TINJAUAN PUSTAKA
Pinang Areca catechu L. (pinang) merupakan tanaman famili Arecaceae yang dapat mencapai tinggi 15-20 m dengan batang tegak lurus bergaris tengah 15 cm. Buahnya berkecambah setelah 1,5 bulan dan 4 bulan kemudian mempunyai jambul daun-daun kecil yang belum terbuka. Pembentukan batang baru terjadi setelah 2 tahun dan berbuah pada umur 5-8 tahun tergantung keadaan tanah. Tanaman ini berbunga pada awal dan akhir musim hujan dan memiliki masa hidup 25-30 tahun. Biji buah berwarna kecoklatan sampai coklat kemerahan, agak berlekuk-lekuk dengan warna yang lebih muda. Pada bidang irisan biji tampak perisperm berwarna coklat tua dengan lipatan tidak beraturan menembus endosperm yang berwarna agak keputihan (Depkes RI, 1989). Tanaman pinang (Areca catechu L.) termasuk dalam famili Arecaceae yang merupakan tanaman yang sekeluarga dengan kelapa. Salah satu jenis tumbuhan monokotil ini tergolong palem-paleman. Secara rinci, sistimatika tanaman pinang dapat diuraikan seperti berikut : Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies
: Plantae : Monokotil : Arecales : Arecaceae atau Palmae : Areca : Areca catechu L.
(Syamsuhidayat and Hutapea, 1991; Backer and Van Den Brink, 1965).
Universitas Sumatera Utara
Pinang termasuk jenis tanaman yang sudah dikenal luas di masyarakat karena secara alami penyebarannya cukup luas di berbagai daerah. Ada beberapa jenis pinang diantaranya pinang biru, pinang hutan, pinang irian, pinang kelapa, 4 yang sudah dikenal masyarakat adalah dan pinang merah. Salah satu jenis pinang pinang sirih yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut: 1. Pohon tumbuh satu – satu, tidak berumpun seperti jenis palem umumnya. 2. Batang lurus agak licin tinggi dapat mencapai 25 m 3. Diameter batang atau jarak antar-ruas batang sekitar 15 cm 4. Garis lingkaran batang tampak jelas. 5. Bentuk buah bulat telur, mirip telur ayam, dengan ukuran sekitar 3,5-7,7 cm serta berwarna hijau waktu muda dan merah jingga atau merah kekuningan saat masak tua (Anonimous, 2008) Biji buah pinang mengandung alkaloid, seperti arekolin (C 8 H 13 NO 2 ), arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine dan isoguvasine, tanin terkondensasi, tannin terhidrolisis, flavan, senyawa fenolik, asam galat, getah, lignin, minyak menguap dan tidak menguap, serta garam (Wang and Lee, 1996). Nonaka (1989) menyebutkan bahwa biji buah pinang mengandung proantosianidin, yaitu suatu tannin terkondensasi yang termasuk dalam golongan flavonoid.
Proantosianidin
mempunyai
efek
antibakteri,
antivirus,
antikarsinogenik, anti-inflamasi, anti-alergi, dan vasodilatasi (Fine, 2000).
Botani Pinang Pinang sirih tidak membutuhkan pemeliharaan atau perawatan secara khusus. Sampai saat ini belum ditemukan hewan atau penyakit yang menimbulkan gangguan serius pada tumbuhan ini. Kebutuhan utama bagi pinang sirih adalah
Universitas Sumatera Utara
sinar matahari yang cukup, temperatur udara antara 20 - 32 C, dan curah hujan 2.000 - 3.000 mm per tahun. Ketinggian tanah ideal untuk pertumbuhan pinang adalah antara 0 - 750 meter di atas permukaan laut. Pembiakan pohon pinang dapat dilakukan melalui proses pembibitan dari biji pohon yang telah berumur lebih dari 15 tahun dan mampu menghasilkan setidaknya 350 butir pinang per bulan. Pemupukan dilakukan pada awal dan akhir musim hujan setelah penyiangan. Tanpa proses pemupukan teratur pohon pinang berbuah pada umur 4 - 6 tahun (Anonimous, 2008). Pemberian pupuk secara teratur dapat mempercepat usia produktif tanaman menjadi 3,5 tahun dengan hasil produksi yang lebih optimal. Puncak produksi adalah pada saat tanaman berumur 10 - 20 tahun. Pada tanaman pinang dewasa panen dapat dilakukan 4 - 6 kali per tahun. Pada usia 3,5 - 4 tahun ratarata produksi pohon pinang mencapai 1,5 kg/pohon per bulan atau 11.250 kg/hektar per tahun. Pada usia diatas 6 tahun rata-rata produksinya kurang lebih 22.500 kg/hektar per tahun. Lanjutnya, untuk memperoleh hasil optimal terdapat dua sistem tanam yang dapat dikembangkan, yaitu sistem monokultur dan sistem tumpangsari (Anonimous1, 2009) Penyebaran dan Produksi Bisnis pinang di Jambi kian menjanjikan. Bahkan kini pinang menjadi salah satu komoditi ekspor, terutama untuk Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Selain kualitasnya yang bagus, juga harga pinang untuk ekspor ini kian menjanjikan. Kini rata-rata per kilo harga pinang dibandrol Rp 3.500. Sebelumnya harga biji pinang pernah mencapai 5.000 per kilo. Namun kini banyaknya produksi buah pinang di Jambi berdampak pada penurunan harga. Kondisi ini
Universitas Sumatera Utara
cukup dikeluhkan sebagian petani pinang di Jambi. Karena selama ini buah pinang cukup banyak membantu perekonomian masyarakat Jambi. Warga berharap agar buah pinang kembali normal seperti biasa. Tidak hanya tambahan, bahkan sudah menjadi penghasilan pokok. Sementara data di Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) ekspor biji pinang juga menjadi salah satu komoditi primadona. Tahun 2006 lalu ekspor biji pinang volume mencapai 5.055.519 kg, sedangkan nilai ekspor mencapai USD 2.820.744,40. Jumlah ini terus mengalami peningkatan yang cukup berarti. Di triwulan pertama 2007, ekspor biji pinang mencapai 1.891.200 kg, dengan nilai ekspor sebesar USD 1.113.464,54. Lalu di April 2007 volume ekspor pinang Jambi sebesar 900.700 kg, dengan nilai sebanyak USD 547.185,47 (Anonimous2, 2009).
Panen dan Pasca Panen A. Panen dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : 1. Panen buah masak penuh Panen dapat dilakukan pada buah yang menjelang masak atau sudah masak. Tanda buah siap panen adalah warna kulit berwarna kuning atau kemerahan. Panen dapat dilakukan dengan menggilir beberapa kelompok tanaman. 2. Panen buah muda Pinang kacung dipanen saat buah masih berwarna hijau tua atau berumur antara 7-8 bulan. Biasanya buah yang dipanen cara seperti ini, dalam proses pasca panen melalui perebusan sehingga buah akan mengeras dan tidak mudah terserang hama/penyakit.
Universitas Sumatera Utara
Buah pinang muda
Buah pinang masak
Gambar 1. Buah pinang muda dan buah pinang masak B. Penanganan pasca panen Sesudah dipanen buah dibelah menjadi dua tujuannya adalah agar buah cepat kering, setelah buah terbelah semua segera dikeringkan dengan panas sinar matahari, setelah kering buah yang masih mempunyai kulit tadi di cungkil setelah itu buah dijemur kembali selama 50 jam. Penjemuran berlangsung selama 4 hari secara berturut-turut. Setelah kering biji pinang dapat dikemas dalam karung plastik untuk dijual atau disimpan dalam gudang.
Gambar 2. Pembelahan buah pinang yang siap untuk dikeringkan di sinar matahari
Universitas Sumatera Utara
Tanaman pinang dapat dijadikan tanaman pagar, penghijauan, bahan bangunan,
dan
hiasan,
bagian-bagian
tanamannya
sangat
berkhasiat
menyembuhkan beberapa penyakit. 1. Daun Daun pinang mengandung minyak atsiri yang dapat mengobati gangguan radang tenggorokan, pangkal tenggorokan, dan pembuluh broncial. Pucuk daun muda yang rasanya pahit pun dapat dijadikan obat nyeri otot. Selain obat, daun pinang dijadikan sebagai pucuk pupuk hijau. 2. Pelepah Pelepah pinang dapat dipakai sebagai bahan baku pembungkus makanan, seperti pembungkus gula merah, gula aren, atau gula tebu. 3. Batang Batang berguna sebagai bahan bangunan, jembatan, dan saluran air. Bahkan, setiap tahun pada perayaan hari kemerdekaan, batang pinang dipakai sebagai tiang untuk lomba panjat pinang. Tanamannya sendiri dapat dipakai untuk mencegah terjadinya erosi atau longsor pada tanah miring. 4. Sabut buah Buah pinang mengandung sabut dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan kuas gambar atau kuas alis mata. 5. Biji Biji berguna untuk bahan makanan, bahan baku industri seperti pewarna kain, dan obat. Seperti juga pelepah pinang, biji pun perlu pengolahan untuk mendapatkan produk-produk tersebut. Biji pinang sebagai penyusun ramuan obat sudah masuk ke dalam daftar prioritas WHO (Word Health Organization /
Universitas Sumatera Utara
organisasi kesehatan dunia) yang bernaung dibawah PBB. Biji pinang ini dimanfaatkan sebagai obat sejak ribuan tahun sebelum masehi, terutama di Mesir. Hingga kini, ada sekitar 23 negara yang menggunakan biji pinang sebagai obat cacing, eksim, sakit gigi, flu, luka, kudis, difteri, nyeri haid, mimisan, sariawan, menceret, koreng, borok (Mhdsyukur, 2009). Alat Mesin Pasca Panen Pinang Di dalam proses pasca panen pinang muda ini terdiri dari proses pengupasan pinang dari pinang yang utuh sampai keluar biji pinang yang utuh, pada proses pengupasan ini melibatkan atau menggunakan mesin pengupasan pinang muda yang dirancang bangun oleh Terip Karo-Karo, yang terdiri dari : 1. Bagian Kerangka Pada bagian kerangka mesin ini sebagai bahan dasar adalah besi dan kemudian dimodifikasi berbentuk siku, yang berguna sebagai penahan atau dudukan mesin pengupas pinang muda ini, disamping itu kerangka ini juga dapat menunjukkan kekokohan mesin ini sehingga bisa kelihatan menarik. 2. Bagian Setelan Pisau Atas Bagian setelan pisau atas pada mesin ini berfungsi untuk mengatur jarak antara pisau atas dan pisau bawah. 3. Per Setelan Pisau Atas Pada bagian per ini hanya terdapat pada setelan pisau atas. Hal ini dikarenakan pisau atas berfungsi sebagai pengaturan untuk menentukan jarak antara pisau atas dan pisau bawah, dimana pisau bawah konstan dan tidak dapat digerakkan dan ini juga dapat memudahkan kita dalam hal pengupasan pinang muda yang diinginkan, karena bentuk dan diameter pinang sangat bervariasi. Per
Universitas Sumatera Utara
ini terletak dibagian kiri dan kanan mesin pengupas pinang muda. Ukuran jarak antara pisau atas ke pisau bawah yang terdapat pada mesin ini yang ditentukan oleh per setelan adalah 1,5 – 3,0 cm, ukuran ini juga harus disesuaikan dengan diameter pinang muda. Pada penelitian ini,ukuran jarak antara pisau atas dan pisau bawah
yang digunakan yaitu 1,9 cm dengan diameter pinang muda sebesar
3,5 – 3,8 cm. 4. Mata Pisau Mata pisau ini panjangnya 10 cm sebanyak 16 buah yang terbuat dari besi dan terdapat pada dudukan atas dan bawah, jarak antara pisau yang satu dan lainnya adalah 2 cm.
Fungsi mata pisau ini adalah untuk mengupas atau
melepaskan kulit pinang dari biji. 5. Pully Pisau dan Tali Kipas Pully pisau pada mesin ini berjumlah 2 buah yang terdapat pada pisau atas dan pisau bawah. Fungsi dari Pully pisau adalah untuk mengerakkan dudukan pisau dengan bantuan tali kipas yang telah dihubungkan dengan motor listrik. 6. Motor Listrik Motor listrik berjumlah 2 buah yang berfungsi untuk menggerakkan Pully pisau. Adapun spesifikasi dari motor listrik adalah: Tabel 1. Spesifikasi motor listrik No Spesifikasi Motor Listrik Pisau Atas
Motor Listrk Pisau Bawah
1
Tipe
AO 2 7124
Y801-4
2
Tenaga
0,5 HP, 380 V
0,55 KW, ¾ HP 220/380V
3
Arus
1,12 A
2,6/1,5 A
4
Putaran
1400 rpm
1390 rpm
Sumber. Teknologi Tepat Guna, 2009
Universitas Sumatera Utara
7. Pengaturan Kecepatan Pengaturan kecepatan ini tergantung pada motor listrik yang digunakan. Motor listrik untuk pisau atas ½ HP dengan pengaturan rpm 0,75 KW – ¾ HP 200/240 V dan pada motor listrik untuk pisau bawah, ¾ HP dengan pengaturan rpm 1,5 KW – 2HP 200/240 V. Unit mesin pengupasan buah pinang muda dilengkapi saluran pemasukan yang mempunyai dimensi 29,5 x 40,5 x 40,5 cm3 dengan sudut kemiringan 55
o
yang berfungsi sebagai sarana masuknya buah pinang muda secara utuh dan mengarahkannya menuju pisau pengupas. Unit pengupas terbuat dari baja dengan panjang pisau 10 cm lebar 2 cm dan tebal 1 cm. jumlah pisau pengupas sebanyak 16 buah pisau atas dan 16 buah pisau bawah dan jarak antara mata pisau 2,5 cm yang kemudian digerakkan oleh motor listrik secara langsung. Saluran pengeluaran dengan dimensi 35 x 13,5 x 13 cm3 yang berfungsi sebagai tempat keluarnya hasil kupasan, yang dipasang dengan kemiringan 60o. Rangka mesin pengupasan buah pinang muda terbuat dari besi L 4 x 4 cm dan tebal 0,5 cm. Prinsip pengupasan pinang menggunakan mesin pengupas buah pinang muda, mesin ini bekerja digerakkan oleh 2 motor listrik 3 phase dengan daya 0,5 HP / 1400 rpm, untuk memutar pisau pengupas. Buah pinang muda di masukkan ke saluran pemasukan dan kemudian bergelinding menuju mata pisau pengupas yang berlawanan arah. Semakin cepat putaran pisau, maka semakin besar tekanan yang diterima biji. Buah pinang muda dikupas dengan memisahkan kulit dengan biji sehingga menghasilkan biji yang utuh ketika keluar dari saluran pengeluaran.
Universitas Sumatera Utara
pegas
buah pinang muda dengan diameter 3,5-3,8 cm
pisau atas
jarak pisau atas pisau bawah 1,9 cm corong masuk nya buah dengan sudut kemiringan 550 kulit biji
pisau bawah
buah terkupas dengan memisahkan kulit dengan biji
corong keluarnya hasil pengupasan dengan sudut kemiringan 60o
Gambar 3. Sketsa prinsip proses pengolahan
Penampang Pinang Muda Kulit samping k
Biji pinang Kulit Kulit ujung
Kulit samping Gambar 4. Penampang buah pinang muda
Universitas Sumatera Utara
Kapasitas dan daya suatu gilingan bergantung pada banyak faktor seperti laju pemasukan bahan, kecepatan, daya yang tersedia, macam bahan yang digunakan serta ukuran bahan (Smith dan Wilkes, 1990). Biji pecah atau cacat merupakan mutu rendah, biji pecah dapat disebabkan karena jarak gilingan yang terlalu dekat dan kecepatan putaran tidak sesuai (Hadiwiyoto dan Soehardi, 1981). Pegas akan memberikan tekanan pada kedua rol karet, pegas ini sangat penting supaya kedua rol memperoleh daya tarik yang sama kuat, sehingga proses pengupasan kulit menjadi merata. Getaran yang timbul akibat benturan antar rol karet dengan rol karet, getaran motor, dan lain-lain dapat ditahan oleh adanya pegas ini, sehingga proses pengupasan tidak terganggu. Besarnya daya tarik dari pegas ini kira kira 25-30 kg (Hardjosentono, dkk., 1996). Jenis gangguan mesin pengupas jika kapasitas turun yaitu a) putaran poros utama menurun, cara mengatasi yaitu tambahkan gas motor hingga rpm sesuai dengan semestinya b) tenaga penggerak tidak cukup, cara mengatasinya yaitu naikkan rpm motor atau ganti pulinya c) pengupasan kulit tidak sempurna. Jika pengupasan kulit tidak sempurna, penyebabnya tekanan pegas penekan rol yang lemah (Hardjosentono, dkk., 1996). Arah putaran kedua rol berlawanan satu sama lain, kedua rol berputar berlawanan ke arah dalam. Arah putaran tersebut tidak boleh terbalik artinya kedua rol tidak boleh berputar kearah luar. Beda putaran turut menentukan persentase beras pecah kulitnya (Hardjosentono, dkk., 1996). Gaya putaran silinder mendesak buah hingga terhimpit dan tergencet pada permukaan stator, sehingga kulit buah terkelupas dari biji, kemudian dipisahkan
Universitas Sumatera Utara
dengan pisau ke saluran yang berbeda. Agar waktu yang disyaratkan guna menjaga mutu biji tercapai, maka dilakukan pengaturan putaran pada mesin pengupas. Secara teoritis semakin tinggi putaran, maka kapasitas pengupasan semakin bertambah (Amelia, dkk., 2008). Peningkatan putaran pada proses pengupasan memberi pengaruh positif terhadap kualitas biji yang terkelupas sempurna, sehingga jika ingin menaikkan kapasitas dapat dilakukan tanpa mempengaruhi kualitas biji. Untuk kualitas biji terkelupas sebagian dan biji tidak terkelupas, rata-rata jumlahnya menurun pada putaran yang semakin tinggi (Amelia, dkk., 2008). Kapasitas alat dan persentase buah terkupas pada kecepatan putaran piringan tersebut cukup tinggi. Pada kecepatan putaran piringan yang lebih tinggi, kapasitas alat yang dihasilkan lebih tinggi dengan persentase kerusakan biji yang lebih rendah (Risfaheri dan Nurdjannah, 2008).
Universitas Sumatera Utara