERIA
Sangat Besar
Kemungkinan > 50%
II III
Besar Sedang
25% < Kemungkinan ≤ 50% 10% < Kemungkinan ≤ 25%
IV V
Kecil Sangat Kecil
5% < Kemungkinan ≤ 10% 0% < Kemungkinan ≤ 5%
Dipastikan akan sangat mungkin terjadi Kemungkinan Besar dapat terjadi Sama kemungkinannya antara terjadi atau tidak terjadi Kemungkinan Kecil terjadi Dipastikan akan sangat tidak mungkin terjadi
Sumber: PT HK (Persero), 2008
5
Bab II Landasan Teori
2. Ukuran Kuantitatif Akibat Untuk mengukur dampak terjadinya risiko terbagi atas lima rating, yaitu dimulai pada Rating I adalah Berat Sekali yang berdampak kepada peningkatan biaya langsung di atas 3% dari nilai proyek atau nilai bisnis, dan berdampak pula terhadap publikasi empat atau lebih berita lokal dan tiga atau lebih berita skala nasional dan atau internasional. Selengkapnya dapat disampaikan pada tabel di bawah ini. Tabel 3.2 Pengukuran Akibat Terjadinya Risiko RATING
KRITERIA Peningkatan Biaya Langsung
I II III IV V
Berat Sekali Sangat Berat Berat Agak Berat Tidak Berat
Peningkatan > 3% 2% < Peningkatan ≤ 3% 1% < Peningkatan ≤ 2% 0,5% < Peningkatan ≤ 1% 0% < Peningkatan ≤ 0,5%
Publikasi Jelek Pada Media Lokal 4 berita atau lebih 3 berita
Publikasi Jelek Pada Media Nasional/Internasional 3 berita atau lebih
2 berita
1 berita
1 berita
-
-
-
2 berita
Sumber: PT HK (Persero), 2008
3. Matriks Risiko (5x5) Pada tahapan ini juga digunakan matriks risiko yang didasarkan kepada tingkat kecenderungan terjadinya risiko dengan tingkat dampaknya kepada perusahaan. Seperti yang disampaikan pada bagan di bawah ini. Pemetaan matriks tersebut terbagi atas empat jenis risiko, yaitu Ekstrim, Tinggi, Moderat, dan Rendah. Risiko Esktrim adalah risiko yang masuk ke dalam kemungkinan terjadinya sangat besar dan berakibat kepada perusahaan berat, sangat
6
Bab II Landasan Teori
berat, hingga berat sekali. Selanjutnya dapat dijelaskan pada tabel di bahwa ini.
Tabel 3.3 Matriks Risiko No .
A B C D E
KEMUNGKINAN (Likehood)
Sangat Besar Besar Sedang Kecil Sangat Kecil Keterangan : E= T= M= R=
AKIBAT (KONSEKUENSI) TIDAK BERA T M M R R R
AGAK BERA T T T M M R
BERA T
SANGAT BERAT
BERAT SEKALI
E T T M R
E E T T M
E E E T M
Resiko Ekstrim Resiko Tinggi Resiko Moderat Resiko Rendah
Sumber: PT HK (Persero), 2008
4. Perlakuan Terhadap Risiko Berdasarkan keempat jenis risiko di atas, maka tahapan selanjutnya dilakukan perlakuan atau tindakan yang dilakukan oleh perusahaan terhadap risiko tersebut. c) Tahapan
pengendalian
risiko,
yaitu
tahapan
untuk
menyusun
pengendalian risiko yang didasarkan kepada tingkat kecenderungan dan dampak risiko bagi perusahaan; d) Tahapan pemantauan risiko yang dilakukan melalui kebijakan perusahaan untuk memastikan bahwa model manajemen risiko yang telah disusun telah dijalankan dengan baik. Berdasarkan tahapan di atas, maka kerangka penelitian ini adalah sebagai berikut:
7
Bab II Landasan Teori
Input Stage
Analisis Risiko Eksternal: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Politik Perekonomian Pertahanan dan Keamanan Sosial Budaya Teknologi Alam dan Lingkungan Kebijakan Pemerintah Persaingan
Analisis Risiko Internal 1. Kapabilitas Bersaing 2. Kapabilitas Keuangan 3. Kapabilitas SDM 4. Kapabilitas Teknologi
Hasil Analisis:
Hasil Analisis:
Faktor-faktor Risiko Eksternal
Faktor-faktor Risiko Internal
Matching Stage Perumusan Model Manajemen Risiko Jasa Konstruksi
Identifikasi
Pengukuran
Pengendalian
Pemantauan
Output Stage Model Manajemen Risiko Bisnis
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian
8
Bab IV Analisis dan Pembahasan
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum PT HK 4.1.1 Profile Perusahaan PT. Hutama Karya (Persero) berawal dari Perusahaan Swasta Belanda Hollandsche Beton Maatschappij (HBM) yang berdiri pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, kemudian setelah kemerdekaan Republik Indonesia (RI), dinasionalisasi pada tahun 1961 berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 27 tahun 1957 jo Undang-Undang No. 26 tahun 1959 tentang Nasionalisasi Perusahaan Belanda dan Asing menjadi Perusahaan Negara, dan berganti nama menjadi PN. Hutama Karya, diumumkan dalam Berita Negara No. PP61/1961. Selanjutnya berdasarkan Berita Negara No. 14 tahun 1971, PN. Hutama Karya berubah menjadi PT. Hutama Karya (Persero), dan pada tahun 1973, sejalan dengan terpenuhinya persyaratan sebagai Perusahaan Persero, maka pendirian PT. Hutama Karya (Persero) dikukuhkan dengan Akte Pendirian Perusahaan dihadapan Notaris Kartini Mulyadi, SH. Penandatanganan oleh pejabat yang ditunjuk dihadapan Notaris ini dilakukan pada tanggal 15 Maret 1973. Dalam kiprahnya, banyak karya-karya besar yang telah dihasilkan dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia serta beberapa di Luar Negeri, kemudian dalam perkembangan industri konstruksi, PT. Hutama Karya (Persero) ikut memberi andil di bidang pengembangan teknologi konstruksi dengan pengembangan teknologi seperti, Teknologi LPBH (Landas Putar Bebas Hambatan) ‘Sosro Bahu’, Teknologi Jembatan Bentang Panjang, Teknologi Beton Ringan, sistim pracetak ‘Bresphaka’
1
Bab IV Analisis dan Pembahasan
dan lain sebagainya. Adapun proyek-proyek besar yang pernah dikerjakan adalah (1) Jembatan Batanghari di Jambi; (2) Jalan Raya Sumatera East JBIC di Jepara; (2) Irigasi Batanghari di Jambi; (3) Pembangunan Causeway Jembatan Suramadu, dan lainnya. Sedangkan proyek yang di luar negeri diantaranya adalah pembangunan jalan tol layang di Malaysia, irigasi di Papua New Guinea, dan jalan raya di Timur Tengah. Untuk menjamin kualitas produk, perlindungan safety dalam pekerjaan serta dan lingkungan kerja, PT. Hutama Karya (Persero) sudah memperoleh sertifikasi: 1. Bidang Mutu, ISO 9002 sejak tahun 1998 yang ditingkatkan menjadi ISO 9001 pada tahun 2002, 2. Bidang Kesehatan & Keselamatan Kerja (K3), OHSAS 18001 sejak tahun 2004, 3. Bidang Lingkungan, ISO 14001 sejak tahun 2006. 4.1.2 Kebijakan Strategi 1. Visi Perusahaan : Visi yang ingin dicapai perusahaan adalah sebagai berikut: “ Menjadi Perusahaan Industri Konstruksi yang Handal dan Terkemuka “. 2. Misi Perusahaan : Misi yang dijalankan perusahaan dalam menjalankan bisnisnya adalah sebagai berikut: 1) Berperan Aktif Dalam Pelaksanaan Pembangunan, Pengembangan Sarana dan Prasarana melalui Industri Konstruksi. 2) Mendapatkan Kepercayaan dari Pelanggan melalui Profesionalisme.
2
Bab IV Analisis dan Pembahasan
3) Memberikan Nilai Tambah pada Shareholder dan Stakeholder.
4.1.3 Perkembangan Usaha Perusahaan Wilayah operasional PT. Hutama Karya (Persero) saat ini meliputi seluruh wilayah pemerintahan Republik Indonesia, serta pernah melakukan ekspansi pelaksanaan pekerjaan sipil di luar negeri seperti Timur Tengah, Malaysia, Philipina dan Papua New Guinea. Saat ini pada tahun 2008 dilakukan reorganisasi perusahaan, organisasi yang sebelumnya bersifat Regional diubah menjadi Divisional dan Regional, terdapat 5 Divisi dan 6 Wilayah Operasional, yaitu Divisi Jalan & Jembatan, Bendungan/Irigasi, Bangunan Gedung, Pelabuhan/Dermaga, dan Bisnis Engineering Procurement & Construction (EPC), sedangkan Wilayah Operasional terbagi atas cabang-cabang yang mempunyai fungsi utama sebagai Pemasaran, selain itu juga sebagai office representative dan pemantauan informasi perkembangan operasional Produksi untuk masing-masing areanya. Wilayah operasional tersebut adalah 1. Wilayah I adalah NAD, SUMUT, SUMBAR, KEPRI, Riau, Jambi, Bengkulu, Babel, dan Lampung; 2. Wilayah II adalah DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi; 3. Wilayah III adalah Jawa Barat, dan Banten; 4. Wilayah IV adalah JATENG, DI Jogjagarta, KALTIM, KALSEL, dan KALBAR; 5. Wilayah V adalah Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT; dan 6. Wilayah VI adalah SULSEL, SULTENG, SULTRA, SULUT, Gorontalo, Maluku, MALUT, Papua, dan IRJA Barat.
3
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Dalam penyelenggaraan operasional perusahaan dilakukan dengan pola Sentralisasi, walaupun dalam operasional Pemasaran dan Produksi untuk proyekproyek konstruksi di bawah Rp. 75 milyar masih di bawah tanggung jawab Wilayah Operasional, sedangkan untuk proyek-proyek besar yang bernilai Rp. 75 milyar ke atas dilaksanakan secara sentral oleh Divisi. Sedangkan pola dalam penyelenggaraan operasional Keuangan dan SDM dilakuan secara sentralisasi terpusat di Kantor Pusat. Perkembangan usaha PT. Hutama Karya (Persero) di dalam industri konstruksi secara umum dapat dikatakan berkembang dan tumbuh secara stabil, dan sampai dengan saat ini dalam usahanya perusahaan masih sangat diperhitungkan oleh para competitor. 4.1.4 Bisnis Perusahaan Produk dan Jasa utama perusahaan adalah Jasa konstruksi bidang Jalan dan Jembatan, Bendungan / Irigasi, Bangunan & Gedung, Pelabuhan / Dermaga dan Bisnis EPC. Sehingga berdasarkan kelima produk dan jasa usaha tersebut, maka unit bisnis yang dimiliki seperti yang disampaikan pada bagan di bawah ini, yaitu:
PT Hutama Karya (Persero)
Jalan dan Jembatan
Bendungan / Irigasi
Bangunan & Gedung
Pelabuhan / Dermaga
Bisnis EPC
Proyek
Proyek
Proyek
Proyek
Proyek
Gambar 4.1 Struktur Bisnis PT HK (Persero)
4
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Atas dasar struktur bisnis di atas, pada penelitian ini akan dilakukan analisis manajemen risiko yang hanya terbatas pada unit bisnis Jalan dan Jembatan sebagai salah satu unit bisnis yang dimiliki oleh PT HK (Persero). Dipilihnya unit bisnis ini karena sesuai dengan kapabilitas yang dimiliki oleh perusahaan, yaitu sebagai perusahaan konstruksi yang menspesialisasikan diri pada jalan dan jembatan. Keseluruhan unit bisnis di atas diketuai oleh Direktur Produksi yang beranggotakan para Manajer Senior yang bertanggungjawab pada setiap unit bisnis. Sehingga, untuk unit bisnis Jalan dan Jembatan diketuai oleh seorang Manajer Senior, sekaligus bertanggungjawab atas manajemen risiko pada bisnis tersebut. Pada penelitian ini akan menganalisis manajemen risiko pada pendekatan aspek akademis, karena manajemen risiko yang dijalankan oleh PT HK merupakan aspek praktis untuk kepentingan internal PT HK, sehingga dengan dilakukannya penelitian secara akademis ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan dalam menelaah manajemen risiko dan dapat dijadikan pengetahuan bagi perusahaan lainnya.
4.1.5 Struktur Organisasi PT HK (Persero) memiliki bagan struktur organisasi matriks, yaitu sebuah bentuk struktur organisasi yang lengkap antara fungsi manajemen perusahaan, bisnis perusahaan dan cakupan wilayah usahanya. Struktur struktur
organisasi
organisasi
matriks
fungsional
dan
menggabungkan struktur
karakteristik-karakteristik
organiasi
project
(projectized
organization) untuk memperoleh manfaat yang dimilki oleh kedua jenis struktur organisasi tersebut (PMBOK, 1996 Edition). Ada perusahaan yang menggunakan
5
Bab IV Analisis dan Pembahasan
struktur matriks yang menggabungkan divisi wilayah dengan divisi produk seperti halnya PT Hutama Karya (Persero). Struktur geografis semacam ini memungkinkan penyelarasan dengan kebutuhan tiap wilayah. Banyak perusahaan juga menjalankan degrees of matrix structure, yang berarti setiap kelompok divisional memliki tugas & tanggung jawab yang spesifik tetapi untuk beberapa hal harus diputuskan bersama oleh semua kelompok divisi. Disamping itu, juga ada struktur matriks yang mengoverlap struktur funngsional dengan tim proyek. Pegawai dari kelompok-kelompok funsgsional ditugaskan kepada suatu tim proyek sesuai kebutuhan tim dan dikembalikan setelah proyek selesai. Struktur matriks menciptakan situasi dimana seorang pegawai memiliki dua pimpinan. Anggota suatu tim proyek akan melapor harian kepada pimpinan proyek tetapi dia juga melapor kepada pimpinan divisi fungsionalnya (produksi, rekayasa teknik, marketing, dll).
Hal ini, seperti yang digunakan di PT Hutama Karya
(Persero) berpotensi menimbulkan ketidak jelasan dalam penanganan risiko tetapi sebaliknya juga mendorong pertukaran informasi yang lebih cepat. Adapun bagan struktur yang digunakan PT HK (Persero) adalah sbb: Dewan Komisaris Direktur Utama
Bisnis PT HK (Persero) 1. 2. 3. 4. 5.
Direktur Pemasaran
Direktur Produksi
Jalan dan Jembatan Bendungan/Irigasi Bangunan Gedung Pelabuhan/Dermaga Bisnis EPC
Wil. I
Wil.II
Wil. III
Direktur Keuangan dan Administrasi
Wilayah Usaha Wil. IV
Direktur SDM, Umum dan Pengembangan
Wil. V
Wil.VI
Gambar 4.2 Struktur Organisasi PT HK (Persero) Sumber: PT HK (Persero), 2008
6
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Berdasarkan bagan di atas, seperti yang tertuang dalam Laporan Tahunan 2005, berkaitan dengan risiko usaha dan untuk memperjelas siapa yang bertanggung jawab menangani risiko usaha, maka PT HK (Persero) memiliki Tim Manajemen Risiko diketuai oleh Direktur Produksi dan beranggotakan para Manajer Senior dari unit usaha yang mengandung risiko dan berfungsi sebagai suatu tim eksekutif yang membantu Direksi dalam seluruh aspek yang menyangkut risiko dan pengelolaan risiko.
4.1.6 Deskripsi Kerja Atas dasar struktur organisasi di atas, maka deskripsi kerja pada masingmasing komponen di atas adalah sebagai berikut: 1. Dewan Komisaris, yaitu pemilik perusahaan yang bertugas melakukan pengawasan kegiatan usaha perusahaan. Pemilik usaha di sini adalah wakil dari Pemerintah Republik Indonesia yang memiliki saham perusahaan. 2. Direktur Utama, yaitu pimpinan tertinggi perusahaan yang bertanggungjawab menjalankan seluruh kegiatan usaha perusahaan. 3. Direktur
Pemasaran,
yaitu
pimpinan
tertinggi
perusahaan
yang
perusahaan
yang
bertanggungjawab khusus pada bidang pemasaran usaha. 4. Direktur
Produksi,
yaitu
pimpinan
tertinggi
bertanggungjawab khusus pada bidang produksi konstruksi. 5. Direktur Keuangan dan Administrasi, yaitu pimpinan tertinggi perusahaan yang bertanggungjawab khusus pada bidang keuangan dan administrasi usaha.
7
Bab IV Analisis dan Pembahasan
6. Direktur SDM, Umum, dan Pengembangan, yaitu pimpinan tertinggi perusahaan yang bertanggungjawab khusus pada bidang SDM, umum dan pengembangan usaha. 7. Wilayah Usaha, yaitu pimpinan wilayah usaha yang bertanggungjawab khusus pada lingkup wilayah yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Setiap wilayah usaha akan diketuai oleh Manajer Wilayah 8. Unit Bisnis, yaitu pimpinan unit usaha perusahaan yang bertanggungjawab khusus pada salah satu unit usha perusahaan. Setiap unit bisnis ini akan diketuai oleh Senior Manajer.
Sesuai dengan bagan dan deskripsi kerja yang telah disampaikan di atas, maka jalur kerja yang mengkaitkan masing-masing unit organisasi yang telah disampaikan pada bagan organisasi di atas, dapat disampaikan sebagai berikut:
Pemilik Proyek/Klien Direktorat Pemasaran
Wilayah Produksi
Direktorat Produksi
Unit Bisnis
Aktivitas Pekerjaan Konstruksi
Direktorat Keuangan dan Administrasi
Pekerjaan Selesai
Direktorat SDM, Umum dan
Gambar 4.3 Alur Kerja Pekerjaan Konstruksi
8
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Atas dasar bagan di atas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Direktorat Pemasaran akan mencari berbagai proyek baik Pemerintah maupun Non-Pemerintah melalui tender, sehingga setelah selesai tender dimenangkan maka Pemilik Proyek akan memberikan Surat Perintah Kerja kepada Perusahan untuk memulai pekerjaan tersebut. Selanjutnya oleh Direktorat Pemasaran, pekerjaan yang telah diperintahkan oleh Pemilik Proyek diserahkan kepada Direktorat Produksi untuk menyiapkan dan menjalankan tugas pekerjaan tersebut. 2. Direktorat Produksi akan bekerja sama dengan beberapa sub organisasi lainnya, seperti: 1) Unit Bisnis, untuk menyiapkan lingkup pekerjaan dan berbagai standar kerja dalam pekerjaan, sebagai contoh bila perintah kerja merupakan pekerjaan jalan dan jembatan, maka akan dilakukan koordinasi kepada unit bisnis Jalan dan Jembatan; 2) Wilayah Produksi, yaitu wilayah dimana pekerjaan akan dilaksanakan. Sebagai contoh bila pekarjaan yang harus dikerjakan berlokasi di Surabaya maka akan dilakukan koordinasi kepada Wilayah V adalah Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT 3) Direktorat Keuangan dan Administrasi, yaitu menyiapkan berbagai administasi keuangan guna memperlancar pembayaran proyek 4) dan Direktorat SDM, Umum dan Pengembangan, yaitu guna menyiapkan karyawan dan tenaga kerja kontrak yang akan melakukan pekerjaan.
9
Bab IV Analisis dan Pembahasan
3. Selanjutnya pekerjaan dikerjakan hingga selesai sesuai dengan perintah kerja yang diberikan oleh Pemilik Proyek, dan pekerjaan akan diserahkan bila telah sesuai dengan perintah kerja yang diberikan oleh Pemilik Proyek.
4.1.7 Kepemilikan Perusahaan Kepemilikan perusahaan hingga saat ini merupakan murni milik Pemerintah Indonesia atau 100% milik negara. Hal ini karena sebagian besar proyek yang dikerjakan oleh perusahaan merupakan proyek infrastruktur, seperti jalan dan jembatan, irigasi, dan pelabuhan. Dimana proyek-proyek tersebut sebagian besar merupakan proyek milik Pemerintah guna kepentingan masyarakat banyak. Namun demikian, untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan maka untuk jangka panjang perusahaan akan melakukan go public agar perusahaan tersebut dapat dimiliki oleh masyarakat umum dan dapat meningkatkan kinerja yang lebih atau bersaing dengan perusahaan manca negara. Hal ini karena saat ini perusahaan telah mengerjakan berbagai proyek yang berada di luar negeri. Persiapan untuk go public masih dalam taraf persiapan tinggal menunggu keputusan pemerintah sebagai pemilik tunggal.
4.2 Analisis Manajemen Risiko PT HK 4.2.1 Analisis Faktor Risiko Eksternal Faktor-faktor risiko eksternal yang berpengaruh pada jasa konstruksi khususnya pada unit bisnis Jalan dan Jembatan. Analisis ini didasarkan kepada wawancara kepada responden PT HK, hasil tersebut diantaranya adalah:
10
Bab IV Analisis dan Pembahasan
1. Faktor Politik, Hukum dan Pemerintahan 1) Politik Gejolak perekonomian yang terjadi di Indonesia menjadi faktor risko utama bagi setiap bisnis di Indonesia, karena perubahan kondisi politik akan berdampak kepada perubahan sistem pemerintahan suatu negara. Kondisi perpolitikan Indonesia semenjak era reformasi sudah sedemikian stabil, terlebih lagi setelah dilakukannya sistem pemilihan presiden secara langsung. Aktifitas politik yang terjadi pada tahun 2009 yaitu PEMILU DPR/DPRD/DPD dan PEMILU Presiden akan berpengaruh terhadap jalannya projek pada semua lini bisnis konstruksi. Hal ini terjadi karena kegiatan PEMILU akan banyak diwarnai oleh aktivitas kampanye oleh masing-masing peserta partai politik. Kegiatan kampanye yang melibatkan massa banyak akan mengganggu pekerjaan projek, karena kegiatan pengerahan massa yang melewati projek akan mengganggu jalannya pekerjaan. Beberapa event yang menjadi risiko terhadap kegiatan bisnis konstruksi adalah terjadi pawai besarbesaran sehingga menimbulkan kerusuhan, atau terjadinya pertikaian massa salah satu partai dengan partai yang lain. Event seperti ini akan mengganggu jalannya beberapa proyek, karena bila terjadi kerusuhan yang magnitude-nya besar seperti terjadi pada tahun 1998 dimana terjadi kerusuhan besar-besaran dalam menurunkan rezim orde baru, maka kondisi tersebut akan mengganggu jalannya proyek dan bisnis konstruksi. Namun demikian, belajar dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, tingginya tingkat kesadaran yang tinggi pada masyarakat Indonesia dimana masyarakat sudah tidak lagi menginginkan kondisi kerusuhan seperti tahun
11
Bab IV Analisis dan Pembahasan
1998 tersebut, maka kondisi perpolitikan beberapa tahun ini sudah berjalan stabil hal ini telah digambarkan bahwa di semua PILKADA yang telah dilaksanakan tidak memberikan dampak kepada kegiatan usaha, sehingga kegiatan PEMILU 2009 sudah dapat diprediksikan tidak terjadi event berisiko dan memberikan pengaruh terhadap kegiatan usaha. 2) Hukum/Kebijakan Pemerintah Kondisi hukum dan kebijakan pemerintah yang dimungkinkan menimbulkan risiko adalah kebijakan yang bernuansa politis, hal ini terjadi karena sebagian besar pimpinan pemerintahan merupakan orang-orang yang berasal dari partai politik. Sedangkan kebijakan lainnya seperti undangundang kegiatan usaha belum memberikan dampak risiko. Risiko ini dapat timbul untuk proyek-proyek yang berasal dari Pemerintah ataupun BUMN/BUMD, yang akibat perubahan kebijakan Pemerintah ditangguhkan pelaksanaannya. Semua proyek yang dimiliki oleh Pemerintah (baik Pusat maupun Daerah) mempunyai dana yang harus disetujui oleh pihak DPR atau DPRD Provinsi atau Kabupaten. Sehingga suatu proyek yang sarat dengan isu-isu politis akan sarat dengan risiko penundaan atau bahkan pembatalan, sehingga beberapa event yang berisiko bagi bisnis konstruksi diantaranya adalah (1) proyek dievaluasi dan penundaan sampai waktu tidak ditentukan; (2) dana proyek dievaluasi sehingga pembayaran tertunda sampai waktu tidak ditentukan; (3) pimpinan pemerintah yang bertanggungjawab dengan proyek tersebut diganti sehingga merubah keputusan-keputusan stratejik.
12
Bab IV Analisis dan Pembahasan
3) Pemerintahan Seperti yang diutarakan pada poin sebelumnya, Pemerintah baik Pusat dan Daerah sangat sarat dengan keputusan politis, sehingga sebagian besar poryek-proyek yang dimiliki pemerintah akan berdampak kepada pengaruh keputusan politis tersebut. Hal ini terjadi karena sebagian besar proyekproyek pembangunan daerah, seperti pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan merupakan proyek yang dimiliki pemerintah. Keputusan politis terjadi karena sebagian besar kepala pemerintahan merupakan pimpinan partai politik sehingga segala keputusan selalu dikaitkan dengan kepentingan partai politik Beberapa event berisiko akibat kondisi ini adalah bergantinya kepemimpinan pemerintahan sehingga berdampak kepada (1) proyek dievaluasi dan terhenti sampai waktu yang tidak ditentukan; (2) dana proyek dievaluasi sampai waktu yang tidak ditentukan. 4) Faktor Perekonomian Perekonomian Indonesia yang menganut sistem perekonomian global telah berdampak kepada pengaruhnya perubahan kondisi ekonomi global ke ekonomi domestik. Gejolak perubahan harga BBM, keterpurukan ekonomi Amerika Serikat, seta gejolak valuta asing telah memberikan dampak kepada perekonomian nasional. Sehingga pada sektor konstruksi terjadi penurunan pembangunan karena tingginya harga bahan bangunan dan turunnya daya beli. Perubahan kondisi perekonomian yang terjadi akan berdampak pada events yang berisiko yang memiliki bobot yang cukup besar bagi perkembangan perekonomian bangsa dan berdampak kepada bisnis
13
Bab IV Analisis dan Pembahasan
konstruksi. Beberapa events berisiko yang menjadi perhatian akibat perubahan kondisi perekonomian global dan nasional adalah sebagai berikut: (1) Kenaikan tingkat suku bunga yang tinggi dan penurunan daya beli. (2) Terlambatnya pembayaran-pembayaran yang dilakukan oleh pemberi kerja atas pelaksanaan kerja yang telah selesai dilakukan. Keterlambatan ini dapat diakibatkan karena pemberi kerja mengalami kesulitan secara ekonomis untuk melakukan pembayaran secara tepat waktu. (3) Kemungkinan terjadinya perubahan di dalam kontrak dengan pihak pemberi kerja sehingga dapat menimbulkan perubahan estimasi dalam penetapan pendapatan dan biaya atas pekerjaan konstruksi. (4) Kenaikan harga bahan baku yang tidak tercantum dalam perjanjian dengan pemberi kerja dapat menimbulkan perubahan estimasi di dalam penetapan biaya atas pekerjaan konstruksi dan apabila kenaikan harga bahan baku tersebut lebih tinggi dari estimasi pendapatan yang diperoleh maka dapat menurunkan kualitas dari hasil pekerjaan konstruksi tersebut. (5) Risiko Kelalaian Mitra Usaha. Risiko terjadinya wanprestasi (cedera janji) dari mitra kerjasama operasi yang berakibat meningkatnya biaya maupun menurunnya pendapatan perusahaan secara bersama-sama. (6) Resiko Leverage. Resiko yang terkait pada kewajiban perusahaan karena pendanaan yang berasal dari luar perusahaan (external financial) untuk operasi perusahaan konstruksi (7) Risiko Asuransi Risiko gagalnya klaim perusahaan atas kerugian akibat bencana alam atau gangguan usaha.
14
Bab IV Analisis dan Pembahasan
5) Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan (1) Sosial, Budaya dan Demografi Terjadinya krisis global yang terjadi di Amerika telah menjadi dampak bagi perusahaan yang berorientasi ekspor ke Amerika dan Eropa, sehingga menimbulkan PHK di beberapa perusahaan besar. Gejolak PHK pada perusahaan tersebut menimbulkan gangguan bagi proses produksi perusahaan, karena perusahaan tidak lagi maksimal dalam memproduksi barang.. Sebagai dampak yang terjadi akibat krisis global terhadap kondisi sosial budaya masyarakat adalah terjadinya PHK dan pengangguran, sehingga events berisiko yang dimungkinkan terjadi diantaranya adalah demo besar-besaran, dimana masyarakat menuntut pekerjaan, atau menuntut kenaikan gaji yang layak. Terjadinya demo tersebut akan dimungkinkan mengganggu proses pembangunan proyek konstruksi di suatu tempat, karena para pekerja pada proyek dimungkinkan akan turut serta dalam berdemo.Untuk itu kondisi sosial budaya berupa PHK dan pengangguran memberikan risiko bagi iklim usaha, termasuk di dalamnya usaha konstruksi. (2) Lingkungan Keamanan Selain itu, untuk isu lingkungan yang mungkin terjadi adalah konflik daerah yang terjadi di Poso masih menjadi isu nasional yang berpengaruh kepada sistem pertahanan dan keamanan nasional, setelah terselesaikannya masalah Aceh. Events berisiko yang akan terjadi pada masalah lingkungan keamanan adalah kerusuhan dan perperangan antara suku. Kondisi tersebut tentunya akan memberikan dampak kepada
15
Bab IV Analisis dan Pembahasan
perkembangan proyek dan bisnis konstruksi yang akan dikerjakan di daerah tersebut. Namun demikian, konflik yang terjadi di berbagai daerah belum menjadi isu yang strategis di tingkat nasional, sehingga masih memiliki dampak risiko yang rendah bagi iklim usaha di Indonesia termasuk di dalamnya industri konstruksi. Risiko keamanan, yaitu risiko menurunnya tingkat keamanan suatu areal, wilayah, negara tempat operasional industri konstruksi yang dapat berakibat terhadap rusaknya aktiva yang dipergunakan atau dibangun perusahaan. (3) Lingkungan Alam Indonesia sebagai negara yang sarat dengan bencana alam dan lingkungan memberikan dampak yang positif dan negatif bagi sektor konstruksi. Dampak negatifnya adalah, bencana alam yang terjadi di Lapindo menjadi berkah bagi sektor konstruksi untuk melakukan pembangunan, namun di sisi lain, wabah banjir menjadi faktor yang memperlambat pembangunan di berbagai daerah yang rawan banjir. Sebagai contoh adalah pembangunan infrastruktur jalan tol di daerah Rorotan Tanjung Priok yang sangat rawan dengan banjir tahunan. Namun demikian, secara nasional, bencana alam yang terjadi di Indonesia memberikan bobot risiko yang cukup besar dalam pembangunan sektor konstruksi di masa mendatang. Timbulnya bencana alam akan berdampak kepada rusaknya konstruksi yang telah dibangun, sehingga menurunkan kualitas hasil kerja, dan menjadi beban biaya yang tinggi.
Namun
16
Bab IV Analisis dan Pembahasan
demikian, risiko akibat kondisi alam masih relatif rendah frekwensinya sehingga belum memiliki risiko yang besar. 6) Teknologi Perkembangan teknologi konstruksi yang terjadi saat ini menuntut perusahaan-perusahaan
konstruksi
untuk
meningkatkan
kapabilitasnya
sehingga dapat membangun pada tingkat kesulitan yang tinggi. Sebagai contoh adalah pembangunan jalan layang yang menuntut kemampuan perusahaan dalam membangun jalan yang kuat dan bertahan lama dalam tekanan kendaraan bertonase tinggi dalam jumlah yang banyak. Risiko yang dihadapi perusahaan terhadap perkembangan teknologi tersebut adalah ketidakmampuan perusahaan konstruksi sehingga
terjadi
kegagalan dalam pembangunannya. Risiko ini menjadi tinggi bobotnya karena semakin tingginya perkembangan teknologi konstruksi membutuhkan kapabilitas yang tinggi dalam menguasai teknologi tersebut. Beberapa event yang berisiko pada aspek ini diantaranya adalah (1) teknologi yang dipesyaratkan di luar kemampuan perusahaan, sehingga perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk mencari sumber daya lainnya; (2) teknologi yang persyaratkan membutuhkan biaya yang tinggi sehingga mengurangi tingkat pendapatan perusahaan; (3) ketidak mampuan dalam menggunakan teknologi baru sehingga kegagalan dalam menggunakan teknologi tersebut. Perusahaan konstruksi yang tidak memiliki kapabilitas teknologi konstruksi akan memiliki risiko yang sangat tinggi, adapun risiko yang harus dihadapi adalah ketidakpercayaan dari pihak pemilik proyek, atau risiko
17
Bab IV Analisis dan Pembahasan
kesalahan dalam menerapkan model konstruksi sehingga berdampak kepada mutu yang dihasilkan atau menjadi beban biaya yang semakin besar akibat kesalahan dalam memiliki metode kerja. 7) Persaingan Menurut Soemardi (2008) persaingan merupakan salah satu risiko paling dominan yang harus dihadapi oleh perusahaan yang bermain di sektor konstruksi. Analisa persaingan difokuskan diantara Perusahaan Kontraktor BUMN (Badan Usaha Milik Negara), mengingat sampai dengan saat ini terdapat 8 Perusahaan Kontraktor BUMN yang mendominasi Industri Jasa Konstruksi Indonesia, dengan 6 (enam) diantaranya telah mencapai tingkat penjualan minimum di atas 1 (satu) Trilyun sampai dengan 6 (enam) Trilyun rupiah. Pemetaan posisi BUMN, Badan Usaha dengan Penyertaan Minoritas dan Anak Perusahaan BUMN Holding (yang selanjutnya disebut Badan Usaha) dimaksudkan untuk melihat posisi masing-masing atau kelompok Badan Usaha berdasarkan karakteristik industrinya. Menurut data internal PT HK yang diambil dari Kementrian BUMN, dari 161 BUMN sebagian besar yaitu 124 BUMN (78%) mempunyai karakteristik industri yang kompetitif, 11 BUMN (6%) bersifat monopoli, 25 BUMN (15%) merupakan kombinasi kompetitif dan Public Service Offering (PSO) dan 1 BUMN (1%) kombinasi antara monopoli dan kompetitif. Adapun seluruh Perusahaan Kontraktor BUMN berkarakter kompetitif saling bersaing bahkan harus bersaing pula dengan kontraktor nasional dan asing yang berskala besar.
18
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Jumlah anggota Perusahaan Kontraktor Besar (nilai proyek di atas Rp 1 milyar)
yang tercatat di Asosiasi Kontraktor Indonesia sebanyak 126
perusahaan, belum perusahaan asing, yang belum terdaftar atau yang tergabung dalam Gapensi, Gapeknas, dll. Menurut data, LPJKN saat ini jumlah perusahaan jasa konstruksi untuk kontraktor mencapai 99.638 badan usaha. Dari jumlah itu, yang masuk dalam kategori perusahan besar hanya 763 perusahaan (kurang dari satu persen), sisanya adalah kategori menengah kecil. Dan dari 3.525 konsultan yang terdaftar di LPJKN, yang masuk kategori besar hanya 305 konsultan atau kurang dari 10 persen. Berdasarkan data jumlah pemain dalam industri konstrusi tersebut dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir banyak pendatang baru atau new comer yang masuk ke bisnis ini. Menurut data internal PT HK, pasar jasa konstruksi nasional pada tahun 2008 yang diperkirakan mencapai Rp 170 triliun, dari total nilai tersebut, nilai jasa konstruksi yang berasal dari dana pemerintah sebesar Rp 76,5 triliun (45%) termasuk dana APBN Departemen PU sendiri sebesar Rp 35,6 triliun dan dana jasa konstruksi swasta senilai Rp 93,5 triliun (55%). Sedangkan untuk tahun mendatang akan lebih besar lagi dengan optimisme pertumbuhan industri konstruksi mencapai rata-rata 10% per tahun. Berdasarkan proporsi kue yang tersedia serta besarnya jumlah pelaku industri konstruksi mengindikasikan tingkat persaingan yang tinggi pada industri konstruksi. Tingginya tingkat persaingan pada industri konstruksi, akan berdampak kepada events beriksiko sebagai berikut: (1) kalah dalam tender,
19
Bab IV Analisis dan Pembahasan
karena harga yang disampaikan kalah bersaing; (2) kalah dalam tender karena teknologi yang digunakan tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan; dan (3) kalah dalam tender karena faktor politis, yaitu kemenangan tender akibat kekuatan politik yang mempengaruhi proses tender. 4.2.2 Risiko Internal Risiko internal merupakan risiko-risiko yang terjadi akibat ketidakmampuan atau keterbatasan secara internal perusahaan (dalam hal ini PT HK). Risiko-risiko tersebut diantaranya adalah: 1. Fungsi Pemasaran Fungsi pemasaran adalah kemampuan perusahaan dalam menghadapi persaingan di pasar melalui penerapan strategi pemasaran. Perusahaan yang tidak memiliki ketidakmampuan dalam menerapkan strategi pemasaran akan berdampak kepada event berisiko gagal dalam mendapatkan tender. PT HK merupakan perusahaan BUMN Konstruksi milik negara yang mengkhususkan diri pada pekerjaan infrastruktur yaitu jalan dan jembatan. Pekerjaan infrastruktur sebagian besar merupakan pekerjaan yang diberikan oleh Pemerintah. Hal ini karena seluruh pekerjaan infrastruktur merupakan tanggungjawab Pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada bangsa ini. Sehingga, karena sebagai satu-satunya BUMN yang mengkhususkan diri pada pekerjaan infrastruktur, maka kemampuan PT HK dalam mengerjakan proyek tersebut telah diakui oleh Pemerintah. Kondisi ini berdampak kepada kemampuan perusahaan dalam pemenangan tender proyek infrastruktur dari Pemerintah. Untuk itu, dalam aspek pemasaran ini, PT HK dapat menghadapi
20
Bab IV Analisis dan Pembahasan
risiko pemasaran dalam persaingan menghadapi tender proyek karena adanya kapabilitas yang dimiliki, khususnya kapabilitas dalam proyek konstruksi infrastruktur. (Angka dalam Milyar Rupiah)
Gambar 4.4 Penjualan Perusahaan pada Pesaing Terdekatnya Sumber: PT HK (Persero), 2008
Seperti yang disampaikan pada grafik di atas, dibandingkan dengan pesaing terdekatnya, yaitu Adhi, Waskita, Wika dan PP, maka HK memiliki nilai penjualan yang paling kecil, hal ini karena HK lebih mengkhususkan pada proyek infrastruktur yang jumlahnya masih terbatas, sehingga untuk tahun berikutnya akan dilakukan pengembangan pada unit bisnis lainnya agar kinerja penjualannya lebih meningkat. Kondisi penjualan perusahaan selama periode 2003-2007 seperti yang disampaikan pada bagan di bawah ini, dimana perusahaan terus mengalami peningkatan penjualan selama periode tersebut. Hal ini memberikan indikasi
21
Bab IV Analisis dan Pembahasan
bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang cukup dalam meningkatkan penjualan selama periode tersebut. (Angka dalam Milyar Rupiah)
Gambar 4.5 Trend Penjualan Selama 2003-2007 Sumber: PT HK (Persero), 2008
2. Fungsi Keuangan Kemampuan perusahaan dalam mengelola keuangan akan berdampak kepada kesulitan dalam pembiayaan proyek yang telah didapat sehingga berisiko terhadap kepercayaan perusahaan dari pemilik proyek untuk melanjutkan proyek yang diberikan. Sebagai perusahaan konstuksi milik negara dengan pengalaman kerja yang cukup lama, PT HK memiliki kemampuan dalam hal keuangan yang baik, hal ini dikarenakan PT HK merupakan satu-satunya perusahaan milik negara yang memiliki kapabilitas dalam pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan sehingga banyak diberikan kepercayaan oleh Pemerintah untuk membangun berbagai infrastruktur di Indonesia. Kondisi ini tentunya berdampak kepada pemasukan keuangan yang cukup stabil akibat proyek-proyek pemerintah yang terus dikerjakan oleh PT HK. Sehingga dengan kapabilitasnya di bidang keuangan, maka perusahaan memiliki kemampuan dalam menghadapi risiko
22
Bab IV Analisis dan Pembahasan
keuangan yang disebabkan oleh mundurnya jadwal pembayaran maupun gagal bayar dari pihak pemberi kontrak. Seperti yang disampaikan pada grafik di bawah ini, perusahaan memiliki kemampuan dalam meningkatkan laba usaha dan net profit margin dalam periode tahun 2005-2007.
Gambar 4.6 Kinerja Keuangan Perusahaan Sumber: PT HK (Persero), 2008
3. Fungsi SDM Ketersediaan SDM yang memiliki kapabilitas dan integritas yang tinggi dalam pekerjaan merupakan sumber daya yang paling utama bagi perusahaan. Namun di sisi lain, bila perusahaan tidak memiliki SDM yang sesuai dengan kualifikasi di atas maka akan berisiko kepada kepercayan pelanggan kepada perusahaan untuk mendapatkan proyek. Saat ini, kapabilitas SDM yang dimiliki PT HK mengalami penurunan pada SDM berlatarbelakang teknik, hal ini terjadi karena pada masa krisis tahun 1998 hingga 2002 perusahaan tidak melakukan proses rekrutmen tenaga kerja baru yang ahli di bidang konstruksi. Sehingga kondisi mengakibatkan siklus
23
Bab IV Analisis dan Pembahasan
jumlah pegawai yang masuk masa pensiun dengan pegawai baru menjadi tidak seimbang. Menurunnya jumlah SDM teknik seperti yang disampaikan pada bagan di bawah ini telah berdampak kepada kapabilitas perusahaan dalam menghadapi risiko pekerjaan yang membutuhkan tenaga SDM yang kapabilitas teknik. (Angka dalam 1 satuan tenaga kerja)
Gambar 4.7 Perkembangan SDM Perusahaan Sumber: PT HK (Persero), 2008
4. Fungsi Operasi dan Produksi Kemampuan perusahaan dalam melakukan ketepatan kalkulasi biaya, pemenuhan waktu dan mutu pekerjaan merupakan salah faktor yang menjadi pertimbangan bagi perusahaan untuk mendapatkan kepercayaan mengerjakan proyek konstruksi. Namun, dengan adanya berbagai keterbatasan, maka aspek ini menjadi risiko yang perlu menjadi pertimbangan karena jika perusahaan tidak memiliki kemampuan dalam melakukan ketepatan kalkulasi biaya, pemenuhan
24
Bab IV Analisis dan Pembahasan
waktu pengerjaan proyek dan pemenuhan standar mutu akan mengurangi tingkat kepercayaan konsumen. Di sisi lain, pada fungsi operasi dan produksi ini PT HK memiliki kapabiliatas teknologi yang telah diakui oleh para pesaingnya dalam pembangunan jalan tol layang yaitu teknologi Landas Putar Bebas Hambatan (LPBH) Sosrobahu. Kapabilitas teknologi pembangunan tiang pancang tersebut memberikan indikasi bahwa perusahaan memiliki kemampuan dalam teknologi konstruksi sehingga dapat meminimalkan risiko teknologi.
4.2.3 Kesimpulan Identifikasi Faktor-faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap Bisnis PT HK (Persero) Berdasarkan hasil analisis eksternal dan internal pada bab sebelumnya, maka dapat diidentifikasi faktor-faktor risiko sebagai berikut: 1. Pelaksanaan PEMILU 2009, dapat dimungkinkan terjadinya berbagai gejolak yang menimbulkan kejadian-kejadian yang berisiko, seperti kerusuhan yang terjadi akibat pawai besar-besaran. 2. Pengaruh gejolak perekonomian global seperti krisis keuangan Amrerika dan perubahan harga minyak dunia, serta nilai tukar valuta asing. Perubahan ini berdampak kepada daya beli, perubahan suku bunga, sehingga kejadiankejadian berisiko yang mungkin terjadi diantaranya adalah gagal bayar dari pemberi proyek, kenaikan harga bahan baku, dan perubahan spesifikasi proyek. 3. Akibat krisis perekonomian global berdampak kepada PHK, sehingga tingkat pengangguran yang tinggi. Sehingga dampak yang terjadi pada kejadian
25
Bab IV Analisis dan Pembahasan
kejadian yang berisiko kepada bisnis konstruksi adalah demo besar-besaran yang dapat dimungkinkan terjadinya kerusuhan. 4. Akibat kondisi sosial budaya yang menurun akibat kondisi sosial ekonomi yang menurun, maka akan berdampak pula kepada tingkat keamanan suatu areal, wilayah, negara tempat operasional industri konstruksi. Kondisi ini akan berdampak kepada kejadian-kejadian yang berisiko kepada bisnis konstruksi seperti adanya gangguan keamanan yang merusak aktiva yang dipergunakan atau dibangun perusahaan. 5. Tingginya
tingkat
kesulitan
proyek
konstruksi
berisiko
kepada
ketidakmampuan perusahaan konstruksi dalam mendalami teknologi terbaru. Sehingga kondisi ini akan berdampak kepada kejadian-kejadian yang berisiko seperti kegagalan dalam menerapkan teknologi atau metode sehingga akan memperlambat waktu, mutu dan biaya proyek. 6. Indonesia sebagai negara yang sarat dengan bencana alam dan lingkungan berisiko terhadap pembangunan proyek konstruksi yang harus memenuhi standar bencana alam. Kejadian-kejadian berisiko yang mungkin terjadi diantaranya adalah proyek yang rusak akibat banjir, gempa bumi, atau tanah yang lonsor. 7. Khusus pada proyek-proyek milik pemerintah, kebijakan pemerintah dalam bidang konstruksi yang ditimbulkan oleh perubahan kebijakan Pemerintah ditangguhkan pelaksanaannya. Kejadian-kejadian berisiko yang timbul diantaranya adalah keterlambatan pembayaran dan penundaan proyek sampai waktu yang tidak ditetapkan.
26
Bab IV Analisis dan Pembahasan
8. Persaingan merupakan salah satu risiko paling dominan yang harus dihadapi oleh perusahaan yang bermain di sektor konstruksi. Dimana sampai dengan saat ini terdapat 8 Perusahaan Kontraktor BUMN yang mendominasi Industri Jasa Konstruksi Indonesia, dengan 6 (enam) diantaranya telah mencapai tingkat penjualan minimum di atas 1 (satu) Trilyun sampai dengan 6 (enam) Trilyun rupiah. Kejadian bersiko yang dapat terjadi akibat persaingan ini diantaranya adalah kegagalan dalam memenangkan tender yang potensial. 9. Kemampuan perusahaan dalam mengelola keuangan akan berdampak kepada kesulitaan dalam pembiayaan proyek yang telah didapat sehingga berisiko terhadap kepercayaan perusahaan untuk melanjutkan proyek. Kejadian berisiko yang mungkin timbul diantaranya adalah tidak adanya likuiditas untuk membiayai proyek. 10. Ketersediaan SDM yang memiliki kapabilitas dan integritas yang tinggi dalam pekerjaan merupakan sumber daya yang paling utama bagi perusahaan. Namun di sisi lain, bila perusahaan tidak memiliki SDM yang sesuai dengan kualifikasi di atas maka akan berisiko kepada kepercayaan pelanggan kepada perusahaan untuk mendapatkan proyek. Kejadian berisiko yang timbul yang disebabkan oleh faktor ini adalah tidak cukupnya tenaga SDM sehingga berdampak kepada waktu, mutu dan biaya proyek. 11. Kemampuan perusahaan dalam melakukan ketepatan kalkulasi biaya, pemenuhan waktu dan mutu pekerjaan merupakan salah faktor yang menjadi pertimbangan bagi perusahaan untuk mendapatkan kepercayaan mengerjakan proyek konstruksi. Namun, dengan adanya berbagai keterbatasan, maka aspek ini menjadi risiko yang perlu menjadi pertimbangan. Kejadian berisiko yang
27
Bab IV Analisis dan Pembahasan
dapat ditimbulkan yang berkaitan dengan faktor ini kesalahan perhitungan estimasi proyek sehingga terjadi kerugian dalam pelaksanaannya.
Berdasarkan hasil analisis yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, yaitu identifikasi faktor eksternal dan internal risiko yang berpengaruh kepada bisnis jasa konstruksi pada PT HK (Persero), maka pada tabel di bawah ini disampaikan matriks identifikasi faktor risiko dan dampaknya. Atas dasar tabel tersebut, maka terdapat sebelas risiko yang harus dihadapi oleh PT HK (Persero) dalam menjalankan bisnis konstruksi di Indonesia. Selanjutnya, setelah teridentifikasi risiko-risiko tersebut di atas, maka dilakukan pengukuran tingkat kecenderungan, dan bobot masing-masing risiko di atas pada sub bab berikut ini.
28
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Tabel 4.1 Risiko dan Dampaknya pada Bisnis Jasa Konstruksi No.
JENIS RESIKO
1
PEMILU 2009
2
Instabilitas Perekonomian
3
Keamanan di wilayah kerja
4
PHK Massal
5
Kompleksitas Konstruksi
6
Bencana Alam
7
Kebijakan Pemerintah
8
Tingkat Persaingan Bisnis Konstruksi
9
Kemampuan dalam Mengelola Keuangan
10
Kapabilitas SDM
11
Kalkulasi Bisnis/Proyek
URAIAN Kegiatan Pemilu yang melibatkan massa yang banyak akan menimbulkan kerusuhan skala nasional Instabilitas perekonomian nasional akibat gejolah ekonomi dunia seperti kenaikan valuta asing, turunya harga BBM dunia, krisis ekonomi global akan menimbulkan kegagalan dan penundaan pembayaran Seringnya kerusuhan yang mengganggu keamanan suatu daerah, misalnya Aceh dan Maluku akan menghambat bisnis dan pembangunan konstruksi di daerah tsb Akibat menurunnya perekonomian akan berdampak kepada PHK Massal sehingga berdampak kepada kerusuhan besarbesaran Kompleksitas pekerjaan konstruksi membutuhkan kemampuan tingkat tinggi, sehingga bila salah dalam menerapkan teknologi akan terjadi kegagalan bisnis/proyek Pada daerah rawan bencana akan mengurangi pertumbuhan bisnis konstruksi. Bencana yang terjadi akan berisiko terhadap rusaknya aset konstruksi yang sedang dibangun Kebijakan Pemerintah yang berubah yang tidak berpihak kepada bisnis konstruksi sehingga dimungkinkan terjadinya penundaan dan tidak dibayarnya proyek. Tingginya tingkat persaingan akan semakin mengurangi tingkat keuntungan dan tingginya risiko, sehingga akan berdampak kepada gagalan atau kerugian bisnis Bisnis Kontruksi membutuhkan kapitalisasi yang besar namun risiko yang besar. Ketidakmampuan dalam keuangan akan menghambat jalannya proyek Untuk menghadapi proyek yang bernilai besar dan berteknologi tinggi dibutuhkan kahlian SDM. Ketidaktersediaanya SDM akan berisiko kepada waktu, biaya dan mutu proyek Dibutuhkan keahlian yang tinggi dalam mengkalkulasi biaya pekerjaan. Kesalahan dalam mengkalkulasi akan berdampak kepada kerugian proyek.
DAMPAK RESIKO Iklim bisnis tidak kondusif
Iklim bisnis menurun
Iklim bisnis tidak kondusif Pekerjaan proyek terhambat Beban biaya menjadi besar Pekerjaan proyek terhambat Beban biaya menjadi besar
Reputasi Perusahaan Biaya Meningkat Mutu Menurun Gagal bayar Biaya Tinggi
Terhentinya pekerjaan Biaya tinggi
Kegagalan proyek Keuntungan Kerugian
mendapatkan
Keuntungan Kerugian
berkurang/
berkurang/
Kegagalan mendapatkan Proyek Prestesius Keuntungan berkurang/ Kerugian Keuntungan Kerugian
berkurang/
Sumber: Hasil diskusi dengan Manajemen PT HK (Persero)
29
Bab IV Analisis dan Pembahasan
4.2.4 Pengukuran Tingkat Kecenderungan dan Pembobotan atas Dampak Kejadian Berisiko Di dalam pengukuran tingkat kecenderungan dan pembobotan yang akan disampaikan berikut ini didapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman perusahaan dalam menangani proyek konstruksi, sehingga di dalam penetapan angka-angka yang didapat didasarkan kepada hasil wawancara kepada pihak perusahaan sesuai dengan pengetahuan dan pengalamaannya tersebut. Untuk itu metode pengukuran tersebut hanya sesuai bagi kebutuhan internal perusahaan. 1. Kriteria Pengukuran Risiko Untuk mengukur tingkat kecenderungan dan bobot setiap risiko, maka menggunakan tabel yang telah disampaikan pada bab pertama, dimana risiko dibagi atas lima kriteria rating. Rating paling kecil adalah Rating V dengan kemungkinan terjadinya eksposure risiko antara 0-5% atau dalam kriteria dipastikan sangat tidak mungkin terjadi. Rating tertinggi adalah Rating I dengan kemungkinan terjadinya eksposure risiko di atas 50%, atau dalam kriteria dipastikan sangat mungkin terjadi. Penetapan rating, nilai persentase rating, dan kriterianya merupakan hasil diskusi kepada pihak Manajemen PT HK (Persero). Berikut disampaikan penetapan kriteria tersebut pada tabel di bawah ini. Tabel 4.2 Pengukuran Kemungkinan Terjadinya Risiko RATING
KRITERIA
I II III
Sangat Besar Besar Sedang
Kemungkinan > 50% 25% < Kemungkinan ≤ 50% 10% < Kemungkinan ≤ 25%
IV V
Kecil Sangat Kecil
5% < Kemungkinan ≤ 10% 0% < Kemungkinan ≤ 5%
Dipastikan akan sangat mungkin terjadi Kemungkinan Besar dapat terjadi Sama kemungkinannya antara terjadi atau tidak terjadi Kemungkinan Kecil terjadi Dipastikan akan sangat tidak mungkin terjadi
Sumber: PT HK (Persero), 2008
30
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Selanjutnya untuk mengukur tingkat bobot risiko atau akibat risiko maka digunakan tabel di bawah ini. Sama halnya dengan penetapan rating dan kriteria di atas, maka ada penetapan rating dan dampaknya dilakukan melalui diskusi kepada pihak internal perusahaan. Peningkatan terberat yaitu di atas nilai 3%, didasarkan kepada pertimbangan bahwa tingkat margin keuntungan yang didapat perusahaan atas suatu proyek konstruksi rata-rata sebesar 3%. Artinya suatu proyek akan berisiko bila telah mengambil porsi tingkat keuntungan yang didapat oleh perusahaan. Tabel 4.3 Pengukuran Akibat Terjadinya Risiko RATING
KRITERIA Peningkatan Biaya Langsung
I II III IV V
Berat Sekali Sangat Berat Berat Agak Berat Tidak Berat
Publikasi Jelek Pada Media Nasional/Internasional 3 berita atau lebih
2% < Peningkatan ≤ 3%
Publikasi Jelek Pada Media Lokal 4 berita atau lebih 3 berita
1% < Peningkatan ≤ 2% 0,5% < Peningkatan ≤ 1%
2 berita 1 berita
1 berita -
0% < Peningkatan ≤ 0,5%
-
-
Peningkatan > 3%
2 berita
Sumber: PT HK (Persero), 2008
Seperti yang disampaikan pada tabel di atas, suatu risiko yang memiliki kategori Berat Sekali, adalah risiko yang berdampak langsung kepada bisnis atau proyek tersebut dengan peningkatan biaya di atas 3% dari nilai bisnis atau proyek tersebut. Dan secara eksternal akan berpengaruh kepada pemberitaan atau publikasi kepada empat atau lebih media lokal, atau kepada tiga atau lebih media internasional. Demikian selanjutnya pada kategori risiko yang lainnya seperti yang tertulis pada tabel di atas.
31
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Sehingga atas dasar kedua tabel di atas, selanjutnya akan diketahui tingkat risiko dengan ketentuan seperti pada tabel di bawah ini. Sebagai contoh adalah risiko yang memiliki kemungkinan terjadinya sangat besar, dan memiliki dampak atau akibat tidak berat, maka akan masuk ke dalam kategori risiko ekstrim. Penetapan kriteria tersebut sesuai dengan hasil diskusi dengan pihak Manajemen PT HK (Persero) yang telah memahami kondisi masingmasing risiko yang akan dihadapi.
Tabel 4.4 Matriks Kategori Risiko No .
A B C D E
KEMUNGKINAN (Likehood)
Sangat Besar Besar Sedang Kecil Sangat Kecil Keterangan : E= T= M= R=
AKIBAT (KONSEKUENSI) TIDAK BERAT M M R R R
AGAK BERAT T T M M R
BERAT E T T M R
SANGAT BERAT E E T T M
BERAT SEKALI E E E T M
Resiko Ekstrim Resiko Tinggi Resiko Moderat Resiko Rendah
Sumber: PT HK (Persero), 2008
Tindak lanjut yang harus dilakukan terhadap keempat tingkat kategori resiko yang telah disampikan pada tabel di atas, yang terdiri atas E (Risiko Ekstrim), T (Risiko Tinggi), M (Risiko Moderat), dan R (Risiko Rendah), adalah menyusun rencana tindak lanjut perlakuan bila terjadi risiko tersebut. Rencana tindak lanjut pada setiap kategori risiko di atas dapat disampaikan seperti pada tabel di bawah ini.
32
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Tabel 4.5 Perlakuan Risiko LEVEL RESIKO (4 TINGKAT) LEVEL RESIKO E
EKSTRIM
T
TINGGI
M
MODERAT
R
RENDAH
PERLAKUAN Tidak Boleh Diterima. Kecuali bila dipandang perlu menjalankan kegiatan untuk menghasilkan nilai tertentu. Diputuskan oleh Direktur Terkait yang membidangi dan segera dilaporkan pada Rapat Direksi. Rapat Direksi berhak untuk meninjau kembali keputusan Direksi tersebut. Boleh Diterima. Diputuskan oleh Kepala Wilayah/Divisi dan segera dilaporkan pada Direksi Terkait. Direksi Terkait berhak untuk meninjau kembali keputusan Kepala Wilayah/Divisi tersebut. Boleh Diterima. Diputuskan oleh Kepala Proyek yang melakukan penilaian resiko dan segera dilaporkan pada Kepala Wilayah/Divisi. Kepala Wilayah/Divisi berhak untuk meninjau kembali keputusan Kepala Proyek tersebut. Boleh Diterima. Diputuskan oleh Kepala Proyek yang melakukan penilaian resiko.
Sumber: Hasil diskusi dengan Manajemen PT HK (Persero)
Seperti yang disampaikan pada tabel di atas, dari keempat kategori risiko yang telah ditetapkan yaitu Ekstrim, Tinggi, Moderat, dan Rendah, pada tabel di atas ditetapkan pula layer penanggungjawab risiko. Penanggungjawab risiko tersebut merupakan pejabat yang bertenggungjawab untuk memutuskan sebuah risiko masuk ke dalam kategori keempat tingkatan. Penanggungjawab risiko terbagi atas tiga layer, layer pertama adalah Direksi yang bertanggungjawab untuk memutuskan risiko masuk ke dalam kategori Ekstrim; layer kedua adalah Kepala Wilayah atau Kepala Divisi Bisnis yang bertanggungjawab atas risiko dalal kategori Tinggi; layer ketiga adalah Kepala Proyek yang bertanggungjawab atas kategori risiko Moderat dan Rendah.
33
Bab IV Analisis dan Pembahasan
2. Pengukuran Risiko Atas dasar hasil penetapan pengukuran pada ketiga tabel di atas, maka berikut ini disampaikan pengukuran tingkat kecenderungan, bobot dan kriteria risiko bagi bisnis konstruksi PT HK seperti yang disampaikan pada tabel berikut ini. Penetapan nilai 10% hingga 30% didasarkan kepada paling sering sebanyak tiga hingga empat kali dalam satu tahun perusahaan menghadapi kondisi peristiwa berisiko. Misalnya peristiwa persaingan dalam tender proyek konstruksi dapat diukur paling sering sebanyak tiga hingga empat kali dalam setahun atau sepertiga (dalam perhitungan ini adalah empat dibagi dua belas bulan dalam setahun sama dengan sepertiga). Sehingga dapat ditetapkan bahwa frekwensi tiga kali atau sepertiga merupakan angka yang mungkin bagi kecenderungan kemunginan terjadinya risisko. Penetapan ini didasarkan kepada pengalaman dan pengetahuan yang telah didapat selama menjalani bisnis konstruksi. Atas dasar penetapan pengukuran di atas, maka diputuskan risikorisiko yang menjadi prioritas pertama adalah tingkat persaingan pada bisnis konstruksi.
Risiko
ini
menjadi
prioritas
pertama
karena
tingkat
kecenderungannya cukup besar, yaitu setiap adanya tender yang dilakukan oleh Pemerintah (dalam hal ini adalah Departemen Pekerjaan Umum), PT HK harus mempu bersaing dalam memenangkan persaingan tender tersebut. Sehingga bila perusahaan kalah dalam persaingan tersebut maka akan berdampak kepada tingkat pendapatan perusahaan yang harus dicapai pada tahun tersebut. Kegagalan dalam persaingan ini akan berdampak kepada
34
Bab IV Analisis dan Pembahasan
biaya langsung mencapai 1.0%
dari total pendapatan perusahaan, dan
memberikan pemberitaan yang kurang baik karena reputasi perusahaan tidak mampu memenangkan persaingan tersebut. Risiko-risiko yang menjadi prioritas selanjutnya dapat diperlihatkan pada tabel dibawah.
Tabel 4.6 Pengukuran Tingkat Kecenderungan dan Akibat Risiko Bisnis
No.
JUDUL RESIKO
BESARNYA KEMUNGKIN AN RESIKO
1
PEMILU 2009
10% (Kecil)
2
Instabilitas Perekonomian Keamanan wilayah kerja PHK Massal
20% (Sedang)
3 4 5 6 7 8 9 10 11
di
10% (Kecil) 10% (Kecil)
Kompleksitas Konstruksi Bencana Alam
20% (Sedang)
Kebijakan Pemerintah Tingkat Persaingan Bisnis Konstruksi Kemampuan dalam Mengelola Keuangan Kapabilitas SDM
20% (Sedang)
Kalkulasi Proyek
20% (Sedang)
10% (Kecil)
Bisnis/
30% (Besar) 10% (Kecil) 10% (Kecil)
AKIBAT LANGSUNG KEPADA BIAYA 0.5% (Tidak Berat) 1.0% (Agak Berat) 1.0% (Agak Berat) 0.5% (Tidak Berat) 1.0% (Agak Berat) 0.5% (Tidak Berat) 1.0% (Agak Berat) 1.0% (Agak Berat) 0.5% (Tidak Berat) 0.5% (Tidak Berat) 1.0% (Agak Berat)
TINGKAT EKSPOSU R RESIKO
PRIORIT AS No.
Rendah
7
Moderat
4
Moderat
6
Rendah
8
Moderat
3
Rendah
9
Moderat
5
Tinggi
1
Rendah
10
Rendah
11
Moderat
2
Sumber: Hasil diskusi dengan Manajemen PT HK (Persero)
3. Pemetaan Risiko Pemetaan risiko
merupakan penyusunan risiko berdasarkan
kelompok-kelompok tertentu sehingga manajemen dapat mengidentifikasi karakter dari masing-masing risiko dan dapat menetapkan tindakan yang
35
Bab IV Analisis dan Pembahasan
sesuai terhadap masing-masing risiko. Berdasarkan kejadian berisiko yang telah diidentifikasi berdasarkan frekwensi dan bobotnya, maka dapat dipetakan ke dalam diagram pemetaan risiko sebagai berikut:
Tinggi
Dampak
Risiko II: Risiko berbahaya yang jarang terjadi Instabilitas Perekonomian Kebijakan Pemerintah Keamanan Wilayah Kalkulasi Biaya Proyek Kompleksitas Konstruksi
Risiko I: Mengancam pencapaian tujuan perusahaan Tingkat Persaingan Bisnis
Risiko IV: Risiko tidak berbahaya
Risiko III: Risiko yang terjadi secara rutin
PEMILU 2009 PHK Massal Bencana Alam
Kemampuan Pengelolaan Keuangan Kapabilitas SDM
Sedang
Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Probabilitas
Gambar 4.8 Peta Risiko
Berdasarkan pemetaan risiko di atas, maka dapat terlihat bahwa risiko yang paling mengancam terhadap pencapaian tujuan perusahaan, yaitu Kalah dalam
Persaingan Bisnis, tingginya tingkat persaingan bisnis akan
berdampak kepada beberapa unit bisnis yang dimiliki perusahaan saat ini. Suatu bisnis yang kalah bersaing maka akan berdampak dilikuidasinya bisnis tersebut sehingga perusahan tidak lagi bermain pada bisnis tersebut dan tujuan perusahaan dalam menjalankan bisnis konstruksi secara lengkap tidak tercapai. Terpilihnya eksposur tersebut sesuai dengan posisi persaingan PT
36
Bab IV Analisis dan Pembahasan
HK (Persero) pada BUMN Konstruksi seperti yang telah disampaikan pada bab
sebelumnya,
dimana
perusahaan
mengalami
penurunan
dalam
mendapatkan tender sehingga mengurangi pendapatan perusahaan. Sehingga bila kekalahan dalam persaingan ini terus terjadi akan berdampak kepada reputasi perusahaan dan tidak tercapainya tujuan perusahaan untuk jangka panjang.
4.3 Alternatif Strategi Pengelolaan Risiko Pada pemetaan risiko di atas telah diketahui profil risiko yang didasarkan pada tingkat kecenderungan terjadi dan bobot risiko, dimana risiko kalah dalam persaingan merupakan salah satu risiko yang paling penting untuk diperhatikan dalam bisnis jasa konstruksi. Berdasarkan pemetaan risiko di atas, maka dilakukan alternatif strategi penanganan risiko guna mengurangi tingkat kecenderung terjadinya risiko dan mengurangi bobot risikonya. 1. Alternatif Strategi Menghadapi Kekalahan dalam Persaingan Eksposur kekalahan dalam persaingan merupakan event
risiko yang sering
dihadapi oleh perusahaan dan memiliki bobot yang cukup tinggi, karena kekalahan dalam persaingan akan memberikan dampak kepada pendapatan perusahaan dan pencapaian tujuan perusahaan jangka panjang. Untuk mengadapi risiko ini, maka alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh perusahaan seperti yang disampaikan pada tabel di bawah ini.
37
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Tabel 4.7 Alternatif Strategi Menghadapi Kekalahan dalam Persaingan Nama Risiko
Alternatif Strategi
Tindakan
Kekalahan dalam Persaingan pada Tender Proyek
Menghindari Risiko
Tidak Mengikuti Tender yang melebihi kapabilitas internal Evaluasi hasil kekalahan tender dengan mempelajari Profil Proyek, Pesaing, dan Pemilik Proyek Mencari partner stratejik kepada pemenang tender Memperbaiki kapabilitas internal dalam menghadapi tender selanjutnya
Mengurangi Risiko
Mentransfer Risiko Menangani Risiko
Penanggungjawab Pimpinan Proyek
Sumber: Hasil Wawancara kepada Manajemen PT HK (Persero), 2008
2. Alternatif Strategi Menghadapi Penurunan Kondisi Perekonomian Perubahan kondisi eksternal pada bidang perekonomian yang ditunjukan kepada indikator-indaktor ekonomi, seperti meningkatnya nilai valuta asing, kenaikan harga minyak dunia, dampak krisis keuangan negara adidaya Amerika, akan memberikan dampak kepada kondisi perekonomian Indonesia. Sehingga akibatnya perusahaan-perusahaan nasional akan mengalami pengurangan biaya, dan bahkan terjadi ketidakmampuan dalam membayar atau terjadi kerugian. Penurunan kondisi perekonomian ini akan memberikan pengaruh terhadap proyek-proyek yang dijalankan PT HK (persero), yaitu (1) terjadi penundaan pembayaran dari pemilik proyek; dan (2) bahkan terjadi proyek tidak dapat dijalankan karena pemilik proyek tidak memiliki dana atau terjadi kegagalan dalam pembayaran. Untuk menghadapi kondisi perekonomian tersebut, maka alternatif strategi yang harus dijalankan adalah sebagai berikut:
38
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Tabel 4.8 Alternatif Strategi Menghadapi Penurunan Kondisi Perekonomian Nama Risiko Penurunan Kondisi Perekonomian
Alternatif Strategi Menghindari Risiko
Mengurangi Risiko
Mentransfer Risiko
Menangani Risiko
Tindakan Melakukan seleksi terhadap kemampuan keuangan pemilik proyek Melakukan kerja sama stratejik kepada mitra yang memiliki kemampuan keuangan yang tinggi untuk mengerjakan proyek bersama Memberikan kesempatan kepada mitra stratejik untuk menjalani proyek dan PT HK (Persero) menjadi sub kontraktornya Melakukan negosiasi atau perjanjian ulang kepada pemilik proyek untuk reschedule project
Penanggungjawab Direktur Produksi
Sumber: Hasil Wawancara kepada Manajemen PT HK (Persero), 2008
3. Alternatif Strategi Menghadapi Perubahan Kebijakan Pemerintah dalam Bidang Konstruksi PT HK (Persero) merupakan perusahan konstruksi BUMN yang memiliki kapabilitas pada konstruksi jalan dan jembatan, walaupun perusahaan memiliki unit bisnis selain jalan dan jembatan, namun pencitraan PT HK (Persero) lebih difokuskan pada konstruksi jalan dan jembatan atau infrastruktur. Seperti diketahui bahwa sebagian besar proyek jalan dan jembatan merupakan proyek yang dimiliki oleh Pemerintah, sehingga proyek tersebut sangat sarat dengan kebijakan politis. Kondisi ini menjadi berisiko bagi perusahaan pada proyekproyek tersebut, dan dampaknya events yang menjadi risiko diantaranya adalah (1) proyek dievaluasi dan penundaan sampai waktu tidak ditentukan; (2) dana proyek dievaluasi sehingga pembayaran tertunda sampai waktu tidak ditentukan; (3) pimpinan pemerintah yang bertanggungjawab dengan proyek tersebut diganti sehingga merubah keputusan-keputusan stratejik. Sehingga untuk menghadapi
39
Bab IV Analisis dan Pembahasan
eksposur tersebut, maka alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh PT HK (Persero) adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9Alternatif Strategi Menghadapi Perubahan Kebijakan Pemerintah Nama Risiko Perubahan Kebijakan Pemerintah
Alternatif Strategi Menghindari Risiko
Mengurangi Risiko
Mentransfer Risiko
Menangani Risiko
Tindakan Melakukan seleksi terhadap terhadap proyek dengan tingkat konflik politik sangat kuat Menjalankan proyek melalui kerja sama stratejik kepada mitra yang kuat Memberikan kesempatan kepada mitra stratejik untuk menjalani proyek dan PT HK (Persero) menjadi sub kontraktornya Melakukan negosiasi atau perjanjian ulang kepada pemilik proyek untuk reschedule project
Penanggung-jawab Direktur Produksi
Sumber: Hasil Wawancara kepada Manajemen PT HK (Persero), 2008
4. Alternatif Strategi Menghadapi Keamanan Wilayah Proyek Pada beberapa daerah di Indonesia masih terdapat konflik keamanan yang cukup tinggi, sehingga akan mempengaruhi terhadap keamanan jalannya proyek di daerah tersebut. PT HK (Persero) yang sebagian besar melakukan pekerjaan infrstruktur daerah akan banyak mengalami ancaman keamanan di daerah yang sarat dengan konflik. Seperti yang terjadi di daerah NAD, Maluku Utara, dan Papua. Rawannya kondisi lingkungan tempat berlangsungnya pekerjaan proyek akan memberikan dampak kepada (1) rusak dan hilangnya aset proyek; (2) tertundanya pekerjaan; dan (3) beban biaya menjadi lebih besar karena waktu pekerjaan menjadi terhambat. Sehingga untuk menghadapi hal tersebut, maka alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh perusahaan adalah sebagai berikut:
40
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Tabel 4.10 Alternatif Strategi Menghadapi Keamanan Wilayah Proyek Nama Risiko Keamanan Wilayah Proyek
Alternatif Strategi Menghindari Risiko
Mengurangi Risiko
Mentransfer Risiko
Menangani Risiko
Tindakan Melakukan seleksi terhadap terhadap proyek dengan tingkat konflik keamanan tinggi Menjalankan proyek melalui kerja sama stratejik kepada mitra yang kuat; dan Aparat Keamanan dan Pemerintah Daerah setempat Memberikan kesempatan kepada mitra stratejik untuk menjalani proyek dan PT HK (Persero) menjadi sub kontraktornya Melakukan negosiasi atau perjanjian ulang kepada pemilik proyek untuk reschedule project
Penanggung-jawab Direktur Produksi
Sumber: Hasil Wawancara kepada Manajemen PT HK (Persero), 2008
5. Alternatif Strategi Menghadapi Kesalahan dalam Kalkulasi Biaya Proyek Pekerjaan konstruksi merupakan pekerjaan yang sarat dengan teknologi bangunan yang tinggi, sehingga bila terjadi kesalahan dalam melakukan kalkulasi biaya maka akan berdampak kepada kerugian dalam pekerjaan tersebut. Berbagai faktor yang terjadi di luar kalkulasi biaya proyek diantaranya adalah kejadian alam dan keamanan lingkungan sehingga dapat menambah beban biaya proyek. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut, maka alternatif strategi yang dapat dijalankan adalah sebagai berikut: Tabel 4.11 Alternatif Strategi Menghadapi Kesalahan Kalkulasi Biaya Proyek Nama Risiko Kesalahan dalam Kalkulasi Biaya Proyek
Alternatif Strategi Menghindari Risiko
Mengurangi Risiko
Mentransfer Risiko Menangani Risiko
Tindakan Melakukan seleksi terhadap terhadap proyek dengan tingkat kesulitan tinggi dan di luar kemampuan perusahaan Meningkatkan kemampuan dan pemahaman serta perhitungan spesifikasi proyek Menggunakan jasa konsultan yang sesuai dengan keahlianya Melakukan pengurangan beban biaya lainnya untuk mengurangi beban biaya proyek
Penanggung-jawab Pimpinan Proyek
Sumber: Hasil Wawancara kepada Manajemen PT HK (Persero), 2008
41
Bab IV Analisis dan Pembahasan
6. Alternatif Strategi Menghadapi Kompleksitas Teknologi Konstruksi PT HK (Persero) merupakan salah satu perusahaan konstruksi BUMN yang telah diakui dalam teknologi konstruksi infrastruktur. Hal ini seperti yang telah dilakukan dalam pembangunan jalan tol layang Cililitan-Tanjung Priok. Kemampuan dalam merancang teknologi tersebut dapat mengurangi risiko dalam pekerjaan infrastruktur. Namun demikian, ada kalanya perusahaan memiliki keterbatasan dalam teknologi sehingga pada proyek yang telah didapat, perusahaan mengalami kesulitan dalam mengerjakan karena ketidakmampuan tersebut. Kondisi ini menjadi berisiko bagi perusahaan yaitu (1) teknologi yang dipesyaratkan di luar kemampuan perusahaan, sehingga perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk mencari sumber daya lainnya; (2) teknologi yang persyaratkan membutuhkan biaya yang tinggi sehingga mengurangi tingkat pendapatan perusahaan; (3) ketidak mampuan dalam menggunakan teknologi baru sehingga kegagalan dalam menggunakan teknologi tersebut. Sehingga untuk menghadapi risko tersebut, maka alternatif strategi yang dapat dijalankan adalah sebagai berikut: Tabel 4.12 Alternatif Strategi Menghadapi Kompleksitas Teknologi Konstruksi Nama Risiko Kompleksitas Teknologi Konstruksi
Alternatif Strategi Menghindari Risiko
Mengurangi Risiko
Mentransfer Risiko
Menangani Risiko
Tindakan Melakukan seleksi terhadap terhadap proyek dengan tingkat kesulitan tinggi dan di luar kemampuan perusahaan Menjalankan proyek melalui kerja sama stratejik kepada mitra yang kuat dalam teknologi tersebut Memberikan kesempatan kepada mitra stratejik untuk menjalani proyek tersbeut dan PT HK (Persero) menjadi sub kontraktornya -
Penanggung-jawab Direktur Produksi
Sumber: Hasil Wawancara kepada Manajemen PT HK (Persero), 2008
42
Bab IV Analisis dan Pembahasan
7. Alternatif Strategi Menghadapi Tidak Tersedianya Dana Proyek Proyek konstruksi merupakan pekerjaan dengan tingkat modal yang sangat tinggi, sehingga dibutuhkan kemampuan dalam pengelolaan keuangan yang sangat ketat agar tidak menggangu jalannya proyek akibat tidak tersedianya dana perusahaan. Perusahaan yang mengalami masalah terhdap pendanaan tersebut akan berdampak kepada tertundanya proyek dan menurunkan reputasi perusahaan. Sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut, maka alternatif strategi yang dapat dijalankan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.13 Alternatif Strategi Menghadapi Tidak Tersedianya Dana Proyek Nama Risiko Tidak Tersedianya Dana Proyek
Alternatif Strategi Menghindari Risiko
Mengurangi Risiko
Mentransfer Risiko
Menangani Risiko
Tindakan Melakukan seleksi terhadap terhadap proyek dengan tingkat pendanaan yang tinggi dan di luar kemampuan perusahaan Melakukan kerja sama kepada lembaga keuangan dalam menghadapi likuiditas Melakukan negosiasi terhadap sub kontraktor dan supplier -
Penanggung-jawab Manajer Keuangan
Sumber: Hasil Wawancara kepada Manajemen PT HK (Persero), 2008
8. Alternatif Strategi Menghadapi Tidak Tersediaanya Kapabilitas SDM Seperti yang disampaikan pada gambaran umum atau profil kapabilitas SDM PT HK (Persero) pada bab sebelumnya, diketahui bahwa tingkat kapabilitas SDM perusahaan mengalami pengurangan pada SDM yang berpendidikan sarjana teknik, sehingga akan beresiko terhadap pekerjaan yang akan ditangani karena keterbatasan jumlah dan kapabilitasnya. Sehingga untuk mengantisipasi kondisi tersebut, maka alternatif strategi yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
43
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Tabel 4.14 Alternatif Strategi Menghadapi Tidak Tersedianya Kapabilitas SDM Nama Risiko Tidak Tersedianya SDM sesuai dengan kapabilitas yang dimiliki
Alternatif Strategi Menghindari Risiko
Mengurangi Risiko
Mentransfer Risiko Menangani Risiko
Tindakan Melakukan seleksi terhadap terhadap proyek dengan tingkat teknologi yang tinggi dan di luar kemampuan kapabilitas SDM perusahaan Melakukan outsourcing tenaga SDM yang sesuai dengan kapabilitas Menyerahkan modul pekerjaan tersebut kepada mitra kerja -
Penanggung-jawab Manajer Proyek
Sumber: Hasil Wawancara kepada Manajemen PT HK (Persero), 2008
9. Alternatif Strategi Menghadapi Kerusuhan Penyelenggaraan Pemilu 2009 Kegiatan PEMILU 2009 merupakan kegiatan politik yang terjadi lima tahun sekali, dimana pada pemilu tersebut dilakukan dua kali kegiatan, yaitu Pemilihan Anggota DPR/DPRD dan DPD dan Pemilihan Presiden dan Wakilnya. Kegiatan pemilu dimungkinkan terjadinya kampanye besar-besaran sehingga mengganggu jalannya pekerjaan proyek, atau terganggunya distribusi bahan baku proyek. Sehingga kegiatan tersebut menjadi berisiko dan akan memperlambat pekerjaan proyek. Untuk menghadapi kondisi tersebut, maka alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh PT HK (Persero) adalah sebagai berikut: Tabel 4.15 Alternatif Strategi Menghadapi Kerusuhan Penyelenggaraan Pemilu Nama Risiko Kerusuhan Penyelenggaraan Pemilu
Alternatif Strategi Menghindari Risiko
Mengurangi Risiko
Mentransfer Risiko Menangani Risiko
Tindakan Tidak melakukan pekerjaan dan bernegosiasi kepada pemilik proyek untuk pengunduran waktu pekerjaan Tidak melakukan pekerjaan dan beregosiasi kepada pemilik proyek untuk pengunduran waktu pekerjaan Menjaminkan kepada Asuransi Proyek Membangun pembatas yang kokoh agar terhindar dari kerusuhan
Penanggung-jawab Manajer Proyek
Sumber: Hasil Wawancara kepada Manajemen PT HK (Persero), 2008
44
Bab IV Analisis dan Pembahasan
10. Alternatif Strategi Menghadapi Kerusuhan akibat PHK Massal Kondisi perekonomian yang kurang kondusif akibat krisis keuangan global di Amerika telah mengurangi kemampuan perusahaan nasional yang berorientasi kepada pasar ekspor. Sehingga dampaknya terjadi pengurangan tenaga kerja dan dapat dimungkinkan terjadi PHK Massal. Kejadian tersebut dapat dimungkinkan akan berdampak kepada demo besar-besaran dan berpengaruh terhadap pekerjaan proyek yang dilalui oleh pendemo tersebut. Untuk itu, maka alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh perusahaan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.16 Alternatif Strategi Menghadapi Kerusuhan akibat PHK Massal Nama Risiko Kerusuhan akibat PHK Massal
Alternatif Strategi Menghindari Risiko
Mengurangi Risiko
Mentransfer Risiko Menangani Risiko
Tindakan Penanggung-jawab Tidak melakukan pekerjaan dan Manajer Proyek bernegosiasi kepada pemilik proyek untuk pengunduran waktu pekerjaan Tidak melakukan pekerjaan dan beregosiasi kepada pemilik proyek untuk pengunduran waktu pekerjaan Menjaminkan kepada Asuransi Proyek Membangun pembatas yang kokoh agar terhindar dari kerusuhan
Sumber: Hasil Wawancara kepada Manajemen PT HK (Persero), 2008
11. Alternatif Strategi Menghadapi Bencana Alam Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, bahwa PT HK (Persero) merupakan perusahaan konstruksi yang memiliki kapabilitas pada jaringan infrastruktur seperti jalan, jembatan dan bendungan untuk irigasi. Sehingga di dalam mengerjakan proyek tersebut sangat dekat dengan kondisi alam di sekitarnya. Dapat dimungkinkan dalam membangun bendungan terjadi pergeseran lempengan lapisan tanah sehingga terjadi kehancuran dalam pembangunan. Sehingga dengan kondisi tersebut, maka alternatif strategi yang dapat dijalankan adalah sebagai berikut:
45
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Tabel 4.17 Alternatif Strategi Menghadapi Bencana Alam Nama Risiko Bencana Alam
Alternatif Strategi Menghindari Risiko
Mengurangi Risiko
Mentransfer Risiko
Menangani Risiko
Tindakan Tidak melakukan pekerjaan yang dimungkinkan dengan sarat dengan kejadian alam, seperti gunung berapi Menggunakan konsultan geologi untuk melakukan analisis lingkungan alam 1. Memberikan kesempatan kepada mitra stratejik untuk mengambil proyek dan PT HK (Persero) menjadi sub kontraktornya 2. Menjaminkan kepada Asuransi Proyek -
Penanggungjawab Manajer Proyek
Sumber: Hasil Wawancara kepada Manajemen PT HK (Persero), 2008
5
Pengendalian Risiko Pengendalian risiko dimaksudkan untuk memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan sesuai dengan rencana, selain itu pengendalian untuk memastikan bahwa model pengelolaan risiko cukup efektif untuk diterapkan sesuai dan dapat mencapai tujuan pengelolaan risiko, dan untuk memantau perkembangan terhadap kecenderungan-kecenderungan berubahnya profil risiko dimana apabila terjadi perubahan akan berdampak pada pergeseran peta risiko yang otomatis akan merubah prioritas risiko. Sehingga untuk maksud tersebut, maka pengendalian risiko dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Pembentukan Tim Manajemen Risiko Dimaksudkan untuk dapat memberikan kemampuan menganalisa segala aktivitas yang berkaitan dengan pengelolaan risiko dari sudut pandang yang lebih menyeluruh serta menyusun Panduan Risiko. Tim Manajemen
46
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Risiko diketuai oleh Direktur Produksi dan beranggotakan para Manajer Senior dari unit usaha yang mengandung risiko dan berfungsi sebagai suatu tim eksekutif yang membantu Direksi dalam seluruh aspek yang menyangkut risiko dan pengelolaan risiko. Tim memantau faktor-faktor risiko yang ada dan yang sedang berkembang serta kerangka kerja pengelolaan risiko di lingkungan perusahaan mencakup kebijakan, sumber daya manusia dan sistem. Bersama dengan Komite Audit yang berfungsi membantu Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas berbagai aktivitas perusahaan termasuk aktivitas pengelolaan risiko, Tim Manajemen Risiko melengkapi mata rantai pelaporan pengelolaan risiko antara Komisaris dan Direksi serta di seluruh organisasi perusahaan.
2. Penyusunan Panduan Manajemen Risiko Prosedur-prosedur pengelolaan risiko dirancang untuk memberikan kerangka kerja yang terpadu guna melakukan antisipasi, identifikasi, pengukuran dan pengendalian risiko secara sistimatis dan kuantitatif oleh Tim Managemen Risiko serta dapat dipantau secara efektif. Selain manfaat pengelolaan risiko pada peningkatan keterpaduan dan koordinasi pengelolaan risiko, juga memiliki kendali yang ketat atas upaya pengelolaan risiko. Pengelolaan risiko dilakukan pada tahapan / proses bisnis yang pada dasarnya bertujuan untuk meminimalkan risiko melalui analisa, evaluasi dan identifikasi risiko guna menjamin sustainability pengembangan bisnis.
47
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Atas dasar tahapan-tahapan pengelolaan risiko yang telah disampaikan di atas, maka dapat disusun diagram alur (flowchart) penerapan model manajemen risiko tersebut pada gambar di bawah ini, yaitu:
Identifikasi Risiko Eksternal dan Internal Pengukuran Kecenderungan dan Bobot Risiko Pemetaan Risiko
Alternatif Startegi Pengelolaan Risiko
Pengendalian Risiko Gambar 4.9 Diagram Alur Penerapan Risiko di PT HK
Suatu resiko dapat dimungkinkan terjadi secara bersamaan, sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut, maka perusahaan akan memilih resiko dengan tingkat bobot yang tertinggi yang akan diprioritaskan untuk dijalankan terlebih dahulu. Sebagai contoh adalah resiko terjadinya kejadian alam berupa gempa yang datang secara bersama dengan resiko lainnya seperti kerusuhan massa dan tidak tertagihnya tagihan pembayaran. Sehingga dengan melihat kondisi ini, maka Tim Manajemen Risko Perusahaan akan melakukan panduan dalam memilih resiko yang memiliki tingkat bobot tertinggi untuk didahulukan prioritasnya. Selain itu, tindakan yang dilakukan oleh Manajemen Perusahaan bila terjadi suatu risiko maka dapat dilakukan tindakan seperti yang disampaikan pada diagram
48
Bab IV Analisis dan Pembahasan
alur pada halaman berikut ini. Seperti yang disampaikan pada diagram tersebut maka dapat dijelaskan sebagai berikut, yaitu: 1. Suatu proyek yang akan dijalankan oleh perusahaan, maka pihak Manajemen Perusahaan melalui Tim Manajemen Risiko akan identifikasi kemungkinan-kemungkinan risiko apa yang akan terjadi bila kelak risiko tersebut dijalankan. Kegiatan ini merupakan kegiatan Risk Assessment dalam menilai atau mengidentifikasi kemungkinan terjadinya risiko suatu proyek. 2. Setelah dilakukan identifikasi kemungkinan terjadinya risiko tersebut, ditetapkan pula pejabat-pejabat yang berwenang dalam memutuskan tindakan bila terjadinya suatu risiko. Misalnya risiko yang masuk dalam tingkatan Moderat dan Rendah, maka pejabat yang berwenang adalah Pimpinan Proyek, demikian selanjutnya tergantung kepada pengukuran bobot dan kencenderungannya. 3. Risiko yang telah berhasil teridentifikasi, maka akan dilakukan kajian ulang atas kelanjutan atau penghentian risiko oleh Pejabat yang berwenang dalam mengambil keputusan. 4. Hasil kajian atas proyek tersebut akan diputuskan apakah suatu proyek akan dilanjutkan atau dihentikan sesuai keputusan pejabat yang telah ditunjuk untuk memutuskan tingkat risiko yang terjadi.
49
Rapat Direksi meninjau kembali bila perlu
Project
RiskAssesment; Berdasarkan risiko yg sdh diindetifikasi Ekstrim
Direktur Produksi
Tinggi
Ka.Wilayah / Divisi
Proyek dihentikan
Proyek dilanjutkan
Tindakan terhadap risiko
Tinjau ulang rencana proyek
Tindakan terhadap risiko
Tinjau ulang rencana proyek
Tindakan terhadap risiko
Tinjau ulang rencana proyek
Identifikasi level risiko Moderat
Ka. Proyek
Rendah
Ka. Proyek
Proyek dihentikan
Gambar 4.10 Alur Tindakan Risiko
50
Bab IV Analisis dan Pembahasan
4.4
Kasus Penanganan Risiko Persaingan Sebagai perusahaan besar yang telah memiliki pengalaman dalam bidang
konstruksi, khususnya jalan dan jembatan, maka HK telah cukup mampu mengelola kemungkinan-kemungkinan risiko yang akan terjadi. Seperti yang telah disampaikan di atas bahwa risiko yang memiliki kecenderungan dan bobot tertinggi adalah tingginya persaingan bisnis. Risiko ini memiliki bobot dan kecenderungan yang tinggi karena saat ini perusahaan jumlah pemain besar perusahaan konstruksi cukup banyak, namun demikian setiap perusahaan konstruksi harus saling bersaing dengan harga dan kualitas yang kompetitif. Seperti yang disampaikan pada bagan di bawah ini, pertumbuhan industri konstruksi selama periode 2005-2007 terus mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, hal ini memberikan indikasi bahwa tingginya persaingan yang terjadi pada jasa konstruksi nasional. Bagi HK yang memiliki kemampuan secara khusus dalam bidang Jalan dan Jembatan menjadi kelebihan tersendiri, karena dari berbagai macam perusahaan konstruksi (baik BUMN maupun Swasta) maka hanya HK saja yang memiliki kemampuan dalam bidang jalan dan jembatan. Sehingga dengan kemampuan ini akan menjadi kelebihan bagi perusahaan dimana HK dapat memberikan biaya konstruksi yang paling efisien, dan didukung dengan sertifikasi mutu dari ISO 9002 dan ISO 14001. Sehingga atas dasar kemampuan yang dimiliki tersebut, maka selama ini risiko kalah dalam persaingan yang dihadapi oleh HK masih dapat dikelola dengan baik dan belum mempengaruhi reputasi dan kondisi keuangan perusahaan. Artinya, perusahaan selama ini telah cukup mampu menghadapi persaingan pada pasar konstruksi, khususnya pada bidang jalan dan jembatan. 51
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Karena perusahaan memiliki pengalaman dan kemampuan dalam bidang jalan dan jembatan sehingga harga yang ditawarkan selalu lebih rendah dengan waktu pekerjaan lebih cepat dan mutu berstandar internasional.
Gambar 4.11 Pertumbuhan Persaingan Jasa Konstruksi Nasional
52
Bab V Kesimpulan dan Saran
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Sebagai bagian akhir dari penelitian, maka berikut ini disampaikan kesimpulan penelitian untuk menjawab tujuan atau perumusan masalah yang telah disampaikan pada bab pertama, yaitu: 1. Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap bisnis konstruksi PT HK (Persero) adalah sebagai berikut: 1) Pelaksanaan PEMILU 2009, dapat dimungkinkan terjadinya berbagai gejolak yang menimbulkan kejadian-kejadian yang berisiko, seperti kerusuhan yang terjadi akibat pawai besar-besaran. 2) Pengaruh gejolak perekonomian global seperti krisis keuangan Amrerika dan perubahan harga minyak dunia, serta nilai tukar valuta asing. Perubahan ini berdampak kepada daya beli, perubahan suku bunga, sehingga kejadiankejadian berisiko yang mungkin terjadi diantaranya adalah gagal bayar dari pemberi proyek, kenaikan harga bahan baku, dan perubahan spesifikasi proyek. 3) Akibat krisis perekonomian global berdampak kepada PHK, sehingga tingkat pengangguran yang tinggi. Sehingga dampak yang terjadi pada kejadiankejadian yang berisiko kepada bisnis konstruksi adalah demo besar-besaran yang dapat dimungkinkan terjadinya kerusuhan.
1
Bab V Kesimpulan dan Saran
4) Akibat kondisi sosial budaya yang menurun akibat kondisi sosial ekonomi yang menurun, maka akan berdampak pula kepada tingkat keamanan suatu areal, wilayah, negara tempat operasional industri konstruksi. Kondisi ini akan berdampak kepada kejadian-kejadian yang berisiko kepada bisnis konstruksi seperti adanya gangguan keamanan yang merusakan aktiva yang dipergunakan atau dibangun perusahaan. 5) Tingginya tingkat kesulitan/kompleksitas proyek konstruksi berisiko kepada ketidakmampuan perusahaan konstruksi dalam mendalami teknologi terbaru. Sehingga kondisi ini akan berdampak kepada kejadian-kejadian yang berisiko seperti kegagalan dalam menerapkan teknologi atau metode sehingga akan memperlambat waktu, mutu dan biaya proyek. 6) Indonesia sebagai negara yang sarat dengan bencana alam dan lingkungan berisiko terhadap pembangunan proyek konstruksi yang harus memenuhi standar bencana alam. Kejadian-kejadian berisiko yang mungkin terjadi diantaranya adalah proyek yang rusak akibat banjir, gempa bumi, atau tanah yang lonsor. 7) Khusus pada proyek-proyek milik pemerintah, kebijakan pemerintah dalam bidang konstruksi yang ditimbulkan oleh perubahan kebijakan Pemerintah ditangguhkan pelaksanaannya. Kejadian-kejadian berisiko yang timbul diantaranya adalah keterlambatan pembayaran dan penundaan proyek sampai waktu yang tidak ditetapkan. 8) Persaingan merupakan salah satu risiko paling dominan yang harus dihadapi oleh perusahaan yang bermain di sektor konstruksi. Dimana sampai dengan saat ini terdapat 8 Perusahaan Kontraktor BUMN yang mendominasi Industri
2
Bab V Kesimpulan dan Saran
Jasa Konstruksi Indonesia, dengan 6 (enam) diantaranya telah mencapai tingkat penjualan minimum di atas 1 (satu) Trilyun sampai dengan 6 (enam) Trilyun rupiah. Kejadian bersiko yang dapat terjadi akibat persaingan ini diantaranya adalah kegagalan dalam memenangkan tender yang potensial. 9) Kemampuan perusahaan dalam mengelola keuangan akan berdampak kepada kesulitaan dalam pembiayaan proyek yang telah didapat sehingga berisiko terhadap kepercayaan perusahaan untuk melanjutkan proyek. Kejadian berisiko yang mungkin timbul diantaranya adalah tidak adanya likuiditas untuk membiayai proyek. 10) Ketersediaan SDM yang memiliki kapabilitas dan integritas yang tinggi dalam pekerjaan merupakan sumber daya yang paling utama bagi perusahaan. Namun di sisi lain, bila perusahaan tidak memiliki SDM yang sesuai dengan kualifikasi di atas maka akan berisiko kepada kepercayaan pelanggan kepada perusahaan untuk mendapatkan proyek. Kejadian berisiko yang timbul yang disebabkan oleh faktor ini adalah tidak cukupnya tenaga SDM sehingga berdampak kepada waktu, mutu dan biaya proyek. 11) Kemampuan perusahaan dalam melakukan ketepatan kalkulasi biaya, pemenuhan waktu dan mutu pekerjaan merupakan salah faktor yang menjadi pertimbangan bagi perusahaan untuk mendapatkan kepercayaan mengerjakan proyek konstruksi. Namun, dengan adanya berbagai keterbatasan, maka aspek ini menjadi risiko yang perlu menjadi pertimbangan. Kejadian berisiko yang dapat ditimbulkan yang berkaitan dengan faktor ini kesalahan perhitungan estimasi proyek sehingga terjadi kerugian dalam pelaksanaannya.
3
Bab V Kesimpulan dan Saran
2. Model Manajemen risiko bisnis jasa konstruksi pada PT HK (Persero) adalah sebagai berikut: 1) Identifikasi faktor-faktor risiko yang paling signifikan berdampak kepada bisnis jasa konstruksi. Hasil identifikasi didapatkan 11 risiko yang berpengaruh terhadap bisnis perusahaan seperti yang disampapikan di atas; 2) Pengukuran Risiko meliputi pengukuran frekwensi kemungkinan terjadi dan pengukuran dampaknya terhadap perusahaan. Pengukuran meliputi (1) Ukuran
Kuantitatif
Kemungkinan;
dan
(2)
Ukuran
Kuantitatif
Akibat/Dampak 3) Pemetaan Risiko yang merupakan penyusunan risiko berdasarkan kelompokkelompok tertentu sehingga manajemen dapat mengidentifikasi karakter dari masing-masing risiko dan dapat menetapkan tindakan yang sesuai terhadap masing-masing risiko. Hasil pemetaan didapatkan bahwa risiko gagal dalam persaingan merupakan risiko yang paling tinggi dan besar pengaruhnya terhadap pecapaian tujuan perusahaan. 4) Strategi pengelolaan risiko, yaitu penyusunan strategi yang akan dijalankan bila terjadinya eksposure risiko tersebut. Strategi yang dijalankan meliputi strategi menghindari, mengurangi, mentransfer, dan menangani risiko. 5) Pengendalian dan pemantauan risiko, yaitu penyusunan pengendalian risiko melalui organisasi dan panduan risiko.
4
Komite Audit
Input
Risk Policy Oversight Risk Assesment Risk Management Identifikasi Risiko R i s i k o
Dewan Komisaris
Dewan Direksi
Monitor & Pengendalian Risiko
Tim Manajemen Risiko: Direktur Produksi Manajer Senior Pimpro
Pengukuran Risiko
Strategi Tindakan Risiko
Pemetaan Risiko Penanganan Risiko
Tim MR melaksanakan kebijakan risiko dibawah pengawasan komite Audit yg bertugas memberi input kpd Dewan Komisaris akan kebijakan risiko yg diambil. Jika sdh tdk sesuai, DK dpt mngarahkan perubahan kpd Direksi, yg kemudian merubah SOP terkait pengelolaan risiko
Gambar 5.1 Model Manajemen Risiko di PT HK
5
Bab V Kesimpulan dan Saran
3. Pada bab pertama telah disampaikan assumsi dasar penelitian bahwa (1) industri konstruksi merupakan industri yang sarat dengan berbagai risiko sehingga tingkat keuntungan yg didapat menjadi rendah; dan (2) Perubahan harga bahan baku merupakan risiko paling dominan dan besar bobotnya sehingga berdampak pada tingkat keuntungan perusahaan. Sehingga atas dasar kesimpulan yang telah disampaikan pada kedua poin di atas maka telah dibuktikan kebenaran asumsi pertama, yaitu tingginya tingkat risiko yang dihadapi oleh industri konstruksi, dimana berdasarkan hasil penelitian teridentifikasi sebelas risiko yang harus dihadapi oleh industri konstruksi sehingga dapat menekan asumsi tingkat keuntungan perusahaan. Sedangkan pada asumsi kedua tidak terbukti, karena ditemukan bahwa risiko persaingan merupakan risiko yang memiliki bobot dan kecenderungan terbesar yang harus dihadapi perusahaan konstruksi.
5.2 Saran Seperti yang disampaikan pada hasil kesimpulan di atas, penelitian ini hanya terbatas pada analisis risiko pada tingkat bisnis jasa konstruksi, sehingga penelitian tidak mengkaji secara mendalam pada aspek fungsi manajemen. Untuk itu pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan kajian lebih mendalam untuk manajemen risiko pada tingkat layer kedua dan ketiga terutama pada masing-masing bisnis PT HK (Persero) dan fungsi manajemen yang bertindak langsung pada risiko tersebut.
6
DAFTAR PUSTAKA
Benston, G.J., Eisenbeis, R.A., Horvits, P.M., Kane, E.J., and Kaufman, G.G., 1986, Perspective on Save and Sound Banking, Past, Present and Future, The MIT Press, Cambridge, Massachusetts. Burchett, B. (1999), A Worldwide Survey Of Current Practices In The Management Of Risk Within Electrical Supply Projects, Construction Management and Economics, Vol 17, p.77-90 Cabano,S.L., 2004, Do We Truly Understand Project Risk?, AACE International Transactions, ABI/INFORM Global, p.R131 Cade, E.,. 1997, Managing Bank Risks, TJ International Ltd., Cornwell, England. Cambridge Advanced English Dictionary, http://www.dictionary.cambridge.org Crouhy, M.; Galai,D., and Robert, M., 2001, Risk Management, McGraw-Hill, International Ed, Singapore Darmawi, H., 1997, Manajemen Risiko, Cetakan Keempat, Bumi Aksara, Jakarta. Djohanputro, B., 2008, Manajemen Risiko, Penerbit PPM, Jakarta Faye & Yepes, 2003, Investing in Infrastructure: What is Needed from 2000 to 2010?, World Bank Policy Research Working Paper No. 3102, World Bank Flyvbjerg et al, 2003, Megaprojects and Risk: An Anatomy of Ambition, Cambridge University Press. Global Construction Perspectives & Oxford Economics, 2009, Global Construction 2020 Godfrey,P., (1996), Control of Risk: A Guide to the Systematic Management of Risk from Construction, Construction Industry Research and Information Association, London. Hayes, R. (1986), Risk Management in Engineering Construction: A Guide to Project Risk Analysis and Risk Management, Thomas Telford, London. Hutchinson Enclycolpedia, http://www.thefreedictionary.com Kountur, R., 2004, Manajemen Risiko Operasional: Memahami Cara Mengelola Risiko Operasional Perusahaan, PPM, Jakarta.
Liu, J., Li, B., Lin, B., Nguyen,V., 2007, Key Issues And Challenges Of Risk Management And Insurance In China's Construction Industry; an empirical study, Industrial Management & Data Systems Vol 107 No3, Emerald Group Publishing McNamee, D., 1998, Business Risk Assessment: The Nature of Risk, The Role of Control, Risk Identification, Risk Measurement, Risk Prioritation, Implementation Issues and Risk Management, The Institute of Internal Auditor, Florida. Mills, A., 2001, A Systematic Approach to Risk Management for Construction, Structural Survey, Vol 19 No5 2001, p245-252, ABI/INFORM Global, MCB University Press Project Management Institute, Guide to the Project Management Body of Knowledge-PMBOK, 1996 Edition Sekaran, U., (2003). Research Methods for Business, 4th Edition, (John Wiley & Sons, New York. Siahaan, NHT. 2002, Pencucian Uang dan Kejahatan Perbankan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Soemardi, B.W., (2006), Manajemen Risiko Proyek dalam Pembangunan Infrastruktur, Seminar Nasional Manajemen Konstruksi, Magister Teknik Sipil Unissula, Semarang, 2 Maret 2006. Soemardi, B.W.,. (2008), Peningkatan Daya Saing Industri Konstruksi Nasional Melalui Inovasi Konstruksi, Konferensi Nasional Teknik Sipil 2, Universitas Atma Jaya Jogyakarta, 6-7 Juni 2008. Sukarman, W.,. 1999, Pemberdayaan Kembali Manajemen Risiko Bank, Majalah Bank dan Manajemen, Edisi Septermber-Okober 1999, Jakarta. Tampubolon, R., 2004, Pendekatan Kualitatif untuk Bank Komersial, Gramedia, Jakarta. Thornhill, W.T. 1989, Effective Risk Management for Financial Organizations, Bank Administration Institute, Rolling Meadows, Illinois. Yin, R. K. 1989, Case Study Research, Sage Publications
LAMPIRAN
Lampiran 1: Pertanyaan kepada Responden
Untuk melengkapi informasi dalam menyusun Manajemen Risiko, maka berikut ini disampaikan beberapa pertanyaan sebegai berikut:
1. Berikan informasi faktor-faktor apa saja yang menjadi risiko dalam bisnis konstruksi? Jawab: …………………………………………………………………………… ………...………………………………………………………………… ………………….......…………………………………………………… ……………………………...…………………………………………… ………………………………………... …………………………………………………………………………… ………...
2. Berikan
informasi
bagaimana
metode
pengukuran
tingkat
kecenderungan dan pembobotan pada setiap resiko di atas?
Jawab: …………………………………………………………………………… ………...………………………………………………………………… ………………….......…………………………………………………… ……………………………...…………………………………………… ………………………………………... …………………………………………………………………………… ………...
3. Berikan informasi bagaimana metode pemetaan risiko yang didasarkan pada tingkat kecenderungan dan pembobotan di atas?
Jawab: …………………………………………………………………………… ………...………………………………………………………………… ………………….......…………………………………………………… ……………………………...…………………………………………… ………………………………………... …………………………………………………………………………… ………... 4. Untuk menghadapi risiko yang telah dipetakan di atas, bagaiman alternatif strategi yang perlu dilakukan untuk meminimalkan tingkat kecenderungan dan bobot risiko terebut?
Jawab: …………………………………………………………………………… ………...………………………………………………………………… ………………….......…………………………………………………… ……………………………...…………………………………………… ………………………………………... …………………………………………………………………………… ………...
KUESIONER WAWANCARA
Pengantar: Sebagai bagian dari syarat kelulusan dalam program kesarjanaan, kami diminta untuk menyusun skripsi yang bertema tentang Manajemen Risiko Bisnis pada Industri Konstruksi. Dan pada kasus ini kami mengambil kasus pada PT HK. Mohon kiranya untuk menjawab semua pertanyaan ini, dan semua pertanyaan ini hanya terbatas pada kepentingan akademis saja. Dan bila ada hal-hal yang menjadi rahasia perusahaan, Anda dapat berhak untuk tidak menjawab pertanyaan tersebut. Atas perhatian, kerja sama dan informasi yang diberikan, diucapkan terima kasih.
Pertanyaan Pertama: Menurut Anda, faktor-faktor risiko apa saja yang dapat berpengaruh terhadap bisnis konstruksi, seperti bagi PT HK saat ini?
Jawab: Faktor-faktor risiko bisnis yang berpengaruh terhadap bisnis konstruksi saat ini terbagi atas dua bagian, yaitu risiko yang bersumber dari faktor eksternal dan internal. Untuk risiko yang bersumber dari faktor eksternal terbagi lagi atas enam aspek, yaitu aspek (1) perpolitikan; (2) perekonomian; (3) sosial dan budaya; (4) keamanan; (5) lingkungan alam; (6) teknologi konstruksi; (7) kebijakan pemerintah; dan (8) persaingan. Sedangkan faktor-faktor risiko yang bersumber dari internal terbagi pula atas empat aspek atau empat fungsi manajemen perusahaan, yaitu: (1) fungsi pemasaran; (2) keuangan; (3) SDM; dan (4) operasioanal atau produksi.
Pertanyaan Kedua Bisa Anda atas jelaskan semua yang disampaikan sehingga didapatkan identifikasi faktor-faktor risiko pada bisnis konstruksi, khususnya di PT HK?
Jawab: Berikut disampaikan risiko-risiko tersebut yang terbagi atas dua dan masing-masing terbagi pula oleh delapan dan empat aspek, pada bisnis konstruksi, yaitu: A. Faktor-faktor risiko bisnis yang bersumber dari lingkungan Eksternal 1. Aspek politik dan kebijakan Pemerintah yaitu Pelaksanaan PEMILU 2009,
dapat dimungkinkan terjadinya berbagai gejolak yang
menimbulkan kejadian-kejadian yang berisiko, seperti kerusuhan yang terjadi akibat pawai besar-besaran. 2. Aspek Perekonomian yaitu pengaruh gejolak perekonomian global seperti krisis keuangan Amrerika dan perubahan harga minyak dunia, serta nilai tukar valuta asing.
Perubahan ini berdampak
kepada daya beli, perubahan suku bunga, sehingga kejadian-kejadian berisiko yang mungkin terjadi diantaranya adalah gagal bayar dari pemberi proyek, kenaikan harga bahan baku, dan perubahan spesifikasi proyek. 3. Aspek Sosial Budaya yaitu
akibat krisis perekonomian global
berdampak kepada PHK, sehingga tingkat pengangguran yang tinggi. Sehingga dampak yang terjadi pada kejadian-kejadian yang berisiko kepada bisnis konstruksi adalah demo besar-besaran yang dapat dimungkinkan terjadinya kerusuhan.
4. Aspek keamanan, sebagai akibat kondisi sosial budaya yang menurun akibat kondisi sosial ekonomi yang menurun, maka akan berdampak pula kepada
tingkat keamanan suatu areal, wilayah,
negara tempat operasional industri konstruksi. Kondisi ini akan berdampak kepada kejadian-kejadian yang berisiko kepada bisnis konstruksi seperti adana gangguan keamanan yang merusakan aktiva yang dipergunakan atau dibangun perusahaan. 5. Aspek teknologi konstruksi yaitu tingginya tingkat kesulitan proyek konstruksi berisiko kepada ketidakmampuan perusahaan konstruksi dalam mendalami teknologi terbaru. Sehingga kondisi ini akan berdampak
kepada
kejadian-kejadian
yang
berisiko
seperti
kegagalan dalam menerapkan teknologi atau metode sehingga akan memperlambat waktu, mutu dan biaya proyek. 6. Aspek lingkungan alam yaitu Indonesia sebagai negara yang sarat dengan
bencana
alam
dan
lingkungan
berisiko
terhadap
pembangunan proyek konstruksi yang harus memenuhi standar bencana alam. Kejadian-kejadian berisiko yang mungkin terjadi diantaranya adalah proyek yang rusak akibat banjir, gempa bumi, atau tanah yang lonsor. 7. Aspek kebijakan Pemerintah yaitu khusus pada proyek-proyek milik pemerintah, kebijakan pemerintah dalam bidang konstruksi yang ditimbulkan oleh perubahan kebijakan Pemerintah ditangguhkan pelaksanaannya. Kejadian-kejadian berisiko yang timbul diantaranya adalah keterlambatan pembayaran dan penundaan proyek sampai waktu yang tidak ditetapkan.
8. Aspek Persaingan merupakan salah satu risiko paling dominan yang harus dihadapi oleh perusahaan yang bermain di sektor konstruksi. Dimana sampai dengan saat ini terdapat 8 Perusahaan Kontraktor BUMN yang mendominasi Industri Jasa Konstruksi Indonesia, dengan 6 (enam) diantaranya telah mencapai tingkat penjualan minimum di atas 1 (satu) Trilyun sampai dengan 6 (enam) Trilyun rupiah. Kejadian bersiko yang dapat terjadi akibat persaingan ini diantaranya adalah kegagalan dalam memenangkan tender yang potensial.
B. Faktor-faktor risiko bisnis yang bersumber dari lingkungan Internal Untuk risiko yang bersumber dari internal perusahaan meliputi aspekaspek berikut ini, yaitu: 1. Aspek Pemasaran, yaitu bagaimana kemampuan perusahaan dalam menjual jasa produk konstruksi sehingga mendapatkan kontrak proyek konstruksi. Pada aspek ini bagi PT HK belum menjadi risiko yang berat, karena PT HK merupakan perusahaan yang memiliki spesialisasi pada konstruksi jalan dan jembatan, dimana bidang tersebut merupakan kemampuan yang sangat dijarang dimiliki oleh perusahaan konstruksi di Indonesia. Sehingga selama ini PT HK selalu mendapatkan proyek potensial dari Pemerintah. 2. Aspek Keuangan, yaitu kemampuan perusahaan dalam mengelola keuangan akan berdampak kepada kesulitaan dalam pembiayaan proyek yang telah didapat sehingga berisiko terhadap kepercayaan
perusahaan untuk melanjutkan proyek. Kejadian berisiko yang mungkin timbul diantaranya adalah tidak adanya likuiditas untuk membiayai proyek. 3. Aspek SDM yaitu ketersediaan SDM yang memiliki kapabilitas dan integritas yang tinggi dalam pekerjaan merupakan sumber daya yang paling utama bagi perusahaan. Namun di sisi lain, bila perusahaan tidak memiliki SDM yang sesuai dengan kualifikasi di atas maka akan berisiko kepada kepercayaan pelanggan kepada perusahaan untuk mendapatkan proyek. Kejadian berisiko yang timbul yang disebabkan oleh faktor ini adalah tidak cukupnya tenaga SDM sehingga berdampak kepada waktu, mutu dan biaya proyek. 4. Aspek opersional yaitu kemampuan perusahaan dalam melakukan ketepatan kalkulasi biaya, pemenuhan waktu dan mutu pekerjaan merupakan salah faktor yang menjadi pertimbangan bagi perusahaan untuk mendapatkan kepercayaan mengerjakan proyek konstruksi. Namun, dengan adanya berbagai keterbatasan, maka aspek ini menjadi risiko yang perlu menjadi pertimbangan. Kejadian berisiko yang dapat ditimbulkan yang berkaitan dengan faktor ini kesalahan perhitungan estimasi proyek sehingga terjadi kerugian dalam pelaksanaannya.
Pertanyaan Ketiga Bagaimana Manajemen Risiko Bisnis yang diterapkan oleh PT HK sehingga melalui manajamen tersebut perusahaan menjadi siap dalam menghadapi berbagai risiko bisnis di masa mendatang?
Jawab: Perusahaan memiliki konsep Manajemen Risiko yang diawali dengan identifikasi risiko seperti yang telah disampaikan di atas, lalu pengukuran dan pemetaan, dan berdasarkan pemetaan tersebut selanjutnya disusun tindakan dan pengawasan risiko. Berikut disampaikan metode pengukuran dan pemetaan risikonya. 1. Kriteria Pengukuran Risiko Berikut disampaikan penetapan kriteria tersebut pada tabel di bawah ini. Tabel 1 Pengukuran Kemungkinan Terjadinya Risiko RATING
KRITERIA
I II III
Sangat Besar Besar Sedang
Kemungkinan > 50% 25% < Kemungkinan ≤ 50% 10% < Kemungkinan ≤ 25%
IV V
Kecil Sangat Kecil
5% < Kemungkinan ≤ 10% 0% < Kemungkinan ≤ 5%
Dipastikan akan sangat mungkin terjadi Kemungkinan Besar dapat terjadi Sama kemungkinannya antara terjadi atau tidak terjadi Kemungkinan Kecil terjadi Dipastikan akan sangat tidak mungkin terjadi
Sumber: PT HK (Persero), 2008 Selanjutnya untuk mengukur tingkat bobot risiko atau akibat risiko maka digunakan tabel di bawah ini. Sama halnya dengan penetapan rating dan kriteria di atas, maka ada penetapan rating dan dampaknya dilakukan melalui diskusi kepada pihak Manajemen PT HK (Persero) dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 2 Pengukuran Akibat Terjadinya Risiko RATING
KRITERIA Peningkatan Biaya Langsung
I II III IV
Berat Sekali Sangat Berat Berat Agak Berat
V
Tidak Berat
Peningkatan > 3% 2% < Peningkatan ≤ 3% 1% < Peningkatan ≤ 2% 0,5% < Peningkatan ≤ 1% 0% < Peningkatan ≤ 0,5%
Publikasi Jelek Pada Media Lokal 4 berita atau lebih 3 berita 2 berita 1 berita
Publikasi Jelek Pada Media Nasional/Internasional 3 berita atau lebih 2 berita 1 berita -
-
-
Sumber: PT HK (Persero), 2008
Sehingga atas dasar kedua tabel di atas, selanjutnya akan diketahui tingkat risiko dengan ketentuan seperti pada tabel di bawah ini. Tabel 3 Matriks Kategori Risiko No.
KEMUNGKINA N (Likehood) Sangat Besar Besar Sedang Kecil Sangat Kecil
A B C D E
Keterangan : E= T= M= R=
AKIBAT (KONSEKUENSI) TIDAK BERAT M M R R R
AGAK BERAT T T M M R
BERAT E T T M R
SANGAT BERAT E E T T M
BERAT SEKALI E E E T M
Resiko Ekstrim Resiko Tinggi Resiko Moderat Resiko Rendah
Sumber: PT HK (Persero), 2008
Tindak lanjut yang harus dilakukan terhadap keempat tingkat kategori resiko yang telah disampikan pada tabel di atas, yang terdiri atas E (Risiko Ekstrim), T (Risiko Tinggi), M (Risiko Moderat), dan R (Risiko Rendah), adalah menyusun rencana tindak lanjut perlakuan bila terjadi risiko tersebut. Rencana tindak lanjut pada setiap kategori risiko di atas dapat disampaikan seperti pada tabel di bawah ini. Tabel 4 Perlakuan Risiko LEVEL RESIKO (4 TINGKAT) LEVEL RESIKO E
EKSTRIM
T
TINGGI
PERLAKUAN Tidak Boleh Diterima. Kecuali bila dipandang perlu menjalankan kegiatan untuk menghasilkan nilai tertentu. Diputuskan oleh Direktur Terkait yang membidangi dan segera dilaporkan pada Rapat Direksi. Rapat Direksi berhak untuk meninjau kembali keputusan Direksi tersebut. Boleh Diterima. Diputuskan oleh Kepala Wilayah/Divisi dan segera dilaporkan pada Direksi
M
MODERAT
R
RENDAH
Terkait. Direksi Terkait berhak untuk meninjau kembali keputusan Kepala Wilayah/Divisi tersebut. Boleh Diterima. Diputuskan oleh Kepala Proyek yang melakukan penilaian resiko dan segera dilaporkan pada Kepala Wilayah/Divisi. Kepala Wilayah/Divisi berhak untuk meninjau kembali keputusan Kepala Proyek tersebut. Boleh Diterima. Diputuskan oleh Kepala Proyek yang melakukan penilaian resiko.
Sumber: Hasil diskusi dengan Manajemen PT HK (Persero)
Pertanyaan Keempat Bisakan Anda jelaskan bagaimana penerapan pengukuran atas risiko-risiko yang telah diidentifikasi ke dalam kriteria yang telah Anda jelaskan? Jawab: OK berikut ini disampaikan pengukuran atas risiko-risiko tersebut yang didasarkan kepada pengetahuan dan pengalaman kami dalam memberikan pengukuran dan pembobotan tersebut. Tabel 5 Pengukuran Tingkat Kecenderungan dan Akibat Risiko Bisnis No.
JUDUL RESIKO
BESARNYA KEMUNGKINAN RESIKO
AKIBAT LANGSUNG KEPADA BIAYA
TINGKAT EKSPOSUR RESIKO
PRIORITAS No.
10% (Kecil)
0.5% (Tidak Berat)
Rendah
7
20% (Sedang)
1.0% (Agak Berat)
Moderat
4
10% (Kecil)
1.0% (Agak Berat)
Moderat
6
10% (Kecil)
0.5% (Tidak Berat)
Rendah
8
20% (Sedang)
1.0% (Agak Berat)
Moderat
3
10% (Kecil)
0.5% (Tidak Berat)
Rendah
9
20% (Sedang)
1.0% (Agak Berat)
Moderat
5
1
PEMILU 2009
2
Instabilitas Perekonomian
3
Keamanan kerja
4
PHK Massal
5
Kompleksitas Konstruksi
6
Bencana Alam
7
Kebijakan Pemerintah
8
Tingkat Persaingan Bisnis Konstruksi
30% (Besar)
1.0% (Agak Berat)
Tinggi
1
9
Kemampuan dalam Mengelola Keuangan
10% (Kecil)
0.5% (Tidak Berat)
Rendah
10
10
Kapabilitas SDM
10% (Kecil)
0.5% (Tidak Berat)
Rendah
11
11
Kalkulasi Bisnis/ Proyek
20% (Sedang)
1.0% (Agak Berat)
Moderat
2
di
wilayah
Sumber: Hasil diskusi dengan Manajemen PT HK (Persero)
Selanjutnya berdasarkan tabel di atas berdasarkan kejadian berisiko yang telah diidentifikasi berdasarkan frekwensi dan bobotnya, maka dapat dipetakan ke dalam diagram pemetaan risiko sebagai berikut:
Tinggi
Dampak
Risiko II: Risiko berbahaya yang jarang terjadi Instabilitas Perekonomian Kebijakan Pemerintah Keamanan Wilayah Kalkulasi Biaya Proyek Kompleksitas Konstruksi
Risiko I: Mengancam pencapaian tujuan perusahaan Tingkat Persaingan Bisnis
Risiko IV: Risiko tidak berbahaya
Risiko III: Risiko yang terjadi secara rutin
PEMILU 2009 PHK Massal Bencana Alam
Kemampuan Pengelolaan Keuangan Kapabilitas SDM
Sedang
Rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Probabilitas
Pertanyaan Kelima Setelah Anda memberikan pemetaan tersebut, seperti yang telah Anda sampaikan adalah menyusun strategi atau tindakan yang akan dilakukan bila terjadi risiko bisnis, bisakah Anda sampaikan kepada kami tentang strategi atau tindakan-tindakan tersebut pada risiko-risiko yang telah Anda identifikasi? Jawab:
OK berikut ini disampaikan strategi atau tindakan yang dilakukan perusahaan pada setiap risiko-risiko yang telah diidentifikasi yang kami jelaskan dalam format tabel berikut ini. 1. Alternatif Strategi Menghadapi Kekalahan dalam Persaingan Untuk mengadapi risiko ini, maka alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh perusahaan seperti yang disampaikan pada tabel di bawah ini. Tabel 6 Alternatif Strategi Menghadapi Kekalahan dalam Persaingan Nama Risiko Kekalahan dalam Persaingan pada Tender Proyek
Alternatif Strategi Menghindari Risiko
Mengurangi Risiko
Mentransfer Risiko
Menangani Risiko
Tindakan Tidak Mengikuti Tender yang melebihi kapabilitas internal Evaluasi hasil kekalahan tender dengan mempelajari Profil Proyek, Pesaing, dan Pemilik Proyek Mencari partner stratejik kepada pemenang tender Memperbaiki kapabilitas internal dalam menghadapi tender selanjutnya
Penanggungjawab Pimpinan Proyek
Sumber: Hasil Wawancara kepada Manajemen PT HK (Persero), 2008 2. Alternatif Strategi Menghadapi Penurunan Kondisi Perekonomian Untuk menghadapi kondisi perekonomian tersebut, maka alternatif strategi yang harus dijalankan adalah sebagai berikut:
Tabel 7 Alternatif Strategi Menghadapi Penurunan Kondisi Perekonomian Nama Risiko Penurunan Kondisi Perekonomian
Alternatif Strategi Menghindari Risiko
Mengurangi Risiko
Tindakan Melakukan seleksi terhadap kemampuan keuangan pemilik proyek Melakukan kerja sama stratejik kepada mitra yang memiliki kemampuan keuangan yang tinggi untuk mengerjakan proyek bersama
Penanggungjawab Direktur Produksi
Mentransfer Risiko
Menangani Risiko
Memberikan kesempatan kepada mitra stratejik untuk menjalani proyek dan PT HK (Persero) menjadi sub kontraktornya Melakukan negosiasi atau perjanjian ulang kepada pemilik proyek untuk reschedule project
Sumber: Hasil Wawancara kepada Manajemen PT HK (Persero), 2008
3. Alternatif Strategi Menghadapi Perubahan Kebijakan Pemerintah dalam Bidang Konstruksi Untuk menghadapi eksposur tersebut, maka alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh PT HK (Persero) adalah sebagai berikut: Tabel 8 Alternatif Strategi Menghadapi Perubahan Kebijakan Pemerintah Nama Risiko Perubahan Kebijakan Pemerintah
Alternatif Strategi Menghindari Risiko
Mengurangi Risiko
Mentransfer Risiko
Menangani Risiko
Tindakan Melakukan seleksi terhadap terhadap proyek dengan tingkat konflik politik sangat kuat Menjalankan proyek melalui kerja sama stratejik kepada mitra yang kuat Memberikan kesempatan kepada mitra stratejik untuk menjalani proyek dan PT HK (Persero) menjadi sub kontraktornya Melakukan negosiasi atau perjanjian ulang kepada pemilik proyek untuk reschedule project
Penanggungjawab Direktur Produksi
Sumber: Hasil Wawancara kepada Manajemen PT HK (Persero), 2008
4. Alternatif Strategi Menghadapi Keamanan Wilayah Proyek
Untuk menghadapi hal tersebut, maka alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh perusahaan adalah sebagai berikut: Tabel 9 Alternatif Strategi Menghadapi Keamanan Wilayah Proyek Nama Risiko Keamanan Wilayah Proyek
Alternatif Strategi Menghindari Risiko
Tindakan Melakukan seleksi terhadap terhadap proyek dengan tingkat konflik keamanan tinggi Menjalankan proyek melalui kerja sama stratejik kepada mitra yang kuat; dan Aparat Keamanan dan Pemerintah Daerah setempat Memberikan kesempatan kepada mitra stratejik untuk menjalani proyek dan PT HK (Persero) menjadi sub kontraktornya Melakukan negosiasi atau perjanjian ulang kepada pemilik proyek untuk reschedule project
Mengurangi Risiko
Mentransfer Risiko
Menangani Risiko
Penanggungjawab Direktur Produksi
Sumber: Hasil Wawancara kepada Manajemen PT HK (Persero), 2008
5. Alternatif Strategi Menghadapi Kesalahan dalam Kalkulasi Biaya Proyek Untuk mengatasi hal tersebut, maka alternatif strategi yang dapat dijalankan adalah sebagai berikut:
Tabel 10 Alternatif Strategi Menghadapi Kesalahan Kalkulasi Biaya Proyek Nama Risiko Kesalahan dalam Kalkulasi Biaya Proyek
Alternatif Strategi Menghindari Risiko
Mengurangi Risiko
Tindakan Melakukan seleksi terhadap terhadap proyek dengan tingkat kesulitan tinggi dan di luar kemampuan perusahaan Meningkatkan kemampuan dan pemahaman serta perhitungan spesifikasi
Penanggungjawab Pimpinan Proyek
Mentransfer Risiko
Menangani Risiko
proyek Menggunakan jasa konsultan yang sesuai dengan keahlianya Melakukan pengurangan beban biaya lainnya untuk mengurangi beban biaya proyek
Sumber: Hasil Wawancara kepada Manajemen PT HK (Persero), 2008
6. Alternatif Strategi Menghadapi Kompleksitas Teknologi Konstruksi Untuk menghadapi risko tersebut, maka alternatif strategi yang dapat dijalankan adalah sebagai berikut:
Tabel 11 Alternatif Strategi Menghadapi Kompleksitas Teknologi Konstruksi Nama Risiko Kompleksitas Teknologi Konstruksi
Alternatif Strategi Menghindari Risiko
Mengurangi Risiko
Mentransfer Risiko
Menangani Risiko
Tindakan Melakukan seleksi terhadap terhadap proyek dengan tingkat kesulitan tinggi dan di luar kemampuan perusahaan Menjalankan proyek melalui kerja sama stratejik kepada mitra yang kuat dalam teknologi tersebut Memberikan kesempatan kepada mitra stratejik untuk menjalani proyek tersbeut dan PT HK (Persero) menjadi sub kontraktornya -
Penanggungjawab Direktur Produksi
Sumber: Hasil Wawancara kepada Manajemen PT HK (Persero), 2008
7. Alternatif Strategi Menghadapi Tidak Tersedianya Dana Proyek Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka alternatif strategi yang dapat dijalankan adalah sebagai berikut:
Tabel 12 Alternatif Strategi Menghadapi Tidak Tersedianya Dana Proyek Nama Risiko Tidak Tersedianya Dana Proyek
Alternatif Strategi Menghindari Risiko
Mengurangi Risiko
Mentransfer Risiko
Menangani Risiko
Tindakan Melakukan seleksi terhadap terhadap proyek dengan tingkat pendanaan yang tinggi dan di luar kemampuan perusahaan Melakukan kerja sama kepada lembaga keuangan dalam menghadapi likuiditas Melakukan negosiasi terhadap sub kontraktor dan supplier -
Penanggungjawab Manajer Keuangan
Sumber: Hasil Wawancara kepada Manajemen PT HK (Persero), 2008
8. Alternatif Strategi Menghadapi Tidak Tersediaanya Kapabilitas SDM Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, maka alternatif strategi yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: Tabel 13 Alternatif Strategi Menghadapi Tidak Tersedianya Kapabilitas SDM Nama Risiko Tidak Tersedianya SDM sesuai dengan kapabilitas yang dimiliki
Alternatif Strategi Menghindari Risiko
Mengurangi Risiko
Mentransfer Risiko
Menangani Risiko
Tindakan Melakukan seleksi terhadap terhadap proyek dengan tingkat teknologi yang tinggi dan di luar kemampuan kapabilitas SDM perusahaan Melakukan outsourcing tenaga SDM yang sesuai dengan kapabilitas Menyerahkan modul pekerjaan tersebut kepada mitra kerja -
Penanggungjawab Manajer Proyek
Sumber: Hasil Wawancara kepada Manajemen PT HK (Persero), 2008 9. Alternatif Strategi Menghadapi Kerusuhan Penyelenggaraan Pemilu 2009 Untuk menghadapi kondisi tersebut, maka alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh PT HK (Persero) adalah sebagai berikut:
Tabel 14 Alternatif Strategi Menghadapi Kerusuhan Penyelenggaraan Pemilu Nama Risiko Kerusuhan Penyelenggaraan Pemilu
Alternatif Strategi Menghindari Risiko
Mengurangi Risiko
Mentransfer Risiko Menangani Risiko
Tindakan Tidak melakukan pekerjaan dan bernegosiasi kepada pemilik proyek untuk pengunduran waktu pekerjaan Tidak melakukan pekerjaan dan beregosiasi kepada pemilik proyek untuk pengunduran waktu pekerjaan Menjaminkan kepada Asuransi Proyek Membangun pembatas yang kokoh agar terhindar dari kerusuhan
Penanggungjawab Manajer Proyek
Sumber: Hasil Wawancara kepada Manajemen PT HK (Persero), 2008 10. Alternatif Strategi Menghadapi Kerusuhan akibat PHK Massal Untuk alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh perusahaan adalah sebagai berikut: Tabel 15 Alternatif Strategi Menghadapi Kerusuhan akibat PHK Massal Nama Risiko Kerusuhan akibat PHK Massal
Alternatif Strategi Menghindari Risiko
Mengurangi Risiko
Mentransfer Risiko Menangani Risiko
Tindakan Tidak melakukan pekerjaan dan bernegosiasi kepada pemilik proyek untuk pengunduran waktu pekerjaan Tidak melakukan pekerjaan dan beregosiasi kepada pemilik proyek untuk pengunduran waktu pekerjaan Menjaminkan kepada Asuransi Proyek Membangun pembatas yang kokoh agar terhindar dari kerusuhan
Penanggungjawab Manajer Proyek
Sumber: Hasil Wawancara kepada Manajemen PT HK (Persero), 2008 11. Alternatif Strategi Menghadapi Bencana Alam Alternatif strategi yang dapat dijalankan adalah sebagai berikut:
Tabel 16 Alternatif Strategi Menghadapi Bencana Alam Nama Risiko Bencana Alam
Alternatif Strategi Menghindari Risiko
Mengurangi Risiko
Mentransfer Risiko
Menangani Risiko
Tindakan Tidak melakukan pekerjaan yang dimungkinkan dengan sarat dengan kejadian alam, seperti gunung berapi Menggunakan konsultan geologi untuk melakukan analisis lingkungan alam 1. Memberikan kesempatan kepada mitra stratejik untuk mengambil proyek dan PT HK (Persero) menjadi sub kontraktornya 2. Menjaminkan kepada Asuransi Proyek -
Penanggungjawab Manajer Proyek
Sumber: Hasil Wawancara kepada Manajemen PT HK (Persero), 2008
Pertanyaan Keenam Sebagai tahap akhir dari Manajemen Risiko seperti yang telah Anda sampaikan adalah tahap pengendalian, mohon disampaikan bagaimana sistem pengendalian yang harus dijalankan agar risiko tersebut dapat diterapkan dan meminimalkan kerugian perusahan? Jawab: Memang benar tahap akhir adalah tahap pengendalian risiko agar memantau dijalankannya strategi atau tindakan dalam mengantisipaso risiko bisnis konstruksi. Pengendalian risiko dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Pembentukan Tim Manajemen Risiko Tim ini untuk dapat memberikan kemampuan menganalisa segala aktivitas yang berkaitan dengan pengelolaan risiko dari sudut pandang yang lebih menyeluruh serta menyusun Panduan Risiko. Tim Manajemen Risiko diketuai oleh Direktur Produksi dan beranggotakan
para Manajer Senior dari unit usaha yang mengandung risiko dan berfungsi sebagai suatu tim eksekutif yang membantu Direksi dalam seluruh aspek yang menyangkut risiko dan pengelolaan risiko. Tim ini juga bersama dengan Komite Audit yang berfungsi membantu Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas berbagai aktivitas perusahaan
termasuk aktivitas pengelolaan risiko, Tim Manajemen
Risiko melengkapi mata rantai pelaporan pengelolaan risiko antara Komisaris dan Direksi serta di seluruh organisasi perusahaan. 2. Penyusunan Panduan Manajemen Risiko Prosedur-prosedur pengelolaan risiko dirancang untuk memberikan kerangka kerja yang terpadu guna melakukan antisipasi, identifikasi, pengukuran dan pengendalian risiko secara sistimatis dan kuantitatif oleh Tim Managemen Risiko serta dapat dipantau secara efektif. Selain manfaat pengelolaan risiko pada peningkatan keterpaduan dan koordinasi pengelolaan risiko, juga memiliki kendali yang ketat atas upaya pengelolaan risiko. Pertanyaan Ketujuh Atas semua yang diberikan secara lengkap dan detail, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya semoga memberikan manfaat bagi akademis dan kami. Jawab: Sama-sama semoga menjadi manfaat bagi semua dan sukses selalu.
******* Selesai *******