1
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KEBIJAKAN DAN STRATEGI PREVENTIF PENYALAHGUNAAN NAZA DI POLSEKTA BOGOR UTARA
Oleh: MOCHAMMAD SULAEMAN ABDUL AZIZ NIM : 101045122232
KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM ( JINAYAH SYAR’IYAH )
PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M
1
2
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KEBIJAKAN DAN STRATEGI PREVENTIF PENYALAHGUNAAN NAZA DI POLSEKTA BOGOR UTARA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Oleh: MOCHAMMAD SULAEMAN ABDUL AZIZ NIM : 101045122232
KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM ( JINAYAH SYAR’IYAH )
PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH
3
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiblakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 Rajab 1429 H. 22 Juli 2008 M. Penulis
4
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KEBIJAKAN DAN STRATEGI PREVENTIF PENYALAHGUNAAN NAZA DI POLSEKTA BOGOR UTARA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) Oleh :
MOCHAMMAD SULAEMAN ABDUL AZIZ NIM : 101045122232 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I Drs. Odjo Kusnara N, M.Ag. NIP: 150 060 388
Pembimbing II Asmawi, M.Ag. NIP: 150 282 394
KONSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM ( JINAYAH SYAR’IYAH )
PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M
5
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KEBIJAKAN DAN STRATEGI PREVENTIF PENYALAHGUNAAN NAZA DI POLSEKTA BOGOR UTARA telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 08 September 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Jinayah Siyasah Konsentrasi Kepidanaan Islam. Jakarta, 08 Ramadhan 1429 H 08 september 2008 M Mengesahkan, Dekan Fakultas Syari’ah da Hukum Prof. Dr.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422 PANITIA UJIAN MUNAQASAH 1. Ketua
: Asmawi, M.Ag. NIP. 150 282 394
(.............................)
2. Sekretaris
: Sri Hidayati, M.Ag. NIP. 150 282 403
(..............................)
3. Pembimbing I : Drs. H. Odjo Kusnara N, M.Ag. NIP. 150 234 496
(..............................)
4. Pembimbing II: Asmawi, M.Ag. NIP. 150 282 394
(.............................)
5. Penguji I
: Dr. Abdurrahman Dahlan, M.A NIP. 150 234 496
(..............................)
6. Penguji II
: Sri Hidayati, M.Ag. NIP. 150 282 403
(..............................)
7
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, atas karunia dan segala nikmat yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada penebar rahmat-Nya bagi seluruh alam, pembawa hujjah bagi segenap manusia, junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Dengan segenap kemampuan dan kekuatan, melalui proses berjalan yang takkan mungkin dilewati tanpa dukungan moral maupun material dan bantuan dari berbagai pihak, dengan sedikit rasa yang seakan tidak mungkin, akhirnya penyusunan skripsi ini bisa diselesaikan. Dalam kesempatan ini, izinkanlah penulis dengan kerendahan hati untuk menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya, kepada: 1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, SH., M.A., MM. selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum. 3. Bapak Dr. H. Mujar Ibn Syarif, M.Ag. Selaku Pudek Bidang Akademik. 4. Bapak Asmawi, M.Ag. sebagai kepala jurusan dan Ibu Sri Hidayati, M.Ag. sebagai Sekretaris Jurusan atas kemudahan yang diberikan.
8
5. Bapak Odjo Kusnara, M.Ag dan Bapak Asmawi, M.Ag. yang begitu sabar memberikan bimbingan kepada penulis. 6. Seluruh Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum atas ilmu yang telah diberikan. 7. Kapolsekta Bogor Utara dan Jajarannya atas informasi dan kerjasama yang telah diberikan. 8. Teristimewa, Ayahanda Bapak Udjang Sahim (Alm), Ibunda tercinta Sofinah atas segala pengorbanan yang telah kalian berikan ternyata tidak sia-sia, dengan segenap jiwa raga, kesabaran, ketulusan, keikhlasan, kasih sayang yang tercurah selama ini tidak luput tetesan air mata, untaian lafadz dzikir akhirnya dinding yang kokoh itu dapat dilalui tentunya tidak lepas dari restu dan do’a kalian berdua. Skripsi ini adalah persembahan terindah untuk kalian berdua sebagai tanda cinta, dan tanda terimakasih dari penulis. Juga kepada semua kakak-ku, adikku tercinta Syaifullah (Alm), Keponakan-keponakanku, murid-murid privateku dan semua sanak saudara terimakasih kalian semua telah memberikan sumbangsih yang begitu besar sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 9. Guru terhormat, Bapak K.H Drs. M. Syihabuddin yang telah memberikan ilmu dan cara pandang hidup yang baik kepada penulis semoga semua amal ibadah beliau diterima disisi Allah SWT, juga kepada rekan-rekan guru seperjuangan dan keluarga besar YPI Arrohmah tempat dimana penulis menyelesaikan skripsi selama ini.
9
10. Teman-teman seperjuangan jurusan Pidana Islam angkatan 2001, juga rekanrekan di BCA 2000 ; M. Irfan Faris Farhan, S.Kom, M. Irfan Anwar, SE.I, M. Lutfi Al-Anshori, SPd.I, M. Israzuddin, SH.I, M. Zaki Irfani, M. Dian Supriatna, Mulyana “Qoeen”, Didin Indrayana, Agung Ismail, Teh Emul, Handi Handika dan Eko. Terimakasih atas kebersamaannya selama ini.
11. Nenk Dhevy Rusiani Wahid yang telah menjadi inspirasi dan Keluarga besar terima kasih atas pengertian, suport dan kesabarannya dalam menemani hari-hari penulis selama ini. Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan mereka semua. Dan semoga karya tulis yang sederhana ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Kritik dan saran sangat diperlukan demi kesempurnaan skripsi ini.
Bogor, 19 Rajab 1429 H 22 Juli 2008 M
Penulis
1 0
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 4. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiblakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 Rajab 1429 H. 22 Juli 2008 M. Penulis
1 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Masalah penyalahgunaan NAZA (Narkoba, Alkohol dan Zat Adiktif) adalah merupakan masalah yang tak pernah habis untuk dibicarakan. Tata nilai di dalam masyarakat akhirnya telah menjadi longgar di mana permisivisme (keserbabolehan) menjadi nilai yang dianut oleh setiap anggota masyarakat. Begitu pula dalam memandang masalah NAZA dengan segala hal yang berkaitan dengannya manusia cenderung bahkan mendukung terhadap eksploitasi NAZA itu sendiri tanpa memandang tata moral yang ada. Masalah penyalahgunaan NAZA akhir-akhir ini dapat menjadi bukti bagi timbul suatu kejahatan, pemakai narkoba meningkat, serta tumbuh di mana-mana. Itu sudah merupakan hal biasa di masyarakat, dengan kata lain penyalahgunaan NAZA dewasa ini telah banyak terjadi di tengah-tengah masyarakat, sudah sedemikian mewabah dalam keadaan yang kronis meskipun dari berbagai pihak telah berupaya memberantas pola prilaku penyalahgunaan yang menyimpang itu. Namun ternyata penyalahgunaan NAZA semakin menjalar. Kebejatan pola perilaku manusia dewasa ini sangat dilematis bahkan di Amerika dan negara Eropa lain di dunia sejak beberapa tahun terakhir ini memperlihatkan kegilaan yang memuncak dalam hal yang berhubungan dengan
10
NAZA. Baik dalam gaya hidup, pergaulan, media-media dan dalam segi kehidupan yang lainnya sampai akhirnya NAZA merupakan kepuasan hidup bagi kebanyakan orang yang mengkonsumsinya. Penggunaan NAZA sudah tidak lagi dipakai untuk metode pengobatan tetapi sudah melebar ke berbagai bidang yang dilengkapi oleh seni, sarana dan promosi seakan-akan NAZA merupakan makanan yang beraneka ragam yang disajikan pada hidangan yang berbeda-beda serta dilengkapi dengan rangsangan yang menggiurkan. Makanan ini tidak perlu dicicipi atau diramu di samping ia juga bebas dari norma kemasyarakatan. Penyalahgunaan NAZA yang mengerikan ini sudah berlangsung sejak beberapa tahun, ia adalah hasil kondisi, keyakinan, keinginan dan pemikiran moral tertentu. Fenomena ini bukan muncul begitu saja tetapi merupakan hasil yang dipetik dari kenyataan. Akan tetapi, pendapat materialisme menganggap bahwa NAZA hanya kebutuhan biologis yang tidak ada hubungannya dengan moral, seperti halnya mereka menganggap politik hanya politik semata yang tidak ada juga hubungannya dengan moral. Di mana norma agama, moral serta nilai-nilai masyarakat dan adat kebiasaan adalah aturan-aturan palsu yang menghancurkan semangat manusia dan merupakan penindasan yang tanpa alasan. Maka mulailah bergeser pemahaman moral dan agama di kalangan masyarakat di mana penyalahgunaan NAZA dianggap hal yang wajar dan tidak ada sanksi apa pun.
1
11
Hal tersebut di atas seolah-olah menjadi trend bahkan kebiasan masyarakat Bogor Utara terutama di wilayah Kedung Halang, Warung Jambu, Pangkalan Raya. Demikian NAZA marak di beberapa daerah tersebut sehingga sudah bisa dikategorikan sebagai daerah yang rentan akan NAZA disinyalir karena banyak tempat-tempat wisata, tempat-tempat hiburan malam, karaoke dan lain-lain. Dapat dilihat bahwa penyalah gunaan NAZA khususnya di beberapa daerah di Bogor Utara sudah masuk keberbagai lapisan masyarakat mulai dari orang dewasa, remaja bahkan anak dibawah umur. Seperti contoh di daerah Kedung Halang belum lama ini ada dua orang pemuda dan satu orang anak di bawah umur disinyalir meninggal dunia karena sebab penyalahgunaan NAZA yang berlebihan karena disebabkan overdosis. Data ini diperoleh dari Surat Keterangan Kematian yang dikeluarkan oleh pihak RS. PMI Bogor, dari RT. setempat dan dari Polsekta Bogor Utara. Yang semuanya positif menyatakan bahwa tiga korban tersebut semuanya meninggal dunia disebabkan penyalahgunaan NAZA. Adapun sikap orang Bogor terhadap masalah NAZA terutama kawula mudanya ada sebagian yang peduli namun lebih banyak yang mempunyai sikap individualistis atau mementingkan diri sendiri serta tidak mau peduli dengan keadaan lingkungan sekitarnya.
12
Sedangkan yang membuat istimewa atau menarik bagi penulis, ingin meneliti sudah sejauh mana tindakan preventif yang dilakukan oleh anggota masyarakat terutama pihak yang berwenang dalam hal ini yaitu kepolisian. Ada satu pertanyaan besar mengapa NAZA bisa masuk dan merajalela sedangkan di wilayah Bogor Utara sendiri masih banyak tempat-tempat yang dianggap sebagai contoh atau panutan yang baik seperti pesantren-pesantren, sekolah-sekolah Islam, madrasahmadrasah, dan sebagainya.
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Dari Uraian di atas tergambar dengan jelas bahwa pembatasan masalah dalam skipsi ini adalah tinjauan hukum Islam terhadap kebijakan dan strategi preventif penyalahgunaan NAZA di Bogor Utara. Pertama, Hukum Islam, sebagaimana ditulis dalam skripsi ini yang dimaksud dengan Hukum Islam adalah setiap ketentuan agama yang datang dari Allah SWT baik secara langsung atau pun tidak langsung yang berhubungan dengan perbuatan orang mukallaf dalam suatu bentuk keharusan dan pilihan.1 Berbicara mengenai Hukum Islam adalah berbicara mengenai fiqih, fiqih biasanya didefinisikan al-‘Ilm bi al-Ahkam al-Tafshiliyah (ilmu mengenai hukum-hukum syar’i atau hukum Islam). 1
Abdul Wahab Khallaf, ‘Ilm Ushul al-Fiqh, (Kuwait, Dar al-Qalam, 1978) h. 100
13
Fiqih secara umum dapat diartikan dengan ilmu tentang prilaku manusia yang landasan utamanya adalah nash atau wahyu atau lebih singkat ilmu Islam tentang perilaku manusia.2 Mengapa harus ada tinjauan dan kajian menurut Islam? Hal ini tentu tidak lepas dari akar sosioetnografis kita, yang lahir dan besar di Indonesia yang sudah lama kita ketahui bahwa Indonesia adalah suatu negara dengan pemeluk agama Islam terbesar, di mana Islam adalah agama yang oleh pemeluknya dipercaya sebagai jalan terbaik yang pernah disediakan oleh Allah SWT. Kedua, penyalahgunaan NAZA di wilayah Bogor Utara sehingga penulis ingin membahas kebijakan dan strategi preventif terhadap penyalahgunaan NAZA mulai dari pengertian, jenis dan penyalahgunaan itu sendiri. Ketiga, kebijakan dan strategi preventif di sini adalah tindakan yang lebih dikhususkan oleh Polsekta Bogor Utara, sehingga penulis ingin menjelaskan kepada masyarakat umum bagaimana kebijakan dan langkah Polsekta Bogor Utara dalam menangani masalah penyalahgunaan NAZA khususnya di kota Bogor Utara. 2. Perumusan Masalah Untuk mempertegas pokok masalah penelitian, perlu dirumuskan sebagai berikut :
2
A. Qodri Azizy, Reformasi Bermazhab. (Jakarta, Teraju, 2000) h. 24
14
a.
Apa yang dimaksud dengan NAZA, macam-macam NAZA dan bentuk penyalahgunaan NAZA ?
b.
Bagaimanakah kebijakan dan strategi polsekta Bogor Utara dalam menangani masalah penyalahgunaan NAZA ?
c.
Apakah sudah ada kesesuaian antara kebijakan dan strategi yang dilakukan oleh Polsekta Bogor Utara dalam menangani penyalahgunaan Naza dengan kaidah Hukum Islam ?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan: a.
Untuk mengetahui pengertian NAZA, macam-macam NAZA, dan bentuk penyalahgunaan NAZA.
b.
Untuk mengetahui kebijakan dan strategi yang telah dilakukan Polsekta Bogor Utara dalam menangani masalah penyalahgunaan NAZA.
c.
Untuk mengetahui kesesuaian antara kebijakan dan strategi yang dilakukan oleh Polsekta Bogor Utara dalam menangani penyalahgunaan NAZA dengan kaidah Hukum Islam.
2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : a.
Civitas akademika, untuk mengetahui secara umum penyalahgunaan NAZA yang terjadi di Kota Bogor Utara.
15
b.
Masyarakat umum, untuk menjadi informasi tentang NAZA baik dari pengertian, jenis dan akibat dari penyalahgunaan itu sendiri
c.
Kepolisian, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam menanggulangi penyalahgunaan NAZA yang terus berkembang dari hari ke hari
D. Metode Penelitian Dan Teknik Penulisan Dilihat dari segi tujuannya penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Sedangkan dilihat dari segi jenis data, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan studi kepustakaan, yakni dengan cara mencatat dan mendokumentasikan informasi dari bahan-bahan tertulis, di samping itu diterapkan juga studi lapangan, teknik observasi dan teknik wawancara.3 Teknik observasi diterapkan dengan cara turun langsung mengamati objek penelitian mengenai keadaan yang sebenarnya terjadi di lapangan yang berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan dan strategi preventif yang dilakukan oleh pihak Polsekta Bogor Utara.
3
h. 62.
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 1985)
16
Teknik wawancara diterapkan dengan cara mewawancarai yang berkenaan dengan hal-hal yang berkaitan dengan pokok bahasan yang akan dibahas. Wawancara dilakukan dengan pihak-pihak terkait.4 Analisis data dengan menggunakan teknik analitis kualitatif. Tekhnik Penulisan berdasarkan Buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007. Dengan pengecualian: 1. Al-Qur’an al-Karim pada daftar pustaka ditempatkan pada tempat awal karena Al-Qur’an adalah kitab suci; 2. Terjemah Al-Qur’an dan Hadits diketik satu spasi walaupun kurang dari lima baris. E. Sistematika Penelitian Untuk memudahkan pembahasan, penulis membuat sistematika sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Menerangkan
tentang
latar
belakang
masalah,
pembatasan
dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan tekhnik penulisan serta sistematika penulisan. BAB II
DESKRIPSI UMUM TENTANG NAZA
4
Ibid, h.67
17
Membahas tinjauan umum tentang NAZA mengenai pengertian, macammacam dan bentuk-bentuk dari penyalahgunaan NAZA. BAB III
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PREVENTIF POLSEKTA BOGOR UTARA TERHADAP PENYALAHGUNAAN NAZA Memberi gambaran tentang kebijakan dan strategi preventif yang dilakukan
oleh
Polsekta
Bogor
Utara
dalam
menanggulangi
penyalahgunaan NAZA di Bogor Utara. BAB IV
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KEBIJAKAN DAN STRATEGI PREVENTIF POLSEKTA BOGOR UTARA DALAM MASALAH NAZA Tinjauan
yang
berdasarkan
prinsip-prinsip
Hukum
Islam
yang
digambarkan secara umum dalam menyikapi dan menanggulangi terhadap penyalahgunaan NAZA. Bab ini juga memaparkan bagaimana kebijakan dan tindakan preventif yang dilakukan Polsekta Bogor Utara.
BAB V
PENUTUP Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan keseluruhan isi skripsi dan diakhiri dengan beberapa saran dalam rangka perbaikan dan upaya yang lebih maksimal lagi yaitu mencegah terulang kembali
18
penyalahgunaan NAZA yang terjadi di masyarakat Bogor Utara khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya.
19
BAB II DESKRIPSI UMUM TENTANG NAZA
A. Pengertian Naza NAZA (Narkotika dan Zat Adiktif) adalah dua zat yang mendatangkan perasaan kecanduan bagi pemakaiannya. Bahkan akan mendatangkan kematian terhadap konsumennya apabila sampai pada tahapan overdosis. Namun antara keduanya narkotika dan psikotropika mempunyai pengertian, jenis (golongan) serta diatur dalam Undang-undang yang berbeda pula. Narkotika diatur dalam Undangundang No. 22 tahun 1997 sedangkan psikotropika diatur dalam undang-undang No. 5 tahun 1997. Kata narkotika itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, dari kata narke yang berarti beku, lumpuh dan dungu. Orang Amerika menyebutnya narcotics yang kemudian diikuti oleh Indonesia dengan kata narkotika. Di Malaysia disebut dadah. Narkotika ini juga diartikan sebagai obat bius, yang membuat orang tertidur5. Narkotika sering diistilahkan dengan drug dapat diartikan seperti yang diungkapkan Soedjono Dirdjosisworo, adalah zat yang bisa menimbulkan pengaruhpengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakan dengan memasukkan
5
Wilson Nadalak, Korban Ganja dan Masalah Narkotika, (Bandung; Indonesia Publishing House, 1978), Cet. Ke-2, h. 122
10
54
dalam tubuh. Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilang rasa sakit, rangsangan semangat dan halusinasi atau timbul hayalan-hayalan. Sifat-sifat tersebut yang diketahui dan ditemukan dalam dunia medis yang bertujuan untuk dimanfaatkan untuk pengobatan dan kepentingan manusia, seperti dibidang pembedahan, penghilangan rasa sakit dan lain-lain6. Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi pengertian tentang narkotika adalah obat untuk menenangkan saraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa ngantuk, atau merangsang (opium, ganja dan sebagainya)7. Sedangkan UU No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika, pada Bab I pasal 1 (ayat1) memberikan pengertian, zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilang rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam UU ini atau yang kemudian ditetapkan dengan keputusan Menteri Kesehatan8. Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis 6
Soedjono Dirdjo Sisworo, Hukum Narkotika Indonesia, (Bandung, Citra Aditia Bakti, 1990), h. 3 7
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta, Balai Pustaka, 1989), h. 214 8
Eugenia Liliawati Muljono, Peraturan Perundang-undangan Narkotika dan Psikotrapika, (Jakarta, Harvarindo, 1998), Cet. Ke-1, h. 4
58
55
maupun semi sintesis, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan yang ditetapkan oleh UU Narkotika: atau, dengan keputusan Menteri Kesehatan; di mana dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu, seperti: hilang rasa nyeri dan sakit, penurunan atau perubahan kesadaran, rangsangan semangat dan halusinasi atau timbul khayalan-khayalan, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkoba (Narkotika dan obat-obatan berbahaya), NAZA (Narkotika dan Zat Adiktif) atau ada yang menyebut NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) saat ini ramai dibicarakan di mana-mana. Produk syetan ini begitu mudah masuk dan peredarannya di Indonesia sungguh luar biasa, merambah ke segala background kehidupan dan tingkat usia, mulai dari para pejabat hingga rakyat biasa, para penjahat hingga aparat kepolisian, para mahasiswa hingga para dosen, para siswa hingga guru, para artis hingga olah ragawan. Sesuatu yang sangat menyedihkan anak SD pun mulai ikut-ikutan triping. Tak heran jika berbagai analisis memperkirakan bahwa lost generation atau akan ada generasi yang hilang di Indonesia akibat Narkoba akan benar-benar terjadi di masa mendatang. Narkoba adalah racun yang bukan saja merusak seorang secara fisik tapi juga merusak jiwa dan masa depannya. Secara fisik semakin lama semakin ambruk, sementara mentalnya sudah terlanjur ketergantungan dan membutuhkan pemenuhan narkoba dalam dosis yang semakin tinggi. Jika dia tidak berhasil menemukan Narkoba, maka tubuh akan mengadakan reaksi yang menyakitkan di
56
antaranya sembelit, muntah-muntah, kejang-kejang, dan badan menggigil yang dikenal dengan sakau. Untuk itu para pecandu narkoba tidak bisa lepas dari ketergantungan sehingga memerlukan terapi yang cukup lama. Bahkan menurut penelitian, Narkoba dalam tubuh tidak akan hilang selama enam hingga sepuluh tahun, terhitung dari semenjak seseorang berhenti mengkonsumsi. Hal ini berarti racun narkoba akan tetap menumpuk dalam darah dan selama itu pula sebenarnya seseorang memerlukan terapi yang continue. Zat Adiktif atau golongan Psikotropika di dalam UU No. 5 Th. 1997 pengertian psikotropika terdapat dalam Bab I ketentuan umum pasal 1 nomor 1, yaitu: Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku. Dari pengertian pasal 1 nomor 1 tersebut diatas, maka pengertian psikotropika adalah: a. Zat atau obat baik alamiah maupun sintesis yang bukan termasuk narkotika; b. Berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat (SPP); c. Menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Pengertian tersebut menekankan pembatasan ruang lingkup psikotropika yang dipersempit, yaitu zat dan obat yang bukan narkotika, dengan maksud agar tidak berbenturan dengan ruang lingkup narkotika. Karena apabila tidak dibatasi demikian,
57
nantinya akan mengalami kesulitan untuk membedakan mana zat atau obat yang tergolong psikotropika dan mana yang tergolong narkotika.
B. Macam-Macam NAZA Narkotika juga dibedakan dalam golongan-golongan. Dalam tiap-tiap golongan mempunyai fungsi yang berbeda-beda pula. Perbedaan itu berlaku pula dalam ketentuan pidana terhadap para pelaku ilegal. Berdasarkan lampiran UU No. 22 tahun 1997, penggolongan narkotika sebagai berikut: 1. Golongan I a. Tanaman Papaver Somiferum I, dan semua jenis bagiannya termasuk buah dan jeraminya, kecuali bijinya; b. Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri, diperoleh dari buah tanaman Papaver Somniferum I, yang hanya mengalami pengolahan sekedar untuk pembungkus dan pengangkutan tanpa memperhatikan kadar morfinnya; c. Opium masak terdiri dari: 1)
Candu, hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui suatu rentesan pengolahan khususnya dengan pelarutan, pemanasan dan peragian dengan atau penambahan bahan-bahan lain, dengan maksud mengubahnya menjadi suatu ekstrak yang cocok untuk pemadatan.
58
2)
Jicing, sisa-sisa dari candu setelah dihisap, tanpa memperhatikan apakah candu itu dicampur dengan daun atau bahan lain.
3)
Jicingko, hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing;
d. Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythtosxlyon dari keluarga daun Erythroxlaceae termasuk buah dan bijinya; e. Daun koka, daun yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam bentuk serbuk dari semua dari semua tanaman genus Erythtosxlyon dari keluarga Erythroxlacea yang menghsilkan kokain secara langsung atau melalui kimia; f. Kokain mentah, semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun-daun koka yang dapat diolah secara langsung untuk mendapatkan kokain; g. Kokain, metal ester-I-bensoil ekgonina; h. Tanaman ganja, semua tanaman genus cannabis dan semua bagian dari tanaman termasuk biji, buah, jerami, hasil olahan tanaman ganja atau bagian tanaman termasuk dammar ganji dan hasis; i. Tetrahydrocannabinol, dan semua isomel serta semua bentuk stereo kimianya; j. Delta 9 tetragydrocannabinol dan semua bentuk stereo kimianya; k. Asetorfin; l. Acetil-alfa-metilfentanil ;
59
m. Alfa-metilfentanil; n. Alfa-metiltiofentanil; o. Beta-hidroksfentanil; p. Beta-hidroksi-3-metilfentanil; q. Desmofina; r. Etrofina; s. Heroina; t. Ketobemidona; u. 3-metilfentanil; v. 3-metiltiofentanil; w. MPPP; x. Para-fiorofentanil; y. PEPAP; z. Tiofentanil9. Narkotika golongan I ini hanya dapat digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan dilarang menggunakan untuk kepentingan selainnya (pasal 5). Dalam hal produksi hanya dalam jumlah yang sangat terbatas dan harus dalam pengawasan yang ketat dari Menteri Kesehatan (pasal 9). 2. Golongan II 9
Undang-Undang Narkotika dan Psikotropika, (Jakarta; CV Eko Jaya, 2005), h. 219
60
a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. o. p. q. r. s. t. u. v.
Alfasetilmetadol; Alfameprodina; Alfametadol; Alfaprodena; Alfantenil; Allilprodena; Anileridina; Asetilmetadol; Benzetidin; Benzilmoefina; Batameprodina; Batametadol; Betameprodina; Betasetilmetadol; Bezileramida; Dekstromoramida; Dimpromida; Dietiltiambutena; Defenaoksilat; Difenoksin; Dihidromorfina; Dimefeptanol10.
Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan
pengembangan
ilmu
pengetahuan
mengakibatkan ketergantungan. 3. Golongan III a. b. c. d. e. 10
Asetilidinidrokodeina; Dekstropropoksideina; Dihidrokodeina; Etilmorfina; Kodeina; Ibid, h. 220-224
serta
mempunyai
potensi
tinggi
61
f. g. h. i. j. k. l. m. n.
Nikodikodina; Nikokodina; Norkoeina; Polkodina; Propiram; Garam-garam dari narkotika dalam golongan tersebut di atas; Campuran atau sediaan opium dengan bahan lain bukan narkotika; Campuran atau sediaan difenoksin dengan bahan lain bukan narkotika; Campuran atau sediaan difenoksilat dengan bahan lain bukan narkotika11.
Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. C. Pengertian Dan Golongan Psikotropika (Zat Adiktif) 1. Pengertian Psikotropika (Zat Adiktif) Di dalam UU No. 5 Th. 1997 pengertian psikotropika terdapat dalam Bab I Ketentuan Umum pasal 1 nomor 1, yaitu: Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoatktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku. Dari pengertian pasal 1 nomor 1 tersebut di atas, maka pengertian psikotropika adalah: a. Zat atau obat baik alamiah maupun sintesis yang bukan termasuk narkotika;
11
Ibid, h. 224
62
b. Berkhasiat proaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat (SPP); c. Menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku12. Pengertian
tersebut
menekankan
pembatasan
ruang
lingkup
psikotropika yang dipersempit, yaitu zat dan obat yang bukan narkotika, dengan maksud agar tidak berbenturan dengan ruang lingkup narkotika. Karena apabila tidak dibatasi demikian, nantinya akan mengalami kesulitan untuk membedakan mana zat atau obat yang tergolong psikotropika dan mana yang tergolong narkotika13.
2. Golongan Psikotropika (Zat Adiktif) Adapun macam-macam Psikotropika diatur dalam UU No. 5/1997 yang dibedakan dalam empat golongan sebagai berikut: a.
Golongan I Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunya potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Macam-macamnya adalah: 1.
brolamfetamina (dob);
12
Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, (Bandung; CV. Mandar Maju, 2003), cet ke 1, h. 124 13
Gatot Supramono, Hukum Narkoba Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2004), cet. ke-2, h. 17
63
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
etisklidina; etriptamina; katinona; lisergina; metkatinona; psilosibina; relisiklidina; tenamfetamina; tenosiklidina; det; dma; dmhp; dmt; doet; pce; lsd, lsd, 25; mdm; mekalina; metilaminoreks; mmda; n-etil mda; n-hidroksi mda; paraheksil; pma; psilosina, psilotsin; php, pcpy; stp, dom; mda; tcp; tma.14
b. Golongan II Psikotropika golongan II adalah Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu
14
Undang-Undang Narkotika, ,h. 132-133
64
pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindxroma ketergantungan. Macam-macamnya adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
amfetamina; deksamfetamina; fenetilina; fenmetrazina; fensiklidina (pcp); levamfetamina (levamfetamina); levometamfetamina; meklokualon; metamfetamina; metamefetamina rasemat; metakualon; metilfenidat; sekobarbital; zipeprol.15
c. Golongan III Psikotropika golongan III adalah Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Macam-macamnya adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 15
amobarbital; buprenorfina; butalbital; flunitrazepam; glutetamida; katina; pentazosina; pentobarbital; siklobarbital.16
Ibid, h. 134
65
d. Golongan IV Psikotropika golongan IV adalah Psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Macam-macamnya adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 16
alobarbita; alprazolam; amferpramona (dietilpropion); aminorex; barbital; benzfetamina; bromazepam; brotizolam; butobarbital; delorazepam; diazepam; estazolam; etil emfetamina (n-etilamfetamina); etil loflazepate; etinamat; atklorivinal; fencamfamina; fendimetrazina; fenobarbital; fenproporeks; fentermina; fludezipam; flurazepam; halazepam; haloksazolam; kamazxepam; katazolam; klobazam;
Ibid, h. 138
66
29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60.
kloksazolam; klonazepam; klorazepat; klordiazepoksida; klotiazepam; lefetamina; lorazepam; lorazepam; lormetazopam; maazindol; medazepam; mefenoreks; meprobamat; mekokarb; metilfenobarbital; metilfenobarbital; midazolam; nimetazepam; nitrazepam; nordazepam; oksazepam; oksazepam; pemolina; pinazepam; pipradrol; provelerona; prazepam; sekbutabarbital; temazepam; tetrazepam; triazolam; vinilbital.17 Ada juga beberapa yang termasuk golongan IV yaitu psikotropika
jenis Ekstasi yang dikenal dengan nama inex, XTC, huge drug, yuppie
17
Ibid, h. 139-141
67
drug, essence, clarity, butterfly, black heart, ice. Ekstasi memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Bentuknya berupa tablet dan kapsul warna warni; 2) Cara penggunaan ditelan secara langsung; 3) Mendorong tubuh melakukan aktivitas melampaui batas maksimum.18 D. Macam-macam Bentuk Penyalahgunaan NAZA Obat-obatan untuk tujuan medis, secara legal diberikan resep oleh dokter atau apoteker terdidik, guna mencegah dan mengobati penyakit. Contoh dari obatobatan ini, pelega tenggorokan, parasetamol, sirup batuk dan aspirin. Akan tetapi, pemakaian obat tanpa petunjuk medis merupakan penyalahgunaan. Biasanya penyalahgunaan memiliki akibat yang serius dan dalam beberapat kasus biasanya dapat menjadi fatal. Seorang pengguna NAZA tidak dapat hidup secara normal. Ia bertingkah laku aneh dan menciptakan ketergantungan fisik dan psikologis pada tingkat yang berbeda-beda. Ketergantungan NAZA atau kecanduan berarti kita tidak dapat hidup tanpa obat. Bila seorang anak telah kecanduan, hidup akan seperti di neraka. Hal ini dikarenakan ketergantungan fisik menyebabkan timbul rasa sakit bila ada usaha untuk mengurangi pemakaiannya atau bila pemakaiannya dihentikan. Ketergantungan secara psikologis menimbulkan tingkah laku yang kompulsif untuk
18
Badan Narkotika Nasional, Pedoman Pelaksanaan P4GN, Jakarta, 2007
68
memperoleh NAZA tersebut. Keadaan ini semakin memburuk manakala tubuh sang pemakai menjadi kebal akan narkoba, sehingga kebutuhan tubuh akan narkoba menjadi meningkat untuk dapat sampai pada efek yang sama tingginya. Dosis yang tinggi dan pemakaian yang sering, diperlukan untuk menenangkan keinginan yang besar. Ini dapat menyebabkan kematian.19 Cara termudah untuk menolak kebiasaan mengkonsumsi narkoba adalah dengan tidak memulainya sama sekali. Sekali si pemakai kecanduan, ia akan memiliki ketergantungan secara psikologis seumur hidupnya, dan hal ini akan sulit dikurangi atau dihentikan. Sekali mencoba, mungkin akan mengakibatkan ketergantungan seumur hidup pada obat-obatan terlarang tersebut. Ungkapan “lebih baik mencegah daripada mengobati” telah jadi kebenaran mutlak. Narkoba yang paling membahayakan banyak disalahgunakan adalah heroin, cannabis/ganja, ecstasy/ice danamphetarnin. Pemakaian narkoba dengan cara menghirup/ngelem (sniffing), terutama inhalen, juga menjadi masalah yang sangat membahayakan.20 1.
Jenis Narkotika a. Opiod
19
Badan Kerjasama Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama (BERSAMA), “Pengawasan Serta Peran Aktif Orangtua dan Aparat Dalam Penanggulangan dan Penyalahgunaan Narkoba”, t.pn., t.th. 20
Ibid, h. 6
69
Opiod atau opiat berasal dari kata opium, jus dari bunga opium, Paparevera sommiverum, yang mengandung kira-kira 20 alkaloid opium, termasuk morfin. Nama opioid juga digunakan untuk opiat, yaitu suatu preperat atau deriverat dari opium dan narkotik sintetik yang kerjanya menyerupai opiat tetapi tak didapatkan dari opium. Opiat alami lain atau opiat yang disintesis dari opiat alami adalah heroin (diacet, kulporphine), kodein (3-methoxymorphine), dan hydromorphone (dilaudid). 21 1) Efek yang ditimbulkan Mengalami pelambatan dan kekacauan pada saat bicara, kerusakan penglihatan pada malam hari, mengalami kerusakan pada liver dan ginjal, peningkatan resiko terkena virus HIV dan hepatitis dan penyakit infeksi lainnya melalui jarum suntik dan penurunan hasrat dalam hubungan sex, kebingungan dalam identitas seksual, kematian karena overdosis.22
2) Gejala Intoksikasi (keracunan) Opioid : Konstraksi pupil (karena anoksida akibat overdosis berat), yang berkembang selama, atau segera setelah pemakaian opioid,
21
Ibid, h. 87
22
Ibid, h. 89
70
yaitu mengantuk atau koma bicara cadel, gangguan atensi atau daya ingat. Perilaku akan mengalami perubahan psikologis yang bermakna secara klinis misalnya: euforia awal diikuti oleh apaits, disforia, agitasi atau psikomotor, gangguan pertimbangan, atau gangguan fungsi sosial atau pekerjaan yang berkembang selama atau segera setelah pemakaian opioid.23 3) Gejala Putus Obat: Gejala putus obat dimulai dalam enam sampai delapan jam setelah dosis terakhir. Biasanya setelah suatu periode satu sampai dua minggu pemakaian kontinyu atau pemberian antagonis narkotik.24 Sindroma putus obat mencapai puncak intensitasnya selama hari kedua atau ketiga dan menghilang selama tujuh sampai sepuluh hari setelahnya. Tetapi beberapa gejala mungkin menetap selama enam bulan atau lebih lama. Gejala putus obat dari ketergantungan opioid adalah kram otot parah dan nyeri tulang, diare berat, kram perut, rinorea lakrimasipiloereksi, menguap, demam, dilatasi pupil, hipertensi
23
Ibid, h. 90
71
disregulasi
takikardia
temperatur,
termasuk
dan
pipotermia
hipertermia. Seseorang
dengan
ketergantungan
opioid
jarang
meninggalkan akibat putus opioid, kecuali orang tersebut memiliki penyakit fisik dasar yang parah seperti penyakit jantung. Gejala residual seperti insomnia, bradikardia, disregulasi temperatur, dan kecanduan opiat mungkin menetap selama sebulan setelah putus zat. Pada tiap waktu selama sindroma abstinensi, suatu suntikan tunggal morfin atau heroin menghilangkan semua gejala. Gejala penyerta putuh opioid adalah kegelisahan, iritabilitas, depresi, tremor, kelemahan, mual dan muntah.25 Bahan-bahan opioda yang sering disalahgunakan adalah: b. Candu Getah tanaman Papaver Somniferum didapat dengan menyadap (menggores) buah yang hendak masak. Getah yang keluar berwarna putih dan dinamai “Lates”. Getah ini dibiarkan mengering pada permukaan buah sehingga berwarna coklat kehitaman dan sesudah diolah akan menjadi suatu adonan yang menyerupai aspal lunak. Inilah yang dinamakan candu mentah atau
25
Ibid.
72
candu kasar. Candu kasar mengandung bermacam-macam zat-zat aktif yang sering disalahgunakan. Candu masak warnanya coklat tua atau coklat kehitaman.26 Diperjual-belikan dalam kemasan kotak kaleng dengan berbagai macam cap, antara lain ular, tengkorak, burung elang, bola dunia, cap 999, cap anjing, dsb. Pemakaiannya dengan cara dihisap.27
c. Morfin Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin merupakan alkaloida utama dari opium (C17H19NO3). Morfin rasanya pahit. Berbentuk tepung halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan berwarna. Pemakaiannya dengan cara dihisap dan disuntikkan.28
d. Heroin (Putauw) Heroin mempunyai kekuatan dua kali lebih kuat dari morfin
dan
merupakan
jenis
opiat
yang
paling
sering
disalahgunakan orang di Indonesia pada akhir-akhir ini. Heroin, 26
Ibid.
27
Ibid, h. 87
28
Ibid, h. 88
73
yang secara farmakologis mirip dengan morfin menyebabkan orang menjadi mengantuk dan perubahan mood yang tidak menentu. Walaupun pembuatan, penjualan dan pemilikan heroin adalah ilegal, tetapi diusahakan heroin tetap tersedia bagi pasien dengan penyakit kanker terminal karena efek analgesik dan euforik-nya yang baik.29 e. Codein Codein termasuk garam/turunan dari opium/candu. Efek codein lebih lemah daripada heroin, dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungan adalah rendah. Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan jernih dan cara pemakaiannya ditelan dan disuntikkan. f. Demerol Nama lain dari Demerol adalah pethidina. Pemakaiannya dapat ditelan atau dengan disuntikkan. Demerol dijual dalam bentuk pil dan cairan tidak berwarna.30 g. Methadon Saat ini Methadon banyak digunakan orang dalam pengobatan ketergantungan apioid. Antagonis opioid telah dibuat 29 30
Ibid. Ibid.
74
untuk mengobati overdosis opioid dan ketergantungan opioid. Sejumlah besar narkotik sintetik (opioid) telah dibuat, termasuk meperidine (demerol), methadone (dolphine), pentazocine (talwin), dan propocyphene (darvon). Kelas obat tersebut adalah nalaxone (narcan), naltrxone (trecan), nalarphine, levalorphane, dan apomorphine. Sejumlah senyawa dengan aktivitas campuran agonis dan antagonis telah disintesis, dan senyawa tersebut adalah pentazocine, butarphanol (stadol) dan bubprenorphine adalah suatu pengobatan yang efektif untuk ketergantungan opioid. Nama populer jenis opioid: putauw, etep, PT, putih.31 h. Kokain Kokain
adalah
zat
yang
adiktif
yang
sering
disalahgunakan dan merupakan zat yang sangat berbahaya. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman belukar Erytrhoxylon coca, yang berasal dari Amerika Serikat, dimana dari tanaman belukar ini biasanya dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan efek stimulan. Saat ini Kokain masih digunakan sebagai anastetik lokal, khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan,
31
Ibid, h. 89
75
karena
efek
vcasokostriksifnya
juga
membantu.
Kokain
diklasifikasikan sebagai suatu narkotika, bersama dengan morfin dan heroin karena efek adiktif dan efek merugikannya telah dikenali.32 Nama lain untuk kokain: Snow, coke, girl, lady and crack (kokain dalam bentuk yang paling murni dan bebas basa untuk mendapatkan efek yang lebih kuat).33 1) Efek yang Ditimbulkan Kokain
digunakan
karena
secara
karakteristik,
menyebabkan elasi, eufiria, peningkatan harga diri dan perasaan perbaikan adalah tugas mental dan fisik. Kokain dalam dosis rendah dapat disertai dengan perbaikan kinerja beberapa tugas kognitif.34 2) Gejala Intoksikasi Kokain Pada
penggunaan
kokain
dosis
tinggi
gejala
intoksikasi dapat terjadi, seperti agitasi iritabilitas gangguan dalam pertimbangan perilaku seksual yang impulsif dan
32
Ibid.
33
Ibid, h. 91
34
Ibid, h. 92
76
kemungkinan
berbahaya
agresi
peningkatan
aktivitas
psikomotor Takikardia Hipertensi Midriasis. 3) Gejala Putus Zat Setelah menghentikan pemakaian. Kokain atau setelah intoksikasi akut terjadi depresi pascaintosikasi (crash) yang ditandai dengan disforia, anhedonia, kecemasan, iritabilitas, kelelahan, hipersomnolensi, kadang-kadang agitasi. Pada pemakaian kokain ringan sampai sedang, gejala putus Kokain kemungkinan hilang dalam 18 jam. Pada pemakaian berat, gejala putus Kokain bisa berlangsung sampai satu minggu, dan mencapai puncaknya pada dua sampai empat hari. Gejala putus Kokain juga dapat disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Orang yang mengalami putus Kokain seringkali berusaha mengobati sendiri gejalanya dengan alkohol, Sedatif Hipnotik, atau obat antiensletas seperti diazepam (Valium).35 i. Kanabis (Ganja)
35
Ibid.
77
Kanabis adalah nama sejenis singkat untuk tanaman Cannabis Sativa. Semua bagian dari tanaman mengandung kanaboid psikoaktif. Tanaman Kanabis biasanya dipotong, dikeringkan, dipotong kecil-kecil dan digulung menjadi rokok yang disebut joints. Bentuk yang paling paten berasal dari tanaman yang berbunga atau dari eksudi resin yang dikeringkan dan berwarna coklat hitam yang berasal dari daun yang disebut hashish atau hash.36 Nama yang umum untuk Kanabis adalah : marijuana, grass, pot, weed, tes Mary Jane. Nama lain untuk menggambarkan tipe Kanabis dalam berbagai kekuatan adalah hemp, chasra, Mang, dagga, dinsemilla, ganja, cimenk.37 1) Efek yang ditimbulkan Efek euforia dari kanabis telah dikenali. Efek medis yang potensial adalah sebagai analgesik, antik-onvulsan dan hipnotik. Belakangan ini juga telah berhasil digunakan untuk mengobati mual sekunder yang disebabkan terapi kanker dan untuk menstimulasi nafsu makan pada pasien dengan 36 37
Ibid. h. 93 Ibid.
78
Imunodefisiensi Sindrome (AIDS). Kanabis juga digunakan untuk pengobatan glaukoma. Kanabis mempunyai efek adiktif dengan efek alkohol, yang seringkali digunakan dalam kombinasi dengan Kanabis.38
2. Alkohol/Minuman Keras Adalah semua minuman yang mengandung alkohol tetapi bukan obat. Minuman keras terbagi ke dalam tiga golongan yaitu: a. Golongan A berkadar Alkohol 01% - 05%; b. Golongan B berkadar Alkohol 05% - 20%; c. Golongan C berkadar Alkohol 20% - 50%; Beberapa jenis minuman beralkohol dan kadar yang terkandung di dalamnya: a. Bir, Green Sand 1% - 5%; b. Martini, Wine (Anggur) 5% - 20 %; c. Whisky, Brandy 20% - 50%39.
a.
Efek yang ditimbulkan Efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi alkohol dapat dirasakan segera dalam waktu beberapa menit saja, tetapi efeknya
38 39
Ibid. Ibid, h. 77
79
berbeda-beda, tergantung dari jumlah/kadar alkohol yang dikonsumsi. Dalam jumlah kecil, alkohol menimbulkan perasaan relax, dn pengguna akan lebih mudah mengekspresikan emosi, seperti rasa senang, rasa sedih dan kemarahan. Bila dikonsumsi lebih banyak lagi, akan muncul efek sebagai berikut: Merasa lebih bebas lagi mengekspresikan diri, tanpa ada perasaan terhambat menjadi lebih emosional (sedih, senang, marah secara berlebihan) muncul akibat ke fungsi fisik-motorik, yaitu bicara cadel, pandangan menjadi kabur, sempoyongan, inkoordinasi motorik dan bisa tidak sadarkan diri, kemampuan mental mengalami hambatan, yaitu gangguan untuk memusatkan perhatian dan daya ingat terganggu. Pengguna biasanya merasa dapat mengendalikan diri dan mengontrol tingkah lakunya. Pada kenyataannya mereka tidak mampu mengendalikan diri seperti yang disangka oleh mereka mampu mengendalikan diri seperti yang mereka sangka mereka bisa. Oleh sebab itu, banyak ditemukan kecelakaan mobil yang disebabkan karena mengendarai mobil dalam keadaan mabuk. 40 Pemabuk atau pengguna alkohol yang berat dapat terancam masalah kesehatan yang serius radang usus, penyakit liver, dan
40
Ibid, h. 78
80
kerusakan otak. Kadang-kadang alkohol digunakan dengan kombinasi obat-obatan berbahaya lainnya, sehingga efeknya menjadi berlipat ganda. Bila ini terjadi, efek kecanduan dari penggunaan kombinasi akan lebih buruk lagi dan kemungkinan mengalami over dosis akan lebih besar.41
3. Zat Adiktif (Psikotropika) Zat Adiktif adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika, yang bersifat atau berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan prilaku. Zat/obat yang dapat menurunkan aktifitas otak atau merangsang susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan prilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berfikir, perubahan alam perasaan dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para pemakainya. Pemakaian psikotropika yang berlangsung lama tanpa pengawasan dan pembatasan pejabat kesehatan dapat menimbulkan dampak yang lebih buruk, tidak saja menyebabkan ketergantungan bahkan juga menimbulkan
41
Ibid, h. 79
81
berbagai macam penyakit serta kelainan fisik maupun psikis si pemakai, tidak jarang bahkan menimbulkan kematian. 42 Sebagaimana narkotika, Psikotropika terbagi dalam empat golongan yaitu Psikotropika Golongan I, Psikotropika Golongan II, Psikotropika Golongan III dan Psikotropika Golongan IV. Psikotropika yang sekarang sedang populer dan banyak disalahgunakan adalah psikotropika Golongan I, diantaranya yang dikenal dengan Ecstasy dan psikotropika Golongan II yang dikenal dengan nama Shabu-shabu.43 Adapun yang termasuk ke dalam penyalahgunaan zat adiktif (psikotropika) adalah: a. Nikotin Adalah obat yang bersifat adiktif, sama seperti kokain dan heroin. Bentuk nikotin yang paling umum adalah tembakau, yang dihisap dalam bentuk rokok, cerutu, dan pipa. Tembakau juga dapat digunakan sebagai tembakau sedotan dan dikunyah (tembakau tanpa asap). Walaupun
kampanye
tentang
bahaya
merokok
sudah
menyebutkan betapa berbahayanya merokok bagi kesehatan tetapi pada kenyataannya sampai saat ini masih banyak orang yang terus merokok. Hal ini membuktikan bahwa sifat adiktif dari nikotin adalah sangat kuat. 42 43
Ibid, h. 83. Ibid.
82
Adapun efek yang ditimbulkan adalah: 1. Efek stimulasi dari nikotin menyebabkan peningkatan perhatian, belajar, waktu reaksi, dan kemampuan untuk memecahkan masalah. 2. Menghisap rokok meningkatkan mood, menurunkan ketegangan dan menghilangkan perasaan depresif. 3. Pemakaian nikotin dalam jangka pendek meningkatkan aliran darah serebral tanpa pengaruh metabolisme oksigen serebral. 44 Tetapi pemaparan jangka panjang disertai dengan penurunan aliran darah serebral. Berbeda dengan efek stimulasinya pada sistem saraf pusat, bertindak sebagai relakan otot skeletal. Komponen psikoaktif dari tembakau adalah nikotin. Nikotin adalah zat kimia yang sangat toxic. Dosis 60 mg pada orang dewasa dapat mematikan, karena peralisis (kegagalan) pernapasan. b. Volatile Solvent atau Inhalensia 1) Volatile Solvent Adalah zat adiktif dalam bentuk cair. Zat ini mudah menguap. Pendayagunaannya adalah dengan cara dihirup melalui hidung. Cara penggunaan seperti ini disebut inhalensi. Zat adiktif ini antara lain:
44
Ibid, h. 79
83
a. Lem UHU; b. Cairan Pencampur Tip Ex (tinner); c. Aceton untuk pembersih warna kuku, cat tembok- Aica Aibon, Castol; d. Premix. 2) Inhalensia Zat inhalensia tersedia secara legal, tidak mahal dan mudah didapatkan. Oleh sebab itu banyak ditemukan digunakan oleh kalangan sosial ekonomi rendah. Contoh spesifik dari inhalen adalah bensin, vernis, cairan pemantik api, lem, semen karet, cairan pembersih, cat semprot, semir sepatu, cairan koreksi mesin tik (TipEx), perekat kayu, bahan takaran aerosol, pengencer cat. Inhalen biasanya dilepaskan ke dalam paru-paru dengan menggunakan suatu tabung. 45 Dalam dosis yang kecil inhalensia dapat menyebabkan perasaan euforia, kegembiraan, dan sensasi mengambang yang menyenangkan. Gejala psikologis lain pada dosis tinggi dapat berupa rasa ketakutan, flusi sensorik, halusinasi auditoris dan visual, dan distorsi ukuran tubuh. Gejala neurologis dapat termasuk bicara yang
45
Ibid, h. 80
84
tidak jelas (menggumam, penurunan kecepatan bicara, dan ataksia). Penggunaan dalam waktu lama dapat menyebabkan iritabilitas, labilitas emosi dan gangguan ingatan. Sindroma putus inhalen tidak sering terjadi, kalaupun muncul dalam bentuk susah tidur, iritabilitas, kegugupan, berkeringat, mual, muntah, takikardia, dan kadangkadang disertai waham dan halusinasi. Efek yang merugikan paling serius adalah kematian yang disebabkan depresi pernafasan, aritmia jantung, asfiksiasi, aspirasi muntah dan kecelakaan atau cedera. Penggunaan inhalen dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal yang ireversibel dan kerusakan otot yang permanen. 46 c. Zat Desainer Zat Desainer adalah zat-zat yang dibuat oleh ahli obat jalanan. Mereka membuat obat-obat itu secara rahasia karena dilarang oleh pemerintah. Obat-obat itu dibuat tanpa memperhatikan kesehatan. Mereka hanya memikirkan uang dengan secara sengaja membiarkan para pembelinya kecanduan dan menderita. Zat-zat ini banyak yang sudah
46
Ibid, h. 81
85
beredar dengan nama speed ball, peace pills, crystal, angle dust rocketfuel dan lain-lain.47 d. Ectasy Rumus
kimia
XTC
adalah
3-4-Methylene-Dioxy-Vethil-
Amphetainine (AIDM4). Senyawa ini ditemukan dan mulai dibuat di penghujung akhir abad lalu. Pada kurun waktu tahun 1950-an, industri militer Amerika Serikat mengalami kegagalan di dalam percobaan penggunaan MDMA sebagai serum kebenaran. Setelah periode itu, MDMA dipakai oleh para dokter ahli jiwa.48 XTC mulai bereaksi setelah 20 sampai 60 menit diminum. Efeknya berlangsung maksimum satu jam. Seluruh tubuh akan terasa melayang. Kadang-kadang lengan, kaki dan rahang terasa kaku, serta mulut rasanya kering. Pupil mata membesar dan jantung berdegup lebih kencang. Mungkin pula akan timbul rasa mual. Bisa juga, pada awalnya timbul kesulitan bernafas (untuk itu diperlukan sedikit udara segar). Jenis reaksi fisik tersebut biasanya tidak terlalu lama. Selebihnya akan timbul perasaan seolah-olah kita menjadi hebat dalam segala hal dan segala perasaan malu menjadi hilang. Kepala terasa kosong, rileks dan “asyik”. Dalam keadaan seperti ini, kita merasa membutuhkan teman mengobrol, 47 48
Ibid, h. 82 Ibid.
86
teman bercermin dan juga untuk menceritakan hal-hal rahasia. Semua perasaan itu akan berangsur-angsur menghilang dalam waktu empat sampai enam jam. Setelah itu akan merasa sangat lelah dan tertekan. e. Shabu-shabu Shabu-shabu berbentuk kristal, biasanya warnanya putih, dan dikonsumsi dengan cara membakarnya di atas aluminium foil sehingga mengalir dari ujung lain. Kemudian asap yang ditimbulkannya dihirup dengan sebuah bong (sejenis pipa yang didalamnya berisi air). Air bong tersebut berfungsi sebagai filter karena asap tersaring pada waktu melewati air tersebut. Ada sebagian pemakai yang memilih membakar shabu dengan pipa kaca karena takut efek jangka panjang yang mungkin ditimbulkan aluminium foil yang terhirup. Shabu sering dikeluhkan sebagai penyebab paranoid (rasa takut yang berlebihan), menjadi sangat sensitif (mudah tersinggung), terlebih bagi mereka yang sering mengalami efek tersebut dalam kadar yang berbeda.49 Jika sedang banyak mempunyai persoalan/masalah dalam kehidupan, sebaiknya Narkotika jenis ini tidak dikonsumsi. Hal ini mungkin dapat dirumuskan sebagai berikut: masalah + shabu = sangat berbahaya.
49
Ibid.
87
Selain itu, pengguna shabu sering mempunyai kecenderungan untuk memakai dalam jumlah banyak dalam satu sesi dan merupakan suatu tindakan bodoh serta sia-sia mengingat efek yang diinginkan tidak lagi bertambah (The Law of Dimishing Return). Beberapa pemakai mengatakan shabu-shabu tidak mempengaruhi nafsu makan. Namun sebagian besar mengatakan nafsu makan berkurang jika sedang mengkonsumsi shabu. Bahkan banyak mengatakan berat badannya berkurang drastis selama memakai shabu.50 Apabila dilihat dari pengaruh penggunaannya terhadap susunan saraf pusat manusia, Psikotropika dapat dikelompokkan menjadi: 1)
Depresant Yaitu yang bekerja mengendorkan atau mengurangi aktivitas susunan saraf pusat (Psikotropika Golongan 4), contohnya antara lain: Seatin/Pil BK, Rohypnol, Megadon, Valium, Mandrak.
2) Stimulan Yaitu yang bekerja mengaktifkan kerja susunan saraf pusat, contohnya amphetamine, AIDAM, N-etil AIDA dan ILAIDA. Ketiganya ini juga terdapat dalam kandungan Ecstasy. 3) Hallusinogen
50
Ibid, h. 85
88
Yaitu yang bekerja menimbulkan rasa perasaan halusinasi atau khayalan contohnya Licercik Acid Dhietilamide (LSD), psylocibine, micraline. Samping itu Psikotropika dipergunakan karena sulitnya mencari Narkotika dan mahal harganya. Penggunaan Psikotropika biasanya dicampur dengan alkohol atau minuman lain seperti air mineral. Sehingga menimbulkan efek yang sama dengan Narkotika.51
51
Ibid, h. 86
89
BAB III KEBIJAKAN DAN STRATEGI PREVENTIF POLSEKTA BOGOR UTARA TERHADAP PENYALAHGUNAAN NAZA
A.
Kebijakan Preventif
Polsekta Bogor Utara Terhadap Penyalahgunaan
NAZA Dalam Undang-undang No. 22 Tahun 1997 tentang narkotika. Selanjutnya
diatur
Undang-undang
peran
serta
masyarakat
dalam
penanggulangan masalah NAZA yakni dalam beberapa pasal Undang-undang tentang narkotika: Peran
dan
kewajiban
masyarakat
di
dalam
pencegahan
dan
penyalahgunaan narkotika tercantum dalam pasal 57 Undang-undang tentang narkotika: a. Masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan serta dalam membantu upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika. b. Masyarakat wajib melaporkan kepada pejabat yang berwenang apabila mengetahui adanya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika. c. Pemerintah wajib memberiakn jaminan keamanan dan perlindungan kepada pelapor sebagaimana dimaksud dalam ayat (2). Penghargaan akan diberikan pemerintah kepada anggota masyarakat yang dianggap telah membantu dalam upaya pencegahan dan pemberantasan narkoba, hal ini diatur dalam pasal 58:
90
Pemeritah memberikan penghargaan kepada anggota masyarakat atau badan yang telah berasal dalam membantu upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan/atau pengungkapan tindak pidana narkotika. Mengenai hal yang berhubungan dengan jaminan keamanan serta perlindungan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat dapat dilihat dalam pasal 59: Ketentuan lebih lanjut mengenai peran serta masyarakat, jaminan keamanan dan perlindungan, syarat dan tata cara pemberian panghargaan ditetapkan, dengan peraturan pemerintah.
B.
Strategi Preventif Polsekta Bogor Utara Terhadap Penyalahgunaan Naza 1. Memberikan Penyuluhan Cara yang digunakan dengan memberikan informasi kepada para generasi muda, pelajar dan masyarakat umum mengenai narkoba, bentuk penyalahgunaan dan bahaya narkoba itu sendiri. Obat-obatan untuk tujuan medis secara legal dikeluarkan oleh dokter atau apoteker guna mencegah dan mengobati penyakit. Contoh dari obat-obatan ini, seperti pelega tenggorokan, parasetamol, sirup batuk dan aspirin. Akan tetapi, pemakaian obat tanpa petunjuk madis merupakan penyalahgunaan. Biasanya penyalahgunaan memiliki akibat yang serius dan dalam beberapa kasus biasanya dapat menjadi fatal.52
52
Wawancara dengan Kapolsekta Bogor Utara pada tanggal 3 Maret 2007.
91
Seorang pengguna obat terlarang tidak dapat hidup secara normal, ia bertingkah laku aneh dan menciptakan ketergantungan bagi fisik dan pshycologis pada tingkat yang berbeda-beda. Ketergantungan obat atau kecanduan berarti kita tidak dapat hidup tanpa obat dan akibatnya hidup akan menderita.Hal ini dikarenakan ketergantungan bagi fisik menyebabkan timbulnya rasa sakit bila ada usaha untuk mengurangi pemakaiannya bila pemakaiannya dihentikan. Ketergantungan secara psikologis menimbulkan tingkah laku yang kompulsif untuk memperoleh obat-obatan tersebut keadaan ini semakin memburuk manakala tubuh sang pemakai menjadi kebal akan narkoba, sehingga kebutuhan tubuh akan narkoba akan menjadi meningkat untuk dapat sampai pada efek yang sama tingginya. Dosis yang tinggi dan pemakaian yang sering, diperlukan untuk menenangkan keinginan yang besar. Dan hal ini dapat menyebabkan kematian. Cara termudah untuk menolak kabiasaan mengkonsumsi narkoba adalah dengan tidak memulainya sama sekali. Sekali si pemakai kecanduan, ia akan memiliki ketergantungan secara psikologis seumur hidupnya, mungkin akan mengakibatkan ketergantungan seumur hidup anda pada obatobatan terlarang tersebut. Ungkapan “mencegah lebih baik daripada mengobati” telah terjadi kebenaran mutlak.
92
Narkoba yang paling membahayakan adalah
banyak disalahgunakan
heroin, cannabis/ganja, ectasy/ice dan amphetarnin. Pemakaian
narkoba dengan cara menghirup/ngetem (Sniffing), terutama inhalen.jaga menjadi masalah yang sangat membahayakan. 53 Memberikan penyuluhan adalah pencegahan semua tindakan atau kegiatan yang dilakukan untuk menghindari terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan (antisipatif). Dengan pencegahan ini, memungkinkan seseorang mempunyai
ketahanan
diri
untuk
menciptakan
dan
memperkuat
lingkungannya guna mengurangi atau menghilangkan semua resiko terjadinya sesuatu yang membahayakan diri atau orang lain. Memberikan penyuluhan penyalahgunaan narkoba adalah segala upaya dan tindakan untuk menghindarkan orang memulai penggunaan narkoba, dengan menjalankan cara hidup sehat serta mengubah kondisi lingkungan yang memungkinkan orang terjangkit penggunaan narkoba. Penyuluhan meliputi: a. Peningkatan kesehatan dan budaya hidup sehat baik fisik maupun mental berlandaskan keimanan dan ketakwaan; b. Pendewasaan kepribadian; c. Peningkatan kemampuan mengatasi masalah;
53
Ibid.
93
d. Peningkatan harga diri dan rasa percaya diri; e. Peningkatan hubungan intrapersonal dan interpersonal serta kemampuan sosial; f. Memperkuat sector-sektor lingkungan, misalnya: keluarga, sekolah, masyarakat yang mendukung peningkatan kesehatan dan pengembangan kepribadian generasi muda.54 Tujuan penyuluhan: a. Membantu seseorang untuk: 1. meningkatkan
kemampuan
mengatasi
kesulitan/permasalahan; 2. Meningkatkan kemampuan mengambil keputusan; 3. Meningkatkan harga diri dan rasa percaya diri; 4. Meningkatkan budaya hidup sehat; 5. Meningkatkan kemampuan sosial; 6. Meningkatkan
kemampuan
menolak
tekanan
untuk
menyalahgunakan narkoba. b. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat dan keluarga
tentang
bahaya
penyalahgunaan
narkoba
pencegahannya. 54
Badan Narkotika Nasional, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Sejak Dini, (Jakarta;BNN,2007), h. 21
dan
94
c. Meningkatkan peran serta masyarakat dan keluarga dalam penanggulangan dan pencegahan masalah narkoba.55
2. Memberikan Himbauan Cara ini jaga tidak jauh berbeda dengan penyluhan, hanya lebih ditekankan kepada sebuah pertanyaan, mengapa orang sampai mau memakai narkoba dan sejenisnya.56 Banyak penyebab seorang anak muda menyalahgunakan obatobatan terlarang atau narkoba. Mereka mungkin telah ditawari oleh teman mereka. Biasanya mereka hanya sebatas ingin mengetahuinya saja, terutama bila mereka memiliki teman yang memakai obat tersebut. Atau seringkali para anak muda mencoba obat-obatan tersebut hanya karena tekanan dari teman yang bersifat negatif. Mereka juga dapat lari ke penyalahgunaan obat-obatan, guna melupakan masalah mereka. Karena itu penting sekali untuk kita mancari tahu persoalan apa yang sedang dihindari oleh si anak. Seringkali, masalahmasalah perkawinan diantara orang tua, diabaikan oleh orang tua, tekanan keluarga, atau kegagalan dalam hidup penyebab utama.57 55
Ibid. h. 22
56
Wawancara dengan Kapolsekta Bogor Utara pada tanggal 3 Maret 2007.
57
Ibid.
95
Secara singkat faktor-faktor penyebab penyalahgunaan narkoba adalah: a. Keingin-tahuan yang besar tanpa sadar akibatnya; b. Keinginan untuk mencoba karena, penasaran; c. Keinginan untuk bersenang-senang (just for fun); d. Keinginan untuk mengikuti tren atau gaya (Fashionable); e. Keinginan untuk diterima oleh lingkungannya; f. Lari dari kebosanan atau kegetiran hidup; g. Pengertian yang salah bahwa penggunaan yang sekali-kali tidak menimbulkan ketagihan; h. Semakin mudah untuk mendapatkan narkoba dimana-mana dengan harga relatif murah (available); i. Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan sehingga tidak mampu menolak narkoba secara tegas.58 Dari uraian di atas dapat kemukakan ada beberapa kebijakan preventif yang dilakukan pihak polsekta bogor utara dalam penaggulangan masalah NAZA dan sudah diterapkan berupa himbauan kepada para orang tua antara lain:
58
Badan Kerjasama Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama (BERSAMA), “Pengawasan Serta Peran Aktif Orangtua dan Aparat Dalam Penanggulangan dan Penyalahgunaan Narkoba”, (t.pn., t.th). h. 10
96
a. Memberikan pendidikan kepada anak dengan pendidikan Islam yang mantap,
kemudian
memberikan
penerangan
mengenai
berbagai
kewajiban dan larangan yang harus dikerjakan dan harus dijauhi. Termasuk didalamnya diberikan penjelasan tentang hukum dan bahaya narkoba; b. Orang tua perlu mengetahui informasi penyalahgunaan obat. Orang tua bisa berkonsultasi kepada ahlinya atau belajar melalui Paket Deteksi Dini untuk orang tua yang diselenggaran oleh RSKO; c. Orang tua perlu memberikan perhatian serta kasih sayang yang sewajarnya kepada anaknya; d. Orang tua diharapkan dapat memberikan pendidikan kepada anak dengan pola asuh yang membuatnya kelak mempunyai kepribadian mandiri, tegar, dan tidak mudah terpengaruh, dan memiliki kepercayaan diri yang kuat; e. Orang tua memberikan pengamatan mengenai perkembangan anak sehari-hari jika orang tua kenal betul dengan anak, maka orang tua akan peka terhadap setiap perubahan yang terjadi pada diri anak; f. Orang tua perlu mengetahui teman-teman anaknya, baik teman sekolahnya maupun teman belajar dan bermain. Sebaiknya orang tua juga mengenal keluarga dari teman-teman anak. Orang tua juga perlu
97
tahu kemana saja anak dan teman-temannya biasa bepergian atau dimana biasanya mereka berkumpul; g. Sesekali orang tua perlu memeriksa isi kamar tidur anak termasuk segala perlengkapan di dalam kamar tidurnya, terutama tempat-tempat rahasia anak. Tentu jangan sampai diketahui anak agar dia tidak tersinggung atau marah karena merasa tidak dipercaya; h. Secara rutin orang tua menjalin hubungan dengan guru BP disekolah atau wali kelas anak untuk mengetahui perkembangan anak di sekolah; i. Orang tua dan anak perlu mendiskusikan masalah-masalah kenakalan anak dan remaja. Meminta pendapat anak dan biarkan ia mengemukakan pikiran-pikirannya. Tinggal membetulkan jika ia memiliki pangan atau pendapat yang keliru; j. Orang tua perlu menjaga selalu suasana rumah dan keluarga yang aman, nyaman, harmonis, dan bahagia supaya anak tidak mencari pelarian diluar rumah dan keluarga. 59
3. Melakukan pembinaan serta pengawasan Polsekta Bogor Utara melakukan pembinaan serta pengawasan lebih dikhususkan kepada para orang tua. Untuk menanamkan kepada anak mereka dengan beberapa cara, seperti dibawah ini: 59
Wawancara dengan Kapolsekta Bogor Utara pada tanggal 3 Maret 2007.
98
a. Membantu mereka untuk berpikir positif tentang dirinya Anak-anak sering menggunakan obat agar merasa “tinggi” dan hebat tentang dirinya. Mereka mengalami rasa enak dan percaya diri, akan tetapi hal ini hanya bersifat sementara dan sering berakibat fatal penyalahgunaan dalam jangka waktu panjang bahkan dapat membawa kematian.60 Untuk meningkatkan kepercayaan dirinya, ada beberapa hal yang dapat dilakukan berikut ini: 1) Memberikan pujian dan dorongan, mengungkapkan penghargaan dengan kata-kata seperti “terima kasih atas bantuannya” kamu telah mencoba“ dan seterusnya. 2) Menunjukkan rasa sayang dengan mendekap, memeluk dan dengan menyentuhnya, jangan menganggap bahwa anak mengetahui besar cinta padanya, oleh sebab itu, perlu menyatakan cinta dengan tindakan. Memberikan cinta kepada anak sepenuhnya. Ciptakan lingkungan dimana dia merasa diterima. Jika perlu kritik tingkah lakunya tapi jangan pernah membetaknya didepan umum.
60
Badan Kerjasama Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama (BERSAMA), “Pengawasan Serta Peran Aktif Orangtua dan Aparat Dalam Penanggulangan dan Penyalahgunaan Narkoba”, (t.pn., t.th). h. 11
99
3) Melewatkan waktu bersama anak. Mencoba mengajak dia bicara, membaca dan melakukan aktivitas bersama. Hindarilah penggunaan TV sebagai panjaga anak. 4) Memberikan
tanggung
jawab
kepada
anak
dengan
cara
melibatkannya dalam pekerjaan rumah tangga. Hal ini akan membuat
dia
merasa
dihargai
dan
berguna.
Seringkali
penyalahgunaan obat disebabkan oleh kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak-anak akan merasa diabaikan dan tidak dicintai oleh orang tuanya.61 b. Memberikan pelajaran kepada mereka mengenai fakta-fakta narkoba Anak-anak
sering
mencoba
narkoba
dikarenakan
oleh
keingintahuan dan penolakan. Tetapi dengan mengetahui bahaya dan akibat dari penyalahgunaan obat-obat terlarang. Maka diharapkan mereka tidak akan pernah mencobanya. Bila terjadi banyak perubahan drastis dan perubahan-perunahan tersebut bertahan selama lebih dari beberapa hari biasanya ini bisa merupakan pertanda pemakaian narkoba.
61
Ibid, h. 12
100
Tidak ada cara yang cepat dan tepat untuk mengetahui apakah anak sedang memakai narkoba. Beberapa gejala yang telah disebutkan diatas mungkin juga mencerminkan perubahan-perubahan seorang remaja yang sedang tumbuh. Bila orang tua ragu-ragu bantuan sangat diperlukan seperti menemui dokter keluarga atau klinik terdekat untuk memeriksa anak guna memastikan penyakit atau masalah fisik yang ada. Jika perlu, ajaklah anak mengikuti tes urine untuk pembuktian keadaannya. Mengambil langkah proaktif sangat diperlukan dalam mencegah panyalahgunaan narkoba. Tujuan yang pokok adalah agar anak dapat tahan terhadap tawaran untuk memakai narkoba. Sehingga ia tidak akan pernah memulainya. 62 Banyak sekali tanda-tanda obat atau pernak-pernik narkoba yang bisa didapatkan. Benda-benda yang umumnya dipakai seperti pipa, kertas gulng, botol obat berukuran kecil, obat tetes mata atau korek api gas, jepitan kertas timah, sendok kecil dapat menandakan bahwa anak sedang menyalahgunakan obat terlarang. Jika orang tua mencurigai bahwa anak sedang memakai obat terlarang, langkah awal yang harus dilakukan adalah meminta bantuan. Bersikap tegas, namun tetap
62
Wawancara dengan Kapolsekta Bogor Utara pada tanggal 3 Maret 2007.
101
mendukung dan memahami karena anak membutuhkan pertolongan yang terus menerus dari orang tua guna keluar dari permasalahannya.63
4. Menyebarkan Jaringan Informasi dan Informan Hal ini dilakukan dengan cara pihak Polsekta Bogor Utara menyebar para informan untuk terjun langsung dalam masyarakat untuk meneliti, mengamati seluruh kegiatan masyarakat. Khususnya yang berkenaan dengan
narkoba. Informan disini adalah orang yang diberi
wewenang oleh pihak Kepolisian untuk menjadi mata-mata polisi dan informan ini biasanya adalah orang-orang yang punya hubungan dekat dengan polisi. Mereka memberikan semua informasi yang erat atau ada hubungannya dengan masalah NAZA yang terjadi dalam masyarakat, baik itu hal-hal yang baru ataupun hal-hal yang sudah sering terjadi. Misalnya macam obat-obat baru yang sedang tren beredar atau bentuk cara penyalahgunaan NAZA itu sendiri. 64 Penyalahgunaan narkoba berpengaruh pada tubuh dan mental emosional pemakainya. Jika sering dipakai, apalagi dalam jumlah berlebih akan merusak kesehatan tubuh, kejiwaan dan fungsi sosialnya. Pengaruh
63 64
Ibid. Ibid.
102
narkoba pada remaja lebih fatal, karena menghambat perkembangan kepribadiannya. Narkoba bahkan dapat merusak potensi diri, sebab dianggap sebagai cara yang wajar seseorang menghadapi persoalannya sehari-hari.65 5. Menyamar Menyamar merupakan salah satu strategi pihak Polsekta Bogor Utara dalam menangani kasus narkotika. Cara ini dilakukan dengan menurunkan atau menerjunkan para anggotanya keberbagai elemen masyarakat dengan tujuan untuk mengetahui, meneliti serta mengamati segala aktifitas anggota masyarakat khususnya dalam masalah narkotika dan sejenisnya. Penyamaran ini dapat dilakukan dengan cara pihak penyamar (polisi) datang ke tempat yang rentan akan narkotika, kemudian berpurapura untuk membeli atau menjual narkotika, kemudian setelah target sudah didapatkan maka diadakan penangkapan. 66 Data kasus narkoba tahun 2004-2005 yang diperoleh oleh pihak Polsekta Bogor Utara dapat dilihat pada lampiran. 6. Investigasi Setelah mendapatkan laporan dari informan atau dari pihak masyarakat mengenai narkotika, baik itu laporan adanya pengkonsumsi 65
Badan Narkotika Nasional, Pencegahan Narkoba Untuk Remaja, (Jakarta;BNN, 2007), h. 4
66
Wawancara dengan Kapolsekta Bogor Utara pada tanggal 3 Maret 2007.
103
narkotika, transaksi dan lain-lain maka polisi akan mengadakan investigasi seara langsung ke tempat kejadian guna meneliti, mengamankan dan menindak lanjuti para pengguna narkotika itu sendiri selanjutnya akan diproses guna keterangan lebih lanjut. Perlu diketahui investigasi ini biasa dilakukan setelah penyamaran dan pengamatan yang telah dilakukan diharihari sebelumnya, hal ini guna untuk menghindari kesalahfahaman.67 Data pengguna narkoba berdasarkan pola profesi dan pola umur pada tahun 2005 dapat dilihat pada lampiran.
67
Ibid.
104
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KEBIJAKAN DAN STRATEGI PREVENTIF POLSEKTA BOGOR UTARA DALAM MASALAH NAZA
A. Prinsip-prinsip Hukum Islam Dalam Mengatasi Kemunkaran dan Kemaksiatan Sepanjang sejarah manusia, kemunkaran tak pernah sirna, kita sebagai umat Islam yang secara jelas dalam agama telah disebutkan mengenai ayat-ayat yang berkenaan dengan perbuatan ini, seharusnya mampu menjadi corong dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Terlebih lagi menjadi panutan segala tindak dan rujukan dalam hukum kenegaraan. Hukum Islam diyakini oleh umat Islam sebagai hukum yang bersumber pada wahyu Tuhan (divine law). Keyakinan ini didasarkan pada kenyataan
105
bahwa sumber hukum dalam Islam adalah al-Qur’an dan al-Sunnah, Allah dan Rasul-Nya lazim disebut al-Syari’ (law giver). Namun demikian, harus diakui bahwa al-Qur’an dan al-Sunnah terbatas, baik dalam peristiwa maupun waktu penetapan hukumnya, sementara itu peristiwa semakin hari semakin banyak jumlahnya dengan aneka ragam masalahnya.68
68
Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta; Logos Wacana Ilmu, 1997), h. v
106 Contohnya tindak kemaksiatan yang terus merajalela di mana-mana, seperti apa yang disaksikan sekarang ini. Untuk itu, mari kita melihat kembali ayat-ayat dan hadis yang berkenaan dengan perbuatan seperti apa yang telah disebutkan di atas. Dengan demikian bila kita membuat contoh perbuatan baik kepada orang lain, meskipun sudah tidak ada kalau apa yang kita contohkan berupa kebaikan itu masih dilakukan oleh orang-orang lain, kita masih tetap mendapatkan pahala, tanpa mrngurangi pahala orang yang mengamalkan kebaikan yang kita contohkan itu. Demikian pula kalau kita membuat contoh kejahatan, meskipun kita telah tiada kalau kejahatan yang kita contohkan itu masih dilakukan oleh orang lain maka kita masih menanggung dosanya tanpa mengurangi dosa yang melakukan yang kita contohkan itu. Makruf berarti kebaikan atau kebajikan, yakni segala perbuatan manusia yang dapat mendekatkannya kepada Allah SWT. Munkar, lawan makruf, yang secara harfiah berarti perkara-perkara yang keji atau segala bentuk kejahatan, adalah segala perbuatan manusia yang menjauhkan diri dari Allah SWT69. Ada dua macam tugas kepada umat Islam. Pertama, kewajiban untuk menyeru bersatu dalam kebaikan, yaitu Islam. Ajakan ini membimbing manusia kepada nur (cahaya) dan hidayah (petunjuk) Islam. Kedua, harus menyeru kepada kebaikan, saling menyeru kepada yang makruf, dan saling mencegah kepada yang munkar. Tugas ini dapat dilakukan dengan perorangan maupun
69
Sirojuddin Ar, Ensklopedi Islam, (Jakarta; PT. Ichyar Baru Van Hoeve, 1994), h. 23
107 kolektif. Semua mempunyai kewajiban dan hak yang sama sesuai dengan kedudukan, profesi, dan kemampuan masing-masing untuk mengajak dan memimpin dirinya dan orang lain dari segala bentuk kejahatan, dan saling menasehati supaya mentaati kebenaran. Setiap perbuatan yang diharamkan jelas mengundang kebencian Allah SWT. Jika hal itu terus menerus dilakukan, maka laknat Allah akan turun kepadanya.70 Kemudian, disamping makruf, ada pula yang di maksud maksiat yang arti maksiat itu sendiri adalah durhaka. Dalam ajaran Islam kata ini dipakai untuk menyebut perbuatan durhaka atau dosa seseorang yang tidak mau mengikuti perintah Allah SWT dan rasul-Nya, tetapi mengerjakan larangan Allah SWT dan rasul-Nya. Hal tersebut dapat dilihat pada surat Al-Baqarah ayat 35 dan 36, yakni Allah SWT menceritakan tatkala Adam dan Hawa tidak patuh terhadap perintah Allah SWT untuk memakan buah pohon (terlarang) yang ada di dalam surga. Akhirnya Adam dan Hawa tergoda untuk memakan buah tersebut karena keduanya digelincirkan oleh Iblis. Kisah lain dapat dilihat dalam Al-Qur’an surat Hud ayat 59, yaitu Allah SWT menggambarkan bagaimana sikap kaum yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka, dan mendurhakai rasul-
70
Abu al-Ghifari, Generasi Narkoba, (Bandung; Mujahid Grafis, 2002), h. 50
108 rasulnya dan mereka mengikuti perintah penguasa yang berlaku sewenangwenangnya lagi menentang (kebenaran).71 Fathi Duraini (ahli ushul fiqh) memberikan pengertian maksiat sebagai segala perbuatan yang sifatnya meninggalkan yang wajib dan mengerjakan yang haram. Hal tersebut berkaitan dengan hak-hak Allah SWT ataupun berkaitan dengan hak-hak pribadi seseorang72. Dilihat dari segi hukum di dunia yang akan dikenakan kepada pelaku maksiat, disamping hukuman akhirat yang ditentukan oleh Allah SWT. Ibnu Qayyim Al-Jauziah dalam kitabnya At-Turuq al-Hukmiyyah fi as-sar’iyyah, membagi maksiat menjadi tiga bagian, yaitu : (1). Maksiat yang dikenai hukuman “hudud”, tetapi tidak dikenakan kifarat (denda untuk menghapuskan dosa), seperti perbuatan zina, mencuri, meminum-minuman keras. (2),maksiat yang dikenakan hukuman karafat dan tidak dikenai hukuman hudud dan tidak juga dikenakan kafarat, seperti perbuatan saksi palsu, dan memakan sesuatu yang tidak dihalalkan (seperti darah dan bangkai)73. Maksiat inilah yang termasuk golongan tindak pidana, maksiat ini ada yang menyangkut hak-hak Allah SWT, yaitu yang bersifat mengganggu ketentraman umum, dan hak masyarakat, dan ada pula yang sifatnya pribadi. Oleh karena itu, penentuan hukumannya ditentukan oleh penguasa (hakim) dengan tetap mengacu pada pencapaian tujuan hukuman itu sendiri. 71 72 73
Ibid. Hamidi, dkk., Terjemah Hadits Shahih Bukhari, (Jakarta; Widjaya, 1951), h. 19.
Moenawar Chalil, Kembali Kepada Al-Qur’an dan Sunnah, (Jakarta; Bulan Bintang, 1956), h. 34.
109 Dengan demikian segala perbuatan yang tidak sejalan dengan kehendak syari’at Islam disebut maksiat, apakah itu menyangkut kepentingan Allah SWT atau kepentingan hak pribadi. Hukuman duniawinya ada yang telah ditentukan secara terperinci oleh nash terici oleh nash dan ada pula yang ditentukan sepenuhnya kepada kebijaksanaan hakim.
B. Kebijakan dan Strategi Preventif Polsekta Bogor Utara Terhadap Penyalahgunaan NAZA Menurut Pandangan Hukum Islam Dalam hukum Islam hukuman ditetapkan untuk memperbaiki individu dan menjaga masyarakat dan tertib sosial. Masyarakat kita sebagian memang mengatakan hukum Islam itu dianggap menakutkan atau kejam. Ditegakkannya hukum seperti itu lantaran agar masyarakat lebih hati-hati dalam masalah melakukan yang tidak seharusnya dilakukan. Jika memang menghendaki masa datang yang lebih baik yaitu masa depan yang lebih selamat dan lebih sejahtera, maka usaha-usaha dan perjuangan ke arah itu harus dimulai dari sekarang. Proses perubahan sosial harus didorong secara kontinue, berlangsung terus menerus tanpa terputus di tengah jalan, guna menciptakan kondisi-kondisi kehidupan yang lebih layak bagi martabat kemanusiaan dan sesuai dengan tuntunan Islam. Maka dalam rangka kewajiban itu, tidak ada jalan lain kecuali dengan membentuk generasi yang beriman teguh serta terpelajar, yang menghimpun antara aqidah dengan ilmu dan meyakini keabadian risalah Islam serta kegagahannya untuk segala masa dan tempat, bahwa Islamlah satu-satunya yang dapat membebaskan dunia dari kesusahan
110 yang pedih yang sedang menanti dan mengeluarkannya dari kubangan lumpur di mana ia sedang bergelimang dan mempunyai kemampuan kerja yang melimpah. Generasi atau manusia-manusia yang demikianlah yang akan membina peradaban itu. Dan demikianlah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW pembawa Islam itu pada pertama kalinya, kemampuan manusia dalam hal ini hanyalah membedakan dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk yang telah ditetapkan Allah SWT. Dalam hal ini manusia diberikan kebebasan dan kemerdekaan sepenuhnya. 74 Dari penjelasan di atas terdapat keterangan, bahwa sesungguhnya penyalah gunaan NAZA adalah haram dan tidak diperbolehkan. Maka pada sub ini penulis ingin memberikan kejelasan tentang kebijakan dan strategi preventif yang telah dilakukan pihak Polsekta Bogor Utara ditinjau menurut pandangan hukum Islam. Telah dipaparkan pada sub sebelumnya ada beberapa kebijakan dan strategi preventif Polsekta Bogor Utara dalam menanggulangi masalah penyalahgunaan NAZA. Yaitu: Pertama, pihak Polsekta menyebarkan para informan untuk mencari informasi didalam masyarakat mengenai ada atau tidaknya penyalahgunaan NAZA yang terjadi, hal ini dimaksudkan agar pihak Polsekta tidak salah langkah, seperti salah dalam menangkap orang. Tentu hal ini akan berakibat buruk pada si korban juga bagi citra kepolisian itu sendiri, sedangkan dilihat dari 74
Syahminan Zaini, Tinjauan Analitis Tentang Iman, Islam, dan Amal, (Jakarta; PT. Radar Jaya Offset, 1985), h. 102
111 hukum Islam jelas ini adalah salah, dimana menuduh orang tanpa sebab dan bukti-bukti yang kuat maka itu dinamakan fitnah. Fitnah dalam al-Qur’an menggambarkan lebih kejam dari pembunuhan, fitnah disini adalah sebagai usaha untuk menimbulkan kesalah pahaman seperti menuduh, mengira kepada orang lain telah melakukan kesalahan atau telah melakukan kejahatan padahal belum tentu orang itu benar-benar telah melakukannya.75 Pengertian fitnah yang paling menonjol adalah ketika ada orang atau sekelompok orang yang dengan sengaja atau tidak sengaja telah menuduh seseorang sehingga menjatuhkan martabat dan harga diri orang itu, maka tidak menutup kemungkinan akan timbulnya perpecahan di dalam masyarakat.76 Fitnah dalam kamus Bahasa Indonesia adalah sebagai perkataan bohong tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang.77 Kata fitnah disebutkan pada 34 tempat dan digunakan dalam untuk arti yang berbeda-beda. Kitab-kitab hadits pada umumnya memuat bab tertentu tentang fitnah, kitab shahih al-Bukhari misalnya memuat 78 hadits tentang fitnah. Fitnah dalam bahasa Indonesia dipahami sebagai berita bohong atau desas-desus tentang seseorang, karena ada maksud-maksud yang tidak baik dari
75
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), edisi ke-3 76 77
Ibid Ibid
112 pembuat fitnah terhadap sasaran fitnah78 seperti tercantum dalam surat alBaqarah ayat 191.
(١٩١ :٢/ )اﻟﺒﻘﺮة...ﻞ ِ ﻦ اﻟ َﻘ ْﺘ َ ﺷ ﱡﺪ ِﻣ َ …وَاﻟﻔ ْﺘ َﻨ ُﺔ أ Artinya: “...Dan fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan...” (al-Baqarah/2: 191) Hukum Islam diyakini oleh umat Islam sebagai hukum yang bersumber pada wahyu Tuhan (divine law). Keyakinan ini didasarkan pada kenyataan bahwa sumber hukum dalam Islam adalah al-Qur’an as-Sunnah, Allah dan Rasulnya lazim disebut as-Syari’ (law giver). Namun demikian, harus diakui bahwa al-Qur’an dan as-Sunnah terbatas, baik dalam peristiwa maupun waktu penetapan hukumnya; sementara itu peristiwa semakin hari semakin banyak jumlahnya dengan aneka ragam masalahnya. Dalam menghadapi masalah inilah penafsiran dan upaya temuan hukum dan ahli hukum Islam sangat dituntut79. Kedua, kebijakan dan strategi preventif yang dilakukan oleh Polsekta Bogor Utara kepada para pengguna narkoba adalah melakukan penyidikan, penyidikan ini tentu dilakukan menurut cara yang telah diatur dalam undangundang seperti pemeriksaan tersangka, pada tahap pemeriksaan ini sering terjadi pemerasan, menempeleng, memukul, mendupak, tidak memberi makan dan lainnya, jelas menurut pandangan hukum Islam ini sama saja dengan menganiaya atau menyakiti orang lain dan tidak sejalan dengan ajaran hukum Islam itu
78
Departemen Pendidikan Nasional, Ensiklopedi Islam, (Jakarta; PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), Cet. Ke-10 79
v
Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta; Logos Wacana Ilmu, 1997), h.
113 sendiri bahwa setiap manusia harus bisa saling menghormati dan tidak boleh menyakiti sesamanya. Ketiga adalah menyamar, menurut pandangan hukum Islam ini dibenarkan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, sepeti dijelaskan pada bagian pertama yaitu penyebaran informan. Menyamar di sini adalah pihak Polsekta Bogor Utara menyebar informan untuk terjun langsung ke masyarakat guna meniliti dan mengamati secara langsung apa yang sedang terjadi. Difokuskan kepada hal-hal yang berhubungan dengan masalah NAZA baik dari macam pemakainya, bentukbentuk penyalah gunaan yang dilakukan80. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalah pahaman antara pihak kepolisian dengan anggota masyarakat dimana satu sama lain akan saling menggunjing atau gibah. Gibah dalam al-Qur’an adalah membicarakan orang lain tatkala yang dibicarakannya tidak ada, hal ini sama saja diibaratkan seperti memakan bangkai saudaranya sendiri.81 Seperti tertera dalam surat al-Hujuraat ayat 12
⌧
80 81
Ibid, h. 19
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), edisi ke-3, h. 35
114
☺ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purbasangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (al-Hujuraat / 49 : 12) Yang serupa dengan fitnah adalah ghibah, dusta, buhtộn (mengada-ada) dan namiimah (mengadu domba), nammam dan qottot memiliki arti yang serupa yaitu orang yang menyebarkan pembicaraan yang belum jelas benar atau salahnya.82 Yang terakhir Polsekta Bogor Utara melakukan investigasi, tentunya setelah mendapatkan data yang akurat dari informannya, maka polisi akan mengadakan investigasi secara langsung ketempat kejadian. Di dalam Islam hal ini sudah pasti dibenarkan karena untuk menghindari kesalah-pahaman antara masyarakat dan anggota kepolisian itu sendiri. Lalu ketika mendapat barang bukti hendaknya barang itu memang harus disimpan dan diamankan oleh pihak yang berwenang, bukan sebaliknya, pihak berwenang mengambil kesempatan ini untuk mengambil barang bukti, karena dalam pandangan hukum Islam, mengambil barang bukti sama dengan merampas hak orang lain. Ketika mendapatkan laporan tentang adanya penyalahgunaan narkoba di dalam lingkungan masyarakat, maka pihak Polsekta melakukan Investigasi. 82
Ibid, h. 45
115 Investigasi yang dilakukan oleh pihak Polsekta Bogor Utara dimaksudkan untuk mengetahui kejadian secara langsung juga menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti main hakim sendiri, investigasi disini juga bisa memberikan perlindungan pada informan yang sudah memberikan informasi seperti tercantum dalam UU No.22 tahun 1997 tentang narkotika. Sedangkan dalam agama Islam untuk tidak menyakiti orang lain dengan cara tidak melakukan perbuatan main hakim sendiri dan juga bisa memberikan perlindungan kepada orang lain merupakan satu hal yang tidak bias dipisahkan. Sebagaimana dijelaskan bahwa akibat atau dampak negatif narkoba bukan hanya terbatas pada kesehatan fisik dan psikis si pemakai, tapi juga diikuti dengan akibat atau dampak sosial ekonomi yang sangat merugikan, seperti perkelahian pelajar, pencurian, perampokan, dll. Secara langsung ataupun tidak langsung pengaruh narkoba bisa juga mempengaruhi akhlaq seseorang, karena begitu pentingnya masalah akhlaq ini sehingga pada prinsipnya ajaran Islam yang terkandung di dalam Al-Qur’an adalah akhlaq. Arti akhlaq secara umum adalah sifat tingkah laku, norma, budi pekerti83. Intinya kebijakan dan strategi yang dilakukan oleh pihak Polsekta Bogor Utara sudah sesuai dengan kaidah dan aturan-aturan yang ditinjau dari pandangan hukum Islam dan dinilai tidak bertentangan dengan syariat Islam itu sendiri.
83
Moh Matsna, Qur’an Hadits I, (Semarang; PT. Karya Toha Putra, 2002)
116 Karena seperti diketahui bahwa tujuan dari hukum Islam sendiri adalah membangun persatuan umat secara teratur sesuai dengan perintah-perintah Allah SWT dan ajaran-ajaran Rasulullah SAW dalam segala aspek kehidupan, usaha dan pergaulan, memiliki segala syarat, sifat, kekuatan, kecakapan untuk memperoleh daya guna menyelamatkan bangsa dan negara, menjaga tetap terpelihara hubungan baik, kerjasama, persatuan antara umat Islam dengan golongan lain yang dapat diperoleh faidah dan manfaatnya84. Selanjutnya narkoba itu sendiri dalam pandangan Islam sangat diharamkan. Hal ini terbukti karena narkoba memiliki mudharat (daya rusak) yang sangat besar ketimbang manfaatn yang didapatkan. Adapun yang dapat mengambil manfaat dari Narkoba adalah kalangan medis, yaitu untuk menunjang upaya pengobatan pasien. Unuk kepentingan tersebut Islam memperbolehkannya dengan alasan tidak menimbulkan kemudharatan bagi pasien yang diobati, bahkan sebaliknya bisa membantu mempercepat proses penyembuhan. Yang sangat memilukan sekaligus memalukan, walaupun kita semua sudah mengetahui secara jelas bahwa narkoba sangat diharamkan oleh agama, masih
banyak
kalangan
umat
Islam,
terutama
remaja
Islam
yang
mengkonsumsinya. Selain haram, dalam Islam penyalahgunaan narkoba juga dipandang sebagai perbuatan setan. Allah SWT berfirman:
☺ 84
Barmawie Umariy, Materia Akhlak, (Solo;Ramadhani, 1993), h.87
117
☺
☺ ☺
. ☺
☺ (٩٠-٩١ : ٥ /) اﻟﻤﺎﺋﺪﻩ
☺
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). (Al-Maidah / 5 : 90-91) Surat al-Maidah ayat 90-91 tersebut di atas diperkuat dengan hadits Rasulullah SAW yang berbunyi:
اﺟﺘﻨﺒﻮا اﻟﺨﻤﺮ ﻓﺎﻧﻪ ﻣﻔﺘﺎح آﻞ ﺷﺮ Artinya: Jauhilah olehmu minuman keras (narkoba), karena ia awal dari segala bentuk kejahatan. (HR. Hakim)85 Hadits tersebut di atas menyerukan kepada kita umat Islam,.untuk menjauhi narkoba, minuman keras, dan segala macam bentuk barang haram. Selain itu juga ia dapa menyeret pada kejahatan-kejahatan yang lainnya, seperti
85
Al-Maktabah al-Syamilah, Abu Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi: Shoheh Muslim, (al-Isdar al-Tsani, al-Qism: Kutub al-Mutun).
118 zina, mencuri, membunuh, merampok, mencopet, membunuh, dan sebagainya. Karena sudah bukan rahasia lagi bahwa orang yang dalam keadaan tidak sadar, mabuk tidak dapat mengontrol diri, sehingga seringkali mengganngu ketertiban umum. Jika anak-anak kita sudah kecanduan narkoba, maka lambat laun hidupnya akan dikendalikan oleh setan (hawa nafsu). Sehingga perbuatan apa pun yang dibisikkan oleh setan akan dilakukan.86 Rasulullah SAW bersabda:
ﻓﺎذا ﺷﺮﺑﻬﺎ ﺧﺮق ﻟﻪ، ﻻﻳﺰال اﻟﻌﺒﺪ ﻓﻲ ﻓﺴﺤﺔ ﻣﻦ دﻳﻨﻪ ﻣﺎﻟﻢ ﻳﺸﺮب اﻟﺨﻤﺮ وآﺎن اﻟﺸﻴﻄﺎن وﻟﻴﻪ وﺳﻤﻌﻪ وﺑﺼﺮﻩ ورﺟﻠﻪ وﻳﺴﻮﻗﻪ اﻟﻲ آﻞ ﺷﺮ، ﻋﻨﻪ ﺳﺘﺮﻩ ( )رواﻩ اﻟﻄﺒﺮاﻧﻲ. وﻳﺼﺮﻓﻪ ﻋﻦ آﻞ ﺧﻴﺮ Artinya: “Seorang hamba Allah tetap dalam suatu kelapangan karena agamanya, selama ia tidak minum-minuman keras. Akan tetapi, bila ia minumminuman keras, maka Allah akan menggoyahkan tabirnya, sehingga setan menjadi sahabatnya, menjadi pendengarnya, menjadi penglihatannya, dan menjadi kakinya. Kemudian ia dibawa oleh setan kepada setiap kejahatan dan ia palingkan diri dari setiap kebaikan.” (HR. Thabrani)87 Penting untuk kita ketahui bersama bahwa yang dimaksud dengan khamar dalam Islam bukan sebatas arak atau alkohol, akan tetapi juga termasuk di dalamnya setiap zat yang dapat memabukkan. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW:
( وآﻞ ﺧﻤﺮ ﺣﺮام )رواﻩ ﻋﺒﺪ اﷲ اﺑﻦ ﻋﻤﺮ رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ،آﻞ ﻣﺴﻜﺮ ﺧﻤﺮ 86
Ahmadi Sofyan, Narkoba Mengincar Anak Anda, (Jakarta; PT. Prestasi Pustakaraya, 2007),
h. 35 87
Al-Maktabah al-Syamilah, Abu Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi: Shoheh Muslim.
119 Artinya: Setiap zat, bahan atau minuman yang dapat memabukkan (merusak fungsi akal) adalah khamr, dan setiap khamr adalah haram. (HR. Abdullah Ibn Umar ra.)88 Bagi orang-orang yang terkena kasus narkoba yang sudah sangat tergantung, maka perlu untuk diikuti dengan upaya merehabilitasinya. Untuk keperluan tersebut, beberapa pondok pesantren sudah melakukan terapi khusus guna merehabilitasi para korban narkoba. Diantaranya adalah: Ponpes Islam Tebu Ireng Jombang (Jawa Timur), dan Pesantren Inabah Abah Anom Tasikmalaya (Jawa Barat), dan Pondok Pesantren Al-Ihya’ di Jakarta.89 Oleh karena itu tidak ada alasan lagi bagi umat Islam untuk menjadi golongan orang-orang penyalahgunaan narkoba. Bagi para tokoh agama hendaknya mampu memprioritaskan kehidupan beragama di kalanganremaja. Begitupula para orang tua Muslim hendaknya mampu melakukan pendekatan spiritual (keagamaan) kepada setiap putra-putrinya. Sehingga dengan penamaan dasar agama yang kokoh akan membuat anak memiliki benteng yang kuat dalam menghadapi modernisasi dan westernisasi seperti sekarang ini. Agama diturunkan kepada umat manusia guna membuat kestabilan, kedamaian, dan keamanan bagi kehidupan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, pemahaman masyarakat terhadap ajaran-ajaran atau nilai-nilai yang terkandung dalam agamanya sangatlah penting demi mencegah godaan nafsu, termasuk di dalamnya adalah penyalahgunaan narkoba.
88 89
Ibid Ibid. h. 37
120 Dengan pemahaman yang benar terhadap ajaran agama, maka manusia akan mampu memberikan batasan-batasan dalam dirinya. Bagaimana bertindak, bagaimana bergaul, bagaimana berbicara, bagaimana mengatasi masalah, bagaimana berpolitik, bagaimana bekerja, dan berbagai hal telah diatur dengan cermat oleh ajaran-ajaran agama yang kita anut.
121
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas pada bab-bab sebelumnya, maka penulis mengambil beberapa poin kesimpulan : 1. NAZA (Narkotika dan Zat Adiktif) atau ada yang menyebut NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) adalah dua zat yang mendatangkan perasaan kecanduan bagi pemakaiannya. Bahkan akan mendatangkan kematian terhadap konsumennya apabila sampai pada tahapan overdosis. Namun antara keduanya narkotika dan psikotropika mempunyai pengertian, jenis (golongan) serta diatur dalam Undang-undang yang berbeda pula. Narkotika diatur dalam Undang-undang No. 22 tahun 1997 sedangkan psikotropika diatur dalam undang-undang No. 5 tahun 1997. Adapun macam-macam NAZA itu sendiri adalah jenis Narkotika, Ganja, Morfin, Shabu dan Obat penenang, sedangkan bentuk penyalahgunaan NAZA ialah mengkonsumsinya tanpa ada anjuran dari pihak medis (dokter), dilakukan dengan cara dihirup, disuntikkan, diminum, dan menggunakan bong (selang). 2. Kebijakan dan strategi yang dilakukan oleh Polsekta Bogor Utara dalam menangani masalah penyalahgunaan NAZA antara lain dengan cara memberikan penyuluhan, memberikan himbauan, melakukan pembinaan
122 serta pengawasan, memberikan pelajaran kepada mereka mengenai faktafakta narkoba, menyebarkan jaringan informasi dan informan, melakukan penyidikan, menyamar, dan investigasi. 3. Kebijakan dan strategi preventif yang dilakukan oleh Polsekta Bogor Utara sudah sesuai menurut koridor pandangan atau tinjauan hukum Islam. Dimana Polsekta Bogor Utara didalam mengeluarkan kebijakan dan strategi mengambil rujukan berdasarkan undang-undang No.22 tahun 1997 tentang narkotika. Sedangkan hukum Islam memakai al-Qur’an dan al-Hadits. Kedua duanya mempunyai kesamaan tujuan yaitu berusaha mencegah, mengurangi jumlah penyalahgunaan NAZA di Bogor Utara. Menurut hukum Islam memberantas kejahatan adalah wajib karena NAZA itu sendiri apabila dibiarkan berkembang, maka sangat mungkin dapat merusak kejiwaan dan juga fisik bagi semua pemakainya, kemudian dampak yang timbul adalah keresahan di masyarakat. B. Saran-saran Setelah membahas tentang tinjauan hukum Islam mengenai kebijakan dan strategi preventif penyalahgunaan NAZA di Polsekta Bogor Utara, maka penulis ingin memberikan beberapa saran kepada pembaca khususnya dan masyarakat luar pada umumnya, yaitu : 1. Kepada para pihak kepolisian agar didalam mencari keterangan dalam penyidikan hendaknya tidak menggunakan kekerasan, agar tidak terjadi main hakim sendiri.
123 2. Kepada para tokoh masyarakat agar memberikan contoh atau tauladan yang baik bagi masyarakat di sekitarnya, khususnya masyarakat Bogor Utara. 3. Kepada para ulama, asatiz, dai’, guru hendaknya lebih bersemangat, giat, ulet dan ikhlas dalam membina masyarakat agar tercipta umat yang bermoral dan bertakwa kepada Allah SWT. 4. Kepada para aktivis karang taruna yang ada di sekitar wilayah Bogor Utara dapat lebih mengembangkan kegiatan-kegiatan positif agar mampu menarik pemuda pemudi lainnya untuk tidak terlibat atau sedikitnya tidak mencobacoba narkoba.
124 DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-Karim. Al-Hadits Abu Al-Ghifari, Generasi Narkoba, Jakarta: Mujahid Press, Cet. Pertama, Juli 2002. Azizy, A. Qodri, Reformasi Bermazhab. Jakarta; Teraju, 2000 Badan
Kerjasama Sosial Usaha Pembinaan Warga Tama (BERSAMA), “Pengawasan Serta Peran Aktif Orangtua dan Aparat Dalam Penanggulangan dan Penyalahgunaan Narkoba”, Jakarta, t.pn., 2005.
Badan Narkotika Nasional, Pedoman Pelaksanaan P4GN, Jakarta, 2007 Badan Narkotika Nasional, Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Sejak Usia Dini, Jakarta, 2007 Badan Narkotika Nasional, Penceghan Narkoba Untuk Remaja, Jakarta, 2007 Departemen Pendidikan Nasional, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002, Cet. Ke-10 Djamil, Fathurrahman, Filsafat Hukum Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997 Hamidi, dkk., Terjemah Hadits Shahih Bukhari, Jakarta: Widjaya, 1951. Hanitijo Soemitro, Ronny, Motodologi Penelitian Hukum, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1985. Moenawar, Chalil, Kembali Kepada Al-Qur’an dan Sunnah, Jakarta: Bulan Bintang, 1956. Su’dan, SKM., Al-Qur’an dan Panduan Kesehatan Masyarakat, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1997, Cet. Ke-1. Nata, Hamami, Korelasi Dampak Pecandu Narkotika dan Penyalahgunaan Obat Berbahaya, Studi Tentang Kasus Narkotika di Jakarta, Agustus 1997.
125 Undang-undang RI. No. 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika, Jakarta: CV Novindo Pustaka Mandiri, 1997, Cet. Ke-1. Silaban, Charly. “Cara Efektif Memberantas Narkoba”. Artikel diakses pada 24 Agustus 2008 dari http://www.silaban.net/2007/11/16/cara-efektifmemberantas-narkoba/ Sirojuddin, Ar, Ensklopedi Islam, Jakarta: PT. Ichyar Baru Van Hoeve, 1994. Sofyan, Ahmadi, Narkoba Mengincar Anak Anda, Jakarta, PT Prestasi Pustakaraya, 2007 Umariy, Barmawie, Materia Akhlak, Solo,Ramadhani 1993 Wahab Khallaf, Abdul, ‘Ilm Ushul al-Fiqh, Kuwait : Dar al-Qalam, 1978. Yayasan Penerus Nilai-nilai Luhur Perjuangan 1945, Penyalahgunaan Ecstasy dan Miras Serta Bahaya HIV/AIDS di Kalangan Generasi Muda, Jakarta: BP. Dharma Bhakti, 1997, Cet. Ke-1. Zaini, Syahminan, Tinjauan Analitis Tentang Iman, Islam, dan Amal, Jakarta: PT. Radar Jaya Offset, 1985