TINJAUAN PUSTAKA
Hutan dan Kehutanan Hutan merupakan kumpulan pepohonan yang tumbuh rapat beserta tumbuh-tumbuhan memanjat dengan bunga yang beraneka ragam warna yang berperan sangat penting bagi kehidupan di bumi ini. Dari sudut pandang ekonomis, hutan merupakan tempat menanam modal dalam jangka panjang yang sangat menguntungkan dalam bentuk Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Dari sudut pandang ekologi hutan merupakan suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai oleh pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan berbeda dengan keadaan di luar hutan. Menurut Undang-Undang No.5 tahun
1967, hutan
diartikan sebagai lapangan bertumbuhan pohon-pohon yang secara menyeluruh merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya. Kehutanan adalah suatu kegiatan yang bersangkut paut dengan pengelolaan ekosistem hutan dan pengurusannya, sehingga ekosistem tersebut mampu memenuhi berbagai kebutuhan barang dan jasa. Tujuan pembangunan kehutanan Indonesia adalah membagi lahan hutan ke dalam pengelolaan yang terdiri atas, pengelolaan hutan produksi berfungsi ekonomi dan ekologi yang sama kuat atau seimbang, pengelolaan hutan konservasi yang berfungsi ekologi dan pengelolaan hutan kebun kayu sebagai fungsi ekonomi (Arief, 2001). Hutan Rakyat Hutan rakyat secara swadaya merupakan alternatif yang dipilih untuk mengatasi masalah sosial ekonomi dan lingkungan hidup, selain itu pengaruh positif yang lain adalah terpeliharanya sumberdaya alam (konservasi tanah dan air) sehingga meningkatkan daya dukung lahan bagi penduduk dan ikut serta
Universitas Sumatera Utara
dalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), mengurangi terjadinya kerusakan hutan akibat penebangan liar dan penyerobotan tanah. Kombinasi berbagai jenis tanaman memungkinkan pemetikan hasil secara terus menerus dan memungkinkan terbentuknya stratifikasi tajuk sehingga mencegah erosi tanah dan hempasan air hutan (Arief, 2001). Pengusahaan hutan rakyat adalah suatu usaha yang meliputi kegiatan: produksi, pengolahan hasil, pemasaran dan kelembagaan. Sebagaimana diketahui bahwa hutan rakyat sampai saat ini diusahakan oleh masyarakat di pedesaan, sehingga kontribusi manfaat hutan rakyat akan berdampak pada perekonomian desa. Manfaat ekonomi hutan rakyat secara langsung dapat dirasakan masingmasing rumah tangga para pelakunya dan secara tidak langsung berpengaruh pada perekonomian desa. Pendapatan dari hutan rakyat bagi petani masih diposisikan sebagai pendapatan sampingan dan bersifat insidentil dengan kisaran tidak lebih dari 10% pendapatan total yang mereka terima. Hal ini disebabkan karena pengusahaan hutan rakyat masih merupakan jenis usaha sambilan. Usaha hutan rakyat pada umumnya dilakukan oleh keluarga petani kecil biasanya subsistem yang merupakan ciri umum petani Indonesia (Hardjanto, 2001). Deskripsi Tanaman Kemiri Kemiri (Aleurites moluccana) termasuk dalam kelompok tanaman tahunan. Umur produktif tanaman ini 25 - 40 tahun. Tanaman ini termasuk dalam famili euphorbiaceae (jarak-jarakan).
Universitas Sumatera Utara
Secara sistematis klasifikasinya sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatopphyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Class
: Dicotyledoneae
Ordo
: Archichlamydae
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Aleurites
Spesies
: Aleurites moluccana
Kemiri (Aleurites moluccana) adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber minyak dan rempah-rempah. Tumbuhan ini masih sekerabat dengan singkong dan termasuk dalam suku euphorbiaceae. Dalam perdagangan antarnegara dikenal sebagai candleberry, indian walnut, serta candlenut. Pohonnya disebut sebagai varnish tree atau kukui nut tree. Minyak yang diekstrak dari bijinya berguna dalam industri untuk digunakan sebagai bahan campuran cat dan dikenal sebagai tung oil. Tanaman ini sekarang sudah tersebar luas di daerah-daerah tropis. Tinggi tanaman ini mencapai sekitar 15 - 25 m. Daunnya berwarna hijau pucat. Kacangnya memiliki diameter sekitar 4 - 6 cm, biji yang terdapat di dalamnya memiliki lapisan pelindung yang sangat keras dan mengandung minyak yang cukup banyak, yang memungkinkan untuk digunakan sebagai lilin. Kemiri (Aleurites moluccana) berasal dari Kepulauan Maluku, dan dan dari Malaysia. Tanaman ini menyebar dari sebelah timur Asia hingga Kepulauan Pasifik. Di Indonesia kemiri tersebar luas dihampir seluruh wilayah nusantara.
Universitas Sumatera Utara
Luasnya penyebaran kemiri di nusantara terlihat juga dari beragamnya nama daerahnya. Di Sumatera, kemiri disebut kereh, kemili, kembiri, tanoan, kemiling, atau buwa kare sedangkan di Jawa, disebut midi, pidekan, miri, kemiri, atau muncang (Sunda) sedangkan di Sulawesi, disebut wiau, lana, boyau, bontalo dudulaa atau saketa. Kemiri merupakan komoditi yang mempunyai prospek pasar yang cukup luas, baik di dalam maupun di luar negeri. Kemiri mempunyai nilai ekonomi tinggi sebagai bahan produk mulai dari penyedap makanan sampai bahan baku industri dan perabot rumah tangga. Produk kemiri dapat dimanfaatkan sebagai bumbu masak, obat-obatan, minyak kemiri untuk perawatan rambut dan kecantikan, bahan baku industri sabun dan cat, kayu bakar, korek api, perabot rumah tangga, papan pengepak, pulp, dan vinir kayu lapis (Yusran, 2005). Budidaya Kemiri Pohon kemiri dapat tumbuh dengan baik pada tanah-tanah kapur, tanahtanah berpasir di pantai. Tetapi tanaman kemiri dapat juga tumbuh pada tanahtanah podsolik yang kurang subur sampai yang subur dan pada tanah-tanah latosol. Pohon kemiri tumbuh dan berproduksi baik pada ketinggian 0 - 800 m di atas permukaan laut, walaupun di beberapa tempat dapat juga tumbuh pada ketinggian sampai 1200 m di atas permukaan laut. Tanaman kemiri dapat tumbuh pada lahan yang berkonfigurasi datar, bergelombang dan yang bertebing yang curam. Ditinjau dari kondisi iklimnya, tanaman kemiri dapat tumbuh di daerahdaerah yang beriklim kering dan daerah-daerah yang beriklim basah. Dengan demikian tanaman kemiri dapat tumbuh di daerah-daerah yang memiliki curah hujan 1500 - 2400 mm per tahun dan pada suhu 200 – 270C.
Universitas Sumatera Utara
Tanaman kemiri dapat dikembangbiakkan melalui 3 cara yaitu dengan cara generatif, vegetatif dan dengan cara sambungan. Pengembangan tanaman kemiri sebenarnya dapat dilakukan dengan penanaman biji secara langsung di lapangan. Namun penanaman biji secara langsung ini persentase tumbuhnya relatif kecil jika dibandingkan dengan melalui penyemaian. a. Penyiapan lahan Lahan yang akan dipakai untuk budidaya tanaman kemiri harus bersih dari gulma dan dari tanaman yang tidak bermanfaat. Sebab gulma tersebut dapat mengganggu pertumbuhan dari tanaman kemiri tersebut. Jarak tanam untuk tanaman kemiri sesuai dengan tujuannya, bila usaha budidaya kemiri ditujukan untuk menghasilkan biji, maka jarak tanamnya adalah 10 x 10 m, sedangkan bila untuk menghasilkan kayu untuk pulp, jarak tanamnya lebih rapat yaitu 4 x 4 m. Lakukan pengajiran sesuai dengan jarak tanam yang akan dipakai, pengajiran harus lurus muka, belakang dan kesamping kiri kanan. Pada ajir dibuat lobang dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm. Pada saat menggali lubang, sebagian tanah galian lapisan atas harus dipisahkan. Kemudian tanah galian lapisan bawah dicampur dengan pupuk kandang secara merata dengan perbandingan 1 : 1. Jika penanam di musim kemarau, lobang dapat langsung ditimbun dengan campuran media di atas, dan bibit dapat segera ditanam. Bila musim hujan, sebaiknya campuran tanah dan pupuk kandang tersebut dibiarkan sementara waktu di dekat lubang tanam. Tujuannya adalah untuk menurunkan kemasaman tanah. Setalah campuran tanah mengering sudah dapat dimasukan ke dalam lubang dan bibit dapat segera ditanam.
Universitas Sumatera Utara
b. Cara Tanam Lahan yang akan digunakan untuk usaha budidaya kemiri sebaiknya bersih dari tanam-tanaman yang kurang bermanfaat seperti gulma sebab tanaman tersebut dapat mengganggu pertumbuhan tanaman kemiri tersebut. Ukuran lubang tanam yang baik untuk tanaman kemiri adalah 60 x 60 x 60 cm. pada saat menggali lubang tanaman, sebagian tanah galian lapisan atas harus disendirikan kemudian tanah galian lapisan bawah dicampur merata dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Cara menanam bibit kemiri di lubang tanam adalah sebagai berikut: -
Pada lubang-lubang tanam yang telah diiisi dengan tanah dan pupuk tersebut dibuatkan lubang-lubang kecil yang ukurannya sebesar kantong plastik (polibag) dari bibit kemiri yang akan ditanam tersebut.
-
Lepaskan bibit-bibit kemiri tersebut dari polibag dengan hati-hati. Cara melepaskan polibag dapat dilakukan dengan diiiris atau digunting salah satu sisinya. Pada saat membuka polibag diusahakan agar perakaran tidak rusak.
-
Setelah bibit kemiri dilapaskan dari polibagnya, kemudian bibit kemiri tersebut dapat ditanam pada lubang tanam yang telah tersedia.
-
Penanaman bibit harus diusahakan agar perakarannya teratur dan terbuka, yaitu denga cara menimbun tanah sedemikian rupa sehingga permukaan media tumbuh ketika masih dalam polibag sama dengan permukaan media tumbuh bibit tanaman di lapangan dan lebih rendah daripada permukaan lahan supaya dapat menampung air siraman.
Universitas Sumatera Utara
c. Pemeliharaan -
Pengendalian gulma dan tanaman penggangu lainnya dilakukan pada saat kemiri berumur 1 - 3 tahun terutama adalah menjaga agar di sekitar batang pokok tanaman tidak ditumbuhi oleh gulma atau tanaman penggangu lainnya. Cara mengatasi secara teknis adalah setiap 3 bulan sekali mencabut
gulma
atau
tanaman
pengganggu
lainnya.
Pada
saat
membersihkan gulma sekaligus juga dapat dilakukan pendangiran supaya aerasi tanahnya tetap baik. -
Penyiraman dilakukan pada saat tanaman kemiri berumur 1 - 3 tahun. Pada saat musim kemarau, tanaman kemiri pada umur tersebut perlu disiram tiap hari, khususnya setelah dilakukan pemupukan.
-
Pemupukan perlu dilakukan secara rutin agar produksi buahnya menjadi lebih baik. Pemupukan dapat dilakukan denga pupuk kandang (organik) ataupun pupuk kimia (anorganik). Pemberian pupuk sebaiknya dilakukan setahun sekali. Cara pemupukan adalah dengan menggali tanah melingkari batang pohon tanaman sedalam 40 cm sedikit di luar lingkaran tajuk daun. Pupuk kandang dimasukkan dalam galian tersebut secara merata denga permukaan 10 cm di bawah permukaan tanah, kemudian ditimbun tanah lagi. Pemberian pupuk kandang akan menambah kesuburan tanah dan memperbaiki kondisi fisik tanah.
-
Pemangkasan pada tanaman kemiri sebaiknya dilakukan pada awal atau pada waktu musim hujan karena untuk pembentukan tunas-tunas baru memerlukan banyak air. Pemangkasan juga harus diikuti dengan pemupukan anoganik. Pemangkasan dilakukan pada cabang-cabang yang
Universitas Sumatera Utara
lemah, rusak, sakit dan yang terlalu berdesakan supaya peredaran udara cukup dan mendapat cukup sinar matahari. -
Pengendalian hama tanaman kemiri dapat dilakukan secara mekanik maupun secara kimiawi. Pengendalian hama secara mekanik dapat dilakukan dengan cara memotong bagian tanaman yang terserang bagian tanaman yang terserang oleh hama tersebut. Dengan cara kimiawi adalah dengan menggunakan bahan kimia. Sedangkan cara pengendalian penyakit tanaman kemiri yang sering menyerang kemiri dapat dilakukan dengan cara membersihkan kebun dari semak belukar dan memangkas bagianbagian tanaman yang terserang oleh penyakit tersebut.
Kegunaan
Kemiri memiliki kesamaan dalam rasa dan tekstur yang juga memiliki kandungan minyak yang hampir sama. Kemiri sedikit beracun ketika mentah.
Kemiri sering digunakan dalam masakan Indonesia dan masakan Malaysia. Di Pulau Jawa, kemiri juga dijadikan sebagai saus kental yang dimakan dengan sayuran dan nasi.
Beberapa bagian dari tanaman ini sudah digunakan dalam obat-obatan tradisional di daerah-daerah pedalaman. Minyaknya digunakan sebagai bahan tambahan dalam perawatan rambut (untuk menyuburkan rambut). Di Jepang, kulit kayunya telah digunakan untuk tumor. Di Sumatera, bijinya dibakar dengan arang, lalu diolesi di sekitar pusar untuk menyembuhkan diare. Di Jawa, kulit batangnya digunakan untuk diare atau disentri.
Kemiri yang sudah matang dijadikan pasta digunakan sebagai sabun dan shampoo.
Universitas Sumatera Utara
Penanaman kemiri modern kebanyakan hanya untuk memperoleh minyaknya. Dalam setiap penanaman, masing-masing pohon akan menghasilkan sekitar 30 - 80 kg kacang kemiri, dan sekitar 15 - 20% dari berat tersebut merupakan minyak kemiri. Kebanyakan minyak yang dihasilkan digunakan secara lokal, tidak diperdagangkan secara internasional. Agroforestry Agroforestry dapat diartikan sebagai pola budidaya tanaman di lahan hutan atau diantara tanaman hutan. Adapun hakekatnya adalah upaya menanam tanaman budidaya diantara tanaman hutan sebagai tanaman pokok atau tanaman utama. Pengertian agroforestry menurut Sardjono (2003) agroforestry hanyalah sebuah istilah kolektif (collective term) dari berbagai bentuk pemanfaatan lahan terpadu (kehutanan, pertanian, dan/atau peternakan) yang ada di berbagai tempat di belahan bumi, tidak terkecuali yang dapat dijumpai di negara-negara berkembang wilayah tropis sebagaimana di Indonesia. Pemanfaatan lahan tersebut secara tradisional
telah
dikembangkan/dipelihara
oleh
masyarakat
lokal
(local
communities). Agroforestry adalah sistem penggunaan lahan yang mengkombinasikan tanaman berkayu (pepohonan, perdu, bambu, rotan dan lainnya) dengan tanaman tidak berkayu atau dapat pula dengan rerumputan (pasture), kadang-kadang ada komponen ternak atau hewan lainnya (lebah, ikan) sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antara tanaman berkayu dengan komponen lainnya , menurut Huxley (1999) dalam Sundawati (2008). Sistem agroforestry tidak hanya dipraktekkan oleh masyarakat di Indonesia tetapi juga di berbagai negara di Asia Tenggara bahkan juga di berbagai belahan dunia (Sundawanti, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Agroforestry, sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan baru di bidang pertanian dan kehutanan, berupaya mengenali dan mengembangkan keberadaan sistem agroforestry yang telah dipraktekkan petani sejak dulu kala. Secara sederhana, agroforestry berarti menanam pepohonan di lahan pertanian, dan harus diingat bahwa petani atau masyarakat adalah elemen pokoknya (subyek). Dengan demikian kajian agroforestry tidak hanya terfokus pada masalah teknik dan biofisik saja tetapi juga masalah sosial, ekonomi dan budaya yang selalu berubah dari waktu ke waktu, sehingga agroforestry merupakan cabang ilmu yang dinamis (Arifin, 2003). Pengklasifikasian agroforestry yang paling umum, tetapi juga sekaligus yang paling mendasar adalah ditinjau dari komponen yang menyusunnya. Komponen penyusun utama agroforestry adalah komponen kehutanan, pertanian, dan/atau
peternakan.
Ditinjau
dari
komponennya,
agroforestry
dapat
diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Agrisilvikultur (Agrisilvicultural systems) Agrisilvikultur adalah sistem agroforestri yang mengkombinasikan komponen kehutanan (atau tanaman berkayu/woody plants) dengan komponen pertanian (atau tanaman non-kayu). Tanaman berkayu dimaksudkan yang berdaur panjang (tree crops) dan tanaman non-kayu dari jenis tanaman semusim (annual crops). Dalam agrisilvikultur, ditanam pohon serbaguna atau pohon dalam rangka fungsi lindung pada lahanlahan pertanian. Seringkali dijumpai kedua komponen penyusunnya merupakan tanaman berkayu misalnya dalam pola pohon peneduh gamal (Gliricidia sepium) pada perkebunan kakao(Theobroma cacao). Sistem ini dapat juga dikategorikan sebagai agrisilvikultur. Pohon gamal (jenis kehutanan)
Universitas Sumatera Utara
secara sengaja ditanam untuk mendukung (pelindung dan konservasi tanah) tanaman utama kakao (jenis perkebunan/pertanian). Pohon peneduh juga dapat memiliki nilai ekonomi tambahan. Interaksi yang terjadi (dalam hal ini bersifat ketergantungan) dapat dilihat dari produksi kakao yang menurun tanpa kehadiran pohon gamal. 2. Silvopastura (Silvopastural systems) Sistem agroforestry yang meliputi komponen kehutanan (atau tanaman berkayu) dengan komponen peternakan atau binatang ternak (pasture) disebut sebagai sistem silvopastura. Beberapa contoh silvopastura antara lain: Pohon atau perdu pada padang penggembalaan (Trees and shrubs on pastures), atau produksi terpadu antara ternak dan produk kayu (integrated production of animals and wood products). Kedua komponen dalam silvopastura seringkali tidak dijumpai pada ruang dan waktu yang sama misalnya penanaman rumput hijauan ternak di bawah tegakan pinus. 3. Agrosilvopastura (Agrosilvopastural systems) Sistem agrosilvopastura adalah pengkombinasian komponen berkayu (kehutanan) dengan pertanian (semusim) dan sekaligus peternakan/binatang pada unit manajemen lahan yang sama. Tegakan hutan alam bukan merupakan sistem agrosilvopastura, walaupun ketiga komponen pendukungnya juga bisa dijumpai dalam ekosistem dimaksud. Pengkombinasian dalam agrosilvopastura dilakukan secara terencana untuk mengoptimalkan fungsi produksi dan jasa (khususnya komponen berkayu/kehutanan) kepada manusia/masyarakat (to serve people). Tidak tertutup kemungkinan bahwa kombinasi dimaksud juga didukung oleh permudaan alam dan satwa liar. Interaksi paling sederhana sebagai contoh, adalah
Universitas Sumatera Utara
peranan tegakan bagi penyediaan pakan satwa liar (buah-buahan untuk berbagai jenis burung), dan sebaliknya fungsi satwa liar bagi proses penyerbukan atau regenerasi tegakan, serta sumber protein hewani bagi petani pemilik lahan. Jawa maupun di luar Jawa. Contoh praktek agrosilvopastura yang luas diketahui adalah berbagai bentuk kebun pekarangan (home-gardens), kebun hutan (forest-gardens), ataupun kebun desa (village-forest-gardens) (Sardjono, 2003). Pola Pengkombinasian Komponen Agroforestry Secara sederhana agroforestry merupakan pengkombinasian komponen tanaman berkayu kehutanan (baik berupa pohon, perdu, palem-paleman, bambu, dan tanaman berkayu lainnya) dengan tanaman pertanian (tanaman semusim) dan/atau hewan (peternakan), baik secara tata waktu (temporal arrangement) ataupun secara tata ruang (spatial arrangement). Kombinasi yang ideal terjadi bila seluruh komponen agroforestry secara terus menerus berada pada lahan yang sama. Akan tetapi secara alami (atau seringkali atas dasar alasan ekonomi), kombinasi komponen berkaitan erat dengan dinamika dari keseimbangan perubahan musim sesuai dengan ritme tahunan, suksesi tertentu akibat dari gangguan atau perlakuan manusia secara periodik atau sporadik. Sebagai contoh telah dikemukakan, bahwa satwa-satwa liar yang berperan pada proses regenerasi dan penyebaran kebun hutan tradisional tidak berada sepanjang waktu dalam sistem, tetapi sebagian ada yang bersifat musiman (saat musim buah). Pengkombinasian
berbagai
komponen
dalam
sistem
agroforestry
menghasilkan berbagai reaksi, yang masing-masing atau bahkan sekaligus dapat dijumpai pada satu unit manajemen, yaitu persaingan, melengkapi, dan ketergantungan.
Universitas Sumatera Utara
1. Persaingan (competition) Pohon-pohon dan perdu, tanaman pertanian dan binatang bersaing satu sama lain guna memperoleh cahaya, air, hara, ruang hidup, input kerja, lahan, capital dan lain sebagainya. Persaingan ini tidak dapat dideteksi secara langsung, namun dapat diduga secara tidak langsung. Misalnya, tanaman tertentu menjadi perantara parasit bagi tanaman lain, pohon sebagai tempat sarang burung-burung yang dapat mengakibatkan berkurangnya panen tanaman padi-padian. Tidak jarang persaingan justru diharapkan misalnya berkurangnya gulma rumputrumputan akibat terlindung tajuk pohon. 2. Melengkapi (complementary) Reaksi saling melengkapi ini dapat secara waktu, ruang ataupun kuantitatif. Secara waktu, misalnya ketersediaan daun-daunan lebar atau buahbuahan sebagai makanan ternak pada musim-musim di mana rumput tidak tersedia (misal Acacia albida di Afrika). Secara ruang, misalnya pemanfaatan keseluruhan biotop atau produksi secara lebih baik melalui dua strata atau lebih sekaligus. Secara kuantitatif, misalnya produk sejenis yang diperoleh dari satu lahan secara bersamaan, antara lain protein nabati dan hewani. 3. Ketergantungan (dependency) Beberapa jamur hanya dapat tumbuh pada pohon-pohon tertentu. Jenisjenis binatang tertentu juga hanya dapat hidup pada padang pengembalaan. Di Afrika, telah dikenal bahwa sistem akan rusak apabila tidak ada keseimbangan antara jenis binatang pemakan rerumputan panjang dan pendek. Binatang pemakan rumput pendek hanya mau mendekati makanannya, bila rumput tidak terlampau tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Ketiga interaksi tersebut dapat dimanfaatkan untuk melakukan/merekayasa desain pengkombinasian komponen penyusun agroforestry secara baik, guna meraih secara optimal tujuan yang diinginkan dalam upaya pemanfaatan lahan terpadu tersebut. Desain atau pola kombinasi agroforestry juga harus mempertimbangkan banyak hal yang berkaitan erat dengan kapasitas dan kebutuhan masyarakat yang dilayaninya (Sardjono, 2003). Analisis Finansial Terdapat sejumlah cara dan pengukuran profitabilitas yang lazim dipakai untuk mengetahui tingkat kelayakan budidaya tanaman kemiri. Analisa ManfaatBiaya atau Benefit-Cost Analysis menghasilkan dua parameter: Benefit-Cost Ratio (BCR) dan Internal Rate of Return (IRR). a. Benefit Cost Ratio (BCR) Benefit Cost Ratio (BCR) merupakan perbandingan antara nilai manfaat dan nilai biaya dari satu investasi pada tingkat bunga yang telah ditentukan. Nilai BCR lebih besar dari satu menunjukkan investasi menguntungkan. t n
1. Benefit Cost Ratio (BCR) =
Bt Ct
(1 i) t 0 t n
Bt – Ct > 0
t
Bt Ct
(1 i) t 0
Bt – Ct < 0
t
Dimana : BCR
= Perbandingan antara pendapatan dan pengeluaran
Bt
= Benefit (aliran kas masuk pada periode-t)
Ct
= Cost/ biaya total
i
= Interest (tingkat suku bunga bank yang berlaku)
t
= Periode waktu
Universitas Sumatera Utara
Dengan kriteria BCR > 1 dinyatakan usaha tersebut untung dan sebaliknya jika BCR < 1 berarti usaha tersebut rugi. b. Internal Rate of Returns (IRR) Internal Rate of Returns (IRR) membandingkan manfaat dan biaya yang ditunjukkan dalam persentasi. Dalam hal ini nilai IRR merupakan tingkat bunga di mana nilai manfaat sama dengan nilai biaya. IRR merupakan parameter yang menunjukkan sejauh mana satu investasi mampu memberikan keuntungan besar dari tingkat bunga umum memberikan petunjuk bahwa investasi tersebut cukup menguntungkan. Internal Rate of Returns (IRR) = i1 +
NPV1 i2 i1 NPV1 NPV2
Dimana : IRR
= Suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh suatu proyek
NPV1
= Nilai NPV yang positif pada tingkat suku bunga tertentu
NPV2
= Nilai NPV yang negatif pada tingkat suku bunga tertentu
i1
= Discount Faktor (tingkat Bunga) pertama dimana diperoleh NPV Positif
i2
= Discount Factor (tingkat bunga) kedua dimana diperoleh NPV Negatif
c. Net Present Value (NPV) Analisis yang lebih sering digunakan untuk mengukur profitabilitas satu investasi jangka panjang dalam kegiatan pertanian adalah Net Precent Value,
Universitas Sumatera Utara
yaitu selisih antara nilai manfaat dan nilai biaya selama kurun waktu tertentu pada tingkat bunga yang ditentukan. Nilai positif NPV dari satu sistem kegiatan investasi (dalam hal ini budidaya kemiri) menunjukan bahwa budidaya tanaman tersebut cukup menguntungkan. NPV yang dihitung dengan harga finansial yaitu perhitungan dengan nilai pasar yang mencerminkan penerimaan
dan
pengeluaran
nyata
petani,
menghasilkan
parameter
profitabilitas untuk kepentingan petani atau dengan perkataan lain penerimaan nyata petani. Sedangkan perhitungan NPV dengan menggunakan harga-harga ekonomi (analisis ekonomi), yaitu harga barang dan jasa yang mencerminkan nilai tertinggi, menghasilkan parameter profitabilitas untuk kepentingan para pengambil keputusan atau masyarakat yang lebih luas. Mengingat bahwa produktivitas lahan merupakan kepentingan para pengambil keputusan, maka NPV yang dihitung dengan nilai ekonomi, merupakan indicator profitabilitas yang lebih baik. Karena memasukkan semua komponen lingkungan di dalamnya (Budidarsono, 2002). Net Present Value (NPV) =
t n
Bt Ct
(1 i) t 0
t
Dimana: NPV
= Nilai bersih sekarang
Bt
= Benefit (aliran kas masuk pada periode-t)
Ct
= Cost/ biaya total
i
= Interest (tingkat suku bunga bank yang berlaku)
t
= Periode waktu
Hasilnya: • NPV Positif → Usaha penanaman untung.
Universitas Sumatera Utara
• NPV negatif → Usaha penanaman rugi. • NPV = 0 → Usaha Penanaman tidak untung dan tidak rugi (BEP)
Universitas Sumatera Utara