TINJAUAN PUSTAKA
Usaha Tani Tembakau Tembakau (tobacco) adalah sejenis tanaman herbal. Tanaman ini berasal dari Amerika Utara dan Amerika Selatan. Tembakau penuh dengan intrik dan nuansa mitos, pada mulanya digunakan oleh orang-orang asli Amerika untuk digunakan sebagai media pengobatan. Tanaman tembakau ialah hasil pertanian yang telah melalui proses dari daun tumbuh-tumbuhan genus nicotiana yang sangat segar. Tembakau bisa didapat secara komersil dalam bentuk hasil panen, berupa basah atau kering maupun yang sudah disimpan atau melalui proses diawetkan. Dan sering diisap (seperti merokok) dalam bentuk cerutu, rokok, dengan pipa, tingwe (lintingan, sendiri/digulung dengan alat etak/tngan), tembakau juga bisa dikunyah, “dicelup” (diletakkan antara pipi dan gusi), dan dikulum, atau dihirup ke dalam hidung sebagai bahan hisapan dalam bentuk serbuk
halus,
tembakau
juga
mengandung
zat
alkaloid
nikotin
(Anonimus a, 2011).
Universitas Sumatera Utara
Usaha tani dapat dikatakan berhasil apabila ada peningkatan produksi persatuan luas (ton/ha) dan peningkatan kualitas. Peningkatan hasil, baik kualitas (jumlah ton/ha) maupun kualitas (mutu) memerlukan teknik budidaya yang benar ( Cahyono, 1998: 39).
Teknik budidaya tembakau adalah sebagai berikut: A. Pembibitan
7
Pembibitan adalah kegiatan menyemaikan biji hingga menjadi bibit siap tanam dikebun. Beberapa langkah dalam pembibitan adalah: 1. Penetapan Tempat pembibitan Lokasi tempat pesemaian harus dipilih yang cocok agar benih tumbuh dengan baik. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi pesemaian adalah sebagai berikut: a. Tanah yang digunakan bukan bekas ditanami tembakau agar benih yang disemaikan tidak tercampur dengan benih dari tanaman tembakau terdahulu. b. Lahan pesemaian tidak terlindung oleh pepohonan agar dapat memperoleh penyinaran cahaya matahari yang cukup. c. Lahan harus dekat dengan sumber air yang cukup d. Tanahnya subur dan kedalaman solum tanahnya cukup sekitar 30-40 cm.
Universitas Sumatera Utara
e. Letak lahan lebih tinggi daripada lahan di sekitarnya agar tidak mudah tergenangi air. f. Letak lahan dipilih yang jauh dari perkampungan untuk menghindari serangan hama ulat Heliothis assulta . g. Tempat pesemaian harus bersih dari gulma atau tanaman-tanaman lain yang merugikan.
2. Persiapan Tempat Pembibitan Persiapan tempat pesemaian menyangkut kegiatan pengolahan tanah untuk media semai.Tempat pesemaian dapat bersifat permanen, semi permanen, dan tidak permanen.Tempat pesemaian permanen merupakan tempat pesemaian yang bersifat tetap sehingga dapat digunakan berkali-kali. Tempat pesemaian semi permanen adalah tempat pesemaian yang hanya digunakan beberapa kali saja. Tempat pesemaian yang tidak permanen
adalah tempat pesemaian yang
digunakan satu kali saja. 3.Persiapan Media Semai Tanah yang telah dibajak digemburkan dan diberi pupuk kandang . bersamaan dengan pengolahan tanah, sekaligus dibuat bedeng-bedeng dan paritparit. 4. Penaungan Konstruksi atap naungan dapat dibuat miring meluncur kearah samping dam bagian depannya lebih tinggi daripada bagian belaangnya sehingga sinar
Universitas Sumatera Utara
matahari pagi dapat masuk menyebar rata keseluruh tanaman. Bahan atap untuk naungan dapat berupa daun-daunan. 5. Pengadaan Benih Pengadaan benih tembakau dapat dilakukan dengan membuat sendiri atau membeli benih yang siap tanam pada penangkar benih atau di took-toko pertanian. 6. Penyemaian Benih Cara menyemai benih tergantung pada tempat yang digunakan untuk menyemai.
7. Pemeliharaan Bibit Pemeliharaan benih terdiri dari: •
Penyiraman
•
Mengatur naungan (atap)
•
Penyiangan
•
Penjarangan tanaman
•
Pencegahan dan Pemberantasan Hama dan Penyakit
8. Penyapihan dan Seleksi Bibit Penyapihan bibit adalah memindahkan tanaman dari tempat pesemaian ke tempat pesemaian lain. Tujuannya adalah mencegah pertumbuhan yang berdesakdesakan, agar bibit dapat tumbuh lebih baik, meningkatkan daya adaptasinya terhadap lingkungan sehingga bibit lebih kuat pada saat ditanam di kebun, mengurangi kerusakan akar pada saat pemindahan ke kebun, memperendah tingkat kematian bibit, menyeragamkan pertumbuhan, dan mempercepat waktu penanaman ke kebun.
Universitas Sumatera Utara
B. Penanaman Kebun yang dapat ditanami tembakau dapat berupa tanah tegalan/tanah kering, tanah sawah, atau tanah kebun bekas hutan. Kondisi tanah dan iklimnya sesuai dengan jenis atau tipe tembakau yang akan ditanam. 1. Penentuan saat tanam Menurut masa penennya, ada dua macam jenis tembakau yaitu tembakau musim kemarau (voor oogst) dan tembakau musim penghujan (na oogst). Berdasarkan kedua hal diatas, maka jenis tembakau voor oogst jadwal tanam yang baik adalah pada akhir musim hujan, yaitu pada bulan April-mei apabila ditanam di tanah tegalan/tadah hujan atau pada bulan Mei-Juni apabila ditnam di tanah sawah. Untuk jenis tembakau na oogst jadwal tanam yang baik adalah pada musim kemarau , yaitu pada bulan Juli-agustus. 2. Persiapan dan Pengolahan Tanah Persiapan dan pengolahan tanah dikebun perlu memperhatikan jadwal semai dan umur bibit pindah tanam. Umur bibit pindah tanam adalah 35-55 hari, sedangkan lama persiapan tanah yang baik untuk siap tanam adalah du bulan (60 hari). Jadi, persiapan dan pengolahan tanah adalah 25-55 hari sebelum semai, tergantung pada umur bibit yang akan dipindah tanam. 3. Penentuan Jarak Tanam Jarak tanam yang ditentukan untuk budidaya tembakau dapat beragam menurut jenis/tipe tembakau yang ditanam dan tujuan dari penanaman. Jarak tanam sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, pembentukan kualitas daun, dan jumlah produksi persatuan luas.
Universitas Sumatera Utara
4. Cara Penanaman Penanaman bibit tembakau dilakukan dengan cara membenamkan ke dalam lubang tanam sedalam leher akar. 5. Waktu Tanam Penanaman hendaknya dilakukan pada sore hari setelah pukul 15.00 atau pada pagi harinya sebelum pukul 09.00.
6. Penyulaman Penyulaman dapat dilakukan beberapa hari setelah penanaman apabila terdapat bibit yang pertumbuhannya kurang baik atau mati. Bibit sulaman harus diambil dari bibit cadangan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
C. Pemeliharaan Tanaman Bibit-bibit
tembakau yang telah ditanam dikebun selama masa
pertumbuhan hingga panen masih memerlukan perawatan yang baik dan intensif. Pemeliharaan bibit yang baik pada saat di pesemaian dapat tumbuh baik dan dapat menghasilkan daun tembakau yang berkualitas baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu tembakau, baik sebelum pengolahan maupun setelah pengolahan
adalah
pemupukan,
pengairan,
pendangiran,
penyiangan,
pemangkasan bunga dan tunas ketiak daun, dan pengendalian hama maupun penyakit.
D. Panen
Universitas Sumatera Utara
Penanganan panen tembakau terpusat pada bagian daunnya. Untuk mendapatkan daun yang berkualitas baik. Penanganan panen tembakau terpusat paa bagian daunnya, untuk mendapatkan daun yang berkualitas baik, pemetikan harus memperhatikan umur panen, klasifikasi daun, cara memetik daun, waktu pemetikan, dan menghindarkan kerusakan daun ( Cahyono, 1998: 40-64, 93).
Kemitraan Salah satu indikator keberhasilan dari suatu pembangunan ekonomi adalah adanya pertumbuhan ekonomi yang pesat. Fokus terhadap pertumbuhan seringkali menimbulkan efek samping berupa kesenjangan dan ketimpangan, yaitu ketimpangan antar wilayah, antar desa dan kota, ketimpangan antar sektor, dan lainlain, akibat dari kurang diperhatikannya keseimbangan, pemerataan dan keadilan. Tolok ukur keberhasilan pembangunan adalah kesejahteraan yang merata bagi setiap lapisan masyarakat serta berkurangnya ketimpangan dalam masyarakat. Dengan demikian makin dirasakan betapa pentingnya kemitraan dalam era pembangunan dewasa ini dan di masa mendatang untuk menjembatani lapisan masyarakat yang belum tersentuh oleh derasnya arus pembangunan secara lebih merata ke semua lapisan masyarakat sesuai dengan peran dan partisipasi aktif dalam pembangunan serta menikmati hasil-hasil pembangunan tersebut (Hafsah, 2000: 13-14). Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan
Universitas Sumatera Utara
prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Karena merupakan strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Dua pendapat tersebut apabila dipadukan akan menghasilkan definisi yang lebih sempurna, bahwa kemitraan merupakan jalinan kerja sama usaha yang merupakan strategi bisnis yang dilakukan antara dua pihak atau lebih dengan prinsip saling membutuhkan, saling memperbesar, dan saling menguntungkan (Anonimus b, 2011). Konsep formal kemitraan tercantum dalam UU No. 9 Tahun 1995 Pasal 1 ayat 8 yang berbunyi: ”kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah/usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan”. Konsep tersebut diperjelas pada peraturan pemerintah No. 44 tahun 1997 Pasal 1 ayat 1 yang menerangkan bahwa bentuk kemitraan yang ideal adalah yang saling memperkuat, saling memperkuat dan saling menghidupi.Tujuan kemitraan adalah untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan hubungan usaha, meningkatkan kualitas
sumberdaya
kelompok
mitra,
peningkatan
skala
usaha,
serta
menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok usaha mandiri (Darmomo,dkk, 2004: 20). Karena merupakan suatu strategi bisnis, maka keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan di antara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Dengan kata lain keberhasilan kemitraan merupakan resultan dari konsistensi dalam penerapan etika bisnis, perencanaan yang tepat dibarengi dengan strategi yang jitu serta proses pelaksanaan yang selalu
Universitas Sumatera Utara
dimonitor, dievaluasi dalam lingkungan dan kondisi yang kondusif serta hal yang tidak dapat dipungkiri adalah faktor keberuntungan ( Hafsah,2000: 43,46). Meskipun kemitraan bukan sebuah pengaturan resmi (formal), kemitraan harus didasari suatu pemahaman peran-peran dan tanggung jawab kedua belah pihak. Kemitraan juga harus memadukan prosedur guna memastikan kemajuan pada program-program tindakan efektif dan meletakkan hal-hal dengan benar ntuk menjaga masalah-masalah tidak timbul dan berkembang dalam kemitraan ( Linton, 1997: 207).
Landasan Teori Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesar (Hafsah, 2000: 43). Beberapa jenis pola kemitraan yang telah banyak dilaksanakan adalah: 1. Pola inti plasma Merupakan pola hubungan kemitraan antara kelompok mitra usaha sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra. Salah satu contoh kemitraan ini adalah pola perusahaan inti rakyat (PIR), dimana perusahaan inti menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen, menampung, mengolah dan memasarkan hasil produksi, disamping itu perusahaan inti tetap memproduksi kebutuhan perusahaan, sedangkan kelompok mitra usaha memenuhi kebutuhan perusahaan sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati sehingga hasil yang diciptakan harus mempunyai daya kompetitif dan nilai jual yang tinggi. 2. Pola Sub-Kontrak
Universitas Sumatera Utara
Merupakan pola hubungan kemitraan antara perusahaan mitra usaha dengan kelompok mitra usaha yang memproduksi kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan sebagai bagian dari komponen produksinya. Ciri khas dari bentuk kemitraan sub-kontrak ini adalah membuat kontrak bersama yang mencantumkan volume, harga dan waktu.
3. Pola Dagang Umum Menurut peraturan pemerintah No.44 Tahun 1997 pola dagang umum merupakan pola hubungan kemitraan mitra usaha yang memasarkan hasil dengan kelompok usaha yang mensuplai kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan. Sifat dari kemitraan ini adalah hubungan membeli dan menjual terhadap produk yang dimitrakan. 4. Pola Keagenan Merupakan salah satu bentuk hubungan kemitraan dimana usaha kecil diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa dari usaha menengah/usaha besar. Sebagai perusahaan mitra usaha menengah/usaha besar bertanggungjawab terhadap produk (barang dan jasa) yang dihasilkan, sedangkan usaha kecil sebagai kelompok mitra diberikan kewajiban untuk memasarkan barang/jasa tersebut, bahkan disertai dengan target-target yang harus dipenuhi, sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati. 5. Waralaba Merupakan pola hubungan kemitraan antara kelompok mitra usaha dengan perusahaan mitra usaha yang memberikan hak lisensi, merek dagang saluran distribusi perusahaannya kepada kelompok mitra usaha sebagai penerima
Universitas Sumatera Utara
waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen. Oleh karena itu perusahaan mitra sebagai usaha pemilik usaha waralaba, bertanggung jawab terhadap sistem operasi, pelatihan, program pemasaran, merek dagang, dan lainlain kepada mitra usahanya sebagai pemegang usaha yang diwaralabakan. Sedangkan pemegang usaha waralaba, hanya mengikuti pola yang telah ditetapkan oleh pemilik waralaba serta memberikan sebagian dari pendapatannya berupa royalti dan biaya lainnya yang terkait dari kegiatan usaha tersebut ( Hafsah,2000: 68-78).
Monitoring dan Evaluasi Pemantauan
atau
monitoring
yang
berasal
dari
kata
latin
“memperingatkan” dipandang sebagai teknik manajemen dengan agen penyuluhan yang mengumpulkan data di dalamnya sejalan dengan diterapkannya program program penyuluhan serta permasalahan yang dihadapi dalam upayanya berada pada jalur yang benar. Ini memungkinkan manajemen mengambil tindakan dengan cepat untuk mengembalikan kepada rencana semula atau melakukan penyesuaian bila ternyata tidak realistis (Van Den Ban dan Hawskins, 1998: 241). Monitoring diartikan sebagai kegiatan untuk mengikuti suatu program dan pelaksanaannya secara mantap, teratur dan terus-menerus dengan cara mendengar, melihat dan mengamati, serta mencatat keadaan serta perkembangan program tersebut. Monitoring juga diartikan sebagai upaya yang dilakukan secara rutin untuk
mengidentifikasi
pelaksanaan
dari
berbagai
komponen
program
sebagaimana telah direncanakan, waktu pelaksanaan program sebagai mana telah dijadwalkan, dan kemajuan dalam mencapai tujuan program (Anonimous c, 2011)
Universitas Sumatera Utara
Dengan melaksanakan monitoring, berarti ingin diketahui secara tepat dan pasti mengenai pengamatan atas bukti dan fakta tentang proses dan pencapaian tujuan yang diharapkan dan penemuan hambatan-hambatan maupun faktor pendorong mencapai keberhasilan (Ginting, 2000: 6). Kata Evaluasi dalam kehidupan sehari-hari
sering diartikan sebagai
padanan dari “penilaian” yaitu suatu tindakan pengambilan keputusan untuk menilai suatu obyek, keadaan, peristiwa, atau kegiatan tertentu yang sedang diamati (Mardikanto, 1993: 8). Evaluasi merupakan suatu proses meyakinkan keputusan, memilih informasi yang tepat, mengumpulkan dan menganalisis informasi sehingga dapat melaporkan ringkasan data yang berguna bagi pembuat
keputusan dalam
memilih beberapa alternatif (Tayibnapis, 2007: 3). Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara obyektif pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakan sebelumnya. Tujuan dari evaluasi adalah untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas dan dampak dari kegiatan dengan pandangan untuk menyempurnakan kegiatan yang sedang berjalan, membantu perencanaan, penyusunan program dan pengambilan keputusan dimasa depan, dan monitoring dilaksanakan agar proyek mencapai tujuan secara efektif dan efisien dengan menyediakan umpan balik bagi pengelola proyek, menyempurnakan rencana operasional proyek, dan mengambil tindakan yang korektif
tepat pada waktunya jika terjadi masalah dan hambatan
(Sinar Tani, 2001: 361-362). Evaluasi adalah merupakan salah satu fungsi dari manajemen, evaluasi dilakukan terhadap seluruh atau sebagian unsur-unsur program serta terhadap
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaan program. Evaluasi dapat dilakukan secara terus menerus, berkala dan atau sewaktu-waktu pada saat sebelum, sedang dan atau setelah program dilaksanakan. Evaluasi merupakan kegiatan penting untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai, apakah program sesuai dengan rencana, dan atau dampak apa yang terjadi setelah program dilaksanakan (Anonimous c, 2011). Analisis Usaha Tani Ilmu usaha tani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Efisiensi usaha tani dapat dapat diukur dengan cara menghitung efisiensi teknis, efisiensi harga, dan efisiensi ekonomis (Soekartawi, 1995: 54). Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas eknomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input. Atau masukan untuk menghasilkan output. Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua yaitu: 1. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besar biaya ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh.
Universitas Sumatera Utara
2. Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi, yang diperoleh: TC = FC + VC Keterangan: TC = Total Biaya (Rp) FC = Biaya Tetap (Rp) VC = Biaya Variabel (Rp) Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut: TR = Y. PY Keterangan: TR = total penerimaan (Rp) Y = produksi yang diperoleh dalam suatu usaha tani (Rp) PY = Harga Y ( Rp ) Pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya sehingga dapat ditulis dengan rumus : Pd = TR – TC Keterangan : Pd = Pendapatan usaha tani (Rp) TR = Total Penerimaan ( Rp ) TC = Total Biaya (Rp ) ( Soekartawi, 1995: 87). Curahan tenaga kerja adalah besarnya penggunaan tenaga kerja pada setiap tahapan pekerjaan dalam usahatani. Tenaga kerja merupakan faktor produksi, tenaga kerja diperoleh dari dalam keluarga dan dari luar keluarga. Tenaga kerja
Universitas Sumatera Utara
manusia terdiri atas tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak. Perhitungan tenaga kerja ketiga jenis tersebut berbeda-beda, perhitungan tenaga kerja dalam kegiatan proses produksi adalah menggunakan satuan HKP (Hari Kerja Pria). Adapun klasifikasi tenaga kerja adalah sebagai berikut: 1.
Tenaga kerja pria dewasa, dengan usia≥15 tahun, bekerja selama 7 jam/hari = 1HKP
2.
Tenaga kerja wanita dewasa, dengan usia ≥15 tahun, bekerja selama 7 jam/hari = 0,8 HKP
3.
Tenaga kerja anak-anak, dengan usia 10-15 tahun jika pria= 0,5 HKP, wanita= 0,4 HKP, catatan bekerja selama 7 jam/hari (Hernanto, 1993:35).
Analisis Kelayakan Usaha Tani Sebelum melakukan pengembangan usaha hendaknya dilakukan suatu kajian yang cukup mendalam untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan itu layak atau tidak layak. Aspek yang perlu dikaji adalah aspek finansial (keuangan ) dan pasar (bagaimana permintaan dan harga atas produksi yang dihasilkan). Jika aspek ini jelas maka prospek ke depan untuk usaha tersebut jelas, begitu juga sebaliknya apabila aspek ini tidak jelas maka prospek ke depan juga tidak jelas ( Umar, 2005:35). Adapun analisis kelayakan yang digunakan untuk menilai kelayakan usaha adalah: R/C Ratio
Universitas Sumatera Utara
R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara matematik hal ini dituliskan : a = R/C R = Py . Ya C = FC + VC A = {(Py . Y)/(FC + VC)}
Keterangan: a = pembanding (nisbah) antara penerimaan dan biaya R = penerimaan C = Biaya Py = Harga output Y = Output FC = Biaya tetap VC = biaya variable (Soekartawi, 1995: 85).
Return On Investment (ROI) Return On Investment (ROI) merupakan suatu ukuran ratio untuk mengetahui tingkat pengembalian modal usaha. Komponen pada analisis ini adalah pendapatan bersih dan jumlah penggunaan modal.
Produktivitas Tenaga Kerja
Universitas Sumatera Utara
Produktivitas tenaga kerja adalah nilai produksi yang dihasilkan oleh satu satuan tenaga kerja.
Dalam kelayakan usahatani, produktivitas tenaga kerja
diperoleh dari perbandingan antara Total Pendapatan Tenaga (TPT) dengan total tenaga kerja yang dicurahkan per usahatani dengan satuan Rp/HKO. Total Pendapatan Tenaga (TPT) adalah jumlah penerimaan dikurangi seluruh ongkos terkecuali biaya tenaga kerja (TKDK+ TKLK).
Rata-rata pendapatan per HKP petani (RPPH)
Pendapatan Pendapatan (I) adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya per usaha tani dengan satuan Rupiah. I = TR-TC ( Suratiyah, 2008: 88-89). Kriteria uji suatu usahatani dikatakan layak untuk diusahakan apabila: •
R/C Ratio >1
•
RO I > i (tingkat suku bunga yang berlaku)
•
Produktivitas tenaga kerja > tingkat upah yang berlaku
•
Pendapatan > sewa lahan
Kerangka Pemikiran
Universitas Sumatera Utara
Sejak tahun 2006, PT. STTC sebagai perusahaan rokok, melakukan kemitraan dengan petani di Humbang Hasundutan untuk mengembangkan budidaya tembakau
White Burley (Tembakau Sigaret) sebagai bagian dari
komponen produksinya. Pelaksanaan kemitraan diatur dalam Memorandum of Understanding (MoU) yang telah ditandatangani kedua belah pihak. Dalam pelaksanaan kemitraan antar PT. STTC dengan petani tembakau akan dilakukan sistem manajemen yaitu monitoring dan evaluasi yang akan mengontrol sekaligus menilai bagaimana pelaksanaan kemitraan. Monitoring adalah kegiatan mengamati pelaksanaan kemitraan dalam waktu yang sedang berjalan, mencakup masalah-masalah apa saja yang dihadapi dalam bermitra dan upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang terjadi. Kemudian dilakukan evaluasi untuk menilai relevansi, efisiensi, efektivitas kemitraan secara keseluruhan sehingga dapat diketahui tingkat keberhasilan dari pelaksanan kemitraan di daerah penelitian. Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:
PT. STTC
Kemitraan
Petani Tembakau
Pelaksanaan Kemitraan
Monitoring
Evaluasi
Masalah
Upaya
Keberhasilan Pelaksanaan Kemitraan
Kelayakan Usaha tani
Universitas Sumatera Utara
Layak Tinggi
Sedang
Rendah
Tidak layak
= menyatakan hubungan = menyatakan kemitraan Gambar 1. Monitoring dan Evaluasi Pola Kemitraan Perusahaan Sumatra Tobacconesia Trader Company Dengan Petani Tembakau Di Humbang Hasundutan.
Hipotesis Penelitian 1. Pola kemitraan antara PT.STTC
dengan petani tembakau di daerah
penelitian adalah pola sub-kontrak. Petani sebagai mitra dari perusahaan STTC memproduksi tembakau sebagai bagian dari komponen produksi perusahaan. 2. Tingkat keberhasilan pelaksanaan kemitraan antara PT. STTC dengan petani tembakau adalah tinggi. 3. Usaha tani tembakau secara ekonomi
layak untuk diusahakan oleh
petani.
Universitas Sumatera Utara