Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 4 Oktober 2005
PERMUKIMAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN TINJAUAN Dwira N. Aulia Staf Pengajar Program Studi Teknik Arsitektur Program Studi Arsitektur USU Abstrak: Kondisi lingkungan yang ada sekarang sudah sangat mengkhawatirkan dengan berbagai kerusakan lingkungan yang terjadi seperti : pemanasan global akibat dampak dari rumah kaca, perubahan iklim, pengurangan sumber daya alam dan pencemaran limbah. Pembangunan permukiman yang berkelanjutan diartikan sebagai upaya yang berkelanjutan untuk memperbaiki kondisi sosial, ekonomi dan kualitas lingkungan tempat hidup dan bekerja semua orang. Beberapa konsep-konsep yang pernah dikemukakan para pakar dalam melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah : pelestarian ekologi, teknologi Hijau dan mengatasi pencemaran lingkungan. Makalah ini memaparkan beberapa konsep-konsep dan strategi untuk menciptakan kawasan permukiman yang berwawasan lingkungan. Selain itu juga dijelaskan dalam mewujudkan permukiman yang berwawasan lingkungan akan dihadapi konflik-konflik yang perlu dicari solusinya. Abstract: Environment condition is very concerned with many bad environment such as : global heat as an influence of glasshouse, changing climate , reduction of nature power and waste pollution. Development of sustainable housing is a sustainable effort to repaire social condition , economic and quality of the environment, where people live and work. Some concepts have been promoted by researchers to built sustainable housing were : ecological conservation, green technology and to handle environment pollution. This paper explained some concepts and strategy to create sustainable housing. Beside of that this paper explained that in order to create sustainable housing will faced conflicts that need to solve Keywords: Permukiman berwawasan lingkungan, permukiman berkelanjutan , arsitektur ekologi.
PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk yang demikian pesat kemudian diikuti dengan perkembangan tempat bermukim yang juga demikian pesat untuk memenuhi pertumbuhan penduduk, menyebabkan munculnya berbagai masalah terutama yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup manusia. Kondisi lingkungan yang ada sekarang sudah sangat mengkhawatirkan dengan berbagai kerusakan lingkungan yang terjadi seperti : pemanasan global akibat dampak dari rumah kaca, perubahan iklim, pengurangan sumber daya alam dan pencemaran limbah Permasalahan inilah yang melatar belakangi diadakannya KTT Bumi dan menghasilkan Agenda 21 yang dicanangkan di Rio de Janeiro tahun 1992. Agenda ini menunjukkan betapa pentingnya pembangunan yang berkelanjutan di sector permukiman, pertambangan dan energi, transportasi dan lingkungan hidup (Kirmanto, 2002). Pembangunan permukiman yang berkelanjutan diartikan sebagai upaya yang berkelanjutan untuk memperbaiki kondisi sosial, ekonomi dan kualitas lingkungan tempat hidup dan bekerja semua orang. Sehingga dalam melakasanakan pembangunan permukiman yang berkelanjutan sangatlah penting untuk mempertimbangkan permukiman yang berwawasan lingkungan . Beberapa konsep-konsep yang pernah dikemukakan para pakar dalam melaksanakan pembangunan yang berwawasan
lingkungan adalah : pelestarian ekologi, teknologi Hijau dan mengatasi pencemaran lingkungan (Budihardjo, et al ;1993) . Bentapa pentingnya setiap stakeholder pembangunan kota untuk menerapkan konsep-konsep permukiman yang berwawasan lingkungan sehingga tujuan dapat tercapai yaitu : mewujudkan bumi ini sebagai tempat yang aman dan nyaman bagi generasi sekarang dan yang akan datang. Konsep Permukiman berwawasan Lingkungan Prinsip dasar pembangunan yang berkelanjutan menurut Research Triangle Institute, 1996 terdiri atas aspek-aspek (Budihardjo, Sutarto; 1999) : 1. Ekonomi (Kesejahteraan) 2. Ekologi (Lingkungan) 3. Equity (Pemerataan) 4. Engagement (Peranserta) 5. Energi Dua aspek yang berkaitan erat dengan fisik adalah Ekologi (Lingkungan) dan Energi. Secara sistematis dapat dilihat pada 1.
35
Permukiman yang Berwawasan Lingkungan Tinjauan Dwira N. Aulia
Tabel 1.
Aspek fisik dari Pembangunan yang berkelanjutan
Ekologi (Lingkungan) Penggunaan Konservasi sumber daya Sumber Daya Pencegahan dan penanggulangan polusi Peraturan Penggunaan lahan campuran, Penggunaan Tanah Menciptakan ruang-ruang terbuka, Menetapkan batas perkembangan /pemekaran kota Energi Sumber Energi Penghematan sumber energi Sistem transportasi Mengutamakan transportasi umum, massal dan hemat energi Bangunan Mendayagunakan pencahayaan dan penghawaan alami
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung , baik yang berupa kawasan perkotaan, maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (Kirmanto, 2002). Salah satu upaya yang dilakukan untuk mewujudkan permukiman yang berwawasan lingkungan adalah dengan merencanakan kawasan perumahan ekologis dengan lebih memperhatikan aspek-aspek lingkungan dalam merencanakan perumahan tersebut. Gambar 2. Komponen-komponen permukiman
kawasan
Sumber : (Budihardjo, 1999) Berbagai konsep perencanaan kota yang berkelanjutan sudah dipaparkan oleh para pakar perencanaan kota seperti : “Garden Cities” (Ebenezer Howard, 1898), “New Towns” (Patrick Abercrombie, 1944), dan “Ecological Cities” . Konsep-konsep perencanaan kota yang sedemikian bagusnya tidak dapat mencapai Kota yang berkelanjutan bila manusia yang menghuni kota tersebut tidak menjalankan peran yang semestinya. Dengan kata lain dibutuhkan keterpaduan semua bidang kehidupan dalam mewujudkan kondisi pembangunan yang berkelanjutan (Franky, 2000). Konsep permukiman yang berwawasan lingkungan bertujuan untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Secara skematis dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 1. Indikator permukiman
Didalam permukiman yang berwawasan lingkungan ada 4 komponen yang dipakai sebagai indikatornya yaitu : Ekonomi, Sosial, Lingkungan dan Budaya (Maclaren. 1996). Jadi bila kita bicara tentang permukiman yang berwawasan lingkungan , kita tidak hanya berbicara indikator-indikator fisik saja tetapi juga berbicara indikator non-fisik. 36
Sumber : (Huovilla, 1999) Pada gambar diatas terlihat komponenkomponen apa saja yang terkait didalam suatu kawasan perumahan mulai dari konsep perencanaan sampai kepada perumahan sudah dihuni. Komponenkomponen inilah yang akan berperan dalam mewujudkan permukiman yang berwawasan lingkungan karena seperti dikatakan diatas bahwa tujuan tidak dapat terwujud bila manusia yang menghuni kawasan tersebut tidak menjalankan peran yang semestinya. Studi kasus permukiman yang berwawasan Lingkungan Pemerintah sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mendorong tumbuhnya permukiman yang berwawasan lingkungan terbukti dengan adanya kebijakan-kebijakan dan peraturan perumahan yang mengarah kepada pembangunan perumahan yang berwawasan lingkungan. Begitu juga dengan diberikannya penghargaan-penghargaan kepada permukiman yang berwawasan lingkungan ( Yuwono, 2000; Joga, 2003; Daneshwara, 2004) .Dimana kriteria-kriteria penilaian mencakup kepada 8 kriteria mulai dari perizinan, persampahan, pengelolaan air bersih, pengendalian banjir, pengelolaan lingkungan sampai kepada inovasiinovasi lain yang masih ada kaitannya dengan lingkungan. Beberapa kawasan permukiman yang direkomendasikan sebagai permukiman yang berwawasan lingkungan di Indonesia adalah sebagai berikut : (Larasati, et al; 2003)
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 4 Oktober 2005
Kampung Banjarsari di Cilandak, Jakarta Banjarsari seluas 1365 Ha berdiri pada tahun 1970. Terletak bersebelahan dengan Sungai Pesanggrahan. Kawasan ini merupakan kawasan yg rawan banjir. Kemudian masyarakat kawasan ini mempunyai inisiatif untuk mengelola limbah dan meningkatkan penghijauan di kawasan ini. Kampung ini berhasil mendaur ulang limbah dan menghasilkan kertas daur ulang dan pupuk yang berguna untuk penghijauan. Sejak tahun 1996, Banjarsari telah menjadi “model permukiman yang berwawasan lingkungan” oleh UNESCO. Beberapa kriteria penilaian yang dilakukan kepada Kampung Banjarsari adalah : - Dari aspek Energi, material dan Air Bersih, Kampung Banjarsari tidak jauh berbeda dengan kampung lainnya di Jakarta - Dari Aspek Lingkungan didalam bangunan, tidak adanya data penyakit yang disebabkan oleh kondisi hunian yang tidak sehat . Data ini menunjukkan bahwa penghuni kampung adalah masyarakat yang concern kepada konsep “rumah sehat” - Dari aspek Lingkungan sekitar, pada tiap hunian masing-masing sedikitnya memiliki 20 tanaman dihalaman rumahnya sehingga membantu menyegarkan udara mengurangi polusi. Didukung juga dengan adanya gotong-royong di kempung ini sebulan sekali. - Dari aspek Ekonomi, dengan hasil kertas daur ulang dan pupuk penghijauan dapat meningkatkan penghasilan keluarga dengan adanya industri Rumah Tangga tersebut. - Dari aspek Sosial Budaya, Hubungan interaksi sosial masyarakat Banjarsari sangat erat terlebih lagi dengan adanya industri rumah tangga yang meningkatkan penghasilan . Interaksi sosial ini juga mempengaruhi masyarakat yang berada disekitar Kampung ini. Strategi perencanaan berwawasan lingkungan
permukiman
yang
Perencanaan kawasan perumahan Beberapa strategi perencanaan kawasan permukiman yang berwawasan lingkungan dapat dilihat pada prinsip-prinsip dibawah ini (Grant, et al, 1996) - Mengelola dan memelihara lingkungan supaya berfungsi dengan semestinya. Seperti contohnya tempat pembuangan sampah, drainase lingkungan dan sistem pembuangan . - Meminimalisasikan pengaruh bangunan pada lingkungan disekitarnya Seperti contohnya : pemanfaatan ruang, fasilitas pelayanan, jaringan infrastruktur sebaiknya direncanakan secara efisien. - Melindungi sumber-sumber alam dan sumberdaya lahan untuk generasi selanjutnya Seperti contohnya : melindungi pemakaian
sumber daya air, tanah dan udara. Mengurangi limbah yang dihasilkan oleh bangunan hunian Seperti contohnya : mengolah limbah yang berasal dari bangunan-bangunan sehingga tidak menimbulkan polusi terhadap lingkungan disekitarnya, menanam tanaman-tanaman yang dapat melindungi ekologi kawasan . - Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam menggalakkan pemeliharaan lingkungan Seperti contohnya mensosialisasikan pentingnya permukiman yang berkelanjutan sehingga masyarakat juga turut serta memelihara lingkungan - Mensosialisasikan pentingnya lingkungan sosial yang “sehat” Seperti contohnya : Keamanan lingkungan, kesehatan lingkungan dan partisipasi masyarakat. Pemanfaatan lahan dengan memaksimalkan bangunan akan mengakibatkan semakin besarnya pengaruh bangunan terhadap lingkungannya. Kawasan lapang dan penghijauan akan banyak membantu terciptanya permukiman yang berwawasan lingkungan, seperti pada gambar dibawah ini : -
Gambar 3. Pemanfaatan lahan permukiman
Sumber : (Grant,1996) Perencanaan kawasan permukiman yang berkelanjutan akan lebih sulit mewujudkannya bila kawasan permukiman itu memang sudah ada . Karena untuk mewujudkannya dibutuhkan keterlibatan komponen-komponen yang ada seperti pada Gambar 2 diatas. Kasusnya akan berbeda apabila kawasan permukiman baru akan direncanakan , sehingga strategi-strategi perencanaan kawasan dapat lebih diarahkan dan dikoordinasikan dari awal. Beberapa konsep perencanaan kawasan perumahan secara fisik dapat mengambil konsepkonsep ““Garden Cities” oleh Ebenezer Howard, 1898, “New Towns” oleh Patrick Abercrombie, 1944, dan “Ecological Cities” pada intinya adalah mengawinkan suasana pedesaan dengan kota. (Heryanto, 2003). Tetapi konsep-konsep ini baru bisa dikatakan berhasil apabila sudah dihuni dan berjalan dengan baik.
37
Permukiman yang Berwawasan Lingkungan Tinjauan Dwira N. Aulia
Gambar 4. Layout kawasan permukiman
Gambar 5. Konsep Bangunan Ekologis
Sumber ( Sue, et al, 2001) Perencanaan bangunan hunian berwawasan lingkungan Konsep perancangan bangunan hunian yang berwawasan lingkungan lebih kepada komponenkomponen berikut (Budihardjo, 1993): - Teknologi Hijau, hemat energi dan sumber daya Seperti contohnya : sedapat mungkin mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil , menggunakan energi lebih efisien dan bijaksana - Pemanfaatan sumber-sumber alam yang tersedia Seperti contohnya : karena kita berada di daerah tropis, maka matahari adalah sumber alam yang dapat dimanfaatkan secara maksimal Secara skematis konsep-konsep bangunan hunian dapat dilihat pada gambar ini :
Diskusi Mencapai Permukiman yang berwawasan lingkungan merupakan tujuan awal yang dapat dilakukan untuk mencoba memperbaiki kondisi dan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi sekarang ini. Tetapi perlu disadari ada beberapa keterbatasan yang akan dihadapi dalam mencapai tujuan tersebut yaitu : - Bagaimana mengajak serta semua komponenkomponen yang terkait dalam mencapai tujuan menciptakan permukiman yang berwawasan lingkungan . - Bagaimana menghadapi konflik-konflik yang akan terjadi dalam mencapai tujuan tersebut seperti pada gambar dibawah ini : Gambar 6. Segitiga Konflik
Sumber : (Campbell, 1996)
Sumber : (Huovila, 1999) 38
(Campbell, 1996) mengatakan bahwa ada 3 konflik yang dapat terjadi dalam usaha mencapai tujuan Permukiman yang Berwawasan Lingkungan yaitu : 1. Konflik Properti (Property Conflict) Konflik yang terjadi antara pertumbuhan ekonomi dan pemerataan ekonomi. Konflik antara pemilik rumah dan penyewa, Konflik antara pengelola kawasan dan pekerja. 2. Konflik Sumber daya (Resource Conflict) Konflik tentang apa yang menjadi prioritas sumber alami. Dari aspek bisnis sedapat
Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 4 Oktober 2005
3.
mungkin mengeksploitasi sumber alami tetapi pada saat yang bersamaan dibutuhkan juga peraturan untuk mengkonservasi sumber alam untuk kepentingan masa yang akan datang Konflik Pembangunan (Development Conflict) Konflik tentang mempertahan lingkungan yang alami sedapat mungkin dengan melaksanakan pembangunan semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan kehidupan manusia.
PENUTUP Dengan segala keterbatasan dan kondisi yang ada , tekad dalam mencapai tujuan Permukiman yang Berwawasan lingkungan adalah suatu langkah awal yang baik sekali. Paling tidak dalam usaha melestarikan lingkungan dan mewariskannya kepada generasi selanjutnya. Marilah kita bersama-sama menjaga dan melestarikan lingkungan yang kita huni ini agar dapat pula dihuni oleh generasi berikutnya dengan aman dan nyaman pada masa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA Budihardjo, Eko; Hardjohubojo, Sudanti (1993), Kota Berwawasan Lingkungan, Penerbit Alumni, Bandung.
Joga Nirwono (2003), Rumah Bernuansa Alami, Harian Kompas , Jum’at 10 Oktober 2003. Kirmanto, Djoko (2002), Pembangunan Perumahan dan Permukiman yang Berwawasan Lingkungan Strategis dalam Pencegahan Banjir di Perkotaan, disampaikan dalam Seminar Peduli Banjir “Forest” , Jakarta 25 Maret 2002. Larasati, Dwinita; Fraaij A; Hendriks Ch F (2003), Sustainable Housing in Indonesia, Faculty of Civil Engineering and Geosciences, Materials Science Group Delft University of Technology. Maclaren, Virginia W (1996), Urban Sustainability Reporting, Journal of The American Planning Association, Vol. 62, No. 2, Spring, pp. 184 – 202. Roaf, Sue; Fuentes, Manuel; Thomas, Stephanie (2001), Ecohouse A Design Guide, Architectural Press, Oxford. Yuwono Joko (2000), Rumah Lestari , Mungkinkah hanya sebatas Piala?, Properti.net, info & bisnis properti edisi – Juli 2000.
Budihardjo, Eko; Sujarto, Djoko (1999), Kota Berkelanjutan, Penerbit Alumni, Bandung Campbell, Scott (1996), Green Cities, Growing Cities, Just Cities? Urban Planning and the Contradictions of Sustainable Development, Journal of The American Planning Association, Vol. 62, No. 3, Summer, pp. 296 - 312. Crowther, Richard L (1992), Ecologic Architecture, Reed Publishing, Butterworth-Heinemann, USA. Dhaneswara, N Ind (2004), Mewujudkan Rumah Mungil “Hijau”, Kompas , Jum’at 12 Maret 2004. Franky L (2000), Sustainable Cities Development, Antara Konsep dan Kenyataan, Real Estate, Jurnal Pengembangan Wilayah Kota, Vol.2, No.2, hal 9-12 Grant, Jill; Manuel, Patricia; Joudrey, Darrell (1996), A Framework for Planning Sustainable Residential Landscapes, Journal of The American Planning Association, Vol. 62, No. 3, Summer, pp. 331 – 344. Huovila, Pekka (1999), On the Way towards Sustainable Building, VTT Building Technology, Finland
39