Tinjauan Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Dalam Pencapaian Kecelakaan Nihil Pada Proyek DC1-CGPX PT XYZ
Didik Swaradi Joko Budoyo, Doni Hikmat Ramdhan
Program Studi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Depok 2014
[email protected]
ABSTRAK Pekerjaan proyek konstruksi di fasilitas pengolahan gas alam yang sedang beroperasi (brown field) dan berada di lokasi remote merupakan aktivitas yang mempunyai risiko sangat tinggi, sehingga penerapan Sistem Manajemen K3 (SMK3) yang baik menjadi syarat mutlak dalam upaya perlindungan karyawan dan asset perusahaan terhadap kecelakaan, penyakit akibat kerja dan kerusakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa penerapan SMK3 pada proyek DC1-CGPX di fasilitas pengolahan gas alam lapangan onshore PT ABC di Sumatra Selatan yang telah berhasil mencapai kecelakaan nihil sebagai best practice dan knowledge sharing implementasi SMK3 di proyek. Penelitian ini dilakukan di kantor PT. XYZ di Jakarta. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data adalah melalui : wawancara dan tinjauan dokumentasi. Teknik analisa data dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa proyek DC1-CGPX telah berhasil mencapai kecelakaan nihil melalui penerapan SMK3. Proyek ini diselesaikan selama 32 bulan dengan lebih dari 4.5 juta jam kerja. Pelaksanaan SMK3 terbagi dalam dua tahap yaitu tahap pra konstruksi dan pada saat konstruksi. Keberhasilan mencapai kecelakaan nihil ini tidak terlepas dari adanya komitmen dan kerja sama antara PT ABC sebagai klien dengan PT XYZ sebagai kontraktor utama dalam menerapkan SMK3
Overview of Application of Occupational Health and Safety management System In Achieving Zero Accident in The DC1-CGPX Project PT XYZ ABSTRACT Construction projects in the natural gas processing facility in operation (brown field) and is in a remote location is an activity that has a very high risk, so the implementation of good OHS Management System (OHSMS) becomes absolutely necessary to safeguard employees and company assets against accidents and occupational diseases. The purpose of this study is to analyse the application of OHSMS in the DC1-CGPX project, in the onshore natural gas processing facility PT ABC in South Sumatra in successfully achieving zero accidents as the best practices and knowledge sharing of implementation OHSMS in the project. This research was conducted in the office of PT XYZ in Jakarta. The method uses a descriptive study. Techniques of data collection is through interviews and review of documentation. The technique of data analysis is data collection, data reduction, presentation of data and conclusion. The results showed that the DC1-CGPX project has managed to achieve zero accidents through the implementation of OHSMS. This project was completed over 32 months by more than 4,5 million manhours. OHS management implementation is divided into two phases: preconstruction and during construction. The success of achieving zero accidents is not separated from the commitment and cooperation between PT ABC as a client with PT XYZ as main contractor in implementing OHSMS. Key word : Construction Project; Health; Occupational Safety; OHS Management System; Zero Accident 1
Tinjauan Penerapan..., Didik Swaradi Joko Budoyo, FKM UI, 2014
Pendahuluan Dalam suatu negara, terutama negara berkembang, keberadaan proyek konstruksi mempunyai arti sangat penting karena dari kegiatan itu akan dihasilkan berbagai sarana dan prasarana pembangunan. Sejalan dengan perkembangan teknologi, maka proyek-proyek konstruksipun semakin berkembang dengan ditandai munculnya bangunan-bangunan tinggi maupun berkembangnya proyek-proyek padat peralatan dan padat-modal. Proyek-proyek konstruksi tersebut diselenggarakan untuk menghasilkan suatu fasilitas baru dan perawatan serta perbaikannya selama umur rencana (Suhendro, 2003). Proyek konstruksi tidak hanya penting pada hasil akhirnya (yaitu tersedianya fasilitas), karena selama proses konstruksi juga mempekerjakan banyak tenaga kerja sehingga dapat berpengaruh kepada ekonomi regional (Wibowo, 2005). Proyek konstruksi, yang terdiri dari tahapan-tahapan: perencanaan bisnis, disain, konstruksi, operasi dan pemeliharaan (Oberlender, 2000), memang nampak jelas kegunaannya pada tahap pengoperasian karena berpuluh bahkan beribu orang akan menikmatinya. Namun ironisnya, pada tahap konstruksi, pembangunan tersebut penuh dengan risiko kecelakaan yang selalu mengintai setiap saat. Industri jasa konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memiliki risiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Berbagai penyebab utama kecelakaan kerja pada proyek konstruksi adalah hal-hal yang berhubungan dengan karakteristik proyek konstruksi yang bersifat unik, lokasi kerja yang berbeda-beda, terbuka dan dipengaruhi cuaca, waktu pelaksanaan yang terbatas, dinamis dan menuntut ketahanan fisik yang tinggi, serta banyak menggunakan tenaga kerja yang tidak terlatih. Ditambah dengan manajemen keselamatan kerja yang sangat lemah, akibatnya para pekerja bekerja dengan metoda pelaksanaan konstruksi yang berisiko tinggi. Salah satu perusahaan jasa konstruksi yang telah berhasil menerapkan system manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik sehingga berhasil mencapai kecelakaan nihil dalam menyelesaikan suatu proyek konstruksi adalah PT XYZ. Salah satu proyek yang dikerjakan PT XYZ tanpa terjadi kecelakaan tercatat adalah DC1-CGPX Project pada perusahaan klien yaitu PT. ABC untuk daerah operasi onshore di wilayah Grissik Sumatera Selatan.
Tinjauan Teoritis Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu yang harus dicapai memenuhi spesifikasi tertentu, dikerjakan pada 2
Tinjauan Penerapan..., Didik Swaradi Joko Budoyo, FKM UI, 2014
jangka waktu tertentu, biaya dan mutu tertentu, memerlukan sumber daya berupa man (manusia), material (bahan bangunan), machine (peralatan), method (metode pelaksanaan), money (uang), information (informasi), dan time (waktu) serta melibatkan beberapa departemen dan tenaga ahli (multi functional), Kerzner (2013). Rangkaian kegiatan dalam proyek konstruksi diawali dangan lahirnya suatu gagasan yang muncul dari adanya kebutuhan dan dilanjutkan dengan penelitian terhadap kemungkinan terwujudnya gagasan tersebut (studi kelayakan). Selanjutnya dilakukan desain awal (preliminary design), desain rinci (detail desain), pengadaan sumber daya (procurement), pembangunan di lokasi yang telah disediakan (construction), dan pemeliharaan bangunan yang telah didirikan (maintenance) sampai dengan penyerahan bangunan kepada pemilik proyek, Kerzner (2013). Managemen proyek adalah Aplikasi pengetahuan (knowledges), keterampilan (skills), alat (tools) dan teknik (technique) dalam aktifitas-aktifitas proyek untuk memenuhi kebutuhankebutuhan proyek. Manajemen proyek dilaksanakan melalui aplikasi dan integrasi tahapan proses manajemen proyek yaitu initiating, planning, executing, monitoring dan controlling serta akhirnya closing keseluruhan proses proyek tersebut, Project Management Institute Inc. (2013). Manajemen proyek dianggap sukses jika bisa mencapai tujuan yang diinginkan dengan memenuhi syarat berikut : •
Dalam waktu yang dialokasikan
•
Dalam biaya yang dianggarkan
•
Memenuhi kinerja atau spesifikasi yang ditentukan (termasuk kinerja keselamatan)
•
Diterima customer
•
Dengan perubahan lingkup pekerjaan minimum yang disetujui
•
Tanpa mengganggu aliran pekerjaan utama organisasi
•
Tanpa mengubah budaya (positif) perusahaan Para ahli mendefinisikan Keselamatan kerja sebagai berikut : menurut Mondy dan Noe
(2005) keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan dari luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan. Risiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, sengatan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran. Kesehatan kerja adalah kebebasan dari kekerasan fisik. Risiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam
3
Tinjauan Penerapan..., Didik Swaradi Joko Budoyo, FKM UI, 2014
lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stres emosi atau gangguan fisik. Mangkunegara (2011) berpendapat bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan Mathis dan Jackson (2002) menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum. Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu upaya yang dilakukan perusahaan untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dari bahaya sakit, kecelakaan dan kerugian akibat melakukan pekerjaan, sehingga para pekerja dapat bekerja dengan sehat dan selamat. Budaya organisasi dapat dilihat sebagai sebuah konsep yang menggambarkan nilai-nilai perusahaan yang dipakai bersama dalam suatu organisasi yang mempengaruhi sikap dan perilaku anggotanya. Budaya keselamatan merupakan bagian dari budaya organisasi secara menyeluruh dan dipandang sebagai sesuatu yang mempengaruhi sikap dan keyakinan dari anggotanya dalam hal kinerja kesehatan dan keselamatan, Cooper (2000). Tidak ada definisi tunggal mengenai budaya keselamatan. Istilah ini pertama muncul setelah penyelidikan bencana nuklir Chernobyl pada tahun 1986 yang mengarah ke budaya keselamatan yang didefinisikan sebagai "suasana organisasi di mana keselamatan dan kesehatan dipahami, dan diterima sebagai prioritas nomor satu", Lee (1998), sedangkan menurut ACSNI (1993), Budaya keselamatan suatu organisasi adalah produk dari individu dan nilai-nilai kelompok, sikap, persepsi, kompetensi dan pola perilaku yang menentukan komitmen, dan gaya dan kemahiran serta kompetensi, manajemen kesehatan dan keselamatan kerja organisasi. Ahli yang lain mendefinisikan budaya keselamatan sebagai "Sikap, keyakinan dan persepsi bersama oleh sekelompok orang yang dianggap sebagai norma dan nilai-nilai, yang menentukan bagaimana mereka bertindak dan bereaksi dalam kaitannya dengan risiko dan sistem pengendalian risiko" (Hale, 2000). Menurut IOSH (2012), budaya adalah suatu cara untuk melakukan hal-hal yang digunakan bersama, diajarkan atau disalin. Semua orang di suatu budaya tertentu cenderung melakukan hal-hal dengan cara yang sama, mereka akan menganggap hal itu sebagai norma. Budaya keselamatan telah didefinisikan sebagai suatu perilaku yang terdiri dari nilai-nilai 4
Tinjauan Penerapan..., Didik Swaradi Joko Budoyo, FKM UI, 2014
bersama (apa yang penting) dan keyakinan (bagaimana sesuatu bekerja) yang berinteraksi dengan struktur dan sistem kontrol organisasi untuk menghasilkan standar perilaku (cara kita melakukan hal-hal di sekitar kita). Untuk mengembangkan budaya keselamatan yang positif ada beberapa poin yang harus dilakukan yaitu; merubah sikap dan perilaku, komitmen manajemen, keterlibatan karyawan, strategi promosi, training & seminar dan program khusus. Menurut IOSH (2012), budaya keselamatan yang positif memiliki lima komponen: 1. Komitmen manajemen terhadap keselamatan. 2. Perhatian manajemen terhadap pekerja. 3. Kepercayaan antara manajemen dan pekerja. 4. Pemberdayaan pekerja. 5. Pengawasan, tindakan perbaikan, meninjau ulang sistem dan perbaikan secara terus menerus. Sistem Manajemen K3 merupakan konsep pengelolaan K3 secara sistematis dan komprehensif dalam suatu sistem manajemen yang utuh melalui proses perencanaan, penerapan, pengukuran, dan evaluasi. SMK3 adalah skema yang membantu organisasi untuk menerapkan pendekatan manajemen risiko terhadap keselamatan dan kesehatan di tempat kerja dan beberapa elemen-elemen yang terkandung dalam rencana tersebut merupakan halhal yang membentuk budaya keselamatan positif dalam suatu organisasi. SMK3 mendorong perbaikan terus-menerus kinerja keselamatan sebagai bagian dari pendekatan praktek terbaik manajemen keselamatan. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER. 05/MEN/1996 mendefinisikan Sistem Manajemen K3 (SMK3) sebagai bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. sedangkan menurut PP 50 tahun 2012, SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Sementara Gallagher (2001) mendefininisikan SMK3 sebagai kombinasi dari perencanaan dan review, pengaturan manajemen organisasi, pengaturan konsultatif, dan unsur-unsur program khusus yang bekerja sama secara terpadu untuk meningkatkan kesehatan dan kinerja keselamatan. 5
Tinjauan Penerapan..., Didik Swaradi Joko Budoyo, FKM UI, 2014
Pendekatan system manajemen K3 telah berkembang sejak tahu 80an yang dipelopori oleh pakar K3 seperi James Tye dari British Safety Council, Dan Petersen, Frank Birds dan lainnya. Dewasa ini terdapat berbagai bentuk Sistem Manajemen K3 yang dikembangkan oleh berbagai lembaga dan institusi dalam dan luar negeri. Semua Sistem Manajemen K3 tersebut memiliki kesamaan yaitu berdasarkan proses dan fungsi manajemen modern. Yang berbeda adalah elemen implementasinya yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Setelah meninjau 13 dokumen sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja, lingkungan, atau kualitas yang ada saat itu, Redinger dan Levine (1998) menyatakan Model SMK3 umumnya mengandung 16 elemen utama yaitu: 1. Management commitment and resources, 2. Employee participation, 3. Occupational health and safety policy, 4. Goals and objectives, 5. Performance measures, 6. System planning and development, 7. OHSMS manual and procedures, 8. Training system, 9. Hazard control system, 10. Preventive and corrective action system, 11. Procurement and contracting, 12. Communication system, 13. Evaluation system, 14. Continual improvement, 15. Integration, 16. Management review
Metode Penelitian Penulisan hasil penelitian ini dilakukan secara deskriptif atau melalui uraian-uraian yang menggambarkan dan menjelaskan subjek penelitian. Pendekatan dalam penelitian ini mengikuti langkah-langkah kerja penelitian kualitatif. Lokasi penelitian bertempat di kantor pusat PT XYZ Jl. Kalibata Timur I No. 36, Kalibata, Jakarta Selatan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2014.
6
Tinjauan Penerapan..., Didik Swaradi Joko Budoyo, FKM UI, 2014
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan secara langsung dari objek penelitian. Yaitu data yang diperoleh dari responden melalui hasil wawancara yang diajukan oleh peneliti dan tinjauan dokumentasi. Pada penelitian ini data sekunder diperoleh dari perusahaan yang dapat dilihat dokumentasi perusahaan, buku-buku referensi, dan informasi lain yang berhubungan dengan penelitian. Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Wawancara Wawancara dilakukan dengan nara sumber, yaitu karyawan PT XYZ yang terdiri dari Project Manager, HSE Manager, Site Manager, HSE Officer, dan PT ABC yang terdiri dari Construction Manager, HSE Coordinator, HSE Inspector yang terlibat dalam proyek DC1-CGPX. b. Studi Dokumentasi Yaitu dengan melakukan pengumpulan dan mempelajari dokumen-dokumen pendukung yang diperoleh secara langsung dari PT XYZ, seperti profil perusahaan, dokumendokumen record program HSE di proyek DC1-CGPX, HSE performance & statistik dan dokumen-dokumen pendukung lainnya. Informasi yang dikumpulkan melalui wawancara, tinjauan dokumentasi dan telaah literatur dimasukan dalam data penelitian. Data dianalisa dan dibandingkan dengan best practice dari organisasi internasional. Pembahasan mengenai data penelitian dijabarkan dalam bentuk narasi.
Hasil Penelitian Sepanjang durasi proyek DC1-CGPX, PT XYZ harus melakukan semua pekerjaan dengan cara yang aman dan ramah lingkungan, untuk itu PT XYZ telah membuat HSE Plan yang menetapkan rencana PT XYZ untuk melakukannya. HSE Plan ini menetapkan Sistem Manajemen K3 PT XYZ yang akan dilaksanakan dan diikuti oleh PT XYZ dan Subkontraktor dan Sub-subkontraktor pada proyek DC1-CGPX. Sistem manajemen yang digunakan pada proyek ini mengikuti siklus perbaikan berkelanjutan plan – do – assess – adjust yang mengadopsi sistem manajemen K3 klien dan disepakati oleh klien dan PT XYZ, yang terdiri dari 15 elemen. Tujuan dari HSE Plan ini adalah untuk mendokumentasikan filosofi, prosedur dan proses K3 yang akan dilaksanakan oleh seluruh tim proyek selama proyek. 7
Tinjauan Penerapan..., Didik Swaradi Joko Budoyo, FKM UI, 2014
Pelaksanaan SMK3 terbagi dalam dua tahap yaitu tahap pra konstruksi dan pada saat konstruksi. Pada tahap pra konstruksi, aktivitas utama yang dilakukan adalah menyusun HSE Plan yang dilakukan bersama-sama antara PT XYZ dan klien. HSE Plan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh klien, sebagaimana dinyatakan dalam Kontrak, lampiran M – persyaratan K3L, sebagai pedoman tim manajemen proyek untuk mengelola K3 untuk mencapai target kecelakaan nihil selama pelaksanaan proyek. HSE plan ini dibuat sebagai“bridging” antara SMK3 klien dengan PT XYZ dan harus disetujui oleh kedua belah pihak. HSE Plan ini merupakan “live document” yang akan direview secara berkala dan direvisi sesuai kebutuhan. HSE Plan untuk proyek DC1-CGPX ini terdiri dari 15 elemen, mengadopsi elemenelemen yang terdapat pada sistem manajemen K3 klien. Selain elemen-elemen sistem manajemen K3, dalam HSE Plan ini juga dibuat prosedur-prosedur sebagai panduan dalam melakukan suatu pekerjaan yang berhubungan dengan proyek ini, terdapat 81 prosedur yang dibuat, yang juga merupakan “bridging” antara prosedur PT XYZ dengan klien. Selain menyusun HSE Plan, pada tahap ini juga dibuat training need analysis dan membuat strategi HSE Training, serta melakukan analisa risiko baik berupa risiko terhadap design maupun risiko pada saat konstruksi. Analisa risiko terhadap design dilakukan dengan melakukan HAZOP review, sedangkan analisa risiko pada masa konstruksi dilakukan dengan melakukan Construction HAZID. Pada tahap konstruksi, implementasi SMK3 proyek DC1-CGPX mengacu pada HSE Plan yang telah disetujui klien. Elemen-elemen HSE Plan meliputi : 1. Policy and leadership 2. Risk management 3. Legal requirement and standards of operation 4. Strategic planning, goals and objectives 5. Structure and responsibility 6. Programs and procedures 7. Asset and operations integrity 8. Emergency preparedness 9. Awareness, training and competency 10. Non conformance, investigation and corrective action 11. Communications 12. Document control and records 13. Measuring and monitoring 8
Tinjauan Penerapan..., Didik Swaradi Joko Budoyo, FKM UI, 2014
14. Audits 15. Review Dari data kinerja dan statistik K3, dilaporkan bahwa selama kurang lebih 32 bulan atau sekitar 4,5 juta jam kerja, proyek DC1-CGPX tidak mengalami kecelakaan tercatat (recordable injury) yang meliputi fatality, LWC, RWC dan MTC, seperti dilaporkan dalam tabel di bawah ini Tabel 1 Statistik Keselamatan Proyek Dc1-Cgpx (Sampai 7 February 2014) No
Criteria
Total
1
Safe Man-Hours
4.570.631
2
Safe Working Days
3
Fatality
0
4
Lost Workday Case (LWC)
0
5
Restricted Workday Case (RWC)
0
6
Medical Treatment Case (MTC)
0
7
First Aid Case
12
8
Near Miss Case
26
9
Property Damage
4
952
Sumber : DC1-CGPX Project Monthly Report March 2014.
Dari laporan HSE Corporate Audit, didapatkan data hasil dari audit seperti dijelaskan dalam tabel di bawah ini : Tabel 2 Hasil HSE Corporate Audit Proyek DC1-CGPX Year
Audit Score (%) Dayung
Grissik
2012
95.93
87.82
2013
99.4
98.92
Tabel ini menunjukkan implementasi HSE Plan di ke dua lokasi proyek baik di Dayung maupun di Grissik rata-rata 99% yang berarti kepatuhan terhadap implementasi HSE Plan sudah sesuai dengan yang direncanakan dan dapat dijaga dengan baik.
Pembahasan Dari hasil wawancara dan tinjauan dokumen, dapat digambarkan rangkuman implementasi dari system manajemen K3 yang diterapkan pada proyek DC1-CGPX pada tabel di bawah ini. 9
Tinjauan Penerapan..., Didik Swaradi Joko Budoyo, FKM UI, 2014
Tabel 3 Perbandingan Elemen-Elemen SMK3
HSE Plan DC1-CGPX Kebijakan dan Kepemimpinan K3
SMK3 Standar Internasional* - management commitment and resources - occupational health and safety policy
Implementasi pada proyek DC1-CGPX - Kebijakan K3 spesifik untuk proyek ini dibuat dan ditandatangani oleh Project manager - HSE plan menekankan tanggung jawab manajemen senior untuk melindungi kesehatan dan keselamatan pekerja dan memberikan kepemimpinan untuk kegiatan K3. - Mengakui bahwa K3 adalah tanggung jawab manajemen lini. - Pimpinan manajemen proyek mendemonstrasikan kepemimpinan keselamatan dan memberikan tauladan dengan melakukan aktivitas keselamatan.
Manajemen Risiko
hazard control system
Program manajemen risiko dilakukan melalui HAZOP, Construction HAZID, PTW dan JSA untuk setiap pekerjaan.
Persyaratan Perundangundangan dan Standar Operasi
Telah dilakukan kajian terhadap peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku dan relevan pada proyek ini dan penilaian kepatuhan terhadap peraturan-peraturan tersebut secara berkala.
Rencana Strategis, Sasaran goals and objectives dan Tujuan
HSE Goals, Sasaran strategis telah ditetapkan dan dimonitor pelaksanaannya
Struktur Jawab
Tanggung employee participation
Peran dan tanggung jawab yang berhubungan dengan K3 dari masingmasing posisi sudah ditetapkan.
operations
PT XYZ telah membuat program Asset and operations integrity yang meliputi
dan
Asset and integrity
- Program inspeksi peralatan mekanis. - Program inspeksi perkakas tangan (portable equipment) - Program inspeksi dan sertifikasi peralatan
10
Tinjauan Penerapan..., Didik Swaradi Joko Budoyo, FKM UI, 2014
HSE Plan DC1-CGPX
SMK3 Standar Internasional*
Implementasi pada proyek DC1CGPX
Kesiapan Terhadap Keadaan Darurat
- PT XYZ membuat Rencana Tanggap Darurat (ERP) yang telah di ‘bridge’ dengan ERP klien. - PT XYZ menyediakan sumber daya untuk merespon kondisi emergency yang meliputi : - Arrangement dengan fasilitas medis di dalam dan di luar lokasi proyek. - Organisasi Emergency Response Team (ERT) - Pelatihan personil ERT - Emergency drill
Awareness, training and training system competency
PT XYZ mengelola pelatihan dan kompetensi karyawannya dan karyawan sub kontraktornya melalui program : - Training need analysis dan menyusun HSE training matrix - Persyaratan ketrampilan dasar dan pelatihan K3 - Program, Record dan metode pelacakan pelatihan K3 - Program Identifikasi dan Mentoring Karyawan Baru - Persyaratan HSE Professional Competency and Qualifications Semua insiden, near miss, dan kejadian tak terduga dilaporkan.
Non conformance, investigation and corrective action
Document records
control
Membuat prosedur Incident Reporting and Investigation Procedure Doc.# C84519-DY-YH0-PRO-GN-00-0034.
and
PT XYZ mempertahankan dokumen dan catatan dari sistem manajemen K3. Dokumen-dokumen akan disimpan selama 5 (lima) tahun atau sampai dianggap usang karena revisi baru menggantikan dokumen saat ini
11
Tinjauan Penerapan..., Didik Swaradi Joko Budoyo, FKM UI, 2014
HSE Plan DC1-CGPX
SMK3 Standar Internasional*
Measuring and monitoring
performance measures
Implementasi pada proyek DC1CGPX Kinerja dan statistik K3 diukur dan dimonitor, melalui : - Incident and Injury Statistics - Equipment Inspection Compliance - Leading Indicators
Audits
evaluation system
Program audit telah dilaksanakan, meliputi :
dibuat
dan
- Audit Kepatuhan Terhadap Peraturan dan Perundangan. - Tiered Auditing Program - Joint Audit - Audit SMK3 kontraktor Review
- continual improvement - management review
Dilakukan proses review secara formal dan berkala untuk meninjau kinerja keselamatan selama proyek berlangsung, hal-hal yang ditinjau termasuk statistik kecelakaan dan penyakit akibat kerja, leading metrics/KPI, temuan audit, temuan dari investigasi kecelakaan dan near miss, temuan dari inspeksi, temuan dari hasil observasi STOP. Kinerja K3 menjadi salah satu agenda dalam project management meeting bulanan dan project sponsor meeting. PT XYZ juga melakukan end-ofproject HSEMS review untuk mengidentifikasi lessons learned dan best practices untuk meningkatkan praktek-praktek K3 di masa datang atau di proyek yang lain.
Ditinjau dari konsep Manajemen proyek yang dilaksanakan melalui aplikasi dan integrasi tahapan proses manajemen proyek yaitu initiating, planning, executing, monitoring dan controlling serta akhirnya closing, implementasi elemen-elemen HSE Plan juga telah disusun dan dilaksanakan sejalan dengan prinsip-prinsip tersebut, yang bisa dijelaskan berikut ini :
12
Tinjauan Penerapan..., Didik Swaradi Joko Budoyo, FKM UI, 2014
•
Initiating Pada tahap ini, aktivitas yang dilakukan adalah penyusunan HSE Plan.
•
Planning Elemen HSE Plan yang berhubungan dengan tahapan ini meliputi Risk management; Legal requirement and standards of operation; Strategic planning, goals and objectives dan Structure and responsibility.
•
Executing Elemen HSE Plan yang berhubungan dengan tahapan ini meliputi Programs and procedures; Asset and operations integrity; Emergency preparedness; Awareness, training and competency; dan Non conformance, investigation and corrective action.
•
Monitoring Elemen HSE Plan yang berhubungan dengan tahapan ini meliputi Document control and records dan Measuring and monitoring.
•
Controlling Elemen HSE Plan yang berhubungan dengan tahapan ini meliputi Audits.
•
Closing Elemen HSE Plan yang berhubungan dengan tahapan ini meliputi Review. Hasil HSE Corporate Audit pada tahun 2013 menunjukkan banwa implementasi HSE
Plan di ke dua lokasi proyek baik di Dayung maupun di Grissik rata-rata 99% yang berarti HSE Plan telah diimplementasikan sesuai dengan rencana dan kepatuhannya dapat dijaga dengan baik. Pada proyek DC1-CGPX, PT XYZ juga sudah terlihat berhasil mengembangkan budaya keselamatan yang positif, hal ini terlihat dengan terpenuhinya komponen-komponen budaya keselamatan yang positif sesuai yang dipersyaratkan oleh IOSH (2012), bukti-bukti pelaksanaan komponen-komponen tersebut meliputi : 1. Komitmen manajemen terhadap keselamatan. Manajemen memiliki komitmen yang tinggi terhadap keselamatan, hal ini dapat dilihat dengan adanya implementasi elemen Policy and leadership, beberapa contoh aktivitasnya meliputi : Kebijakan K3 dibuat dan ditandatangani oleh manajer proyek, HSE plan menekankan tanggung jawab manajemen senior, manajemen mengakui bahwa K3 adalah tanggung jawab manajemen lini, para pimpinan manajemen proyek mendemonstrasikan kepemimpinan keselamatan dan memberikan tauladan, serta Manager proyek
13
Tinjauan Penerapan..., Didik Swaradi Joko Budoyo, FKM UI, 2014
mengadakan project sponsor meeting termasuk management safety walktru dan safety conversation di lokasi proyek setiap kuartal 2. Perhatian manajemen terhadap pekerja. Manajemen menunjukkan perhatiannya pada pekerja sebagaimana dapat terlihat pada implementasi dari elemen-elemen Rencana Strategis, Sasaran dan Tujuan, serta Program dan Prosedur 3. Kepercayaan antara manajemen dan pekerja. Kepercayaan antara manajemen dan pekerja timbul karena adanya tindakan yang nyata, para pimpinan proyek mendemonstrasikan leadership visibility melalui aktivitas-aktivitas yang dilakukan sesuai persyaratan dalam safety leadership card, seperti melakukan STOP Intervention Tours, Reinforcement of Safe Work Practices, berpartisipasi dalam the site inspection / safety walk thru / hazard hunting, berpartisipasi dalam daily safety meeting, dll. Sementara pekerja menunjukkan kepatuhan dan kesadaran mereka terhadap K3 dengan melakukan pekerjaan sesuai prosedur, berpartisipasi aktif dalam kegiatan K3, melaporkan insiden dan near miss, dll. 4. Pemberdayaan pekerja. Pekerja diberdayakan dalam aktivitas K3, beberapa contoh aktivitasnya meliputi : pekerja berpartisipasi dalam pembuatan JSA, program safety leader melibatkan pekerja yang secara sukarela berpartisipasi sebagai safety leader untuk meningkatkan kesadaran K3, dalam safety meeting, pekerja diberikan kebebasan untuk menyampaikan concern mereka terhadap K3 di lokasi kerja, dll. 5. Pengawasan, tindakan perbaikan, meninjau ulang sistem dan perbaikan secara terus menerus. Implementasi dari elemen-elemen Struktur dan Tanggung Jawab, Measuring and monitoring, Audit dan Review merupakan bukti dilakukannya pengawasan, tindakan perbaikan, meninjau ulang sistem dan perbaikan secara terus menerus
Kesimpulan Dari uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya berkaitan dengan penerapan Sistem Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Dalam Pencapaian Kecelakaan Nihil Pada Proyek DC1-CGPX PT XYZ, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Proyek DC1-CGPX yang merupakan sebuah proyek konstruksi di fasilitas pengolahan gas alam yang sedang beroperasi (brown field) dan berada di lokasi remote merupakan 14
Tinjauan Penerapan..., Didik Swaradi Joko Budoyo, FKM UI, 2014
suatu aktivitas yang mempunyai risiko sangat tinggi, sehingga penerapan Sistem Manajemen K3 yang baik menjadi syarat mutlak dalam upaya perlindungan karyawan dan asset perusahaan terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja b. Keberhasilan pengelolaan suatu proyek memerlukan penerapan project management yang dilaksanakan melalui aplikasi dan integrasi tahapan proses manajemen proyek yang baik. c. PT XYZ telah berhasil mengembangkan dan mengimplementasikan SMK3 dengan baik pada proyek DC1-CGPX melalui HSE Plan sehingga dapat menciptakan budaya keselamatan yang mendukung keberhasilan mencapai kecelakaan nihil. d. Keberhasilan mencapai kecelakaan nihil ini tidak terlepas dari adanya komitmen dan kerja sama antara PT ABC sebagai klien dengan PT XYZ sebagai kontraktor utama dalam menerapkan Sistem Manajemen K3.
Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka saran atau rekomendasi yang dapat diberikan sehubungan dengan judul yaitu Tinjauan Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Dalam Pencapaian Kecelakaan Nihil Pada Proyek DC1-CGPX PT XYZ adalah sebagai berikut: a. PT XYZ telah berhasil mengembangkan dan mengimplementasikan SMK3 dengan baik pada proyek DC1-CGPX sebagai best practice dalam mencapai kecelakaan nihil dalam menyelesaikan suatu proyek, hal ini sebaiknya dipertahankan dan dijadikan standard untuk proyek-proyek yang lain. b. Hasil evaluasi dalam end-of-project HSEMS review sebaiknya ditindak lanjuti sebagai upaya perbaikan berkelanjutan untuk proyek-proyek yang lain. c. PT XYZ dapat menyebarkan keberhasilan mencapai kecelakaan nihil pada proyek DC1CGPX ini dalam forum-forum komunikasi industri sehingga dapat digunakan sebagai knowledge sharing untuk lebih memajukan K3 di industri pada umumnya dan konstruksi pada khususnya.
15
Tinjauan Penerapan..., Didik Swaradi Joko Budoyo, FKM UI, 2014
Daftar Referensi Advisory Committee on the Safety of Nuclear Installations (ACSNI) (1993). Study group on human factors, Third report: Organising for safety, London. Gallagher Clare, Underhill Elsa, Rimme Malcolm (2001). Occupational Health and Safety Management Systems: A Review of their Effectiveness in Securing Healthy and Safe Workplaces, National Occupational Health and Safety Commission, Sydney. Hale, AR. (2000). Culture’s confusions. Safety Science. vol.34, no1-3, 1-14 Institution of Occupational Safety and Health UK (2012). Promoting a positive culture – a guide to health and safety culture Kerzner, Harold (2013). Project Management, A System Approach to Planning, Sceduling and Controling 11th edition, John Wiley & Sons Inc, New Jersey. Lee, T. (1998). Assessment of safety culture at a nuclear reprocessing plant. Work and Stress,Vol. 12, No.3, pp217-237. Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Mathis, Robert L. & Jackson, John H. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Penerbit Salemba Empat Mondy, R. Wayne. & Noe, Robert M. (2005). Human Resources Management, Edisi ke-9. New Jersey: Penerbit Prentice Hall Oberlender, Garold D. (2000). Project Management for Engineering and Construction, McGraw-Hill. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Project Management Institute Inc. (2013). A guide to the project management body of knowledge (PMBOK® guide), Fifth edition. Redinger, C.F., Levine, S.P. (1998). Development and evaluation of the Michigan occupational health and safety management system assessment instrument: A universal HSEMS performance measurement tool. American Industrial Hygiene Association Journal 59, 572–581 Suhendro, Bambang (2003). Pengembangan Teknik Sipil Struktur Masa Depan dan Kaitannya dengan bidang-bidang Lain, Pidato pengukuhan jabatan Guru Besar pada Fakultas Teknik UGM, 5 April 2003. Wibowo, M Agung (2005). The Indonesian Construction Industry: An Input-Output Analysis. Makalah disajikan dalam Peringatan 25 tahun Pendidikan MRK di Indonesia, 18 -19 Agustus 2005.
16
Tinjauan Penerapan..., Didik Swaradi Joko Budoyo, FKM UI, 2014