BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Buah Jambu Biji Tanaman jambu biji bukan merupakan tanaman asli indonesia. Dari berbagai sumber pustaka menyebutkan bahwa tanaman jambu biji diduga berasal dari Meksiko Selatan, Amerika Tengah, dan benua Amerika yang beriklim tropis. Buah jambu biji berbentuk bulat, bulat agak lonjong, lonjong, dan daging buah berwarna putih ada yang merah tergantung pada varietasnya. Buah memiliki kulit tipis dan permukaannya halus sampai kasar. Buah yang telah masak dagingnya lunak, sedangkan yang belum masak dagingnya agak keras dan renyah. Buah berasa manis, kurang manis, dan hambar, tergantung dari varietasnya (Bambang,2010) 2.1.1 Manfaat Dan Kandungan Buah Jambu Biji Jambu biji sangat tinggi kandungan vitamin C. Dari segi kandungan vitamin C-nya, vitamin C dari buah jambu biji putih sekitar 116-190mg, sedangkan pada jambu biji merah adalah 87mg per 100 gram jambu. Vitamin C berperan sebagai antioksidan yang berguna untuk melawan serangan radikal bebas penyebab penuaan dini dan berbagai jenis kanker (Anonim, 2006). Buah jambu biji juga bermanfaat untuk pengobatan bermacam-macam penyakit, seperti memperlancar pencernaan, menurunkan kolesterol, antioksidan, menghilangkan rasa lelah dan lesu, demam berdarah, dan sariawan.(Bambang, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Adapun kandungan gizi pada jambu biji dapat dilihat dalam tabel berikut: Komponen gizi
Jumlah
Komponen gizi
Jumlah
Karbohidrat
11.88 g
Vitamin C
183,5 mg
Protein
0.82 g
Vitamin A
792 UI
Serat
5,4 g
Niacin
1,2 mg
Lemak total
0,6 g
Kalium
284 mg
Kalsium
20 mg
Riboflavin
0,05 mg
Besi
0,31 mg
Vitamin B6
0,143 mg
Magnesium
10 mg
Vitamin E
1,120 mg_ATE
Fosfor
25 mg
Asam pantotenat
0,150 mg
Natrium
3 mg
Vitamin B1
0,05 mg
Folat
14 mcg
Sumber : rujukan standar pada pusat gizi USDA keluaran 14 (july 2001) (Anonim,2001). 2.1.2 Taksonomi Tanaman Buah Jambu Biji Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Myrtales
Familia
: Myrtaceae
Genus
: Psidium
Spesies
: Psidium guajava L. (Arief ,2010).
2.2 Kulit Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan dari luar (Tranggono, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya. Lapisan lemak tersebut terutama berfungsi untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit. Kulit juga mengandung air sebagai pelembab alami, meskipun sedikit (hanya 10%) tetapi sangat penting karena kelembutan dan elastisitas kulit tergantung pada air yang dikandungnya dan bukan pada kandungan lemaknya. Bila kadar air di dalam kulit sedikit maka kulit akan kering dan pecah-pecah. Keadaan ini menyebabkan mikroorganisme, kotoran, sisa sabun, dan lain-lain akan masuk pada kulit yang pecah-pecah tersebut sehingga menimbulkan berbagai gangguan kebersihan dan kesehatan serta menjadi sumber infeksi (Tranggono, 2007). 2.2.1 Anatomi Kulit Kulit terbagi atas tiga lapisan utama, yaitu: epidermis, dermis, dan subkutis (subkutan). 1. Lapisan Epidermis Adalah lapisan kulit yang paling luar. Lapisan ini terdiri atas: •
Stratum corneum (lapisan tanduk) Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, yaitu jenis protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar.
•
Stratum lucidum (lapisan jernih)
Universitas Sumatera Utara
Berada tepat dibawah stratum corneum. Merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung eleidin. Lapisan ini tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. •
Stratum granulosum (lapisan berbutir-butir) Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti mengkerut.
•
Stratum spinosum (lapisan malphigi) Sel berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein.
•
Stratum germinativum (lapisan basal) Adalah lapisan terbawah epidermis. Di lapisan ini juga terdapat sel-sel melanosit yaitu sel yang membentuk pigmen melanin (Tranggono, 2007).
2. Lapisan Dermis Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa dengan elemenelemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian: •
Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol kedalam epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
•
Pars retikulare, yaitu bagian bawahnya yang menonjol kearah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen elastis dan retikulin.
Universitas Sumatera Utara
3. Lapisan Subkutan Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar, berisi sel-sel lemak didalamnya. Fungsi dari lapisan hipodermis yaitu membantu melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik dan mengatur panas tubuh. Jumlah lemak pada lapisan ini akan meningkat apabila makan berlebihan. Jika tubuh memerlukan energi ekstra maka lapisan ini akan memberikan
energi
dengan
cara
memecah
simpanan
lemaknya
(Wirakusumah, 1994). 2.2.2 Fungsi Kulit Kulit sebagai organ tubuh yang paling utama mempunyai beberapa fungsi (Dhody, 1998), diantaranya sebagai berikut: a. Kulit sebagai pelindung dan filter tubuh Kulit memiliki kemampuan untuk memilih bahan-bahan penting yang diperlukan oleh tubuh,seperti mencegah bakteri penyakit dan zat kimia yang masuk kedalam tubuh. Di samping itu, kulit juga dapat melindungi tubuh dari bahaya lingkungan, seperti panas sinar matahari, benturan fisik, dingin, hujan, dan angin dengan cara membentuk perlindung asam kulit secara alamiah, juga berfungsi mengekskresi. Fungsi proteksi (Dwikarya, 2003), terjadi karena beberapa hal: 1. Keasaman (pH) kulit akibat keringat dan lemak kulit (sebum) menahan dan menekan bakteri dan jamur yang berada di sekitar kulit. 2. jaringan kolagen dan jaringan lemak menahan atau melindungi organ tubuh dari benturan.
Universitas Sumatera Utara
b. Kulit sebagai pengatur suhu tubuh Kulit berfungsi membantu menjaga agar suhu tubuh tetap optimal dengan cara melepaskan keringat ketika tubuh terasa panas, lalu keringat akan menguap dan tubuh akan terasa dingin kembali. Sebaiknya, bila tubuh merasa kedinginan maka pembuluh darah dalam kulit akan menyempit (vasokonstriksi) sehingga panas tubuh akan tetap tertahan. c. Kulit menjaga kelembaban tubuh Kelembaban dijaga dengan cara mencegah keluarnya cairan dalam tubuh. Lapisan kulit bersifat kenyal, terutama pada bagian lapisan tanduknya sehingga air tidak mudah keluar dari dalam tubuh. Kulit juga mempunyai daya mengikat air yang sangat kuat, yaitu mencapai empat kali beratnya sehingga mampu mempertahankan teksturnya sendiri. d. Kulit sebagai system syaraf yang sensitif Kulit memiliki system saraf yang sangat peka terhadap pengaruh atau ancaman dari luar, seperti dingin, panas, sentuhan, tekanan, dan sakit. Oleh karena itu, kulit akan segera memberikan reaksi bila ada tanda-tanda awal dari system syaraf tersebut seperti rasa gatal dan kemerahan. 2.2.3 Jenis Kulit Ditinjau dari sudut perawatan (Wasitaatmadja, 1997), kulit terdiri atas 3 jenis: 1. Kulit Normal Merupakan kulit yang ideal yang sehat, tidak mengkilap atau kusam, segar dan elastis dengan minyak dan kelembaban cukup. 2. Kulit Berminyak
Universitas Sumatera Utara
Adalah kulit yang mempunyai kadar minyak permukaan kulit yang berlebihan sehingga tampak mengkilat, kotor dan kusam. Biasanya pori kulit lebar sehingga kesannya kasar dan lengket. 3. Kulit Kering Adalah kulit yang mempunyai lemak permukaan kulit yang kurang atau sedikit sehingga pada perabaan terasa kering, kasar karena banyak lapisan kulit yang lepas dan retak, kaku atau tidak elastis dan mudah terlihat kerutan. 2.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecantikan Kulit Masalah yang terjadi pada kulit disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari dalam tubuh sendiri maupun dari luar (Wirakusumah, 1994), Adapun beberapa faktornya adalah sebagi berikut: a. Ras (bawaan) keadaan kulit seseorang dapat tercermin pada kulit kedua orang tuanya. Misalnya warna kulit ada yang hitam, putih, atau sawo matang. Demikian pula dengan kulit halus, kasar atau berminyak. b. Hormon Kadar hormon estrogen (pada wanita) dan progesteron (pada pria) dalam tubuh sangat mempengaruhi keadaan kulit. Misalnya timbulnya jerawat pada saat menstruasi yang disebabkan meningkatnya hormon estrogen. Hormon estrogen ini juga berperan dalam proses regenerasi kulit. c. Alergi Bagi sebagian orang ada memiliki jenis kulit sensitif dan alergi terhadap benda-benda atau zat tertentu. Seperti perhiasan, jam tangan, kosmetik
Universitas Sumatera Utara
maupun makanan. Gejala alergi ini dapat dilihat dengan berubahnya warna kulit menjadi kemerahan, terasa gatal, menjadi bengkak bahkan sampai ada yang terluka. d. Iklim Sinar ultra violet yang tinggi dapat menimbulkan efek kurang baik pada kulit. Misalnya kulit akan menjadi kering. Oleh karena itu perlu perlindungan ketika beraktivitas di tempat yang terkena sinar matahari langsung, misalnya dengan menggunakan topi, payung, maupun krim tabir surya. e. Stres Faktor psikologi dapat pula mempengaruhi kecantikan kulit, baik secara langsung maupun tidak langsung. 2.3 Krim Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair di formulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat di cuci dengan air dan lebih di tujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika (Ditjen POM, 1995). Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaiaan luar (Ditjen POM, 1979). Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Emulsi air dalam minyak atau emulsi W/O seperti cold cream. b. Emulsi minyak dalam air atau O/W seperti vanishing cream . Basis yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air, dan dikenal dengan sebagai krim. Basis vanishing cream termasuk golongan ini (Lachman,1994). Untuk penstabilan krim ditambahkan zat antioksidan dan zat pengawet. Zat pengawet yang sering digunakan adalah nipagin 0,12-0,18% dan nipasol 0,020,05% (Anief, 2004). 2.3.1 Krim Tangan dan Badan Krim tangan dan badan adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud melindungi kulit supaya tetap halus dan lembut, tidak kering, tidak bersisik, dan tidak mudah pecah. Kulit mengeluarkan lubrikan alami yaitu sebum untuk mempertahankan agar permukaan kulit tetap lembut, lunak, dan terlindungi. Krim tangan dan badan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Memberikan sumber kelembaban yang siap digunakan oleh kulit 2. Memberikan lapisan tipis minyak yang bersifat seperti sebum dan tidak mempengaruhi respirasi kulit 3. Memberikan rasa lembut dan halus pada kulit,tidak terlalu berminyak 4. Mudah dikontrol (Ditjen POM, 1985). 2.3.2 Krim Pelembab Umumnya krim pelembab terdiri dari berbagai minyak nabati, hewan, maupun sintetis yang dapat membentuk lemak permukaan kulit buatan untuk melenturkan lapisan kulit yang kering dan kasar, dan mengurangi penguapan air dari sel kulit namun tidak dapat mengganti seluruh fungsi dan kegunaan minyak
Universitas Sumatera Utara
kulit awal. Kosmetika pelembab kulit umumnya berbentuk sediaan dalam bentuk cairan minyak tersebut (moisturizing oil), atau campuran minyak dalam air (moisturizing cream) dan dapat ditambah atau dikurangi zat tertentu untuk tujuan khusus (Wasitaatmadja, 1997). Cara mencegah penguapan air dari sel kulit (Wasitaatmadja, 1997), adalah: 1. Menutupi permukaan kulit dengan minyak (oklusif) 2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan dalam kulit 3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat hidrofilik yang menyerap air 4. memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruh sinar matahari yang dapat mengeringkan kulit 2.4 Emulsi Emulsi dinyatakan sebagai sistem minyak dalam air (m/a), jika fase dispersi merupakan fase yang tidak campur dengan air, dan air merupakan fase kontinyu. Jika terjadi sebaliknya maka emulsi tersebut dinyatakan emulsi air dalam minyak (a/m). Dalam sediaan emulsi kosmetika, biasanya fase air dan fase minyak bukan merupakan komponen tunggal, tetapi dalam setiap fase tersebut kemungkinan mengandung beberapa macam komponen. Pada umumnya, sebagian besar kosmetika yang beredar adalah sistem minyak dalam air, karena mudah menyebar pada permukaan kulit. Dengan pemilihan formula yang tepat, akan diperoleh emulsi yang tidak berlemak dan tidak lengket (Ditjen POM, 1985). Zat pengemulsi (emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsi yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan
Universitas Sumatera Utara
membentuk film (lapisan) disekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen atau terpisahnya cairan dispers sebagai fase terpisah. Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe M/A dimana tetes minyak terdispersi dalam fase air dan tipe A/M dimana fase intern adalah air dan fase extern adalah minyak (Anief, 2004). Keuntungan dari tipe emulsi m/a (Voight, 1995), adalah: 1.
Mampu menyebar dengan baik pada kulit
2.
Memberi efek dingin terhadap kulit
3.
Tidak menyumbat pori-pori kulit
4.
Bersifat lembut
5.
Mudah dicuci dengan air sehingga dapat hilang dengan mudah dari kulit
2.4.1 Stabilitas Emulsi Umumnya suatu emulsi dianggap tidak stabil secara fisik jika : a. Fase dalam atau fase terdispersi pada pendiaman cenderung untuk membentuk agregat dari bulatan-bulatan. b. Jika bulatan-bulatan atau agregat dari bulatan naik kepermukaan atau turun kedasar emulsi tersebut akan membentuk suatu lapisan pekat dari fase dalam. c. Jika semua atau sebagian dari cairan fase dalam tidak teremulsikan dan membentuk suatu lapisan yang berbeda pada permukaan atau pada dasar emulsi, yang merupakan hasil dari bergabungnya bulatan-bulatan fase dalam. Disamping itu suatu emulsi mungkin sangat dipengaruhi oleh kontaminasi dan pertumbuhan mikroba serta perubahan fisika dan kimia lainnya (Ansel, 1989).
Universitas Sumatera Utara
2.5 Bahan-Bahan Sediaan Krim Pelembab Bahan-bahan yang digunakan mencakup emolien, zat sawar, zat humektan, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna (Ditjen POM, 1985). a. Emolien Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol. b. Zat sawar Bahan-bahan yang biasa yang digunakan adalah paraffin wax, asam stearat. c. Humektan Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban diantara produk dan udara, baik didalam kulit maupun diluar kulit.Biasanya bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara dan menahan air agar tidak menguap. d.
Zat pengemulsi Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan-bahan secara merata (homogen), misalnya gliseril monostearat, trietanolamin (Wasitaatmadja, 1997).
e.
Pengawet Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat antikuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil. Selain itu juga dapat bersifat antioksidan yang dapat menangkal terjadinya oksidasi (Wasitaatmadja, 1997).
Universitas Sumatera Utara
e.
Parfum Pemilihan sediaan krim biasanya didasarkan atas nilai keindahan dan wangi yang ditimbulkan dari parfum dapat menambah daya tarik konsumen untuk memilih produk yang ditawarkan oleh produsen (Lachman, 1994).
2.6 Silika Gel Silika gel (SiO2) adalah terhidrat sebagian, amorf, terdapat dalam bentuk granul seperti kaca dengan berbagai ukuran. Jika digunakan sebagai pengering, sering kali disalut dengan senyawa yang berubah warna jika kapasitas penyerapan air telah habis. Bahan berwarna tersebut dapat di kembalikan (dapat menyerap air kembali) dengan memanaskannya pada suhu 110o hingga gel berubah warna semula (Ditjen POM, 1995).
Universitas Sumatera Utara