TINJAUAN PUSTAKA Kambing dan Domba Ensminger (2002) menyatakan bahwa kambing dan domba merupakan hewan yang pertama didomestikasi sekitar 7000-6000 SM. Mulyono (2003) menyatakan bahwa banyak kalangan yang mengira kambing dan domba adalah sama. Namun perlu diketahui bahwa keduanya merupakan makhluk yang berlainan dan keduanya memiliki bangsa yang berbeda. Ada beberapa hal yang mirip antara kambing dan domba sehingga banyak kalangan mengatakan keduanya sama saja. Kesamaan atau kemiripan itu seperti bunyi “mengembek”, rasa daging, ukuran dan bentuk tubuh, bentuk kepala maupun kaki. Dari aspek anatomi, kedua ternak ini berbeda. Perbedaan anatomi dan ditunjang jumlah kromosom yang berbeda membuat keduanya tidak dapat dikawinsilangkan. Ensminger (2002) menyebutkan bahwa salah satu perbedaan domba dan kambing adalah domba tidak akan menjadi liar jika dikembalikan ke alam bebas sedangkan kambing akan dengan mudah menjadi liar.
Tabel. 2. Perbedaan Domba dan Kambing Domba
Kambing
Mempunyai kelenjar di bawah mata yang menghasilkan sekresi seperti air mata
Tidak punya
Di celah antara kedua bilah kuku keluar sekresi yang berbau khas saat berjalan
Tidak punya
Tanduk berpenampang dan tumbuh melilit
Tanduk berpenampang bulat dan tumbuh lurus
segitiga
Bulu wool sangat baik digunakan sebagai bahan wol
Bulu tidak dapat dimanfaatkan
Domba prengus
Kambing jantan mempunyai kelenjar bau yang mencolok (prengus)
jantan
tidak
berbau
Sumber : Mulyono (2003)
3
Jenis Ternak Domba dan Kambing Pengetahuan tentang jenis kambing dan domba diperlukan dalam menjalankan usaha peternakan kambing dan domba, terutama saat melakukan seleksi induk dan pejantan (Mulyono 2003). Jenis-jenis kambing yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut : 1) Kambing kacang: merupakan kambing asli Indonesia yang berbadan kecil dan relatif pendek. Kambing ini biasa disebut kambing jawa. Kambing kacang tidak mempunyai garis keturunan yang khusus karena sebagian besar sistem perkawinannya terjadi di tanah lapang. 2) Kambing merica: merupakan kambing asli Indonesia. Jenis kambing ini mempunyai ukuran badan yang relatif kecil dibandingkan dengan kambing kacang. Kambing merica banyak terdapat di pulau Sulawesi. 3) Kambing gembrong: merupakan kambing lokal Indonesia yang banyak ditemui di pulau Bali dengan bentuk badan yang lebih besar daripada kambing kacang. 4) Kambing etawah: merupakan kambing yang berasal dari India. Jenis kambing ini mempunyai kelebihan pada produksi susunya. Kambing etawah mempunyai telinga yang panjang sampai 30 cm dan warna bulu yang belang antara hitamputih, atau cokelat-putih. 5) Kambing peranakan etawah: merupakan hasil persilangan antara kambing kacang dengan kambing etawah dan dapat beradaptasi terhadap kondisi dan habitat Indonesia. Kambing jenis ini mempunyai ciri-ciri antara kambing kacang dan kambing etawah. 6) Kambing saanen: merupakan kambing yang berasal dari daratan Eropa. Jenis kambing ini termasuk tipe perah. Kambing saanen mempunyai telinga relatif kecil dan tegak, baik jantan maupun betina tidak bertanduk. Jenis-jenis domba yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut : 1.
Domba ekor tipis (lokal): merupakan domba asli Indonesia. Sekitar 80 % populasinya ada di Jawa Barat dan Jawa Tengah (Mulyono 2003). Domba ini mempunyai tubuh yang kecil sehingga disebut domba kacang atau domba jawa.
2.
Domba priangan: berasal dari Jawa Barat. Jenis domba ini biasa disebut domba garut. Apabila dibandingkan dengan domba ekor tipis, domba ini termasuk tipe domba besar. 4
3.
Domba ekor gemuk: banyak ditemui di Jawa Timur, Madura, Sulawaesi, dan Lombok. Jenis domba ini mempunyai ciri khas yaitu bentuk ekor yang panjang, lebar, tebal, besar, dan semakin ke ujung semakin kecil ekor membantuk huruf v dan s.
4.
Domba merino: berasal dari daerah Asia kecil. Jenis domba ini dikenal sebagai penghasil wool terbaik dengan panjang bulu mencapai 10 cm. Domba merino berkembang baik di Spanyol, Inggris, dan Australia.
5.
Domba suffolk: berasal dari Inggris dengan bobot badan yang tinggi. Domba jenis ini unggul karena persentase daging yang tinggi, yaitu 55-65 % dari bobot badan.
6.
Domba dorset: merupakan tipe daging yang bagus dan penghasil wool sedang. Presentase daging yang dapat dihasilkan jenis domba ini adalah sebesar 50-65 % dari bobot badan. Pemilihan Bibit Kambing dan Domba Pemilihan bibit ternak harus disesuaikan dengan tujuan dari usaha, pedaging
atau perah. Sumoprotowo (1993) menyatakan bahwa pemilihan bibit ternak merupakan langkah penting setelah penentuan lokasi. Langkah ini bertujuan untuk memperoleh bakalan-bakalan yang akan memberikan Pertambahan bobot badan harian (PBBH) tinggi pada rentang waktu pemeliharaan, sehingga keuntungan yang diperoleh menjadi maksimal. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bakalan adalah jenis kambing dan domba, jenis kelamin, dan penampilan fisik. Selain itu, pemilihan bakalan harus memperhatikan umur ternak (masih muda) dan tidak pernah terserang penyakit yang membahayakan (Duljaman & Rahayu, 1996). Pemeliharaan Ternak Domba dan kambing Dalam melakukan pemeliharaan ternak baik domba maupun kambing terdapat
beberapa
hal
yang harus
diperhatikan, yaitu pemberian pakan,
penggemukan, perkandangan, dan pengendalian penyakit ternak. Pemberian Pakan Pakan sangat penting untuk pertumbuhan ternak kambing dan domba. Bentuk manajemen pemeliharaan tergantung kepada sistem kandang yang digunakan disamping ketersediaan pakan harus diperhatikan dan harus selalu tersedia. Pakan 5
digolongkan menjadi dua kategori, yakni hijauan dan konsentrat (Parakkasi 1999). Tingkat konsumsi pakan dapat mempengaruhi pemberian pakan. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor hewan, makanan yang diberikan, dan faktor lingkungan (Tillman et al. 1998). Menurut Ensminger (1990), faktor yang mempengaruhi palatabilitas pada ternak adalah warna hijauan, rasa, tekstur, dan kandungan nutrisi pakan. Konsumsi pakan secara umum akan meningkat seiring dengan meningkatnya berat badan, karena pada umumnya kapasitas saluran pencernaan meningkat dengan semakin meningkatnya bobot badan. Wodzicka et al. (1993) menyatakan bahwa sistem pemberian pakan pada domba meliputi sistem cut and carry, gembala yang diikatkan, dan penggembalaan-umbar. Penggemukan Tujuan program penggemukan adalah untuk memperbaiki kualitas karkas dengan cara mendeposit lemak-lemak seperlunya saja. Bila hewan yang digunakan dalam penggemukan belum dewasa, maka kegiatan tersebut bersifat membesarkan sambil menggemukkan atau memperbaiki kualitas karkas. Tujuan pengurangan kadar lemak atau peningkatan kadar protein adalah untuk meningkatkan daging yang dapat dimakan. Terdapat tiga kategori penggemukan, yaitu penggemukan jangka waktu pendek (± 1 bulan), sedang (± 2 bulan), dan panjang (± 3 bulan) (Parakkasi 1999). Sistem pemeliharaan secara intensif merupakan pemeliharaan ternak dalam tempat yang terkurung dan makanan dibawa ke ternak (ke kandang) (Preston dan Willis, 1978 dalam Parakkasi, 1999). Sistem pemeliharaan secara intensif dapat memperbaiki pertambahan bobot badan harian karena pemberian pakan yang cukup sesuai dengan kebutuhan domba. Pemeliharaan secara intensif ini, ternak domba dikandangkan penuh sehingga dapat menghemat energi dan dapat dimanfaatkan penuh untuk produksi daging (Mathius, 1998). Pemeliharaan secara intensif ini diharapkan agar produksi yang dihasilkan tinggi dan waktu produksi yang dibutuhkan relatif singkat. Usaha penggemukan domba sangat digemari oleh petani sebagai usaha ternak komersial karena dinilai lebih ekonomis, relatif cepat, rendah modal, serta lebih praktis. Bakalan yang dipilih adalah domba bakalan yang kurus dan sehat serta berkerangka besar. Penentuan kapan suatu program penggemukan akan diakhiri, karena sudah mencapai titik optimum dan merupakan sesuatu yang tidak mudah 6
(Klosterman, 1972 dalam Parakkasi, 1999). Kondisi masa pertumbuhan yang relatif kurus dari pasar akan cukup ideal untuk penggemukan domba yang berlangsung sekitar 2-3 bulan (Yamin, 2001). Perkandangan Tomaszewska et al. (1993) menyatakan bahwa sebelum mulai memelihara kambing dan domba pembuatan kandang untuk pemeliharaan ternak tersebut harus dipertimbangkan. Kandang harus tidak dibangun pada tempat dari mana arah angin bertiup pada tanah yang lebih tinggi dari lokasi rumah petani. Bambang dan Nazarudin (1994) menambahkan pada umumnya ada dua macam domba, yaitu tipe panggung dan tipe mupuk (tanpa panggung). Namun demikian, ditinjau dari banyak segi kandang tipe panggung adalah yang paling baik. Kandang tipe ini lebih menjamin kebersihan lingkungan kandang, udara segar dapat masuk, menghemat tenaga, dan memudahkan perawatan. Kandang mupuk meski sepintas membuat peternak tidak banyak mengeluarkan tenaga pengelolaan, justru menjadi kurang begitu bermanfaat. Kesehatan domba kurang terjamin karena domba hidup di atas kotoran sendiri yang bercampur dengan jerami dan sisa-sisa makanan. Hal yang perlu diperhatikan dalam membangun kandang yang baik adalah sebagai berikut (Bambang & Nazarudin 1994): 1) Ruang utama Ruangan ini adalah tempat kambing dan domba berada. Kambing dan domba dewasa memerlukan ruangan berukuran 1 x 1,5 meter, sedangkan kambing dan domba kecil memerlukan ruangan ukuran 1 x 1 meter. 2) Tempat pakan Tempat pakan dibuat menempel pada bagian depan kandang dengan ukuran sebagai berikut : Dasar
: 25 cm
Tinggi
: 50 cm
Lebar
: 50 cm
Ruji-ruji
: 30 cm
Tinggi dari lantai : 20 cm
7
3) Tempat minum Tempat minum dapat berupa bak air permanen atau potongan drum minyak tanah yang telah dicat dan ditempatkan di luar kandang. Tempat minum yang terbuat dari ember dapat ditempatkan di sudut tempat pakan. 4) Tempat garam Tempat garam dibuat dari kotak kayu, bambu atau bahan lain yang tidak berkarat dan ditempatkan di salah satu sudut tempat pakan. Jika garam yang diberikan berupa garam cetakan, maka cukup digantungkan di atas tempat pakan sehingga kambing dan domba tinggal menjilatnya. 5) Dinding Tinggi dinding berhubungan langsung dengan ventilasi udara. Dinding di sebelah kiri dan kanan kandang dibuat rapat dari bawah ke atas. Untuk dinding belakang yang rapat cukup 1 meter, sisanya dibuat rui-ruji agar udara segar masuk ke dalam kandang. Dinding bagian depan yang rapat hanya 20 cm pada bagian bawah, sisanya merupakan tempat pakan. 6) Tangga Kemiringan tangga hendaknya landai agar kambing dan domba mudah melewatinya. Kemiringan tangga paling terjal membentuk sudut 45 0. 7) Serambi Serambi adalah ruangan di bawah atap bagian ujung kandang tidak berdinding. Serambi berfungsi sebagai tempat untuk menaruh hijauan sebelum diberikan kepada kambing dan domba. Pengendalian Penyakit Ternak Dalam usaha peternakan kambing dan domba, kesehatan merupakan hal yang sangat penting karena berhubungan dengan produksi (Mulyono 2003). Tindakan pertama yang dianjurkan pada usaha pemeliharaan kambing dan domba adalah melakukan pencegahan terjangkitnya penyakit. Duldjaman dan Rahayu (1996) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit, yakni : (1) memelihara kebersihan ternak, pakan, tempat minum, dan peralatan lainnya, (2) tidak mencampur ternak yang sakit dengan yang sehat sehingga tidak teradi penularan, dan (3) melakukan vaksinasi dan pemberian obat pencegah penyakit yang dilakukan secara teratur. 8
Pemasaran Menurut Umar (1997), pemasaran adalah kegiatan usaha yang bertujuan untuk menjual barang dan atau jasa yang diproduksi ke pasar. Analisis kelayakan aspek ini yang utama adalah : a) Penentuan segmen, target, dan posisi produk pada pasarnya. b) Kajian untuk mengetahui konsumen potensial, seperti perihal sikap, perilaku, serta keputusan konsumen atas produk. c) Menentukan strategi, kebijakan, dan program pemasaran yang akan dilaksanakan. Mulyono (2003) menyebutkan bahwa pemasaran merupakan aspek yang sangat menentukan tingkat keuntungan. Apabila penjualan pada waktu yang tepat maka produk akan laku pada tingkat harga yang baik. Waktu pemasaran yang tepat adalah saat jumlah konsumen maksimal dan jumlah produk yang ada di pasaran minimal (Hukum Supply and Demand) serta saat kapasitas atau kemampuan ternak dan atau alat produksi mencapai maksimal. Biaya Menurut Mulyadi (2000) dalam Wibowo (2007), biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya dalam arti sempit dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Rony (1990) menyatakan bahwa menurut Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI), biaya adalah pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh suatu barang ataupun jasa yang diukur dengan nilai uang, baik itu pengeluaran berupa uang melalui tukar-menukar ataupun melalui pemberian jasa. Mulyadi (2000) dalam Wibowo (2007) menggolongkan biaya menurut dasar tujuan yang hendak dicapai. a) Biaya variabel Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contohnya adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. b) Biaya semi variabel Biaya semi variabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. 9
c) Biaya semi fixed Biaya semi fixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. d) Biaya tetap Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap dalam jumlah kisaran volume kegiatan tertentu. Laba dan Rugi Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha. Apabila beban labih besar dari pendapatan, selisihnya disebut rugi. Laba dan rugi merupakan hasil perhitungan secara periodik (berkala). Penetapan laba dan rugi juga dapat menjadi indikator bahaya terhadap kelangsungan hidup perusahaan sehingga dapat mengambil tindakan pencegahan (Soemarso 2005). Handoko, (2000) menyatakan bahwa untuk memungkinkan analisa yang baik maka dalam menyusun laporan laba rugi, lazimnya dibedakan menjadi: 1) Laba (rugi) dari operasi. Laba dari operasi adalah selisish antara hasil dan biaya-biaya “operasi biasa”. Operasi biasa adalah aktivitas-aktivitas yang memang termasuk rencana perusahaan. 2) Laba (rugi) di luar operasi biasa (non-operating income). Dalam kelompok ini termasuk semua hasil dan biaya yang bukan didapat dari operasi biasa. 3) Koreksi-koreksi atas perhitungan laba tahun-tahun yang lalu (kalau ada). Kasalahan atasa perhitungan laba tahun-tahun yang lalu menyebabkan pergeseran yang akan mengganggu laba-rugi tahun yang terakhir. 4) Pajak. Dilihat dari sudut pemegang saham, pajak merupakan biaya. Namun pajak berbeda dari biaya-biaya lain karena besarnya pajak tergantung dari policy pemerintah yang hendak mengarahkan perekonomian ke suatu arah tertentu.
10