BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pisang Pisang merupakan tanaman yang memiliki banyak kegunaan, mulai dari buah, batang, daun, kulit hingga bonggolnya. Tanaman pisang yang merupakan suku Musaceae termasuk tanaman yang besar memanjang. Tanaman pisang sangat menyukai sekali pada daerah yang beriklim tropis panas dan lembab terlebih didataran rendah. Ditemui pula di kawasan Asia Tenggara, seperti Malaysia, Indonesia serta termasuk pulau Papua, Australia Topika, Afrika Tropi. Pisang dapat berubah sepanjang tahun pada daerah dengan hujan merata sepanjang tahun. Umumnya, kebanyakan orang memakan buah pisang saja dan kulitnya akan dibuang begitu saja. Menurut Suhartono (2011), menyebutkan bahwa pisang kepok (Musa acuminate L.) merupakan produk yang cukup baik dalam pengembangan sumber pangan lokal karena pisang tumbuh di sembarang tempat sehingga produksi buahnya selalu tersedia, kulit buah kuning kemerahan dengan bintikbintik coklat. Berikut adalah klasifikasi dari buah pisang kepok (Musa acuminate L.): Kingdom
: Plantae
Filum
: Magnoliophta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Zingiberalez 6
7
Famili
: Musaceae
Genus
: Musa
spesies
: Musa acuminate L. Penyebaran tanaman ini selanjutnya hampir merata ke seluruh dunia,
yakni meliputi daerah tropik dan subtropik, dimulai dari Asia Tenggara ke Timur melalui Lautan Teduh sampai ke Hawai. Selain itu, tanaman pisang menyebar ke barat melalui Samudra Atlantik, Kepulauan Kenari, sampai Benua Amerika. Pisang yang dikenal sampai saat ini merupakan keturunan dari spesies pisang liar yaitu Musa acuminata dan Musa balbisiana. Pisang kepok memiliki tinggi 370 cm dengan umur berbunga 13 bulan. Batangnya berdiameter 31 cm dengan panjang daun 258 cm dan lebar daun 90 cm, sedangkan warna daun serta tulang daun hijau tua. Bentuk jantung spherical atau lanset. Bentuk buah lurus dengan panjang buah 14 cm dan diameter buah 3,46 cm. Warna kulit dan daging buah matang kuning tua. Produksi pisang kepok dapat mencapai 40ton/ha (Firmansyah, 2012). Pisang merupakan jenis buah yang paling paling umum ditemui tak hanya di perkotaan tetapi sampai ke pelosok desa. Ada berbagai jenis buah pisang salah satunya adalah pisang kepok. Jenis yang satu ini memiliki ciri-ciri bentuk buah yang cenderung pipih dan tidak bulat memanjang seperti varian pisang lainnya. Maka dari itu, disebut juga dengan nama pisang gepeng. Pisang kepok ini termasuk jenis pisang yang lebih enak dikonsumsi setelah diolah. Pisang kepok ada dua jenis yaitu pisang kepok kuning dan pisang kepok putih. Pisang dengan daging berwarna kuning biasanya jauh lebih mahal karena
8
rasanya memang lebih enak jika dibandingkan dengan pisang kepok daging putih. Pada dasarnya pisang kepok ini bisa tumbuh dimana saja, namun untuk kualitas buah yang baik, biasanya pada persyaratan lahan tanam yang harus dipenuhi. Secara kasat mata dari luar bentuk pisangnya hampir sama. Hanya nanti saat daging buahnya diiris, baru terlihat kalau kepok kuning berwarna kekuningan, sedangkan kepok putih lebih pucat. Rasa kepok kuning lebih manis, sedangkan yang kepok putih lebih asam. 1. Jenis Pisang kepok a. Pisang Kepok Putih Bentuknya lebih kecil dan kulitnya tipis, isinya empuk namun rasanya kurang enak dan biasanya digunakan unuk makanan burung. Selain biji-bijian, burung juga memerlukan buah. Buah yang paling umum dijadikan konsumsi burung kicauan adalah pisang, apel, dan pepaya. Meskipun di alam aslinya, burung kicauan ini mengkonsumsi segala macam buah. Pisang yang paling lazim dikonsumsi burung kicauan adalah kepok putih. Selain itu kulit pisang kepok putih cukup kuat, sementara daging buahnya tidak cepat busuk dan aromanya sangat harum. Di kios-kios penjual pakan burung, pisang kepok putih sangat dominan. Sebab kepok putih justru tidak lazim dikonsumsi manusia sebagai buah meja (pisang segar), pisang rebus maupun pisang goreng.
9
Gambar 1. Pisang Kepok Putih b.
Pisang Kepok Kuning (atau biasa disebut Merah) Bentuknya lebih besar dengan kulit lebih tebal, isi lebih padat dan rasanya lebih enak sehingga harganya juga lebih mahal dari Kepok Putih. Biasanya banyak diolah sebagai Pisang Goreng. Bentuk buah pisang kepok agak gepeng dan bersegi. Karena bentuknya gepeng, ada yang menyebutnya pisang gepeng. Ukuran buahnya kecil, panjangnya 10-12 cm dan beratnya 80120 g. Kulit buahnya sangat tebal dengan warna kuning kehijauan dan kadang bernoda
coklat.
Gambar 2. Pisang Kepok Kuning 2. Pohon Pisang Kepok Tanaman pisang termasuk dalam golongan monokotil tahunan berbentuk pohon yang tersusun atas batang semu. Batang semu ini merupakan
10
tumpukan pelepah daun yang tersusun secara rapat teratur. Percabangan tanaman bertipe simpodial dengan meristem ujung memanjang dan membentuk bunga lalu buah. Bagian bawah batang pisang menggembung berupa umbi yang disebut bonggol. Pucuk lateral (sucker) muncul dari kuncup pada bonggol yang selanjutnya tumbuh menjadi tanaman pisang. Buah pisang umumnya tidak berbiji/bersifat partenokarpi. Pisang Kepok cocok untuk makanan olahan. Jenis pisang kepok yang lebih dikenal adalah pisang kepok putih dan pisang kepok kuning dengan warna daging buah sama seperti namanya. Daging buah bertekstur agak keras dengan aroma yag kurang harum. Kulit buah sangat tebal dan berwarna hiaju kekuningan pada buah yang telah masak. Pisang kepok kuning rasanya lebih enak daripada pisang kepok putih. Dalam satu tandan dapat mencapai 10-16 sisir (satu sisir berisi 20 buah pisang) dengan berat per tandan 14-22 kg.
Gambar 3. Pohon Pisang Kepok
11
1. Kandungan energi yang ada dalam pisang a. Kandungan energi yang ada dalam pisang Nilai energi pisang sekitar 136 kalori untuk setiap 100 gram, yang secara keseluruhan berasal dari karbohidrat. Nilai energi pisang dua kali lipat lebih tinggi dari pada apel, apel dengan berat sama (100 gram) hanya mengandung 54 kalori. Karbohidrat pisang hanya menyediakan energi sedikit lebih lambat dibandingkan dengan gula pasir dan sirup, tetapi lebih cepat dari nasi, biskuit, dan sejenis roti. Oleh sebab itu, banyak atlet saat jeda atau istirahat mengonsumsi pisang sebagai cadangan energi. Kandungan energi pisang merupakan energi instan, yang mudah tersedia dalam waktu singkat, sehingga bermanfaat dalam menyediakan kebutuhan kalori sesaat. Karbohidrat pisang merupakan karbohidrat kompleks tingkat sedang dan tersedia secara bertahap, sehingga dapat menyediakan energi dalam waktu tidak terlalu cepat. Karbohidrat pisang merupakan cadangan energi yang sangat baik digunakan dan dapat secara cepat tersedia bagi tubuh. Gula pisang merupakan gula buah, yaitu terdiri dari fruktosa yang mempunyai indek glikemik lebih rendah dibandingkan dengan glukosa, sehingga cukup baik sebagai penyimpanan energi karena sedikit lebih lambat dimetabolisme. Sehabis bekerja keras atau berpikir, selalu timbul rasa kantuk. Keadaan ini merupakan tanda- tanda otak kekurangan energi, sehingga aktifitas secara biologis juga menurun.
12
Untuk melakukan aktifitasnya, otak memerlukan energi berupa glukosa. Glukosa darah sangat vital bagi otak untuk dapat berfungsi dengan baik, antara lain diekspresikan dalam kemampuan daya ingat. Glukosa tersebut diperoleh dari sirkulasi darah otak karena glikogen sebagai cadangan glukosa sangat terbatas keberadaannya. Glukosa darah didapat dari asupan makanan sumber karbohidrat. Pisang adalah alternatif terbaik untuk menyediakan energi di saat- saat istirahat atau jeda, pada waktu otak sangat membutuhkan energi yang cepat tersedia untuk aktivitas biologis. Kandungan protein dan lemak pisang kurang bagus dan sangat rendah, yaitu hanya 2,3 persen dari 0,13 persen. Meski demikian, kandungan lemak dan protein pisang masih lebih tinggi dari apel, yang hanya 0.3 persen. Karena itu, tidak perlu takut kegemukan walau mengkonsumsi pisang dalam jumlah banyak (http://kandungan energi dalam pisang). b. Mineral Pisang kaya mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, kalsium, dan basi. Bila dibandingkan dengan jenis makanan nabati lain, mineral pisang khususnya besi, hampir seluruhnya ( 100 persen ) dapat diserap tubuh. Berdasarkan berat kering, kadar besi pisang dapat mencapai 2 miligram per 100 gram dan seng 0,8 mg, dibandingkan dengan apel, yang hanya mengandung 0,2 mg besi dan 0,1 mg seng untuk berat 100 gram. Kandungan vitaminnya sangat tinggi, terutama provitamin A, yaitu betakaroten, sebesar 45 mg per 100 gram berat kering, sedangkan pada apel 15
13
mg. Pisang juga mengandung vitamin B, yaitu tiamin, riboflavin, niasin, dan vitamin B6 (piridoxin). Kandungan vitamin B6 pisang cukup tinggi, yaitu 0,5 mg per 100 gram. Selain berfungsi sebagai koenzim untuk beberapa reaksi dalam metabolisme, vitamin B6 berperan dalam sintesis dan metabolisme protein, khususnya seretonin. Seretonin diyakini berperan aktif sebagai neutransmiter dalam kelancaran fungsi otak (http://kandungan mineral). B. Kulit Pisang Kulit pisang merupakan bahan buangan atau limbah buah pisang yang cukup banyak jumlahnya. Umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata, hanya dibuang sebagai limbah organik saja atau digunakan sebagai makanan ternak seperti kambing, sapi dan kerbau. Jumlah dari kulit pisang cukup banyak yaitu sekitar 1/3 dari buah pisang yang belum dikupas. Kulit pisang juga menjadi salah satu limbah dari industri pengolahan pisang, namun bisa dijadikan teknologi dalam penjernihan air (Lubis, 2012). Seringkali kulit pisang dianggap sebagai barang tak berharga alias sampah. Ternyata dibalik anggapan tersebut, kulit pisang memiliki kandungan vitamin C, B, Kalsium, Protein dan lemak yang cukup baik. Selain itu, kulit pisang menyimpan tegangan tanaga listrik. Kandungan tenaga listrik yang ada pada kulit pisang bisa dimanfaatkan untuk menggantikan tanaga batu baterai (Mashur, 2011)
14
Manfaat Kulit Pisang
Ada beberapa manfaat kulit pisang yang bisa kita dapatkan, diantaranya dapat meningkatkan kadar serotonin, baik untuk kesehatan mata, sebagai antioksidan alami, mengurangi degenerasi makula, mengurangi resiko terkena penyakit mata katarak, mampu memurnikan air dan logam berat dalam tubuh, meredakan nyeri, menggatasi gatal pada kulit, mempercepat kesembuhan luka, mengobati kutil pada kulit
C. Minyak jelantah Minyak Jelantah adalah minyak yang telah digunakan secara berulangulang kali, sehingga akan mengalami perubahan fisik, warna menjadi hitam atau kemerah -merahan dan sifat kimia sehingga tidak baik digunakan untuk mengolah makanan karena akan memberi dampak buruk terhadap kesehatan. Minyak sawit merupakan salah satu bahan pokok yang memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Minyak sawit digunakan secara luas oleh masyarakat untuk menggoreng berbagai jenis makanan, baik untuk keperluan rumah tangga, usaha kecil atau menengah maupun industri. Pada umumnya, masyarakat menggunakan minyak sawit secara berulang untuk satu atau beberapa jenis makanan. Minyak yang telah digunakan secara berulang ini akan mengalami perubahan fisik dan sifat kimia sehingga tidak baik digunakan untuk mengolah makanan karena akan memberi
15
dampak buruk terhadap kesehatan. Minyak bekas pakai ini lebih sering atau lebih dikenal dengan sebutan minyak jelantah. Dari fenomena kehidupan masyarakat sehari-hari, khususnya pada produsen makanan, minyak sawit digunakan dalam jumlah besar sesuai dengan kebutuhan usahanya. Minyak yang telah digunakan secara berulang ini ada yang dibuang begitu saja sehingga akan mencemari lingkungan dan ada juga yang dijual murah kepada penadah minyak jelantah. Penadah minyak jelantah mengolah minyak tersebut dengan berbagai macam cara sehingga minyak ini akan kembali jernih sehingga menyerupai minyak sawit baru. Namun, sangat disayangkan penjernihan ini dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan berbahaya dikarenakan kurangnya ilmu pengetahuan atau kurangnya pengawasan dari pihak yang bertanggungjawab. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu alternatif untuk mengatasi masalah ini sehingga minyak jelantah dapat digunakan lagi secara aman.
Gambar 4. Minyak Jelantah D. Pengenalan minyak dan lemak Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan Lipitida. Satu sifat yang khas dan mencirikan golongan lipitida
16
adalah daya larutnya dalam pelarut organik, misalnya : eter, benzene, dan khloroform, tetapi tidak dapat dalam pelerut air ( Sudarmaji, 1999). Berdasarkan sumbernya minyak dan lemak dapet dibagi menjadi dua bagian besar yaitu bersumber dari hewan seperti babi, sapi, domba dan hewanhewan laut seperti sardin, ikan paus dan sebagainya, sedang yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan meliputi dari jenis tanaman kacang-kacangan seperti kedelai, kacang tanah dan jenis tanaman serealia seperti jagung, beras dan banyak sumber-sumber minyak lainnya seperti biji kapas, bunga matahari, minyak jambu mete, lemak tengkawang dan lemak coklat (Tien R.Muchtadi Sugiyono, 1992). Lemak dan minyak merupakan zat gizi yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia, selain itu lemak atau minyak juga merupakan sumber energi dalam aktivitas tubuh manusia. Lemak atau minyak yang dioksidasi secara sempurna dalam tubuh menghasilkan 9,3 kalori per 1 gram. Sedangkan protein dan karbohidrat masing-masing menghasilkan 4,1 dan 4,2 kalori setiap gram (Tien R. Mukhtadi Sugiono, 1992). Lemak dan minyak dalam bidang biologi dikenal sebagai salah satu bahan penyusun dinding sel dan penyusun bahan-bahan biomolekul. Minyak atau lemak khususnya minyak nabati mengandung asam lemak tak jenuh esensial yaitu linoleat dan linolenat. Disamping itu lemak dan minyak juga merupakan sumber alamiah vitamin- vitamin A, D,E dan K (Sudarmadji, 1989).
17
Dalam pengelolaan makanan minyak dan lemak sebagai penghantar panas, menambah kalori dan memperbaiki tekstur dan cita rasa bahan pangan. Lemak menurut asalnya: a. Lemak nabati yaitu lemak yang mengandung fitosterol dan asam lemak tak jenuh yang baik. Terdiri dari : 1). Drying oil yaitu keras bila lapisan kering di udara, Misal : minyak cat pernis. 2). Semi drying oil yaitu terdapat pada minyak jagung dan bunga matahari. 3). Non drying oil yaitu terdapat pada minyak kelapa dan kacang. b. Lemak hewani yaitu minyak yang mengandung kolesterol. Ada yang berbentuk cair, misal : minnyak ikan paus Ada yang berbentuk padat, misal : lemak susu, babi dan sapi ( EG. Winarno, 1986). 1. Sifat fisika kimia minyak dan lemak a. Sifat fisik meliputi : 1). Warna Warna minyak dan lemak disebabkan oleh adanya pigmen, karena asam-asam lemak dan gliserida-gliseridanya tidak berwarna. Warna orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karotin yang larut dalam minyak atau
lemak
tersebut.
Karotin
merupakan
hidrokarbon
yang
polyyunsasaturated ( sangat tidak jenuh ). Apalagi minyak atau lemak dihidrogenasi, maka akan terjadi pula hidrogenasi pada pigmen yang
18
dikandungnya, sahingga akibatnya terjadi
pengurangan warna pada
minyak tersebut. Karotin tidak stabil dapa suhu tinggi dan bila minyak diolah dengan merupakan uap panas, maka karotin akan kehilangan warnanya. Selain itu karotin tidak terpisahkan dengan proses oksidasi walaupun minyak atau lemak tersebut menjadi tengik. Akan tetapi karotin dapat diserap oleh beberapa absorben seperti “fullers earth” , sehingga minyak atau lemak tersebut tidak berwarna kuning lagi. Warna gelap yang terdapat pada beberapa minyak yang telah mengalami proses kerusakan oksidatif, disebabkan oleh terjadinya proses oksidasi tocopherol yang terdapat pada minyak atau lemak tersebut. Kadang-kadang ada minyak yang berwarna hijau, hal itu disebabkan pigmen clorophyl pada minyak tersebut yang mungkin terikat dari bahan mentahnya. Pigmen coklat biasanya hanya terdapat pada minyak atau lemak yang berasal dari bahan yang telah busuk. Hal itu dapat pula karana adanya pelepasan molekul karbohidrat dan protein yang disebabkan oleh karena aktifitas enzim-enzim seperti peroksidase, plypeptidase dan enzim oksidase. 2). Bau Lemak atau bahan pangan berlemak, seperti seperti lemak babi, mentega, krim, susu bubuk, hati dan bubuk kuning telur dapat menghasilkan bau yang tidak enak. Bau amis dapat juga disebabkan oleh interaksi trimetil amin oksida dengan ikatan rangkap dari lemak tidak jenuh.
19
3). Kelarutan Suatu zat dapat larut dalam pelarut jika mempunyai nilai polaritas yang sama, yaitu zat polar dalam pelarut non polar. Minyak dan lemak tidak larut dalam air, kecuali minyak jarak. Minyak dan lemak hanya sedikit larut dalam alkohol, tetapi akan melanda etil ater, karbon disulfida dan pelarut-pelarut halogen ( S. Ketaren, 1986). E. Fungsi Minyak Goreng Minyak dan lemak merupakan sumber energi yang potensial dalam makanan, karena dapat mengeluarkan energi sebasar 9 kkal setiap gramnya. Sedangkan karbohidrat dan protein hanya mampu mengeluarkan energi sebesar 4 kkal per gram. Minyak dan lemak juga merupakan pelarut vitamin tertentu dan menimbulkan flavor pada makanan. Minyak dan lemak dalam bentuk trigleserida, phospholipid, cholesterol, dan ester cholesterol mempunyai peranan yang sangat penting dalam struktur, komposisi, dan permeabilitas membran sel dan dinding sel. Minyak dan lemak merupakan komponen yang terbesar dalam jaringan adiposa. Jaringan adiposa berperanan sebagai isolasi thermal untuk tubuh, pelindung terhadap “schock” dari luar organ-organ internal dan dapat pula mempengaruhi bentuk tubuh. F. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas minyak Faktor-faktor yang akan mempengaruhi stabilitas minyak pada waktu proses penggorengan harus mendapat perhatian, faktor-faktor tersebut ialah :
20
a. Suhu Karena dapat mempengaruhi rupa, flavor, warna, stabilitas minyak dan daya serap minyak oleh bahan minyak yang digoreng. Menurut Jacobsan (1967) penggunaan suhu rendah dalam penggorengan dapat mempertahankan stabilitas minyak. b. Oksigen Udara atau oksigen mempunyai pengaruh terhadap minyak selama proses penggorengan, yang dapat mempengaruhi minyak dengan cepat. Masuknya udara dalam minyak tidak dapat dihindarkan oleh kerena adanya pengadukan dan aliran koveksi dalam minyak. c. Kandungan Asam Lemak Bebas Kandungan asam lemak bebas dalam minyak akan naik pada waktu proses penggorengan. Naiknya kandungan asam lemak bebas dalam minyak, berhubungan dengan kadar ketidak jenuhan minyak. Hal ini dapat dibuktikan pada proses penggorengan dengan memakai minyak kelapa. d. Komposisi bahan makanan Kerusakan minyak dapat dipercepat oleh adanya air, protein, lemak, hidrokarbon dan bahan lain yang berasal dari makanan yang digoreng. Pada suhu tinggi air akan menghidrolisa gliserida-gliserida minyak menjadi gliserol dan asam lemak bebas. Gliserol selanjutnya akan pecah menjadi akrolein yang mempunyai bau pedas dan merangsang keluarnya air mata. Lemak yang berasal dari bahan makanan yang digoreng dapat
21
mempengaruhi daya tahan minyak terhadap panas (Bambang Djatmiko, Acmad Basrah Enie, 1985). G. Bilangan Penyabunan 1. Definisi Bilangan penyabunan adalah jumlah mg KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas dan untuk menyabunkan ester dalam 1 gram zat. Ditetapkan kadarnya dengan metode Asidimetri. 2. Proses terbentuknya bilangan penyabunan pada minyak Lipid merupakan senyawa yang berperan penting dalam komponen struktur membran sel. Termasuk didalamnya lemak dan minyak dalam bentuk trigliserol sebagai sumber penyimpan energi, lapisan pelindung, dan insulator organ – organ tubuh beberapa jenis lipid berfungsi sebagai sinyal kimia, pigmen, juga sebagai vitamin dan hormon. Lipid secara umum tidak larut dalam air namun larut dalam pelarut organik nonpolar dan semipolar seperti benzen, eter dan klorofom. Berdasarkan komponen dasarnya lipid terbagi dalam komponen sederhana (simpel lipid), lipid majemuk, dan lipid turunan. Berdasarkan sumbernya, lipid dikelompokan sebagai lemak hewan, lemak susu, dan minyak ikan. Klasifikasi lipid terdiri dari lipid majemuk yaitu lipid yang mengandung asam lemak yang dapat disabunkan, sedangkan lipid sederhana tidak mengandung asam lemak dan tidak dapat disabunkan. Bilangan penyabunan merupakan jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram lemak atau minyak. Apabila sejumlah
22
minyak disabunkan dengan larutan KOH berlebih, maka KOH akan bereaksi dengan trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan satu molekul minyak. Karena bilangan penyabunan ini menentukan jumlah alkali yang bereaksi. Bilangan penyabunan: R1COOCH2 R2COOCH R3COOCH2
(trigliserida)
CH2OH +
KOH
kalor
CHOH
+
(R1R2R3) COOK
CH2OH
(gliserol)
Semakin banyak yang bereaksi maka kualitas minyak semakin baik, begitu juga sebaliknya. Pada minyak baru jumlah alkali yang bereaksi lebih banyak karena tidak ada zat pengotor yang menghalanginya untuk bereaksi dengan KOH. Pada saat dipanaskan minyak dan alkohol yang pada mulanya tidak bercampur menjadi bercampur, ini disebabkan karena bila lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali, ester terkonversi menjadi gliserol dan garam dari asam lemak. Dengan adanya kalor akan memberikan energi pada elektron terdapat gugus fungsi sehingga teraktifkan dengan tereksitasi ke keadaan lumo dan dapat bereaksi dengan alkohol membentuk gliserol.
Ditinjau dari reaksinya minyak baru tidak bercampur dengan KOH disebabkan karena KOH bersifat polar. Sedangkan pada minyak bekas KOH
23
bercampur, hal ini disebabkan karena dalam minyak bekas kemungkinan terdapat partikel atau senyawa pengotor polar yang terikat.
3. Analisis Bilangan Penyabunan Metode Asidimetri a.
Penimbangan sampel Ditimbang 10 gram minyak, dimasukan kedalam erlenmeyer
b.
Hidrolisa atau penyabunan Sampel yang telah ditimbang ditambah 25,0 ml larutan KOH etanol 0,5 N kemudian dipanaskan secara refluk selama 1 jam, tahapan ini bertujuan untuk menghidrolisa dan menyabunkan minyak/lemak
c.
Titrasi KOH yang telah melalui pemanasan dan telah menyabunkan minyak atau lemak ditambah dengan indikator PP 1% senyak 3-4 tetes dan dititrsi dengan larutan HCl 0,5 N, dari warna merah sampai tepat hilang.