1. KARAKTERISTIK IKLIM TROPIS LEMBAB Karakteristik umum iklim tropis lembab adalah memiliki temperatur yang tinggi, temperatur dan kelembaban rata-rata harian relatif konstan, dan range ratarata temperatur bulanan adalah sekitar 1-3ºC. Kelembaban dan curah hujan tinggi hampir sepanjang tahun. Relative humidity berkisar sekitar 90 %. Kondisi angin tergantung pada jarak dari laut dan bisa bervariasi sepanjang tahun. Langit hampir setiap saat berawan (Givoni,1998).
DESKRIPSI IKLIM SURABAYA Kota Surabaya termasuk ke dalam iklim tropis lembab. Terletak di antara 07.210 Lintang Selatan sampai dengan 112.540 Bujur Timur . Wilayahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3-6 m di atas permukaan air laut, kecuali di sebelah selatan ketinggian 25-50 m di atas permukaan air laut. Batas wilayah Surabaya: Berdasarkan data iklim Surabaya tahun 2005 dapat dianalisa bagaimana kondisi iklim di Kota Surabaya. Kecenderungan temperature tahunan di iklim tropis adalah rata. Sama seperti karakteristik iklim tropis pada umumnya, temperatur tiap bulannya tidak mengalami fluktuasi yang besar, dengan nilai diurnal 12.5C. Nilai yang kecil bila dibandingkan dengan di iklim yang lain. Pada Bulan Agustus, nilai rata-rata temperaturnya adalah yang paling dingin dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain dalam satu tahun, yaitu 26.8C. Sedangkan Bulan Oktober dan November tercatat sebagai bulan yang paling panas dalam satu tahun, dengan suhu 28.9C. Dari sini dapat dilihat bahwa Bulan Agustus adalah bulan terdingin, dan Bulan November adalah bulan terpanas. Sedangkan kecenderungan kelembaban dalam satu tahun tidak jauh beda dengan temperatur, yaitu rata, tidak mengalami fluktuasi yang berarti. Hal ini terutama dilihat dari kelembaban rata-rata tiap bulan dalam satu tahun. Rata-rata kelembaban tertinggi adalah di Bulan Maret, yaitu 83%, sedangkan rata-rata kelembaban terendah adalah di Bulan Oktober, yaitu 73.3%. Yang terlihat memiliki fluktuasi yang sedikit lebih besar adalah pada grafik kelembaban minimum, di mana kelembaban terendah terdapat pada Bulan November, yaitu 31%. Sedangkan pada Perancangan yang Beradaptasi dengan Iklim Ernaning Setiyowati
3206 204 001
1
kelembaban maksimum, yang memiliki nilai paling tinggi adalah di Bulan April yang mencapai 100%. Kondisi angin tahunan bila dilihat dari kecepatan rata-rata tiap bulan dalam satu tahun, cenderung cukup rata terutama pada Bulan Januari sampai Maret hanya berkisar di antara 3.05 sampai 3.2 m/s. Memasuki Bulan Mei kecepatan angin bertambah dan mencapai puncaknya pada Bulan Juni, yaitu 5.45 m/s. Sedangkan kecepatan rata-rata angin yang paling rendah adalah pada Bulan November, yaitu sebesar 2.2 m/s. Sedangkan bila diperhatikan pada grafik kecepatan angin maksimum, terdapat fluktuasi yang besar dari kecepatan angin tiap Bulannya kecuali Bulan Oktober sampai Desember. Lama penyinaran matahari di iklim tropis adalah sepanjang hari, meskipun terdapat bulan-bulan tertentu yang lama penyinaran mataharinya sedikit terganggu dengan adanya awan, yaitu terjadi di Bulan Desember dan Januari, dengan angka 42.8% dan 45%. Sedangkan durasi penyinaran matahari yang paling lama adalah pada Bulan Agustus dan September, yaitu 95.7% dan 93.8%. Jadi bisa dipastikan bahwa pada Bulan Agustus dan September kondisi langit sangat cerah, hanya sedikit sekali awan yang menutupi. Sementara itu, hujan terjadi hampir sepanjang tahun di iklim tropis. Setiap bulan di tahun 2005 terjadi hujan. Hanya 4 bulan dalam satu tahun yang memiliki curah hujan sedikit, yaitu Bulan Agustus sampai November. Curah hujan yang paling sedikit ada pada Bulan Agustus dengan nilai 4.5 mm. Sementara pada bulan-bulan yang lain memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Curah hujan yang paling tinggi ada pada Bulan Desember dengan nilai 393 mm. Dari deskripsi kondisi iklim di Kota Surabaya tersebut, dapat dianalisa mana yang merupakan potensi dan mana yang menjadi masalah, supaya dapat ditentukan mana yang bisa digunakan dan mana yang harus dihindari. Sehingga dalam perancangan yang tanggap terhadap iklim, bisa dicari penyelesaiannya dalam mencari kondisi nyaman di dalam bangunan.
Perancangan yang Beradaptasi dengan Iklim Ernaning Setiyowati
3206 204 001
2
2. KONSEP PERANCANGAN YANG BERADAPTASI DENGAN IKLIM ASPEK IKLIM
ASPEK ARSITEKTUR
RADIASI MATAHARI • •
• •
TAPAK •
Lereng di sisi selatan dan utara lebih disukai daripada sisi timur dan barat karena kecilnya radiasi. Orientasi kemiringan akan menimbulkan perbedaan. Sisi barat dan timur akan memiliki radiasi yang lebih banyak terutama pada pagi dan sore hari. Sisi sebelah utara akan lebih disukai karena menerima radiasi lebih sedikit. Tetapi orientasi bentuk lahan ini tidak terlalu berarti jika lahannya datar. Selain itu, pada bangunan tinggi hal ini juga tidak terlalu berarti karena ketinggian bangunan akan lebih tinggi daripada ketinggian lahan, sehingga bagaimanapun juga bangunan akan mendapatkan radiasi sinar matahari kecuali pada lantai dasar. Vegetasi pada tapak dapat memberi pembayangan dan mengurangi panas yang didapat. Tanaman, semak-semak, dan pohon menyerap radiasi pada proses fotosintesis. Pengaturan lebar dan orientasi jalan bisa mengontrol radiasi sinar matahari. Rasio lebar jalan dan ketinggian bangunan menentukan altitude di mana jalannya sinar matahari bisa dipotong. Bisa juga digunakan untuk meminimalkan panas yang diterima. Ruang yang terbuka juga memasukkan banyak terang langit ke dalam bangunan. Untuk di daerah tropis, jarak tempat berjalan minimum dan area terbayangi lebih disukai. Selain itu permukaan lahan juga akan memantulkan terang langit, sehingga paving yang keras harus diminimalkan dan harus memiliki permukaan yang kasar.
Perancangan yang Beradaptasi dengan Iklim Ernaning Setiyowati
3206 204 001
3
STRUKTUR / PERANGKAAN
• Reflektivitas atau emisivitas radiasi akan mempengaruhi panas yang dilepaskan bila u-value material rendah. Pada iklim tropis, core sebaiknya diletakkan pada sisi timur dan barat bangunan. • Perlidungan seharusnya berada pada seluruh sisi yang terekspos matahari, pada atap dan sisi barat timur. Semakin besar perbandingan keliling dan luas bangunan, maka semakin besar pula panas radiasi yang diterima dan semakin besar panas yang dilepaskan pada malam hari.
• Efek radiasi yang kuat pada sisi timur barat harus membentuk bangunan ramping memanjang. Bentuk yang optimum adalah 1:1.7. Tapi sampai 1:3 pada sisi barat timur masih bisa diterima.
PERSUNGKUP AN
• Bentuk atap bisa digunakan sebagai sumber pencahayaan alami pada bangunan.
• Jika bukaan tidak terbayangi, maka akan mempengaruhi panas radiasi yang didapatkan Posisi bukaan mempengaruhi distribusi cahaya pada ruang dalam sebagaimana dia mempengaruhi refleksi pada ruang dalam. Sosoran yang lebar lebih disukai bila memotong radiasi matahari. Jendela yang tinggi menyediakan distribusi yang baik untuk cahaya langsung dan difus. Jendela yang rendah memungkinkan tanah memantulkan cahaya. Elemen-elemen seperti louvre, dan jalusi digunakan untuk mengalirkan udara dan untuk melindungi dari matahari.
Perancangan yang Beradaptasi dengan Iklim Ernaning Setiyowati
3206 204 001
4
• Penggunaan kaca akan mengontrol solar radiasi. Pembayangan, vertical dan horizontal akan mengontrol panas radiasi yang didapat. Light shelves akan membawa banyak cahaya ke dalam ruangan, yang akan dipotong oleh pembayangan horisontal.
ESTETIKA
• Pemecah matahari penting karena radiasi yang kuat biasanya pada sisi timur dan barat. Dinding utara juga mendapat radiasi yang besar pada musim panas daripada sisi selatan. Pembayangan terhadap sinar matahari esensial untuk semua dinding kaca yang menghadap matahari. Sejumlah konfigurasi pasif bisa digunakan tergantung pada orientasi fasade bangunan. • Titik berat desain berubah dari dinding ke atap. Atap dobel yang berventilasi lebih disukai, atap lebih atas berfungsi sebagai pelindung matahari. Harus berinsulasi dan memantulkan sinar matahari. • Penempatan kaca, pembayangan, kasa, light shelves, dan area jendela silang bisa menjadi suatu control. Hal-hal tersebut dapat mencegah radiasi sinar matahari. Karakteristik permukaan mempengaruhi transmisi panas di dalam bangunan. Warna permukaannya akan mempengaruhi nilai pemantulan dan panas yang diserap. Dalam hal ini tekstur yang kasar pada permukaan akan meningkatkan area reradiasi. Sedangkan permukaan datar yang halus akan lebih reflektif dan meminimalkan panas yang diterima. Warna yang cerah juga memiliki sifat memantulkan, sedangkan warna yang gelap lebih bersifat menyerap. Warna cerah yang memantulkan dalam rentang pastel adalah yang terbaik, untuk menghindari silau di dalam dan luar bangunan.
Perancangan yang Beradaptasi dengan Iklim Ernaning Setiyowati
3206 204 001
5
ASPEK IKLIM
ASPEK ARSITEKTUR
ANGIN • Pada iklim tropis lembab, perhatian utama adalah memaksimalkan pergerakan udara, jadi bangunan harus diletakkan pada sisi windward di mana kecepatan udara lebih tinggi. Lokasi dekat dengan arah angin menerima lebih banyak pergerakan udara.
• Vegetasi dapat menambah dan mengurangi kecepatan angin, atau mengarahkan angin ke dalam bangunan. Vegetasi juga bisa memaksimalkan angin dan meningkatkan tingkat kelembaban. Pohon yang membayangi seharusnya memiliki cabang yang tinggi supaya tidak mengganggu aliran angin. Vegetasi yang rendah harus dijauhkan dari rumah supaya tidak menghalangi jalannya udara. TAPAK
• Aksen seharusnya berada pada bangunan yang terpisah untuk menghadirkan pergerakan udara. Lingkungan yang terbayangi menjadi pertimbangan yang penting. Karakter susunan kota seharusnya longgar dan tersebar
Perancangan yang Beradaptasi dengan Iklim Ernaning Setiyowati
3206 204 001
6
• Ruang terbuka yang luas akan menyebabkan udara dapat bergerak bebas. Pola susunan area terbangun bisa meningkatkan, mengurangi, dan memodifikasi kecepatan angin. • Bangunan seharusnya tidak berdempet satu sama lain supaya setiap unit bangunan mendapatkan aliran udara. Jalan dan ruang terbuka seharusnya diorientasikan sesuai dengan pola angin. Ruang terbuka bisa digunakan untuk memaksimalkan aliran udara di dalam kompleks bangunan.
• Bangunan seharusnya menempatkan sisi terpanjangnya tegak lurus dengan arah angin Perancangan yang Beradaptasi dengan Iklim Ernaning Setiyowati
3206 204 001
7
STRUKTUR / PERANGKAAN
• Udara yang masuk ke struktur bangunan dari menyeberangi halaman rumput yang terbayangi lebih disukai karena udara yang dirasakan relative lebih segar. • Tipe bangunan yang baik untuk di daerah tropis adalah individual, lebih baik lagi bila terangkat dan memanjang bebas dengan kerapatan yang renggang. Tipe bangunan seperti ini menguntungkan karena udara bisa dengan bebas mengalir masuk ke dalam bangunan melalui setiap sisinya. • Pada iklim tropis lembab, perhatian utama pada bentuk denah adalah untuk memaksimalkan pergerakan udara. Penangkap angin juga bisa digunakan. Tetapi penangkap angin hanya efektif bila digunakan pada angin yang kuat dan dingin
• Sedangkan untuk penempatan lobby lift, tangga dan toilet seharusnya memperhatikan ventilasi natural dan view keluar.
PERSUNGKUP AN
• Bukaan bangunan yang menghubungkan area bertekanan tinggi dengan area bertekanan rendah akan menyebabkan ventilasi alami yang efektif. • Jalan udara di dalam bangunan adalah penting. Denah bisa disusun menjadi elemen-elemen terpisah, karena 75% waktu kondisi outdoor mendekati nyaman, jika terbayangi. • Lantai dasar pada iklim tropis sebaiknya terbuka dengan lingkungan luar dan terventilasi secara alami. • Pada iklim tropis, perhatian utamanya adalah menciptakan ruang yang berangin. Untuk ini tidak diperlukan meminimalkan rasio luas permukaan dan volume. • Bentuk atap dan bentuk sosorannya bisa mempengaruhi pola pergerakan udara. Sosoran dan kemiringan atap seharusnya setinggi mungkin. Hal ini akan menghasilkan perbedaan tekanan yang maksimum dan memaksimalkan aliran udara.
• Ventilasi di sisi ruangan bisa berfungsi sebagai sekop angin diletakkan di pojok fasade akan menangkap angin. Bisa digunakan bila kecepatan angin tinggi. Perancangan yang Beradaptasi dengan Iklim Ernaning Setiyowati
3206 204 001
8
• Bukaan pada level yang lebih tinggi, menambah aliran udara, dikenal sebagai ‘stack effect’. • Untuk daerah tropis, bukaan harus lebar untuk memfasilitasi masuknya udara. Ketinggian bukaan harus menimbulkan distribusi udara yang baik bagi tubuh manusia. • Partisi seharusnya tidak diletakkan di dekat jendela karena akan merubah dan mengacaukan arah aliran angin. Elemen-elemen seperti louvre, dan jalusi digunakan untuk mengalirkan udara.
• Untuk menghasilkan distribusi yang baik dari aliran udara di dalam bangunan, arah angin dan arah inlet-outlet seharusnya tidak sama. Seharusnya antara 45º tegak lurus arah angin.
• Kasa akan mengontrol masuknya serangga dan mengurangi kecepatan angin di dalam bangunan. • Dinding luar juga bisa dirancang untuk interaktif dengan lingkungan, dengan bagian-bagian yang bergerak, beradaptasi tergantung pada perubahan musim dan meteorologi lokal. Posisi dinding ini bisa juga berubah tergantung pada permintaan pengguna ruang dalam. Di daerah tropis, dinding luar sebaiknya bisa memiliki bagian-bagian yang bergerak untuk mengontrol penghawaan silang, melindungi dari panas matahari, mengatur angin dan hujan. ESTETIKA
• Untuk meningkatkan ventilasi, bisa didapat dengan memodifikasi jendela itu sendiri
Perancangan yang Beradaptasi dengan Iklim Ernaning Setiyowati
3206 204 001
9
ASPEK IKLIM
ASPEK ARSITEKTUR
TEMPERATUR • Tanaman, semak-semak, dan pohon mendinginkan lingkungan di sekitarnya. • Efek bermanfaat yang bisa dirasakan bukan hanya mengurangi panas yang didapat, tetapi juga digunakan sebagai penghasil oksigen untuk menciptakan penjernihan udara pada lingkungan lokal.
TAPAK
STRUKTUR / PERANGKAA N
PERSUNGKU PAN
• Air menyerap banyak radiasi sehingga kehadirannya dapat menghasikan pendinginan secara evaporatif. • Bangunan seharusnya juga terbayangi. Hal ini dapat mendorong pergerakan udara dingin. • Material konstruksi seharusnya bukan material yang menyimpan panas. • Tanaman seharusnya diletakkan sebagai vertical landscaping dan halaman dalam pada bagian atas bangunan tinggi. • Meminimalkan perbandingan antara keliling dan luas bangunan akan berguna untuk meminimalkan panas yang diterima. • Area yang menghasilkan panas harus diberi ventilasi dan terpisah dari struktur. • Menyusun bangunan dengan bukaan utamanya menghadap utara dan selatan akan memberikan keuntungan dalam mengurangi beban AC. • Dinding seharusnya memiliki kapasitas termal yang rendah. Kapasitas panas dinding yang paling baik adalah yang memiliki termal lag yang bisa menyebabkan re-radiasi di malam hari.
Perancangan yang Beradaptasi dengan Iklim Ernaning Setiyowati
3206 204 001
10
• Sedangkan material atap akan menentukan transfer panas melalui atap. Aliran panas melalui material ditentukan oleh nilai konduktan dan resistan dari material tersebut. Material yang menyimpan panas tidak disukai di iklim tropis. Atap seharusnya ringan dan mempunyai u-value yang tinggi dan kapasitas panas yang rendah. Pengaruh termal yang paling kuat muncul di sini. • Insulasi termal yang baik pada kulit bangunan akan mengurangi transfer panas, baik yang berasal dari matahari maupun kehilangan hawa dingin dari dalam. ESTETIKA
• Warna yang digunakan adalah warna yang memiliki nilai absorbtance yang rendah dan nilai reflectance yang tinggi. Warna yang memiliki nilai seperti itu adalah warna putih dan warna-warna yang cerah.
Perancangan yang Beradaptasi dengan Iklim Ernaning Setiyowati
3206 204 001
11
ASPEK IKLIM
ASPEK ARSITEKTUR
KELEMBABAN • Vegetasi juga bisa memaksimalkan angin dan meningkatkan tingkat kelembaban. • penggunaan water bodies ini sebaiknya dihindari karena akan menyebabkan peningkatan kelembaban udara.
TAPAK
STRUKTUR / PERANGKAA N
• Di daerah tropis lembab, karakter lahan yang baik adalah yang bisa menyerap uap air. • Material lantai harus kedap air. • Pada iklim tropis lembab, basement tidak berguna karena kelembaban tinggi yang konstan. • Pondasi harus dilindungi dari uap air, jamur, rayap, dan serangga yang lain.
PERSUNGKU Area yang menghasilkan panas dan lembab harus diberi ventilasi dan terpisah dari struktur. PAN
Perancangan yang Beradaptasi dengan Iklim Ernaning Setiyowati
3206 204 001
12
3. STUDI KASUS PERANCANGAN YANG BERADAPTASI DENGAN IKLIM Salah satu bangunan yang memperhatikan iklim dalam perancangannya adalah Tjibaou Cultural Center yang terletak di New Caledonia. New Caledonia merupakkan sebuah pulau di Samudra Pasifik sekitar 1600 km sebelah timur Australia. Lokasi diatur pada tanjung yang tertutup dengan pohon palem dan pinus dengan pemisahan Teluk Magenta dari danau kecil pada sisi timur Noumea. Iklimnya adalah Oceanic Tropical, yang berarti bahwa kelembaban sepanjang tahun dengan variasi yang sedikit pada temperatur. Rata-rata suhu minimum pada musim dingin adalah 18C, dan rata-rata suhu minimum pada musim panas adalah 28C. Kelembaban relatif sangat tinggi yaitu sekitar 75%, dengan rata-rata bulanan maksimum 90% dan yang terendah 60%. Tidak mudah menyediakan kondisi nyaman dengan menggunakan passive design pada iklim seperti itu. Bangunan ini merupakan bangunan pusat budaya yang menggambarkan Budaya Kanak, di mana perancangannya berangkat dari simbolisme tradisi dan mitos-mitos serta memperhitungkan masalah iklim setempat. Jadi bangunan ini merupakan peleburan antara tradisi dan modern.
Perancangan yang Beradaptasi dengan Iklim Ernaning Setiyowati
3206 204 001
13
TAPAK ASPEK ARSITEKTUR
selubung dikelompokkan untuk menyerupai 3 cluster desa yang terpisah. 3 kelompok selubung atau desa, diatur menyusuri sisi selatan jalan yang berkurva. Pengelompokan 3 desa tersebut antara lain: • Identitas Kanak; Koleksi seni Kanak; Reception Hall. Kanak house, Bwenaado house (tempat berkumpul), Jinu House (tempat jiwa atau roh), Beretara House (tempat untuk pemujaan), Kavitara Hall (pahatan pada ambang pintu), sisia auditorium (untuk bernyanyi dan menari), Perui House (tempat pertemuan), toko oleh-oleh. • Multimedia Library, Contemporary Art. Ngan Vhalik House: presentasi audiovisual, Mwa Vee House: koleksi buku dan majalah, the Komwi Hall: Ruang Pamer, the Umate House: Ruang Pamer sementara • Ruang kuliah dan rapat. Malep House, Eman house: ruang kuliah, the vinimoi house: ruang cerita anak-anak, Administrasi
ASPEK IKLIM
Konsep: permukaan lahan memantulkan terang langit, sehingga paving yang keras harus diminimalkan Bangunan seharusnya tidak berdempet satu sama lain supaya setiap unit bangunan mendapatkan aliran udara. Pohon yang membayangi seharusnya memiliki cabang yang tinggi supaya tidak mengganggu aliran angin. Vegetasi yang rendah harus dijauhkan dari supaya tidak menghalangi jalannya udara
Aplikasi: Piano membiarkan vegetasi asli di tapak tak Jalanan Kanak: tersentuh dan menyatukannya dengan Mengikuti langkah kaki manusia pertama, rancangan, serta menyadari kekuatan Tea Kanake: 5 tingkatan: matahari dan angin pada tapaknya, sehingga • Asal makhluk hidup akhirnya memutuskan untuk Perancangan yang Beradaptasi dengan Iklim Ernaning Setiyowati
3206 204 001
14
menggunakannya dan bukan merusak atau menghindarinya. Vegetasi yang dipertahankan antara lain: ubi rambat, talas, tebu, pisang, palem, pohon Kaori, pinus Norfolk, Banyan. Selain memiliki makna simbolisme, pohon-pohon tersebut Selain itu juga terdapat ruang-ruang luar: • The Ape Vila outdoor Theatre: tempat juga mengandung konsep iklim. untuk menari Temperatur: • Kami Yo Outdoor Theatre: irama tarian Tempat berjalan yang terlindungi, berbentuk • Patung Jean Marie Tjibaou seperti batang/tangkai, terbujur pada puncak tanjung untuk menghubungkan beberapa department. Tempat yang terbayangi ini menyebabkan udara yang melaluinya dan masuk ke bangunan adalah udara yang dingin, sehingga akan mengurangi panas di dalam bangunan. • • • •
Bumi sebagai pemberi nafkah Tanah leluhur Negara roh/jiwa Kelahiran kembali
Simbolisme: melalui tanaman dan dua batu. Susunan tapak memiliki makna simbolisme, yaitu : terdapat 2 batu di awal dan di akhir seperti prolog dan epilog pada cerita yang melalui 5 bab atau tematic landscape: kreasi, pertanian, habitat, kematian, dan kelahiran kembali. Dari luar sudut teater, di sini batu pertama muncul dari kolam air menggambarkan gigi bulan yang jatuh ke bumi, membawa kepada kreasi Kanak. Vegetasi : Penanaman tanaman dan pusat petak irigasi di mana ubi rambat dan talas tumbuh secara tradisional. Di sekitarnya tertanam tebu dan pisang. Zona ketiga membangkitkan nenek moyang Kanak. Batu kerikil di antara palem membawa kepada lingkaran batu. Zona keempat merupakan belukar yang sakral dari roh dan kematian. Dimasuki melalui gerbang yang ditandai oleh pohon kaori dan pinus Pulau Norfolk yang menggambarkan bahwa ini adalah ruang yang tabu, dan ini memusat pada bayangan pohon Banyan yang menyimbolkan kelahiran kembali. Zone terakhir, kelahiran kembali, memuncak pada batu dengan lubang di dalamnya.
Perancangan yang Beradaptasi dengan Iklim Ernaning Setiyowati
3206 204 001
15
STRUKTUR/PERANGKAAN ASPEK ARSITEKTUR
ASPEK IKLIM
Konsep: Denah bangunan seharusnya memantulkan pergerakan udara melalui ruang-ruang Penangkap angin juga bisa digunakan Harus berinsulasi dan memantulkan sinar matahari. Melawan angin ribut yang bisa mencapai 65 Selubung adalah fitur yang paling menonjol m/s dari arah manapun pada skema ini. Mereka setinggi pohon pinus di sekitarnya (hampir 30m) dan dirancang Aplikasi: dari material lokal campuran. Meskipun Angin: mengingatkan kepada konstruksi tulang pada Perkembangan struktural dan bentuk pondok Kanak, ’sangkar’ nya bukanlah ditentukan oleh kondisi angin dan mekanisme reinterpretasi secara literal dari bangunan ventilasi pasif. vernakular. Mereka jauh lebih besar daripada Perkembangan struktural dan bentuk pondok dan terbangun dari iroko yang diikat ditentukan oleh kondisi angin dan mekanisme ventilasi pasif. 2 dinding konsentris diatur dengan pipa dan balok stainless steel. dari titik pusat. Elemen struktural pada kedua kulitnya terdiri dari kolom lengkung pada ring luar dan lurus di dalam. Mereka terikat bersama dan ditahan untuk menyediakan perlindungan angin secara keseluruhan.
Perancangan yang Beradaptasi dengan Iklim Ernaning Setiyowati
3206 204 001
16
Bagaimanapun juga, meskipun bentuk keseluruhannya adalah tradisional, konstruksi selubung bersandar pada inovasi. Sama dengan ketinggian struktur bangunan 10 lantai, mereka harus dibangun untuk melawan kondisi gempa. Bukan sebuah kayu biasa, iroko dipilih dengan perhitungan kekuatan dan daya tahannya; dia tidak membutuhkan perlindungan dekoratif dan dapat bertahan pada baja seperti pada pinus-pinus di sekitarnya.
Pemilihan iroko untuk struktur ditentukan oleh nilai faktor penampilan tapi nilai tahan lamanya juga kritis; kelembaban, kondisi maritim, ketahanan akan rayap dan karakteristik pengeleman semua diperhitungkan. Ruang di antara cincin dan bingkai dibuktikan bekerja sebagai cerobong sebagai bagian dari strategi ventilasi alami.
Kayu yang terlapisi distabilkan dan ditahan oleh elemen baja. Menghubungkan setiap baris pipa horisontal baja, bersamaan membentuk lengkungan pada interval vertikal. Terdapat pipa di antara rangka di dalam dan di luar serta penahanan silang, yang semuanya bertemu pada elemen baja yang mencapai setiap sisi rangka. Elemen baja yang bervariasi pada tiap level bersama membentuk kuda-kuda horisontal. Penguatan semacam itu penting karena selama terjadi angin ribut, selubung merupakan subyek dengan gaya yang besar. Dimensi yang bervariasi pada cladding horisontal, melebar pada atas dan bawah, dan menyempit di tengah, ditentukan oleh Perancangan yang Beradaptasi dengan Iklim Ernaning Setiyowati
3206 204 001
17
studi ventilasi. Kelembaban: Puncak bingkai merenggang keluar terpotong dan tertutup oleh lempengan stainless steel untuk menghentikan merembesnya air. Dari rangka sebelah dalam digantungkan balok pipa baja di mana darinya melintang balok baja I dari atap. Ini mendukung deck baja yang membengkok di mana merupakan insulasi dan membran yang tahan air, keseluruhannya dibayangi oleh lapisan luar panel aluminium. Di bawah balok utama adalah plafon plasterboard datar. Seperti di semua tempat pada bangunan, barisan tiang yang menopang atap (colonnade) adalah dari konstruksi gabungan, menggabungkan antara kayu dan metal. Kaki baja melindungi bagian bawah iroko dari penetrasi air. Atap yang miring dirancang untuk berada di dalam dinding dalam, memungkinkan atap untuk bisa bebas dari tekanan dari pergerakan dinding dan juga menjadi ringan.
Hubungan dipertimbangkan untuk memungkinkan selubung tertutupi dengan horizontal slats; cetakan baja yang dimasukkan ke dalam kolom kayu mengakomodasi kesulitan untuk balok baja diagonal. Hubungan kaki kolom kayu dengan pondasi beton dipisahkan.
Radiasi Matahari: Pada panas New Caledonia, atap dobel membawa keuntungan: suhu di atas atap yang mencapai 50 derajat, di dalam atap hanya 30 derajat. Panel aluminium tidak bertemu atau overlap, seperti yang bisa dilihat pada berbagai kondisi sudut di sekitar bangunan. Tapi, mereka memberi ruang untuk pergerakan udara dan untuk memasukkan cahaya matahari melalui tampak dan kolom2 di bawahnya. Efek dari cahaya matahari ini memeriahkan bangunan.
Perancangan yang Beradaptasi dengan Iklim Ernaning Setiyowati
3206 204 001
18
Skema bangunannya terdapat 10 selubung, 3 ukuran berbeda : • 4 yang paling kecil adalah diameter 9 meter, tinggi 18 m. • 3 ukuran medium yaitu diameter 11 m dan tinggi 22 m. • 3 yang paling besar adalah berdiameter 13,5 m dan tinggi 28 m. Masing-masing selubung membentuk ¾ lingkaran. Kayu terikat dengan pipa baja yang diletakkan 2,25m vertikal terpisah dengan ring internal yang lebih rendah di mana jendela bukaan diletakkan.
Perancangan yang Beradaptasi dengan Iklim Ernaning Setiyowati
3206 204 001
19
PERSUNGKUPAN ASPEK ARSITEKTUR
ASPEK IKLIM
Konsep: Mengalirkan udara, memasukkan cahaya alami. Dinding luar juga bisa dirancang untuk interaktif dengan lingkungan, dengan bagianbagian yang bergerak, beradaptasi tergantung pada perubahan musim. Bentuk utama bangunan ini adalah membangkitkan analogi tanaman dan bentuk berulang dengan penyelesaian tradisional, baik pada denah maupun potongan. Bentuk dasar selubungnya mengambil dari bentuk bangunan tradisional Kanak.
Ruang utama, memiliki denah circular, yang diadakan di dalam kulit seperti elemen yang dibuat dari besi. Tinggi, berlapis dan berkurva, ini dikenal sebagai selubung. Selubung berhubungan bentuk dan visual dengan semak-semak dan pohon-pohon pinus di Pulau Norfolk, serta pondok dan permukiman Kanak. Pada versi aslinya, selubung ditempatkan pada kedua sisi kurva tempat berjalan.
Aplikasi: Angin: Kondisi lingkungan di dalam ruang-ruang dilindungi dan dimodifikasi oleh selubung. Di sisi lain paviliun dengan atap datar stainless steel didukung oleh kolom dan balok iroko. selubungnya tertata dalam iroko horisontal dan paviliun dalam kaca dan louvre iroko diposisikan dan diatur untuk menghadirkan sistem ventilasi pasif. Mereka juga dirancang untuk memasukkan ventilasi alami dengan cara mengarahkan dan mempercepat angin ke dalam ruang dalam dan dengan cara mengatur stack ventilation di dalam bangunan. Lovre di dalam case bangunan terbuka dan tertutup dalam merespon kondisi angin. Beberapa bukaan menyebabkan ventilasi. 2 sisi mengarah ke angin yang kuat; satu bukaan diatur 2m di atas tanah, yang lain 0.5 m di atas tanah. Di sisi lain selubung rangkaian jendela yang bisa dibuka memungkinkan ventilasi silang. Jendela memiliki 3 posisi, terbuka, tertutup, atau setengah tertutup, dan terkontrol otomatis. Posisi bukaan tergantung pada kecepatan angin eksternal dan terbuka hanya cukup untuk mencapai kecepatan udara maksimum 1,5 m/s. Setiap selubung memiliki bukaan double-louvre Perancangan yang Beradaptasi dengan Iklim Ernaning Setiyowati
3206 204 001
20
pada tempat yang tinggi; ketika ini terbuka, selubung bisa beroperasi sebagai cerobong, menyediakan ventilasi (melalui stack effect atau ventilasi alami) pada hari-hari di mana ventilasi silang oleh angin tidak memungkinkan. Pada hari-hari berangin, bentuk kurva dari case mengarahkan angin naik dan ke atas cerobong, mengatur tekanan negatif yang membawa udara naik ke atas cerobong dan mendorongnya melalui ruang internal dari bukaan louvre pada sisi selubung yang berseberangan. Ketika angin yang kuat dari arah yang berlawanan, cerobong bertindak sebaliknya. Jika angin ribut datang, selubung menutup. Bagian terbuka dari selubung juga menghadap kepada angin dan berfungsi sebagai sekop angin seperti cerobong untuk ventilasi alami. Dinding sebelah dalam selubung mengatur louvre di bawah bagian teratas dari plafon, dan daerah yang lebih besar dari louvre di bawahnya yang bisa disesuaikan. Terdapat lebih banyak louvre-louvre yang bisa disesuaikan di antara selubung dan pedestrian. Semua louvre yang disesuaikan ini naik dari lantai sampai 2.31 m dari atap jalan. Pada kondisi normal, dengan angin bertiup, louvre yang diatur dibiarkan terbuka (Diatur untuk mengontrol jumlah ventilasi dengan kecepatan angin yang bervariasi). Angin kemudian melewati slat dan louvre yang terluar, melalui case dan menyeberangi jalan untuk menghabiskan melalui atap patio yang berlubang. Angin yang datang ini juga bisa memventilasi kantor dan ruang pamer di bawah atap datar, jika louvre-louvre di antaranya dan patio dan yang berseberangan menghadap lagoon yang terbuka. Ketika angin sangat ringan, ventilasi alami tergantung pada konveksi. Udara hangat di selubung naik di bawah plafon miring untuk menghilang melalui louvre di atas dinding. Udara hangat yang lain naik di antara lapisan dalam dan luar selubung menolong proses ini dengan cara mengisap udara ke atas melalui louvre dan di luar selubung. Louvre yang lebih atas ini dibiarkan permanen terbuka karena mereka memainkan peran yang kritis dalam menyamakan tekanan udara internal dan eksternal selama angin ribut. Jika angin ribut bertiup dari lautan untuk menciptakan tekanan rendah di atas atap, udara secepatnya diisap keluar melalui louvre yang Perancangan yang Beradaptasi dengan Iklim Ernaning Setiyowati
3206 204 001
21
di atas. Jika arah angin ribut berputar, meletakkan tekanan pada atap miring, kemudian angin juga dipaksa turun di antara 2 lapisan selubung dan melalui louver yang di atasnya
DAYLIGHT: Selain angin, faktor iklim yang ingin ditampilkan pada bangunan ini adalah cahaya alami. Penggunaan kaca dan louver selain memasukkan angin juga memasukkan cahaya alami pada hampir semua ruang yang ada, sehingga cahaya buatan jarang digunakan pada bangunan ini.
Perancangan yang Beradaptasi dengan Iklim Ernaning Setiyowati
3206 204 001
22
Perancangan yang Beradaptasi dengan Iklim Ernaning Setiyowati
3206 204 001
23
ESTETIKA ASPEK ARSITEKTUR
ASPEK IKLIM
DAYLIGHT: Elemen dalam yang banyak digunakan pada bangunan ini antara lain jendela mati dan louvre, opaque louvre, panel kayu, dan lemari. Untuk mempercantik ruangan, maka elemen-elemen tersebut digunakan dengan penempatan yang bervariasi. Dengan bervariasi penempatan, tiap selubung disesuaikan dengan fungsinya dan bervariasi dalam transparansi untuk view dan cahaya yang masuk, cafetaria menjadi yang paling transparan dan ruang audio visual yang paling sedikit cahayanya.
Konsep utama bangunan ini adalah membangkitan elemen-elemen tradisional. Piano secara konsekuen mengatur jarak dan bentuk dari kayu untuk mencapai secara presisi daya tarik dengan vegetasi di sekitarnya yang terlihat. Slat tidak lagi bujursangkar dalam potongan, tapi 6 sisi dan meruncing, dengan semua sudutnya melingkari. Faktor estetika yang tampak antara lain pada bentuknya secara keseluruhan dan pada elemen-elemen struktur dan arsitekturalnya. Elemen-elemen arsitekturalnya yaitu bentuk rangka-rangka yang menyerupai pondok Kanak. Sedangkan elemen struktural yaitu penyatuan antara material lokal yaitu iroko dan material modern yaitu baja. Pencahayaan yang dihadirkan di dalam Dari bentuknya bisa dilihat usaha Piano dalam ruangan bukan hanya sekedar menerangi Perancangan yang Beradaptasi dengan Iklim Ernaning Setiyowati
3206 204 001
24
menyatukan unsur modern dan tradisional pada bangunan ini.
ruangan, tetapi juga memberi efek-efek khusus. Misalnya pada salah satu ruang pamer, efek cahaya yang melalui louverlouver akan memberi efek pembayangan yaitu berupa garis-garis pada bidang lantai. Efek yang sama juga terjadi di cafetaria. Selain itu efek gelap terang juga dimainkan di sini. Di mana display ruang pamer terkena terang langit sementara koridor dibiarkan terbayangi.
ANGIN: Slat di luar selubung bukan hanya untuk dekorasi; ruang dengan gap yang lebar ke bawah, menyebabkan angin melewati secara horisontal; sedangkan ruang di tengah ke atas, menangkap udara untuk membentuk cerobong di mana udara pasti naik di antara dua lapisan rangka; dan ruang lebar di atas, membantu mengisap udara naik.
Perancangan yang Beradaptasi dengan Iklim Ernaning Setiyowati
3206 204 001
25
6. PUSTAKA Givoni B. (1994), Climate Considerations in Building and Urban Design, Van Nostrand Reinhold, New York. Hawkes, D. dan Forster, W. (2002), Energy Efficient Buildings. Architecture, Engineering, and Environment, WW Norton, New York.
Krishan, A., Baker, N., Yannas, S., Szokolay, S.V. (2000), Climate Responsive Architecture, McGraw Hill Publishing Company Limited, New Delhi. Olgyay, V. (1992), Design With Climate: Bioclomatic Approach to Architectural Regionalism, Van Nostrand Reinhold, New York Yeang, K. (1994), Bioclimatic Skyscraper, Artemis London Limited, London.
Perancangan yang Beradaptasi dengan Iklim Ernaning Setiyowati
3206 204 001
26