Kegiatan 4
TRI PUSAT PENDIDIKAN
A. PENGANTAR Istilah Tri Pusat Pendidikan adalah istilah yang digunakan oleh tokoh pendidikan Indonesia, yaitu Ki Hajar Dewantara yang menggambarkan lembaga atau lingkungan pendidikan yang ada disekitar manusia – yang mempengaruhi perilaku peserta didik. Dalam kegiatan 4 ini berisikan tiga pokok bahasan, yaitu (A) Pendidikan keluarga, (B) Pendidikan dalam sekolah, (C) Pendidikan di dalam masyarakat. Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa dapat 1.
Menjelaskan pentingnya pendidikan keluarga sebagai peletak dasar pendidikan anak, 2. Menjelaskan pentingnya pendidikan di sekolah sebagai pendamping dalam keluarga, 3. Menjelaskan pentingnya pendidikan masyarakat sebagai pelengkap pendidikan anak dalam keluarga dan sekolah. Pendidikan dapat digolongkan dalam berbagai jenis. Penggolongan itu tergantung kepada dari mana kita melihatnya. Dilihat dari tempat berlangsungnya pendidikan, maka Ki Hajar Dewantara, membedakan menjadi tiga dengan sebutan Tri Pusat Pendidikan (Ahmadi ,1991) yaitu: Pendidikan dalam keluarga (pendidikan informal), pendidikan dalam sekolah (pendidikan formal), dan pendidikan di dalam masyarakat (pendidikan non formal). Sedangkan dilihat dari cara berlangsungnya pendidikan dibedakan menjadi pendidikan fungsional dan pendidikan intensional. Pendidikan fungsional adalah pendidikan yang berlangsung secara naluriah, tanpa rencana dan tujuan tetapi berlangsung begitu saja. Sedangkan pendidikan intensional adalah lawan dari pendidikan fungsional. Bila dilihat dari aspek pribadi yang disentuh, maka terdapat jenis pendidikan Orkes (Olah Raga Kesehatan), Pendidkan Sosial, Pendidikan Bahasa, Pendidikan Kesenian, Pendidikan Moral, Said Suhil Achmad: Pengantar Pendidikan. Kegiatan 4
1
Pendidikan Seks dan sebagainya. Sedangkan kalau dilihat dari jenis dan jenjang, maka Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan, sedangkan jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi, dan media lain. Pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat. B.URAIAN 1. Pendidikan Keluarga Pendidikan keluara atau pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga. Pendidikan informal adalah suatu proses pembelajaran yang terjadi di kehidupan sehari-hari di dalam keluarga terdekat. Sebagai orang tua atau orang dekat lainnya di dalam keluarga itu mengenalkan nama benda-benda dan cara mengucapkan yang benar, cara makan minum yang benar, cara menghormati orang, cara menulis, cara menggambar Said Suhil Achmad: Pengantar Pendidikan. Kegiatan 4
2
dan cara beribadah dan sebagainya untuk dasar anak memasuhi dunia formal (sekolah dan masyarakat) nantinya. Pada prinsipnya pendidikan dalam keluarga adalah untuk membantu anak bagaimana belajar Pendidikan dalam keluarga lebih menonjolkan bagaimana kita mengajar diri kita sendiri, dimana kita cenderung untuk berbicara dan bergabung dalam kegiatan dengan orang lain di sekitar anak, dan ini berlangsung secara tidak sadar dalam waktu selama pergaulan dengan anak terjadi, mulai dari anak bangun sampai akan tidur didengarkan cerita dan nyanyian yang mengandung nilai pendidikan sebagai bekal anak nemasuki dunia formal. Pendidikan informal adalah suatu pergaulan yang berlangsung alami, dimana keluarga menempatkan diri sesuai dengan “ikatan” perasaan yang sedang berlangsung dengan anak, di mana pada situasi ini keluarga mencari posisi yang tepat untuk diterima anak dengan baik. Langeveld menyatakan, tiap-tiap pergaulan antara orang dewasa (orang tua) dengan anak adalah merupakan lapangan atau suatu tempat di mana pekerjaan mendidik itu berlangsung. Pendidikan itu merupakan suatu gejala yang terjadi di dalam pergaulan antara orang dewasa dengan orang yang belum dewasa. Dengan cara pergaulan seharihari, anak merasa dirinya dibawa kepada kedewasaan oleh orang dewasa dan keadaan seperti itu merupakan gejala-gejala pendidikan, baik di dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat dan pergaulan semacam itulah yang disebut pergaulan paedagogis. Syarat pergaulan paedagogis menurut Langeveld adalah: 1) Pergaulan antara anak dengan orang dewasa, 2) Di dalam pergaulan ada pengaruh, 3) Ada maksud tujuan secara sadar untuk anak ke arah kedewasaannya. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Juga dikatakan lingkungan yang utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga. Hasbullah (2003) menegaskan bahwa tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari Said Suhil Achmad: Pengantar Pendidikan. Kegiatan 4
3
anggota keluarga yang lain. Di dalam pasal 1 UU Perkawinan Nomor I tahun 1974, dinyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera, berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Anak yang lahir dari perkawinan ini adalah anak yang sah dan menjadi hak serta tanggung jawab kedua orang tuanye nemelihara dan mendidiknya, dengan sebaik-baiknya. Kewajiban kedua orang tua mendidik anak ini terus berlan jut sampai ia dikawinkan atau dapat berdiri sendiri, bah kan menurut pasal 45 ayat 2 UU perkawinan ini, kewajibai dan tanggung jawab orang tua akan kembali apabila perkawinan antara keduanya putus karena suatu hal, mak anak ini kembali menjadi tanggung jawab orangtua. Menurut Azmi Ulfia Farista (2008) fungsi lembaga pendidikan keluarga, yaitu: 1. Merupakan pengalaman pertama bagi masa kanak-kanak, pengalaman ini merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangna berikutnya, khususnya dalam perkembangn pribadinya. Kehidupan keluarga sangat penting, sebab pengalaman masa kanak-kanak akan memberi warna pada perkembangan berikutnya. 2. Pendidikan di lingkungan keluarga dapat menjamin kehidupan emosional anak untuk tumbuh dan berkembang, kehidupan emosional ini sangat penting dalam pembentukan pribadi anak. Hubungan emosional yang kurang dan berlebihan akan banyak merugikan perkembangan anak. 3. D i d a l a m k e l u a r g a a k a n terbentuk pendidikan moral. Keteladanan orng tua didalam bertutur kata dan berprilaku sehari-hari akan menjadi wahana pendidikan moral bagi anak didalam keluarga tersebut, guna membentuk manusia susila. Pendapat di atas berati pendidikan keluarga memberikan warna dasar (ketauhidan), dasar kehidupan emosi, dan dasar kehidupan moral ?
Said Suhil Achmad: Pengantar Pendidikan. Kegiatan 4
4
1) Ketauhidan (Pahan Ketuhanan) Dalam ajaran Islam pertama yang diterima anak adalah paham ketauhidan. Abdul Wahab (2007) menjelaskan baha tauhid adalah pegangan pokok dan sangat menentukan bagi kehidupan manusia, karena tauhid menjadi landasan bagi setiap amal yang dilakukan. Tauhid bukan sekedar mengenal dan mengerti bahwa pencipta alam semesta ini adalah Allah; bukan sekedar mengetahui bukti-bukti rasional tentang kebenaran wujud (keberadaan) Nya, dan wahdaniyah (keesaan) Nya, dan bukan pula sekedar mengenal Asma’ dan SifatNya. Tauhid adalah pemurnian ibadah kepada Allah. Maksudnya yaitu: menghambakan diri hanya kepada Allah secara murni dan konsekwen dengan mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala laranganNya, dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepadaNya. 2. Kehidupan Emosional Emosi, berasal dari kata Inggris, emotion, yang berakar dari kata “Emotus” atau “Emovere” atau mencerca (To still up) yang berarti sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu. Misalnya emosi gembira mendorong untuk tertawa. Istilah lazim yang digunakan dalam psikologi dan umum, yang mengacu pada reaksi kompleks dari suatu organisme ke objek atau peristiwa yang signifikan, dengan subjektif, perilaku, unsur-unsur fisiologis. Akar paling awal kecerdasan emosional dapat ditelusuri karya Darwin yaitu melalui ekspresi emosional untuk kelangsungan hidup dan adaptasi. Istilah "Emotional Intelligence, kecerdasan emosional" - selanjutnya disebut kecerdasan emosi pertamakali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire. Kecerdasan ini berhubungan dengan kualitas-kualitas psikologis tertentu yang oleh Salovey dikelompokkan ke dalam lima karakter kemampuan: (1) Mengenali emosi diri; wilayah ini merupakan dasar kecerdasan emosi. Penguasaan seseorang akan hal ini akan memiliki kepekaan atas pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi. (2) Mengelola emosi; kecerdasan emosi seseorang pada bagian ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan sehingga dia dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan. Said Suhil Achmad: Pengantar Pendidikan. Kegiatan 4
5
(3)
Memotivasi diri sendiri; kecerdasan ini berhubungan dengan kamampuan seseorang dalam membangkitkan hasrat, menguasai diri, menahan diri terhadap kepuasan dan kecemasan. Keberhasilan dalam wilayah ini akan menjadikan seseorang cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apa pun yang mereka kerjakan. (4) Mengenali emosi orang lain. Berkaitan erat dengan empati, salah satu kecerdasan emosi yang merupakan "keterampilan bergaul" dasar. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. (5) Membina hubungan. Seni membina hubungan, menuntut kecerdasan dan keterampilan seseorang dalam mengelola emosi orang lain. Sangat diperlukan untuk menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi. Selanjutnya Goleman, Danile, pada tahun 1998 menerbitkan sebuah buku dengan judul Emotional Intelligence, yang telah diterjenamhkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul: Kecerdasan Emotional, Mengapa EI lebih penting dari IQ, oleh PT Gramedia Pustaka Utama. Daniel Goleman (1998) mendefenisikan emosi sebagai suatu keadaan gejolak penyesuaian diri yang berasal dari dalam dan melibatkan hampir keseluruhan dari individu (Daniel Goleman, 1999). Dari hasil penelitiannya Daniel Goleman menyebutkan bahwa kecerdasan emosi jauh lebih berperan ketimbang IQ atau keahlian dalam menentukan siapa yang akan jadi bintang dalam suatu pekerjaan. Goleman (1998) memperkuat bahwa perilaku-perilaku menyimpang yang disebabkan oleh rendahnya kecerdasan emosional (Emotional Intelligence) mereka berkaitan dengan ketidakmatangan kondisi psikologis yang bersangkutan dalam hal: memotivasi diri dan bertahan menghadapi frustasi; mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa. Dengan kata lain, perilaku menyimpang baik dari para remaja (termasuk mahasiswa) maupun kaum profesional (guru) mengindikasikan betapa rendahnya Kecerdasan Emotional mereka.
Said Suhil Achmad: Pengantar Pendidikan. Kegiatan 4
6
Dari sejumlah penelitian yang telah dilakukannya Goleman berkesimpulan bahwa kesuksesan karir seseorang 80% ditentukan oleh kecerdasan emosi (EQ)-nya., bahkan terbukti bahwa kecerdasan pikiran (IQ) atau kecerdasan akademis semata-mata praktis tidak menawarkan persiapan untuk menghadapi gejolak yang d i t i m b u l k a n o l e h kesulitan-kesulitan hidup. Oleh karenanya, ia mengingatkan bahwa dalam institusi pendidikan (formal maupun informal) perlu dibangun suatu mekanisme yang cukup efektif dalam menciptakan kondisi emosional yang kondusif. "Emosi" menurut Oxford English Dictionary, adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap. Ada dua macam emosi yang kita kenal, yaitu: "emosi negatif" dan "emosi positif". Untuk bisa menjalani kehidupan dengan kegembiraan, kebahagiaan yang dinamis di sepanjang hidup, maka harus bisa mengatur dan mengendalikan "emosi Anda". Ada enam tahapan perkembangan emosi yang harus dilalui seorang anak. Pengalaman emosional yang sesuai pada tiap tahap merupakan dasar perkembangan kemampuan koginitif, sosial, emosional, bahasa, keterampilan dan konsep dirinya di kemudian hari. Tahapan tersebut saling berkesinambungan, tahapan yang lebih awal akan mempersiapkan tahapan selanjutnya. Anak-anak yang diasuh dengan kehangatan dan tidak mengalami gangguan perkembangan biasanya akan mencapai tahapan terakhir secara otomatis pada usia 4-5 tahun, namun anak-anak dengan kebutuhan khusus membutuhkan bantuan dari orang tua dan profesional untuk bisa mencapainya dengan lebih perlahan. Kapan / pada usia berapa tercapainya bukan merupakan hal yang penting bila dibandingkan bagaimana pencapaiannya. 1. Menunjukkan minat terhadap berbagai rangsang dalam lingkungan sedikitnya selama 3 detik; 2. Bisa tenang dan terfokus pada sesuatu sedikitnya 2 menit 3. Pulih dari kondisi tidak menyenangkan dalam 20 menit dengan bantuan Said Suhil Achmad: Pengantar Pendidikan. Kegiatan 4
7
4.
Menunjukkan minat terhadap pengasuh, tidak hanya terhadap benda
Emosi berperanan banyak dalam proses berpikir, yaitu * mengarahkan aksi dan tingkah laku * memungkinkan mengontrol tingkah laku * memberi arti terhadap pengalaman * menyimpan, mengorganisasi dan mengingat kembali pengalaman * menggagas pengalaman baru * memecahkan masalah * berpikir kreatif, selektif, logis, tidak idiosinkretik (aneh) * memahami kalimat lisan maupun tulisan ('rasa' bahasa) * memahami konsep kuantitas, waktu, ruang, sebab-akibat yang bersifat 'relatif * membentuk konsep diri, pengertian atas diri (dengan membandingkan * perasaan dengan situasi yang dialaminya) * memisahkan realitas dan fantasi * mengendalikan tingkatan perkembangan emosi, sosial dan intelektual. 3. Kehidupan Moral Anak Dalam kehidupan sehari-hari, selain istilah moral , juga ada istilah etika. Moral adalah pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradap. Moral juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan dan kelakuan (akhlak). Moral berasal dari kata mores yang berasal dari Bahasa Latin ( Wursanto, 1987), yang dapat terjemahkan menjadi “aturan kesusilaan”. Dalam bahasa sehari-hari yang dimaksud dengan kesusilaaan bukan pula mores tetapi petunjuk-petunjuk untuk kehidupan sopan santun, dan tidak cabul. Jadi moral adalah aturan kesusilaan, yang meluputi semua norma untuk kelakukan, perbuatan untuk tingkah laku yang baik. Selain itu dikenal juga istilah susila yang berasal dari Bahasa Sansekerta, su artinya lebih baik, sila artinya berarti dasar-dasar dan perinsip-perinsip atau peraturan-peraturan hidup. Jadi susila berarti peraturan-peraturan hidup yang lebih baik. Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh Lawrence Kohlberg. Tahapan tersebut dibuat saat ia belajar psikologi di University of Chicago berdasarkan teori yang ia buat setelah terinspirasi hasil kerja Jean Piaget dan kekagumannya akan reaksi anak-anak terhadap dilema moral. Ia menulis disertasi doktornya pada tahun 1958 yang menjadi awal dari apa yang sekarang disebut tahapan-tahapan perkembangan moral dari Kohlberg. Said Suhil Achmad: Pengantar Pendidikan. Kegiatan 4
8
Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai enam tahapan perkembangan yang dapat teridentifikasi. Ia mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget, yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. Kohlberg memperluas pandangan dasar ini, dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama kehidupan, walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis dari penelitiannya. Langeveld (dalam Aqib, 2007) mengatakan bahwa pendidikan harus diarahkan kepada upaya membantu peserta didik untuk sampai pada penentuan diri secara susila dalam satu orde moral. Pendidikan merupakan pembentukan hatu nurani, upaya membimbing, menuntun dan membawa peserta didik para taraf kedewasaan yang erat kaitannya dengan arti/ makna hidup, tujuan hidup, pengenalan nilainilai dan norma-norma, serta tanggung jawab secara susila. Kohlberg menggunakan ceritera-ceritera tentang dilema moral dalam penelitiannya, dan ia tertarik pada bagaimana orang-orang akan menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila mereka berada dalam persoalan moral yang sama. Kohlberg kemudian mengkategorisasi dan mengklasifikasi respon yang dimunculkan ke dalam enam tahap yang berbeda. Keenam tahapan tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional. Teorinya didasarkan pada tahapan perkembangan konstruktif; setiap tahapan dan tingkatan memberi tanggapan yang lebih adekuat terhadap dilema-dilema moral dibanding tahap/tingkat sebelumnya. Keenam tahapan perkembangan moral dari Kolhlberg dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional. Mengikuti persyaratan yang dikemukakan Piaget untuk suatu Teori perkembangan kognitif, adalah sangat jarang terjadi kemunduran dalam tahapan-tahapan ini. Walaupun demikian, tidak ada suatu fungsi yang berada dalam tahapan tertinggi sepanjang waktu. Juga tidak dimungkinkan untuk melompati suatu tahapan; setiap tahap memiliki perspektif yang baru dan diperlukan, dan lebih komprehensif, beragam, dan terintegrasi dibanding tahap sebelumnya. Tingkat 1 (Pra-Konvensional) 1. Orientasi kepatuhan dan hukuman 2. Orientasi minat pribadi (Apa untungnya buat saya?) Tingkat 2 (Konvensional) 3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas (Sikap anak Said Suhil Achmad: Pengantar Pendidikan. Kegiatan 4
9
baik) 4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial (Moralitas hukum dan aturan) Tingkat 3 (Pasca-Konvensional) 5. Orientasi kontrak sosial 6. Prinsip etika universal (Principled conscience) 2. Pendidikan dalam sekolah Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sekolah adalah lembaga yang dirancang untuk mengajarkan siswa (atau "murid") di bawah pengawasan guru. Sekolah berasal dari bahasa Yunani: σχολή, schole), dalam bahasa Inggris school, merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran.Sekolah dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah. Kepala sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah.Jumlah wakil kepala sekolah di setiap sekolah berbeda, tergantung dengan kebutuhannya.Bangunan sekolah disusun meninggi untuk memanfaatkan tanah yang tersedia dan dapat diisi dengan fasilitas yang lain. Sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan formal, yang umumnya wajib. Dalam sistem ini, siswa kemajuan melalui serangkaian sekolah. Nama-nama untuk sekolah yang berbeda di setiap negara tetapi umumnya termasuk sekolah dasar untuk anakanak dan sekolah menengah bagi remaja yang telah menyelesaikan pendidikan dasar. Selain sekolah-sekolah inti ini, siswa di negara tertentu mungkin juga memiliki akses ke dan menghadiri sekolah-sekolah baik sebelum dan sesudah pendidikan dasar dan menengah. TK atau p r a - s e k o l a h m e m b e r i k a n beberapa sekolah untuk anak-anak yang masih sangat kecil (biasanya usia 3-5). Universitas, sekolah kejuruan, perguruan tinggi atau Said Suhil Achmad: Pengantar Pendidikan. Kegiatan 4
10
seminari mungkin akan tersedia setelah sekolah menengah. Sebuah sekolah mungkin juga akan didedikasikan untuk satu bidang tertentu, seperti sekolah ekonomi atau sekolah tari. Alternatif sekolah dapat menyediakan kurikulum dan metode non-tradisional. Ada juga sekolah-sekolah non-pemerintah, yang disebut sekolah-sekolah swasta. Mungkin sekolah swasta untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus ketika pemerintah tidak menyediakan untuk mereka; agama seperti sekolah Islam Kristen, Budha dan dan lainlain; atau sekolah yang memiliki standar pendidikan yang lebih tinggi atau mencari untuk mendorong prestasi pribadi lainnya. Sekolah untuk orang dewasa termasuk perusahaan lembaga pelatihan dan pendidikan dan pelatihan militer. Homeschooling dan online di sekolah-sekolah, pengajaran dan pembelajaran berlangsung di luar gedung sekolah tradisional. Di Britania Raya, istilah sekolah terutama mengacu pada lembaga-lembaga pra-universitas, dan ini dapat, sebagian besar, akan dibagi menjadi pra-sekolah atau kamar anak-anak sekolah, sekolah dasar (kadang-kadang dibagi lagi menjadi sekolah bagi bayi dan SMP), dan sekolah menengah. Ada berbagai jenis sekolah menengah yang meliputi tata bahasa sekolah, comprehensives, sekunder dan kota modern akademi. Di Skotlandia kinerja sekolah dipantau oleh Her Majesty's Inspectorate of Education. Ofsted laporan kinerja di Inggris dan Wales. Di Britania Raya, sebagian besar sekolah yang didanai publik dan dikenal sebagai sekolah negeri atau sekolah yang dikelola uang sekolah disediakan gratis. Ada juga sekolah swasta atau sekolah independen yang memungut biaya. Beberapa yang paling selektif dan mahal sekolah swasta yang dikenal sebagai sekolah umum, sebuah penggunaan yang dapat membingungkan bagi para penutur bahasa Inggris Amerika Utara. Dalam penggunaan di Amerika Utara, sebuah sekolah umum adalah salah satu yang didanai publik atau lari. Di banyak Persemakmuran Bangsa-Bangsa, termasuk Australia, Selandia Baru, India, Pakistan, Bangladesh, Sri Lanka, Afrika Selatan, Kenya, dan Tanzania, istilah sekolah terutama mengacu pada lembaga-lembaga pra-universitas. Sebuah sekolah Perancis pertengahan abad ke-19 berpusat di desa Barbizon dekat hutan Fontainebleau. Anggotanya langsung pergi ke alam mengabaikan tradisi akademik, memperlakukan rakyat Said Suhil Achmad: Pengantar Pendidikan. Kegiatan 4
11
mereka dengan setia dan dengan perasaan puitis untuk warna, cahaya, dan suasana. Sebuah lembaga pendidikan, sebuah tempat untuk memperoleh pengetahuan dan pelatihan mental, sebagai, sekolah para nabi, sekolah untuk guru, untuk menegur dan memberi peringatan, untuk menegur, untuk tunduk pada disiplin sistematis; untuk melatih. Tempat instruksi dasar, sebuah usaha untuk pengajaran anak; sebagai, sebuah sekolah dasar, sebuah sekolah umum, sebuah sekolah dasar. Untuk melatih dalam sebuah lembaga pembelajaran untuk mendidik di sekolah, untuk mengajar. Para murid atau pengikut dari seorang guru; mereka yang memegang doktrin yang sama, atau menerima ajaran yang sama, sebuah sekte atau denominasi dalam filsafat, teologi, ilmu pengetahuan, kedokteran, politik, dllRuangan atau lorong dalam bahasa Inggris universitas mana ujian untuk derajat dan kehormatan diadakan. Ukuran dan jenis sekolah bervariasi tergantung dari sumber daya dan tujuan penyelenggara pendidikan. Sebuah sekolah mungkin sangat sederhana dimana sebuah lokasi tempat bertemu seorang pengajar dan beberapa peserta didik, atau mungkin, sebuah kompleks bangunan besar dengan ratusan ruang dengan puluhan ribu tenaga kependidikan dan peserta didiknya. Berikut ini adalah sarana prasarana yang sering ditemui pada institusi yang ada di Indonesia, berdasarkan kegunaannya: Menurut status sekolah terbagi dari: sekolah negeri, yaitu sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah, mulai dari sekolah da sar, se ko la h me ne nga h pertama, sekolah menengah atas, dan perguruan tinggi. Sekolah swasta, yaitu sekolah yang diselenggarakan oleh non-pemerintah/swasta, penyelenggara berupa badan berupa yayasan pendidikan yang sampai saat ini badan hukum penyelenggara pendidikan masih berupa rancangan peraturan pemerintah. Menurut jenis pendidikan pendidikan dibagi tujuh: (1) pendidikan umum, (2) kejuruan, (3) akademik, (4) profesi, (5) vokasi, (6) keagamaan, dan (7) khusus. Pendidikan dasar di Indonesia merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah, yang berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan Said Suhil Achmad: Pengantar Pendidikan. Kegiatan 4
12
dasar. Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar bagi setiap warga negara yang berusia 6 (enam) tahun pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya. Pendidikan Menengah, merupakan lanjutan pendidikan dasar yang terdiri atas (1) pendidikan menengah umum, dan (2) pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk:(1) Sekolah Menengah Atas (SMA), (2) Madrasah Aliyah (MA), (3) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan (4) Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan Tinggi, merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi, dapat berbentuk: (1) akademi, (2) politeknik, (3) sekolah tinggi, (4) institut, atau (5) universitas. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dan dapat menyelenggarakan program akademik, profesi, dan/atau vokasi 3. Pendidikan di dalam masyarakat Pendididikan non formal adalah lembaga pendidikan tidak dapat d i k e s a m pingka n dari pendidikan keluarga dan sekolah, karena menurut Ahmadi (1991) kedua lembaga tadi tidak boleh terlepas dari tatanan kehidupan sosial dan berjenis-jenis kebudayaan yang sedang berkembang di dalam masyarakat di mana keluarga dan sekolah itu berada. Oleh karena itu pendidikan non-formal menjadi bagian dari wacana internasional tentang kebijakan pendidikan pada akhir tahun 1960-an dan awal 1970-an. Hal ini dapat dilihat sebagai berkaitan dengan konsep berulang dan pembelajaran seumur hidup. Ketat (1996) menunjukkan bahwa sementara konsep-konsep yang terakhir harus dilakukan dengan ekstensi pendidikan dan pembelajaran sepanjang hidup, pendidikan non-formal adalah tentang "mengakui pentingnya pendidikan, belajar dan pelatihan yang berlangsung di luar lembaga-lembaga pendidikan yang diakui '. Fordham (1993) menunjukkan bahwa pada 1970-an, empat karakteristik datang dikaitkan dengan pendidikan non-formal: 1) Relevansi dengan kebutuhan kelompok yang kurang beruntung, 2) Kepedulian dengan kategori tertentu orang, 3) Fokus pada tujuan yang jelas, 4) Said Suhil Achmad: Pengantar Pendidikan. Kegiatan 4
13
Fleksibilitas dalam organisasi dan metode. Gagasan pendidikan nonformal terkait, pada 1967 di sebuah konferensi internasional di Williamsburg USA, ide-ide yang berangkat ke apa yang menjadi analisis dibaca luas semakin 'krisis pendidikan dunia' oleh Coombs. Ada kekhawatiran tentang kurikulum tidak cocok, sebuah kesadaran bahwa pertumbuhan pendidikan dan pertumbuhan ekonomi tidak selalu dalam langkah, dan pekerjaan yang tidak muncul secara langsung sebagai hasil dari input pendidikan. Banyak negara yang sulit (politik atau ekonomi) untuk membayar untuk perluasan pendidikan formal. Kesimpulannya adalah bahwa sistem pendidikan formal telah beradaptasi terlalu lambat dengan perubahan sosio-ekonomi di sekitar mereka dan bahwa mereka menahan tidak hanya oleh konservatisme mereka sendiri, tetapi juga oleh masyarakat sendiri inersia. Jika kita juga menerima bahwa pembuatan kebijakan pendidikan cenderung mengikuti daripada memimpin tren sosial lainnya, maka mengikuti perubahan yang akan datang tidak hanya dari dalam sekolah formal, tetapi dari masyarakat yang lebih luas dan dari sektor lainnya di dalamnya. Itu dari titik tolak ini bahwa perencana dan ekonom di Bank Dunia mulai membuat perbedaan antara formal, non formal dan pendidikan formal. Lembaga-lembaga yang ada di dalam masyarakat seperti lembaga/ organisasi sosial keagamaan (misal lembaga da`wah), Lembaga adat, lembaga hukum, Lembaga bahasa, lembaga profesi, yayasan-yayawan sosial dan perkumpulan-perkumpulan atas dasar suku dan wilayah dan sejenis tidak bisa diabaikan peranannnya dalam pelengkap pendidikan anak. Banyak diantara lembaga sejenis itu yang bergiat langsung dalam dunia pendidikan seperti dengan mendirikan sekolah-sekolah swasta, baik umum maupun sekolah berwawasan agama, malah mulai jenjang pendidikan yang paling rendah: taman kanak-kanak sampai ke perguruan tinggi, malah kegiatan mereka lebih luas dari pendidikan keluarga dan sekolah. Seperti adanya pelayayan kesehatan dengan mendirikan rumah sakit, mendirikan koperasi untuk pengembangan kemampuan berwira swasta, dan mengasah keterampilan hidup bagi anak-anak yang terhambat dalam pendidikan formal, termasuk mendirikan panti-panti untuk mengasuh anak cacat fisik, mental dan sosial, dan termasuk untuk orang dewasa dengan mendidikan panti jompo. Said Suhil Achmad: Pengantar Pendidikan. Kegiatan 4
14
Pendidikan non formal juga mengembangkan pendidikan politik, pendidikan olahraga dan berbagai pengembangan kepribadian lainnya termasuk dalam penyaluran hobi yang positif, seperti kelompok penggemar membaca, memanjat tebing, SAR, palang merah, dokter kecil dan sebagainya yang hampir tidak didapatkan di keluarga dan sekolah secara lengkap. Di Indonesia pendidikan nonformal meliputi: (1) pendidikan kecakapan hidup, (2) pendidikan anak usia dini, (3) pendidikan kepemudaan, (4) pendidikan pemberdayaan perempuan, (5) pendidikan keaksaraan, (6) pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, (7) pendidikan kesetaraan, serta (8) pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas (1) lembaga kursus, (2) lembaga pelatihan, (3) kelompok belajar, (4) pusat kegiatan belajar masyarakat, dan (5) majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. C. RANGKUMAN 1.
2.
3.
Tri Pusat Pendidikan yaitu: Pendidikan dalam keluarga (pendidikan informal), pendidikan dalam sekolah (pendidikan formal), dan pendidikan di dalam masyarakat (pendidikan non formal). Sedangkan dilihat dari cara berlangsungnya pendidikan dibedakan menjadi pendidikan fungsional dan pendidikan intensional. Pendidikan fungsional adalah pendidikan yang berlangsung secara naluriah, tanpa rencana dan tujuan tetapi berlangsung begitu saja. Sedangkan pendidikan intensional adalah lawan dari pendidikan fungsional.
Said Suhil Achmad: Pengantar Pendidikan. Kegiatan 4
15
4.
5.
6.
7.
8. 9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Bila dilihat dari aspek pribadi yang disentuh, maka terdapat jenis pendidikan Orkes (Olah Raga Kesehatan), Pendidkan Sosial, Pendidikan Bahasa, Pendidikan Kesenian, Pendidikan Moral, Pendidikan Seks dan sebagainya. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi, dan media lain. Pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat. Pendidikan keluarga atau pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga. suatu proses pembelajaran yang terjadi di kehidupan sehari-hari di dalam keluarga terdekat. Pendidikan dalam keluarga lebih menonjolkan bagaimana kita mengajar diri kita sendiri, dimana kita cenderung untuk berbicara dan bergabung dalam kegiatan dengan orang lain di sekitar anak, dan ini berlangsung secara tidak sadar dalam waktu selama pergaulan dengan anak terjadi, mulai dari anak bangun sampai akan tidur didengarkan cerita dan nyanyian yang mengandung nilai pendidikan sebagai bekal anak nemasuki dunia formal. Langeveld menyatakan, tiap-tiap pergaulan antara orang dewasa (orang tua) dengan anak adalah merupakan lapangan atau suatu tempat di mana pekerjaan mendidik itu berlangsung. Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pan-dangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari
Said Suhil Achmad: Pengantar Pendidikan. Kegiatan 4
16
16. 17.
18. 19.
20. 21
22.
23.
24.
25.
26.
kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang lain. Pendidikan keluarga terutama menanamkan ketauhidan; kehidupan emosional, dan moral atau etika. Pendidikan dalam sekolah atau pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sekolah adalah lembaga yang dirancang untuk mengajarkan siswa (atau "murid") di bawah pengawasan guru. Sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan formal, yang umumnya wajib. Dalam sistem ini, siswa kemajuan melalui serangkaian sekolah. Nama-nama untuk sekolah yang berbeda di setiap negara tetapi umumnya termasuk sekolah dasar untuk anak-anak dan sekolah menengah bagi remaja yang telah menyelesaikan pendidikan dasar. Ada juga sekolah-sekolah non-pemerintah, yang disebut sekolah-sekolah swasta. Mungkin sekolah swasta untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus ketika pemerintah tidak menyediakan untuk mereka; agama seperti sekolah Islam Kristen, Budha dan dan lain-lain; atau sekolah yang memiliki standar pendidikan yang lebih tinggi atau mencari untuk mendorong prestasi pribadi lainnya. Sekolah untuk orang dewasa termasuk perusahaan lembaga pelatihan dan pendidikan dan pelatihan militer. Homeschooling dan online di sekolah-sekolah, pengajaran dan pembelajaran berlangsung di luar gedung sekolah tradisional Menurut status sekolah terbagi dari: sekolah negeri, yaitu sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah, mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan perguruan tinggi. Sekolah swasta, yaitu sekolah yang diselenggarakan oleh non-pemerintah/swasta, penyelenggara berupa badan berupa yayasan pendidikan yang sampai saat ini badan hukum penyelenggara pendidikan masih berupa rancangan peraturan pemerintah. Pendidikan dasar di Indonesia merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah, yang berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar, yang terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan di dalam masyarakat atau pendididikan non formal adalah lembaga pendidikan tidak dapat dikesampingkan dari pendidikan keluarga dan sekolah, karena kedua lembaga tadi
Said Suhil Achmad: Pengantar Pendidikan. Kegiatan 4
17
27
28.
29.
30. 31.
32.
tidak boleh terlepas dari tatanan kehidupan sosial dan berjenisjenis kebudayaan yang sedang berkembang di dalam masyarakat di mana keluarga dan sekolah itu berada. Pendidikan non-formal menjadi bagian dari wacana internasional tentang kebijakan pendidikan pada akhir tahun 1960-an dan awal 1970-an. Ada empat karakteristik datang dikaitkan dengan pendidikan non-formal: 1) Relevansi dengan kebutuhan kelompok yang kurang beruntung, 2) Kepedulian dengan kategori tertentu orang, 3) Fokus pada tujuan yang jelas, 4) Fleksibilitas dalam organisasi dan metode. Sistem pendidikan formal telah beradaptasi terlalu lambat dengan perubahan sosio-ekonomi di sekitar mereka dan bahwa mereka menahan tidak hanya oleh konservatisme mereka sendiri, tetapi juga oleh masyarakat sendiri inersia. Lembaga-lembaga yang ada di dalam masyarakat seperti lembaga/ organisasi sosial keagamaan. Banyak diantara lembaga sejenis itu yang bergiat langsung dalam dunia pendidikan seperti dengan mendirikan sekolahsekolah swasta, baik umum maupun sekolah berwawasan agama, malah mulai jenjang pendidikan yang paling rendah: taman kanak-kanak sampai ke perguruan tinggi, malah kegiatan mereka lebih luas dari pendidikan keluarga dan sekolah. Pendidikan non formal juga mengembangkan pendidikan politik, pendidikan olahraga dan berbagai pengembangan kepribadian lainnya termasuk dalam penyaluran hobi yang positif, seperti kelompok penggemar membaca, memanjat tebing, SAR, palang merah, dokter kecil dan sebagainya yang hampir tidak didapatkan di keluarga dan sekolah secara lengkap.
D. TUGAS 1. Sebutkan lima persamaan dan perbedaan dari masing-masing lembaga pendidikan; 2. Sebutkan lima titik berat/ fokus masing-masing lembaga pendidikan; 3. Sebutkan lima contoh kelemahan dari masing-masing lembaga pendidikan itu.
DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Abu dan Nur Uhbiyati. (1991). Ilmu Pendidikan. Semarang: Renika Cipta. Hasbullah. (1999). Dasar-Dasar Imu Pendidikan. Jakarta: PT. Raja GRapindo Persada. Muhammad Bin Abdul Wahab, http// islamhouse.com Said Suhil Achmad: Pengantar Pendidikan. Kegiatan 4
18
http://albaiad.wordpress.com/2008/05/11/peran dan fungsipendidikan- dalam- perkembanga-anak/ Fridiawati Sulungbudi, Psikolog Anak, http:// puterakembara. org/archives Goleman, D. (1998). Emotional Intelligence: Kecerdasan Emotional, Mengapa EI lebih penting dari IQ. (Terj.). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Wursanto. (1987). Etika Komunikasi Kantor. Jakarta: Kanisius. http://thinkexist.com http://id.wikipedia.org
Said Suhil Achmad: Pengantar Pendidikan. Kegiatan 4
19
DAFTAR ISI
Kegiatan 4 TRI PUSAT PENDIDIKAN . . . . . . . . . . . . A. PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . B.URAIAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1. Pendidikan Keluarga . . . . . . . . 1) Ketauhidan (Pahan Ketuhanan) 2. Kehidupan Emosional . . . . . . . . 3. Kehidupan Moral Anak . . . . . . 2. Pendidikan dalam sekolah . . . . 3. Pendidikan di dalam masyarakat C. RANGKUMAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . D. TUGAS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . .
Said Suhil Achmad: Pengantar Pendidikan. Kegiatan 4
. . . . . . . .
. . . . . . . . . .. .. ..
. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . .
. . . . . . .
1 1 2 2 5 5 8 10 13 15 18 18