II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pencemaran Susu Susu merupakan bahan pangan yang kaya akan protein. Susu mudah
dijumpai di masyarakat baik dalam segar maupun olahannya. Komposisi kimia dalam susu sapi menurut Muchtadi dkk (2011) sebagai berikut : Tabel 1. Komposisi Susu Sapi Komposisi
Rata-rata
Kisaran normal (%)
Air
87,25
89,50-84,00
Lemak
3,80
2,60-6,00
Protein
3,50
2,80-4,00
Laktosa
4,80
4,50-5,20
0,65
0,60-0,80
Mineral Sumber : Muchtadi, dkk (2011)
Bedasarkan codex, susu didefinisikan sebagai cairan yang dihasilkan oleh kelenjar mamae (kelenjar susu) hewan betina, sedangkan menurut Winarno (2007) susu adalah cairan berwarna putih yang disekresikan oleh kelenjar mamae (ambing) pada binatang mamalia betina, untuk bahan makanan dan sumber gizi bagi anaknya. Susu yang baik didapatkan dari proses pengolahan yang baik pula, seperti menjaga sanitasi lingkungan sekitar. Kedatangan mikroba selain mendatangkan keuntungan seperti membantu proses fermentasi, meningkatkan nilai gizi makanan, pengadaan bau dan rasa, dan berperan dalam merubah warna.
Mikroba juga mendatangkan kerugian.
Kerugian yang didatangkan menurut Supardi (1998) seperti :
11
Mengubah bau, rasa dan warna yang tidak dikehendaki.
Menurunkan berat atau volume.
Menurunkan nilai gizi/ nutrisi.
Mengubah bentuk dan susunan senyawa.
Menghasilkan toksin yang membahayakan. Menurut Buckle (2009), susu mengandung bermacam-macam unsur dan
sebagian besar terdiri dari zat makanan yang juga diperlukan bagi pertumbuhan bakteri, oleh karena itu pertumbuhan bakteri dalam susu sangat cepat. Pencemaran berikutnya timbul dari sapi, alat-alat pemerahan yang kurang bersih dan tempat-tempat penyimpanan yang kurang bersih, debu, udara, lalat dan penananganan oleh manusia. Air susu yang tercemar oleh bakteri biasanya disebabkan oleh manusia dan lingkungan, seperti udara yang kotor pada waktu pemerahan dan petugas yang tidak memperhtikan kebersihan. Oleh karena itu penanganan produksi susu harus memperhatikan masalah higiene dengan cara melindungi susu dari kontak langsung ataupun tidak langsung dengan sumber-sumber yang dapat mencemari air susu selama pemerahan, pengumpulan, dan pengangkutan.
Faktor-faktor
penting yang perlu diperhatikan ialah :
Kesehatan sapi,
Pegawai harus bersih dan sehat,
Lingkungan peternakan yang bersih,
Alat yang digunakan dalam keadaan bersih dan bentuknya tepat,
Membersihkan alat secara tepat,
Ruang susu harus terpisah, pengolahan dan penanganan susu harus dilakukan dalam suatu ruangan khusus yang terpisah dengan ruangan
12 lainnya. Ruang atau kamar susu tidak boleh jadi satu dengan kandang sapi, kamar tidur petugas ataupun tempat tinggal peternak.
Hal ini
dimaksudkan mencegah pengotoran susu, termasuk bau-bauan yang ada. Ruang susu harus memiliki ventilasi sempurna, yang ditutup dengan kawat kasa untuk mencegah lalat dan serangga lainnya masuk. Ruangan harus berdinding dan berlantai dari bahan yang berlapis porselin, sehingga tahan air, mudah dibersihkan, dan tidak berdebu,
Tersedia alat pendingin, dan
Pasteurisasi air susu (Aak, 2005) Keamanan pangan perlu diperhatikan agar menghasilkan susu yang
berkualitas baik.
Menurut Rahayu (2011), pengendalian keamanan
pangan
seharusnya dilakukan sejak diproduksi hingga produk tersebut sampai tangan konsumen (from farm to table). Kegiatan ini dilakukan secara terpadu sehinnga melibatkan banyak institusi, saling bekerja sama disepanjang rantai pangan secara berkontinyu.
2.2
Ruang Penyimpanan Susu (Kamar Susu) Menurut Badan Standardisasi Nasional (1987) kamar susu adalah kamar
penampungan air susu dari kandang pemerahan sebelum susu itu disebarkan ke konsumen langsung atau ke pusat-pusat penampungan air susu. persyaratan konstruksi kamar susu sebagai berikut :
Dinding harus kedap air.
Tinggi dinding berporselen 2 meter.
Warna dinding dan tegel putih.
Adapun
13
Berlangit-langit dari bahan yang tidak mengotori air susu dan tertutup rapat dan bersih.
Batas dinding dan lantai tidak bersudut.
Pintu dan jendela dapat menutup sendiri dengan bebas.
Ventilasi baik dan memakai kawat kasa. Menurut Jenie dan Fardiaz (1989) udara dalam suatu ruangan merupakan
sumber kontaminasi dalam pengolahan pangan.
Udara tidak mengandung
mikroflora secara alami, akan tetapi kontaminasi dari lingkungan disekitarnya mengakibatkan udara mengandung berbagai jenis mikroflora. Kontaminasi juga berasal dari alat, wadah, atau pekerja pengolahan pangan. Pekerja pengolahan pangan harus menjaga kebersihannya, karena baik tangan, kaki dan rambut maupun pakaian yang kotor dapat menyebabkan kontaminasi pada makanan yang diolahnya. Sanitasi yang dilakukan terhadap wadah dan alat pengolahan pangan meliputi pencucian untuk menghilangkan kotoran dan sisa makanan, diikuti dengan perlakuan sanitasi menggunakan germisidal. Proses sanitaso wadah dan alat-alat pengolahan ditunjukan untuk membunuh sebagian besar atau semua mikroorganisme yang terdapat pada permukaan wadah dan alat-alat tersebut.
2.3
Sanitasi Menurut Soekarto (1990) sanitasi merupakan persyaratan yang bersifat
mutlak dalam
industri pangan dikarenakan sanitasi akan berpengaruh secara
langsung dan tidak langsung terhadap mutu pangan dan daya awet produk serta nama baik atau citra perusahaan. Sanitasi juga menjadi salah satu tolak ukur teratas dalam menilai keberhasilan perusahaan yang menangani produk pangan.
14 Kasus peracunan makanan sebagian besar diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik. Adapun sasaran sanitasi pangan dalam menjaga mutu pangan :
Mencegah pencemaran oleh mikroba pembusuk
Mencegah pencemaran oleh mikroba patogen
Mencegah pencemaran oleh serangga atau benda asing
Menjaga agar bebas dari polutan dan mikroba yang menjadi indikasi sanitasi
Mempertahankan kondisi bersih
Serta adapun daerah fokus sanitasi dalam industri pangan :
Lokasi pabrik
: Daerah sekitar lokasi pabrik perlu diperhatikan dan dijauhkan dari sumber-sumber cemaran baik fisik, kimia maupun biologis.
Bangunan
: Perlu sirkulasi udara, cahaya dan ruang gerak yang cukup dalam bangunan pabrik, tiap pelosok ruangan
harus dapat mudah dibersihkan. Lantai
ruang kerja pengolahan perlu dijaga tetap bersih dan mudah dibersihkan.
Kebersihan lantai dan
dinding, menjadi sumber cemaran yang penting. Karena itu lantai dan dinding harus selalu dalam keadaan bersih. Bila permukaan tidak rata maka akan sulit dibersihkan, namun bila permukaan licin akan membahayakan pekerja.
Lantai menjadi
tempat sisa-sisa atau tumpukan makanan.
Peralatan
: Baik peralatan yang langsung bersentuhan
15 dengan produk maupun peralatan yang tidak langsung bersentuhan harus tetap dalam kondisi bersih.
Instalasi air
: Air merupakan hal penting dalam industri. Cemaran dalam air, selain bersumber dari airnya sendiri, juga dapat bersumber dari instalasi air yang kurang baik.
Sistem pembuangan
: Limbah yang dihasilkan dalam proses produksi perlu langsung diolah agar tidak mencemari lingkungan dan mengganggu proses produksi.
Adapun persyaratan sanitasi pekerja menurut Jenie (1988) ialah :
Kesehatan yang baik untuk mengurangi kemungkinan pekerja menjadi tempat penyimpanan bakteri patogen,
Kebersihan untuk mengurangi kemungkinan penyebaran bakteri oleh pekerja,
Kemauan untuk mengerti tentang sanitasi merupakan persyaratan agar program sanitasi berjalan dengan efektif. Cara untuk mengawasi sanitasi pekerja dapat dilakukan dengan
pemeriksaan kesehatan secara periodik, menjaga kebersihan pekerja (rambut, kulit, tangan, kuku dan pakaian) dan memberikan pendidikan mengenai pronsipprinsip sanitasi personalia. Fasilitas pencucian tangan harus tersedia dalam kamar ganti, pakaian, kamar kecil, dan daerah pelayanan makanan. Fasilitas seperti air pencucian berupa air hangat 110-1200F, sabun-sabun antiseptik seperti yang digunakan di rumah-rumah sakit tersedia dalam jumlah yang cukup. Demikian pula handuk saniter atau alat pengering tangan atau lap sekali pakai (disposabie).
16 Para pekerja tidak diperkenankan merokok di daerah-daerah persiapan makanan, ruangan makan, dan daerah pencucian alat-alat makan. Pakaian pekerja harus bersih, dan bila digunakan lebih dari satu hari harus disimpan dalam lemari. Tutup rambut atau kepala harus digunakan untuk mencegah terjadinya kontak antara rambut dengan makanan. Para pekerja disediakan seragam khusus yang dikenakan segera tiba di pabrik, dan tidak diperkenankan datang ke pabrik dari rumah dengan seragam.
2.4
Desinfektan Dalam menjaga sanitasi lingkungan, maka diperlukan kegiatan desinfeksi
dengan menggunakan bahan desinfektan.
Desinfektan adalah suatu bahan
biasanya kimia yang digunakan untuk membunuh jasad renik sel vegetatif tetapi belum tentu mematikan spora mikroorganisme yang menyebabkan penyakit, sedangkan desinfeksi ialah proses yang menghancurkan sel-sel vegetatif penyebab infeksi namun tidak selalu mematikan sporanya (Pelczar dan Chan, 1988). Adapun syarat dari desinfektan menurut Jenie dan Fardiaz (1989) sebagai berikut:
Toksisitas terhadap mikroorganisme,
Kelarutan dalam air,
Stabilitas,
Tidak beracun terhadap manusia maupun hewan,
Homogenitas,
Kemampuannya untuk mencegah kombinasi dengan bahan organik,
Toksisitas terhadap mikroorganisme pada suhu kamar,
Kemampuan berpenetrasi,
Tidak korosif,
17
Tidak menimbulkan warna, dan
Kemampuan menghilangkan bau. Desinfektan dikelompokkan menjadi delapan kelompok menurut Fardiaz
(1992), yaitu sebagai berikut : 1.
Grup alkohol larut Contoh
: etanol, isopropil alkohol
Cara kerja: koagulasi protein dan melarutkan membran Konsentrasi
: 70-90%
Keuntungan
: bakterisidal cepat, tubrtkulosidal
Kelemahan
: tidak membunuh spora, menyebabkan korosi metal kecuali jika ditambahkan komponen pereduksi (2% Nanitrit, mengeringkan kulit)
2.
Grup gas sterilisasi Contoh
: etilen oksida
Cara kerja
: substitusi grup alkali didalam sek dengan atom hidrogen yang labil
Waktu reaksi
: 4-18 jam
Keuntungan
: tidak
membahayakan
untuk
kebanyakan
bahan,
mensterilkan bahan, digunakan untuk bahan yang tidak tahan panas. Kelemahan
3.
: membutuhkan peralatan khusus.
Grup gas desinfektan Contoh
: formaldehid
Cara kerja
: seperti etilen oksida
18 Konsentrasi
: larutan jenuh atau dalam bentuk gas
Keuntungan
: mambunuh spora, tidak korosif, digunakan untuk bahan yang tidak panas.
Kelemahan
: membutuhkan waktu relatif lama sebagai desinfektan, menimbulkan bau, beracun pada kulit dan membran mukus.
4. Grup halogen Contoh
: khlorin, yodium
Cara kerja
: oksidasi grup sulfhidril bebas
Konsentrasi
: hipokhlorit
– konsentrasi tertinggi
HCl (Warexin) – larutan 1.5% Yodium tinktur – konsentrasi tertinggi Keuntungan
: Khlorin Yodium
– tuberkulosidal -
pencucian
dan
desinfektan,
tidak
meninggalkan warna, meninggalkan residu antibakteri,
yodium
tinktur
bersifat
tuberkulosidal. Kelemahan
: Khlorin
- memutihkan bahan, korosi logam, tidak stabil didalam air sadah, larutan harus segar
Yodium
- yodium tinktur menimbulkan warna dan iritasi kulit, iodofor tidak stabil, akticitasnya hilang di dalam air sadah, korosif terhadap logam, menyebabkan pengeringan kulit.
19 5. Grup Fenol Contoh
: kreosol, fenol semi-sintesis, lisol
Cara kerja
: koagulasi protein, menyebabkan kebocoran membran sel.
Konsentrasi
: kreosol – 2%, lisol – 1%
Keuntungan
: aktivitasnya tidak hilang oleh bahan organik, sabun atau air sadah, meninggalkan efek residu jika mengering.
Kelemahan
: kreosol harus digunakan di dalam air lunak.
6. Grup deterjen ktionik (amonium quaternar) Cara kerja
: pengerutan membran sel dan merusak permeabilitasnya
Konsentrasi
: larutan 1/1000 – 1/5000
Keuntungan
: tidak berbau
Kelemahan
: tidak bersifat tuberkulosidal, aktivitas virisidal terbatas, harus dilarutkan didalam air destilata, aktivitasnya hilang oleh
protein,
sabun
dan
serat
selulosa,
aktvitas
bakterisidalnya lemah sehingga harus dikombinasikan dengan grup fenol.
7. Grup deterjen anionik (aditif sabun atau deterjen) Cara kerja: heksakhlorfen (G-11), tertrakhlorsalisilanilida Konsentrasi
: heksakhlorfen – septisol 2%, phisohex 3%
Keuntungan
: aktivitas antibakteri lama, baik digunakan sebagai pencuci
20 Kelemahan
: tidak bersifat sporisidal maupun tuberkulosidal, cara kerja lambat, beracun jika digunakan terus menerus dan diserap di dalam tubuh.
8. Desinfektan lain-lain Garam
: komponen merkuri organik seperti merkurokhrom dan tiomersal bersifat kurang beracun dibandingkan komponen merkuri lainnya, tetapi aktivitas bakterisidalya lemah.
Alkali
: larutan NaOH sering digunakan dalam kedokteran veteriner untuk desinfektan kandang.
Hidrogen
: dalam konsentrasi 3% digunakan untuk memcuci luka.
Peroksida Sabun
: aktivitas bakterisidalnya lemah, tetapi efektif untuk mencuci/ menghilangkan jasad renik.
Komponen
: misalnya khlorheksidin, bersifat bakterisidal, tetapi
Biguanida
tidak efektif terhadap virus, spora dan mikrobakteri, biasanya dicampur dengan deterjen kationik.
Dialdehida
: spektrum
aktivitasnya
paling
luas,
yang
bersifat
bakterisidal, virisidal, fungisidal dan sporosidal. Tersedia dalam bentuk asam
yang harus diaktivasi
dengan
menambahkan natrium karbonat (menaikkan pH) supaya aktivitasnya maksimum. Dalam keadaan aktif tahan selama 2 minggu. Kelemahannya adalah beracun terhadap kulit dan harganya mahal. Pada umumnya, masyarakat menggunakan desinfektan berbahan kimia. Desinfektan berbahan kimia memiliki kelebihan cepat dalam mereduksi jumlah
21 bakteri. Ketersediaannya pun yang mudah ditemui dan cara penggunaannya yang sederhana. Kelompok utama bahan antimikrobial kimiawi menurut Pelzcar dan Chan (1988) ialah :
Fenol dan persenyawaan fenolat Fenol (asam karbolat), yang digunakan pada tahun 1860 dan telah
merupakan standar pembanding bagi desinfektan lain untuk mengevaluasi aktivitas bakterisidalnya.
Dewasa ini telah banyak turunan fenol, dan
dikatakan turunan fenol ada yang lebih efektif dari senyawa fenol itu sendiri. Senyawa ini bekerja dengan mendenaturasi protein sel dan merusak membran sel.
Persenyawaan fenolat dapat bersifat bakterisidal atau bakteriostatik
bergantung pada konsentrasi yang digunakan. Suhu rendah dan sabun juga akan mengurangi aktivitas antimikrobial fenolat.
Persenyawaan Alkohol Etil alkohol dengan konsentrasi 50-70% efektif terhadap mikroorganisme
vegetatif atau yang tidak membentuk spora. aktivitas sporisidal yang rendah.
Etil alkohol ini mempunyai
Mekanisme kerja alkohol ialah dengan
mendenaturasi protein, suatu sifat yang memberikan aktivitas antimikrobial pada alkohol, disamping itu alkohol juga merupakan pelarut lipid sehingga dapat pula merusak membran sel.
Halogen dan persenyawaannya Persenyawaan halogen terdiri atas unsur flour, klor, brom dan iodium.
Klor dan iodium ialah yang paling luas penggunaannya sebagai zat antimikrobial.
Logam berat dan persenyawaannya
22 Logam tertentu dalam jumlah amat kecil, terutama perak dapat mematikan bakteri.
Banyak sekali persenyawaan logam berat memiliki aktivitas
germisidal atau antiseptik. Pesenyawaan logam berat yang paling penting ialah persenyawaan yang mengandung merkuri, perak dan tembaga.
Deterjen Zat pengurangan tegangan permukaan atau zat pembasah yang terutama
digunakan untuk membersihkan permukaan benda disebut deterjen. Salah satu contohnya ialah sabun. Tetapi sabun tidak dapat bekerja dengan baik dalam air sadah, karena itulah kini telah dikembangkan bahan pembersih baru yang lebih efisien yang disebut surfaktan atau diterjen sintesis.
Aldehide Glutaraldehide dan formaldehide merupakan dua persenyawaan aldehide
yang
mempunyai
berbagai
penerapan
untuk
mengendalikan
populasi
mikroorganisme.
Kemosterilasator gas Proses kemosterilsator bahan dikenai gas didalam suatu ruangan tertutup
pada suhu kamar.
Setelah perlakuan, gas tersebut dapat dengan mudah
dikeluarkan atau dihilangkan. Bahan plastik yang peka terhadap panas, seperti alat suntik, tabung reaksi, cawan petri, dan pipet serta ruangan tertutup dapat disterilkan dengan gas. Zat utama yang digunakan ialah gas etilenokside. Menurut Fardiaz (1992) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan bahan kimia sebagai desinfektan atau antiseptik ialah :
Sifat mikrosidal
: Spora umumnya lebih tahan daripada bentuk
vegetatif
desinfektan
dan
hanya
seperti
beberapa halogen,
23 merkurikhlorida, formalin dan etilen oksida yang efektif terhadap spora.
Sifat mikrostatik
: Beberapa komponen bahan kimia pada konsentrasi rendah tidak dapat membunuh jasad renik, tetapi hanya menghambat pertumbuhannya,
misalnya
senyawa
rempah-rempah.
Kecepatan penghambatan
: Komponen kimia mempunyai kecepatan pembunuh
atau
penghambatan
yang
berbeda-beda terhadap jasad renik.
Sifat lainnya
: Dalam pemilihan suatu desinfektan harus diusahakan yang harganya tidak mahal, aktivitasnya tetap dalam waktu lama, larut didalam air, dan stabil didalam larutan.
Bila ditinjau dari keberlanjutannya dalam lingkungan desinfektan berbahan kimia akan membahayakan karena akan sulit diuraikan.
Menurut
Sugiharto (1987) desinfektan dalam air limbah merupakan golongan dari molekul yang dipergunakan sebagai pembersih untuk mendapat hasil yang lebih baik. Zat ini menimbulkan buih dan selama proses aerasi buih tersebut berada diatas permukaan gelembung dara dan biasanya relatif tetap dalam air. Limbah ini berasal dari rumah tangga atau pemukiman. 2.5
Pemanfaatan Limbah Peternakan Lebah (Apis cerana) Sebagai Desinfektan Alami Menurut Marhiyanto (1999) Apis cerana diduga berasal dari dataran Asia
dan menyebar sampai ke Afganistan, Cina maupun Jepang. Labah ini terdiri dari
24 berbagai jenis, diantaranya Apis cerana indica yang diteliti di India. Bentuknya hampir sama seperti Apis mellifera tetapi ukuran tubuhnya lebih kecil. Sifatnya suka berpindah-pindah tempat dan memiliki kemampuan beradaptasi terhadap lingkungannya. Meskipun terjadi perubahan iklim secara mendadak, jenis lebah ini masih bisa bertahan. Pada musim dingin mereka tidak begitu aktif keluar sarang. Namun ketika musim semi, para lebah jenis Apis cerana sangat rajin mencari nektar sepanjang hari. Penyebaran hampir merata di seluruh dunia, dan semenjak 200 tahun sudah dibudidayakan, khususnya di Jepang, Cina dan India.
Indonesia pada
waktu itu peternak setempat masih melakukan pembudidayaan bersifat sederhana dan tradisional. Di Indonesia lebah jenis ini dinamakan Apis cerana javanica. Jenis ini mampu menarik para ahli dan peternak lebah, alasannya karena Apis cerana javanica lebih tahan terhadap penyakit, terutama tungau perusak. Lebih dari itu, Apis cerana javanica mampu bertahan dan menyesuaikan diri pada iklim tinggi di lingkungan hidupnya.
Tetap kadang-kadang peternak juga merasa kesulitan,
karena sifat lebah jenis ini suka berpindah tempat. Akhir-akhir ini ada usaha dari dinas peternakan menyilangkan lebah jenis ini dengan Apis mellifera. Produk yang dihasilkan oleh lebah antara lain :
Madu Madu berasal dari nektar dan merupakan produk utama dari lebah. Pada
mulanya lebah menghisap nektar pada bunga-bunga, kemudian diolah didalam tubuhnya pada akhirnya keluar dan disimpan dalam sel-sel sarang. merupakan bahan makanan yang sangat berguna bagi kesehatan.
Madu
Zat yang
terkandung dalam madu mencangkup 180 macam. Kandungan gula yang ditemui
25 dalam madu ialah jenis levulosa dan dekstorsa.
Vitamin yang terkandung
didalamnya meliputi roboflamin, pantotenat, niasin, tiamin, pridoksin dan askorbat. Warna madu dipengaruhi oleh asal nektar juga membedakan kandungan mineral.
Royal Jelly Royal jelly dihasilkan oleh lebah pekerja secara alamiah, royal jelly berupa
susu madu yang diperuntukkan calon lebah ratu yang masih berbentuk larva. Royal jelly ini dapat dimanfaatkan untuk stamina dan menyembuhkan penyakit, serta untuk bahan campuran kosmetika.
Tepung sari (pollen) Tepung sari atau polen merupakan produk sampingan lebah madu.
Sumber polen didapat dari bunga yang kemudian mengalami proses pengolahan pada tubuh lebah.
Dalam polen terkandung sumber protein, lemak, sedikit
karbohidrat dan mineral-mineral.
Lilin lebah (malam) Lilin lebah adalah produk lebah yang umumnya disebut malam lebah.
Dihasilkan oleh empat pasang kelenjar yang terdapat dibagian samping bawah perut. Semenjak usia dua minggu, lebah sudah mampu memproduksi malam. Pada peternakan modern, lilin lebah dikumpulkan dan dijual ke pasaran. Sebenarnya lilin lebah (malam) mencangkup berbagai manfaat, terutama dalam bidang industri kosmetika.
Propolis Bahan yang dipakai untuk membentuk propolis berupa zat yang bersifat
resin berasal dari kuncup, kulit tumbuhan dan bahkan kadang-kadang didapat dari bagian lain dari tumbuhan. Manfaat propolis bagi lebah adalah :
26 o Untuk mempernis dan menghaluskan sarang yang kasar o Untuk merekatkan bagian sarang yang pecah/ retak o Untuk mendempul celah-celah atau lubang sarang yang tidak diinginkan o Untuk mengurangi lubang bagian luar. Produk sampingan yang dihasilkan dalam peternakan lebah ialah sarang lebah.
Sarang lebah mengandung
50% senyawa resin (flavonoid dan asam
fenolat), 30% lilin lebah, 10% minyak aromatik, 5% polen dan 5% berbagai senyawa aromatik (Pietta, 2002). Aktivitas antibakteri ditemukan dalam senyawa flavonoid (Bankova, 2005). Dewasa ini pemanfaatan flavonoid dilakukan dengan ektrasi murni dari propolis. Cara kerja ektrasi murni ialah dengan menggunakan metode Matienzo dan Lamorena (2004). Ekstraksi dilakukan dengan maserasi pelarut alkohol 70%. Propolis kasar direndam dalam etanol 70% kemudian ditutup dan dikocok dengan shaker pada ruang gelap selama satu minggu. disaring,
filtratnya
diamil
dan
residunya
Setelah itu, suspensi tersebut kembali
dimaserasi
kembali.
Selanjutnya, filtrat tersebut diambil setiap hari selama tujuh hari. Setelah tujuh hari, filtrat terakhir yang dihasilkan berwarna jernih dan teknik maserasi diakhiri. Setelah seluruh filtrat hasil maserasi terkumpul, filtrat tersebut dipekatkan dengan menggunakan rotavapor pada temperatur 400C. Esktrak pekat yang diperoleh ditimbang untuk mendapatkan nilai rendemennya, kemudian ektrak tersebut dilarutkan dengan propilen glikol dengan perbandingan propolis : propilen glikol adalah 1:1, sebagai ekstrak propolis 100%. Ekstrak flavonoid dapat menghambat pertumbuhan bakteri E.coli (Prasetyorini dkk, 2011) juga dapat menghambat pertumbuhan
bakteri
Streptococcus
mutans
(Sabir,
2005)
dan
bakteri
27 Streptococcus aureus, Bacillus subtilis dan Pseudomonas aeruginosa (Angraini, 2006). Antibakteri merupakan suatu senyawa yang dapat menghambat atau mengganggu metabolisme bakteri.
Keadaan yang mempengaruhi kerja
antimikroba menurut Pelzcar dan Chan (1988) ialah :
Konsentrasi dan intensitas zat antimikrobial Semakin banyak konsentrasi yang diberikan pada waktu tertentu, maka akan semakin cepat mikroba itu melemah.
Jumlah mikroorganisme Pola kematian mikroorganisme yaitu eksponensial, artinya diperlukan waktu yang banyak untuk membunuh populasi, dan bila jumlah selnya banyak, maka harus diberikan perlakuan yang lebih lama pula.
Suhu Kenaikan suhu yang sedang secara besar dapat menaikkan keefektifan suatu desinfektan atau bahan mikrobial lain.
Spesies mikroorganisme Spesies mikroorganisme menunjukkan kerentanan yang berbeda-beda terhadap sarana fisik dan bahan kimia. Spesies pembentuk spora, sel vegetatif yang sedang tumbuh lebih mudah dibunuh dibandungkan dengan sporanya.
Adanya bahan organik Adanya bahan organik lain dapat menurunkan dengan nyata keefektifan zat kimia antimikrobial dengan cara menginaktifkan bahan-bahan tersebut atau melindungi mikroorganisme dari padanya.
Keasaman atau kebasaan (pH)
28 Mikroorganisme yang terdapat pada bahan dengan pH asam dapat dibasmi pada suhu yang lebih rendah dan dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan mikroorganisme yang sama dalamlingkungan basa. Adapun cara kerja zat antimikrobial menurut Pelzcar dan Chan (1988) ialah :
Kerusakan pada dinding sel Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk.
Perubahan permeabilitas sel Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu di dalam sel serta mengatur aliran keluar masuknya bahan-bahan lain. Kerusakan memberan ini akan mengakhibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel.
Perubahan molekul protein dan asam nukleat Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul protein dan asam nukleat dalam keadaan alamiahnya. Suatu kondisi atau substansi yang mengubah keadaan ini yaitu mendenaturasi protein dan asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali.
Penghambatan kerja enzim Setiap sel dari beratus-ratus enzim berbeda-beda yang ada didalam sel merupakan sasaran potemsial bagi bekerjanya suatu penghambat. Banyak zat kimia yang telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia.
Penghambatan sitesis asam nukleat dan protein DNA, RNA dan protein memegang peranan amat penting dalam proses kehidupan normal sel. Hal ini berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat mengakhibatkan kerusakan total pada sel.
29 Antibakteri
ini
dapat
dimanfaatkan
menjadi
desinfektan
alami.
Desinfektan alami ialah suatu bahan yang dapat menghambat atau mengganggu metabolisme bakteri dengan menggunakan bahan alami. Keuntungan dengan penggunaan desinfektan alami ini ialah pemanfaatan bahan organik dan mengurangi pencemaran lingkungan.