UNGGAH KARYA ILMIAH
TINJAUAN MAKRO EKONOMI PADA INDUSTRI PERHIASAN INDONESIA 2007-2012 * *
Dyah Sulistyorini NIM 21 1121 002
Paramadina Graduate School of Communication 7 Mei 2013 1
ABSTRACK
Paramadina Graduate School of Communication, Universitas Paramadina, 2013
Dyah Sulistyorini/NIM 21 1121 002 MACROECONOMIC REVIEW ON INDONESIA'S JEWELLERY INDUSTRY 2007-2012 (12 pages, 1 table, 6 images, 0 attachments) The aim of this study were 1) to dissects the macroeconomic or the international globalization which influence the Indonesia’s jewellery industry. 2) To look at five largest importer of Indonesia’s jewellery. 3) To examine the obstacle and the opportunity in expanding Indonesia’s jewelry industry. Indonesia government stated that jewelery industry is a potensial commodity. Jewellery include gold, silver, germ stone and pearl. This industri is a labor intensive and makes devisa as well. The methodology used was quantitative descriptive based on observations on the website, and qualitative based on interviews with some expertise and literature study. The result are: Most of the development of jewellery industry influenced by business globalization. There are climate change which is destruct the biophysical environment that makes agricultural production declined. Then the price of he food going high, and make some resession around the globe. Globalization of military, and politic road map always followed by economic aliance. Further more the globalization also talk about demographic analysis especially the study about consumer behaviour. The big five export destination are Singapore, Australia, Hongkong, United States and Uni Emirat Arab. Singapore leads the rangking as the most global nation in the index base on A.T. Kearney/Foreign Policy Magazine Globalization IndexTM. The jewellery export to the United States indicate that there are some declining in value becouse Uncle Sam crushed by resession in 2007 to 2009. Some chalenge for Indonesia jewellery industry are 1) there are no sertification, 2) the technology gap, 3) the burden of taxes and regulations 4) lack of industrial which is linked with the jewelry designer, 5) lack of communication between association and the jeweler. One thing that should be highlighted was the government and non government participation to boost as much as possible the expo on domestic and international event.
Keywords: Macroeconomic, Jewelry Industry Reference (13) (2007--2013)
2
I PENDAHULUAN
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia melalui websitenya menyatakan bahwa perhiasan termasuk salah satu dari 10 (sepuluh) Komoditi Potensial yang layak untuk dikembangkan, selain “10 Komoditi Utama Indonesia”.
Situs http://www.kemendag.go.id
menyebutkan bahwa 10 Komoditi Potensial itu adalah Kulit dan Produk Kulit, Peralatan Medis, Tanaman Obat, Makanan Olahan, Minyak Atsiri, Ikan dan Produk Perikanan, Kerajinan, Perhiasan, Rempah-rempah dan Peralatan Kantor. Komoditi potensial perhiasan meliputi emas, mutiara, perak dan batu permata menurut kategori industri tergolong sebagai labour intensive (padat tenaga kerja) sekaligus mendatangkan nilai ekonomi berupa devisa. Negara tujuan ekspor utama bagi perhiasan Indonesia sejak tahun 2007 hingga 2012 (November) adalah Singapura, Australia, Hongkong disusul Amerika Serikat dan Perserikatan Emirat Arab. Singapura berada di urutan teratas sebagai negara tujuan ekspor dengan nilai 824,4 juta dolar AS untuk tahun 2011. Gambar 1. Emas
Gambar 2. Perak
Gambar 3. Perhiasan Batu Permata
Sumber: 1) http://www.antarafoto.com, 2) http://www.antarafoto.com/bisnis/v1367303401/pameran-perhiasan-perak 3) http://www.martapura.org/ Gambar 4. Perhiasan Mutiara
Sumber: http://pusatmutiaralombok.wordpress.com/pusat-mutiara-lombok-indonesia/ 3
II PEMBAHASAN
Menurut situs Departemen Perdagangan disebutkan bahwa ekspor non migas berdasar komoditas untuk perhiasan cukup memiliki kontribusi yang terus meningkat.
1
Terlihat pada
tahun 2008 nilai ekspor perhiasan/permata sebesar 1,1 miliar dolar AS, kemudian tahun 2009 naik menjadi 1,2 miliar dolar AS. Jumlah ini meningkat lagi menjadi sekitar 1,5 miliar dolar di tahun 2010 dan nilainya melompat jauh menjadi 2,6 miliar dolar AS di tahun 2011. Kemudian tahun 2012 senilai 2,9 miliar dolar. Pertumbuhan nilai perdagangan antar negara yang ditandai dengan peningkatan ekspor perhiasan tersebut, dipengaruhi banyak faktor. Hal ini karena Indonesia adalah bagian dari komunitas dunia yang terbuka, dimana tidak lepas dari terpengaruh integrasi pertumbuhan ekonomi global. Menurut Steve Schifferes, seorang reporter ekonomi pada BBC News, di Bangalore dalam makalah yang berjudul Defining Blobalisation – Economic Terms disebutkan bahwa integrasi pertumbuhan ekonomi dunia dimana perdagangan, isvestasi dan uang meningkat melintasi batas negara, memiliki dampak politis dan budaya. Schifferes menyebutkan bahwa globalisasi bukanlah barang baru, globalisasi adalah produk dari revolusi industri. Menurutnya kecepatan gobalisasi, ruang lingkup, dan skala globalisasi meningkat secara drastis sejak Perang Dunia II utamanya sejak 25 tahun terahir. Dan yang paling penting adalah perkembangan pesat dunia informasi dan telekonomikasi serta perkembangan internet yang telah merubah cara perusahaan mengorganisasi produksinya. Berpijak dari hal tersebut maka perdagangan industri perhiasan Indonesia juga menghadapi tantangan yang berat sekaligus peluang. Tantangan untuk mampu bersaing dengan perhiasan serupa dari negara lain yang harganya lebih murah karena ongkos produksi lebih rendah, teknologi design lebih mapan dan skala industri yang besar. Lebih penting dari itu adalah issue-issue global termasuk kondisi perubahan iklim juga mempengaruhi permintaan produksi perhiasan dunia. Perubahan iklim menyebabkan produksi
1
http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/indonesia-export-import/growth-of-non-oil-and-gas-exportcommodity
4
pertanian utamanya bahan makanan menjadi turun produksinya, bahan makanan pokok menjadi langka dan menyebabkan resesi. Ini berpengaruh terhadap produktifitas rendah, tenaga kerja turun sehingga jual beli dalam partai besar pun turun, sehingga pendapatan penduduk mengecil sehingga daya beli menjadi lebih rendah dan ekonomi juga tumbuh melambat. Selanjutnya bisa dikatakan bahwa perubahan iklim dunia adalah faktor penting bagi tumbuhnya industri perhiasan Indonesia. Selain itu, peta politik ekonomi dunia juga patut menjadi pertimbangan karena road map aliansi militer pasti diikuti oleh aliansi di bidang ekonomi. Keberadaan aliansi militer diiringi dengan perangkat penunjangnya berupa suplay-demand kebutuhan ekonomi adalah suatu keharusan.
Hal ini terkait juga dengan konektifitas antar wilayah yang dipercepat dengan
teknologi informasi, pembukaan bandar udara dan pelabuhan serta jalan-jalan besar. Yang tidak kalah penting adalah memahami demografi beserta karakteristik penduduk dunia. Hal ini sesuai dengan pendapat dai Mike Myatt seorang chief Strategy Offucer dari N2growth dalam tulisannya The Globalization on Business.
Menurut Mike, keberadaan
demografi yang beragam tiap negara patut dicermati. Populasi yang didominasi kaum muda, jumlah penduduk yang berpendidikan tinggi yang kian meningkat. Jumlah kelas menengah yang meningkat dan pertumbuhan konsumsi mereka, kasus urbanisasi dan peningkatan income. Mike Myatt penyebutkan lagi tentang pertubuhan ekonomi di China dan India, kemudian tentang permintaan komersial, peningkatan infrastruktur serta terbukanya pasar melalui perubahan kepemilikan perusahaan pemerintah menjadi perusahaan publik (privatization), serta liberalisasi peraturan karena munculnya investasi asing. Pendapat Mike patut bisa dijadikan batu pijakan untuk menyikapi pasar global agar industri perhiasan tanah air bisa bertahan dan bersaing. Pemahaman terhadap karakteristik masyarakat suatu wilayah patut dipertimbangakn untuk pemilihan material maupun design perhiasan. Pemahaman terhadap karakteristik konsumen atau customer hebaviour adalah suatu keharusan untuk memenangkan persaingan. Ini terkait kemampuan negara produsen perhiasan membaca keinginan pelanggan di suatu wilayah dan menciptakan produk yang sesuai dengan keinginan mereka. Jumlah demografi penduduk yang mayoritas berusia usia muda akan berbeda kebutuhan perhiasannya dibanding kebutuhan perhiasan penduduk yang mayoritas berusia tua. 5
Pertumbuhan besar kelas ekonomi menengah pasti merubah kebutuhan jenis material perhiasan menjadi lebih spesifik dan berkelas, dan lain sebagainya. Untuk melihat lebih detail tentang negara tujuan eksport utama dan nilai ekspor perhiasan, berikut ini adalah tabel tentang lima negara tujuan ekspor utama bagi perhiasan Indonesia tahun 2007 hingga 2011. Dengan catatan bahwa perhitungan ekspor tahun 2012 berdasar pada nilai ekpor di bulan Januari hingga November kemudian dibandingkan dengan periode sama tahun pada tahun 2011.
Tabel 1. Ekspor Perhiasan Menurut Negara Tujuan, 2007--2012 US$ No 1 2 3 4 5
Negara SINGAPURA AUSTRALIA Hongkong AMERIKA SERIKAT PERSERIKATAN EMIRAT ARAB
2007
2008
2009
2010
2011
383,989,213 250,648,432 71,332,192 66,188,039
384,938,249 340,595,462 145,764,462 52,049,309
462,016,590 243,244,610 277,884,182 45,035,729
347,971,267 478,748,045 463,127,529 54,160,393
824,396,945 445,513,689 648,747,158 50,540,761
Jan-Nov 2011 2012 799,230,538 355,661,384 382,571,672 785,250,338 634,753,461 112,986,456 46,004,515 41,780,671
42,254,386 50,196,898 31,123,557 32,761,736 39,367,147 37,507,283 13,478,105
Sumber: http://www.kemendag.go.id/id/view/commodity/18
Melihat tabel dari lima besar negara tujuan ekspor, maka analisa ini akan dikelompokkan menjai dua, yakni tiga negara besar tujuan ekspor (Gambar 5) dan ulasan tentang ekspor ke negara tujuan dengan urutan keempat (Amerika Serikat) dan urutan kelima besar yakni Perserikatan Emirat Arab (Gambar 6). Gambar 5. Tiga Negara Terbesar Pengimpor Perhiasan Indonesia 2007-2011
Sumber: diolah dari http://www.kemendag.go.id/id/view/commodity/18 6
Gambar 5 menunjukkan bahwa Singapura adalah pasar yang bagus untuk perhiasan Indonesia yang ditandai dengan jumlah ekspor yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 nilai ekspor perhiasan Indonesia sekitar 384 juta dolar AS, meningkat menjadi 385 di tahun 2008 dan menjadi 462 pada tahun 2009. Selanjutnya pada tahun 2010 menjadi 348 juta dolar dan meningkat pesat menjadi 824 di tahun 2011.
Singapura, negara kota di jantung
perdagangan Asia Tenggara memang menarik dicermati. Untuk melihat lebih dekat tentang pasar perhiasan Singapura, bisa digunakan pisau analisa tentang measuring globalization seperti yang dikemukakan oleh A.T. Kearney/Foreign Policy Magazine Globalization IndexTM, dimana globalisasi dibedah berdasar faktor pendorong yang komplek meliputi integrasi ide, manusia dan ekonomi di seluruh dunia. Indeks globalisasi selain mengukur ukuran integrasi ekonomi, juga mengukur derajat kontak personal lintas batas negara lewat kombinasi data pada perjalanan internasional (international travel), telepon internasional dan lalu lintas uang/transfer lainnya.
Tentang World Wide Web, selain
menggambarkan pertumbuhan jumlah pengguna internet juga menggambarkan jumlah internet hosts, dan secure servers (server yang aman) untuk mendukung komunikasi mereka. Serta banyak lagi dimensi untuk mengukur globalisasi. Laporan tentang measuring globalization itu menunjukkan bahwa Singapura menempati posisi teratas dari the global top ten. Singapura2 memimpin sebagai the most global nation in the index berdasar lalu lintas perdagangan yang tinggi, trafik telepon internasional yang sangat sibuk, dan banyaknya pelancong internasional. Selanjutnya posisi kedua hingga kelima diisi oleh negara-negara Eropa. Dan Amerika serikat berada pada peringkat ke 12 meski memiliki tingkat yang tinggi untuk integrasi beragam teknologi. Gambar 5 menunjukkan bahwa Australia sebagai negara tujuan ekspor perhiasan menunjukkan peningkatan yang cukup berarti dari angka 251 juta dolar AS di tahun 2007 meningkat menjadi 340 juta dolar di tahun 2008 kemudian turun menjadi 243 di tahun 2009 lalu naik lagi menjadi sekitar 479 juta dolar di tahun 2010 sedangkan satu tahun berikutnya ekspor perhiasan Indonesia ke Australia turun sedikit menjadi 446 juta dolar AS.
2
Foreign Policy, Globalization at Work, Measuring Globalization. Halaman 58
7
Selanjutnya adalah Hongkong, yakni pasar yang terus tumbuh bagi ekspor perhiasan Indonesia. Pada tahun 2007 nilai ekspor perhiasan Indonesia hanya sebesar 71 juta Dolar AS namun meningkat tajam sebesar 814 persen menjadi 649 juta Dolar AS dalam kurun waktu 4 tahun kemudian (tahun 2011). Gambar 6 menunjukkan negara Amerika Serikat dan Perserikatan Emirat Arab sebagai importir terbesar ke empat dan ke lima bagi perhiasan/permata asal Indonesia. Ekspor perhiasan ke Amerika cenderung menurun sejak tahun 2007 hingga tahun 2011 meski pada tahun 2010 sempat naik sedikit. Berikut ini persentase penurunannya ekspor perhiasan ke Amerika Serikat: tahun 2008 turun sebesar 26,9 persen mejadi hanya senilai 52 juta dolar AS dibanding tahun 2007 yang mampu mencapai 66 juta dolar AS. Kemudian tahun 2009 turun lagi sebesar 15,6 persen dibanding tahun 2008 yang mencapai 52 juta dolar AS. Untuk tahun 2010 nilai ekpor perhiasan Indonesia ke Amerika Serikat mampu naik sedikit sebesar 16,7 persen menjadi 54 juta dolar AS. Namun di tahun 2011 jumlah ini menurun lagi sebesar 5,9 persen menjadi sekitar 51 juta dolar AS.
Gambar 6. Negara Keempat Dan Kelima Besar Tujuan Ekspor Perhiasan Indonesia 20072011
Sumber: diolah dari http://www.kemendag.go.id/id/view/commodity/18 Kondisi ini terjadi karena Amerika Serikat sedang mengalami masalah dalam perekonomiannya.
Menurut
PewResearch Center’s dalam laporannya di bulan June 2010
tentang “A Balance Sheet at 30 months: How the Great Recession Has Changed Life in 8
America”. Disebutkan beberapa hal terkait dengan resesi besar di negara adidaya itu yang dimulai pada tahun 2007. Laporan itu menyebutkan bahwa lebih dari setengah dari orang dewasa di Amerika dilaporkan tidak memiliki pekerjaan, gajinya dipotong, mengalami pengurangan jam kerja atau yang semula bekerja secara shift berubah menjadi hanya pekerja paruh waktu. Hal ini tentu saja berpengaruh kepada daya beli masyarakat Amerika terutama terhadap daya beli kebutuhan sekunder termasuk perhiasan. Pada saat yang sama tingkat pengangguran pada Desember 2007 hingga Oktober 2009 (meningkat 5,1 persen lebih tinggi) dan merupakan nilai tertinggi jika dibandingkan dengan resesi sebelumnya. Biro Statistik Pekerja milik Amerika The US Bureau of Labor Statistics (BLS) memperkirakan 8,4 juta pekerja kehilangan pekerjaan sejak resesi mulai. Dan jika dilihat dari jangka waktunya, resesi ini adalah yang terlama sejak Perang Dunia ke II. Sementara untuk Perserikatan Emirat Arab nilai ekpor perhiasan Indonesia ke negara teluk itu relatif tidak terlalu berfluktuasi, hanya berada pada kisaran 31 juta dolar AS di tahun 2009 (terendah dalam lima tahun terakhir) hingga kisaran 50 juta dolar AS di tahun 2008. Untuk selanjutnya ekspor komiditi unggulan ini perlu dikembangkan dan didorong oleh serangkaian regulasi yang untuk meningkatkan produksi agar menjadi tuan rumah di negeri sendiri, mampu menciptakan lebih banyak lapangan kerja sekaligus bisa menjadi primadona ekspor Indonesia. Untuk itu diperlukan berbagai cara, berikut ini adalah tantangan dan peluang industri perhiasan Indonesia, seperti yang diungkapkan Direktur Industri Kecil dan Menengah Wilayah II, Gati Wibawaningsih.
Gati Wibawaningasih menyebutkan ada 5 kendala yang
dihadapi industri perhiasan Indonesia agar bisa berkembang yakni : 1. Masih belum adanya sertifikasi. Sertifikasi penting sebagai bentuk pelayanan standar mutu bagi perhiasan-perhiasan atau logam mulia. Kabar gembira dari janji pemerintah adalah, sedang dipersiapkan peta untuk mendorong perkembangan industri perhiasan di Indonesia yang akan siap di tahun 2013.
Sementara Sekretaris Jenderal Asosiasi
Pengusaha Emas dan Permata Indonesia (APEPI), Iskandar Husin yang menyatakan pihaknya sudah membuat standar tersebut untuk membantu konsumen, begitu pun dengan pengusaha-pengusaha tertentu (misalnya UBS dan King Halim). 2. Teknologi yang belum merata. Gati mengatakan bahwa, “Saat ini, kita memiliki bahan baku perhiasan yang banyak. Sayangnya, tidak semua perajin memiliki peralatan dengan 9
teknologi memadai. Banyak pula yang belum memiliki mesin-mesin produksi yang cukup baik". 3. Masalah fiskal atau perizinan yang masih memberatkan.
Fiskal atau pajak yang
dikenakan bagi barang-barang ini belum cukup membantu untuk mendorong jual-beli perhiasan, kata Gati. Bila di Malaysia, ada tax holiday (jual-beli barang, termasuk perhiasan tidak dikenakan pajak), tax holiday dan regulasi semacam itu cukup mendorong industri perhiasan. 4. Lemahnya keterkaitan industri dengan desainer. "Kita masih kekurangan tenaga desainer perhiasan," kata Gati. Menurutnya, bila bahan baku bagus yang kita miliki dikemas dengan desain yang bagus akan meningkatkan penjualan. Sayangnya, belum banyak desainer perhiasan yang terhubung dengan industri. 5. Komunikasi antara asosiasi dengan perajin masih kurang. Sehingga diperlukan strategi komunikasi terpadu antara asosiasi dengan perajin yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. 6. Selain lima hal diatas maka patut dipertimbangkan pula dukungan pemerintah dan banyak pihak berupA kemudahan untuk menyelenggarakan maupun mengikuti pameran di dalam dan luar negeri.
10
III KESIMPULAN
Komoditi perhiasan termasuk salah satu dari sepuluh komoditi potensial yang patut dikembangkan. Perhiasan meliputi emas, perak, batu permata dan mutiara. Industri perhiasan tergolong sebagai industri padat tenaga kerja sekaligus mampu meningkatkan devisa. Meski jumlah ekspor perhiasan Indonesia relatif kecil namun ada kecenderungan peningkatan dari tahu ke tahun sejak 2007 hingga 2012. Perkembangan industri perhiasan di tanah air tidak terlepas dari issue global termasuk perubahan iklim yang menyebabkan daya beli masyarakat dunia menurun.
Kemudian juga
perubahan peta politik, militer dan ekonomi dunia turut memberi kontribusi bagi perdagangan global. Yang tak kalah penting adalah pemahaman terhadap demografi suatu negara. Lima besar negara tujuan ekspor perhiasan Indonesia berdasar nilainya dalam USD adalah Singapura, Australia, Hongkong, Amerika Serikat dan Perserikatan Emirat Arab. Singapura adalah negara yang memiliki indeks globalisasi paling tinggi, bahkan lebih tinggi dibanding beberapa negara di Eropa. Indeks itu mencerminkan derajat kontak personal lintas batas negara lewat kombinasi data pada perjalanan internasional (international travel), telepon internasional dan lalu lintas uang/transfer lainnya. Indeks itu juga mengacu pada World Wide Web, yang menggambarkan pertumbuhan jumlah pengguna internet sekaligus juga menggambarkan jumlah internet hosts, dan secure servers (server yang aman) untuk mendukung komunikasi mereka. Serta banyak lagi dimensi untuk mengukur globalisasi. Ekspor ke Amerika Serikat mengalami penurunan pada tahun 2007 hingga 2009, meski naik sedikit di tahun 2010. Hal ini karena Amerika Serikat pada tahun 2007 hingga 2009 mengalami resesi yang menurunkan daya beli. Tantagan yang harus dituntaskan Indonesia untuk bisa meningkatkan nilai ekspor bagi industri potensial perhiasan adalah: 1) masih belum adanya sertifikasi, 2) teknologi yang belum merata, 3) masalah fiskal atau perizinan yang masih memberatkan, 4) lemahnya keterkaitan industri dengan desainer.
5) komunikasi antara asosiasi dengan perajin masih kurang. Selain
lima hal diatas, maka patut dipertimbangkan pula dukungan pemerintah dan banyak pihak berupa kemudahan untuk menyelenggarakan maupun mengikuti pameran di dalam dan luar negeri. 11
REFERENSI
Baran, J. Stanley & Davis, K. Dennis. Mass Communication Theory: Foundations, Ferment, and Future. Wadsworth Series in Mass Communication and Journalism Griffin, Jill. 2003. Customer Loyalty. Penterjemah Dwi Kartini Yahya. Jakarta: Penerbit Erlangga. Kitchen J. Philip. (2004). Integrated Marketing Communication : A Primer Pusat Data dan Riset, Kantor Berita ANTARA
Sumber lain adalah : http://amanatrakyat.com/potensi-dan-peluang-industri-perhiasan-di-jawa-timur/ http://female.kompas.com/read/2010/06/03/19014974/industri.perhiasan.indonesia.punya.potensi. lebih.maju http://kbritokyo.jp/besarnya-potensi-perhiasan-indonesia-dalam-pasar-jepang/ http://news.bbc.co.uk/2/hi/business/6279679.stm http://smallbusiness.chron.com/globalization-technology-change-business-27306.html http://www.beritasatu.com/fashion/45705-5-hambatan-perkembangan-industri-perhiasanindonesia.html http://www.n2growth.com/blog/the-impact-of-globalization-on-business/ http://www.tempo.co/read/news/2013/01/14/090454362/Dewan-Perhiasan-India-Jajaki-PasarIndonesia http://www.foreignpolicy.com/articles/2004/03/01/how_the_index_is_calculated
12