Transparansi Informasi Keuangan dan Popularitas Website Perusahaan Asuransi Jiwa di Indonesia Budi Hermana1 Robby Loho2 Dosen Program PascasarjanaUniversitas Gunadarma1
[email protected] Ketua Bidang Organisasi AAMAI, CEO PT Maskapai Reasuransi Indonesia2
[email protected] Abstrak Transparansi laporan keuangan pada website perusahaan asuransi di Indonesia sudah menjadi kewajiban sesuai dengan regulasi dari pemerintah. Kewajiban tersebut serta tuntutan transparansi di era informasi memerlukan kepemilikan website yang dapat dijadikan media informasi dan publikasi laporan keuangan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa 32 dari 44 perusahaan asuransi jiwa di Indonesia sudah memiliki website resmi, namun popularitas dan kekayaan informasinya masih rendah dilihat dari jumlah halaman web dan total dokumen. Tingkat transparansi keuangan pada website masih bervariasi dilihat dari format dan kedalaman kontennya, mulai dari berita singkat sampai dokumen laporan tahunan. Popularitas website lebih tinggi pada website yang menunjukkan tingkat transparansi yang lebih tinggi. Kata kunci: Internet Financial Reporting; Website Usability; popularitas website 1. Pendahuluan Internet digunakan oleh perusahaan sebagai media komunikasi untuk informasi laporan keuangan sejak pertengahan sampai menjelang tahun sembilan puluhan (Khan, 2007). Masyarakat informasi pun terbentuk karena kemajuan besar di bidang teknologi internet. Tuntutan keterbukaan atau transparansi informasipun meningkat, termasuk mengenai informasi keuangan dari perusahaan. Menurut Oyelere dkk (2000), pengembangan internet sebagai media diseminasi informasi laporan keuangan menciptakan lingkungan pelaporan baru. Perubahaan lingkungan tersebut memerlukan perhatian dari pihak perusahaan agar bisa dimanfaatakan untuk kepentingan perusahaan. Davey and Homkajohn (2004) menyatakan bahwa dinamika dunia bisnis menyebabkan laporan berbasis kertas yang tradisional menjadi kurang tepat waktu dan kurang bermanfaat bagi para pengambil keputusan.
78 | P a g e
Khan and Ismail (2012) mengatakan bahwa Internet menjadi salah satu sumber informasi yang paling sering digunakan oleh para pengguna. Para penguna tersebut bisa nasabah, masyarakat, pemerintah, atau pemangku kepentingan dari perusahaan. Selaras dengan inovasi teknologi Internet yang makin murah namun tetap ampuh sebagai alat komunikasi, pengungkapan informasi keuangan dan non keuangan di internet semakin meningkat dan menjadi obyek yang banyak dipelajari dan diteliti. Namun sayangnya, seperti dikemukan oleh Smith (2005), kerangka kerja pengelolaan mengenai pelaporan keuangan di internet kurang mendapat perhatian dari manejemen perusahaan. Lodhia (2006) menyatakan bahwa banyak perusahaan tidak peduli dengan manfaat potensial yang bisa ditawarkan oleh website untuk tujuan komunikasi. Menurut Hunter dan Smith (2009), nilai website perusahaan di India, Indonesia, dan Afrika Selatan semakin tinggi karena peningkatan investasi di bidang teknologi web. Perusahaan yang memiliki website pun semakin meningkat. Lembaga keuangan di Indonesia, khususnya perbankan, termasuk sektor yang mulai mengembangkan dan menerapkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), termasuk penyediaan website resmi yang dikelola perusahaan asuransi. Transparansi atau keterbukaan informasi menjadi latar belakang berbagai penyempurnaan kebijakan atau regulasi pemerintah mengenai pelaporan keuangan di perusahaan asuransi. Pasal 43 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.010/2012 disebutkan pada ayat 1 bahwa Perusahaan wajib mengumumkan ringkasan atas laporan keuangan tahunan pada website Perusahaan paling lambat tanggal 30 April tahun berikutnya (ayat 1), serta ayat 2 bahwa perusahaan wajib mengumumkan laporan keuangan triwulanan pada website Perusahaan paling lama 1 (satu) bulan setelah berakhirnya triwulan yang bersangkutan. Perkembangan internet dan regulasi terkait menjadi latar belakang utama dari penelitian ini. Bentuk penerapan teknologi internet yang diteliti adalah website resmi dengan menggunakan domain tersendiri dan dikelola oleh perusahaan asuraansi jiwa. Pertanyaan penelitiaannya adalah apakah website sudah menunjukkan tingkat usabilitas yang tinggi dilihat dari popularitas websitenya? Apakah website perusahaan asuransi jiwa itu kaya dengan informasi dan dokumen? Apakah kepemilikan website tersebut bisa meningkatan pengungkapan laporan keuangan atau transparansi keuangan di perusahaan tersebut? Adakah hubungan antara popularitas website dengan kekayaan informasi, jumlah dokumen, dan tingkat transparasi laporan keuangan?
79 | P a g e
2. Telaah Teori 2.1. Peran Internet di Perusahaan Asuransi Xiao dkk (2005) menyebutkan empat kerangka dimensional pada dampak internet pada pelaporan perusahaan yaitu sifat perubahan pelaporan keuangan seperti isi dan bentuk laporan; peran internet sebagai untuk mengatasi masalah atau justru menimbulkan masalah; penentu perubahan baik aspek teknologi atau bukan teknologi; serta kecepatan perubahan itu sendiri apakah tidak ada perubahan, kecil, progressif atau terjadi perubahan radikal di perusahaan serta lingkungan. Menurut Dâmaso dan Lourenço (2011), perusahaan dengan dampak lingkungan yang signifikan lebih bersifat terbuka di websitenya Lybaert (2002) menyatakan bahwa ada keragaman cara mengenai bagaimana data dikirimkan yang dapat dilihat dari ketepatan waktu, teknologi, dan keterlibatan pengguna data tersebut. Sebagian besar perusahaan tidak mematuhi berbagai pedoman praktek yang direkomendasikan oleh lembaga nasional atau international. Kondisi tersebut berpengaruh negatif terhadap karakteristik informasi akuntansi yang mencakup reliabilitas, kemudahan pemahaman laporan, kelengkapan, ketepatan waktu, serta veribialitas informasinya. Penelitian Aly dkk (2010) di Mesir menyebutkan hanya 56 perusahaan yang melaporkan sebagian informasinya pada website. Sedangkan penelitian Barako dkk (2008) menyebut angka 63.8% yang memilikinya. Menurut Larrán dan Giner (2002), ukuran perusahaan menjadi faktor utama yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas informasi pada website. Momany dan Al-Shorman (2006) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang melaporkan informasi keuangannya di website adalah perusahaan besar, leverage yang tinggi, serta kepemilikan saham yang terkonsentrasi, memilik investor international. Pengaruh ukuran perusahaan juga disebut oleh Ettredge (2002) selain faktor lainnya seperti information asymmetry, permintaan modal eksternal, serta reputasi pengungkapan laporan keuangan secara tradisional. Industri asuransi merupakan salah saru fungsi ekonomi utama yang memainkan peran penting dala memperbaiki dan meningkatkan indikator ekonomi (Yaghoubi dan Tajmohammadi, 2011). Ahonen dan Windischhofer
(2005) menyatakan bahwa
karakteristik utama bisnis asuransi, misalnya kompleksitas dan sifat abstrak dari produk asuransi menjadi tantangan yang signifikan dalam pengembangan layanan asuransi secara elektronik. Hanzaee dan Karimian (2011) menyatakan bahwa keragaman cakupan asuransi, 80 | P a g e
konsumen, dan persaingan intensif merupakan faktor pendorong bagi perusahaan dalam rangka menguji produknya sebelum memutuskan untuk masuk ke dunia elektronik. Grossman dkk (2004) menyatakan bahwa pada saat lembaga keuangan lainnya sangat cepat dalam penerapan internet untuk meraih keunggulan kompetitif berkelanjutan, perusahaan asuransi malah lambat dalam mengadopsi e-commerce. Menurut Sanayei dkk (2008), internet bisa merubah cara bagaimana industri asuransi menjalan bisnisnya, dengan model generiknya seperti disajikan pada gambar di bawah ini.
Gambar 1. Model generic situs underwriting pada perusahaan asuransi (Sumber: Sanayei dkk, 2008) Penelitian mengenai penerapan TIK di perusahaan asuransi sudah dilakukan di Negara lain oleh beberapa peneliti sebelumnya, di antaranya Ahonen dan Windischhofer (2005) tentang kinerja website asuransi, Grossman dkk (2004), Pollalis dan Vozikis (2007), dan Sanaye dkk (2009) tentang e-commerce atau e-business di industri asuransi, Oghojafor dkk (2011) tentang (2011) tentang teknologi dan CRM di perusahaan asuransi, serta Odoyo dan Nyangosi (2011) dan Alipour dkk (2011) tentang e-insurance. Integrasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dianggap dapat meningkatkan transparansi, produktifitas tinggi, dan promosi citra perusahaan, serta meningkatkan penjualan di India (Odoyo dan Nyangosi, 2011). Menurut Oghojafor (2011), sebagian besar perusahaan mempunyai basis data komprehensif tentang konsumennya, namun tidak semua membuat ketentuan untuk konsumen untuk melakukan transaksi online karena perusahaan belum mengintegrasikan CRM (Customer Relationship Management) dengan teknologi informasi. Tahap integrasi perusahaan asuransi bisa ditikaitkan dengan tingkat kematangan 81 | P a g e
bisnis asuransi yang dibuat oleh Capgemini (2011) seperti disajikan pada gambar di bawah ini.
Gambar 2. Tingkat kematangan bisnis pada perusahaan asuransi (sumber: Capgemini, 2011) 2.2. Penelitian Internet Financial Reporting (IFR) Hassan dan Marston (2010) menyebutkan bahwa penelitian
mengenai pengungkapan
akuntansi semakin meningkat dengan temuan yang bervariasi seperti praktek pengungkapan perusahaan sebagai kewajiban atau dilandasi kesukarelaan; faktor penentu keterbukaan secara sukarela atau kewajiban karena regulasi; konsekuensi ekonomi dari keterbukaan informasi; serta analisis finansial dari penggunaan informasi. Menurut Turel (2010), pengguna laporan keuangan menunjukkan ekspektasi tinggi perusahaan yang transparan dalam laporan keuangam dengan berbagai bentuk dan isinya seperti analisis laporan keuangan, relasi dengan para investor, laporan segmentasi, data keuangan dengan format yang bisa diproses lebih lanjut, serta ringkasan data keuangan. Peluang perusahaan untuk mempublikasikan informasi keuangan tidak hanya dipengaruhi oleh karakteristik individual, namun kombinasi interaksi antara karakteristik perusahaan (ukuran, leverage, dan profitabilitas), tipe industri, dan negaranya (Ismail, 2002). Penelitian Davey dan Homkajohn (2004) di Thailand menemukan bahwa perusahaan menyediakan informasi keuangan di internet sebagai pelengkap dari laporan keuangan berbasis kertas atau cara tradisional. Cakupan dan mutu praktek mengenai IFR (Internet Financial Report) 82 | P a g e
sangat bervariasi di antara perusahaan dan hanya sebagian kecil saja yang sudah menerapkan IFR secara lengkap. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel penentu praktek IFR bervariasi dengan hasil uji signifikansi yang berbeda-beda.
Agyei-Mensah (2012) menyebutkan
bahwa profitabilitas dan merupakan faktor penentu yang penting pada penerapan IFR, sedangkan ukuran perusahaan, likuiditas, dan penggunaan auditor tidak berpengaruh signifikan. Sedangkan menurut Aly dkk (2010), secara terpisah, profitabilitas, pendaftaran saham di luar negeri, dan sektor industri secara terpisah merupakan faktor penentu jumlah dan presentasi pengungkapan informasi pada website perusahaan di Mesir. Namun karakteristik perusahaan lain seperti ukuran perusahaan, likuiditas tidak dapat menjelaskan praktek IFR oleh perusahaan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Al-Moghaiwli (2009) juga menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara praktek IFR dengan ukuran perusahaan, profitabilitas, dan struktur kepemilikan. Penelitian IFR banyak dilakukan di pasar modal dengan dihubungkan dengan kinerja perusahaan atau harga saham. Ching Lai (2010) meneliti tentang dampak IFR terhadap harga saham dengan hasil menunjukkan keuntungan abnormal perusahaan yang menerapkan IFR ternyata lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang tidak menerapkan IFR. Penelitian Khan and Ismail (2011) di pasar modal Malaysia menunjukkan skor IFR berkisar antara 48.27 sampai 78.16 persen dengan rata-rata 65.10 persen. Kisaran skor IFR tersebut dianggap baik.
Pervan (2005) menyatakan berdasarkan data empiris bahwa
perusahaan yang menerapkan IFR lebih besar dan menguntungkan, serta sahamnya lebih aktif diperdagangkan di lantai bursa. Penelitian tentang IFR di perusahaan yang terdaftar di pasar modal juga dilakukan oleh Allam dan Lymer (2003) di lima negara, Pervan (2006) di Kroasia, dan Alanezi (2009) di Kuwait. Penelitian tersebut selalu memasukkan ukuran perusahaan sebagai faktor penentu IFR, sedangkan variabelnya adalah leverage, konsentrasi kepemilikan atau jumlah pemegang saham, profitabilitas, dan keaktifan saham di lantai bursa. Berikut beberapa penelitian sebelumnya tentang IFR beserta variabel penelitian dan teknik analisis yang digunakan.
83 | P a g e
Tabel 1. Penelitian mengenai IFR, variabel, dan teknis analisis No.
Peneliti
1.
Ismail (2002)
2.
Larran dan Giner (2002)
3.
Allam dan Lymer (2003)
4.
Pervan (2005)
5.
Pervan (2006)
6. 7.
Dutta dan Bose (2007) Aly dkk (2009)
8.
Al-Moghaiwli (2009)
9.
Alanezi (2009)
10.
Ching Lai dkk (2010)
11.
Lamani dan Çepani (2011) Dâmaso dan Lourenço (2011)
12.
13.
Agyei-Mensah (2012)
Faktor atau variabel yang terkait praktek IFR Tipe industri, negara, ukuran perusahaan, leverage, dan profitabilitas Ukuran perusahaan, leverage, ROE, terdaftar di bursa luar negeri, sektor industry, dan rasio book to market 12 atribut website, 36 atribut keuangan, ukuran perusahaan, 5 negara Ukuran perusahaan (asset, penerimaan, modal), dan aktifitas saham Ukuran (kapitalisasi pasar, pendapatan, dan asset), profitabilitas (ROA, ROE, ROS), struktur kepemilikan, aktivitas di pasar saham, dan sektor industri. Atribut finansial dan sektor usaha Profitabilitas, pendaftaran di pasar luar negeri, tipe industry, ukuran perusahaan, likuiditas, dan ukuran auditor Ukuran perusahaan, profitabilitas. Dan struktur kepemilikan Tipe auditor, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, likuditas, umur perusahaan, sektor industri, dan atribut tata kelola perusahaan Harga saham, abnormal return Konten dan format dokumen pada website Ukuran perusahaan, leverage, konsentrasi kepemilikan, profitabilitas, dan auditor. Profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, likuiditas, dan ukuran auditor
Teknik analisis Cross-country analysis dengan regresi logit Matriks korelasi dan analisis regresi Regresi, Kruskal Wallis, dan Mann-Whitney Korelasi dengan Chi-Square Independent sample t test, regressi dengan variabel dummy Analisis deskriptif Analisis regresi dengan OLS
Analisis multivariat logit Independent sample t test dan regresi logit
Model autoregresif dan FPE (Final Prediction Error) Riset deskriptif Analisis korelasi Spearman dan analisis multivariat dengan regresi Analisis regresi berganda
Bonsón and Escobar (2002) melakukan pengujian statistik terhadap hubungan antara transparansi perusahaan sebagai variabel tak-bebas dengan sektor industri dan negara asal perusahaan sebagai variabel bebasnya. Hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan di antara ketiga variabel tersebut dalam konteks penerapan transparansi keuangan di internet secara sukarela atau tidak ada kewajiban berdasarkan regulasi dari otoritas pengawas. Mengenai perbandingan praktek IFR antar Negara, Allam dan Lymer (2003) menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan di antara lima negara, kecuali Australia. 3. METODE EVALUASI WEBSITE Obyek penelitian ini adalah 44 website perusahaan asuransi jiwa di Indonesia. Pengamatan dilakukan terhadap popularitas website, kekayaan informasi, jumlah dokumen, serta 84 | P a g e
pengungkapan laporan keuangan di website. Popularitas website terdiri dari tiga indikator yaitu referring domain, external backlink, dan web traffic. Dua indikator pertama diukur dengan menggunakan site explorer dari Majesticseo.com, sedangkan indikator ketiga menggunakan world traffic rank yang datanya diperoleh dari www.alexa.com. Kekayaan informasi diukur dengan jumlah halaman web yang terindeks pada mesin pencari Google. Jumlah webpage dapat diperoleh dengan menggunakan perintah dengan format: “site:namadomain“
Jumlah dokumen diukur dengan banyaknya dokumen dengan format pdf/ps, doc/docx, xls/xlsx, dan ppt/pptx. Jumlah dokumen tersebut bisa diperoleh dengan contoh sintaks sebagai berikut: “site:namadomain filetype:pdf“ Pengukuran tingkat keterbukaan informasi keuangan mengadopsi dari model Internet Reporting Index dari penelitian sebelumnya, namun hanya mengambil dimensi content-nya saja. Hal ini disebabkan karena penelitian ini baru tahap pendahuluan untuk mengetahu kondisi awal tentang pemanfaatan website sebagai media publikasi laporan keuangan. Skala pengungkapan laporan keuangan adalah skor 1 jika tidak ada konten laporan keuanga, skor 2 jika informasi keuangan hanya berupa ringkasan atau berita keuangan dengan format html saja, skor 3 jika ada ringkas dokumen laporan keuangan dengan format pdf, dan skor 4 jika tersedia laporan keuangan beserta analisis lengkapnya, termasuk laporan tahunan dengan format pdf. Pengukuran dilakukan pada hari yang sama untuk setiap parameter. Hal ini dilakukan untuk mengurangi fluktuasi hasil pencarian dengan mesin pencari yang kadang berbeda dari waktu ke waktu. Waktu pengamatan berlangsung pada tanggal 28 sampai 31 Januari 2013 untuk popularitas, kekayaan informasi, dan jumlah dokumen, sedangkan observasi laporan keuangan dilakukan pada tanggal 1-2 Februari 2013. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan tujuan untuk mengetahu kondisi awal tingkat pemanfaatan website pada perusahaan asuransi jiwa di Indonesia. Pola hubungan antara variabel penelitian menjadi fondasi pembentukan hipotesis dan model teoritis yang akan dikembangkan pada tahap penelitian selanjutnya, terutama menggabungkan model webmetrics dengan model IFR (Internet Financial Reporting) secara lengkap.
85 | P a g e
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Popularitas, Jumlah Konten, dan Web Traffic Jumlah perusahaan yang sudah memiliki website adalah 32 dari 44 perusahaan yang dievaluasi atau 72,72%. Persentase tersebut masih lebih tinggi dari sampel penelitian dari Dutta dan Bose (2007) yang tercatat sebanyak 38.81% dari 268 perusahaan dan perusahaan yang kinerja website tergolong tinggi adalah sector keuangan. Persentase perusahaan yang lebih tinggi ditunjukkan pada penelitian Al-Moghaiwli (2009) yaitu sebanyak 39 dari 43 perusahaan atau 90,7%. Persentase kepemilikan lainnya adalah 24 dari 26 (92,3%) pada penelitian Lamani dan Cepani (2011) dan sebagian besar di antaranya adalah bank dan
asuransi. Kinerja website diukur dengan menggunakan ukuran jumlah halaman web, total dokumen, serta popularitas web dengan indikator reffering domain, external backlink, dan alexa traffic rank. Gambaran kisaran nilai dari indikator tersebut disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 2. Gambaran umum variabel penelitian N Traffic (world rank) Reffering domain External Backlink Total Dokumen Jumlah webpage
Minimum 30 32 32 32 32
50302 2 24 0 38
Maximum 26796646 246 35383 1102 23600
Mean 2821158.73 56.91 11775.44 156.22 1765.13
Std. Deviation 4861569.251 66.228 12861.982 277.588 4229.058
Peringkat trafik website secara rata-rata relatif rendah. Dua perusahaan tidak mempunyai
peringkat trafik karena websitenya sangat jarang dikunjungi sehingga tidak terukur oleh Alexa.com. Jumlah kunjungan dari situs lain- yang diukur dengan reffering domain- juga sangat rendah. Secara rata-rata, website perusahaan asuransi hanya dikunjungi melalui 56 situs lain, termasuk melalui mesin pencari dalam 2 bulan terakhir. Jumlah tautan relative lebih tinggi namun ketersediaan tautan di situs lain tidak menyebabkan jumlah kunjungan ke website meningkat. Format dokumen yang paling banyak dipakai adalah format pdf dengan total dokumen dari 32 website sebanyak 4967 dokumen atau 99%. Hasil pengamatan ini sesuai dengan penelitian
Smith (2005) dan Pervan (2005). Dokumen dengan format pdf tersebut
digunakan untuk laporan keuangan yang diunggah ke website perusahaan. File pdf tersebut merupakan bentuk electronik dari laporan keuangan berbasis kertas. Jumlah halaman web 86 | P a g e
pada website perusahaan asuransi jiwa juga sangat rendah yaitu berkisar antara 38 sampai 23600 halaman dengan rata-rata 1765 halaman. Angka tersebut menunjukkan perusahaan asuransi belum memanfaatkan website sebagai media informasi dan publikasi. Tabel di bawah ini menyajikan peringkat lima besar untuk masing-masing variabel. Tabel 3. Lima besar website untuk masing-masing indikator No. 1. 2. 3. 4. 5.
Web Traffic Prudential Commonwealth Allianz Great Eastern Manulife
Reffering Allianz Prudential Commonwealth Great Eastern Manulife
Backlink Commonwealth Allianz Jiwasraya Manulife Aviva
Total Dokumen Great Eastern Prudential Commonwealth Allianz AXA Mandiri
Webpage Generali Inhealth Great Eastern Manulife AXA Mandiri
Pada penelitian utama nanti, peringkat popularitas dan kinerja website tersebut akan dihubungkan dengan karakteristik perusahaan lain, terutama kinerja keuangan dan struktur kepemilikan. Dugaan sementara mengenai faktor penentu popularitas dan jumlah informasi pada website adalah struktur kepemilikan seperti yang diteleliti oleh Pervan (2006), AlMoghaiwli (2009), dan Dâmaso dan Lourenço (2011), serta ukuran perusahaan seperti diteliti oleh sejumlah peneliti lain yang disajikan pada tabel 1 sebelumnya Popularitas dan jumlah konten website juga tidak terdistribusi merata, seperti terlihat pada grafik densitas antara popularitas dengan jumlah informasi pada gambar di bawah ini.
Densitas traffic dan backlink
87 | P a g e
Densitas traffic dan reffering domain
Densitas reffering domain dan webpage
Densitas reffering domain dan dokumen
Gambar 3. Kepadatan distribusi sampel website Dari gambar di atas, sebagian besar website perusahaan mempunyai reffering domain di bawah 50, backlink di bawah 100 ribu, jumlah halaman web di bawah 5000, dan jumlah dokumen di bawah 200. Konsentrasi pada tingkat usabilitas website yang rendah tersebut menunjukkan asuransi jiwa di Indonesia memerlukan penguatan media informasi berbasis web. Faktor lain yang dapat mempengaruhi adalah tingkat melek internet dari masyarakat serta kualitas atau kebermanfaatan dari isi website perusahaan. Dengan jumlah isi yang relatif sedikit, website perusahaan asuransi jiwa belum bisa meningkatkan kunjungan, termasuk dari mesin pencari. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa masyarakat belum bisa mengandalkan website perusahaan untuk memperoleh informasi atau layanan dari perusahaan asuransi jiwa. Pola pencarian informasi di mesin pencari yang berpotensi terhadap jumlah kunjungan dapat dianalisis berdasarkan analisis kata kunci yang bisa menjadi pengungkit kunjungan ke sebuah web. Penjelasan hal ini menggunakan kasus popularitas dua perusahaan yang menempati peringkat atas yaitu Prudential untuk web traffic dan Allianz untuk reffering domain.
88 | P a g e
Anchor text untuk Prudential Anchor text untuk Allianz Gambar 4. Distribusi anchor text (sumber: majesticseo.com) Gambar di atas menunjukkan bahwa informasi yang paling banyak diinginkan pengunjung adalah nama perusahaan termasuk alamat websitenya. Kata kunci tersebut belum secara spesifik menyebutkan nama produk atau layanan perusahaan yang lebih khusus. Hal ini menunjukkan bahwa pencarian informasi di internet oleh pengguna internet masih sangat mendasar. Jika kata kunci tersebut akhirnya mengarahkan pengunjung mengakses website perusahaan asuransi, pengunjung belum tentu mendapatkan informasi yang diinginkan jika jumlah dan mutu konten websitenya tidak seperti yang dibutuhkan. Skenario lain yang mungkin terjadi adalah, kata kunci yang dimasukkan tidak mengarah ke website perusahaan asuransi karena tingkat popularitas website yang masih rendah. Dan popularitas tersebut secara teoritis berhubungan dengan jumlah dan mutu konten websitenya. Teori yang bisa digunakan untuk menelaah hubungan tersebut adalah dengan mengukur persepsi pengunjung dengan menggunakan beberapa model seperti webqual, technology acceptance model, theory of reason action, theory of planned behavior, atau Unifoed Theory of Acceptance and Use of Technology. 4.2. Transparansi Informasi Keuangan Penelitian ini masih dalam tahap pendahuluan yang belum menerapkan model Intrernet Financial Reporting (IFR) secara lengkap, termasuk dengan menggunakan indeks skor dari setiap website. Pengamatan hanya dilakukan terhadap adanya informasi keuangan berupa halaman html atau dokumen tersendiri yang ada di website. Ditribusi frekuensi berua histogram mengenai tingkat keterbukaan informasi keuangan dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 89 | P a g e
Gambar 5. Distribusi tingkat pelaporan keuangan di website Sebagian besar website sudah mempublikasi neraca perusahaan yaitu sebanyak 21 perusahaan atau 66%. Jumlah perusahaan yang mengunggah laporan tahunan yang lengkap hanya 3 perusahaan atau 9%. Persentase ini relatif tidak jauh berbeda dibandingkan penelitian Al-Moghaiwli (2009) yaitu 28 dari 43 perusahaan sudang menyediakan informasi keuangan di websitenya. Namun penelitian ini belum menggunakan model IFR secara lengkap, termasuk dengan menghitung indeks atau skor IFR berdasarkan rincian atribut laporan keuangan pada perusahaan asuransi yang sudah ditetapkan oleh regulator.
Sebagian besar perusahaan menggunakan format pdf yang merupakan hasil pemindaian dokumen laporan keuangan berupa klippin di media cetak. Penelitian ini belum meneliti format dan standar isi seperti diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.010/2012. Belum jatuhnya tenggat waktu publikasi laporan tahunan di websiteyaitu April pada tahun berikutnya – bisa menjadi faktor penyebab tidak ada perusahaan yang mengunggah laporan tahunan untuk tahun 2012. Namun masih ada empat perusahaan yang belum mempublikasi laporan keuangan untuk tahun 2011. Ini berarti tidak mematuhi PMK nomor 53, kecuali peraturan tersebut tidak berlaku surut sehingga hanya diberlakukan mulai laporan tahun 2012 yang memang tenggat waktu publikasi di websitenya belum berakhir. Hubungan antara tingkat transparansi dengan popularitas baru dikaji secara deskriptif seperti disajikan pada gambar di bawah ini.
90 | P a g e
a.Transparansi vs traffic
b.Transparansi dan reffering
c.Transparansi dan backlink
Gambar 6. Perbedaan popularitas website berdasarkan tingkat transparansi Gambar 6a menunjukkan bahwa website yang lebih transparan dalam hal laporan keuangan menunjukkan trafik yang lebih baik dibadingkan website yang kurang transparan. Temuan awal ini menjadi fondasi untuk penyusunan hipotetis pada penelitian utama. Teori yang bisa digunakan di antaranya mengenai usabilitas website yang berbasis teori kognitif dari Jakob Nielsen, model TAM dari Davis, model prilaku lainnya seperti TPB, TRA, dan UTAUT, serta model Webqual dari Stuart Barnes dan Richard Vidgen. Model evaluasi berdasarkan perspektif user tersebut digabungkan dengan pengukuran kinerja website secara aktual dengan menggunakan pendekatan webmetrics. Pola hubungan yang hampir sama terjadi pada reffering domain seperti terlihat pada gambar 6b. Jumlah kunjungan website meningkat jika transparansi meningkat. Pengguna laporan keuangan bisa memperoleh informasi keuangan yang lengkap jika perusahaan menggunggah laporan keuangan di website. Terlepas dari motif pencarian informasi keuangannya, kelengkapan dan kecepatan publikasi informasi keuangan di website akan meningkatkan peluang kunjungan ke website tersebut. Mutu informasi menjadi salah satu kuncinya. Kualitas informasi tersebut merupakan satu dari 3 dimensi utama yang mempengaruhi kualitas web, bersama faktor usability dan iteraksi layanan seperti dikemukan dalam model Webqual dari Barnes dan Vidgen (2002). Perbedaan jumlah backlink pada berbagai tingkat transparansi keuangan tidak menunjukkan pola hubungan seperti reffering domain dan traffic. Hal ini disebabkan karena tautan dari situs eksternal belum tentu menjadi kunjungan ke situs perusahaan asuransi. Dugaannya, pengunjung lebih banyak mengakses website perusahaan dengan mengetikkan alamat domain situsnya atau melalui kata kunci yang dimasukkan ke mesin pencari. Hal ini menuntut pengelola website perusahaan untuk mengembangkan websitenya agar bersifat ramah terhadap mesin pencari
atau search engine friendly. Faktor mutu atau
kebermanfaatan konten tetap menjadi prioritas, setidaknya dengan memanfaatkan website 91 | P a g e
sebagai media informasi dan komunikasi bagi perusahaan asuransi jiwa. Perusahaan bisa memanfaatkan website sebagai media komunikasi dengan konsumen. Menurut Oghojafor (2011), kombinasi antara pengelolaan relasi konsumen dengan teknologi informasi akan meningkatkan layanan konsumen dan profitabilitas perusahaan. Temuan lainnya adalah perusahaan asuransi yang berafiliasi ke kelompok perbankan atau tergolong perusahaan publik menunjukkan tingkat transparansi yang lebih tinggi. Hal ini bisa menjadi dasar hipotetis penelitian yang memasukkan variabel struktur atau konsentrasi kepemilikan seperti diteliti oleh Pervan (2005, 2006), Al-Moghaiwli (2009), dan Dâmaso dan Lourenço (2011). Struktur kepemilikan tersebut bisa berupa persentase kepemilikan asing atau perusahaan yang dimiliki oleh negara. Transparansi perusahaan asuransi yang dimiliki negara berkaitan dengan regulasi lain yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik. Praktek IFR di sektor publik tersebut bisa dibandingkan dengan hasil penelitian Laswad dkk (2001). Mengacu ke UU KIP tersebut, tingkat keterbukaan Informasi Publik diukur berdasarkan ketersediaan jenis informasi publik yang mengacu ke Pasal 14 UU KIP, yaitu sebanyak 14 butir atau jenis informasi. Khusus untuk perusahan publik, Informasi Publik yang wajib disediakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dan/atau badan usaha lainnya yang dimiliki oleh negara adalah: (1) Nama dan tempat kedudukan, maksud dan tujuan serta jenis kegiatan usaha, jangka waktu pendirian, dan permodalan, sebagaimana tercantum dalam anggaran dasar; (2) Nama lengkap pemegang saham, anggota direksi, dan anggota dewan komisaris perseroan; (3) Laporan tahunan, laporan keuangan, neraca laporan laba rugi, dan laporan tanggung jawab sosial perusahaan yang telah diaudit; (4) Hasil penilaian oleh auditor eksternal, lembaga pemeringkat kredit dan lembaga pemeringkat lainnya; (5) Sistem dan alokasi dana remunerasi anggota komisaris/dewan pengawas dan direksi; (6) Mekanisme penetapan direksi dan komisaris/dewan pengawas; (7) Kasus hukum yang berdasarkan UndangUndang terbuka sebagai Informasi Publik; (8) Pedoman pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik berdasarkan prinsip transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian, dan kewajaran; (9) Pengumuman penerbitan efek yang bersifat utang; (10) Penggantian akuntan yang mengaudit perusahaan; (11) Perubahan tahun fiskal perusahaan; (12) Kegiatan penugasan pemerintah dan/atau kewajiban pelayanan umum atau subsidi; (13) Mekanisme pengadaan barang dan jasa;
92 | P a g e
dan/atau (14) Informasi lain yang ditentukan oleh UndangUndang yang berkaitan dengan Badan Usaha Milik Negara/ Badan Usaha Milik Daerah. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Pemanfaatan website resmi sebagai media informasi dan publikasi laporan keuangan masih perlu ditingkatkan di perusahaan asuransi jiwa. Kondisi tersebut bisa dilihat dari kunjungan dan tautan ke website yang rendah. Popularitas website berhubungan dengan kekayaan informasi dan dokumen pada website. Mengingat jumlah halaman web dan dokumen yang masih rendah, perusahaan asuransi jiwa di Indonesia perlu meningkatkan optimalisasi website perusahaan. Disain dan fitur website yang bersifat informasional bisa dikembangkan ke arah transaksional yang berorientasi pada kebutuhan pemangku kepentingan. Pengembangan tersebut selanjutnya akan meningkatkan popularitas website. Dengan demikian, popularitas perusahaan asuransi di internet merupakan salah satu alternatif dalam strategi pemasaran yang bersifat multi saluran. Citra perusahaan pun bisa meningkat dengan pemanfaatan teknologi internet secara tepat. Pengunjung website akan meningkat jika mereka bisa memperoleh informasi atau layanan yang diperlukan. Hubungan kedua variabel tersebut bisa dijelaskan dengan beberapa teori yaitu Social Presence and Information Richness, Media Richness Theory, atau berbagai model perilaku pengguna teknologi informasi seperti Technology Acceptance Model dan Unified Theory of Acceptance and Use of Technology. Berbagai model riset tersebut bisa dimanfaatkan untuk mengetahui faktor apa saja yang diperlukan untuk meningkatkan usabilitas website. Keterbukaan informasi perusahaan asuransi jiwa bisa ditingkatkan dengan penerbitan regulasi otoritas asuransi, misalnya dengan keharusan mempublikasikan laporan keuangan di website perusahaan seperti sudah dipraktekkan di perbankan atau perusahaan publik yang harus mematuhi undang-undang keterbukaan informasi publik. Tuntutan keterbukaan atau transparansi keuangan akan lebih meningkat di era informasi, terutama dengan semakin meningkatnya penetrasi teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia. Penelitian ini hanya berdasarkan pengamatan terhadap website, baik dengan eksplorasi langsung maupun dengan menggunakan query pada mesin pencari. Penelitian ini tidak bisa melakukan komparasi dengan asuransi umum atau usaha perasuransian lainnya. Sampel 93 | P a g e
perusahaan bisa ditambah sehingga mencakup seluruh usaha perusahaan di Indonesia. Cakupan risetnya bisa diperluas dengan perbandingan antar Negara seperti dikemukan oleh Khan and Ismail (2012 bahwa riset tentang Internet Reporting Index terdiri dari tiga kelompok utama yaitu satu Negara seperti penelitian ini, serta antar Negara dan studi internasional. Penelitian mengenai keterbukaan informasi keuangan ini tidak bisa serta merta dikaitkan dengan kondisi kesehatan perusahaan asuransi jiwa. Hubungan antara keterbukaan informasi keuangan di internet dengan kinerja keuangan masih perlu diteliti lebih lanjut dengan menggunakan ukuran kinerja keuangan yang lebih lengkap. Model penelitiannya bisa merujuk riset dari Ismail (2002), Al-Moghaiwli (2009) atau Pervan (2005, 2006) yang salah satu variabelnya adalah ukuran perusahaan dan tingkat keuntungan.
Daftar Pustaka Agyei-Mensah, B.K. 2012. Corporate financial reporting: Firm characteristics and the use of Internet as a medium of communication by listed firms in Ghana. African Journal of Business Management. 6(6): 2299-2309. Ahonen, A. and Windischhofer, R. 2005. The web performance of different types of online insurance providers – A wake up call to traditional insurance providers. Proceedings of the Fifth International Conference on Electronic Business, Hong Kong, December 5-9, 2005: 245-252. Alanezi, Faisal S. 2009. Factors influencing Kuwaiti companies' internet financial reporting. Journal of Economic & Administrative Sciences. 25(2):44-78. Allam, A. and Lymer, A. 2003. Developments in internet financial reporting: review and analysis across five developed countries. The International Journal of Digital Accounting Research. 3(6):165-199. Al-Moghaiwli, Mohammed H. 2009. A survey of internet financial reporting in Qatar. Journal of Economic & Administrative Sciences. 25(1): 1-20. Aly, D., Simon, J., and Hussainey, K. 2010. Determinants of corporate internet reporting: evidence from Egypt. Managerial Auditing Journal. 25(2):182-202. Barako, D.G., Rusmin, and Tower, G. 2008. Web communication: An Indonesian perspective. African Journal of Business Management. 2(3):053-058.
94 | P a g e
Barnes, S.J. and Vidgen, R. 2003. Measuring web site quality improvements: A case study of the forum on strategic management knowledge exchange. Industrial Management & Data Systems. 103(5):297-309. Bonsón, E. and Escobar, T. 2002. A survey on voluntary disclosure on the internet: Empirical evidence from 300 European Union companies. The International Journal of Digital Accounting Research. 2(1): 27-51. Capgemini. 2011. Business agility is critical for insurers seeking to thrive long-term. World Insurance Report. Dâmaso, G. and Lourenço, I.C. 2011. Internet financial reporting: Environmental impact companies and other determinants. 8thInternational Conference on Enterprise Systems, Accounting and Logistics (8th ICESAL 2011). 11-12 July 2011, Thassos Island, Greece. Davey, H. and Homkajohn, K. 2004. Corporate internet reporting: an Asian example. Problems and Perspectives in Management. 2004 (2): 211-227. Dutta, P. and Bose, S. 2007. Web-based corporate reporting in Bangladesh: An exploratory study”. The Cost and Management. 35(6):29-45. Ettredge, M., Richardson, V.J., and Scholz, S. 2002. Dissemination of information for investors at corporate web sites. Journal of Accounting and Public Policy. 21:357–369. Grossman, M., McCarthy, R.V., and Aronson, J.E. E-commerce adoption in the insurance industry. Issues in Information System. 5(2). Hanzaee, K.H. and Karimian, L. 2011. A New approach to electronic shopping in insurance industry. Interdisciplinary Journal of Research in Business. 1(4): 136-144. Hassan, O., and Marston, C. 2010. Disclosure measurement in the empirical accounting literature: A review article. Economics and Finance Working Paper Series, Working Paper No. 10-18. Department of Economics and Finance, Brunel University. Diakses tanggal 2 Januar1 2013 dari http://www.qass.org.uk/2011-May_Brunel-conference/Hassan.pdf. Hunter, S.A. and Smith, L.M. 2009. Impact of internet financial reporting on emerging markets. Journal of International Business Research. 8(2): 21-40. Ismail, Tariq H. 2002. An empirical investigation of factors influencing voluntary disclosure of financial information on the internet in the GCC countries. Working Paper Series, Social Sciences Research Network. Khan, M.N.A.A. and Ismail, N.A. 2011. The level of internet financial reporting of Malaysian companies. Asian Journal of Accounting and Governance. 2:27–39. Khan, M.N.A.A. and Ismail, N.A. 2012. A review of e-financial reporting research. Journal of Internet and e-business Studies. 2012 (2012): 16 pages. 95 | P a g e
Khan, T. 2007. Internet financial reporting: Disclosure about companies on the website. Journal of Business Systems, Governance, and Ethics. 2(2): 57-46. Lai, C.S., Lin, C., Li, H.C., and Wu, F.H. 2010. Empirical study of impact of internet financial reporting on stock prices. The International Journal of Digital Accounting. 10:126. Lamani, D. and Çepani, L. 2011. Internet financial reporting by banks and insurance companies in Albania. The Romanian Economic Journal. 14(42):159-174. Larrán, M. and Giner, B. 2002. The use of the internet for corporate reporting by Spanish companies. The International Journal of Digital Accounting Research. 2(1):53-82. Laswad, F., Fisher, R., and Oyelere, P. 2001. Public sector financial disclosure on the internet: A study of New Zealand local authorities. Commerce Division, Discussion Paper No. 92, Lincoln University. Diakses tanggal 2 January 2013 dari http://www.lincoln.ac.nz/Documents/2325_DP92FL_s6490.pdf. Lodhia, Sumit K. 2006. The world wide web and its potential for corporate environmental communication: A study into present practices in the Australian minerals industry. The International Journal of Digital Accounting Research. 6(11):65-94. Lybaert, Nadine. 2002. On-line financial reporting: An Analysis of the Dutch listed firms. The International Journal of Digital Accounting Research. 2(4):195-234. Momany, M.T. and Al-Shorman, S.A. 2006. Web-based voluntary financial reporting of Jordanian companies. International Review of Business Research Papers. 2(2):127 – 139. Odoyo, F.S. and Nyangosi, R. 2011. E-insurance: An empirical study of perceived benefits. International Journal of Business and Social Science. 2(21), Special Issue. Oghojafor, B. E. A., Aduloju, S. A., and Olowokudejo, F. F. 2011. Information technology and customer relationship management (CRM) in some selected insurance firms in Nigeria. Journal of Economics and International Finance. 3(7): 452-461. Oyelere, P.B., Laswad, F. and Fisher, R. 2000. Corporate financial reporting: Firm characteristics and the use of the internet as a medium of communication. Commerce Division Discussion Paper No. 81. Diakses tanggal 2 January 2013 dari http://researcharchive.lincoln.ac.nz/dspace/bitstream/10182/549/1/cd_dp_81.pdf Pervan, Ivica. 2005. Financial reporting on the internet and the practice of Croatian joint stock companies quoted on the stock exchanges. Financial Theory and Practice. 29(2):159174. Pervan, Ivica. 2006. Voluntary financial reporting on the internet– Analysis of the practice of Croatian and Slovene listed joint stock companies. Financial Theory and Practice. 30(1): 1-27. 96 | P a g e
Salehi, M., Moradi, M., and Pour, A.A. 2010. A study of the integrity of internet financial reporting: Empirical evidence of emerging economy. Global Journal of Management and Business Research. 10(1):148-158. Sanayei, A., Torkestani, M.S., and Ahadi, P. 2008. Elecronic insurance security. IADIS International Conference WWW/Internet. Smith, Barry. 2005. An investigation of the integrity of internet financial reporting. The International Journal of Digital Accounting Research. 5(9):47-78. Turel, A. 2010. The expectation gap in internet financial reporting: Evidence from an emerging capital market. Middle Eastern Finance and Economics. 8: 94-107. Xiao, J.Z., Jones, M.J., and Lymer, A. 2005. A conceptual framework for investigating the impact of the internet on corporate financial reporting. The International Journal of Digital Accounting Research. 5(10):131-169. Yaghoubi, N.M. and Tajmohammadi, N. 2011. Review and ranking e-commerce characteristics on e-commerce application in insurance industry. Interdisciplinary Journal of Research in Business. 1(10): 95-98.
97 | P a g e