TINJAUAN PUSTAKA Analisis Usaha Ternak Itik Analisis usaha ternak merupakan kegiatan usaha penting bagi suatu usaha ternak
yang
mempunyai
prospek
cerah
dapat
dilihat
dari
analisis
usahanya.Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha dan tersedianya dana yang ril untuk periode selanjutnya. Melalui analisis ini dapat dicari langkah pemecahan berbagai kendala yang dihadapi.Analisis dapat juga memberikan informasi lengkap tentangmodal yang diperlukan, penggunaan modal, besar biaya untuk bibit (bakalan), ransum, kandang, lamanya modal kembali dan tingkat keuntungan uang yang diperoleh (Suharno, 1995). Dalam membangun suatu perusahaan, perlu beberapa pertimbangan ekonomi dasar seperti: apa yang dihasilkan, bagaimana menghasilkannya, seberapa banyak harus dihasilkan, dan bagaimana harus memasarkannya. Untuk itu
perlu
pencatatan
semua
kegiatan
keluar/masuknya
selama
periode
penggemukkan. Hal ini disebabkan karena tanpa ada data yang lengkap meliputi catatan aliran cash flowsepanjang waktu pemeliharaan maka informasi apakah suatu usaha tersebut rugi atau laba menjadi tidak jelas. Dalam penerapannya perlu dicatat biaya tetap dan biaya variabel dan sekaligus penerimaannya. Analisis ekonomi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu pimpinan usaha peternakan dalam melengkapi informasi yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan dalam merencanakan usaha. Namun sayang kegiatan ini jarang dilakukan oleh para peternak dipedesaan (Rasyaf, 1988).
Total Biaya Produksi Biaya adalah nilai dari semua korbanan ekonomis yang diperlukan yang tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk. Pengeluaran atau biaya bagi perusahaan adalah sebagai nilai input yang digunakan untuk memproduksi suatu output tertentu. Pengeluaran perusahaan adalah semua uang yang dikeluarkan sebagai biaya produksi (Kadarsan, 1995). Biaya produksi tidak dapat dipisahkan dari proses produksi sebab biaya produksi merupakan masukan atau input dikalikan dengan harganya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ongkos produksi adalah semua pengeluaran atau semua beban yang harus ditanggung oleh perusahaan untuk menghasilkan suatu jenis barang atau jasa yang siap untuk dipakai konsumen (Sudarmono, 2003). Biaya produksi merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha ternak. Biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap atau biaya variable. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan untuk sarana produksi dan berkali-kali dapat dipergunakan. Biaya tetap ini antara lain berupa lahan usaha, kandang, peralatan yang digunakan dan sarana transportasi. Biaya tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan secara berulang-ulang yang antara lain berupa biaya pakan, upah tenaga kerja, penyusutan kandang, penyusutan peralatan, obat-obatan, vaksinasi dan biaya-biaya lain berupa biaya penerangan atau listrik, sumbangan, pajak usaha dan iuran (Siregar, 1994).
Biaya Bibit Biaya bibit adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit.Harga biaya bibit diperoleh dari hasil perkalian antara bobot awal dengan harga bobot hidup perkilogramnya. Harga bibit Itik Porsea Rp. 5000/ekor untuk DOD Itik Porsea betina dan Rp. 6000/ekor DOD Itik Porsea jantan (Porsea dalam angka, 2014). Pemilihan bibit didasarkan pada jenis ternak, keturunan dan postur tubuh.Bibit harus jelas jenisnya, berasal dari peternakan yang memiliki catatan tetuanya dengan kriteria-kriteria dari bibit tersebut dan sesuai dengan harapan konsumen. Bibit tidak memiliki penyakit, terlihat sehat dan mampu berkembang biak (Raharjo,1994).
Biaya Pakan Biaya pakan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli pakan yang diperoleh dari hasil perkalian antara pakan yang dikonsumsi dengan harga pakan per kilogramnya. Efisiensi penggunaan pakan diharapkan mampu mengurangi dampak dari kenaikan harga pakan yang seringkali berfluktuasi dan sangat mempengaruhi tingkat pendapatan peternak (Raharjo,1994). Dari survei peternak Itik Porsea Mei 2014, biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pakan Itik Porsea sebesar Rp 450.000,00/50 kg = Rp 9.000,00/kg.
Biaya Obat-obatan Biaya obat-obatan adalah biaya yang diperoleh dari harga obat-obatan yang diberikan pada ternak yang terserang penyakit.Pengobatan pada ternak yang terserang penyakit diharapkan dapat mengurangi resiko kematian, menghambat
penyebaran penyakit ke lingkungan, baik ke manusia maupun ternak lainnya (Aziz, 2009).Dari hasil survei peternak Itik Porsea 2014 biaya yang dikeluarkan untuk membeli vitamin dan obat-obatan untuk ternak Itik sebesar Rp. 50.000/bulan dalam bentuk vaksin minum.
Biaya Sewa Kandang dan Peralatan Kandang Biaya sewa kandang adalah biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan kandang yang diperhitungkan berdasarkan nilai sewa kandang. Kandang berfungsi untuk melindungi ternak dari hujan dan mengurangi stimulasi yang dapat menyebabkan ternak stres, dengan cara mengurangi kontak dengan manusia. Biaya peralatan kandang adalah biaya yang digunakan untuk membeli perlengkapan kandang selama pemeliharaan ternak (Santoso, 2009). Dari hasil survei terhadap
peternak Itik Porsea 2014 biaya peralatan dan pembuatan
kandang dengan ukuran 1m x 1m dengan daya tampung 100 ekor DOD Itik Porsea sebesar Rp 500.000.
Biaya Tenaga Kerja Biaya tenaga kerja atau upah tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk memelihara beberapa ternak. Setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja yang cukup memadai. Berdasarkan UMRP SUMUT (Upah Minimum Regional Provinsi Sumatera Utara) 2013 saat ini sebesar Rp 1.851.000,00/bulan. Menurut Antono (2006), menyatakan bahwa 1 orang tenaga kerja dapat memelihara minimal 586 ekor ternak itik. Biaya tenaga kerja pemeliharaan 1 ekor itik/bulan adalah sebesar Rp 1.851.000,00/586 ekor itik = Rp.3158,70/ekor/bulan. Jumlah tenaga kerja yang perlu disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu
sehingga jumlahnya optimal.Jumlah tenaga kerja yang diperlukan memang masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja (Rasyaf, 2009).
Total Hasil Produksi Didalam pelaksanaan operasi perusahaan, kadang-kadang terdapat adanya penerimaan diluar operasi perusahaan, seperti penerimaan bunga bank karena perusahaan mempunyai rekening giro, penerimaan dari penjualan mesin dan peralatan yang tidak dipergunakan lagi. Namun demikian penerimaan tersebut tidak diperhitungkan, karena kegiatan tersebut tidak berasal dari kegiatan operasi perusahaan. Besarnya penerimaan total dari perusahaan akan tergantung kepada banyaknya penjualan produk atau jasa. Dengan demikian maka besarnya penerimaan pendapatan akan tergantung kepada dua variabel, yaitu variabel harga dan variabel jumlah yang dijual (Gunawan, 1993).
Analisis Laba- Rugi Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan ini tergambar jumlah pendapatan serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. Laporan laba-rugi (balance sheet) adalah laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam suatu periode tertentu. Setiap jangka waktu tertentu, umumnya satu tahun, perusahaan perlu memperhitungkan hasil usaha perusahaan yang dituangkan dalam bentuk laporan laba-rugi. Hasil usaha tersebut didapat dengan cara membandingkan penghasilan
dan biaya selama jangka waktu tertentu. Besarnya laba atau rugi akan diketahui dari hasil perbandingan tersebut (Kasmir dan Jakfar, 2005). Analisis pendapatan usaha digunakan untuk menggambarkan faktor keuntungan usaha. Pendapatan dapat didefenisikan sebagai selisih antara penerimaan total dengan biaya total., atau dapat dirumuskan sebagai berikut: π = TR-TC Dimana: π TR TC
: Keuntungan (Benefit) : Peneriaan Total (Total Revenue) : Biaya Total (Total Cost)
Pendapatan berasal dari penjualan ternak hidup, karkas, pupuk dan produk lainnya merupakan komponen pendapatan. Sedangkan biaya produksi dibagi dua, yaitu biaya tetap (sewa lahan, bangunan kandang, dan peralatan) dan biaya varabel (biaya bakalan, pakan, tenaga kerja, dan bunga bank) (Soekartawi, 1994). Keuntungan adalah tujuan setiap usaha. Keuntungan dapat dicapai jika jumlah pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut lebih besar daripada jumlah pengeluarannya. Bila keuntungan dari suatu usaha semakin meningkat, maka secara ekonomis usaha tersebut layak dipertahankan atau ditingkatkan. Untuk memperoleh angka yang pasti mengenai keuntungan atau kerugian, yang harus dilakukan adalah pencatatan biaya. Tujuan pencatatan biaya agar peternak atau pengusaha dapat mengadakan evaluasi terhadap bidang usaha (Murtidjo, 1995). Memperoleh angka yang pasti mengenai tingkat keuntungan atau kerugian suatu usaha, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah pencatatan, baik untuk pos-pos pengeluaran (biaya) maupun pos-pos pendapatan.Sekecil apapun biaya dan pendapatan tersebut harus dicatat. Usaha penggemukan itik pencatatan mutlak
harus dilakukan. Tujuannya adalah agar peternak atau pengusaha dapat mengadakan evaluasi terhadap bidang usahanya, sehingga kerugian besar bisa dihindarkan sejak dini. Selain itu analisis ekonomi bisa terus dilakukan, sehingga usaha bisa berjalan lebih efisien dari waktu ke waktu secara keseluruhan akan semakin meningkatkan jumlah keuntungan(Sodiq dan Abidin, 2002).
B/C Ratio (benefit cost ratio) Efisiensi usaha tani ditentukan dengan menggunakan konsep benefit cost ratio (BCR) yaitu imbangan antara total penghasilan (input) dengan total biaya (out put). Nilai BCR > 1 menyatakan usaha tersebut menguntungkan.Semakin besar nilai BCR maka usaha dinyatakan semakin efisien (Kadariah, 1987). Kadariah (1987) menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya pengeluaran, dimana B/C Ratio
>1 : Efisien
B/C Ratio
= 1 : Impas
B/C Ratio
<1 : Tidak efisien Total Hasil Produksi
B/CRatio = Total
Biaya Produksi
Benefit/Cost ratio adalah merupakan perbandingan antara total penerimaan
dengan total biaya. Semakin besar B/C ratio maka akan semakin besar pula keuntungan yang diperoleh petani mengalokasikan faktor produksi dengan lebih efiisien (Soekartawi,2003).
Income Over Feed Cost(IOFC) Income Over Feed Cost (IOFC) adalah selisih dari total pendapatan dengan total biaya pakan digunakan selama usaha penggemukan ternak. Income Over Feed Cost ini merupakan barometer untuk melihat seberapa besar biaya ransum yang merupakan biaya terbesar dalam usaha penggemukan ternak. IOFC diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan usaha peternakan dikurangi biaya pakan.Pendapatan merupakan perkalian antara produksi peternakan atau pertambahan bobot badan akibat perlakuan dengan harga jual. IOFC = (Bobot badan akhir itik–bobot badan awal x harga jual itik/kg) – (Total konsumsi pakan x harga pakan perlakuan/kg)(Prawirokusumo, 1990). Beberapa tolak ukur yang dapat digunakan untuk pegangan berproduksi adalah IOFC (Income Over Cost) atau selisih pendapatan usaha peternakan dengan biaya pakan. Pendapatan merupakan paerkalian antara hasil produksi peternakan (kilogram hidup) dengan harga jual.Sedangkan biaya pakan adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan bobot hidup ternak (Hermanto, 1996).
Karakteristik Itik Porsea Itik adalah salah satu unggas air (waterfowls) yang termasuk dalam kelas :Aves, ordo:Anseriformes, famili : Anatidae, sub famili : Anatinae, tribus : Anatini, genus : Anasdan spesies: Anas platyrhynchos. Atas dasarumur dan jenis kelaminnya itik dibedakan satu sama lain dengan nama yang berbeda-beda. Duckadalah sebutan itik secara umum, apabila tidak melihat umur maupun jenis kelaminnya. Duck jugamempunyai arti itik dewasa betina. Drake adalah itik
jantan dewasa, sedangkan drakel ataudrakeling berarti itik jantan muda.Duckling adalah sebutan untuk itik betina, atau itik yang barumenetas (Day Old Duck = DOD). Itik jantan atau betina muda yang dipasarkan sebagai ternakpotong pada umur 7 sampai 10 minggu, lazim disebut green duck (Srigandono, 1997). Menurut Tarigan (2007) bahwa Itik Porsea memiliki warna bulu penciled dan memiliki tubuh yang ramping serta berdiri dengan tegak melebihi dari entok. Itik Porsea memiliki panjang tibia berkisar antara 8,766-11,266 cm dengan koefisien keragaman 6,240%.Selain itu, panjang dari tarsometatarsus berkisar antara 5,598-7,518 cm dengan koefisien keragaman 7,285%.Panjang jari berkisar 5,054-5,982 cm dengan koefisien keragaman 4,204%. Panjang sayap berkisar 18,28-20,72 cm dengan koefisien keragaman 3,218%. Sedangkan panjang maxilla berkisar 3,584-5,452 cm dengan koefisien keragaman 10,336%.Itik Porsea ini banyak terdapat di Desa Narumonda VIII Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara. Itik
merupakan
unggas
yang
mempunyai
kemampuan
untuk
mengkonsumsiransum yang cukup tinggi dibanding ayam.Konsumsi ransum yang tinggi dapatmempengaruhi besarnya biaya produksi yang harus dikeluarkan. Pemberianransum memegang porsi sebesar 60 sampai 70 persen dari total biaya produksi(Ichwan, 2003). Itik merupakan salah satu unggas air. Sebagai unggasair, ternak ini memiliki kulit yang tebal yang disebabkanoleh adanya lapisan lemak tebal yang terdapatdi lapisan bawah kulit. Daging itik dibanding spesiesunggas lainnya (itik, ayam, kalkun), mengandung lemakyang lebih tinggi.Lemak unggas, pada umumnyasebagian besar terdiri atas asam lemak tidak jenuh(Pisulewski, 2005).
Menurut Srigandono (1998), menyatakan bahwa itik pedaging adalah itik yang mampu tumbuh cepat dan dapat mengubah pakan secara efisien menjadi daging yang bernilai gizi tinggi. Di samping itu, itik pedaging harus memiliki konformasi dan struktur perdagingan yang baik.Selain itu, tujuan pokok pemeliharaan itik pedaging adalah untuk menghasilkan daging bagi konsumsi manusia.
Ransum Itik Bahan pakan yang digunakan untuk ternak itik sebaiknya murah, tidak beracun,
tidak
asin,
kering,
tidak
berjamur,
tidak
busuk/bau/apek,
tidakmenggumpal, mudah diperoleh dan palatable(Ketaren,2001). Wahju (2004) menyatakan bahwa bahan-bahan makanan untuk ransum itik tidak berbeda dengan ayam. Bahan-bahan makanan untuk itik biasanya terdiri dari jagung kuning, dedak halus, bungkil kacang kedele, bungkil kelapa, tepung ikan dan bahan-bahan makanan lain yang menjadi sumber protein dan energi. Untuk sumber mineral dapat digunakan grit, kapur dan sebagainya.Sedangkan hijauan dan macam-macam rumput dapat menjadi sumber vitamin. Untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan efisiensi penggunaan makanan maksimum, kepada itik perlu diberikan ransum yang mengandung protein kasar sebesar 24% dan Energi Metabolis 12,97 Mj/kg(3100 kkal/kg) (Oluyemi dan Fetuga, 1978). Berdasarkan kegunaannya bahan baku pakan ternak unggas terbagi menjadi 5 golongan yaitu bahan baku sumber protein, bahan baku sumber energi, bahan baku sumber vitamin, bahan baku sumber mineral serta feed suplementyang
berfungsi untuk menjaga kesehatan tubuh, aktivitas tubuh dan pertumbuhan tubuh (Murtidjo, 1994). Tangendjaja et al(1986), menyatakan bahwakemampuan itik mencerna pakan lebih baik dari ayam.Dedak padi dapat diberikan kepada itik sampai 75%tanpa mempengaruhi bobot badan, konsumsi pakan dankonversi pakan (FCR). Tetapi dedak padi hanya dapatdipakai kurang dari 60% dalam pakan ayam karenapemberian dedak padi lebih dari 60% akan menurunkanpertumbuhan ayam. Hal ini disebabkan olehpeningkatan kandungan serat kasar didalam pakan yangmengandung dedak padi tinggi.Begitu pula diduga itiklebih mampu mencerna serat kasar dibanding ayam.Kebutuhan gizi itik pedaging dapat dilihat pada Tabel1 berikut. Tabel 1. Kebutuhan gizi itik pedaging Fase/umur 0-2 Minggu 2-7 Minggu Breeding
Protein (%) 22 16 15
EM (kk/kg) 2900 3000 2900
Sumber: NRC(1994)
Konsumsi pakan dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas ransum serta faktor-faktor lainnya seperti umur, palatabilitas, aktivitas ternak, tingkat produksi dan pengelolaannya.Konsumsi ternak itik pedaging dapat dilihat dari Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Kebutuhan pakan itik pedaging Umur (Mg) 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Berat badan (kg)
Jantan 0,06 0,27 0,78 1,38 1,96 2,49 2,96 3,34 3,61
Betina 0,06 0,27 0,74 1,28 1.82 2,30 2,73 3,06 3,29
Konsumsi seminggu (kg)
Konsumsi Kumulatif (kg)
Jantan
Betina
Jantan
Betina
0,22 0,77 1,12 1,28 1,48 1,63 1,68 1,68
0,22 0,73 1,11 1.28 1,43 1,59 1,63 1,63
0,22 0,99 2,11 3,40 4,87 6,50 8,18 9,86
0,22 0,95 2,05 3,33 4,76 6,35 7,89 9,61
Sumber: NRC (1994)
Tepung Ikan Selain
sebagai
sumber protein, tepung
ikan juga dapat digunakan
sebagai sumber kalsium. Kandungan protein atau asam amino tepung ikan dipengaruhi oleh bahan ikan yang digunakan serta proses pembuatannya. Pemanasan yang berlebihan akan menghasilkan tepung ikan yang berwarna cokelat dan kadar protein atau asam aminonya cenderung menurun atau menjadi rusak (Boniran, 1999). Tepung ikan merupakan bahan makanan ternak yang berkadar protein tinggi, mudah dicerna dan kaya akan asam amino essensial terutama lisin dan metionin sehingga dapat digunakan sebagai penutup kekurangan yang terdapat pada bii-bijian. Disamping itu tepung ikan kaya akan vitamin B, mineral dan kandungan lemak yang cukup juga merupakan sumbangan dalam memenuhi kebutuhan ternak akan energi (metabolis) dan juga vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A dan D (Sarwono, 1996). Adapun penggunaan tepung ikan ini terdiri dari berbagai jenis yang beredar di pasaran yang disebut sebagai tepung ikan pabrik (komersil) yang telah mengalami pengolahan dan pencampuran dengan bahan lain. Namun ternyata
tepung ikan tidak hanya bisa didapat dari pabrik, tepung ikan juga dapat diproduksi sendiri yang murni berasal dari limbah-limbah ikan yang tidak dipergunakan oleh manusia lagi dan bahkan kandungan proteinnya sendiri masih utuh dibanding tepung ikan produksi parbrik (Sunarya, 1996).Kandungan nutirisi tepung ikan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Kandungan nutrisi tepung ikan Uraian Protein Kasar (%) Serat Kasar (%) Lemak Kasar (%) Kalsium (%) Posfor (%) Energi Metabolisme (kkal/kg)
Kandungan Nutrisi 52,6a 2,2a 4,8b 6,6b 3,6b 2810b
Sumber : a. Hartadi et al (1997) b. NRC (1994)
Potensi Ikan Pora-pora Klasifikasi Ikan Pora-pora secara zoologis adalah: Kingdom : Animalia, Kelas : Actinopterygii, Ordo : Cypriniformes, Famili : Cyprinidae, Sub Famili : Cyprininae, Genus : Mystacoleucus, Species : Mystacoleucus padangensis. Ikan pora-pora atau dalam bahasa ilmiah disebut Mystacoleucus padangensisBleeker adalah ikan endemik yang hidup di Danau Singkarak, Sumatera Barat dikenal dengan nama Ikan Bilih (Kartamihardja dan Sarnita, 2008). Ikan Pora-pora (Mystacoleucus padangensis) merupakan ikan endemik di wilayah pesisir Danau Toba. Ikan ini ditabur oleh mantan presiden Republik Indonesia Megawati Soekarno Putri pada 6 Juni 2004 di Parapat yang berasal dari Danau Singkarak, Sumatera Barat. Danau Toba yang mempunyai luas permukaan lebih kurang1.100 Km2, dengan total volume air sekitar 1.258 Km3 sekaligus
sebagai danau paling luas di Indonesia menghasilkan 20-40 ton Ikan Pora-pora per hari. Menurut Kartamihardja (2009), ada beberapa alasan mengapa Ikan Porapora hidup, tumbuh dan berkembang pesat di Danau Toba, yaitu karena:1. Di Danau Toba tersedia makanan Ikan Pora-pora yang berupa plankton, detritusdan sisa pakan dari budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) yang cukupmelimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal oleh ikan lain, 2. Ikan Pora-pora termasuk ikan benthopelogis, yaitu jenis ikan yang dapatmemanfaatkan jenis makanan yang berada di dasar perairan (benthic)maupun di lapisan tengah dan permukaan air (pelagic), 3. Ikan Pora-pora tidak berkompetisi makanan dan ruang dengan ikan lain didanau Toba seperti ikan mujair, mas, nila dan lainnya, 4. Tempat hidup Ikan Pora-pora di Danau Toba 10 kali lebih luas dibanding di Danau Singkarak, 5.Tempat pemijahan Ikan Pora-pora yang berupa sungai yang masuk ke DanauToba (191 sungai) 30 kali lebih banyak dari sungai yang masuk ke DanauSingkarak (6 sungai). Menurut Purnomo dan Kartamihardja (2009), Ikan Pora-pora pada umumnya ditangkap didaerah sekitar muara-muara sungai, misalnya: sungai Sipiso-piso (Tongging),sungai Naborsahan (Ajibata), sungai Sisodang (Tomok), sungai Simangira dansungai Silang (Bakara), sungai di Hatinggian (Balige) dan sungai di daerahSilalahi II.Kandungan nutrisi Ikan Pora-pora dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Kandungan nutrisi Ikan Pora-pora Uraian Protein Kasar (%) Serat Kasar (%) Lemak Kasar (%) Kadar Air (%) Kadar Abu (%) Kalsium (%) Posfor (%) Gross Energi (kcal/gr)
Kandungan Nutrisi 50,94 0,37 29,59 4,59 11,29 2,959 0,4 5.268
Sumber :Laboratorium Loka Penelitian Kambing Potong, Sei Putih (2013)
Ikan Pora-pora telah menjadi ikan dalam populasi yang banyak sekitar danau Toba, ikan ini ditangkap melalui jaring insang tetap, jaring angkat dan jala tebar.Produksi Ikan Pora-pora tahun 2012 di wilayah kerja Kabupaten Karo dapat dilihat pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Produksi Ikan Pora-pora tahun 2012 Kabupaten Karo Jenis Alat Penangkapan Jaring insang tetap Jaring angkat Jala tebar
Produksi Ikan Pora-pora (ton) Triwulan I Triwulan II Triwulan III 4,50 3,60 2,88 28,80 25,20 19,20 0,45 0,50 0,43
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Karo, 2013
Pembibitan Ikan Pora-pora terdapat di daerah Kabupaten Samosir dengan program sesuai dengan pembenihan ikan telah menghasilkan produksi Ikan Porapora yang telah didistribusikan ke luar wilayah dan mengalami proses sortiran untuk pengepakan dan seleksi ikan pora-pora. Produksi Ikan Pora-pora Kabupaten Samosir dapat dilihat pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Data produksi ikan pora-pora Kabupaten Samosir No 1 2 3 4 5
Tahun Produksi 2008 2009 2010 2011 2012
Jumlah Produksi (ton) 6.914,8 10.478,5 13.510,8 11.816,7 9.350
Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Samosir, 2013.
Tepung Jagung Jagung dimanfaatkan sebagai sumber energi yang utama dalam penyusunan ransum itik.Ada tiga jenis jagung yaitu jagung kuning, jagung putih dan jagung merah.Di Indonesia tepung jagung yang populer untuk ransum itik adalah jagung kuning.Gunakan konsentrasi 50 sampai dengan 55 persen.Jagung merupakan sumber energi utama bagi ternak bebek.Mudah dicerna dan pengaruhnya
besar
terhadap
warna
kuning
telur
(http://bebekudotme.wordpress.com, 2014). Kandungan nutrisi tepung jagung tertera pada Tabel 7. Tabel 7. Kandungan nutrisi tepung jagung Uraian Protein Kasar (%) Serat Kasar (%) Lemak Kasar (%) Kalsium (%) Posfor (%) Energi Metabolisme (kkal/kg)
Kandungan Nutrisi 8,3a 2,2b 3,9a 0,03a 0,28a 3420a
Sumber : a. NRC (1994) b. Hartadi et al (1997)
Bungkil Kedelai Bungkil kedelai adalah kedelai yang sudah diambil minyaknya.Bungkil kedelai merupakan sumber protein yang sangat bagus sebab keseimbangan asam amino yang terkandung didalamnya cukup lengkap dan tinggi.Bungkil kedelai dibuat melalui beberapa tahapan seperti pengambilan lemak, pemanasan dan penggilingan (Boniran, 1999). Bungkil kedelai yang baik mengandung air tidak lebih dari 12 % (Hutagalung, 1990). Kandungan nutrisi bungkil kedelai tertera pada Tabel 8.
Tabel 8. Kandungan nutrisi bungkil kedelai Uraian Protein Kasar (%) Serat Kasar (%) Lemak Kasar (%) Kalsium (%) Posfor (%)
Kandungan Nutrisi 43,8a 4,4b 1,5a 0,32a 0,65a
Sumber : a. NRC (1994) b. Hartadi et al (1997)
Dedak Padi Padi
(Oryza
sativa)
merupakan
sumber
bahan
makanan
yang
menghasilkan beras sebagai bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Dalam proses pengadaan beras dari padi dihasilkan dedak padi sebagai hasil sampingan. Dedak padi adalah hasil ikutan pengolahan padi menjadi beras terutama terdiri dari lapisan ari.Kandungan nutrisi dedak tertera pada Tabel 9 berikut. Tabel 9. Kandungan nutrisi dedak padi Uraian Protein Kasar (%) Serat Kasar (%) Lemak Kasar (%) Kalsium (%) Posfor (%) Energi Metabolisme (kkal/kg)
Kandungan Nutrisi 13,3a 13,5b 7,2c 0,07a 1,61a 2850a
Sumber : a. NRC (1994) b. Hartadi et al (1997) c. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak, FP USU, (2000)
Bungkil Kelapa Bungkil kelapa adalah bahan pakan tenak yang berasal dari sisapembuatan minyak kelapa.Bahan pakan ini mengandung protein nabati dansangat potensial untuk
pertumbuhan
ternak
meningkatkan
kualitas
karkas
(Parakkasi,
1990).Kandungan nilai gizi bungkil kelapa dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.
Tabel 10. Kandungan nutrisi bungkil kelapa Kandungan Zat Bahan kering (%) Protein kasar (%) TDN (%) Serat kasar (%) Lemak kasar (%)
Kadar Zat 84.40a 21.00a 81.30b 15.00a 1.80 a
Sumber : a. Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2008) b. NRC (1994)
Pembuatan Tepung Ikan Menurut Rasidi (1997) tepung ikan dibuat dengan proses langkah sederhana. Pertama, ikan dipilih yang mengandung sedikit lemak atau yang tidak berlemak.Ikan dapat juga diperoleh dari sisa hasil olahan, selanjutnya dibersihkan dari kotoran yang masih ikut tercampur, dicuci kemudian direbus kurang lebih 30 menit.Kedua, dipres ikan yang telah masak pada saat masih panas untuk mengeluarkan
lemak
dan
air.Lemak
dan
air
ditampung
kemudian
diendapkan.Hasil endapan berupa daging yang hancur dicampurkan kembali dengan ampas daging yang telah dipres.Lemak yang masih tercampur dengan air dapat diolah menjadi minyak ikan. Ketiga, dicincang bahan baku yang berukuran besar sehingga mempercepat proses pengeringan. Giling cincangan ikan yang telah kering kemudian diayak agar diperoleh hasil tepung ikan yang halus. Tepung ikan di pasaran berasal dari hasil olahan industri pabrik tepung ikan dan industri kecil yang keduanya berbeda baik secara pengolahan, peralatan maupun mutu produk. Pada industri kecil/rumah tepung ikan diolah dengan cara dan peralatan yang sederhana (Sunarya, 1996). Adapun prinsip dasar pengolahan tepung ikan adalah pengukusan, pengepresan, pengeringan dan penggilingan.
Pengukusan Bahan baku dikukus terlebih dahulu agar protein terkoagulasi sehingga air dan minyak dikeluarkan. Pengukusan merupakan tahap menetukan dalam pengolahan tepung ikan. Tingkat pengukusan harus tepat, sehingga seluruh bahan mentah akan menggumpal (terkoagulasi). Jika tidak terjadi penggumpalan total maka akan dihasilkan press cake dengan kadar air dan lemak yang masih tinggi. Akibatnya pemisahan minyak dari cairan juga sukar. Tujuan pengukusan agar terjadi proses denaturasi protein daging dan pemecahan sel-sel daging ikan sehingga air dan minyak mudah diperas keluar. Selain itu pengukusan dimaksudkan untuk menghambat kegiatan enzim dan pertumbuhan mikroba penyebab pembusukan (Departemen Pertanian, 1987).
Pengepresan Pengepresan dilakukan untuk memisahkan antara padatan dan cairan (air dan minyak). Pada pengepresan diperkirakan akan menurunkan kadar air menjadi 50 % dan kadar minyak 4-5%. Pada industri kecil/rumah tangga pengepresan dilakukan dengan cara dinjak-injak. Hal tersebut dapat mengakibatkan tepung ikan menjadi kotor dan pengeluaran air menjadi tidak sempurna serta mudah diserang serangga, jamur karena kadar air dan lemak masih tinggi. warna dan bau akan cepat berubah sehinggamutu tepung ikan cepat turun (Saleh, 1990).
Pengeringan Pengeringan bahan padatan yang didapat kemudian dikeringkan. Pada industri tepung ikan skala besar pengeringan dilakukan dengan dua cara yaitu
pengeringan secara langsung dan tidak langsung. Pengeringan langsung dilakukan dengan carapreess cake kedalam ruangan yang dialiri udara panas 5000C. Keuntungan cara ini adalah cepat, namun panas yang berlebihan akan merusak kandungan nutrisi bila tidak dikontrol dengan baik. Cara pengeringan tidak langsung dengan memanaskan bahan yang dipress (pada conveyor) dalam silinder yang diselimuti uap panas, pengeringan dilakukan sampai kadar air mencapai 69%. sedangkan pada industri kecil, pengeringan dilakukan dengan sinar matahari (Sunarya, 1996).
Penggilingan Penggilingan dan penepungan bahan yang telah dikeringkan selanjutnya digiling dan ditepungkan dengan alat penepung dan dilakukan pengepakan ke dalam kantung plastik. Selama penggudangan dan distribusi mungkin terjadi proses oksidasi minyak (lemak) yang dapat berakibat terjadi ketengikan dan perubahan warna. Untuk mencegahnya dapat ditambahkan antioksidan misalnya ethoxyginin anatar 200-1000 mg/kg tepung ikan (Saleh, 1990).
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian