TINJAUAN PUSTAKA
Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat dilakukan dengan banyak cara. Cara atau bentuk penghijauan kota, diantaranya ialah pembangunan hutan kota, jalur hijau, taman dipermukiman, penghijauan daerah aliran sungai, penghijauan dengan tanaman pot. Penghijauan kota menjadi suatu bentuk lingkungan biologi dengan beragam fungsi dalam tata lingkungan perkotaan (Nazaruddin, 1994). Penghijauan dalam arti luas adalah segala upaya untuk memulihkan, memelihara, dan meningkatkan kondisi lahan agar dapat berproduksi dan berfungsi secara optimal, baik sebagai pengatur tata air atau pelindung lingkungan. Penghijauan kota adalah suatu usaha untuk menghijaukan kota dengan melaksanakan pengelolaan taman kota, taman-taman lingkungan, jalur hijau, dan sebagainya. Dalam hal ini penghijauan kota merupakan kegiatan pengisian ruang terbuka. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penghijauan di lingkungan permukiman terutama adalah faktor perencanaan yang memerhatikan persyaratan klasifikasi hortikultura (ekologi) dan klasifikasi fisik dalam pemilihan jenis, faktor pelaksanaan yang sesuai dengan perencanaan, dan faktor pemeliharaan yang rutin secara terus-menerus. Pelaksanaan penghijauan secara konseptual yaitu perencanaa, pelaksanaan, dan pemeliharaan dengan
Universitas Sumatera Utara
mempertimbangkan aspek estetika, pelestarian lingkungan, dan fungsional (Zoer’aini, 2007).
Hutan Kota Hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang ditanami pepohonan yang kompak dan rapat di dalam wilayah atau kawasan perkotaan, baik didalam tanah negara maupun tanah hak yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sebagai hutan kota. Wilayah perkotaan tersebut merupakan pusat-pusat permukiman yang berperan di dalam suatu wilayah pengembangan atau wilayah nasional sebagai bentuk ciri kehidupan kota. Hutan kota juga merupakan suatu kawasan dalam kota yang habitatnya didominasi oleh pepohonan dibiarkan tumbuh secara alami. pengertian alami bukan berarti hutan yang tumbuh menjadi hutan besar atau rimba melainkan telah diatur seperti taman (Setiawan, 1994). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun2002 menyebutkan bahwa hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhkan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah Negara maupun tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang.Luas hutan kota dalam suatu hamparan kompak paling sedikit 0,25 hektar. Persentase luas hutan kota paling sedikit 10% ( sepuluh perseratus) dari wilayah perkotaan dan atau disesuaikan dengan kondisi setempat. Penunjukan lokasi dan luas hutan kota didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut : a) Luas wilayah b) Jumlah penduduk c) Tingkat pencemaran
Universitas Sumatera Utara
d) Kondisi fisik kota Fakuara (1987) menyatakan hutan kota adalah tumbuhan vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberi manfaat lingkungan yang sebesar-besarnya dalam kegunaan proteksi, rekreasi dan estetika lingkungan. Hal senada juga diungkapkan Samsoedin dan Subandiono (2006) mengenai pengertian hutan kota yakni merupakan pepohonan yang berdiri sendiri atau berkelompok atau vegetasi berkayu dikawasan perkotaan yang pada dasarnya memberikan dua manfaat pokok bagi masyarakat dan lingkungannya, yaitu manfaat konservasi dan manfaat estetika. Sedangkan Menurut Irwan (1994) mengemukakan bahwa hutan kota adalah komunitas vegetasi berupa pohon dan asosiasinya yang tumbuh dilahan kota atau sekitar kota baik berbentuk jalur menyebar atau bergerombol (menumpuk) dengan struktur meniru (menyerupai) hutan alam, membentuk habitat yang memungkinkan kehidupan bagi satwa dan menimbulkan lingkungan sehat, nyaman, dan estetis. Vegetasi sangat bermanfaat untuk merekayasa masalah lingkungan diperkotaan. Selain merekayasa estetika, mengontrol erosi dan air tanah, mengurangi polusi udara, mengurangi kebisingan, mengendalikan air limbah, mengontrol lalu lintas dan cahaya yang menyilaukan, mengurangi pantulan cahaya, seta mengurangi bau. Kumpulan bunga dan dedaunan yang memberikan aroma sedap berguna untuk mengurangi bau busuk. Daun dan ranting-ranting mampu memperlambat aliran angin dan curahan hujan. Akar yang menjalar akan menahan erosi tanah, baik oleh air hujan maupun oleh angin. Daun yang tebal berguna untuk menghalangi cahaya. Daun-daun yang tipis untuk menyaring
Universitas Sumatera Utara
cahaya serta ranting-ranting berduri untuk menghalangi gerak-gerik manusia. (Zoer’aini, 2007). Pemilihan jenis tanaman untuk penghijauan agar tumbuh dengan baik hendaklah dipertimbangkan syarat-syarat hortikultura, ekologi, dan syarat-syarat fisik lainnya. Seperti yang dikemukakan oleh Eckbo (1986) bahwa persyaratan tersebut adalah mempertimbangkan respons dan toleransi terhadap temperatur , kebutuhan akan air, kebutuhan dan toleransi terhadapa cahaya matahari, kebutuhan tanah, hama, dan penyakit, serta syarat-syarat fisik yang bertujuan untuk penghijauan, persyaratan budi daya, bentuk tajuk, tekstur, warna, dan aroma. Banyak contoh di dalam dan di luar negeri yang membuktikan bahwa penghijauan di pinggir jalan ditanami dengan tanaman produktif (tanaman berbuah dan berbiji, tanaman langka, dan tanaman berbunga wangi). Vegetasi mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan. Peranan penghijauan kota sangat tergantung pada vegetasi yang ditanam. Untuk itu dari berbagai peranan dan manfaat vegetasi maka manfaat dan fungsi penghijauan atau ruang terbuka hijau adalah sebagai berikut : 1. Paru-paru kota, tanaman sebagai elemen hijau, pada pertumbuhannya menghasilkan zat asam (O2) yang sangat diperlukan bagi mahluk hidup untuk pernapasan. 2. Pengatur lingkungan (mikro), vegetasi akan menimbulkan lingkungan setempat sejuk, nyaman,dan segar. 3. Pencipta lingkungan hidup, penghijauan dapat menciptakan ruang hidup bagi mahluk di alam yang memungkinkan terjadinya interaksi secara alamiah.
Universitas Sumatera Utara
4. Penyeimbang alam (edaphis), merupakan pembentukan tempat hidup alami bagi satwa yang hidup di sekitarnya. 5. Oro-hidrologi, pengendalian untuk penyediaan air tanah dan pencegahan erosi. 6. Perlindungan terhadap kondisi fisik alami sekitarnya, seperti angin kencang, terik matahari, gas, atau debu. 7. Mengurangi polusi udara, vegetasi dapat menyerap polutan tertentu. Vegetasi
dapat
menyaring
debu
dengan
tajuk
dan
kerimbunan
dedaunannya. 8. Mengurangi polusi air, vegetasi dapat membantu membersihkan air. 9. Mengurangi polusi suara (kebisingan), vegetasi dapat menyerap suara. 10. Keindahan (estetika), dengan terdapatnya unsur-unsur penghijauan yang direncanakan dengan baik dan menyeluruh akan menambah keindahan kota. 11. Kesehatan, warna dan karakter tumbuhan dapat dipergunakan untuk terapi mata dan jiwa. 12. Rekreasi dan pendidikan, jalur hijau dengan aneka vegetasi mengandung nilai-nilai ilmiah. 13. Nilai
pendidikan,
komunitas
vegetasi
yang
ditanam
dengan
keanekaragaman jenis dan karakter akan memberikan nilai ilmiah sehingga sangat berguna untuk pendidikan, seperti hutan kota merupakan laboratorium alam. 14. Sosial, politik, dan ekonomi. Tumbuhan mempunyai nilai sosial yang tingi. Tamu negara datang misalnya menanam pohon tertentu di tempat
Universitas Sumatera Utara
yang sudah disediakan. Begitu pula vegetasi memberikan hasil yang mempunyai nilai ekonomi seperti bunga, buah kayu, dan sebagainya. 15. Penghijauan perkotaan dapat menjadi indikator atau penunjuk bagi lingkungan, kemungkinan ada hal-hal yang membahayakan yang terjadi atas pertumbuhan dan perkembangan kota. (Soemarwoto, 2004). Kualitas Pohon Sebuah pohon memiliki kualitas pohon dan arti penting menurut international society of Arboculture (2003) bagi kehidupan manusia, yaitu: a. Pohon adalah organisme yang paling lama hidup dimuka bumi ini b. Pohon dapat menurunkan suhu udara sebanyak 200C pada musim panas c. Dua pohon yang sudah dewasa dapat menyediakan oksigen yang cukup untuk empat keluarga. Satu pohon menghasilkan 117,934 kg setiap tahunnya d. Pohon di area Metropolitan hanya dapat bertahan sampai umur 8 tahun e. Pohon yang mati pada usia 70 tahun dapat mengembalikan karbon ke atmosfir sebanyak 3 ton f. Satu hektar dapat membuang 2,6 ton karbondioksida setiap tahunnya Sesuai dengan uraian diatas, pohon juga memiliki peranan sebagai pohon pelindung. Persyaratan pohon pelindung yang memiliki kualitas yang baik yaitu berbatang besar, tinggi, dan menarik. Pohon pelindung berfungsi sebagai penyerap polusi, percabangan kuat, daunnya tidak mudah gugur dan tidak menimbulkan alergi. Diupayakan agar pohon tidak merusak lingkungan atau berbahaya, mudah dalam perawatan dan tidak berpenampilan seperti perdu semak (Cabang Dinas Kehutanan, 1992)
Universitas Sumatera Utara
Persyaratan untuk pohon peneduh jalan sebagai berikut : Mudah tumbuh pada tanah yang padat, tidak mempunyai akar yang besar di permukaan tanah, pohon tahan terhadap hembusan angin yang kuat, pohon tidak mudah tumbang, serasah yang dihasilkan sedikit, tahan terhadap pencemar dari kendaraan bermotor dan industri, cukup teduh tetapi tidak gelap; daun, bunga, buah, batang dan percabangannya seacara keseluruhan indah, tidak saling berhimpitan, serta tidak membahayakan (Ismayadi, 2007) Menurut Fandeli (2004) penanaman pohon untuk kawasan jalur hijau harus sesuai dengan kriteria sebagai berikut: 1. Karakteristik tanaman: struktur daun setengah rapat sampai rapat, dominan warna hijau, perakaran tidak menggangu pondasi 2. Kecepatan tumbuhnya bervariasi 3. Dominan jenis tanaman tahunan 4. Berupa tanaman lokal, dan tanaman budidaya 5. Jarak tanam setengah rapat sampai rapat, sekitar 90% dari luas areal yang harus dihijaukan Untuk menjaga peran pohon sebagai pohon pelindung dan peneduh jalan dilakukan usaha perawatan. Usaha perawatan diperlukan untuk pohon seperti: membersihkan lubang luka tersebut dengan mengecat untuk memperbaiki penampilan pohon dan menutup khususnya terhadap kambium yang terbuka, membuang jaringan kayu yang telah mati dan yang dapat menjadi sarang berkembangnya sumber penyakit. Menyediakan permukaan yang kuat untuk jaringan
kalus
baru
guna
merangsang
penyembuhan
luka
dan
dapat
Universitas Sumatera Utara
menghilangkan tempat bersarangnya hama dari sumber penularan hama sehingga penularan penyakit tidak dapar berkembang dan menyebar ( Dahlan, 2002). Salah satu contoh upaya yang baik untuk mengembalikan kualitas dan kuantitas penghijauan kota yang dapat diterapkan di lingkungan permukiman adalah beberapa kebijaksanaan perencanaan oleh pemerintah Kota. Pada kawasan terbangun kota, harus disediakan Ruang Terbuka Hijau yang cukup yaitu: untuk kawasan yang padat, minimum disediakan area 10% dari total luas kawasan, untuk kawasan yang kepadatan bangunannya sedang harus disediakan Ruang Terbuka Hijau minimum 15% dari luas kawasan. Sedang kawasan kepadatan bangunannya rendah harus disediakan Ruang Terbuka Hijau minimum 20% terhadap luas kawasan secara keseluruhan (Irwan, 2007). Dari aspek kondisi lingkungan hidup perkotaan, rendahnya kualitas air tanah dan tingginya polusi udara dan kebisingan di perkotaan, merupakan hal-hal yang secara langsung terkait dengan keberadaan Ruang Terbuka Hijau secara ekologis. Disamping itu tingginya frekuensi bencana banjir dan tanah longsor di perkotaan diakibatkan karena terganggunya sistem air karena terbatasnya daerah resapan air dan tingginya volume air permukaan (run-off). Kondisi tersebut secara ekonomis dapat menurunkan tingkat produktivitas, dan menurunkan tingkat kesehatan dan tingkat harapan hidup masyarakat (Gusmailina, 2009).
Universitas Sumatera Utara