TOLERANSI BERAGAMA MENURUT PANDANGAN HAMKA DAN NURCHOLIS MADJID NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ushuluddin (S.Ud) Pada Program Studi Perbandingan Agama (Ushuluddin)
Oleh: Hendri Gunawan H 000 11 0002
FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
ABSTRAK Toleransi beragama merupakan satu tema yang selalu menarik untuk diteliti dan dikaji secara lebih mendalam. Karena masa depan suatu bangsa sedikit banyak tergantung pada sejauh mana masyarakat suatu bangsa tersebut dapat menjaga keharmonisan hubungan antarumat beragama. Hamka merupakan salah satu ulama yang konsen membina keharmonisan hubungan antar umat beragama di Indonesia, di antaranya dengan jalan mengadakan dialog-dialog antar umat beragama seperti yang pernah dilakukannya ketika beliau menjabat sebagai Ketua Umum MUI Pusat. Meskipun demikian Hamka sangat tegas ketika ajaran toleransi sudah menyangkut masalah keimanan seperti haram hukumnya bagi umat Islam menghadiri hari raya umat lain. Hal ini berbeda dengan Nurcholish Madjid. Menurutnya, Toleransi beragama adalah dengan menghargai dan menghormati kepercayaan agama lain dan memandang bahwa masing-masing agama berjalan menuju kebenaran sehingga menurutnya tidak ada masalah jika umat Islam ikut mengucapkan selamat hari raya dan menghadiri perayaanperayaan keagamaan agama lain karena itu merupakan bagian dari cara menjaga keharmonisan antar umat beragama. perbedaan dan persamaan pemikiran Hamka dan Nurcholish Madjid tentang toleransi beragama akan dapat diketahui dengan melakukan analisa perbandingan (deduktif-komparatif) terhadap pemikiran kedua tokoh ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan pemikiran Hamka dan Nurcholish Madjid tentang toleransi beragama. Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk menambah khazanah keilmuan Islam khususnya tentang masalah toleransi beragama. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap dakwah Islam dan menjadi bahan masukan dalam mengkaji masalah toleransi beragama serta menambah wawasan peneliti tentang konsep toleransi beragama menurut Hamka dan Nurcholish Madjid. Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi dan kepustakaan yang termasuk jenis penelitian Library Research. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Filosofis. Hasil penelitian ini adalah adanya persamaan dan perbedaan pendapat antara Hamka dan Nurcholish Madjid tentang masalah toleransi beragama. Keduanya sama-sama menekankan tentang pentingnya prinsip toleransi dalam kehidupan beragama yaitu dengan menghormati kebebasan beragama. Karena dengan prinsip inilah semua pemeluk agama akan saling menghormati terhadap pemeluk agama lain. Perbedaan antara keduanya terletak pada batas-batas dalam toleransi beragama di mana Hamka menyatakan bahwa toleransi beragama dalam Islam hanya bisa dilakukan jika tidak menyangkut masalah keimanan sedangkan Nurcholish Madjid dalam praktek toleransi beragamanya cenderung lebih inklusif dan pluralism. Seperti dengan mengikuti do’a bersama antar umat beragama.
Kata Kunci : Toleransi Beragama, kebebasan beragama
menginspirasikan sebagian kepala jawatan
PENDAHULUAN
dan menteri untuk mengeluarkan perintah
Latar Belakang Masalah
agar perayaan halal bihalal digabungkan
Kerukunan antar umat beragama
dengan
Natal
menjadi
Lebaran-Natal.
merupakan satu unsur penting yang harus
Sebagian pejabat mengatakan bahwa demi
dijaga
di
kesaktian Pancasila, Lebaran-Natal ini
dalamnya berbagai macam suku, ras, aliran
dapat membantu kita memahami makna
dan agama. Untuk itu sikap toleransi yang
toleransi. Buya Hamka menolak dengan
baik
keras toleransi yang semacam itu. Bagi
di
Indonesia
diperlukan
yang
dalam
perbedaan-perbedaan
hidup
menyikapi
tersebut
agar
Hamka, yang semacam itu adalah toleransi
kerukunan antar umat beragama dapat
paksaan dan memiliki ciri-ciri yang sesuai
tetap terjaga, sebab perdamaian nasional
dengan pandangan sinkretisme.3
hanya bisa dicapai kalau masing-masing golongan
agama pandai
identitas golongan lain.
Nurcholish Madjid adalah seorang
menghormati
cendekiawan Muslim yang juga banyak
1
mengemukakan
gagasan
pembaharuan
Mengenai soal beragama, Islam tidak
dalam Islam, khususnya tentang gagasan
mengenal konsep pemaksaan beragama.
mewujudkan kerukunan umat beragama.
Allah SWT Berfirman di dalam QS. Yunus
Menurutnya nilai keislaman itu tidak
(10) : 99. yang artinya:
hanya dipandang dari sudut internal umat
“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya.2 Haji Abdul Malik Karim Amrullah
Islam dalam berhubungan umat seagama
atau yang lebih dikenal dengan sebutan
kesempurnaan agama Islam adalah karena
Buya Hamka, bisa menjadi teladan tentang
agama ini bersifat mengayomi semua
bagaimana toleransi beragama yang baik.
agama yang ada dan sikap itulah yang dulu
Tahun 1968, umat Muslim berhari raya
dilakukan oleh para sahabat Nabi kepada
Idul Fitri dua kali, yaitu pada 1 Januari dan
umat lain.4
tetapi
bagaimana
sikap
orang
Islam
terhadap agama lain yaitu mampukah ia membangun dalam
sikap
beragama.
saling
bertoleransi
Karena
sebenarnya
21 Desember 1968. Dekatnya tanggal Hari 3
Akmal Syafril, Hamka Tentang Toleransi Beragama, dalam rubrik Islamia Republika, Kamis 15 Desember 2011. hlm. 24. 4 Nurcholish Madjid, Dialog Keterbukaan Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana Sosial Politik Kontemporer (Jakarta: Paramadina, 1998), hlm. 267-268.
Raya Idul Fitri dengan Natal kemudian 1
M. Natsir, Islam dan Kristen di Indonesia (Jakarta: Media Dakwah, 1988), hlm. 209. 2 Al-Qur’an dan Terjemahnya Juz 1- Juz 30 (Departemen Agama RI, 2004), hlm. 295.
1
Al-Baqarah : 62 Dan Al-Maidah :
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah
69).
di atas maka dalam penelitian ini akan di ambil
rumusan
permasalahan
2. M.
sebagai
Syamsudin
yang
1. Bagaimana Pandangan Hamka dan Madjid
tentang
Agama
dalam
Tafsir Al-Azhar).
Hamka Madjid
Pengembangan
Pendidikan Agama Islam (Studi
2. Apa Persamaan dan Perbedaan
Nurcholish
berjudul
Pluralisme
Toleransi Beragama?
Pandangan
Sunan
Kalijaga, 2008) dalam skripsinya
berikut yaitu:
Nurcholish
(UIN
3. M. Subkhan (IAIN Walisongo,
dan
2011)
tentang
Toleransi Beragama?
dalam
skripsinya
yang
berjudul
Toleransi
Beragama
menurut
Pemikiran
Nurcholis
Madjid.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini
4. Muhammad Khakim (UMS, 2012)
adalah sebagai berikut:
dalam skripsinya yang berjudul Ahl
1. Untuk mengetahui bagaimana
al-Kitab
Menurut
Pandangan
pandangan Hamka dan Nurcholish
Nurcholish Madjid dan M. Quraish
Madjid tentang Toleransi
Shihab (Studi Komparatif).
Beragama.
Berdasarkan hasil tinjauan pustaka di
2. Untuk mengetahui persamaan dan
atas,
peneliti
berkesimpulan
bahwa
perbedaan pandangan Hamka dan
penelitian skripsi dengan tema toleransi
Nurcholish
beragama menurut pandangan Hamka dan
Madjid
tentang
Toleransi Beragama.
Nurcholish Madjid belum pernah ada yang
LANDASAN TEORI
meneliti. Penelitian sebelumnya hanya
Tinjauan Pustaka
mengangkat pandangan dari salah satu
Adapun Penelitian sebelumnya yang relevan
dengan
permasalahan
tokoh dari dua tokoh di atas, sedangkan
dalam
penelitian ini akan meneliti lebih dekat
penelitian ini yaitu: 1. Yati
tentang pandangan Hamka dan Nurcholis
Yuningsih
(UMS,
2009)
Madjid
Dalam skripsinya yang berjudul
kemudian
Pluralisme
keduanya.
Agama
dalam
Pandangan Hamka dan M.Quraish
tentang
toleransi
beragama
membandingkan
pendapat
Tinjauan Teoritik
Shihab (Studi atas Penafsiran QS.
Tinjauan teori dalam penelitian ini akan dibagi ke dalam empat pembahasan, 2
yaitu Pertama, tentang pengertian toleransi
dan kesabaran.7 Oleh karena itu, dapat
secara umum yang mencakup pengertian
dipahami bahwa toleransi mengandung
toleransi menurut para tokoh, dan toleransi
konsesi, yaitu pemberian yang hanya
dalam pandangan Islam. Kedua, dasar-
didasarkan kemurahan dan kebaikan hati.
dasar toleransi beragama. Ketiga, bentuk-
Toleransi terjadi dan berlaku karena
bentuk toleransi beragama. Keempat, berisi
terdapat
tentang praktek toleransi beragama pada
menghormati prinsip orang lain, tanpa
masa Rasulullah dan para sahabat.
mengorbankan prinsip sendiri.
perbedaan
prinsip,
dan
Terdapat beberapa pendapat dari
Pengertian Toleransi Kata toleransi berasal dari kata
para tokoh mengenai masalah toleransi,
tolerance (dalam bahasa Inggris) yang
secara khusus tentang toleransi antar-umat
berarti sikap sabar dan kelapangan dada5
beragama yaitu: Azhar Basyir dalam buku “Akidah
membiarkan, mengakui dan menghargai keyakinan orang lain tanpa memerlukan
Islam”
persetujuan.
menyatakan bahwa toleransi beragama
Webster’s
Kata New
toleransi
American
dalam
Dictionary,
dalam
(beragama
Islam
secara
bukan
dewasa)
dengan
cara
diartikan sebagai leberaty toward the
mengidentikan bahwa semua agama sama
opinions of others; patience with others.6
saja karena semuanya mengajarkan kepada
Maksudnya yaitu memberikan kebebasan
kebaikan. Ajaran semacam ini menurut
terhadap pendapat orang lain dan berlaku
kacamata Islam sama sekali tidak dapat
sabar terhadap orang lain, sedang dalam
diterima. Karena Islam secara tegas telah
bahasa
diterjemahkan
memberikan penegasan bahwa agama yang
dengan tasamuh, yang mempunyai arti
benar di hadirat Allah hanyalah Islam.
saling
Tetapi Islam juga mewajibkan kepada
Arab
toleransi
mengizinkan
dan
saling
memudahkan.
penganutnya
untuk
bersikap
hormat
Kata toleransi juga berasal dari
terhadap keyakinan agama lain, dan
bahasa Latin, yaitu tolerantia yang artinya
berbuat baik serta berlaku adil terhadap
kelonggaran, kelembutan hati, keringanan
penganut agama lain.8 Harun Nasution dalam buku “Islam Rasional
Gagasan
dan
Pemikiran”
5
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 595. 6 Edward N. Teall, A.M. and C. Ralph Taylor A.M. (Editor), Webster’s New American Dictionary (New York: Book Inc, 1958), hlm. 1050.
7
Zuhairi Misrawi, Al-Qur’an Kitab Toleransi ( Jakarta : Pustaka Oasis, 2007), hlm. 161. 8 Ahmad Azhar Basyir, Akidah Islam (Beragama Secara Dewasa) Edisi Revisi ( Yogyakarta : UII Press 2013), hlm. 23.
3
menyatakan bahwa toleransi beragama
Sehingga
akan terwujud jika meliputi 5 hal berikut:
ditumbuhkan oleh kesadaran yang bebas
Pertama, Mencoba melihat kebenaran
dari segala macam bentuk tekanan atau
yang ada di luar agama lain. Kedua,
terhindar dari pengaruh hipokrisi.11
Memperkecil perbedaan yang ada di antara
Dasar-Dasar Toleransi Beragama
agama-agama.
Ketiga,
Menonjolkan
kerukunan
Meskipun
dan
al-Qur’an
toleransi
memberi
persamaan-persamaan yang ada dalam
penegasan bahwa Islam adalah satu-
agama-agama. Keempat, Memupuk rasa
satunya agama yang diterima Allah Swt.
persaudaraan se-Tuhan. Kelima, Menjauhi
Tetapi dalam waktu yang sama, al-Qur’an
praktik serang-menyerang antar agama. Kerukunan
dan
toleransi
9
juga melarang melakukan paksaan kepada
yang
siapa pun untuk memeluk suatu agama
diajarkan oleh Islam itu, dalam kehidupan
sebagaimana dinyatakan dalam QS. Al-
antar-umat
Baqarah (2): 256.
beragama
bukanlah
suatu
toleransi yang bersifat pasif. Tetapi aktif, aktif dalam menghargai dan menghormati keyakinan orang lain serta aktif dan Artinya: Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barangsiapa ingkar kepada Thagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh dia telah berpegang teguh kepada tali yang kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.12
bersedia senantiasa untuk mencari titik persamaan
antar
bermacam-macam
perbedaan. Karena kemerdekaan beragama bagi seorang Muslim adalah suatu nilai hidup yang lebih tinggi daripada nilai jiwanya sendiri.10 Perwujudan kerukunan dan toleransi beragama dapat
Selain
direalisasikan dengan;
mengenai
mengakui eksistensi agama-agama lain dan segala
hak
beragama
tiap
menekankan
golongan sikap
dalam
al-Qur’an
larangan
memaksa
dan
membenci. Lebih dari sepuluh ayat bicara
asasi
larangan
pengikutnya. Kedua, dalam pergaulan bermasyarakat,
di
terdapat sekitar 40 ayat yang berbicara
Pertama, bahwa setiap penganut agama
menghormati
itu,
kebebasan
umat
memaksa, berfikir,
untuk
menjamin
berkeyakinan
dan
saling 11
Sarjuni, & Didiek Ahmad Supadie, Pengantar Studi Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2011), hlm. 57.
mengerti, menghormati, dan menghargai. 9
12
Al-Qur’an Dan Terjemahnya Juz 1- Juz 30 ( Jakarta : Departemen Agama RI, 2004), hlm.53.
Harun Nasution, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran (Bandung: Mizan, 2000), hlm.275. 10 M. Natsir, Islam dan Kristen, hlm. 205.
4
mengutarakan aspirasi.13 Manusia diberi
menjalankan keyakinannya sesuai dengan
kebebasan sepenuhnya untuk menentukan
ajaran agamannya masing-masing.14
pilihannya
sendiri,
apakah
menerima
Masa pemerintahan Khalifah Umar
kebenaran Islam atau menolaknya.
Bin Khattab adalah masa ekspansi Islam
Konsekuensi dari ketentuan tersebut
ke daerah-daerah yang berada di luar
adalah Islam mengakui bahwa umat
Jazirah yang sebelumnya banyak memeluk
manusia di atas dunia ini tidak mungkin
agama Kristen. Ketika umat Islam berhasil
semuanya bersepakat dalam segala hal,
merebut kemenangan di Baitul Maqdis
termasuk
Palestina, Khalifah Umar sendiri berangkat
dalam
masalah
keyakinan
beragama.
menuju
Bentuk-Bentuk Toleransi Beragama
menandatangani satu perjanjian dengan
a. Tidak memaksa dalam beragama.
orang-orang Nasrani yang berisi jaminan
b. Menghormati keyakinan orang lain.
terhadap jiwa, harta benda, gereja-gereja,
c. Saling
salib-salib
tolong-menolong
dalam
mu’amalah dunia. d. Tidak
boleh
Baitul
dan
Maqdis.
lain-lain
Beliau
soal
yang
berhubungan dengan hubungan antar umat saling
mencaci
beragama.
sesembahan.
Hubungan yang diajarkan Islam
e. Berbuat adil.
dengan umat beragama lain di atas bukan hanya berupa teori atau slogan saja akan
Praktek Toleransi Beragama Sejarah panjang umat Islam telah melahirkan
teladan
bagi
tetapi suatu sikap nyata yang telah
paham
dipraktekkan oleh Rasulullah saw. dan
kemajemukan dan kebebasan beragama.
para sahabatnya lima belas abad silam.
Hal itu terjadi bukan tidak beralasan,
METODE PENELITIAN
karena Rasulullah sendiri penggagasnya
Jenis dan Pendekatan Penelitian
seperti yang tertera dalam piagam madinah
Berdasarkan
tempat
penelitian,
(Mitsaq al-Madinah) dalam ruang dan
penelitian ini termasuk jenis penelitian
waktu ketika itu. Meskipun dalam bentuk
kepustakaan
sederhana, tetapi piagam tersebut telah
bertujuan untuk mengumpulkan data dan
menjamin
kepada
informasi dengan bantuan bermacam-
pemeluk agama yang berbeda untuk
macam material yang terdapat di ruang
sebuah
kebebasan
(Library Research)
yang
perpustakaan seperti buku-buku, majalah, 13
14
Ma’ruf Amin, Melawan Terorisme Dengan Iman (Jakarta: Tim Penanggulangan Terorisme), hlm. 141.
Hamid Fahmy Zarkasyi, Islam, HAM dan Kebebasan Beragama (Jakarta: INSIST, 2011), hlm. 16.
5
kesimpulan
lain-lain.15Penelitian ini
akan meneliti
Kemudian metode komparatif digunakan
semua hasil karya pemikiran Hamka dan
untuk membandingkan pemikiran Hamka
Nurcholish Madjid yang relevan dengan
dan Nurcholish Madjid.
judul. Pendekatan dalam penelitian ini
HASIL PENELITIAN
adalah dengan menggunakan pendekatan
DAN PEMBAHASAN
filosofis
yaitu
menganalisis
Toleransi Beragama Menurut Hamka
penelitian
secara
kritis
bersifat
radikal,
Hamka berpendapat bahwa semua
sistematis, dan mendalam sampai pada
manusia diberikan kebebasan oleh Allah
landasan
SWT untuk memeluk agama apapun tanpa
yang
dan
objek
yang
khusus.18
dokumen, catatan, kisah-kisah sejarah dan
mendasari
pemikiran
tersebut.16
adanya paksaan. Hal ini sebagaimana yang diuraikan oleh Hamka dalam Tafsir Al-
Metode Pengumpulan Data Metode
yang
digunakan
Azhar QS. Al-Baqarah (2) : 256.
dalam
penelitian ini adalah metode dokumentasi17 yang juga disebut metode dokumenter, yaitu mengumpulkan dokumen atau data-
“Tidak ada paksaan dalam agama. Telah nyata kebenaran dan kesesatan. Maka barangsiapa yang menolak segala pelanggaran besar dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya telah berpeganglah dia dengan tali yang amat teguh, yang tidak akan putus selamalamanya. Dan Allah Maha Mendengar, lagi Mengetahui.19
data tertulis yang berupa sumber primer dan sekunder. Metode Analisis Data Data-data
yang
telah
terkumpul
dianalisis dengan menggunakan metode deduktif-komparatif.
Metode
deduktif
adalah suatu cara atau jalan yang dipakai
Hamka
mengatakan
bahwa
untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
sungguh ayat ini adalah suatu tantangan
ilmiah
kepada manusia, karena Islam
dengan
bertitik
tolak
dari
adalah
pengamatan atas hal-hal atau masalah yang
benar. Orang tidak akan dipaksa untuk
bersifat
memeluknya, tetapi orang hanya diajak
umum
kemudian
menarik
untuk berfikir. Asal dia berfikir sehat, dia pasti akan sampai kepada Islam. Tetapi
15
Mardalis, Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 28. 16 Anton Baker, Metodologi Penelitian Filsafat ( Yogyakarta: Kanisius, 1994), hlm. 15. 17 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek ( Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 149.
kalau 18
ada
paksaan,
pastilah
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat (Jakarta: Rajawali Press, 2002), hlm.58. 19 Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz III (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), hlm. 20.
6
timbul
pemaksaan pemikiran, dan mestilah timbul
Adanya larangan pemaksaan dalam
taqlid.
agama, karena agama menempati struktur Ayat ini adalah dasar teguh dari
Islam.
Musuh-musuh
membuat
bukan hal yang artifisial dan mudah
berbagai macam fitnah yang dikatakan
diubah-ubah.21 Pemaksaan hanya akan
ilmiah bahwa Islam disebarkan dengan
memperbanyak
pedang. Islam dituduh memaksa manusia
menunjukkan
untuk memeluk agamanya. Padahal kalau
Paksaan hanya dapat dilakukan oleh
memang
golongan
mereka
Islam
terdalam batin manusia yang sulit dikuasai,
benar-benar
ingin
korban sikap
yang
namun
yang
berkuasa,
tidak
bijaksana.
yang
hati
mencari data yang ilmiah hendaknya
kecilnya sendiripun tidak yakin bahwa dia
mereka melihat langsung dari al-Qur’an
di pihak yang benar.22
yaitu seperti terdapat dalam surat al-
Oleh karena itu, sesuai dengan
Baqarah : 256 ini, bahwa dalam hal agama
kandungan yang terdapat dalam QS Al-
tidak boleh ada paksaan. Asbabun nuzul
Kahfi Ayat 29, bahwa keimanan itu adalah
dari ayat ini adalah adanya sebagian
pilihan merdeka, atas persetujuan hati
penduduk Madinah sebelum memeluk
nurani dan akal sendiri, bukan merupakan
Islam mereka menyerahkan anak-anaknya
paksaan dari luar. Pilihan keimanan adalah
kepada orang-orang Yahudi Bani Nadhir
pilihan atas kebenaran yang berasal dari
untuk dirawat dan dididik. Setelah besar,
Tuhan.23
anak-anak itu menjadi Yahudi. Setelah
Umat Islam menurut Hamka juga
penduduk Madinah memeluk Islam dan
dilarang mencaci-maki sesembahan yang
terjadi pengusiran terhadap Bani Nadhir
disembah oleh orang Kafir karena itu akan
mereka menginginkan agar anak-anak
menyebabkan mereka akan balik memaki
mereka yang telah menjadi Yahudi supaya
Allah dengan tanpa ilmu. Lebih baik
ditarik kembali masuk Islam dan bila perlu
ditunjukkan saja kepada mereka alasan
dengan dipaksa. Tetapi Rasulullah tidak
yang masuk akal bagaimana keburukan
menyetujui permintaan ini. Anak-anak itu
menyembah berhala atau tuhan selain
diberi kebebasan untuk memilih apakah
Allah.24
tetap menjadi Yahudi dan diusir keluar Madinah atau kembali kepada orang 21
Mukhlish, Inklusifisme, hlm. 111. Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz XI ( Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984), hlm. 319-320. 23 Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz XV (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982), hlm. 199-200. 24 Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz VII-VIII (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1984), hlm. 409.
tuanya menjadi muslim dan tinggal di
22
Madinah.20
20
Ibid.
7
Hamka
menjadikan
Mumtahanah (
Q.S.
“Dan sekali-kali tidaklah akan rela orangorang Yahudi dan tidak pula orang Nasrani, sebelum kamu jadi pengikut agama mereka.”27
Al-
) : 7-9 sebagai pedoman
bagi umat Islam untuk bergaul dan berinteraksi sehari-hari dengan komunitas
Menurut
lain di luar Islam.
dunia ini akan tetap terus ada perlombaan
tolong-menolong, bersikap adil dan jujur
merebut
kepada pemeluk agama lain. Tetapi jika
memusuhi,
memerangi
menanamkan
tidaklah begitu penting bagi orang Yahudi dan
diperbolehkan itu menjadi terlarang.25
Nasrani
menasranikan
Batasan toleransi berdasarkan QS. Al-
menyahudikan orang
yang
dan belum
beragama, tetapi yang lebih penting adalah
Mumtahanah (60) : 7-9 ini, pernah
meyahudikan dan menasranikan pengikut
disampaikan langsung oleh Hamka selaku
Nabi Muhammad sendiri yaitu umat
ketua MUI kepada Presiden Soeharto pada
Islam.28
tanggal 17 September 1975. Hal ini
Hamka
berkaitan dengan peliknya hubungan antar
sebagai
seorang
ulama
dikenal tegas dan gigih membela akidah
agama di Indonesia pada saat itu terutama
di
dan
memberikan peringatan bagi kita bahwa
dan
mengusir umat Islam, maka semua yang
antara Islam dan Kristen.
pengaruh
kekuasaan agama. Ayat ini juga telah
ada bukti bahwa pemeluk agama lain itu
tetapi
ini
sampai hari kiamat, bahwasanya di dalam
bergaul dengan akrab, bertetangga, saling
Akan
ayat
mengandung pesan dan pedoman bagi kita
Umat Islam dipersilahkan untuk
hendak
Hamka,
Islam, hal ini tercermin dalam sikapnya
26
ketika menyikapi toleransi yang sudah samping
harus
menyangkut masalah keimanan. Menurut
bergaul, tolong-menolong dan berbuat baik
Hamka tidak ada toleransi dalam masalah
kepada umat agama lain, menurut Hamka
yang menyangkut keimanan.
umat Islam juga tetap diminta untuk selalu
Hamka pernah menolak secara tegas
waspada terhadap golongan Yahudi dan
ide tentang perayaan Natal bersama yang
Nasrani karena dalam hal ini Allah sendiri
digulirkan oleh pemerintah Orde Baru
telah menjelaskan di dalam QS. al-Baqarah
pada waktu itu dengan tujuan menjaga
(2) : 120.
kerukunan antar umat beragama. Hamka yang ketika itu masih menduduki jabatan sebagai ketua umum MUI kemudian
25
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz XXVIII (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1985), hlm. 105-107. 26 H. Rusydi, Pribadi dan Martabat, hlm. 293
27
Ibid. Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz I, ( Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982), hlm. 295. 28
8
memfatwakan haram bagi kaum Muslim
dalam agama lain tidak ada jaminan
ikut merayakan Natal Bersama. Akibatnya,
kebebasan yang luas bagi perempuan
karena
sebagaimana dalam agama Islam.31
berbeda
pemerintah,
pendapat
Hamka
dengan
kemudian
lebih
Toleransi
memilih untuk melepaskan jabatannya sebagai ketua umum MUI
Beragama
Menurut
Nurcholish Madjid
setelah
Ketika
membahas
asas
antar
umat
menjabat hanya kurang dari dua bulan,
toleransi
karena mempertahankan prinsipnya itu
beragama Nurcholish Madjid menyatakan
dengan tidak mau mencabut kembali
bahwa secara tidak langsung kita telah
fatwanya tentang haramnya merayakan
mengasumsikan
Natal bersama bagi kaum Muslim.
kemungkinan bahwa berbagai penganut
Hamka mengharamkan umat Islam
orang
Kristen
kerukunan
tentang
adanya
agama bertemu dalam suatu landasan bersama (common platform).32
merayakan Natal karena Natal adalah kepercayaan
dan
tentang
yang
Nurcholish
Madjid
menyatakan
memperingati hari lahir anak Tuhan. Itu
bahwa logika toleransi dan kerukunan
adalah akidah mereka. Kalau ada orang
ialah adanya sikap saling menghargai antar
Islam yang turut menghadirinya, berarti
umat beragama, yang pada urutannya
dia melakukan perbuatan yang tergolong
mengandung logika titik temu, meskipun
musyrik,
dan
tentu saja terbatas hanya pada hal-hal
katakan pada kawan yang tak hadir di sini,
prinsipil. Hal-hal rinci, seperti ekspresi-
terang
itulah akidah kita!”.
Hamka,
“Ingat
29
Kemudian
ekspresi simbolik dan formalistik tentu dalam
masalah
sulit untuk dipertemukan. Masing-masing
pernikahan pada tanggal 1 Juni 1980
agama bahkan kelompok intern suatu
Hamka yang saat itu menjabat sebagai
agama
ketua MUI
menfatwakan bahwa haram
idiomnya yang khas dan bersifat esoterik
pernikahan
antara
yakni hanya berlaku secara intern agama
wanita
Muslimah 30
tertentu
sendiri
mempunyai
Hal ini
atau kelompok tersebut.33 Oleh karena itu,
memiliki
ikut campur seorang pemeluk agama
kekuasaan atas rumah tangga, apalagi
terhadap urusan rasa kesucian dari agama
dengan laki-laki non-Muslim. karena
perempuan
tidaklah
29
31
http://www.nahimunkar.com/buyahamka-dan-sikap-tegasnya-terhadap-kristenisasi/ diakses pada 15 Desember 2014 pukul 6.10 WIB 30 http://panjimas.com/kajian/2014/09/14/i nilah-fatwa-haram-nikah-beda-agama-yangditandatangani-ketua-mui-buya-hamka/ diakses pada 26 Maret 2015 pukul 22.06 WIB
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz II, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), hlm. 195-196. 32 Nurcholish Madjid, Islam Agama Kemanusiaan Membangun Tradisi dan Visi Baru Islam Indonesia (Jakarta: Paramadina, 1995), hlm. 91. 33 Ibid.
9
lain adalah hal yang tidak rasional dan
penuh inklusifisme ini harus dipahami
absurd. Sebagai contoh Islam melarang
betul demi kebaikan bersama.35
pengikutnya untuk berbantahan dengan
Jadi sikap mencari kebenaran secara
para penganut kitab suci kecuali dengan
tulus dan murni adalah sikap keagamaan
cara yang sebaik-baiknya serta harus
yang benar, yang menjanjikan kebahagiaan
dipahami bahwa penganut kitab-kitab suci
sejati, dan tidak bersifat palliative atau
yang
sama-sama
menghibur secara semu dan palsu seperti
menyembah Tuhan Yang Maha Esa dan
halnya kultus dan fundamentalisme. Nabi
sama-sama pasrah kepada-Nya.
pun menyatakan bahwa sebaik-baik agama
berbeda-beda
Sementara
itu,
dalam
hubungannya
disisi
Allah
adalah
samhah,
harus berdasarkan pada pandangan bahwa
kebenaran yang lapang, toleran, tidak
setiap agama dengan idiom syir’ah dan
sempit,
minhaj masing-masing mencoba untuk
membelenggu jiwa.36 Al-Qur’an pun telah
berjalan menuju kebenaran, maka para
menegaskan bahwa untuk menyelamatkan
penganut
tanpa
semangat
al-
dengan pergaulan antar umat beragama
agama
yaitu
al-hanafiyah
kefanatikan
mencari
dan
tidak
diharapkan
dengan
orang lain, tidak boleh dilakukan dengan
menjalankan
ajaran
cara pemaksaan, karena agama adalah
Pencarian
pilihan merdeka sehingga seseorang tidak
kebenaran yang tulus dan murni ini akan
boleh memaksa orang lain untuk memeluk
mustahil jika dilakukan dalam semangat
suatu agama tertentu.
komunal dan sektarian. Karenanya umat
Kebebasan
sungguh-sungguh agamanya
Islam
dengan
harus
baik.
beragama
dan
bersedia
menerima
dan
kepercayaan orang lain apapun wujudnya,
nilai-nilai
duniawi
dari
bukan penting bagi sebuah masyarakat
manapun datangnya asalkan mengandung
majemuk akan tetapi bagi seorang Muslim
kebenaran.
terbuka
itu merupakan ajaran agama. Karena itu,
menunjukkan bahwa ia telah memperoleh
membela kebebasan beragama bagi siapa
petunjuk dari Allah, sedangkan sikap
saja dan menghormati keyakinan orang
tertutup
itu
lain merupakan bagian dari kemusliman.
dalam kesesatan.34 Agaknya sikap yang
Keharusan untuk membela kebebasan
mengambil
Karena
mencerminkan
sikap
seseorang
beragama memang diisyaratkan oleh alQur’an sendiri yang disimbolkan dalam 34
35
Nurcholish Madjid, Islam, Kemodernan dan Keindonesiaan (Bandung : Mizan, 1987), hlm. 210-211.
Nurcholish Madjid, Islam Agama Kemanusiaan, hlm. 92. 36 Ibid.
10
sikap
mempertahankan
rumah-rumah
tidak, berarti mengucapkan ucapan selamat
ibadah seperti biara-biara, gereja-gereja,
Natal tidak terlarang. Apakah ucapan
sinagog dan masjid-masjid.37
selamat Natal membuat orang Muslim
Oleh karena itu, para penganut agama-agama
diharapkan
percaya bahwa Isa adalah Tuhan. Jika
dengan
tidak, berarti mengucapkan ucapan selamat
dan
Natal tidak dilarang.39 Itulah ungkapan-
menjalankan perintah agamanya itu tanpa
ungkapan argumentatif Nurcholish Madjid
perasaan terusik dan terancam, apalagi
ketika
bersalah. Karenanya sikap keberagamaan
mengucapkan
yang
kepada umat Kristen dari orang Islam.
sungguh-sungguh
inklusif
memahami
(terbuka)
pada
setiap
menerangkan ucapan
tentang selamat
hukum Natal
individu umat beragama adalah menjadi
Kemudian dalam hal menghadiri
kebutuhan yang mendesak yang perlu
perayaan hari raya dari agama lain,
diupayakan secara kontinyu di bangsa
Nurcholish Madjid juga membolehkannya.
yang plural ini.38
Hal ini dibuktikan pada perayaan hari raya
Nurcholish Madjid dalam rangka mewujudkan
beragama
Nurcholish Madjid sendiri ikut hadir dan
menyatakan bahwa hukum mengucapkan
menjadi salah satu pembicara, dalam
selamat Natal dan menghadiri hari raya
kesempatan itu ia mengatakan bahwa
agama
tidak
semua agama pada dasarnya berasal dari
dilarang oleh Islam. Sebab, apakah orang-
satu sumber, yaitu Yang Satu. Ia berkata:
orang
“semua agama dalam inti yang paling
lain
toleransi
Waisak pada 15 juni 2003 di JCC Jakarta.
diperbolehkan
Muslim
dan
memahami
dan
selamat
Natal.
mengucapkan
ucapan
dengan perayaan Waisak, Maulid Nabi
selamat Natal berarti tidak dilarang. Lalu
Muhammad, dan kenaikan Isa al-Masih
apakah ucapan selamat Natal membuat
ini. Kita semua harus menuju pada
orang-orang
kedamaian.40
mengahayati Apabila
ucapan
tidak,
Muslim
mendalam
yang
adalah
sama”.
Bersamaan
mengucapkannya percaya pada ajaran
Kehidupan masyarakat yang multi-
Kristen tentang Isa al-Masih. Apabila
iman seperti di Indonesia, persoalan berdo’a untuk orang lain yang berbeda agama, tanpa melekatkan label iman atau
37
Nurcholish Madjid, Beberapa Renungan Tentang Kehidupan Keagamaan Untuk Generasi Mendatang (Jakarta: Jurnal Ulumul Qur’an, 1993), hlm. 55. 38 Nurcholish Madjid, Islam Agama Peradaban: Membangun Makna dan Relefansi Doktrin Islam Dalam Sejarah ( Jakarta: Paramadina, 2000), hlm. 6.
agama yang sama dipandang wajar bagi 39
Nurcholish Madjid, et al, Fiqh Lintas Agama (Jakarta : Paramadina, 2004), hlm. 84. 40 Ibid.
11
kehidupan sehari-hari masyarakat. Karena
kemajemukan adalah kenyataan yang telah
larangan mendo’akan orang non muslim
menjadi kehendak Tuhan. 43
dikhususkan untuk orang-orang munafik
Persamaan
dan musyrik, dan tidak semua orang non-
Nurcholish Madjid
Muslim
itu
munafik
dan
musyrik.
Pemikiran
Keduanya
yaitu
Hamka
dan
Hamka
dan
Sebagian dari mereka yaitu orang-orang
Nurcholish
non-Muslim terdapat orang-orang yang
menekankan tentang pentingnya prinsip
bertauhid seperti Abu Thalib dan Raja
toleransi
Negus. Karena itu larangan berdo’a untuk
dengan menghormati kebebasan beragama.
orang-orang
bukan
Karena dengan prinsip inilah semua
munafik dan bukan pula musyrik tidak
pemeluk agama akan saling menghormati
dapat diterapkan.41
terhadap pemeluk agama lain. Toleransi
non-Muslim
yang
Kemudian dalam hal pernikahan
juga
Madjid
dalam
akan
sama-sama
kehidupan
membentuk
beragama
sikap
saling
Nurcholish Madjid mengemukakan bahwa
memberi kebebasan bagi orang lain untuk
pernikahan beda agama diperbolehkan
menjalankan
dengan alasan tidak ada dalil yang sharih
keyakinannya masing-masing.
yang
Perbedaan
menjelaskannya.
Cak
Nur
menafsirkan kata Musyrik yang dimaksud
ibadah
sesuai
Pemikiran
dengan
Hamka
dan
Nurcholish Madjid
dalam surat al-Baqarah: 221 bukanlah
Perbedaan pemikiran Hamka dan
kaum Yahudi dan Nasrani melainkan
Nurcholish Madjid dalam memandang
orang-orang Musyrik Arab yang tidak
masalah
mempunyai
mengenai batas-batas dalam bertoleransi,
kitab
suci
(Penyembah
Berhala ).42
toleransi
adalah
Hamka membatasi toleransi beragama
Teologi Inklusif Cak Nur sangat memberi tempat pada
hanya
pluralisme dan
pada
menyangkut
masalah keimanan
kebhinekaan, dan mengharapkan umat
masalah-masalah
Islam memberikan perhatian tinggi kepada
(mu’amalah),
masalah
untuk
tersebut.
mengingatkan
beragama
Cak
bahwa
Nur
pluralitas
sering atau
yaitu
hubungan
umat
bergaul,
yang
Islam
tidak dalam sosial
dibebaskan
tolong-menolong serta
bersikap adil dan jujur kepada pemeluk agama lain.
43
41 42
Jalaluddin Rakhmat,et. al, Tharikat Nurcholishy (Jejak Pemikiran Dari Pembaharu Sampai Guru Bangsa) ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 395.
Ibid. Ibid.
12
Hamka
menyandarkan
pendapatnya
Nurcholish Madjid memandang bahwa
berdasarkan Firman Allah SWT dalam
toleransi tidak harus dibatasi hanya dalam
Q.S. Al-Mumtahanah : 7-9 yang inti dari
masalah mu’amalah saja. Menurutnya
ayat ini adalah tidak terlarang bagi umat
umat
Islam untuk bergaul dengan baik kepada
(inklusif)
pemeluk agama lain selama mereka tidak
mengambil
memusuhi dan mengusir umat Islam dari
manapun datangnya asalkan mengandung
negerinya.
kebenaran. Kebenaran yang dimaksud
Hamka terkenal tegas dan tidak kompromi
bersedia
bersikap menerima
dan
duniawi
dari
nilai-nilai
Madjid
terbuka
di
sini
adalah
kebenaran yang terdapat pada setiap
menyangkut masalah keimanan. Sebagai
agama. Karena masing-masing agama
contoh dalam masalah hukum merayakan
menurutnya berjalan menuju kebenaran,
Natal bersama, menurut Hamka hukumnya
sehingga kebenaran itu tidak mutlak
adalah haram bagi umat Islam, karena
berada di dalam Islam tetapi juga bisa
dengan mengikuti perayaan Natal itu, sama
berada dalam ajaran Kristen, Yahudi,
saja kita meyakini kebenaran akidah
Hindu, Budha, dan Konghucu. Pendapat
mereka. Akibat ketegasannya ini Hamka
ini
bahkan sampai mengundurkan diri dari
pendapat yang benar, sebagaimana telah
jabatannya sebagai ketua MUI Pusat
ditegaskan oleh Allah bahwa satu-satunya
karena tidak mau mencabut fatwanya
agama yang diridhoi dan diterima di sisi
tersebut sebagaimana yang dikehendaki
Allah hanyalah agama Islam sehingga
oleh pemerintah pada waktu itu.
kebenaran mutlak itu hanya berada di
tegas
toleransi
Nurcholish
harus
sudah
Sikap
ketika
Islam
Hamka
ini
tentunya
berseberangan
dengan
dapat
dalam agama Islam bukan pada setiap
dipahami sebagai wujud keterpengaruhan
agama. Karena jika semua agama dianggap
Hamka terhadap kehidupan beragama pada
sama saja menurut Hamka orang seperti ini
saat itu terutama ketegangan hubungan
dianggap seperti tidak beragama.
yang terjadi antara Islam dan Kristen. Hal
KESIMPULAN DAN SARAN
ini sebagai akibat dari
Kesimpulan
maraknya para
zending dan misionaris yang datang dari luar
negeri
dengan
tujuan
Berdasarkan uraian pada bab-bab
hendak
terdahulu maka diperoleh kesimpulan,
mengkristenkan umat Islam di Indonesia
yaitu:
dengan bujukan bantuan ekonomi, paksaan
Toleransi beragama menurut Hamka
dan dengan segala macam cara lainnya.
adalah dengan tidak memaksakan agama pada seseorang 13
karena semua manusia
diberikan kebebasan oleh Allah untuk
agama
memeluk agama tanpa paksaan. Lebih
idiomnya yang khas dan bersifat esoterik
lanjut
bahwa
yakni hanya berlaku secara intern agama
keimanan itu adalah pilihan merdeka, atas
atau kelompok tersebut. Menurutnya umat
persetujuan hati nurani dan akal sendiri,
Islam
bukan merupakan paksaan dari luar.
mengambil
Pilihan keimanan adalah pilihan atas
manapun datangnya asalkan mengandung
kebenaran
kebenaran.
Hamka
yang
menyatakan
berasal
dari
Tuhan.
tertentu
harus
sendiri
mempunyai
bersedia
menerima
dan
nilai-nilai
duniawi
dari
Karena
sikap
terbuka
Hamka menyatakan bahwa Umat Islam
menunjukkan bahwa ia telah memperoleh
tidak dilarang untuk bergaul dengan baik,
petunjuk dari Allah, sedangkan sikap
tolong menolong, dan berbuat adil kepada
tertutup
non-Muslim
dalam kesesatan. Agama Islam menjamin
mengusik
selama
mereka
ketentraman
tidak
dan keamanan
adanya
mencerminkan
kebebasan
seseorang
beragama
itu
dengan
kaum Muslim. Hamka membatasi toleransi
melarang seseorang memaksa orang lain
umat Islam kepada umat agama lain hanya
untuk
pada masalah mu’amalah yang tidak
mewujudkan
menyangkut masalah keimanan. Seperti
Nurcholish Madjid memandang bahwa
dalam masalah mengikuti perayaan hari
ucapan selamat Natal dan ucapan selamat
raya agama lain. Sebagai contoh larangan
hari raya kepada umat agama lain sah-sah
mengikuti
beliau
saja diucapkan seorang Muslim karena itu
mengatakan bahwa haram hukumnya bagi
adalah bagian dari menjaga toleransi yaitu
umat Islam mengikutinya karena perayaan
dengan ikut menghormati perayaan hari
Natal merupakan bagian dari keimanan
raya agama lain.
dari umat Nasrani.
Persamaan dan Perbedaan Toleransi
Natal
Toleransi pandangan
bersama,
beragama
Nurcholish
Madjid
menurut
memeluk
agamanya. toleransi
Untuk beragama
Beragama Menurut Pandangan Hamka
adalah
dan Nurcholish Majid
adanya sikap saling menghargai antar
Persamaan
pemeluk agama yang pada urutannya
Hamka
dan
Nurcholish
mengandung logika titik temu, meskipun
sama-sama
tentu saja terbatas hanya pada hal-hal
pentingnya
prinsipil. Hal-hal rinci, seperti ekspresi-
kehidupan beragama dan menghormati
ekspresi simbolik dan formalistik tentu
kebebasan
sulit untuk dipertemukan. Masing-masing
prinsip inilah semua pemeluk agama akan
agama bahkan kelompok intern suatu
saling menghormati terhadap pemeluk 14
menekankan
Madjid
prinsip
beragama.
toleransi
Karena
tentang dalam
dengan
agama
lain.
Toleransi
membentuk
sikap
kebebasan
bagi
menjalankan
juga
saling orang
ibadah
akan
Kepada mahasiswa khususnya yang
memberi
mendalami
untuk
memahami
lain
sesuai
ilmu betul
keislaman tentang
agar
bagaimana
dengan
toleransi beragama menurut pandangan
keyakinannya masing-masing dengan rasa
Islam. Karena toleransi jika dipahami
aman.
dengan benar akan membawa suasana
Perbedaan
hidup yang rukun dan damai antar umat
Perbedaan pemikiran Hamka dan
beragama. Akan tetapi jika tidak dipahami
Nurcholish Madjid
dalam memandang
dengan
masalah
beragama
adalah
berubah menjadi pandangan hidup yang
mengenai batas-batas dalam bertoleransi.
sinkretism dan pluralism, yaitu dengan
Hamka membatasi toleransi beragama
menganggap semua agama sama saja
hanya pada perkara-perkara yang tidak
sehingga tidak ada batasan lagi dalam
menyangkut
pergaulan antar umat beragama.
toleransi
keimanan,
sedangkan
Nurcholish Madjid memandang bahwa
benar
Bagi
maka
lembaga
toleransi
pendidikan
dapat
Islam
toleransi tidak harus dibatasi hanya dalam
supaya dapat memberikan pemahaman
masalah mu’amalah saja . Menurutnya,
yang tepat dan benar tentang bagaimana
umat
cara bertoleransi kepada umat agama lain.
Islam
(inklusif)
harus
pada
bersikap
setiap
terbuka
individu
umat
DAFTAR PUSTAKA
beragama dan bersedia menerima dan mengambil
nilai-nilai
duniawi
Al-Maraghi, Ahmad Musthofa.1986.Tafsir Al-Maraghi.Yogyakarta: Sumber Ilmu.
dari
manapun datangnya asalkan mengandung kebenaran. Serta meyakini bahwa masing-
Amin, Ma’ruf. 2007. Melawan Terorisme Dengan Iman. Jakarta: Tim Penanggulangan Terorisme.
masing agama memiliki kebenaran. Saran Berkaitan
dengan
penelitian
Baker, Anton. 1994. Penelitian Filsafat. Kanisius.
ini
peneliti menyampaikan saran kepada: Peneliti selanjutnya, terutama bagi
Basyir, Ahmad Azhar. 2013. Akidah Islam (Beragama Secara Dewasa) Edisi Revisi. Yogyakarta : UII Press.
penelitian yang mempunyai kaitan dengan penelitian
ini.
Penelitian
ini
dapat
dijadikan sebagai bahan rujukan atau informasi
awal
mengenai
Metodologi Yogyakarta:
Departemen Agama RI. 2004. Al-Qur’an dan Terjemahnya Juz 1- Juz 30. Surabaya: Penerbit Mekar.
toleransi
beragama menurut pandangan Hamka dan Nurcholish Madjid. 15
Echols, John M. dan Hassan Shadily. 2003. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
___________________. 1995. Islam Agama Kemanusiaan Membangun Tradisi dan Visi Baru Islam Indonesia. Jakarta: Paramadina.
Hamka. 1983. Tafsir Al-Azhar Juz II. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Mardalis. 2006. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara.
_______. 1983. Tafsir Al-Azhar Juz III. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Misrawi, Zuhairi. 2007. Al-Qur’an Kitab Toleransi. Jakarta : Pustaka Oasis.
_______. 1982. Tafsir Al-Azhar Juz XV. Jakarta: Pustaka Panjimas.
M. Natsir. 1988. Islam dan Kristen di Indonesia. Jakarta: Media Dakwah.
_______. 1984. Tafsir Al-Azhar Juz VIIVIII. Jakarta : Pustaka Panjimas.
Mukhlish. 2004. Inklusifisme Tafsir AlAzhar. Mataram: IAIN Mataram.
_______. 1985. Tafsir Al-Azhar Juz XXVIII. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Nasution, Harun. 2000. Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran. Bandung: Mizan.
_______. 1984. Tafsir Al-Azhar Juz XI. Jakarta: Pustaka Panjimas. Madjid, Nurcholish. 2000. Islam Agama Peradaban: Membangun Makna dan Relefansi Doktrin Islam Dalam Sejarah. Jakarta: Paramadina.
Rakhmat, Jalaluddin,et al. 2001. Tharikat Nurcholishy (Jejak Pemikiran Dari Pembaharu Sampai Guru Bangsa) Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
____________.1998.Dialog Keterbukaan Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana Sosial Politik Kontemporer. Jakarta: Paramadina.
Sarjuni, & Didiek Ahmad Supadie. 2011. Pengantar Studi Islam. Jakarta: Rajawali Press. Syafril, Akmal. Hamka Tentang Toleransi Beragama, dalam Republika Edisi kamis 15 Desember 2011.
_________________. 1993. Beberapa Renungan Tentang Kehidupan Keagamaan Untuk Generasi Mendatang. Jakarta: Jurnal Ulumul Qur’an.
Sudarto. 2002. Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: Rajawali Press.
__________________. 1984. Khazanah Intelektual Muslim. Bandung: Mizan.
Suriasumantri, Jujun S. 1993. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
__________________. 1987. Islam, Kemodernan dan Keindonesiaan. Bandung : Mizan.
Zarkasyi, Hamid Fahmy. 2011. Islam, HAM dan Kebebasan Beragama. Jakarta: INSIST.
16