TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori . 1. Pengertian Biaya Dalam membicarakan biaya kualitas terlebih dahulu harus diketahui pengertian biaya. Menurut para ahli, biaya dapat diartikan sebagai berikut : a. Menurut Maher (1995 : 33), “biaya merupakan suatu pengorbanan sumber daya yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan mencapai tujuan tertentu”. b. Menurut Carter (2004 : 29), “biaya merupakan nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan, untuk memperoleh manfaat”. Istilah biaya (cost) sering disinonimkan dengan beban (expense). Namun pada dasarnya kedua istilah ini berbeda. Menurut Samryn (2001 : 23) : Istilah biaya (cost) pada umumya digunakan untuk pengorbanan manfaat ekonomis untuk memperoleh jasa yang tidak dikapitalisir nilainya. Sedangkan beban (expense) merupakan biaya yang tidak dapat memberikan manfaat di masa yang akan datang atau identik dengan biaya/harga yang sudah habis masa manfaatnya. Jadi menurut beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan kas atau nilai ekuivalen kas yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan guna untuk memberikan suatu manfaat yaitu peningkatan laba di masa
22
Universitas Sumatera Utara
mendatang. Penggolongan biaya diperlukan untuk mengembangkan data biaya yang dapat membantu manajemen dalam pencapaian tujuan perusahaan. Menurut Sulistianingsih dan Zulkifli (1999:83-86) dan Harnanto dan Zulkifli (2003:14) penggolongan biaya dapat didasarkan pada hubungan antara biaya dengan: •
Obyek Pengeluaran, dimana prinsip dari penggolongan biaya ini berkaitan dengan pengeluaran. Misalnya: biaya untuk membayar gaji karyawan tersebut disebut biaya gaji.
•
Fungsi Pokok Perusahaan.
2. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan salah satu faktor penentu kinerja perusahaan serta sebagai patokan ukuran relatif kebaikan suatu produk. Produk berkualitas adalah produk yang dapat memenuhi harapan konsumen. Purnama (2006 : 9) mengemukakan bahwa : Kemampuan perusahaan untuk menyediakan produk berkualitas akan menjadi senjata untuk memenangkan persaingan karena dengan memberikan produk berkualitas, kepuasan konsumen akan tercapai. Oleh karena itu perusahaan harus menentukan defenisi yang tepat dan pemahaman yang akurat tentang kualitas yang tepat. Kualitas merupakan faktor utama yang menentukan kinerja suatu perusahaan. Produk dan jasa yang berkualitas adalah produk dan jasa yang sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengenal konsumen atau pelanggannya dan mengetahui kebutuhan dan keinginanya. Dalam bukunnya pengendalian Kualitas Statistik, Wahyu
23
Universitas Sumatera Utara
Ariani Dorothea, terdapat pengertian kualitas menurut Deming (1982): ”kualitas merupakan seluruh karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, engineering, manufacture, dan maintenance, dimana produk dan jasa tersebut dalam pemakaianya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan.” Hansen, Mowen (2001: 963) mendefenisikan kualitas secara spesifik ke dalam 8 (delapan) dimensi kualitas, yaitu : 1. Performance : merujuk pada konsistensi dan baiknya suatu produk. 2. Aesthetics , berupa daya tarik produk berdasarkan penampilannya . 3. Serviceability : kemampuan produk untuk memberikan jasa . 4. Features : karakteristik pelengkap yang membedakan suatu produk dengan produk lain yang bisa memberikan kesan berbeda . 5. Reliability ; keandalan suatu produk jika digunakan selama waktu tertentu . 6. Durability ; tingkat keawetan produk yang digambarkan dengan umur ekonomis produk atau seberapa lama produk memberi manfaat ekonomis . 7. Conformance, kesesuaian produk dengan spesifikasi yang telah ditentukan. 8. Fitness for use, kesesuaian produk dengan fungsi-fungsinya seperti yang diiklankan . Berdasarkan beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa defenisi kualitas bersumber dari 2 (dua) sisi, yaitu produsen dan konsumen. Produsen menentukan persyaratan atau
spesifikasi kualitas,
sedangkan konsumen
menentukan kebutuhan dan keinginan. Hal ini ditegaskan melalui gambar
24
Universitas Sumatera Utara
kerangka “Perspektif terhadap Kualitas” di bawah ini yang dikemukakan oleh Russel (1996).
The Meaning of Quality
Production
Producer’s Perspektive
Quality of Conformance -
Conformance to specification Cost
Consumer’s Perspektive
Marketing
Quality of Design -
Quality Characteristics Price
Fitness for Consumer Use
Sumber: Purnama, Manajemen Kualitas; Perspektif Global, 2006 Gambar 2.1 Kerangka Perspektif Terhadap Kualitas Menurut Hansen dan Mowen (1994 ; 773) terdapat dua jenis kualitas yaitu: 1. Quality of Design (Kualitas Desain) ”Quality of design a function of product specification” kualitas desain merupakan suatu rincian atau spesifikasi produk yang menjadi sifat dari suatu produk dipasar. Jika produk tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, maka produk tersebut sudah tidak memenuhi quality of design. Produk dengan kualitas desain yang lebih tinggi mencerminkan biaya
25
Universitas Sumatera Utara
produksi yang lebih tinggi akibatnya harga jual lebih tinggi, karena produk tersebut akan memberikan kepuasan yang lebih besar kepada konsumen. 2. Quality of Conformance (Kualitas Kesesuaian) Defenisi quality of conformance menurut Hanse dan Mowen (2003 : 657) ”Quality of conformance is a measure of how a product meets is requirements or specification. If the product all of the designed specification, it is fitness for use.” Kualitas keseuaian merupakan ukuran seberapa jauh produk akhir sesuai dengan standar atau spesfikasi yang telah ditentukan. Jika produk tersebut mampu memenuhi semua spesifikasi maka produk tersebut, merupakan produk berkualitas tinggi. Dari kedua jenis kualitas tersebut quality of conformance yang perlu mendapat perhatian lebih besar dari pihak manajemen, karena sebagian besar masalah yang dihadapi badan usaha seperti pemborosan bahan baku, tenaga kerja, maupun waktu, disebabkan oleh ketidaksesuaian produk akhir dengan spesifikasi sehingga mengakibatkan badan usaha kehilangan penjualan, meningkatkan biaya dan penurunan profiabilitas. Disamping kedua jenis kualitas tesebut menurut Gitlow (1990 : 12) ditambah satu jenis lagi merupakan jenis yang ketiga yaitu : 3. Quality of Performance Quality of performance menunjukkan
bagaimana keberhasilan produk
atau jasa yang dihasilkan oleh suatu badan usaha dipasaran yang meliputi pelayanan purna jual, perawatan, daya uji serta dukungan logistis. Ketiga
26
Universitas Sumatera Utara
jenis kualitas tersebut harus diperhatikan oleh manajemen agar dapat bertalian terus di pasaran karena dalam membeli konsumen menginginkan kualitas yang didapatkan sesuai dengan harga yang dibayarkan. Keterkaitan quality of design dengan quality conformance terhadap peningkatan laba dijelaskan oleh Juran J.M (1993 : 5) sebagai berikut : “Quality of design diistilahkan product feature sedangkan
quality of
conformance diistilahkan lower of deficiencies” Tabel 2.1. Kategori Biaya Kualitas Biaya Pencegahan Biaya Penilaian 1. Engineering Kualitas 2. Pelatihan 3. Perekrutan 4. Audit Kualitas 5. Penelaahan Terhadap Desain Produk 6. Lingkaran Kualitas 7. Riset Pemasaran 8. Sertifikasi supplier
1. Inspeksi Bahan Baku 2.Inspeksi Pengemasan 3. Penerimaan Produk 4. Penerimaan Proses 5. Pengujian Lapangan 6. Verifikasi Pemasok 7. Supervisi Penilaian
Biaya Kegagalan Internal 1 Bahan Sisa 2. Pengerjaan Kembali 3. Waktu Tunda (berkaitan dengan barang cacat) 4. Penginspeksian Kembali 5. Pengujian Kembali 6. Perubahan Desain 7. Perbaikan
Biaya Kegagalan Eksternal 1. Hilangnya Penjualan karena Kinerja Buruk 2. Retur atau Pengurangan Harga 3. Biaya Jaminan 4. Diskon karena Barang Cacat 5. Utang Produk 6. Biaya Penanganan Keluhan Konsumen 7. Biaya Distribusi Produk yang Dikembalikan 8.Ketidakpercayaan Pelanggan
Sumber : Hansen, Mowen; 2001 Kualitas dari kegiatan yang diproduksi oleh organisasi tergantung atas lima factor. Faktor-faktor tersebut adalah desain, peralatan, bahan baku,
27
Universitas Sumatera Utara
penjadwalan dan kinerja. Secara kombinasi faktor-faktor tersebut tentu menentukan akurasi atau acceptability dari keluaran dan garis waktu. Penjelasan mengenai lima factor yang mempengaruhi kualitas tersebut menurut David Bain (1992 : 116) adalah sebagai berikut : 1. Desain Kualitas keluaran tergantung tidak hanya atas desain atau rancangan dari produk tetapi juga desain dari sistem yang dibutuhkan untuk memproduksi keluaran-keluaran tersebut. Pengembangan kualitas melalui desain tidak sepenuhnya berarti biaya yang lebih tinggi. 2. Peralatan Kemampuan dalam menyediakan peralatan dan mesin-mesin yang dapat secara tepat diandalkan dalam menghasilkan keluaran yang dikehendaki mempunyai dampak penting terhadap kualitas. 3. Bahan-bahan Bahan (material) dari bermacam-macam jenis digunakan oleh organisasi dalam usaha untuk menghasilkan keluaran. Adalah hal yang bahwa karakteristik dari bahan- bahan yang dipakai tersebut memenuhi persyaratan atau kebutuhan. 4. Penjadwalan Penjadwalan memiliki dampak yang luar biasa terhadap kualitas. Hal ini secara jelas mempengaruhi garis waktu dimana keluaran-keluaran dikirim. 5. Prestasi Kinerja manusia mempunyai tugas penting terhadap kualitas dari keluaran-keluaran yang diproduksi. Kinerja tergantung dari dua faktor yaitu keterampilan dan motivasi. Kinerja = keterampilan + motivasi. Keterampilan merupakan suatu fungsi dari dua faktor yaitu pelatihan dan pengalaman. Keterampilan = pelatihan + pengalaman. Motivasi juga merupakan fungsi dari dua faktor yaitu sikap dan lingkungan. Motivasi = sikap + lingkungan. 3. Pengertian Biaya Kualitas Segala pengeluaran yang mendukung perbaikan kualitas suatu produk akan dimasukkan sebagai biaya kualitas. Gryna (2001 : 19) mengemukakan bahwa: ”sejak tahun 1950, konsep tentang biaya kualitas muncul. Beberapa
28
Universitas Sumatera Utara
diantarannya mengartikan biaya kualitas sebagi biaya yang dikeluarkan untuk mencapai kualitas.” Biaya kualitas menurut Hilton, Maher, Selto (2003 : 266) diartikan sebagai biaya-biaya sehubungan dengan aktivitas untuk mengontrol kualitas dan dalam mengoreksi risiko kegagalan yang timbul. Menurut Hansen dan Mowen (2001 : 966) biaya kualitas dapat dikelompokkan kedalam 4 (empat) kategori, yaitu : 1. Biaya Pencegahan (prevention costs) Biaya pencegahan merupakan biaya yang muncul untuk mencegah terjadinya kualitas buruk dalam produk atau jasa yang dihasilkan. Ketika biaya pencegahan meningkat, kita akan berharap bahwa biaya kegagalan menurun. Misalnya biaya pencegahan adalah engineering kualitas, program pelatihan kualitas, pelaporan kualitas, perencanaan kualitas, evaluasi supplier, dan seleksi supplier, audit kualitas, lingkaran kualitas, ladang uji coba, dan peninjauan kembali desain.. 2. Biaya Penilaian (appraisal costs) Biaya penilaian merupakan biaya yang muncul untuk menentukan apakah produk atau jasa sesuai dengan kebutuhan pelanggan atau spesifikasi mereka. Termasuk dalam contoh ini adalah inspeksi dan pengujian bahan baku, pengemasan, inspeksi, supervisi aktivitas penilaian, penerimaan produk, penerimaan proses, pengukuran peralatan, dan pengesahan dari pihak luar. 3. Biaya Kegagalan Internal (internal failure costs) Biaya kegagalan internal merupakan biaya yang timbul karena produk dan jasa tidak sesuai dengan spesifikasi atau kebutuhan pelanggan. Ketidaksesuaian ini dideteksi sebelum produk dan jasa dikirimkan ke pihak luar. Ini adalah kegagalan yang didedeteksi oleh aktivitas penilaian. Contoh dari biaya ini adalah bahan sisa, pengerjaan kembali, waktu tunda, penginspeksian kembali, pengujian kembali, dan perubahan desain. Biaya-biaya ini tidak ada jika barang cacat tidak ada. 4. Biaya Kegagalan Eksternal (external failure costs) Biaya kegagalan internal merupakan biaya yang timbul karena produk dan jasa gagal memenuhi persyaratan atau memenuhi kebutuhan pelanggan setelah dikirim ke pelanggan. Dari semua
29
Universitas Sumatera Utara
biaya, kategori ini adalah yang paling menghancurkan perusahaan. Contoh dari biaya ini adalah kehilangan penjualan karena kinerja produk yang buruk, retur dan pengurangan harga karena kualitas yang buruk, jaminan, perbaikan, utang produk, ketidakpuasan pelanggan, hilangnya pangsa pasar, dan penyesuain keluhan. Biaya kegagalan eksternal, seperti biaya kegagalan internal, tidak ada jika barang cacat tidak ada. Saat ini banyak perusahaan yang menggunakan ukuran biaya kualitas sebagai indikator keberhasilan program perbaikan kualitas, yang dapat dihubungkan dengan ukuran-ukuran lain. a. Biaya kualitas dibandingkan dengan nilai penjualan (persentase biaya kualitas total terhadap nilai penjualan). Makin rendah nilai ini menunjukkan program perbaikan kualitas makin buruk. b. Biaya kualitas dibandingkan dengan keuntungan (persentase biaya kualitas total terhadap nilai keuntungan). Makin rendah nilai ini menunjukkan keuntungan makin besar dimana program perbaikan kualitas makin buruk. c. Biaya kualitas dibandingkan dengan harga pokok penjualan. Perbandingan ini diukur berdasarkan persentase biaya kualitas total terhadap nilai harga pokok penjualan. Makin rendah nilainya menunjukkan makin baik program perbaikan kualitas.
4. Perilaku Biaya Kualitas Kualitas dapat diukur berdasarkan biayanya. Berdasarkan analisis para pakar kualitas, suatu perusahaan dengan pengelolaan kualitas yang berjalan dengan baik, biaya kualitasnya tidak lebih besar dari 2,5% dari penjualan. Hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh Tjiptono et al (2003 : 42):
30
Universitas Sumatera Utara
setiap perusahaan dapat menyusun anggaran untuk menentukan besarnya standar biaya kualitas setiap kelompok atau elemen secara individual, sehingga biaya kualitas yang dianggarkan tidak lebih dari 2,5% dari penjualan. Agar standar tersebut dapat tercapai, maka perusahaan harus dapat mengidentifikasi perilaku setiap elemen biaya kualitas secara individual. Agar laporan kinerja kualitas dapat bermanfaat, maka hal-hal berikut perlu diperhatikan (Fandy, 1995:43) : a. biaya kualitas harus digolongkan ke dalam biaya variabel dan biaya tetap dihubungkan dengan penjualan, b. untuk biaya variabel, penyempurnaan kualitas dicerminkan oleh pengurangan rasio biaya variabel. Pengukuran kinerja dapat menggunakan salah satu dari dua cara berikut: 1) rasio biaya variabel pada awal dan akhir periode tertentu dapat digunakan untuk menghitung penghematan biaya sesungguhnya atau kenaikan biaya sesungguhnya, 2) rasio biaya yang dianggarkan dan rasio sesungguhnya dapat juga digunakan untuk mengukur kemajuan kearah pencapaian sasaran periodik, c. untuk biaya tetap, penyempurnaan biaya kualitas dicerminkan oleh perubahan absolut jumlah biaya tetap.
Struktur biaya kualitas sangat dipengaruhi oleh interaksi antara keempat jenis biaya kualitas, yaitu prevention cost, appraisal cost, internal failure cost, dan external failure cost. Keempat komponen biaya ini bersama-sama akan mempengaruhi biaya kualitas. Adapun perilaku masing-masing komponen adalah sebagai berikut: a. kenaikan prevention cost akan menghasilkan pengurangan defect (cacat) yang pada gilirannya akan mengurangi appraisal cost, karena pengurangan defect ini akan menyebabkan berkurangnya biaya untuk inspeksi dan test produk yang dihasilkan sudah tidak mengandung defect lagi.
31
Universitas Sumatera Utara
b. kenaikan prevention cost
juga akan memepengaruhi biaya kegagalan
karena berkurangnya defect berarti berkurangnya biaya untuk mengolah defect itu sendiri. Jadi apabila prevention cost tinggi, maka internal dan external failure cost akan rendah. c. pengurangan biaya kualitas total akan menyebabkan peningkatan level kualitas produk dan perbaikan produktivitas perusahaan.
Prevention dan appraisal cost merupakan biaya kualitas yang dapat dikendalikan oleh produsen (controllable quality cost). Artinya , tinggi rendahnya biaya ini dapat ditentukan terlebih dahulu oleh produsen. Perencanaan dan pelaksanaan proses produksi yang baik akan menyebabkan tingkat defect yang semakin rendah. Defect
yang semakin rendah ini pada gilirannya akan
mengurangi internal dan external failure cost yang tidak dapat dikendalikan oleh produsen (uncontrollable quality cost). Biaya ini muncul akibat adanya defect. Dengan kata lain, tinggi rendahnya uncontrollable quality cost ini muncul akibat adanya perlakuan atau sikap produsen terhadap controllable quality cost.
5. Perencanaan dan Penganggaran Biaya Kualitas Gryna (2001: 10) mengemukakan bahwa “Biaya akan naik seiring peningkatan kualitas desain produk. Kenaikan biaya yang tepat sasaran sehubungan dengan peningkatan kualitas dapat mengurangi biaya pengerjaan ulang (rework), keluhan pelanggan, produk cacat, serta biaya lain yang berkaitan.”
32
Universitas Sumatera Utara
Program pengelolaan kualitas yang baik membutuhkan perencanaan dan penganggaran biaya kualitas yang tepat. Perencanaan biaya kualitas dalam bentuk standar dapat dilakukan dengan analisis perilaku biaya kualitas yang terjadi pada periode yang lalu. Tiap-tiap komponen biaya kualitas dibandingkan dan dianalisis untuk mengetahui trend
biaya yang terjadi. Untuk mengetahui trend biaya
tersebut digunakan analisis regresi. Dari analisis regresi atas data biaya kualitas historis, dapat ditentukan persentase masing-masing komponen biaya kualitas terhadap biaya produksi atau jumlah penjualan. Setelah mengetahui trend biaya kualitas yang ada maka biaya kualitas optimum dapat ditentukan, yang kemudian digunakan sebagai standar dalam anggaran.
6. Strategi Pengurangan Biaya Kualitas Kemampuan untuk mengurangi total biaya kualitas bahkan secara dramatis telah dibuktikan oleh banyak perusahaan di Amerika. Misalnya Tennant Company, sebuah perusahaan manufaktur penghasil produk-produk pembersih lantai, mampu mengurangi biaya kualitasnya selama 8 (delapan) tahun dari 17% menjadi 2,5% dari penjualan. Berikut
ini
beberapa
strategi
pengurangan
biaya
kualitas
yang
direkomendasikan oleh American Society for Quality Control (Hansen et al, 2001 : 974). a. Lakukan serangan langsung terhadap biaya-biaya kegagalan hingga hingga mencapai titik nol. b. Lakukan investasi dalam aktivitas-aktivitas pencegahan yang benar untuk membawa perbaikan.
33
Universitas Sumatera Utara
c. Kurangi biaya penilaian sesuai dengan hasil yang dicapai. d. Lakukan evaluasi secara kontiniu. e. Secara tidak langsung lakukan usaha-usaha pencegahan untuk mendapatkan keuntungan dari perbaikan selanjutunya.
Strategi-strategi tersebut memudahkan perusahaan dalam mengatasi masalah biaya kualitas. Dengan demikian, efektivitas atau efisiensi dalam program perbaikan kualitas akan tercapai.
7. Laporan Biaya Kualitas a. Manfaat Laporan Biaya Kualitas Suatu sistem pelaporan biaya kualitas menjadi penting jika organisasi tersebut serius dengan program perbaikan kualitas. Laporan Biaya Kualitas dapat dijadikan parameter bisnis bagi perusahaan dan memberikan informasi penting bagi pihak manajemen dalam pengambilan keputusan untuk tujuan perusahaan. Tjiptono et al.(2003 : 40) merincikan berbagai manfaat Laporan Biaya Kualitas ke dalam beberapa point, antara lain: 1) mengidentifikasi peluang laba (penghematan biaya dapat meningkatkan laba), 2) mengambil keputusan capital budgeting dan keputusan investasi lainnya, 3) menekan biaya pemebelian dan biaya yang berkaitan dengan pemasok, 4) mengidentifikasi pemborosan dalam aktivitas yang tidak dikehendaki para pelanggan, 5) mengidentifikasi masalah kualitas dan adanya sistem yang berlebihan, 6) menentukan apakah biaya-biaya kualitas telah didistribusikan secara tepat, 7) penentuan tujuan dalam anggaran dan perencanaan laba,
34
Universitas Sumatera Utara
8) sebagai alat untuk mengukur perbandingan antara input dengan output, 9) sebagai salah satu alat analisis Pareto untuk membedakan antara vital few dan trivial many, 10) sebagai alat manajemen strategic untuk mengalokasikan sumber daya dalam perumusan dan pelaksanaan strategi, 11) sebagai ukuran penilaian kinerja yang objektif.
b. Jenis Laporan Biaya Kualitas Laporan biaya kualitas ada 4 (empat) jenis (Hansen et al., 2001 : 984). 1. Laporan standar interim Laporan ini digunakan untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan memenuhi biaya kualitas yang dianggarkan. Para manajer menggunakan laporan ini untuk membandingkan biaya kualitas aktual dengan yang dianggarkan pada periode tersebut. 2. Laporan trend satu periode Laporan ini menunjukkan kemajuan yang berhubungan dengan kinerja kualitas tahun terakhir. Manajemen dapat memperoleh wawasan tambahan dengan menbandingkan kinerja tahun ini dan biaya kualitas yang sesungguhnya terjadi pada tahun sebelumnya. 3. Laporan trend periode-ganda Laporan ini menyediakan grafik yang menggambarkan perubahan kualitas sejak pertama kali program perbaikan kualitas tersebut dilaksanakan sampai tahun ini. Dengan laporan ini, diharapkan manajemen memperoleh informasi trend menyeluruh untuk menilai program peningkatan kualitas. 4. Laporan jangka panjang Laporan ini menunjukkan kemajuan berdasarkan standar atau tujuan jangka panjang. Laporan jangka panjang ini membandingkan biaya kualitas aktual periode ini dengan biaya yang diizinkan jika standar cacat nihil tercapai (dengan asumsi tingkat penjualan sama dengan periode saat ini).
8. Konsep Biaya Kualitas Optimum Pada dasarnya perusahaan menginginkan agar biaya kualitas rendah, namun dapat mencapai yang lebih tinggi, setidaknya sampai pada titik tertentu. Pada dasarnya ada dua paradigma tentang konsep biaya kualitas optimum, yaitu paradigma tradisional dan paradigma TQM (Total Quality Manajemen).
35
Universitas Sumatera Utara
Perusahaan-perusahaan yang intensif mengikuti program perbaikan kualitas lebih cenderung mengikuti paradigm TQM. Paradigma ini beranggapan bahwa total biaya kualitas terendah dicapai pada level zero defect (cacat nihil). Hal ini dijelaskan pada gambar “Model Biaya Optimum” menurut TQM berikut. Cost per good unit of product Total Quality Cost
Failure Cost
Costs of appraisal plus prevention
0 Quality of Conformance (%) 100 Sumber: Gryna, Quality Planning and Analysis, 2001 Gambar 2.2 Model Biaya Optimum Gambar tersebut menunjukkan 3 (tiga) macam kurva, yaitu: a. kurva biaya kegagalan (Failure Cost). Biaya ini akan mencapai angka nol jika produk yang dihasilkan 100% baik (zero defect), dan akan meningkat menuju angka yang tidak terbatas ketika produk 100% cacat b. kurva biaya pencegahan dan penilaian (Costs of appraisal plus prevention). Biaya ini mencapai angka nol pada saat produk 100% cacat, dan akan menjauhi angka nol seiring peningkatan kualitas produk. c. kurva biaya kualitas total (Total Quality Costs). Kurva ini merupakan gabungan kedua kurva di atas yang menggambarkan total biaya kualitas
36
Universitas Sumatera Utara
per satuan produk yang baik. Biaya kualitas optimum terletak pada kurva ini dengan sumbu absis tepat di 100% produk baik (zero defect). 9. Pengertian Penjualan. Berdasarkan Kamus Besar Ekonomi (Winarno & Ismaya, 2003: 380) Penjualan diartikan sebagai suatu transaksi yang melibatkan pengiriman atau penyerahan produk, hak atau jasa dalam pertukaran untuk penerimaan kas, janji pembayaran atau dapat disamakan dengan uang, atau kombinasinya. Transaksi ini dicatat dan dilaporkan sebesar jumlah kas, janji pembayaran, atau ekuivalen dengan uang yang diterima. Dari defenisi ini dapat disimpulkan bahwa penjualan adalah setiap aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan yang berhubungan dengan pengiriman atau penyerahan baik barang ataupun jasa yang menyebabkan timbulnya kewajiban pembayaran bagi si penerima barang (pembeli) baik secara tunai maupun kredit sebesar kesepakatan kedua pihak. Penjual mencatat nilai penjualan sebesar kesepakatan tersebut. Dalam kamus istilah akuntansi keuangan dan investasi penjualan diartikan sebagai ”pendapatan yang diterima dari pertukaran barang dan dicatat untuk satu periode akuntansi tertentu, baik berdasarkan kas (sebagaimana diterima) atau berdasarkan akrual (sebagaimana diperoleh)”.
Dari arti penjualan ini, dapat
disimpulkan bahwa penjualan merupakan pendapatan yang diakui perusahaan selama satu periode akuntansi tertentu dari hasil pertukaran barang, baik dengan dasar basis kas atau basis akurual.
37
Universitas Sumatera Utara
Untuk dapat dikatakan sebagai penjualan, suatu transakasi harus menyangkut pemindahan risiko-risiko sebagai akibat kepemilikan tersebut. Selanjutnya dikatakan oleh Yadiati & Wahyusdi (2006: 28) ”transaksi penjualan barang dagang dalam perusahaan dagang dapat dilakukan baik secara tunai maupun kredit atau secara tunai dan sisanya dibayar secara kredit”. Oleh karena itu, didalam pendapatan yang diperoleh perusahaan mencakup keseluruhan transaksi yang dilakukan dalam penjualan barang dagang tersebut. Secara umum ada dua jenis penjualan yaitu : a. Penjualan tunai ”Penjualan yang dilaksanakan oleh perusahaan dengan mewajibkan pembeli melakukan pembayaran harga barang terlebih dahulu sebelum barang diserahkan kepada pembeli oleh penjual”. (Mulyadi, 2001: 455). b. Penjualan Kredit. ”Penjualan yang dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mengirimkan barang sesuai dengan order yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu tertentu perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut”. (Mulyadi, 2001: 212). Pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK no: 23) menyatakan bahwa: ”Pendapatan merupakan arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktifitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu
38
Universitas Sumatera Utara
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal”. (IAI, 2007: 23.2) Dari defenisi diatas dapat diketahui bahwa pendapatan pada umumnya berasal dari aktivitas normal perusahaan. Aktivitas normal terdiri dari transaksi penjualan dan pembelian. Transaksi penjualan terdiri dari penjualan produk, pemberian jasa, pendapatan dari penggunaan aktiva dan pelepasan aktiva selain barang dagang. 10. Tingkat pertumbuhan Penjualan. Menurut Swastha & Handoko (2001: 404) , ”Pertumbuhan pendapatan atas penjualan merupakan indikator penting dari produk dan/atau jasa perusahaan tersebut, dimana pendapatan yang dihasilkan dari penjualan akan digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan penjualan.” Dengan demikian dapat diketahui bahwa suatu perusahaan dapat dikatakan mengalami pertumbuhan kearah yang lebih baik jika terdapat peningkatan yang konsisten dalam aktifitas utama operasinya. Sehingga pertumbuhan yang terjadi dalam perusahaan dagang sering juga disebut pertumbuhan penjualan. Higgins (2003: 115-131) menyatakan bahwa: ”growth comes from two sources; increasing volume and rising price. Because of all variabel cost, most current asset, and current liabilities have tendency directly with sales, so it is a good idea to see the growth rate based on the sales of the company”. Berdasarkan pernyataan ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari pertambahan volume dan peningkatan harga khususnya dalam hal
39
Universitas Sumatera Utara
penjualan karena penjualan merupakan suatu aktifitas yang umumnya dilakukan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan yang diharapkan yaitu tingkat laba yang diinginkan. Perhitungan
tingkat
pertumbuhan
penjualan
adalah
dengan
membandingkan antara penjualan akhir periode dengan penjualan yang dijadikan tahun dasar (penjualan periode sebelumnya). Apabila persentase perbandingannya semakin besar, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan penjualan semakin baik atau lebih baik dari periode sebelumnya. Menurut Horne & Machowicz (2005: 285), pertumbuhan penjualan dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini:
g=
S1 − S 0 x100% S0
Keterangan : g : Growth Sales Rate ( tingkat pertumbuhan penjualan). S1 : Total Current Sales (jumlah penjualan selama periode berjalan). S0 : Total Sales for Last Period ( jumlah penjualan untuk periode dasar).
40
Universitas Sumatera Utara
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul ini dapat dilihat pada tabel.
Nama Peneliti
Tabel 2. 2 Tinjauan penelitian terdahulu Judul Variabel Hasil Penelitian Penelitian
Budi Susanto (2005)
Analisis Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan pada Divisi Tempa dan Cor PT Pindad (Persero) Bandung
Nasiah (2007)
Pengaruh biaya kualitas terhadap penjualan tandan buah segar (TBS) pada PT. Syuhbhrasta Medan
Dedi Kurniawan (2009)
Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan Pada PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan
Variabel independen: Biaya pencegahan, Biaya Penilaian, Biaya kegagalan Internal, Biaya Kegagalan Eksternal Variabel dependen: EBIT Variabel independen: Biaya Kualitas Variabel dependen: Penjualan
Secara simultan biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, biaya kegagalan eksternal berpengaruh terhadap EBIT. Secara parsial biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal tidak berpengaruh signifikan, namun biaya kegagalan eksternal berpengaruh signifikan terhadap EBIT Biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, dan biaya kegagalan eksternal berpengaruh signifikan terhadap penjualan TBS.
Variabel independen: Biaya Kualitas Variabel dependen: Tingkat Profitabilitas
Secara simultan biaya kualitas berpengaruh terhadap ROI. Secara parsial hanya biaya pencegahan, yang berpengaruh signifikan terhadap ROI.
41
Universitas Sumatera Utara
1. Budi Susanto (2005) Penelitian yang dilakukan oleh Budi Susanto (2005) berjudul Analisis Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan apda Divisi Tempat dan Cor PT Pindad (Persero) Bandung menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara komponen-komponen biaya kualitas, yaitu biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal, biaya kegaglan eksternal secara simultan terhadap EBIT. Pengujian hipotesis secara parsial dengn sistem uji statistik anaisis regresi dari penelitian tersebut menujukkan bahwa biaya pencegahan, biaya penilaia, biaya kegaglan internal tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap EBIT. Sedangkan biaya kegaglan eksternal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap EBIT. 2. Nasiah (2007) Penelitian yang dilakukan oleh Nasiah (2007) mengenai pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Penjualan Tandan Buah Segar (TBS) pada PT. Syuhbarasta Medan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagala internal, dan biaya kegagalan eksternal. Sedangkan variabel dependennya adalah penjualan. Hasil penelitian menunjukan bahwa biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan dan biaya kegagalan eksternal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penjualan.
42
Universitas Sumatera Utara
3. Dedi Kurniawan (2009) Penelitian yang dilakukan oleh Dedi Kurniawan (2009) mengenai Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan Pada PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan.
Variabel independen dalam
penelitian ini adalah biaya kualitas yang terdiri dari biaya pencegahan, biaya penilaian, dan biaya kegagala. Sedangkan variabel dependennya adalah tingkat profitabilitas (ROI). Berdasarkan berbagai pengujian dan analisis data diperoleh kesimpulan bahwa biaya pencegahan, biaya penilaian, dan biaya kegagalan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROI) perusahaan. Diantara ketiga unsur biaya kualitas, secara parsial hanya biaya pencegahan yang memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROI). Sedangkan dua unsur lainnya yaitu biaya penilaian dan biaya kegagalan tidak memiliki pengaruh terhadap profitabilitas (ROI) perusahaan.
C. Kerangka Konseptual ”Kerangka konseptual merupakan sintesa atau ekstrapolasi dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis”. (Fakultas Ekonomi, 2004 : 13).
43
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang telah diuraikan sebelumnya, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Biaya Kualitas (X)
Biaya Pencegahan (X1)
Biaya Penilaian (X2)
Tingkat Pertumbuhan Penjualan (Y)
Biaya kegagalan internal (X3)
Biaya kegagalan eksternal(X4)
Gambar 2.3. Kerangka Konseptual Kualitas merupakan hal krusial yang menyangkut suatu produk, baik barang atau jasa dan menjadi dasar kompetisi dalam lingkungan bisnis kontemporer. Sejauh mana produk sesuai dengan kebutuhan pemakainya ditunjukkan dengan kualitas. Masalah kualitas akan timbul pada saat produk tidak dapat memberikan fungsinya secara tepat dan sesuai dengan kebutuhan pemakainya. Kuantifikasi kualitas ke dalam satuan uang memunculkan adanya istilah biaya kualitas. Produk yang berkualitas tentu merupakan produk yang memiliki nilai (value) yang lebih tinggi dengan ditandai oleh tingkat kepuasan pelanggan yang
44
Universitas Sumatera Utara
tinggi atas produk tersebut. Perusahaan harus sadar bahwa sebenarnya penghasilan (penjualan) yang diperoleh merupakan akibat dari kemampuannya dalam memberikan kepuasan kepada pelanggan. Pada perusahaan yang menerapkan TQM (total Quality Management) biaya kualitas antar periode cenderung menurun seiring dengan meningkatnya kualitas produk dan kepuasan pelanggan sehingga peningkatan pertumbuhan penjualan antar periode akan naik atau dapat dikatakan biaya kualitas memiliki hubungan negatif dengan tingkat pertumbuhan penjualan . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa biaya kualitas berpangaruh pada tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan. D. Hipotesis Penelitian Menurut Erlina, Mulyani (2007 : 14) ”Hipotesis adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris”. Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya, hipotesis yang diperoleh adalah : Ho
: biaya kualitas tidak berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan penjualan pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.
Ha
: biaya kualitas berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan penjualan pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.
45
Universitas Sumatera Utara