TINJAUAN PUSTAKA Pengambilan Keputusan dalam Usahatani Kemampuan manusia merupakan keseluruhan dari suatu proses atau pelaksanaan dan merupakan hasil suatu perubahan perilaku yang relatif permanen. Kemampuan tersebut dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan atau keduaduanya (Klausmeier dan Goodwin, 1966). Asngari (2001) mengatakan bahwa untuk mengubah perilaku seseorang dapat dilakukan dengan mengubah salah-satu atau ketiga unsur yang membentuknya, yaitu: ( 1 ) kognitif, (2) afektif, dan (3) psikomotor. Perubahan masing-masing unsur itu
akan saling pengaruh mempengarutu. Fawasan kognitif dapat diubah dan dikembangC
kan dengan menambah pengetahuan dan derajat intelektual seseorang. Penekanan pada kawasan kognitif ini adalah mengembangkan kemampuan penalaran sumber daya manusia.
Pada kawasan psikomotorik tekanannya adalah pada tingkat
keterampilan. Derajat keterampilan seseorang itu ditentukan oleh kombinasi ketiga kawasan tersebut. Makin lengkap kombinasinya maka semakin sempurna kualitas keterampilan seseorang. Perubahan perilaku sebagai wujud kemampuan seseorang adalah karena pengalaman-pengalaman baru yang diperoleh dan dialami oleh orang yang belajar tersebut Salah satu usaha perubahan perilaku manusia adalah melalui pendidikan, sepeni dikemukakan Dahama dan Bhatnagar (1980) bahwa bentuk pendidikan formal maupun non formal merupakan upaya mengubah perilaku manusia yang meliputi
kawasan kognitif, kawasan afektif, dan kawasan psikomotor.
van den Ban dan
Hawkins (1999) mengemukakan bahwa seseorang yang belajar dapat memperoleh atau memperbaiki kemampuan untuk melaksanakan suatu pola sikap melalui pengalaman dan praktek. Perkembangan peradaban menuntut manusia untuk selalu menyesuaikan diri dengan tantangan pembahan yang dinamis. Lippitt
el
al. (1958) mengemukakan
bahwa ada dua ha1 yang mendorong keinginan manusia untuk melakukan pembahan, yaitu : (1) adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah yang dirasakan; dan (2) adanya inovasi-inovasi yang memberikan peluang bagi setiap manusia untuk memenuhi kebutuhan atau meningkatkan kesejahteraannya. Alasan itulah manusia termotivasi untuk menggunakan kemampuannya dalam melakukan upaya-upaya tertentu &lam mengantisipasi pembahan-pembahan di sekelilingnya. Mosher (Soebiyanto, 1998) mengemukakan, bahwa peningkatan produktivitas usahatani pada petani maju terlihat dari kecepatan petani menerima dan menggunakan ide baru, dalam mengusahakan komoditas yang berorientasi pada pasar. Kemampuan petani adalah suatu kondisi yang dapat ditumbuhkan melalui proses pemberdayaan Ndraha (1987) memberikan ciriciri pemberdayaan kemampuan masyarakat, yakn~: (1) meningkatkan kemampuan, (2) mendorong tumbuhnya kebersamaan, (3)
kebebasan memilih dan memutuskan, (4) membangkitkan
kemandirian, dan (5) mengurangi ketergantungan serta menciptakan hubungan yang saling menguntungkan. Bryant dan White (Soebiyanto, 1998) mengemukakan bahwa pemberdayaan adalah sebagai pemberian kesempatan secara bebas memilih berbagai
alternatif dan mengambil keputusan sesuai dengan tingkat kesadaran, kemampuan, dan keinginan mereka, serta memberi kesempatan untuk belajar dari keberhasilan dan kegagalan dalam memberi respon terhadap perubahan sehingga mampu mengendalikan masa depan. Proses pengambilan keputusan individual menurut van den Ban dan Hawkins (1999) dibedakan atas: (I) model normatif merupakan proses pengambilan keputusan yang melalui tahapan: kesadaran adanya masalah, pemantapan tujuan, medagnosis penyebab masalah, mengulas altematif pemecahan masalah, evaluasi perkiraan hasil, memilih kemunglunan pemecahan yang tehaik, menerapkan pemecahan masalah, dan melakukan evaluasi; (2) model empiris, mempunyai b e h a p altematif pertimbangan yang rumit dan konsekuensinya dalam pengambilan keputuasaq penyederhanaan dapat dilakxkan dengan sedilat penyimpangan pettimbangan altematif; dan (3) model Bos, yang memberikan perhatian pada empat ha), yaitu: tujuan, sarana, fakta, dan penafsiran terhadapnya untuk memperoleh pengambilan keputusan.
Roger dan Shoemaker
(1981) membedakan tipe pengambilan keputusan inovasi yang terdiri atas: (1) keputusan otoritas, yaitu keputusan yang dipaksakan kepada individu yang berada &lam posisi atas; dan (2) keputusan individual, yang dikelompokkan atas dua macam; yaitu: keputusan opsional sebagai keputusan yang dibuat oleh individu terlepas dari keputusan-keputusan yang dibuat anggota sistemnya, dan keputusan kolektif sebagai keputusan yang dibuat oleh individu yang ada dalam sisrtem sosial. Inovasi adalah suatu gagasan, metode, atau objek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru, tetapi tidak selalu merupakan hasil dari penelitian mutakhir (van
den Ban, 1999). Lionberger dan Gwin (1983) mengartikan lebih luas lagi, bahwa inovasi sebagai sesuatu yang dinilai barn atau dapat mendorong tejadinya pembaharuan dalam masyarakat atau komunitas tertentu. Pemilikan kemampuan pengetahuan akan adanya inovasi menumbuhkan motivasi seseorang untuk mengadopsi. Kebutuhan akan inovasi tertentu, bergantung pada kebutuhan nyata yang dapat dirasakan. Perbedaan segi pengetahuan, inovasi, intelegensia, dan daya komunikasinya menyebabkan variasi dalam tingkat kemampuan potensial masyarakat petani (Adjid, 1994). Berdasarkan perbedaan pengadopsi inovasi tersebut maka Roger ( 1983) mengklasifikasikan pengadopsi menjadi lima katagori, yaitu: innovator (inovator), eurly adopter (pengadopsi awal), early majority (mayoritas awal), l u ~ e mujority (mayoritas akhir), dan Iugurd (kelompok lamban).
Keputusan adoljsi inovasi adalah proses mental, sejak seseorang menerima inovasi sampai pengambilan keputusan menerima atau menolaknya(Hanafi,1986). Serangkaian tahapan keputusan suatu inovasi yang tejadi dalam proses adopsi menurut Roger (1983) adalah melalui tahapan sebagai berikut: (1) Pengenalan, yaitu suatu tahap yang bermula ketika individu atau masyarakat mengetahui adanya suatu inovasi dan memperoleh beberapa pengertian mengenai bagaimana inovasi tersebut;
(2) Pengimbauan (persuasi), yaitu suatu proses perobahan dan pembentukan sikap individu atau masyarakat terhadap inovasi. Jadi dalam tahap ini aktifitas mental yang membentuk efektif (sikap); (3) lmplernentasi (adopsi atau penolakan), yaitu sebagai tahap keputusan terhadap inovasi yang membawa pilihan mengadopsi (menerima) atau menolak inovasi; (4) Konfirmasi, yaitu tahap setelah ada keputusan untuk
menerima atau menolak inovasi selama jangka waktu tak terbatas. Pada kenyataannya dalam implementasi suatu inovasi sering dilakukan modifikasi sesuai dengan kepeluan petani pengadopsi (van den Ban, 1999). Pendapat senada dikemukakan Gomles (Jahi,1993) bahwa suatu inovasi kadang-kadang mengalami perubahan dalam proses d i h i . Derajat saat inovasi tersebut direvisi &lam proses pengadopsian dan implementasinya disebabkan penyempumaan (re-invention). Namun pada akhimya
secara hakiki hanya petani sendirilah yang benvenang menetapkan keputusan dan pemilihan yang paling sesuai dengan kepentingan kehendaknya. Usaha pertanian pada kenyataannya selalu dhdapkan pada masalah resiko dan ketidakpastian. Knight (Roumassef 1979) mengklasifikasikan situasi kejadian kedalam dua situasi ekstrim, yaitu: (1) situasi adanya resiko (risk) dan (2) situasi adanya keiidakpastlan (wlcerfuinly). Kedua situasi tersebut prinsipnya adalah dua ha1 yang
berbeda. Pada situasi kejadian beresiko bilamana hasil akhir atau outcome dan probabilitas terjadinya dapat diduga, sebaliknya pada situasi kejadian adanya ketidakpashan bilamana hasil aklur atau outcome dan probabilitas terjadinya tidak dapat diduga. Dengan demikian maka salah satu faktor yang menjadi pertimbangan petani &lam pengambilan keputusan usahatani adalah adanya resiko dan ketidak pastian dalam usahataninya. Perubahan perilaku petani sebagai wujud tingkat kemampuannya ditentukan sekian banyak variabel. Lionberger dan Gwin (1983) telah mengungkapkan beragam peubah yang mempengarulu perubahan penlaku masyarakat untuk m k a n kesejahteraannya, yaitu: (1) karateristik pribadi (latar belakang, kebiasaan, kepercayaan),
(2) peubah situasional (tanah, air, pemerintah, keluarga), peubah antara (kelembagaan penunjang, komunikasi), (3) peubah perubahan perilaku yang tejadi (adopsi cara baru, perubahan komoditas), dan (4) tujuan akhir untuk meningkatkan pendapatan keluargalmasyarakat. Oppenheim (1973) mengemukakan bahwa kemampuan merupakan bentuk perilaku yang tertentu, ada dua ha1 yang mendukungnnya, yaitu: (1) ada unsur yang mendukung untuk berperilaku tertentu tersebut pada diri seseorang (person inner determimr); dan (2) terdapatnya iklim atau lingkungan (environmenmlfactor) yang memungkinkan tejadinya perilaku tersebut. Perwujudan kemampuan individu atau kelompok, dicirikan oleh kemampuan dan kebebasan menentukan pilihan terbaik dengan memanfaatkan potensi dirinya dalam memenuhi kebutuhan hidup m e ~ p a k a nsuatu kemandirian. Slamet (1995) menekankan bahwa untuk menumbuhkan dan membina kemandirian petani perlu diarahkan agar kekuatan dan kemampuan dirinya bekeja sama untuk mencapai segala tujuannya.
Hubeis (1992) menambahkan bahwa perwujudan kemampuan
seseorang untuk memanfaatkan potensi dirinya sendiri dicirikan oleh kemampuan dan kebebasan menentukan pilihan yang terbaik . Pengertian kemampuan petani dalam pengambilan keputusan usahatani dalam ha1 ini merupakan wujud perilaku yang ditunjukkan oleh kemampuan dalam perencanaan dan pengelolaan usahatani. Kemampuan perilaku kearah terampil dan rasional &lam merencanakan dan mengambil keputusan atas berbagai alternatif usaha agar menjadi efisien. sesuai dengan lingkungan, dan meningkatkan usaha dan kehidupannya.
Pengertian kelompok adalah kumpulan manusia, dua orang atau lebih yang menunjukkan saling ketergantungan, dengan pola interaksi yang nyata (Wiraatmadja, 1980). Camnight dan Zander (1968) mengemukakan bahwa interaksi adalah salah satu bentuk aktual dari saling ketergantungan dan merupakan unsur utama terwujudnya suatu kelompok. Gibson
el
al. (1997) menjelaskan bahwa dalam suatu kelompok terdapat anggota
kelompok tersebut, yang : (1) mempunyai motivasi untuk bergabung dalam kelompok, (2) mengenal kelompok sebagai unit yang terpadu dari orang-orang yang saling
berinteraksi, (3) memberi sumbangan dalam jumlah yang berbeda-beda kepada proses kelompok, dan (4) mencapai kesepakatan dan mempunyai perbedaan pendapat lewat berbagai macarn bentuk interaksi. Abbas (1995) mengemukakan bahwa peranan kelompok tani adalah: (1) sebagai wahana belajar bagi petani nelayan dan anggotanya agar tejadi interaksi guna meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterarnpilan dalam berusahatani yang lebih baik serta berperilaku lebih mandiri untuk mencapai kehidupan yang lebih sejahtera; (2) sebagai unit produksi, kelompok tani merupakan kesatuan unit usahatani-nelayan untuk mewujudkan kejasama dalam mencapai skala ekonomi yang lebih menguntungkan; dan (3) sebagai wahana kejasama antar anggota dan antar kelornpoktani dengan pihak lain untuk memperkuat kejasama dalam menghadapi berbagai ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan.
Asngari (2001) mengemukakan bahwa belajar dan mengajar adalah dua proses yang tidak dapat terpisahkan. Kedua kegiatan itu mempakan proses aktif yang dilakukan oleh orang yang berbeda, yakni agen pembahdpenyuluh dan sumber daya manusia klien (petani). Keduanya mempakan kegiatan yang saling mempengaruhi; menghasilkan suatu produk bempa pembahan perilaku sumberdaya manusia klien (petani). Belajar adalah memperoleh atau memperbaiki kemampuan untuk melaksanakan suatu pola sikap melalui pengalaman dan praktek (van den Ban, 1999). Hasil belajar dan praktek adalah bempa perubahan perilaku yang relatif permanen (Klausmeier dan Goodwin, 1966). Menurut Asngari (2001), mengajar adalah kegiatan mengarahkan dan membimbing proses belajar seseorang agar proses belajar tersebut dapat tejadi secara efektif dan efisien. Padmowihardjo (1994) menyatakan bahwa proses belajar tejadi sebagai usaha aktif seseorang yang dilakukan secara sadar atau tidak untuk mengubah perilakunya atau kemampuannya baik pengetahuan, keterampilan, maupun perasaan. Menurut Asngari (1996) ada tiga ha1 penting &lam proses belajar yaitu: (1) adanya keaktifan dari individu yang belajar untuk mengembangkan din dan potensinya; (2) tejadinya interaksi atau proses mental; dan (3) tejadi pembahan perilaku. Kelompoktani sebagai wahana belajar-mengajar, merupakan wadah bagi setiap anggota untuk berinteraksi guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam berusahatani yang lebih baik dan menguntungkan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, oleh karena itu petani perlu dilibatkan dalam proses belajar.
Kelompoktani sebagai suatu kelompok diharapkan dapat mengembangkan kemampuan individu anggotanya sehingga memiliki kemampuan (Adjid, 1995). Syanvani (1992) menambahkan bahwa di dalam kelompok seseorang akan menemukan identifikasi pribadinya, karena bersama-sama dengan orang lain merasakan adanya saling kasih sayang, kesetiaan, .tanggung jawab bersarna, sentimen, tradisi dan persahabatan yang diperoleh melalui komunikasi dan kegiatan bersama. Efektivitas dan hasil belajar dipengaruhi oleh kondisi lingkungan belajar. Kelompok tani merupakan kondisi lingkungan belajar bagi anggota kelompok dapat didekati dengan konsep dikemukakan Klausmeier dan Goodwin (1966), bahwa kondisi
of' lingkungan belajar dipengaruhi oleh tujuh faktor utama, yaitu: (1) C~huruc/erist~cs the learner (petani), (2) Churucteris~icsof the teuchers (penyuluh), (3) l'eacherlearner behaviors und classroom interaction (perilaku petanilpenyuluh, proses
belajar, metoda mengajar, interaksi), (4) Group cl~uructeris/ics(kelompok-tani), (5) Subject mutter (informasi dan inovasi), (6) Physical churacterifics (fasilitas), dan ( 7 ) Outsideforces (faktor luarllingkungan).
Salah satu perlunya kerjasama dalam kelompok adalah untuk membina kelompok, seperti dlkemukakan Beal et al. (1962) bahwa pembinaan kelompok sebagai upaya untuk tetap memelihara dan mengembangkan kelompok, yakni berusaha memelihara tata kerja kelompok, mengatur dan memperkuat kehidupan kelompok. Adjid (1994) mengemukakan bahwa kerjasama merupakan suatu keadaan adanya beberapa
subyek
atau
pelaku melakukan satu atau beberapa unit pekerjaan,
penyelesaian pekerjaan itu tergantung pada keserasian hubungan antar pelaku dan
sifat saling ketergantungan yang terdapat diantara pekerjaan atau bagian pekejaan tersebut. Asngari (2001) mengemukakan bahwa pada dasamya orang mau berperanserta dalam kegiatan, bilamana: (1) akan memperoleh manfaat atau kepuasan; motifnya adalah adanya kepuasan yang akan diperoleh dari kegiatan tersebut baik secara ekonomi maupun non ekonomi. Motif itu menjadi pendorong kuat baginya; dan (2) mengetahui makna kegiatan tersebut, seperti : program, tujuan, langkah, maupun prosesnya. Ndraha (1987) menyebutkan bahwa bentuk keikutsertaan masyarakat &lam berpartisipasi adalah &lam bentuk: (1) part&asi melalui kontak dengan pihak lain, (2) partisipasi memberi tanggapadperhatian dalam bentuk respon menerima atau menolak, (3) merencanakan dalam bentuk pengambilan keputusan, (4) pelaksanaafi, (4) partisipasi dalam mengembangkan hasil, dan (5) mengevaluasi atau menilai. Mosher (1966) menyebutkan
bahwa salah satu syarat pelancar
pembangunan pertanian adalah adanya kejasama dalam kelompok tani.
Persepsi Petani terhadap Sifat Inovasi Keputusan atas suatu inovasi mempakan proses mental, yang dimulai sejak mengetahui adanya inovasi hingga pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak. Penerimanaan 2tau penolakan terhadap suatu inovasi adalah keputusan yang diambil oleh seseorang individu (Roger dan Shoemaker, 1971).
Keputusan terhadap suatu inovasi telah dikemukakan oleh ahli-ahli sosiologi pedesaan pada sekitar tahun 1955, yaitu melalui suatu proses atau tahapan, seperti disebutkan van den Ban dan Hawkins (1999); Wiraatmadja (1980) terdiri atas lima tahapan, yaitu: (I) tahap kesadaran, seseorang mengetahui adanya sesuatu ide baru (inovasi) tetapi memerlukan informasi mengenai inovasi tersebut; (2) tahap minat, seseorang mulai menaruh minat terhadap inovasi dan mencari informasi lebih banyak; (3) tahap penilaian, seseorang mulai menilai terhadap ide baru tersebut dan dihubungkan dengan situasi dirinya sendiri saat ini maupun masa mendatang serta menjadi pertimbangan untuk dicoba atau tidak; (4) tahap mencbba, seseorang mulai menerapkan-nya dalam skala kecil untuk menentukan kegunaan apakah sesuai bagi dirinya; dan (5) tahap adopsi, seseorang telah yakin terhadap ide baru tersebut dan mulai menerapkan dalam skala luas. Proses pengambilan keputusan suatu inovasi menurut Roger (1983), terdiri atas empat tahap, yaitu: (I) pengenalan, (2) persuasi, (3) implementasi, dan (4) konfirmasi. Setelah tahap mengenal adanya ide bam, maka tahap selanjumya adalah persuasi, yaitu tahap pembentukan persepsi dan pemahaman terhadap ide baru tersebut sebelum mengambil keputusan untuk mengimplementasikannya. Persepsi adalah proses menerima informasi atau stimuli dari lingkungan dan mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis (van den Ban, 1999). Thoha (1999) menyatakan bahwa persepsi pada hakekatnya adalah proses kognit~fyang dialami oleh setiap orang &lam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, penden-garan, penghayatan, perasaan, maupun penciuman. Kunci untuk
memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar tentang situasi. Menurut van den Ban dan Hawkins (1999) prinsip umum persepsi adal~h:(1) Relativitas, yaitu persepsi bersifat relatif karena suatu objek tidak dapat diperkira-kan dengan tepat, tetapi setidaknya dapat mengatakan yang satu melebihi yang lainnya.
Persepsi orang terhadap bagian-bagian dari suatu pesan
sangat ditentukan oleh bagian yang mendahului pesan itu; (2) Selektivitas: persepsi sangat selektif karena panca indra menerima stimuli dan sekelilingnya dengan melihat obyek, mendengar suara, mencium bau dan sebagainya, sedangkan kapasitas memproses informasi terbatas, tidak semua stimuli dapat ditangkap, tergantung pada faktor fisik dan psikologis seseorang. Pengalaman masa lampau juga mempengaruhi pilihan terinadap persepsi; (3) Organisasi: persepsi terorganisir dimana kita cenderung menyusun pengalaman kita dalam bentuk yang memberi arti, dengan mengubah yang berserakan dan menyajikannya &lam bentuk yang bermakna.; (4) Arah: melalui pengamatan seseorang dapat memilih dan mengatur serta menafsirkan pesan; dan (5) Perbedaan kognitif persepsi seseorang bisa berlainan satu sama lain &lam situasi yang sama karena adanya perbedaan kognitif yang tergantung pada faktor-faktor kepribadian, seperti toleransi terhadap ambiguitas (kemenduaan), tingkat keterbukaan atau ketertutupan fikiran, sikap otoriter, dan sebagainya. Pengambilan keputusan untuk mengadopsi atau menolak suatu inovasi usahatani dipengaruhi berbagai faktor tertentu.
Menurut van den Ban dan Hawkins
(1999), faktor yang berperan tersebut adalah: (1) persepsi petani tentang ciri-ciri
inovasi dan perubahan yang dikehendaki oleh inovasi di dalam pengelolaan pertanian, serta peranan keluarga petani; dan (2) perlu diketahui apakah situasi yang diinginkan telah tercapai.
Untuk sampai kepada tahap keputusan, maka individu tentunya
mempunyai pemahaman tertentu terhadap inovasi tersebut. Menurut Roger (1983) bahwa persepsi individu terhadap karakteristik suatu inovasi menentukan tingkat adopsi inovasi, dimana karakteristik inovasi tersebut terdiri dari: (1) relative advantages (memiliki keuntungan relatif yang lebih tinggi ), (2) compatibilify (kesesuaian inovasi dengan tata nilai, pengalaman, maupun kebutuhan yang ada), (3) complexily(tingkat kerumitan dalam mempelajari dan menggunakan inovasi), (4) trialabili~y (inovasi &pat dicoba dalam skala kecil), dan (5) observabiliry (kemudahan hail inovasi yang dapat lihat).
Faktor-faktor yang Terkait dengan Tingkat Kemampuan Petani Adjid (1994) mengemukakan bahwa respon masyarakat terhadap stimuli untuk tejadi proses perubahan yang berasal dari sistem luar, umwnnya tejadi proses peruba!+an di sistem dalam, untuk menyesuaikan diri atau atau mengendalikan sistem luar. Dengan perubahan sistem &lam itulah kedudukan dan peran kelompok sangat penting artinya, dimana perubahan sistem &lam yang berarti mengubah aspek kemampuan ilmu dan teknologi, aspek tata hubungan antar anggota, dan aspek tata nilai adalah perubahan yang dihasilkan oleh adanya interaksi sosial antar petani dalam mewujudkan cita-cita dan keyakinan yang dimiliki bersama.
Lionberger (Mardikanto,
1993) mengemukakan
beberapa faktor yang
m e m p e n w h i kecepatan seseorang untuk mengadopsi inovasi, meliputi: (1) Luas usaha tani, semakin luas biasanya semakin cepat mengadopsi, karena memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik.
(2) Tingkat pendapatan, seperti halnya tingkat luas usahatani, petani dengan tingkat pendapatan semakin tinggi biasanya akan semakin cepat mengadopsi inovasi.
Soekartawi (1988) menarnbahkan bahwa pendapatan usahatani yang tinggi .-
seringkali ada hubungamya dengan tingkat difusi inovasi pertanian. (3) Keberanian mengambil resiko, sebab pada tahap awal biasanya tidak selalu
berhasil seperti yang diharapkan, karena itu individu yang memiliki keberanian menghadapi resiko biasanya lebih inovatif. (4) Umur, semakin tua (di atas 50 tahun) biasanya semakin lamban mengadopsi
inovasi, dan cenderung hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh warga masyarakat setempat. (5) Tingkat partisipasi dalam kelompoklorganisasi di luar lingkungannya sendiri. Warga masyarakat yang suka bergabung dengan orang-orang di luar sistem sosialnya sendiri umumnya lebih inovatif dibanding mereka yang hanya melakukan kontak pribadi dengan warga masyarakat setempat.
(6) Aktivitas mencari informasi dan ide-ide baru. Golongan masyarakat yang aktif mencari informasi dan ide-ide baru biasanya selalu lebih inovatif dibanding
orang-orang yang pasif apalagi yang selalu skeptis (tidak percaya) terhadap sesuatu yang baru. (7) Sumber informasi yang dimanfaatkan. Golongan yang inovatif biasanya banyak
memanfaatkan beragam sumher informasi, seperti: lembaga pendidikad perguntan tinggi, lembaga penelitian, Dinas-dinas terkait, media masa, tokohtokoh masyarakat (petani) setempat dan dari luar, serta lembaga-lembaga komersial (pedagang, dll). Berbeda dengan golongan yang kurang inovatif, umumnya hanya memanfaatkan informasi dari tokoh-tokoh (petani) setempat dan relatif lebih sedikit memanfaatkan informasi dari media masa. Inkeles dan Smith (Budiman, 2000) mengemukakan dalam teori modemisasi, pentingnya faktor manusia sebagai komponen penting penopang pembangunan yaitu manusia-manusia yang mempunyai kemampuan mengembangkan sarana material supaya produktif, untuk itu dibutuhkan apa yang disebut manusia modem yang dicirikan seperti: keterbukaan terhadap pengalaman clan ide barn, berorientasi kemasa sekarang
dan masa depan,
punya kesanggupan merencanakan, percaya dan sebagainya.
aerdasarkan hasil penelitian Inekeles dan Smith, faktor pendidikan adalah paling efektif untuk mengubah manusia, disamping pengalaman dan informasi m d a massa. Roger (1983) menyatakan, kekosmopolitan individv dicirikan oleh sejumlah atribut yang membedakan mereka dari orang+rang lain di &lam komunitasnya, yaitu: (1) individu tersebut memiliki status sosial-ekonomi yang lebih tm@,
(2) ptisipasi
sosial yang lebih tinggi, (3) lebih banyak berhubungan dengan pihak luar (penyuluh),
(4) lebih banyak menggunakan media massa, dan (5) memiliki lebih banyak
hubungan.Ldengan orang lain maupun lembaga yang be&
di luar komunitasnya.
Asngari (2001) menyebutkan bahwa dalam penyuluhan, informasi yang tepat disajikan adalah informasi yang dibutuhkan dan diinginkan masyarakat, yakni informasi yang bermakna: (1) informasi tersebut secara ekonomis menguntungkan,
(2) secara teknis memungkinkan dilaksanakan, (3) secara sosial-psikologis dapat diterima sesuai dengan norma dan nilai yang ada di masyarakat, dan (4) sesuai atau ...
sejalan dengan kebijakan pemerintah.
Informasi mempakan mempakan sumber daya penting dalam pertanian. Jumlah informasi yang dapat dan hams digunakan oleh petani untuk mengambil keputusan semakin cepat bertambah yang meliputi informasi hasil penelitian, data pasar, data tentang pertumbuhan dan proses pengelolaan lahan yang sempa sebagai pembanding.
Informasi ini digunakan untuk memilih teknologi yang paling
menguntungkan, menciptakan kondisi yang menguntungkan, dan melihat usaha yang paling menguntungkan (van den Ban, 1999) Roger (1983) menyatakan bahwa keinovatifan diantara iniiivivu maupun pemimpin opini, sebagian bergantung pada norma dan kepercayaan sistem di lingkungan mereka. Jika komunitas lingkungannya menyukai keinovatifan, maka individu tersebut akan lebih inovatif dari yang lainnya, demikian pula sebaliknya. Berkaitan dengan kekuatan faktor luar maka Lippitt
er
01. (1958) mengemukakan
bahwa penyuluhan berfungsi melakukan perubahan perilaku masyarakat sasarannya.
Mosher (1971) menekankan bahwa dalam pembangunan pertaman yang sifatnya mendasar adalah perubahan perilaku petani agar marnpu mengembangkan usahataninya. Penyuluhan pertanian merupakan sistem pendidikan non formal untuk mengubah perilaku petani dan keluarganya, agar mereka tahu, mau dan mampu memecahkan masalahnya sendiri &lam meningkatkan usahataninya &n tingkat kehidupanya. Peranan penyuluh, menurut Dahama dan Bhatnagar (1980). adalah sebagai pendidik, komunikator, dinamisator, dan organisator. Lippitt et al. (1958) mengemukakan bahwa penyuluh berperan s e m motivator, yaitu menumbuhkan kebutuhan sasaran untuk berubah, menganalisa masalah, menjalin hubungan baik, menciptakan tujuan perubahan menjadi tujuan bersama bagi kelompok sasaran, melaksanakan perubahan dalam tindakan nyata, dan menjadikan perubahan permanen dan agar tidiik menimbulkan ketergantungan. Adjid (1994) mengemukakan bahwa dari sudut pandang masyarakat petani, penyuluhan pertanian adalah
fasilitas dan peluang untuk mengembangkan
kemampuan beradaptasi dengan membangun sistem internal dalam menanggapi sistem ekstemal yang berubah. Dengan demikian masyarakat sebagai suatu sistem mempunyai kemampuan beradaptasi tentunya selalu dilengkapi dengan mekanisme belajar yang melembaga. Proses betajar dalam masyarakat yang menyangkut secara simultan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik berlangsung melalui proses yang oleh ilimu penyuluhan pertanian &ut
"learning by doing." Dalam proses ini individu
melibatkan din dalam kegiatan kerja yang berdarnpak menambah atau meningkatkan
kemampuannya untuk melakukan karyanya dengan lebih tepat guna sesuai dengan norma yang menjadi acuannya. Kelompok adalah sebagai sistem sosial dan berkembang sesuai dengan dinamika pembahan sosial. Menumt Adjid (1994), kelompoktani sebagai sebuah sistem sosial strategis yang menumbuhkan kekuatan petani untuk bembah. Dorongan untuk terjadinya suatu perubahan umumnya datang dari luar sistem, seperti pertambahan penduduk, perluasan pasar, perkembangan Iptek, penyuluhan pertanian, organ~sasillembaga,program pembangunan, dan lam-lain. Peranan kelompok ditunjukkan oleh efektivitas kelompok. Slamet (Syamsu e 1 . 1991) mengemukakan bahwa efektivitas kelompok dapat dilihat dari tiga segi,
yaitu: ( 1 ) produktifitas kelompok ditunjukkan oleh hasil yang dicapai kelompok; (2) moral kelompok sebagai semangat dan sikap anggota kelompok; dan (3) tingkat kepuasan anggota sebagai ukuran keberhasilan anggota dalam memenuhi kebutuhan pribadi Di dalam pembangunan pertanian perlu terpenuhinya persyaratan utama dan penunjang.
Mosher (1966) mengemukakan bahwa untuk dapat terciptanya
pembangunan pertanian perlu adanya lima syarat mutlak (essentiaf)yang harus te&a bagi petani, yaitu: (1) pasar untuk hasil-hasil usahatani, (2) teknologi yang selalu berubah, (3) tersedianya bahan-bahan produksi dan peralatan secara lokal, (4) adanya perangsang produksi bagi para petani, dan (5) pengangkutan atau transportasi. Syarat pelancar pembangunan yang merupakan unsur penting, namun apabila salah satu syarat pelancar ini tidak dipenuhi maka pembangunan masih tetap dapat berjalan.
23
Kelima syarat pelancar tersebut adalah: (1) pendidikkan pembangunan, (2) ketersediaan kredit produksi, (3) kegatan gotong-royong oleh petani, (4) perbaikan dan perluasan areal pertanian, dan (5) perencanaan nasional untuk pembangunan pertanian. Dengan demikian lingkungan sosial, ekonomi merupakan kekuatan luar yang mempengaruhi keputusan petani, dan didalam penyuluhan pertanian pengaruh lingkungan tersebut ditambah dengan kekuatan dari dalam petani sendiri berupa pengetahuan dan keterampilan serta penerapan teknologi.