18
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Sejarah Penemuan Karet Orang-orang yang diketahui pertama kali memanfaatkan karet dalam
kehidupan sehari-hari adalah bangsa amerika asli. Mereka mengambil getah dari sejenis pohon penghasil getah yang tumbuh liar dihutan sekitar tempat tinggalnya dengan cara menebangnya. Getah tersebut dikumpulkan dan selanjutnya dijadikan bola yang bias dipantul-pantulkan sebagai alat permainan. Getah tersebut juga dibuat menjadi alas kaki dan wadah minuman. Semua itu dicatat oleh Michele de Queno dalam pelayarannya ke Amerika pada tahun 1493. (Setiawan.D.H,2008) Setelah de la Condamine mengirim contoh “ bahan elastik yang aneh” (a mysterious elastic substance) atau “caoutchuc” dari peru ke prancis pada tahun 1736, maka saat itu orang Eropa mulai menaruh perhatian terhadap karet. Dalam laporannya, de la Condamine membuat deskripsi yang lengkap tentang tumbuhan ini, yang disertai pula uraian tentang cara-cara mengambil getahnya seperti yang dilakukan oleh penduduk pribumi. Namun yang terpenting dari laporan tersebut adalah pandangannya tentang manfaat tumbuhan ini sebagai bahan perdagangan bagi Eropa yang mempunyai prospek yang sangat bagus. Perhatian terhadap karet bertambah meningkat setelah Priestly, seorang ahli fisika kimia Inggris, pada tahun 1770 menemukan bahwa karet dapat digunakan untuk menghapus tulisan dari grafit, sehingga orang inggris menjuluki karet dengan sebutan “rubber”.(Setyamidjaja.D , 1993)
19
Tahun 1864 perkebunan karet mulai diperkenalkan di Indonesia. Perkebunan karet dibuka oleh Hofland pada tahun tersebut didaerah pamanukan dan ciasem, jawa barat. Jenis karet yang ditanam pertama kali adalah karet rambung atau Ficus elastica. Jenis karet Hevea (Hevea brasiliensis) baru ditanam tahun 1902 didaerah Sumatera timur. Jenis ini ditanam di pulau jawa pada tahun 1906. (Tim penulis PS,2009) Komoditas karet cukup berpengaruh besar terhadap perekonomian negara. Oleh karena itu, penanganan perkebunan karet dan pengelolaan serta pengolahan yang baik merupakan langkah yang tidak dapat diabaikan untuk menunjang kembali jayanya dunia perkaretan Indonesia. (Tim penulis PS,2009)
2.2.
Morfologi tanaman karet Sesuai dengan nama latin yang disandangnya tanaman karet (Hevea
brasiliensis) berasal dari Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan karet alam dunia. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet berwarna hijau dan terdiri dari tangkai utama sepanjang 3-20 cm dan tangkai anak daun sepanjang 310 cm dengan kelenjar di ujungnya.
20
2.3.
Karet alam
2.3.1. Perbedaan karet alam dengan karet sintetis Ada dua jenis karet,yaitu karet alam dan karet sintetis. Setiap jenis karet ini memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga keberadaannya saling melengkapi. Kelemahan karet alam bisa diperbaiki oleh karet sintetis dan sebaliknya, sehingga kedua jenis karet tersebut tetap dibutuhkan. (Setiawan.D.H,2008) Walaupun karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh dibawah karet sintetis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan oleh karet sintetis. Bagaimanapun, keunggulan yang dimiliki karet alam sulit ditandingi oleh karet sintetis. Adapun kelebihan-kelebihan yang dimiliki karet alam dibanding karet sintetis adalah : a. Memiliki daya elastik atau daya lenting yang sempurna b. Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah c. Mempunyai daya aus yang tinggi d. Tidak mudah panas (low heat build up) , dan e. Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan (groove cracking resistance). Walaupun demikian, karet sintetis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap berbagai zat kimia dan harganya yang cenderung bisa dipertahankan supaya tetap stabil. Bila ada pihak yang menginginkan karet sintetis dalam jumlah tertentu maka biasanya pengiriman atau suplai barang tersebut jarang mengalami kesulitan. hal seperti ini sulit diharapkan dari karet alam. Walaupun memiliki beberapa kelemahan dipandang dari sudut kimia maupun bisnisnya, akan tetapi menurut beberapa ahli,
21
karet alam mempunyai pangsa pasar yang baik. Beberapa industry tertentu tetap memiliki ketergantungan yang besar terhadap pasokan karet alam, misalnya industry ban yang merupakan pemakai terbesar karet alam. (Tim penulis PS , 2009)
2.3.2. Jenis-jenis karet alam Ada beberapa macam karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan olahan. Bahan olahan ada juga yang setengah jadi atau sudah jadi. Ada juga karet yang diolah kembali berdasarkan bahan karet yang sudah jadi . Jenis-jenis karet alam adalah : a. Bahan olah karet Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang diperoleh dari pohon karet Hevea brasiliensis yang meliputi : 1. lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon karet.cairan getah ini belum mengalami penggumpalan entah itu dengan tambahan atau tanpa bahan pemantap(zat antikoagulan). 2. sheet angin adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah disaring dan digumpalkan dengan asam semut, berupa karet sheet yang sudah digiling tetapi belum jadi. 3. slab tipis adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah digumpalkan dengan asam semut. 4. lump segar adalah bahan olah karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks kebun yang terjadi secara alamiah dalam mangkuk penampung.
22
b. Karet konvensional Ada beberapa macam karet olahan yang tergolong karet alam konvensional. Jenis ini pada dasarnya hanya terdiri dari golongan karet sheet dan crepe. jenis-jenis karet alam yang tergolong konvensional adalah sebagai berikut: 1. Ribbed smoked sheet adalah jenis karet berupa lembaran sheet yang mendapat proses pengasapan dengan baik. 2. White crepe dan pale crepe adalah jenis crepe yang berwarna putih atau muda dan ada yang tebal dan tipis. 3. Estate brown crepe adalah jenis crepe yang berwarna coklat dan banyak dihasilkan oleh perkebunan - perkebunan besar atau estate. 4. Compo crepe adalah jenis crepe yang dibuat dari bahan lump, scrap pohon , potongan-potongan sisa dari RSS atau slab basah. 5. Thin brown crepe remills adalah crepe coklat yang tipis karena digiling ulang. 6. Thick blanket crepe ambers adalah crepe blanket yang tebal dan berwarna coklat, biasanya dibuat dari slab basah. 7. Flat bark crepe adalah karet tanah,yaitu jenis crepe yang dihasilkan dari screp karet alam yang dihasilkan scrap karet alam yang belum diolah, termasuk screp tanah yang berwarna hitam. 8. Pure smoke blanket crepe adalah crepe yang diperoleh dari penggilingan karet asap yang khusus berasal dari RSS. 9. Off crepe adalah crepe yang tidak tergolong bentuk beku atau standar. Biasanya tidak dibuat melalui proses pembekuan langsung dari bahan lateks yang masih segar, melainkan dari contoh-contoh sisa penentuan kadar karet kering, bekas air cucian yang banyak mengandung lateks serta bahan-bahan lain yang jelek
23
c. Lateks pekat Lateks pekat yaitu jenis karet yang berbetuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat yang dijual dipasaran ada yang dibuat melalui proses pendadihan atau creamed lateks dan melalui proses pemusingan atau centrifuged lateks. Biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahanbahan karet yang tipis dan bermutu tinggi. d. Karet bongkah atau block rubber Karet bongkah adalah karet remah yang telah dikeringkan dan dikilang menjadi bandela-bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. e. Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber Karet spesifikasi teknis adalah karet yang dibuat secara khusus, sehingga mutu teknisnya terjamin yang penetapannya didasarkan pada sifat-sifat teknis. Penilaian mutu yang hanya berdasarkan aspek visual, seperti berlaku pada karet sheep, crepe dan lateks pekat tidak berlaku untuk karet jenis ini. Karet spesifikasi teknis ini dikemas dalam bongkah-bongkah kecil dengan berat dan ukuran seragam. f. Karet siap olah atau tyre rubber Tyre rubber adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai barang setengah jadi sehingga bisa langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk pembuatan ban atau barang lainnya yang menggunakan karet sebagai bahan baku. g. Karet reklim atau reclaimed rubber Karet reklim adalah karet yang diolah kembali dan barang-barang karet bekas, terutama ban-ban mobil bekas dan bekas ban-ban berjalan. karenanya boleh dibilang
24
karet reklim adalah suatu hasil pengolahan scrap yang sudah divulkanisir. Produk yang dihasilkan lebih kukuh dan tahan lama dipakai, Lebih tahan terhadap bensin atau minyak pelumas. Tetapi karet reklim kurang kenyal dan kurang tahan gesekan sesuai dengan sifatnya sebagai karet bekas pakai.
(Zuhra,C.F.2006)
2.3.3. Jenis-jenis karet sintetis Karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku minyak bumi. Biasanya karena sintetis dibuat akan memiliki sifat tersendiri yang khas. Ada jenis yang tahan terhadap panas atau suhu tinggi,minyak, pengaruh udara bahkan ada yang kedap gas. Berdasarkan tujuan pemanfaatannya ada dua macam karet sintetis yang dikenal ,yaitu : a. Karet sintetis untuk kegunaan umum Karet sintetis dapat digunakan untuk berbagai keperluan , bahkan banyak fungsi karet alam yang dapat digantikannya .Jenis-jenis karet sintetis untuk kegunaan umum diantaranya sebagai berikut : 1. SBR (styrene butadiene rubber) Jenis SBR merupakan karet sintetis yang paling banyak diproduksi dan digunakan. Jenis ini memiliki ketahanan kikis yang baik dan kalor atau panas yang ditimbulkan juga rendah. 2. BR (butadiene rubber) Dibanding dengan SBR,karet jenis BR lebih lemah. Daya lekat lebih rendah, dan pengolahannya juga tergolong sulit. Karet jenis ini jarang digunakan
25
tersendiri. Untuk membuat suatu barang biasanya BR dicampur dengan karet alam atau SBR. 3. IR(isoprene rubber)atau polyisoprene rubber Jenis karet ini mirip sekali dengan karet alam, walaupun tidak secara keseluruhan. Jenis IR memiliki kelebihan lain dibanding karet alam yaitu lebih murni dalam bahan dan viskositasnya lebih mantap. b.
Karet sintetis untuk kegunaan khusus Jenis karet sintetis ini tidak terlalu banyak digunakan dibanding karet sintetis
yang pertama. Jenis ini digunakan untuk keperluan khusus karena memiliki sifat khusus yang tidak dipunyai karet sintetis jenis pertama. Beberapa jenis karet intetis untuk kegunaan khusus yang banyak dibutuhkan diantaranya : 1. IIR(isobutene isoprene rubber) IIR sering disebut butyl rubber dan hanya mempunyai sedikit ikatan rangkap sehingga membuatnya tahan terhadap pengaruh oksigen dan ozon.IIR juga terkenal karena kedap gas. 2. NBR(nytrile butadiene rubber) atau acrilonytrile butadiene rubber NBR adalah karet sintetis untuk kegunaan khusus yang paling banyak dibutuhkan. Sifatnya yang sangat baik adalah tahan terhadap minyak. 3. CR(chloroprene rubber) CR memiliki ketahanan terhadap minyak tetapi dibandingkan dengan NBR ketahannannya masih kalah. CR juga juga memiliki daya tahan terhadap pengaruh oksigen dan ozon di udara, bahan juga terhadap panas atau nyala api.
26
4. EPR(ethylene propylene rubber) EPR sering juga disebut EPDM karena tidak hanya menggunakan monomer etilen dan propilen pada proses polimerisasinya melainkan juga monomer ketiga atau EPDM.
2.4.
(Tim penulis PS , 2009)
Penyadapan Penyadapan tanaman karet dilakukan dengan menerapkan sistem yang telah
disepakati secara Internasional. Penyadapan pada batang utama(atau cabang untuk tanaman menjelang ditumbang)bertujuan untuk pemutusan atau pelukaan pembuluh lateks dikulit pohon. Pembuluh lateks yang putus atau luka kelak akan pulih kembali sehingga bila dilakukan penyadapan untuk kedua kalinya luka tersebut telah pulih dan lateks akan mengalir lagi dengan baik.
(Siregar,T.H.1995)
2.4.1. Penentuan matang sadap Sebelum dilakukan penyadapan harus diketahui kesiapan atau kematangan pohon karet yang akan disadap. Cara menentukan kesiapan atau kematangannya adalah dengan melihat umur dan mengukur lilit batangnya. Kebun karet yang memiliki tingkat pertumbuhan normal siap disadap pada umur lima tahun dengan masa produksi selama 25-35 tahun. 2.4.2. Peralatan sadap Peralatan sadap menentukan keberhasilan penyadapan, semakin baik alat yang digunakan, semakin baik hasilnya. Berbagai peralatan sadap yang digunakan adalah sebagai berikut :
27
a. Mal sadap atau patron
f. Tali cincin
b. Pisau sadap
g. Meteran
c. Talang lateks atau spout
h. Pisau mal
d. Mangkuk atau cawan
i. Quadric atau sigmat
e. Cincin mangkuk (Tim penulis PS , 2009)
2.4.3. Pengumpulan gumpalan karet mutu rendah Selain hasil yang berupa lateks, dari kebun produksi diperoleh pula beberapa bahan bekuan yang dapat dikumpulkan untuk diolah lebih lanjut. Bahan bekuan tersebut dapat berupa : 1. Skrep (scrap) Skrep adalah bekuan lateks pada irisan atau alur sadapan. Skrep berbentuk pita panjang yang dapat diambil dari alur sadap sesaat sebelum penyadapan dilakukan. Skrep ini digunakan sebagai bahan baku pembuatan brown crepe. 2. Lump tanah Lump tanah atau karet tanah adalah lateks yang membeku pada tanah disekitar pangkal batang dibawah irisan sadapan. Lump tanah diperoleh terutama pada penyadapan yang mangkoknya tiap hari diangkat dari batang. Penggumpalan lump tanah dilakukan dua kali dalam seminggu, dan lebih baik bila dilaksanakan pada tiap kali menyadap untuk menjada jangan sampai diperoleh hasil karet yang berasal dari bahan baku lump yang mutunya sangat rendah.
28
3. Lump mangkok(cup lump) Lump mangkok adalah lateks yang membeku pada mangkok. Lump mangkok diperoleh pada penyadapan yang mangkoknya dibiarkan tetap berada pada pohon(tidak diangkat). Pengumpulan lump mangkok dilakukan setelah selesai menyadap hari itu juga, sambil menunggu saat pengumpulan lateks. Lump mangkok yang diperoleh dengan cara ini adalah lump yang”bersih”, yang bila diolah menjadi krep dapat menjadi krep mutu I, atau bila diolah menjadi karet remah dapat menjadi SIR 10.
2.5.
(Setyamidjaja,D.1993)
Prakoagulasi Prakoagulasi adalah pembekuan pendahuluan yang menghasilkan lumps atau
gumpalan-gumpalan sebelum lateks sampai dipabrik atau tempat pengolahan. Jika hal ini terjadi akan menimbulkan kerugian yang cukup besar karena hasil sadapan yang mengalami prakoagulasi hanya bisa diolah menjadi karet bukan jenis baku dan kualitasnya rendah. Penyebab terjadinya prakoagulasi adalah kemantapan bagian kolodial didalam lateks berkurang, kemudian menggumpal menjadi satu dalam bentuk komponen yang lebih besar. Komponen yang lebih besar ini akhirnya akan membeku. Pada dasarnya lateks adalah suspensi koloidal dari air dan bahan-bahan kimia yang terdapat didalamnya. Bagian-bagian tersebut tidak larut sempurna, tetapi terpencar secara merata didalam air. Partikel koloidal ini sangat kecil, sehingga bisa menembus saringan. Sistem koloidal lateks sebenarnya bisa dipertahakan sampai 24 jam atau lebih karena bagian–bagian karet yang dikelilingi oleh lapisan sejenis protein
29
tipis yang memiliki kestabilan tersendiri. Jika kestabilan berkurang, terjadilah prakoagulasi. 2.5.1. Faktor penyebab Prakoagulasi Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya prakoagulasi adalah sebagai berikut : a. Jenis karet Setiap jenis atau klon karet memiliki kestabilan atau kemantapan koloidal yang berbeda-beda. Ada klon karet yang memiliki koloidal rendah dan tidak sedikit pula klon dengan kestabilan koloidal mantap. b. Enzim Enzim adalah katalis alami untuk mempercepat terjadinya reaksi walaupun hanya terdapat dalam jumlah kecil. Enzim bekerja dengan mengubah susunan protein yang melapisi bahan karet, sehingga kemantapannya berkurang dan terjadi prakoagulasi. Aktivitas enzim dimulai saat lateks keluar dari batang karet. c. Mikroorganisme Mikroorganisme atau jasad renik terdapat diman-mana, termasuk dilingkungan perkebunan karet. Saat keluar dari pohon karet, lateks dipastikan steril dari mikroorganisme.
Namun,
beberapa
saat
kemudian
lateks
terkontaminasi
mikroorganisme sangat besar. Mikroorganisme didalam lateks akan melakukan aktivitas, sehingga terjadi reaksi dengan senyawa-senyawa yang terdapat didalam lateks, seperti asam dan sejenisnya. Semakin banyak mikroorganisme didalam lateks,
30
semakin banyak pula senyawa asam yang dihasilkan yang mendorong semakin cepat terjadinya prakoagulasi. d. Cuaca dan Musim Cuaca dan musim berpengaruh terhadap proses prakoagulasi. Pada musim hujan , kemungkinan terjadinya prakoagulasi sangat besar, sehingga pada saat seperti itu jarang dilakukan penyadapan, selain juga secara teknis mengalami kesulitan, Sinar matahari yang terik juga dapat mempercepat terjadinya prakoagulasi. e. Kondisi tanaman Kondisi tanaman disini adalah berkaitan dengan umur dan kesehatan tanaman.Pohon karet yang terlalu muda atau menjelang tua dan sakit-sakitan cenderung menghasilkan lateks yang mudah mengalami prakoagulasi. f. Air sadah Air sadah adalah air yang mengalami reaksi kimia, umumnya bereaksi asam. Lateks yang tercampur air sadah mudah sekali mengalami prakoagulasi. Karena itu air yang digunakan untuk pengolahan lateks harus dianalisa secara kimia supaya derajat keasamaannya tidak terlalu tinggi. g. Pengangkutan Pengangkutan disini berkaitan dengan guncangan yang terjadi dan lamanya lateks sampai ketempat pengolahan. Pengangkutan melalui jalan yang jelek dan mobil pengangkutnya terguncang-guncang dan lateks terkocok-kocok akan merusak kstabilan koloidalnya, sehingga mudah menggumpal. Jarak jauh yang menyebabkan
31
lateks tiba ditempat pengolahan terlalu lama dan terkena sinar matahari sepanjang perjalanan juga akan mempercepat terjadinya prakoagulasi. h. Kotoran Kotoran atau bahan lain yang mengandung kapur dan asam akan mempercepat terjadinya prakoagulasi. Demikian pula air kotor yang dipakai untuk pengolahan akan mempercepat prakoagulasi. 2.5.2. Pencegahan Prakoagulasi a. Pencegahan secara Manual − Menjaga kebersihan alat-alat untuk penyadapan, penampungan dan pengangkutan. − Tidak menggunakan air kotor, seperti air sungai atau air got, untuk mengencerkan lateks dikebun. − Penyadapan dilakukan sepagi mungkin sebelum matahari terbit agar lateks sampai ketempat pengolahan sebelum udara panas. -
Tidak menyadap pohon karet terlalu muda atau terlalu tua dan yang kondisinya tidak sehat.
(Setiawan,D.H.2008)
b. Pencegahan menggunakan zat antikoagulan Jika beberapa upaya pencegahan diatas sudah dilakukan, tetapi tetap terjadi prakoagulasi, penggunaan zat antikoagulan dapat dilakukan. Saat ini dipasaran tersedia beberapa zat antikoagulan. Zat antikoagulan yang akan dipakai harus dipakai harus disesuaikan dengan harga, kadar bahaya, dan efektivitasnya. Beberapa zat antikoagulan yang bisa digunakan sebagai berikut:
32
1. Soda atau Natrium Karbonat (Na2CO3) Dibanding dengan zat antikoagulan yang lain, harga soda atau Natrium Karbonat memang lebih murah. Karena itu soda banyak digunakan di pabrik-pabrik yang sederhana. Akan tetapi zat ini tidak dianajurkan digunakan pada pabrik yang akan mengolah latex menjadi RSS (ribbed smoked sheets) karena sheet kering yang dihasilkan akan bergelembung–gelembung atau bubles. Pemakaian soda aman untuk karet yang akan diolah menjadi Crepe. Dosis soda yang digunakan adalah 5-10 ml lautan soda tanpa air Kristal (soda es) 10% setiap liter latex. 2. Amoniak (NH3) Zat anti koagulan ini termasuk yang paling banyak digunakan karena : a. Desinfektan sehingga dapat membunuh bakteri b. Bersifat basa sehingga dapat mempertahankan / menaikkan PH latex kebun c. Mengurangi konsentrasi logam Latex yang akan diolah menjadi crepe hendaknya tidak diberi Amoniak secara berlebihan karena berpengaruh terhadap warna crepe yang jadi nantinya. Dosis Amoniak yang dipakai untuk mencegah terjadinya prakoagulasi adalah 5-10 liter Amoniak 2,5% untuk setiap liter latex. 3. Formaldehid Pemakaian
Formaldehid
sebagai
anti
koagulan
paling
merepotkan
dibandingkan zat lainnya, karena a. Kurang baik apabila digunakan pada musim hujan b. Apabila disimpan zat ini akan teroksidasi menjadi asam semut atau asam format (HCHO
HCOOH) yang dapat menyebabkan pembekuan apabila
dicampur dengan latex.
33
Oleh karena itu, Formaldehid yang akan digunakan terlebih dahulu harus diperiksa apakah larutan ini akan bereaksi asam atau tidak. Apabila bereaksi asam harus dinetralkan dengan zat yang bersifat basa seperti soda kaustik. Setelah Formaldehid bereaksi netral baru digunakan. Dosis yang dapat dipakai adalah 5-10 ml larutan dengan kadar 5% untuk setiap liter latex yang akan dicegah prokoagulasinya. 4. Natrium sulfit (Na2SO3) Pemakaian zat ini sebagai zat anti koagulan paling merepotkan, karena: a. Bahan ini tidak tahan lama disimpan b. Apabila ingin digunakan harus dibuat terlebih dahulu c. Dalam jangka waktu sehari akan teroksidasi oleh udara menjadi natrium sulfat (Na2SO3
Na2SO4), bila sudah teroksidasi maka sifatnya sebagai
antikoagulan menjadi lenyap. Selain sebagai antikoagulan Natrium Sulfit juga bisa memperpanjang waktu pengeringan dan sebagai desinfektan. Dosis yang digunakan adalah 5-10 ml larutan berkadar 10% untuk setiap liter latex.
2.6.
(Tim penulis PS,2009)
Lateks, Karet Bongkah dan Pengolahannya Menjadi Material Komposisi latex Hevea Brazeileansis dapat dilihat jika latex disentrifugasi
dengan kecepatan 18000 rpm, yang hasilnya adalah sebagai berikut : 1. Fraksi latex (37%): karet (isoprene), protein, lipida dan ion logam 2. Fraksi frey Wyssling (1-3%): karotenoid, lipida air, karbohidrat dan inositol, protein dan turunannya. 3. Fraksi serum (48%): senyawaan nitrogen, asam nukleat dan nukleotida, senyawa organik, ion anorganik dan logam.
34
4. Fraksi dasar (14%): air, protein, dan senyawa nitrogen, karet dan karotenoid, lipida dan ion logam.
(Zuhra,C.F.2006)
Tabel 2.1. Kandungan bahan-bahan dalam lateks segar dan lateks yang dikeringkan Bahan
Lateks segar
Lateks yang dikeringkan
1. Kandungan karet
35,62%
88,28%
2. Resin
1,65%
4,10%
3. Protein
2,03%
5,04%
4. Abu
0,70%
0,84%
5. Zat gula
0,34%
0,84%
6. Air
59,62%
1,00% (Setyamidjaja,D.1993)
2.6.1 Lateks Pekat Lateks pekat adalah sejenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau padatan lainnya. Lates pekat yang dijual di pasaran ada yang dibuat melalui proses pendadihan atau creamed lateks dan melalui proses pemusingan atau centrifuged lateks. Biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahanbahan karet yang tipis dan bermutu tinggi. Standar mutu lateks pekat baik pusingan atau lateks dadih dapat dilihat pada table berikut ini.
35
Tabel 2.2. Standar Mutu Lateks Pekat No
Parameter
Lateks pusingan (Centrifuged latex) 1 Jumlah padatan (total solids) minimum 61,5% 2 Kadar karet kering (KKK) minimum 60,0% 3 Perbedaan angka butir 1 dan 2 maksimum 2,0% 4 Kadar amoniak( berdasar jumlah air yang 1,6% terdapat dalam lateks pekat) minimum 5 Viskositas maksimum pada suhu 25oC 50 centipoises 6 Endapan (sludge) dari berat basah maksimum 0,10% 7 Kadar koagulumm dari jumlah padatan 0,08% maksimum 8 Bilangan KOH maksimum 0,80 9 Kemantapan mekanis minimum 475 detik 10 Persentase kadar tembaga dari jumlah padatan 0,001% maksimum 11 Persentase kadar mangan dari jumlah padatan 0,001% maksimum 12 Warna Tidak biru Tidak kelabu 13 Bau setelah dinetralkan dengan asam borat Tidak boleh berbau busuk Sumber : Panduan Lengkap Karet , 2009
Lateks dadih (Creamed latex) 64,0% 62,0% 2,0% 1,6% 50 centipoises 0,10% 0,08% 0,80 475 detik 0,001% 0,001% Tidak biru Tidak kelabu Tidak boleh berbau busuk
Ada beberapa parameter lateks pekat yaitu: -
TSC (Total Solid Content) yaitu pemeriksaan kadar kepekatan bahan dengan pemanasan
-
Amoniak (NH3)
-
MST (Mechanical Stability Time) yaitu waktu yang diperlukan untuk terjadinya koagulasi sewaktu dipusingkan dengan kecepatan 14000 rpm.
-
KOH Number yaitu bilangan KOH ekivalen dengan asam radikal yang bergabung dengan amoniak dalam 100 g lateks pekat.
-
VFA Number (Volatile Fatty Acid) yaitu jumlah gram KOH yang dibutuhkan
36
2.6.2
Karet bongkah (block rubber) Karet bongkah berasal dari karet remah yang dikeringkan dan dikilang menjadi
bandela–bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. Standar mutu karet bongkah agak berbeda antara negara podusen yang satu dengan yang lainnya. Standar karet bongkah Indonesia yang dikeluarkan adalah SIR(Standard Indonesia Rubber) yang tertera dalam tabel 2.4. Sedangkan di Negara tetangga yaitu Malaysia, mereka juga memiliki standar seperti yang dimiliki oleh Indonesia, mereka mengeluarkan SMR(Standard Malaysian Rubber) yang memiliki parameter yang tidak jauh berbeda dengan SIR (Standard Indonesian Rubber). Daftar tabel SMR tertera pada tabel 2.5. Tabel 2.4. Standard Indonesian Rubber (SIR) Uraian Kadar kotoran maksimum Kadar abu maksimum Kadar zat asiri maksimum PRI minimum Plastisitas – Po minimum Limit warna (skala lovibond) maksimum Kode warna
SIR 5 L 0.05% 0.50% 1.0% 60 30 6 Hijau
SIR 5 0.05% 0.50% 1.0% 60 30 -
SIR 10 0.10% 0.75% 1.0% 50 30 -
SIR 20 0.20% 1.00% 1.0% 40 30 -
SIR 50 0.50% 1.50% 1.0% 30 30 -
Hijau merah Kuning Sumber : Panduan Lengkap Karet , 2009
37
Tabel 2.5. Standard Malaysian Rubber (SMR)
Uraian Kadar kotoran maksimum Kadar abu maksimum Kadar nitrogen Kadar zat asiri Plasticity retention maksimum Plastisitas Wallace(nilai permulaan)minimum Limit warna (skala lovibond) Kode warna Warna bungkus Warna strip plastic
SMR 5L
SMR 5
SMR 10
SMR 20
SMR 50
0.05% 0.60% 0.65% 1.0% 60
0.05% 0.60% 0.65% 1.0% 60
0.10% 0.75% 0.65% 1.0% 50
0.20% 1.00% 0.65% 1.0% 40
0.50% 1.50% 0.65% 1.0% 30
30
30
30
30
30
6,0%
-
-
-
-
Hijau muda Jernih Jernih
Hijau coklat merah kuning muda jernih jernih jernih Jernih Keruh Keruh Keruh Keruh putih putih putih putih Sumber : Panduan Lengkap Karet , 2009
2.6.3. Pengolahan karet alam Pengolahan karet memiliki posisi yang cukup penting dalam rangkaian agribisnis karet. Pengolahan karet menentukan nilai tambah yang akan diperoleh. Hasil sadapan yang baik. Ada beberapa peralatan yang digunakan dalam pengolahan karet alam. Alat-alat ini tidak semuanya digunakan dalam pengolahan setiap jenis karet. Ada alat yang hanya digunakan untuk pembuatan jenis karet tertentu saja, Selain alat, juga banyak digunakan bahan dalam pengolahan karet alam, yaitu: a. Mesin penggilingan Dalam pengolahan karet jenis sheet dan crepe biasanya digunakan mesin penggilingan. Dikalangan pengolahan lateks sheet, Mesin ini sering disebut baterai sheet. Baterai sheet ada yang terdiri 4,5, atau 6 gilingan beroda dua. Mesin penggilingan untuk karet crepe dikenal dengan nama baterai crepe.
38
b. Tangki atau bejana koagulasi Tangki yang banyak dipakai pada era sebelum perang dunia II terbuat dari arnit atau ebonite, sesudahnya digunakan tangki yang terbuat dari aluminium. Ukuran tangki yang digunakan biasanya(10 x 3 x 16)kaki. Tangki yang berukuran besar ini disekat lagi menjadi 76 atau 91 ruang yang lebih kecil. Untuk menyekat digunakan pelat-pelat aluminium. Pada tempat pengolahan karet yang hanya sedikit kapasitas produksinya, fungsi tangki atau bejana digantikan oleh loyang-loyang yang mempunyai kapasitas olah antara 10-15 liter. c. Rumah pengeringan Pada pembuatan karet crepe, rumah pengeringan mutlak diperlukan. Tinggi ruangan biasanya dibuat tidak lebih dari 6 m. Untuk rumah pengeringan bertingkat tingginya hanya antara 3-4 m. Didalam rumah pengeringan terdapat gantar-gantar dari kayu jati dengan tebal 4-5 cm untuk menggantungkan karet crepe yang akan dikeringkan. Rata–rata
rumah
pengeringan
mempercepat pengeringan. Cara pemasan
menggunakan
pemanas
untuk
yang paling banyak dipakai adalah
thermosifon atau pemanas dengan air pemanas serta menggunakan uap air bertekanan rendah. Bila tanpa pemanas, waktu yang diperlukan untuk mengeringkan crepe antara 2-4 minggu.Sedangkan dengan pemanas waktunya bisa dipersingkat menjadi 5-7 hari. d.
Rumah pengasapan Rumah pengasapan digunakan dalam pembuatan karet sheet. Syarat rumah asap
yang baik: suhu dalam harus dapat dipertahankan sehingga praktis tidak berubah, ventilasi dari ruang-ruangnya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, serta penambahan
39
asap dan pemanasan dapat terjamin. Jumlah ruang pengasapan dan pengeringan yang diperlukan berhubungan dengan waktu pengeringan. Ini berkaitan dengan ketebalan sheet yang akan dibuat. Misalnya waktu pengeringan 5-5,5 hari maka ruang yang dibutuhkan adalah 6 buah. Selain alat-alat yang telah disebutkan diatas, sebenarnya masih ada beberapa alat yang banyak digunakan dalam pengolahan
karet, Seperti alat
penyaring,
gunting/pemotong, meja sortasi, pengepres, pengepak, dan lain-lain. e.
Kayu bakar untuk rumah pengasapan Ada beberapa macam pohon yang kayunya dapat digunakan sebagai bahan bakar
ruang pengasapan. Pohon tersebut antara lain pohon karet, akasia, lomtorgung dan glirisidia. Kayu yang panjang biasanya dibelah dan dipotong hingga rata-rata mempunyai ukuran panjang sekitar 30 cm dengan garis tengah 10 cm. f.
Air Dalam pengolahan karet diperlukan air, dalam jumlah yang banyak. Karena itu
air merupakan bahan yang vital. Semakin tinggi kapasitas suatu pabrik, semakin besar jumlah air yang dibutuhkan. Air biasanya digunakan untuk keperluan pengenceran lateks, pembuatan larutan kimia, pencucian hasil, pencucian alat dan untuk mendinginkan mesin. g. Bahan-bahan kimia Dalam pengolahan karet alam banyak sekali digunakan bahan-bahan kimia. Sesuai dengan proses yang dibantunya bahan itu ada yang berfungsi sebagai bahan pokok, yaitu :
40
1. Bahan pembeku Untuk proses pembekuan lateks biasanya digunakan asam formiat atau asam semut dan asam asetat atau asam cuka. 2. Bahan pengelantang Bahan ini digunakan untuk mendapatkan warna yang diinginkan dari karet. 3. Bahan vulkanisasi Bahan kimia ini diperlukan dalam proses vulkanisasi agar kompon karet cepat matang. Yang biasa digunakan untuk keperluan ini adalah belerang, damar, fenolik, peroksida organik dan radiasi sinar gamma. 4. Bahan pencepat reaksi Reaksi vulkanisasi biasanya berlangsung sangat lambat. Dalam dunia industry hal ini kurang efisien karena menambah lama waktu produksi yang secara tak langsung juga menambah biaya. Salah satu bahan pencepat reaksi yang sering digunakan adalah dati golongan thiazol contohnya MBT dan MBTS. 5. Bahan penggiat Fungsi bahan penggiat adalah menambah cepat kerja bahan pencepat reaksi. Jadi, meskipun bahan ini tidak termasuk vital, tetapi cukup menentukan dalam proses pengolahan karet. Contoh bahan penggiat yang sering digunakan adalah seng oksida dan asam stearat. 6. Bahan antioksidan dan antiozonan Fungsi bahan ini untuk melindungi karet dari kerusakan karena pengaruh oksigen maupun ozon yang terdapat diudara. Bahan anti oksidan yang sering
41
digunakan adalah turunan difenil amina contohnya Nonox OD.dari turunan fenol contohnya montaclere dan lonol. Anti ozonan yang paling banyak digunakan adalah turunan parafenilen diamina seperti Santoflex 13, Nonox DPPD dan UOP 88. 7. Bahan pelunak Bahan pelunak berfungsi memudahkan pembuatan karet dan pemberian bentuk. Bahan pelunak yang banyak digunakan adalah minyak naftenik, minyak nabati, minyak aromatik, terpinus, lilin paraffin, faktis, damar, dan bitumen. 8. Bahan pengisi Ada dua macam bahan pengisi dalam proses pengolahan karet, Pertama bahan pengisi yang tidak aktif, kedua bahan pengisi yang aktif atau yang menguatkan. Contoh bahan pengisi yang tidak aktif adalah kaolin, tanah liat, kalsium karbonat, magnesium karbonat, barium sulfat dan barit. Bahan pengisi aktif yaitu karbon hitam, silika, aluminium silika dan magnesium silikat. 9. Bahan pewarna Jenis karet tertentu membutuhkan warna dalam pengolahannya. Untuk keperluan inilah bahan pewarna diberikan. 10. Bahan pencegah pravulkanisasi Fungsi bahan ini mencegah terjadinya pravulkanisasi yang tidak diinginkan pada bagian ekstruder mesin acuan injeksi. Contohnya adalah Santogard PVI dan Vulcalent A.
42
11. Bahan pewangi Bau karet yang khas serta bau bahan kimia yang tidak enak dapat dihilangkan dengan
menambahkan
bahan
pewangi,
tetapi
ada
beberapa
jenis
yang
menggunakannya. contohnya yaitu Rodo 10. (Tim penulis PS,2009) 2.6.4. Pengolahan lateks pekat Prinsip pembuatan lateks pekat berdasarkan pada perbedaan berat jenis antara pertikel karet dengan serum. Serum mempunyai berat jenis lebih besar daripada partikel karet, berat jenis serum 1,024 sedangkan partikel karet hanya 0,904. Akibatnya, partikel karet akan naik ke permukaan dan serum akan terkumpul dilapisan bawah dalam proses pembuatan lateks. Ada dua macam lateks pekat yang biasa dijual dipasaran. Yang pertama adalah creamed lateks atau di Indonesia dikenal dengan nama lateks dadih. Sedangkan yang kedua adalah centrifuged latex atau disebut lateks pusingan. I.
Pengolahan creamed lateks Pembuatan creamed lateks, getah yang sudah disadap dibawa ke tempat
pengolahan didalam tangki-tangki, lalu ditambahkan gas ammonia sebanyak 4-7 g per liter lateks. Sesampainya ditempat pengolahan, lateks langsung disaring dan ditentukan
kadar
karet
kering
(KKK)
nya.
Barulah
ditambahkan
bahan
pemekat/pengental atau creaming agent. Bahan pemekat yang banyak digunakan sekarang adalah ammonium alginate. Bila digunakan ammonium alginate, dosisnya 60 mL larutan alginate 1% perliter lateks. Lateks lalu diaduk-aduk sampai rata. Pengadukan yang tidak rata bisa
43
menurunkan mutu lateks pekat. Setelah diaduk, lateks didiamkan selama 4-6 hari sampai menjadi lateks pekat. Lateks pekat yang telah jadi dikumpulkan dalam tangki. Hasil ini diaduk lagi dengan merata. Setiap liter creamed lateks yang siap diangkut perlu ditambah 7-10 g gas ammonia. II. Pembuatan lateks pusingan Lateks pusingan atau centrifuged lateks juga membutuhkan penambahan gas ammonia pada lateks kebun seperti pada pembuatan creamed lateks, tetapi jumlah yang ditambahkan lebih sedikit, cukup 2-3 g gas ammonia untuk setiap liter lateks. Lateks
yang telah
diberi
gas
ammonia
dibawa ke
pabrik
atau
tempat
pengolahan.Penambahan 2-3 g gas ammonia memungkinkan lateks tahan disimpan selama 24 jam terjadi prakoagulasi. Pengendapan selama 24 jam diperlukan agar kotoran-kotoran dan magnesium ammonium fosfat mengendap. Magnesium ammonium fosfat muncul karena penambahan ammonium pada bahan lateks. Lateks dapat dimasukkan kedalam alat pemusing atau centrifugal machine setelah dibiarkan selama 24 jam. Mesin pemusing harus dijalankan dengan kecepatan yang sesuai dan suara harus halus. Proses pemusingan memisahkan lateks kebun menjadi 2 bagian yang berlainan. Lateks pekat atau cream akan keluar dari bagian atas dan lateks encer atau skim akan keluar dari bagian bawah. Kemudian ditambahkan ammonia hingga kadarnya menjadi 7-10 g perliter lateks. Penambahan gas ammonia memungkin lateks pekat tahan disimpan dalam waktu yang cukup lama. Bila akan dikirim ke negara pembeli atau ke tempat yang
44
jauh, biasanya lateks dimasukkan kedalam drum yang bagian dalamnya telah diolesi dengan zat yang tahan lateks dan ammonia.
(Tim penulis PS,2009)
2.6.5. Pengolahan karet remah (crumb rubber) Karet remah atau crumb rubber adalah produk karet alam yang relatif baru. Dalam perdagangan dikenal dengan nama karet spesifikasi teknis. Karena penentuan kualitas dan penjenisannya dilaksanakan secara teknis dengan analisi yang mutakhir.
a. Pengolahan karet remah (spesifikasi teknis) dengan bahan baku lateks Ada beberapa proses dasar yang dilalui dalam pengolahan karet remah dengan bahan baku lateks, yaitu penerimaan dan penyaringan lateks, penggumpalan atau koagulasi, pembutiran, atau granulasi, pengeringan dan pembungkusan. Mula-mula lateks yang dikirim ke tempat pengolahan disaring dan dikumpulkan dalam bak atau tangki. Kemudian, dilakukan penggumpalan dalam bak atau tangki-tangki tersebut sehingga menghasilkan bongkahan-bongkahan atau koagulum. Pemotongan koagulum merupakan langkah yang harus dilalui sebelum dilakukan proses pembutiran. Mesin pembutiran yang biasa digunakan adalah mesin pelletiser yang mempunyai banyak pisau berputar. Hasil yang diperoleh dicuci hingga bersih kemudian dimasukkan kedalam mesin pengering. Biasanya pengeringan menggunakan mesin dan ban berjalan. Hasil akhir dari karet remah didinginkan sebelum dikemas. Berat akhir diperoleh melalui penimbangan. Ukuran bandela biasanya (28 x 17 x 7) inci, sekitar (72 x 36 x 18) cm. Berat yang ditetapkan untuk setiap bandela adalah 33 kg. Setelah dikempa, bongkah dibungkus dengan lembaran plastik polyethylene. Lembaran plastik
45
ini harus memiliki ketebalan 0,03 mm, titik cair 108oC dan berat jenis 0,92. Bungkus ini disertai tanda jenis mutu, tanda pengenal SIR, dan pabrik yang memproduksinya. Diagram 2.1. Pengolahan karet remah dari lateks Lateks segar dari kebun
saringan
Bak koagulasi (ditambah bahan koagulan dan pemutih warna)
Pembutiran (dikerjakan dengan mesin pisau berputar atau pelletiser)
pencucian
Pengeringan (dengan mesin pengering dan ban berjalan)
Pengepakan
b. Pengolahan karet remah dengan bahan baku gumpalan mutu rendah Ada pabrik yang membuat karet spesifikasi teknis dan bahan koagulum lateks atau lateks yang telah mengalami proses koagulasi. Biasanya koagulum lateks yang diolah ini bermutu rendah, contohnya slabs karet rakyat, lump kebun, lump mangkok, scraps, unsmoked sheet, dan lain-lain.
46
Bahan koagulum lateks yang bermutu rrendah ini terlebih dahulu disortir, Setelah itu bahan ini dimasukkan kedalam tangki-tangki air pembersih. Selanjutnya, bahan dibersihkan lagi dengan messin hammermill. Pada mesin ini pencucian diikuti dengan pemotongan lalu digiling dengan mesin penggilingan crepe. Hasil yang keluar dari mesin penggilingan crepe dimasukkan kedalam mesin pelletiser atau mesin dengan pisau berputar. Disini bahan mengalami proses pembutiran. Sesuai proses pembutiran, bahan mengalami perlakuan kimiawi. Larutan asam fosfat atau asam amino digunakan untuk merendamnya. Terakhir, bahan dikeringkan dan diikuti oleh proses pengepakan seperti pada karet remah yang dibuat dari bahan lateks. Diagram 2.2. Pengolahan karet remah dari karet rakyat bermutu rendah.
Slab,scrap,lump mangkok,dan lain-lain
Sortasi,pencucian, dan pemotongan
Pembersihan (dengan mesin hammermill lalu dicuci)
Penggilingan crepe
Pembutiran(dengan mesin pisau berputar atau pelletiser)
Perlakuan kimia (perendaman dalam larutan asam fosfat)
Pengeringan pengepakan
(Tim penulis PS,2009)
47
2.7. Analisa kualitas karet remah Tiap jenis kualitas karet remah mempunyai standar tertentu. Klasifikasi kualitas dilaksanakan menurut cara-cara baru dengan penggolongan berdasarkan ciriciri teknis. Yang menjadi dasar dalam spesifikasi teknis adalah kadar beberapa zat dan unsur-unsur tertentu yang terdapat dalam karet, yang berpengaruh terhadap sifat-sifat akhir produk yang dibuat dari karet. Unsur-unsur dalam penetapan kualitas secara spesifikasi teknis adalah: a) Kadar kotoran (dirt content) Kadar kotoran menjadi dasar pokok dan kriterium terpenting dalam spesifikasi, karena kadar kotoran sangat besar pengaruhnya terhadap ketahanan retak dan kelenturan barang-barang dari karet.
(setyamidjaja,1993)
Kotoran adalah benda asing yang tidak larut dan tidak dapat melalui saringan 325 mesh. Adanya kotoran didalam karet yang relativ tinggi dapat mengurangi sifat dinamika yang unggul dari vulkanisat karet alam antara lain kalor timbul dan ketahanan retak lenturnya. Kotoran tersebut juga menggangu pada pembuatan vulkanisat tipis. b)
(SNI 06-1903-2000)
Kadar abu (ash content) Penentuan kadar abu dimaksudkan untuk melindungi konsumen terhadap
penambahan
bahan-bahan
pengisi
kedalam
karet
pada
waktu
pengolahan.
(setyamidjaja,1993) Abu didalam karet terjadi dari Oksida, Karbonat dan Fosfat dari Kalium, Magnesium, Kalsium, Natrium dan beberapa unsure lain dalam jumlah yang berbeda-
48
beda. Abu dapat pula mengandung silikat yang berasal dari karet atau benda asing yang jumlah kandungannya bergantung pada pengolahan bahan mentah karet. Abu dari karet memberika sedikit gambaran mengenai jumlah bahan mineral didalam karet. Beberapa bahan mineral didalam karet yang meninggalkan abu dapat mengurangi sifat dinamika yang unggul seperti kalor timbul (heat build-up) dan ketahanan retak lentur (flex cracking resistance) dari vulkanisat karet alam. (SNI 06-1903-2000) c)
Kadar zat menguap (volatile content) Penentuan kadar zat menguap ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa karet
yang disajikan cukup kering.
(setyamidjaja,1993)
Zat menguap didalam karet sebagian besar terdiri dari uap air dan sisanya adalah zat-zat lain seperti serum yang mudah menguap pada suhu 100oC . Kadar zat menguap adalah bobot yang hilang dari potongan uji setelah pengeringan. Adanya zat yang mudah menguap didalam karet, selain dapat menyebabkan bau busuk, memudahkan tumbuhnya jamur yang dapat menimbulkan kesulitan pada waktu mencampurkan bahan-bahan kimia kedalam karet pada waktu pembuatan kompon tersebut terutama untuk pencampuran karbon black pada suhu rendah. (SNI 06-1903-2000) d)
Penetapan Plasticity Retention Index Penentuan plasticity retention index (PRI) adalah cara pengujian yang
sederhana dan cepat untuk mengukur ketahanan karet terhadap degradasi oleh oksidasi pada suhu tinggi. Pengujian ini meliputi plastisitas Wallace dari potongan uji sebelum
49
dan sesudah pengusangan didalam oven dengan suhu 140oC. Suhu dan waktu pengusangan diatur sedemikian rupa sehingga dapat memberikan perbedaan yang nyata dari berbagai jenis karet mentah. e)
(SNI 06-1903-2000)
Uji pengeras dalam penyimpanan yang dipercepat (accelerated Storage
Hardening Test) Pengerasan
karena
penyimpanan
(storage
hardening)
menunjukkan
kecenderungan meningkatnya viskositas karet alam selama penyimpanan akibat terbentuknya ikatan silang (cross links) antar molekul karet ikatan silang ini umumnya disebabkan oleh reaksi kondensasi gugusan aldehida yang terdapat secara alamiah didalam molekul karet dan kemungkinan adanya sejumlah kecil gugusan peroksida didalam karet. Accelerated Storage Hardening Test (ASHT) merupakan cara yang dipercepat yaitu dengan pengujian plastisitas Wallace dari potongan uji sebelum dan sesudah penyimpanan dalam waktu singkat dengan kondisi yang dapat mempercepat reaksi pengerasan. f)
(SNI 06-1903-2000)
Penentuan kadar nitrogen Nitrogen terdapat didalam karet terutama berasal dari protein dan dapat
digunakan sebagai petunjuk besarnya kadar protein. Walaupun banyaknya nitrogen bergantung pada jenis protein, diperkirakan kadar protein = 6,25 x kadar nitrogen. Tetapi tidak dapat dianggap sebagai kadar protein yang sebenarnya.Karet skim mengandung kadar nitrogen yang tinggi. Nitrogen ditetapkan dengan cara semi mikro Kjeldhal. Karet dioksidadi dengan pemanasan oleh campuran katalis dan asam sulfat pekat, yang merubah senyawaan nitrogen menjadi hidrogensulfat. Setelah suasana
50
dirubah menjadi basa ammonia dipisahkan dengan destilasi uap dan diikat oleh larutan standar asam borat, kemudian dititer dengan larutan standar asam sulfat. (SNI 06-1903-2000) g)
Pengujian viskositas mooney Viskositas dari karet pada umumnya diuji dengan alat “Mooney Viscometer”
yang prinsip kerjanya adalah memutar sebuah rotor yang berbentuk silinder didalam karet tersebut. Makin besar viskositas karet, makin besar pula perlawanan yang diberikan oleh karet tersebut pada rotor. (SNI 06-1903-2000) 2.8.
Manfaat karet Sebenarnya manfaat karet dalam kehidupan manusia sangatlah banyak,
mencakup hampir seluruh aspek kehidupan manusia, dari kesehatan, hiburan, transportasi, komunikasi, pendidikan, hingga industri. Karet dapat diolah menjadi aneka jenis barang yang sangat luas penggunaannya. Aneka jenis barang tersebut diantaranya sebagai berikut:
51
a. Sepatu karet
f. Pipa karet
b. Ban sepeda
g. Kabel
c. Ban mobil
h. Pembungkus logam
d. Sabuk V
i. Bantalan karet
e. Sabuk pengangkut
j. Rolkaret (Tim penulis PS,2009)