Topik I Kayu Putih
Buku Seri Iptek V Kehutanan
1. Sebaran Alami Tanaman Kayu Putih....................................................................................... 2. Strategi Pemuliaan Tanaman Kayu Putih........................................................................... 3. Budidaya Tanaman Kayu Putih Mendukung Reboisasi Daerah Tandus............................................................................................................................................. 4. Produksi Minyak Kayu Putih.............................................................................................................
Buku Seri Iptek V Kehutanan
1 4 8 10
1
Sebaran Alami Tanaman Kayu Putih
Deskripsi
Tegakan Kayu Putih Gambar: BBPBPTH Yogyakarta
2
P
eningkatan produktivitas minyak kayu putih di Indonesia, haruslah didukung dengan keberadaan benih yang berkualitas. Untuk mendapatkan benih yang berkualitas, haruslah diketahui informasi asal usul benih.
S
alah satu teknik yang dilakukan oleh Badan Litbang Kehutanan adalah melakukan eksplorasi benih tanaman kayu putih pada sebaran alaminya. Pohon-pohon induk alami ini akan diseleksi sehingga menghasilkan benih yang bermutu terbaik.
Buku Seri Iptek V Kehutanan
Tanaman kayu putih merupakan tanaman asli di Indonesia yang sangat penting dalam industri minyak kayu putih. Sebaran alami jenis tanaman kayu putih (Melaleuca cajupati) di Indonesia dibagi menjadi 3 sub species, yaitu: Sub species cajuputi Powell tumbuh Kepulauan Maluku dan Timor, sub species cumingiana Barlow tumbuh dibagian barat Indonesia (Sumatera, Jawa Barat, dan Kalimantan Bagian Selatan), sub species platyphylla Barlow tumbuh di bagian Selatan Papua, Kepulauan Aru, dan Kepulauan Tanimbar tanaman kayu putih sub species cajuputi powell, umumnya dapat menghasilkan minyak kayu putih dengan kadar 1,8-sineol dan mempunyai rendemen yang tinggi. Sedangkan dua sub spesies lainnya mempunyai kadar sineol yang lebih rendah. Di Indonesia, minyak kayu putih yang berasal dari Kepulauan Maluku, mempunyai kadar 1,8 sineol kurang lebih sebesar 50% - 60% dan rendemennya tinggi.
KHDTK Watusipat Gambar: BBPBPTH Yogyakarta
3 Bunga Kayu Putih Gambar: BBPBPTH Yogyakarta
Tantangan
Umumnya tanaman kayu putih dijumpai sebagai tegakan murni dan tumbuh pada dataran rendah. Perbedaan lokasi tempat tumbuh dan kondisi geografis mempengaruhi perbedaan waktu pembungaan, pembuahan serta pertumbuhan. Pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan, sifat minyak dan reproduksi pada tanaman kayu putih ini perlu dikaji lagi.
Keterangan Peneliti Unit Kerja Surel (E-mail) Gambar
: Anto Rimbawanto dan Mudji Susanto : Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan :
[email protected] : BBPBPTH Yogyakarta
Buku Seri Iptek V Kehutanan
2
Strategi Pemuliaan Tanaman Kayu Putih
Deskripsi
Kebun Benih Uji Keturunan, Paliyan, Gunung Kidul, Jogjakarta Gambar: BBPBPTH Yogyakarta
4
K
egiatan pemuliaan tanaman hutan biasanya dilakukan dengan mengubah susunan genetik individu maupun populasi tanaman. Hasil pemuliaan tanaman hutan atau benih unggul yang dihasilkan, haruslah lolos uji adaptasi dan observasi di lapangan.
K
egiatan pemuliaan tanaman kayu putih yang dilakukan oleh Badan Litbang Kehutanan, bertujuan untuk mendapatkan benih unggul yang bisa meningkatkan rendemen serta kadar 1,8 sineol.
Buku Seri Iptek V Kehutanan
Kegiatan Penanaman Kayu Putih Uji Keturunan Gambar: BBPBPTH Yogyakarta
Proses pemuliaan tanaman kayu putih telah dilakukan oleh Badan Litbang Kehutanan sejak tahun 1995 bekerjasama dengan Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO).
Proses pemuliaan ini terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu: a. Koleksi Benih atau pembangunan populasi dasar 1. Eksplorasi benih 2. Kebun benih uji keturunan skala minor 3. Kebun benih uji keturunan skala utama 4. Kebun benih uji keturunan generasi kedua 5. Klonal test 6. Kebun benih klonal b. Seleksi Proses seleksi pada kebun benih uji keturunan dilakukan dalam dua tahap, yaitu: 1. Seleksi pertama, dilaksanakan pada umur 12 bulan dengan menggunakan kriteria per tumbuhan 2. Seleksi kedua, dilaksanakan pada umur 17 bulan dengan menggunakan kriteria kadar 1,8 sineol dan rendemen minyak. c. Persilangan Persilangan bertujuan meningkatkan keragaman maupun kualitas genetik tanaman kayu putih. Umumnya persilangan dilakukan pada pohonpohon unggul, dan memperhatikan sifat kandungan minyak dan rendemennya. d. Uji perolehan genetik tanaman kayu putih hasil seleksi uji keturunan generasi pertama (F1) Bertujuan untuk menguji peningkatan genetik produktivitas biomass, persentase kadar 1,8 sineol serta rendemen minyak dibandingkan dengan hutan tanaman produksi.
5
Bibit Tanaman Kayu Putih Gambar: BBPBPTH Yogyakarta
Buku Seri Iptek V Kehutanan
Keunggulan tanaman kayu putih hasil pemuliaan adalah sebagai berikut: a. Produksi benih yang dihasilkan bisa mencapai 3 kg/ha/tahun b. Mampu menghasilkan 6.000 – 8.000 biji/gram c. Rendemen minyak yang dihasilkan sebesar 2,05% - 4.7% d. Potensi kadar 1,8 sineolnya mencapai 65% - 73%. Klonal test.
6
Kegiatan Emaskulasi Gambar: BBPBPTH Yogyakarta
Buku Seri Iptek V Kehutanan
Kegiatan Polinisasi Gambar: BBPBPTH Yogyakarta
Polinator Gambar: BBPBPTH Yogyakarta
Tantangan
7
Potensi tanaman kayu putih di Indonesia cukup besar. Minyak kayu putih yang dihasilkan 500 ton/tahun. Sedangkan kebutuhan domestik minyak kayu putih mencapai 1.500 ton/tahun. Oleh karena itu, perlu upaya sosialisasi dan produksi secara massal benih hasil pemuliaan tanaman kayu putih harus segera diupayakan untuk memenuhi defisit kebutuhan minyak kayu putih tersebut.
Keterangan Peneliti Unit Kerja Surel (E-mail) Gambar
: Anto Rimbawanto, Mudji Susanto dan Noor Khomsah K. : Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan :
[email protected] : BBPBPTH Yogyakarta
Kebun Benih Uji Keturunan Kayu Putih di Paliyan Gambar: BBPBPTH Yogyakarta
Buku Seri Iptek V Kehutanan
3
Budidaya Tanaman Kayu Putih Mendukung Reboisasi Daerah Tandus
Deskripsi Tanaman kayu putih tidak mempunyai syarat tumbuh yang spesifik. Dapat tumbuh baik pada ketinggian 5-400 m dpl, curah hujan 1.300 – 1.750 mm/tahun serta zona iklim hot humid. Tanaman ini dapat tumbuh baik pada lahan marginal. Kegiatan Penanaman Kayu Putih Uji Keturunan Gambar: BBPBPTH Yogyakarta
8
T
anaman kayu putih merupakan tanaman yang bisa tumbuh baik pada lahan tandus atau kurang subur. Jenis tanaman ini merupakan solusi bagi kegiatan reboisasi pada lahan tandus karena cepat tumbuh, memiliki adaptabilitas yang tinggi, dapat memberikan nilai ekonomis yang tinggi dan bermanfaat bagi masyarakat. Disamping itu, bagian yang bermanfaat dari tanaman ini adalah daunnya sehingga kelestarian tegakan dapat terjaga. Budidaya yang tepat dari tanaman kayu putih sangat penting untuk mendapatkan hasil yang optimum.
Buku Seri Iptek V Kehutanan
Aplikasi
1. Perbenihan Benih tanaman kayu putih mempunyai ukuran yang kecil dan sangat halus. Setiap gram benih kayu putih yang baik rata-rata dapat menghasilkan kurang lebih 2.700 bibit. Benih minyak kayu putih dapat awet sampai beberapa tahun, apabila disimpan pada kondisi kering dengan kelembaban 5-8% dalam lemari es pada suhu 3-5oC. 2. Pembibitan Proses pembibitan tanaman kayu putih bisa dilakukan secara
Penanaman Semai Kayu Putih Gambar: BBPBPTH Yogyakarta
generatif dan vegetatif. Secara generatif, benih dapat diperoleh dari pohon induk yang memiliki fenotipe dan genotipe yang unggul. Proses vegetatif yaitu stek pucuk, stek akar, sambungan (grafting) serta cangkok. 3. Penanaman Untuk memacu pertumbuhan awal tanaman kayu putih, sebelum mulai menanam sebaiknya lubang tanam diberi pupuk kompos. Pola penanaman sebaiknya dilakukan pada saat curah hujan tinggi (Januari – Februari) karena bibit tanaman kayu putih memerlukan kelembaban yang tinggi.
Penanaman Bibit Kayu Putih Gambar: BBPBPTH Yogyakarta
4. Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah penyulaman, penyiangan, pendangiran, pemupukan serta pemangkasan batang. 5. Pemanenan Pemanenan daun kayu putih dapat dilakukan setelah berusia 4 tahun. Proses pemanenan dapat diulang pada jangka waktu 1 atau 2 tahun hingga tanaman berumur 25 tahun.
Tantangan Teknik silvikultur baik berupa pengaturan jarak tanam maupun metode pemanenan daun perlu dikaji lebih lanjut untuk mengetahui produktivitas pangkasan yang optimal.
Keterangan Peneliti Unit Kerja Surel (E-mail) Gambar
: Anto Rimbawanto, Mudji Susanto, Noor Khomsah K., Hamdan Adma Adinugraha, S.Hut, M.Sc dan Pudja Mardi Utomo : Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, BPK Manokwari. :
[email protected] : BBPBPTH Yogyakarta
Buku Seri Iptek V Kehutanan
9
4
Produksi Minyak Kayu Putih
Deskripsi
Minyak Kayu Putih yang dihasilkan oleh BBPBPTH Yogyakarta Gambar:BBPBPTH Yogyakarta
10
T
anaman kayu putih merupakan tanaman yang bisa tumbuh baik pada lahan tandus atau kurang subur. Jenis tanaman ini merupakan solusi bagi kegiatan reboisasi pada lahan tandus karena cepat tumbuh, memiliki adaptabilitas yang tinggi, dapat memberikan nilai ekonomis yang tinggi dan bermanfaat bagi masyarakat. Disamping itu, bagian yang bermanfaat dari tanaman ini adalah daunnya sehingga kelestarian tegakan dapat terjaga. Budidaya yang tepat dari tanaman kayu putih sangat penting untuk mendapatkan hasil yang optimum.
Buku Seri Iptek V Kehutanan
Minyak kayu putih sering disebut juga dengan eucalypt oil atau oleum cajuputi, cajeput essential oil atau cajuput/ cajeput oil. Berdasarkan namanya tersebut, minyak kayu putih dihasilkan dari tanaman kayu putih (Melaleuca Cajupati) dan ekaliptus (Eucalyptus spp). Minyak ini tergolong sebagai minyak atsiri dengan sifat mudah menguap, rasa getir, bau wangi serta umumnya larut dalam pelarut organik. Minyak kayu putih dihasilkan dari proses penyulingan daun. Proses ini bertujuan untuk menghasilkan minyak kayu putih dengan mutu baik. Mutu minyak kayu putih dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: jenis atau varietas pohon, cara penyimpanan daun, cara penyajian daun, cara pengisian daun ke dalam katel, dan kondisi penyulingan Penentuan mutu minyak kayu putih dilakukan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) yang ditetapkan dengan SNI 06-5009.11-2001 yang diperbaharui dengan SNI 06-39542006. Sedangkan untuk standar internasional menggunakan standar EOA (essential oil association) Di Indonesia, minyak kayu putih yang berasal dari Kepulauan Maluku, mempunyai kadar 1,8 sineol kurang lebih
tanaman kayu putih terbesar di Indonesia, Kemudian Seram dan Ambon. Tabel 1. Syarat mutu minyak kayu putih tersebut adalah: No.
Jenis Uji
1.
Analisis Kandungan Minyak Cineole Gambar: BBPBPTH Yogyakarta
sebesar 50% - 60% dan rendemennya tinggi. Ini menunjukkan bahwa kualitas minyak kayu putih di Kepulauan Maluku adalah bagus. Umumnya kandungan 1,8 sineol dalam minyak kayu putih dibagi dalam dua kelas utama, yaitu diatas 55% sebagai mutu utama dan di bawah 55% sebagai mutu pertama. Sebaran alami tanaman kayu putih di Kepulauan Maluku, mayoritas ditemukan di Pulau Buru, Seram dan Ambon. Pulau Buru merupakan penghasil
Satuan
Persyaratan
Keadaan 1.1.
Warna
Jernih sampai kuning kehijauan
1.2.
Bau
Khas kayu putih
2.
Bobot jenis 200C/200C
0,900 – 0,930
3.
Indeks Bias (nD20)
1,450 – 1,470
4.
Kelarutan dalam etanol 70%
1:1 sampai 1:10 jernih
5.
Putaran optik
(-4)0 - 00
6.
Kandungan sineol
%
50 - 65
Tabel 2. Standar mutu minyak kayu putih EOA (essential oil association): No.
Jenis Uji
Kualitas Utama
1
Warna dan penampilan
Cairan kuning, hijau atau kuning
2
Kadar sineol
50% - 65%
3
Kelarutan dalam etanol 80%
Larut dalam 1 volume
4
BJ pada 25 0C
0,908 – 0,925
5
Indeks bias 20 0C
1,4660 – 1,4720
6
Putaran Optik
± 00 sampai – 40
Buku Seri Iptek V Kehutanan
11
Aplikasi
12
Langkah-langkah proses penyulingan ini adalah sebagai berikut: a. Persiapan bahan yang diperlukan, berupa daun tanaman kayu putih serta peralatan penyulingan (ketel penyulingan) b. Pengisian daun ke dalam ketel penyulingan c. Penyulingan Proses ini merupakan proses pemisahan komponen suatu campuran dari dua jenis campuran atau lebih berdasarkan titik didih masing-masing zat tersebut. Ada tiga cara proses penyulingan, yaitu: 1. Perebusan (Kohobasi) Kelebihan metode ini adalah kualitas minyak kayu putih cukup bagus, alatnya sederhana serta mudah pengerjaannya. Sedangkan kelemahanya adalah membutuhkan waktu yang lama dan daun yang berada di dekat api akan cepat hangus karena suhu dan tekanan udara tidak dapat diatur. 2. Pengukusan (Water and Steam Distillation) Kelebihannya adalah hampir sama dengan cara perebusan. Perbedaanya adalah adanya pemisahan air dan daun sehingga daun tidak mudah hangus, meskipun shu dan tekanan
Buku Seri Iptek V Kehutanan
Mesin Penyulingan Minyak Kayu Putih di Paliyan Gambar: BBPBPTH Yogyakarta
Pabrik Penyulingan Minyak Kayu Putih Gambar: BBPBPTH Yogyakarta
tidak dapat diatur atau konstan. Banyak industri minyak kayu putih yang menggunakan teknik ini. Kelemahannya adalah hasil penyulingan tidak sempurna karena minyak dengan titik didih lebih rendah dari air yang dapat tersuling. 3. Penggunaan uap secara langsung (Direct Steam Distillation) Kelebihannya adalah kualitas minyak cukup bagus, tekanan dan suhu dapat diatur, waktu penyulingan pendek/singkat. Sedangkan kekurangan metode ini adalah peralatan cukup mahal. d. Penjernihan Hasil Penyulingan Proses penjernihan minyak hasil penyulingan ini dapat dilakukan dengan : 1. Penyaringan dengan menggunakan silika, magnesium karbonat, kertas saring, kertas merang maupun lapisan merang. 2. Menggunakan gaya berat atau proses sentrifuse atau menggunakan garam Natrium Sulfat (Na2SO4) e. Penyimpanan Minyak kayu putih hasil penyulingan disimpan dalam botol atau drum dan ditutup rapat untuk menghindari penguapan. Drum yang digunakan sebaiknya drum berlapis timah atau drum besi galvanis.
Tantangan Produksi minyak kayu putih di Indonesia masih menggunakan cara tradisional. Diperlukan sosialisasi yang tepat untuk menghasilkan minyak kayu putih sesuai standar SNI dan EOA. Selain itu, dukungan pemerintah terhadap petani tradisional sangat penting untuk membangkitkan kembali produksi minyak kayu putih di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan domestik.
Keterangan Peneliti Unit Kerja Surel (E-mail) Gambar
: Anto Rimbawanto, Totok Kartono Waluyo, Sumardi, Ary Widiyanto dan Muhammad Siarudin : Balai Besar Penelitian Bioteknologi & Pemuliaan Tanaman Hutan, Pustekolah, BPK Kupang dan BPTA Ciamis :
[email protected],
[email protected],
[email protected] dan
[email protected] : BBPBPTH Yogyakarta
Buku Seri Iptek V Kehutanan
13