“TINJAUAN HUKUM ISLAM DALAM JUAL BELI KAIN POTONGANDI DESA KALONGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG”
SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam (S.H)
Oleh : HADDADUL WATON NIM : 214 11 023 JURUSAN S1-HUKUM EKONOMI SYARI’AH (HES) FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016
i
“TINJAUAN HUKUM ISLAM DALAM JUAL BELI KAIN POTONGANDI DESA KALONGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG”
SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam (S.H)
Oleh : HADDADUL WATON NIM : 214 11 023 JURUSAN S1-HUKUM EKONOMI SYARI’AH (HES) FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
ِ ّذين آمنُواْ الَ تَأْ ُكلُواْ أَموالَ ُكم ب ي نَ ُكم بِالْب ِ اط ِل إِالّ أَن َ ْ َْ ْ َ ْ َ َ َ يَا أَيّ َها ال تَ ُكو َن تِ ااًة َن تَ ٍض اا ّ ْن ُك ْم ََ َ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu”’. [QS. AnNisaa’ : 29].
vii
PERSEMBAHAN
Dengan segala puja dan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan atas dukungan dan do‟a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya khaturkan rasa syukur dan terimakasih saya kepada: 1. Tuhan YME, karena hanya atas izin dan karuniaNyalah maka skripsi ini dapat dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga pada Tuhan penguasa alam yang meridhoi dan mengabulkan segala do‟a. 2. Ayah Nasihudin Dan Ibu Atun Woninten tercinta & tersayang yang telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh cinta dan kesabaran serta ikhlastulus memberikan dukungan dan doa restunya kepada penulis. 3. Bapak dan Ibu Dosen,khususnya Ibu Dra. Siti Zumrotun dan Ibu Evi Ariyani, M.H,penguji dan pengajar, yang selama ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar saya menjadi lebih baik. 4. Almarhumah Nenek Suwarti yang senantiasa mendoakan dengan ketulusan hatinya di alam sana semoga ditempatkan disisih allah. 5. Kakak saya Jasoshul Wathon, yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, senyum dan do‟anya untuk keberhasilan ini, 6. Rossi Dewi Riana, seseorang yang telah memberikan semangat dan motivasi yang tinggi sehingga penulis selalu semangat dalam menjalani kehidupan. 7. Teman-teman ku semuanya khususnya, Sokri, Iler, Gumo‟ong/ Ndung, Telo, dan masih banyak lagi, keluarga baru di Mapala MITAPASA, sahabat dan sejawat tersayang, tanpa semangat, dukungan dan bantuan kalian semua tak kan mungkin aku sampai di sini. Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir kata saya persembahkan skripsi ini untuk kalian semua, orang-orang yang saya sayangi. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang, Amiin.
viii
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرمحن الرحيم Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat,
hidayah
dan
taufiqnya,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana syari‟ah. Adapun judul skripsi ini adalah “Tinjauan Hukum Islam Dalam Jual Beli Kain Potongan Di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang” Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga. 3. Ibu Evi Ariyani, M.H, selaku Ketua Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari‟ah di IAIN Salatiga 4. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan pikiran dan tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.
ix
5. Seluruh Dosen Fakultas Syaria‟ah Jurusan hukum ekonomi syariahIAIN Salatiga yang telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat selesai. 6. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun spiritual serta yang senantiasa berkorban dan berdoa demi tercapainya cita-cita. 7. Sejawat-sejawat Mapala MITAPASA khususnya angkatan XVII dan sahabatsahabat semua yang telah membantu memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan myang berlipat ganda amien. Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan dunia pendidikan. Amien ya robbal „alamien. Salatiga, 09 september 2016 Yang menyatakan
Haddadul Wathon NIM : 214 11 023
x
ABSTRAK Waton, Haddad. 2016. (tinjauan hukum islam dalam jual beli kain potongan di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang). Skripsi Fakultas Syari‟ah. Jurusan Hukum Ekonomi Syariah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing : Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. Kata Kunci:
Tinjauan Hukum Islam Dalam Jual Beli Kain Potongan Di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Penelitian tentang jual beli kain potongan yang terjadi di desa kalongan kecamatan ungaran timur kabupaten semarang adalah ditujukan kepada penjual dan pembeli kain potongan yang berada di Desa Kalongan. Adapun permasalahan yang akan dikaji yakni: bagaimana proses jual beli kain potongan di Desa Kalongan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semrang? bagaimana pandangan hukum islam terhadap jual beli kain potongan di Desa Kalongan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang? Dalam skripsi ini mengunakan metode penelitian kualitatif, digunakan untuk penelitian pada kondisi objek yang alamiah, merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan berlandasan yang kokoh serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi pada lingkungan tersebut. Proses jual beli kain yang terdapat di Desa Kalongan Kecaatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang mengunakan sistem tawar-menawar melalui telepon dan BBM (Black Barry Masenger) dari situ terjadi kesepakatan antara penjual dan pembeli sesuai dengan perjanjian. adapun transaksi pembayaran dilakukan dengan sistem transfer dan tunai. Ketika jual beli tersebut terjadi cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan, maka antara penjual dan pembeli melakukan khiyar dan barang yang tidak sesuai tersebut dapat dikembalikan oleh pihak penjual. Adapun hasil penelitian dapat dipaparkan peneliti, sebagai berikut: Pelaksanaanjual beli kain potongan yang terjadi di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, tetapberpegangteguhpada syar‟idalamartianmerekatidakmeninggalkansyarat-syaratyang ditentukanoleh para ahli fiqh. Hal ini, terlihat dengan adanya syarat dan rukun jual beli sesuai ajaran Islam. jual beli tersebut juga disepakati antara penjual dan pembeli,tidakditemukanadanya penyimpanganterhadapsyar‟i.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN BERLOGO ...............................................................................
i
HALAMANJUDUL .......................................................................................
ii
HALAMAN DEKLARASI ............................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .....................................................
iv
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................
v
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
vi
MOTTO ..........................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN ...........................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ix
ABSTRAK ......................................................................................................
x
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xiii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................
1
B. Fokus Penelitian ...................................................................
5
C. Tujuan Penelitian .................................................................
5
D. Kegunnaan Penelitian ..........................................................
5
E. Penegasan Penelitian ............................................................
6
F. Metode Penelitian ................................................................
7
G. Sistematika Penulisan ..........................................................
12
ANALISIS A. Tinjauan Umum Tentang Jual Beli ......................................
14
1. Pengertian Jual Beli .......................................................
14
2. Dasar Hukum Jual Beli ..................................................
16
3. Rukun Jual Beli .............................................................
18
4. Syarat Jual Beli .............................................................
20
5. Syarat Sah Jual Beli ......................................................
23
xii
6. Bentuk- Bentuk Jual Beli ...............................................
26
7. Kewajiban Pembeli ........................................................
31
8. Kewajiban Penjual .........................................................
31
B. Khiyar ..................................................................................
32
1. Pengertian Khiyar ..........................................................
32
2. Hak Khiyar ....................................................................
32
3. Macam-macam Khiyar .................................................
33
C. Tinjauan Umum Tentang Kain Potongan........................... 38 BAB III
BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Kalongan Dalam Lintas Sejarah ...
39
B. Praktek Jual Beli Kain .........................................................
49
C. Bentuk Jual Beli ...................................................................
52
1. Transaksi Jual Beli ...........................................................
52
2.Transaksi Pembayaran ......................................................
54
3.Pelaksanaan Khiyar ..........................................................
55
ANALISIS DATA A. Analisis Jual Beli Kain Potongan Di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang Dengan Hukum Islam ............................................................
BAB V
58
B. Kesesuaian Pelaksanaan Khiyar Dalam Hukum Islam ........
60
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Khiyar ........................
61
D. Usaha Untuk Memperbaiki Pelaksanaan Khiyar .................
63
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................. 64 B. Saran ....................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Data Jumlah Penduduk ......................................................................
47
Tabel 3.2
Data Tingkat Pendidikan Terakhir .....................................................
48
Tabel 3.3
Data Mata Pencaharian ......................................................................
50
Tabel 3.4
Data Penduduk ...................................................................................
52
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2
Surat Tugas Pembimbing
Lampiran 3
Surat Izin Penelitian
Lampiran 4
Lembar Konsultasi Skripsi
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas untuk berhubungan dengan orang lain dalam
rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya. Kebutuhan manusia sangat beragam, sehingga terkadang secara pribadi ia tidak mampu untuk memenuhinya dan harus berhubungan dengan orang lain. Dalam hubungan satu manusia dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan, harus terdapat aturan yang menjelaskan hak dan kewajiban keduanya berdasarkan kesepakatan. Hak dan kewajiban adalah sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Ketika mereka berhubungan dengan orang lain, maka akan timbul hak dan kewajiban yang akan mengikat keduanya. Menurut Ulama Mazhab Syafi‟i dan Hambali, jual beli adalah saling menukar harta dalam bentuk pemindahan kepemilikan. Dalam hal ini mereka memberi penekanan pada kata “pemilikan” karena ada juga tukar-menukar harta yang sifatnya tidak harus di miliki. Secara etimologi yaitu mengganti atau menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.Menurut ulama Mazhab Hanafi, jual beli adalah saling menukar harta dengan cara tertentu, tukar menukar suatu yang di inggini, sepadan, dan bermanfaat dengan cara tertentu.(Azyumardi Azra.2005:293) Adapun Syarat-Syarat jual beli dapat dilihat dari empat sisi, yaitu dari sisi akad itu di akui berlaku menurut syarak, sahnya akad tersebut,
1
2
pelaksanaan akad jual beli, dan kekuatan ikatan akad itu sendiri. Dari sisi akad, ada empat yang harus di penuhi: 1. Orang yang melakukan akad (penjual dan pembeli) disyaratkan telah berakal (anak kecil dan orang gila akadnya tidak sah) dan berbeda, artinya seorang tidak dapat bertindak dalam waktu yang sama sebagai penjual maupun sebagai pembeli sekalikus terhadap akad dan barang yang sama, kecuali hakim. 2. Akad itu sendiri sesuai antara ijab dan kabul. 3. Tempat melakukan akad disyaratkan harus pada suatu tempat (majelis) atau satu waktu pembicaraan, karena di zaman sekarang, tidak sedikit transaksi jual beli yang di lakukan melalui telepon. Sehubungan dengan hal ini, terjadi perbedaan pendapat antara ulama, apakah pembicaraan dalam jual beli tersebut masih dikatakan satu majelis jika pembicaraan telah di selinggi dengan pembicaraan lain sedangkan tempatnya masih satu,atau tempatnya terpisah. Menurut ulama mazhab Maliki, tidak ada salahnya pembicaraan jual beli tersebut terputus, asalkan masih dalam persoalan jual beli. Akan tetapi ulama mazhab Syafi‟i dan Hambali berpendapat antara ijab dan kabul tidak dapat dipisahkan dalam
waktu yang lama, yang
,mengidikasikan jual beli itu tidak jadi. 4. Barang yang di akad kan seperti Barang itu ada, atau tidak ada ditempat, tetapi pihak penjual menyatakan kesanggupannya untuk mengadakannya. Dapat di manfaatkan dan bermanfaat bagi manusia. Milik seseorang. Barang tersebut dapat diserahkan pada saat akad berlangsung atau pada waktu lain jika ditentukna demikian ketika transaksi berlangsung.
3
Dari sisi sahnya akad tersebut, jual beli itu harus terhindar dari cacat. Misalnya, kriteria barang tidak di ketahui, baik jenis, kualitas, dan kuantitasnya,jumlah harga tidak jelas, adanya unsur paksaan dan jual beli tersebut mengandung unsur tipuan, mudarat serta adanya syarat-syarat yang membuatnya rusak. Dari sisi pelaksanaan jual beli, orang yang berakad mempunyai kekuasaan untuk melakukan jual beli. Misalnya, barang tersebut milik sendiri (bukan milik orang lain atau tersangkut hak orang lain dalam dalam barang itu). Akad jual beli tidak dapat di laksanakan apabila orang yang berakad tidak mempunyai kekuasaan langsung, misalnya seseorang bertindak mewakili orang lain dalam jual beli. Dalam hal ini, orang tersebut harus mempunyai persetujuan dahulu dari orang yang diwakilinya dan setelah itu jual beli dapat di laksanakan. (Azyumardi Azra.2005:295) Mekanisme yang dilakukan dalam jual-beli kain potongan di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, memiliki potensi yang dapat merugikan satu pihak terkait sepertisipembeli. Banyak aspek yang berpotensi menjadi faktor penyebab dikategorikannya sebuah transaksi jualbeli menjadi tidak sehat, dalam arti
terdapat
kecurangan
diantaranya
adalahpenjualdan objek barang. Penjualbisa menjadi faktor penyebab dikategorikannya sebuah transaksi jual-beli tidak sehat ketika barang yang diberikan kepada pembeli tidak sesuai dengan barang yang ditawarkan. Karena Dalam jual-beli Kain potongan di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang inibiasanya sipenjual menawarkan barang yang
4
akan dijualnya melalui BBM atau Telepon dengan
menjelaskan dan
mencantumkanfoto barang, Jumlah banyaknya barang, harga barang. untuk pembayaran ada adadua sistem pembayaran yaitu di lakukan dengan sistem teransfer melalui ATM dan sistem tunai. di jual beli kain potongan di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur ini pembelibisa menjadi pihak yang dirugikan. Dikarenakan sipembeli biasanya memeriksa barang itu ketika sudah sampai rumah, dan ada juga barang yang di retur atau dikembalikan, apa karena sipenjual yang tidak jujur dalam memberikan informasi tentang barang tersebut, atau karena si pembeli yang kurang jelas atas informasi tentang barang tersebut. Ketika kedua belah pihak ada yang mempunyai moral hazard atau keinginan yang tidak baik dalam bertransaksi jual-beli, maka didalam Hukum Islam mempunyai hak khiyar, yakni hak untuk memilih antara dua, meneruskan akad jual beli atau mengurangkan ( menarik kembali, tidak jadi jual beli) diadakan khiyar oleh syara‟ agar kedua belah pihak atau kedua orang yang melakukan jual beli dapat memikirkan kemaslahatan masingmasing lebih jauh, supaya tidak akan terjadi penyesalan dikemudian hari lantaran salah satu pihak ada yang dirugikan karena merasa tertipu. (Sulaiman Rasjid.2014:286) Berangkat
dari
permasalahan
diatas
penyusun
tertarik
untuk
melakukan penelitian dengan mengangkat judul “TINJAUAN HUKUM ISLAM
DALAM
JUAL
BELI
KAIN
POTONGAN
DI
DESA
5
KALONGAN
KECAMATAN
UNGARAN
TIMUR
KABUPATEN
SEMARANG.” B. Fokus Penelitian 1. Bagaimana proses jual beli kain potongan di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran timur Kabupaten Semarang ? 2. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap jual beli kain potongan di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang.? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian dari uraian diatas, maka dapat di angkat tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui
proses jual beli kain potongan di Desa Kalongan
Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semaranng. 2. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam dalam praktik jual beli kain potongan di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. D. Kegunaanpenelitian Agar tulisan ini dapat memberikan hasil yang berguna secara keseluruhan, maka penelitian ini sekiranya dapat memberikan manfaat diantaranya: 1.
Menambah wawasan keilmuan tentang sistem jual beli kain potongan
2. Menambah wawasan keilmuan mahasiswa serta masyarakat umum tentang status jual beli kain potongan
6
3. Bisa menjadi bahan sosialisasi kepada masyarakat tentang sistem jual beli kain potongan 4.
Menjadi refrensi untuk peneliti selanjutnya
E. Penegasan Penelitian Agar terdapat kejelasan mengenai judul penelitian di atas, maka penulis perlu menjelaskan maknanya sebagai berikut: 1. Pengertian jual beli Jual beli yaitu suatu pertukaran atau saling menukar, Jual beli juga dapat diartikan menukar uang dengan barang yang diingginkan sesuai dengan rukun dan syarat tertentu.setelah jual beli dilakukan secara sah, barang yang dijual menjadi milik pembeli sedangkan uang yang dibayarkan pembeli sebagai penganti harga barang, menjadi milik penjual. Sedangkan menurut pengertian fiqih, jual beli yaitu menukar suatu barang dengam barang
yang
lain
dengan
cara
yang
tertentu
(Akad).(Sulaiman
Rasjid.2014:278) 2. Khiyar Khiyar yaitu memilih mana yang lebi hbaik dari dua hal atau lebih. dalam akad khiyar berarti hak memilih bagi pihak-pihak bersangkutan untuk melangsugkan akad yang telah di adakan khiyar syarat, khiyar rukyat atau khiyar cacat. Hak khiyar dimaksudkan guna menjamin agar akad yang diadakan benar-benar terjadiatas kerelaan penuh pihak-pihak bersangkutan karena sukarela itu merupakan asas bagi sahnya suatu akad.(Ahmad Adzhar Basyir.2000:125)
7
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Dalampenelitian
ini
yang
digunakan
adalahpenelitiankualitatif.Maksud dari penelitian kualitatif adalah metode penelitian yangberlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya Adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. (Sugiyono,2010:9) 2. Metode pendekatan Dalam
penelitian
adalahDeskriptif
in
metode
Analitis,
yaitu
yang
digunakan
peneliti
mempelajari
masalah
danmenggambarkan tata cara yang berlaku dalam masyarkat, kemudian menganalisis dengan teori yang ada. Menurut
Sugiyono
dalam
bukunya
metode
penelitian
kualitatif,Metode Deskriptif Analisis merupakan metode penelitian dengan caramengumpulkan data-data sesuai dengan yang sebenarnya kemudiandata-data
tersebut
dapatmemberikan
disusun,
gambaranmengenai
diolah
dan
masalah
dianalisisuntuk yang
ada.
(Sugiyono,20010:105) 3. LokasiPenelitian Penelitian ini di laksanakan di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang.
8
4. Sumber data Pengumpulan data merupakan langkah riil yang sangat dibutuhkan sehubungan dengan referensi yang sesuai dengan objek. Dalam penyusunan skripsi ini dilakukan, Data yang dibutuhkan atau diperlukan Dalam penelitian ini data yangdiperlukan adalah data tentang jual beli dan khiyar dalam Islam dengan melihat baik dari aspek materil maupun praktek di dalam kehidupan sehari-hari. Pengumpulan data merupakan suatu tahapan dalam proses penelitian yang sifatnya mutlak untuk di lakukan karena data merupakan suatu fenomena yang akan di teliti. Pengumpulan data di fokuskan pada pokok permasalahan yang ada, sehingga dalam penelitian tidak terjadi penyimpangan dalam pembahasan a.
Data sekunder Data sekunder merupakan data-data yang di peroleh dari bahanbahan pustaka
b.
Data primer Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari objek yang akan diteliti yaitu dari pihak penjual maupun pembeli dengan menggunakan Wawancara atau Interview. Wawancara dilakukan secara bebas terpimpin, dimana penelitian mempersiapkan pertanyaan terlebih dahulu sebelum wawancara di mulai, namun tidak
9
menutup kemugkinan untuk mengembangkan pertanyaan yang lebih luas tetapi sesuai dengan apa yang ada di daftar pertanyaan. 5. Metode pengumpulan data. Teknik pengumpulan data dapat di peroleh sebagai berikut: a. Observasi Suatu penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subyek dalam lingkungan subyek, dalam selama itu data dalam bentuk catatan lapangan di kumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa ganguan. (Lexy J. Moelong, 2009:187) Dalam penelitian ini penulis mencoba mengamati secara langsung kegiatan atau praktek jual beli kain kiloan tersebut, untuk memperoleh gambaran detail dari upaya pelaksanaan jual beli yang di lakukan penjual maupun pembeli. b. Wawancara. Wawancara dilakukan dengan pihak penjual dan pembeli kain potongan dan itu lebih dari sekedar percakapan, selalu terdapat suatu tujuan dan biasanya wawancara memiliki beberapa bentuk
struktur,
tujuan
drajat
struktur
di
bentuk
oleh
seseorang,yaitu sang peneliti, yang mengorganisir wawan cara sedemikian rupa untuk meliputi topik yang di mintainya sekaligus menggerakkan diskusi ke arah yang di ingginkannya dengan mengajukan sebagaian besar pertanyaan (Daymon,2008:259).
10
6. Analisis data Analisisdata dalam tesis ini akan menggunakan metode analisis kualitatif. Analisis kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan berlandasan kokoh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi pada lingkunggan setempat.dengan data kualitatif kita dapat mengikuti dan memahami alur peristiwa secara kronologis menilai sebab akibat dalam lingkup pikiran orang-orang setempat, dan memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat.(Matthew,1992:1-2) Pemilihanmetodeiniadalahatasdasarbahwaanalisisterhadapmaterida nbahan-bahanhokumtersebutuntukselanjutnyaakandipelajaridandianalisis, sehinggadiharapkan agar tujuandaritesisiniakantercapai. 7. Penegesahan keabsahan data Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi empat teknik yaitu: a. Kredibilitas yaitu kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan informasi yang di kumpulkan. Artinya, hasil penelitian harus dapat dipercaya oleh semua pembaca secara kritis dan dari responden sebagai informan. b. Transferabilitas, kriteria ini di gunakan untuk memenuhi kriteria bahwa hasil penelitian yang di lakukan dalam konteks atau dalam
11
setingan tertentu dapat di transfer dalam subjek lain yang memiliki tipologo yang sama. c. Dependabilitas, kriteria ini dapat di gunakan untuk menilaiapakah proses penelitian kualitatif bermutu atau tidak, dengan mengecek apakah si peneliti sudah cukup hati-hati, apakah pembuat kesalahan dalam
mengkonseptualisasikan
rencana
penelitiannya,
dalam
pengumpulan data, dan dalam penginterpretasiannya. d. Konfirmabilitas, kriteria untuk menilai kebermutuan hasil penelitian. (Syamsuddin,2015:91-92) 8. Tahap-TahapanPenelitian. a. Memilih tempat,pelaku serta kegiatan yang akan diteliti b. Melaksanakan observasi berupa wawancara kepada informan secara langsung c. Mencatat hasil observasi d. Melakukan observasi deskriptif atau menjabarkan hasil wawancara e. Melakukan analisis domain yaitu menemukan berbagai gambaran umum dari objek yang diketahui. Selanjutnya memilih kategori objek yang spesifik untuk dikembangkan. f. Melakukan analisis , menjabarkan kategori yang dipilih secara lebih rinci g. Melakukan analisis dengan mengabungkan antara data yang diperoleh dari hasil wwancara dengan teori yang digunakan untuk menganalisis
12
h. Mencatat hasil analisis teori dengan hasil penelitian, mencari kekuragan data yang diperoleh i. Mencari data tambahan dari sumber yang mendukung j. Mencatat hasil penelitian. (Sugiyono,2010:254) G. SistematikaPenulisan Untukmempermudahdalammempelajaridanmemahamikeseluruhanme ngenaipenelitianini, makapenulismembagisistematikapenulisansebagaiberikut: BAB I
PENDAHULUAN Berisi Latar Belakang Masalah, fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika penulisan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA Berisi pengertian jual beli, dasar hukum jual beli, rukun jual beli, syarat jual beli, syarat sah jual beli, bentuk-bentuk jual beli, kewajiban pembeli, kewajiban penjual,pengertian khiyar, hak Khiyar, macam-macam Khiyar, pengertian kain potongan
BAB III
HASIL PENELITIAN Berisi Sejarah terjadinya desa Kalongan, Data penduduk Desa Kalongan menurut Agama,Tingkat Pendidikan,Jenis Kelamin, Usia, Jenis Mata Pencaharian.
13
Hasil penelitian dan wawancara dengan pelaku (penjual dan
pembeli)
kain
Potongan
di
Desa
Kalongan
Kec.Ungaran Timur Kab.Semarang. Berisi tentang transaksi jual beli kain potongan, transaksi pembayaran, pelaksanaan khiyar. BAB IV ANALISIS Analisa praktek jual beli kain potongan di Desa Kalongankecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang dengan Hukum Islam, Kesesuaian pelaksanaan khiyar dalam hukum islam, faktor- faktor yang mempengaruhi khiyar, Usaha untuk memperbaiki pelaksanaan khiyar BAB V PENUTUP Berisi tentang kesimpulan Hasil Penelitian dan Saran-saran DAFTAR PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Jual Beli 1.
Pengertian jual beli Jual beli sebagai sarana saling memenuhi kebutuhan manusia sudah ada sejak manusia lahir, namun teknis pelaksanannya berbeda. Jual beli yang paling sederhana dilangsugkan dengan menukar barang dengan barang lainnya, karena mereka belum mengenal nilai tukar. Jual beli seperti ini disebut dengan barter atau al-muqayyadah. Setelah nilai tukar (uang) di kenal, jual beli banyak di lakukan berdasarkan nilai tukar ini, pada zaman rasulullah SAW dinar (mata uang emas lama) dan dirham (mata uang perak) dipakai sebagai alat tukar (Azyumardi, 2003:293-294). Menurut KUH Perdata pasal 1457, jual beli adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Jual beli menurut bahasa artinya memindahkan hak milik terhadap benda dengan akad saling menganti, jika dia mengeluarkan dari hak miliknya, jika dia membelinya dan memasukan kedalam hak miliknya, dan ini termasuk dalam nama-nama yang mempunyai lawan kata jika disebut ia mengandung makna dan lawanya seperti perkataan al-qur‟an yang berarti haid dan suci. Demikian juga dengan perkataan syara artinya
14
15
mengambil dan artinya dan syara yang artinya menjual. Allah berfirman: dan mereka menjualnya dengan harga yang sedikit, artinya mereka menjual yusuf, karena masing-masing pihak telah mengambil ganti dan memberi ganti,yang satu sebagai penjual dengan yang ia beri dan pembeli dengan apa yang ia ambil, maka kedua nama ini layak untuk di jadikan sebagai sebutannya. Perkataan jual beli terdiri dari dua kata jual dan beli sebenarnya „jual‟dan„beli‟ mempunyai arti yang satu sama lainnya bertolak belakang, Kata jual menunjukkan bahwa adanya perbuatan menjual, sedangkan kata beli adanya perbuatan membeli. Dengan demikian, perkataan „jual beli‟ menunjukkan adanya dua perbuatan dalam satu peristiwa, yaitu satu pihak menjual dan pihak lain membeli(Suhrawardi,2014:128). Jual beli yaitu mengganti atau menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain(Azyumardi, 2003:293).Sedangkan menurut syari‟at, yang dimaksud dengan jual beli adalah pertukaran harta atas dasar saling rela. Atau memindahkan milikdengan ganti yang dapat dibenarkan (yaitu berupa alat tukar yang sah) (Sabiq, 1988:47). Jual beli adalah menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan cara yang tertentu (akad) (Sulaiman, 2012:278) sedangkan menurut Zaharudin yaitu Mengeluarkan dan mengambil hak milik, daripada proses ini (pengeluaran dan pengambilan hak milik), seseorang itu meperoleh ganti(Zaharudin, 2014:29).
16
Sedangkan menurut ulama mazhab hanafi yatu saling menukar harta dengan cara tertentu. Ulama mazhab hanafi lainya mengatakan bahwa jual beli adalah tukar menukar sesuatu yang di inggini, sepadan, dan bermanfaat dengan cara tertentu. Yang di maksud dengan cara tertentu atau khusus adalah melalui ijab dan kabul atau dengan cara saling memberikan barang dan uang antara penjual dan pembeli. Adapun menurut ulama mazhab syafi‟i yaitu saling menukarharta dan bentuk pemindahan pemilikan. Dalam hal ini mereka memberi penekanan pada kata „‟pemilikan‟‟ karena ada juga tukar menukar barang yang sifatnya tidak harus di miliki, seperti sewa-menyewa (ijaroh). Sedangkan menurut ibnu hajar pada dasarnya jual beli yang mengandung unsur ketidak jelasan dilarang dalam Islam (Hajar,2002:200). 2.
Dasar Hukum Jual Beli Jual beli merupakan akad yang dibolehkan berdasarkan Alquran, sunnah dan ijma‟ para ulama. Dilihat dari aspek hukum, jual beli hukumnya mubah kecuali jual beli yang dilarang oleh syara‟. Adapun dasar hukum dari Alquran antara lain (Muslich, 2010: 177-179). a. Surat Al-Baqarah ayat 198:
م لَلْيي َل َلَلْيي ُك ْيم ُك َل ٌحا َل ْي َلَتْيَلَت ُك ا َل ْي اًل ِم ْين َلبِّب ُك ْي Artinya: “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu” (Al-Baqarah ayat 198).
17
b. Surah Al-Baqarah ayat 275
َلح َّل الَّهُك الْيَلَتْيي َلع َلو َلحَّرَلم ِّب َلو َل الربَل
Artinya: “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (Al-Baqarah ayat 275). c. Surah An-Nisa‟ayat 29
ي َليَتُّه الَّ ِم ين آ َل ُك ا َلَل َلأْي ُككُك ا َلْي َلالَل ُك ْيم ذ َل َل َل ٍ بَلَتْييَتَل ُك ْيمِم لْيَل ِمط ِمل إِمََّل َل ْي َل ُك َل ِمِتَل َلاًلة َل ْين َلَتَلر اض ِم ْي ُك ْيم ۚ َلوَلَل َلَت ْيقُكَتُك ا َلنْيَت ُكف َلس ُك ْيم ۚ إِم َّ الَّهَل َلك َل بِم ُك ْيم ِم يم ح َل اًل
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”.(An-Nisa‟ayat 29) Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Rifa‟ah bin Rafi‟ AlBazzar dan al Hakim ditegaskan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda ketika ditanya salah seorang sahabat mengenai pekerjaan yang paling baik. Rasulullah SAW Menjawab: “usaha tangan manusiasendiri, serta jual beli yang diberkati” dengan kata lain, jual beli yang jujur tanpa di iringgi dengan kecurangan. Dalam Hadist yang diriwayatkan oleh Al-Baihaki,
18
Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dari Sa‟id Al-khudri, Rasulullah SAW juga menyatakan “ jual beli itu didasarkan oleh suka sama suka.” Begitu pula dalam hadis riwayat at-tirmizi, Rasulullah SAW bersabda: “pedagang yang jujur dan dapat dipercaya itu sejajar (tempatnya di Surga) dengan para Nabi, Siddiqin, dan suhada.” Pada dasarnya jual beli dihukumkan mubah (boleh) jika dilakukan sesuai dengan tuntutan syariat Islam (Azyumardi, 2003:294). 3. Rukun Jual Beli Ada beberapa rukun jual beli yang harus dipenuhi agar sebuah transaksi jual beli bisa dikatakan dengan sah oleh sarak (hukum islam). Menurut sulaiman rukun jual beli itu ada tiga macam yaitu: a. Penjual dan pembeli 1) .Berakal 2) .Bukan paksaan 3) .Balig b. Uang dan benda yang dibeli 1) Suci 2) Ada manfaatnya 3) Barang itu dapat diserahkan 4) Barang sendiri 5) Barang diketahui oleh penjual dan pembeli c. Lafad ijab dan kabul 1) Keadaan ijab dan kabul berhubungan
19
2) Makna keduanya hendaknya mufakat (Sama) walaupun lafadnyaberlainan 3) Keduanya tidak disangkutkan dengan urusan yang lain 4) Tidak berwaktu (Sulaiman, 2012: 279) Rukun jual beli menurut Hanafiah adalah ijab dan qabul yang menunjukan sikap saling tukar-menukar, atau saling memberi.atau dengan redaksi yang lain, ijab qabul adalah perbuatan yang menunjukkan kesediaan dua pihak untuk menyerahkan milik masing-masing kepada pihak lain, dengan menggunakan perkataan atau perbuatan (Muslich, 2010: 179-186). Menurut jumhur ulama rukun jual beli itu ada tiga, yaitu a. Penjual dan Pembeli Orang yang melakukan akad, yaitu penjual dan pembeli. Secara umum, penjual dan pembeli harus orang yang memiliki ahliyah (kecakapan) dan wilayah (kekuasaan). Persyaratan penjual dan pembeli secara rinci akan diuraikan dalam pembahasan berikutnya , yaitu mengenai syarat-syarat jual beli(Aziz,2010:27). b. Ijab dan Qabul 1) Pengertian Ijab dan Qabul Secara umum ijab dan qabulialah ikatan kata antara penjual dan pembeli. Jual beli belum dikatakan sah sebelum ijab dan qabul dilakukan sebab ijab qabul menunjukan kerelaan (keridhaan). 2) Ijab dan Qabul
20
Akad adalah bentuk ungkapan dari ijab dan qabul apabila akadnya akad iltizam yang dilakukan oleh dua pihak, atau ijab saja apabila akadnya akad iltizam yang dilakukan oleh satu pihak.
3) SifatIjab dan Qabul Akad terjadi karena adanya ijab dan qabul. Apabila ijab sudah diucapkan, tetapi qabul belum keluar maka ijab belum mengikat. c. Objek Akad Jual Beli. Objek akad jual beli adalah barang yang dijual (mabi‟) dan harga atau uang (tsaman). Sedangkan menurut abdul aziz rukun jual beli itu ada tiga : a. keduabelah pihak yang berakad b. Yang diakadkan c. Lafat yang diucapkan pada waktu akad Oleh sebab itu, ada yang mengatakan penanaman pihak yang berakad sebagai rukun bukan sebagai hakiki tetapi secara istilah saja, karena ia bukan bagian barang yang dijual belikan yang di dapati diluar, sebab akad akan terjadi dari luar jika terpenuhi dua hal yang pertama shighat yaitu ijab dan qabul (Aziz,2010:28). 4. Syarat Jual Beli Ada empat syarat jual beli yang harus dipenuhi dalam akad jual beli, yaitu (Muslich, 2010: 186-200): a. Syarat terjadinya akad
21
Syarat harus terpenuhi agar akad jual beli dipandang sah menurut syara‟. Apabila syarat ini tidak terpenuhi, maka akad jual beli menjadi batal. Hanafiah mengemukakan empat macam syarat untuk keabsahan jual beli: 1) Syarat berkaitan dengan orang yang melakukan akad Syarat untukorang yang melakukan akad, yaitu penjual dan pembeli ada dua: a)
Orang yang berakad harus berakal. Maka tidak sah akad yang dilakukan oleh orang gila, dan anak yang belum berakal
b) Orang yang melakukan akadharus berbilang (tidak sendirian). 2) Syarat berkaitan dengan akad itu sendiri. Syarat akad yang sangat penting adalah bahwa qabul harus sesuai dengan ijab, dalam arti pembeli menerima apa yang di-ijab-kan (ditanyakan) oleh penjual. 3) Syarat berkaitan dengan tempat akad. Syarat yang berkaitan dengan tempat akad adalah ijab dan qabul harus terjadi dalam satu majelis. Apabila ijab dan qabul berbeda majelis, maka jual beli tidak sah. 4)
Syarat berkaitan dengan objek akad. Syarat yang harus dipenuhi oleh objek akad adalah sebagai berikut.
22
a) .Barang yang dijual harus ada b) .Barang yang dijual harus barang yang sudah dimiliki. c) .Barang yang dijual harus bisa diserahkan pada saat dilakukannya akad jual beli. b. Syarat kelangsungan jual beli Untuk kelangsungan jual beli diperlukan dua syarar sebagai berikut 1) Kepemilikan atau kekuasaan Pengertian kepemilikan atau hak milik adalah menguasai sesuatu dan mampu men-tasarruf-kannya sendiri, karena tidak ada penghalang yang ditetapkan oleh syara‟. 2) Pada benda yang dijual (mabi‟) tidak terdapat hak orang lain. Apabila di dalam barang yang dijadikan objek jual beli itu terdapat hak orang lain, maka akadnya mauquf
dan tidak bisa
dilangsungkan. c. Syarat mengikat Untuk mengikatnya (luzum-nya) jual beli disyaratkan akad jual beli terbebas dari salah satu jenis khiyar yang membolehkan kepada salah satu pihak untuk membatalkan akad jual beli, seperti khiyar syarat, khiyar ru‟yah dan khiyar „aib. Apabila didalam akad jual beli terdapat salah satu dari jenis khiyar ini maka akad tersebut tidak mengikat kepada orang yang memiliki hak khiyar, sehingga ia berhak
23
membatalkan
jual
beli
atau
meneruskan
atau
menerimanya(Muhammad,2012: 800). Sedangkan menurut Muhammad, Syarat jual beli ada tuju yaitu: a.
Sama sama ridho baik penjual maupun pembeli, kecuali orang yang dipaksa dengan kebenaran.
b.
Bahwa boleh melakukan transaksi, yaitu dengan syarat keduanya yang mukalaf cerdas dan merdeka.
c.
Yang dijual adalah yang boleh diambil manfaatnya secara mutlak, maka tidak boleh menjual yang tidak ada manfaatnya diharamkan seperti arak, dan babi.
d.
Bahwa yang dijual adalah milik sang penjual, atau diijinkan baginya menjualnya pada saat transaksi.
e.
Barang yang dijual harus sudah dietahui oleh kedua belah pihak yang melakukan transaksi dengan melihat atau dengan sifat.
f.
Bahwa harganya sudah diketahui
g.
Bahwa yang dijual itu harus bisa diserahkan, maka tidak boleh menjual ikan yang masih berada di laut atau burung yang di udara (Muhammad,2012: 801).
5. Syarat Syah Jual Beli Menurut Muslich (2010:190) syarat syah ini terbagi dalam dua bagian, yaitu syarat umum dan syarat khusus. Syarat umum yarat yang harus ada disetiap jenis jual beli terus diangap syah menurut syara‟ secara global akad terhindar dari enam macam:
24
A. Ketidak jelasan Yang dimaksud disini adalah ketidak jelasan yang serius yang mendatangkan
perselisihan
yang
sulit
untuk
diselesaikan.
Ketidakjelasan ini ada empat macam, yaitu: 1) Ketidak
jelasan
dalam
barang
yang
di
jual,
baik
jenisnya,macamnya,atau kadarnya menurut pandangan pembeli. 2) Ketidak jelasan harga. 3) Ketidakjelasan masa tempo, dalam harga yang diangsur, atau dalam khiyar syarat. Dalam hal ini waktu harus jelas, apabila tidak jelas maka akad menjadi batal. 4) Ketidak jelasan dalam langkah-langkah penjaminan, misalnya penjual mensyaratkan diajukannya seorang kafi (penjamin). dalam hal ini penjamin tersebut harus jelas apabila tidak jelas maka akad jual beli akan batal. b. Pemaksaan Pengertian pemaksaan adalah mendorong orang lain (yang dipaksa) untuk melakukan suatu perbuatan yang tidak disukainya, paksaan ini ada dua macam yaitu: 1) Paksaan absolut yaitu paksaan dengan ancaman yang sanggat berat, seperti akan dibunuh, atau dipotong angota badannya.
25
2) Paksaan relatif yaitu paksaan dengan ancaman yang lebih rigan, misalnya akan dipukul (Muslich,2010:191). Kedua macam paksaan tersebut mempunyai pengaruh terhadap jual beli yang fasid menurut jumhur Hanafiyah, dan Mauquf menurut zufar. 1) Pembatasan dengan waktu Yaitu jual beli dengan dibatasi waktu seperti, saya jual baju ini kepadamu untuk selama satubulan atau satu tahun, jual beli semacam ini hukumnya fasid, karena kepemilikan atas satu barang, tidak bisa dibatasi waktunya. 2) Penipuan. Yang dimaksud dengan penipuan disini adalah dalam sifat barang. Seperti seorang menjual sapi dengan peranyataan bahwa sapi itu airsusunya sehari sepuluh liter, padahal kenyataannya paling banyak dua liter. Akan tetapi, apabila ia menjualnya dengan pernyataan bahwa air susunya lumayan banyak tanpa penyebutan kadarnya
termasuk syarat yang sahih.apabila
penipuanya itu dalam bentuk barang maka ini membatalkan jual beli (Muslich,2010:192). 3) Kemudaratan Kemudaratan ini terjadi apabila penyerahan barang yang dijual tidak mugkin dilakukan kecuali dengan memasukkan kemudaratan kepada penjual,dalam barang selain objek akad.
26
Seperti seorang menjual baju (kain) satu meter yang tidak bisa dibagi dua. Dalam pelaksanaanya terpaksa baju (kain) tersebut dipotong, walaupun hal itu merugikan sipenjual.Dikarenakan kerusakan ini untuk menjaga hak perorangan, bukan hak syara‟ maka para fukaha penetapkan, apabila penjual melaksanakan kemadorotan atas dirinya, dengan cara memotong baju (kain) dan menyerahkan kepada pembeli maka akad berubah menjadi shahih(Muslich,2010:192). 4) Syarat yang merusak Yaitu syarat yang ada manfaatnya bagi salah satu pihak yanng bertransaksi, tetapi syarat tersebut tidak ada dalam syara‟ dan adat kebiasaan atau tidak dikehendaki oleh akad, atau tidak selaras dengan tujuan akad. Misalnya seorang menjual mobil dengan syarat ia (penjual) akan menggunakan sebulan setelah terjadinya akad jual beli tersebt (Muslich,2010:193). 6. Bentuk-Bentuk Jual Beli Dilihat dari segi sah dan tidak sahnya, para ulama membagi jual beli menjadi tiga bentuk yaitu: a. Jual beli yang sahih Jual beli bisa dibilang sahih apabila jual beli itu memang disyariatkan, bukan milik orang lain, dan tidak ada hak khiar lagi. b. Jual beli yang batil
27
Jual beli bisa dibilang batil yaitu karena apabila salah satu atau seluruh rukunnya tidak terpenuhi, atau jual beli itu pada dasar dan sifatnya tidak di syariatkan. Misalnya jual beli yang di lakukan oleh anak-anak atau oleh orang gila, barang-barangnya yang di haramkan untuk dijual (seperti bangkai, darah, babi, khamar), dan Ada juga beberapa bentuk jual beli yang di katakan batil yaitu: 1) Jual beli sesuatu yang tidak ada,seperti menjual sapi yang belum ada. 2) Jual beli barang yang tidak dapat diserahkan kepada penjual, seperti burung yang terbang di udara. 3) Jual beli yang mengandung unsur penipuan atau
unsur
spekulatif yang sangat tinggi, seperti jual beli al-hissah (jual beli dengan lemparan batu, yang intinya jika batu dilemparkan dibarang-barang tersebut, maka yang kena yang dijual) dan jual beli mulamasah (barang yang terpegang oleh pembeli adalah barang yang dijual). 4) Jual beli benda-benda najis, seperti babi, khamar, bangkai, dan darah. 5) Jual beli urbun, jual beli yang di lakukan melalui perjanjian. Misalnya, seseorang memberikan harga sebuah barang kepada pembeli dengan syarat apabila ia tertarik, maka jual beli
28
sah,tetapi ketika jual beli tidak jadi, harga yang telah diberikan pada penjual itu menjadi hibah baginya 6) Jual beli air sunggai, air danau,air laut, dan air yang tidak boleh di miliki oleh seseorang, air merupakan hak umat manusia maka tidak boleh diperjual belikan. c. Jual beli yang fasid (rusak) Adapun jual beli dikatakan fasid (rusak) apabila jual beli itu pada dasarnya dibolehkan, tetapi sifatnya tidak memenuhi syarat. Misalnya, menjual rumah atau mobil kepada orang lain tanpa menunjukan identitasnya yang jelas (rumah dan mobil yang mana), sehimga menimbulkan pertengkaran Jual beli yang fasid ada beberapa bentuk yaitu: 1) Jual beli majhul, jual beli yang tidak diketahui secara umum. 2) Jual beli yang tergantung pada suatu syarat, seperti ucapan penjual kepada pembeli. 3) Jual beli barang yang gaib, yang tidak dapat dihadirkan saat jual beli sehinga tidak dapat di lihat oleh pembeli(Azyumardi, 2003:295). Menurut ulama mazhab Maliki, membolehkannya asalkan sifat-sifatnya di sebutkan, dengan syarat sifat-sifat tersebut tidakakan berubah sampai barang itu di serahkan.Menurut mazhab Hanafi, jual beli seperti ini sah apa bila pihak pembeli mempunyai
29
hak khiyar. Sedangkan menurut mazhab Syafi‟i, menyatakan jual beli yang seperti ini batal secara mutlak(Azyumardi, 2003:296). a. Jual beli orang buta. para ulama mazhab Maliki, Hanafi, Hambali menyatakan bahwa jual beli seperti ini apa bila orang buta tersebut mempunyai hak khiyar. Sedangkan menurut mazhab Syafi‟i jual beli seperti ini malah tidak dibolehkan kecuali barang yang dibeli tersebut sudah dilihat sebelum buta. b. Jual beli dengan harga yang diharamkan. misalnya, menjadikan barang–barang yang diharamkan (seperti babi, khamar, darah, dan bangkai) sebagai harga. c. Jual beli ajal. Misalnya, seseorang menjual barangnya dengan harga Rp.1.000.000,00 yang pembayarannya di tunda selama satu tahun. setelah pemberian barang kepada pembeli, penjual atau pemilik barang tersebut membeli barang tersebut dengan harga yang lebih rendah misalnya Rp.500.000,00 d. Jual beli anggur dan buah-buahan untuk tujuan pembuatan khamar apabila diketahui yang pembeli tersebut adalah produsen khamar. Sedangak menurut mazhab Hanafi dan Syafi‟i, jual beli tersebut akadnya sah, tetapi hukumnya makruh Sedangkan menurut ulama Hammbali dan Maliki, jual beli ini batal sama sekali. e. Jual beli yang di iringi dengan syarat. Misalnya, jika di beli dengan kontan harganya sebesar ini, jika kredit harganya lain
30
lagi jualbeli ini tidak boleh bedasarkan hadis yang di riwayatkan oleh Ashab As-sunan (para penyusun kitab sunah) dari abu hurairah dan amar bin syu‟aib bahwa rasulullah SAW melarang suatu akad dan dua syarat dalam suatu bentuk jual beli. f. Jual beli yang sebagaian barang yang sama sekali tidak bisa dipisahkan dari kesatuannya. Misalnya, menjual telinga kambing, lengan baju, sebelah sepatu. g. Jual beli buah-buahan. Misalnya, buah yang belum sempurna matangnya untuk dipanen(Azyumardi, 2003:296). Jual beli yang batil tidak ada bedanya dengan dengan jual beli yang fasid. Hukumnya sama-sama tidak sah. akan tetapi ulama mazhab Hanafi membedakan kedua bentuk jual beli tersebut. Jual beli yang fasid dapat menjadi sah apabila kefasidannya atau kerusakanya diperbaiki. Sedangkan jual beli yang batil tidak dapat diperbaiki agar dapat bisa di angap sah ada beberapa kriteria yang dapat membuat jual beli itu batal. 1.Terkait Dengan kecakapan bertindak hukum kedua belah pihak (pembeli dan penjual). 2.Terkait dengan lafal jual beli itu sendiri, yang harus di barengi dengan kerelaan keduabelah pihak, atau persesuaian antara ijab dan kabul.
31
3.Terkait dengan barang yang dijual belikan, jelas kriterianya, milik sendiri. 4.Terkait dengan sifat, syarat, larangan syarak, rukun dan syarat yang di tentukan. Oleh karna itu unsur utama jual beli adalah kerelaan antara penjual dan pembeli, syariat islam juga memberikan hak khiyar bagi kedua belah pihak agar tidak timbul perselisihan di kemudian hari dan tidak ada pihak yang di rugikan. (Azyumardi, 2003:297) 7. Kewajiban Pembeli Kewajiban utama pembeli adalah membayar harga pembelian pada waktu dan ditempat yang telah diperjanjikan. Akan tetapi, apabila waktu dan tempat pembayaran tidak ditetapkan
dalam perjanjian
maka pembayaran harus dilakukan di tempat dan pada waktu penyerahan barang di lakukan,Apabila si pembeli tidak membayar harga barang tersebut maka si penjual dapat menuntut pembatalan perjanjian sebagaimana halnya pembeli dapat menuntut pembatalan perjanjian
jika
si
penjual
tidak
menyerahkan
barangnya
(Miru,2012:144) 8. Kewajiban Penjual Dalama perjanjian jual beli terdapat dua kewajiban yang utama dari penjual terhadap pembeli apabila harga barang tersebut telah di bayar oleh pembeli, yaitu: 1.Menyerahkan barang yang diperjual belikan kepada pembeli.
32
2.Menangung atau menjamin barang tersebut (Miru,2012:145)
B. Khiyar 1.
Pengertian khiyar Khiyar secara bahasa adalah kata nama dari ikhtiyar yang berarti mencari yang baik dari dua urusan baik meneruskan akad atau membatalkannya. Sedangkan menurut istilah kalangan ulama fiqih yaitu mencari yang baik dari dua urusan baik berupa meneruskan akad atau membatalkanya. Darisini terlihat bahwa makna secara istilah tidak begitu berbeda denganmaknanya secara bahasa. Oleh sebab itu, sebagian ulama terkini mereka mendefinisikan khiyar secara syar‟i sebagai hak orang yang berakad dalam membatalkan akad atau meneruskan karena ada sebab-sebab secara syar‟i yang dapat membatalkan sesuai dengan kesepakatan ketika berakad (Aziz,2010:99) Khiyar merupakan salah satu akad yang berkaitan erat dengan jual beli (Abdul Aziz,2010:215).Dalam jual beli, menurut agama Islam di bolehkan untuk memilih, apakah akan meneruskan jual beli atau akan membatalkannya karna terjadinya sesuatu hal (Suhendi,2014:83).
2.
Hak Khiyar Hak khiyar ditetapkan syariat islam bagi orang-orang yang melakukan transaksi perdata agar tidak dirugikan dalam transaksi yang mereka lakukan, sehingga kemaslahatan yang dituju dalam suatu transaksi tercapai dengan sebaik-baiknya (Dewi, 2005:80).
33
Sedangkan menurut Ahmad Azhar Basyir, khiyar dimaksudkan guna untuk menjamin agar akad yang diadakan benar-benar terjadi atas kerelaan penuh pihak-pihak bersangkutan karna suka, rela itu merupakan asas bagi sahnya suatu akad (Basyir,2000:125). 3.
Macam-Macam Khiyar Berikut
dikemukakan
beberapa
pengertian
masing-masing
khiyar.Jumlah khiyar sangat banyak dan diantaranya para ulama telah terjadi perbedaan pendapat. Menurut ulama Hanafiyah, jumlahnya ada lima, yakni: a. Khiyar al-majlis Yaitu hak pilih oleh kedua belah pihak yang berakad untuk membatalkan akad, selama keduanya masih berada didalam majelis akad (diruangan toko) dan belom berpisah badan. Artinya, suatu transaksi bisa dianggap sah apabila keduabelah pihak yang melaksanakan akad telah terpisah badan atau salah seorang mereka telah melakukan pilihan untuk menjual maupun untuk membeli. Khiyar seperti ini hanya berlaku dalam suatu transaksi yang bersifat mengikat keduabelah pihak yang melakukan transaksi, seperti jual beli dan sewa menyewa (Dewi,2005:80) Khiyar majlis yaitu antara penjual dan pembeli boleh memlilih akan melanjutkan atau membatalkannya.selama masih didalam satu tempat, khiyar majlis boleh dilakukan dalam berbagai jual beli (Suhendi,2014:83)
34
sedagkan menurt imam An-Nawawi, muhadis dan pakar fiqih Sayafi‟i, mengatakan bahwa untuk menyatakan kepada penjual dan pembeli telah berpisah badan, seluruhnya diserahkan sepenuhnya kepada kebiasaan masyarakat setempat dimana jual beli itu berlangsung. b. Khiyar at-ta‟yin Hak pilih bagi pembeli untuk menentukan barang yang berbeda kualitas dalam jual beli. Menurut ulama Hanafiyah khiyar seperti ini boleh. dengan alasan, bahwa produk sejenis yang berbeda kualitas sangat banyak, yang kualitas itu tidak diketahui secara pasti oleh pembeli, sehingga iya memerlukan bantuan oleh seorang pakar ( Dewi, 2005: 81) c. Khiyar asy-syarth Hak pilih yang di tentukan oleh salah satu pihak yang berakad satu keduanya atau bagi orang lain untuk meneruskan membatalkan jual beli, selama masih dalam tenggang waktu yang di tentukan ( Dewi, 2005: 81) Syarat sewaktu akad oleh kedua belah pihak atau oleh salah seorang, seperti kata sipenjual saya jual barang ini dengan harga sekian dengan syarat khiyar dalam tiga hari atau kurang dari tiga hari, khiyar syarat boleh dilakukan dalam segalahal jual beli, kecuali barang yang wajib di terima ditempat jual beli, seperti barang riba, masa khiyar syarat paling lama hanya tiga hari tiga
35
malam, terhitung dari waktu akad. Para ulama fiqih sepakat khiyar ini diperbolehkan dengan tujuan untuk memelihara hak-hak pembeli dari unsur penipuan mugkin yg terjadi oleh pihak penjual. Khiyarasy-Syarth menurut mereka hanya berlaku dalam transaksi yang mengikat misal sewa menyewa, perserikatan dagang, jaminan hutang. ( Dewi, 2005: 81). Khiyar syarat bisa berakhir dengan salah satu sebab berikut: a. Terjadi penegasan pembatalan akad atau penetapannya. b. Berakhir batas waktu khiyar. c. Terjadi kerusuhan pada objek akad. Jika kerusakan terjadi dalampenguasaan pihak penjual maka akadnya batal dan berakhirlah khiyar. Namun, apabila kerusakan itu terjadi pada penguasaan pembeli maka berakhirlah khiyar tapi tidak membatalkan akad. d. Wafatnya
sahibul
khiyar,
menurut
mazhab
hanafiyah
danHanbaliyah, sedangkan mazhab Syafi‟iyah dan malikiyah berpendapat bahwa hak khiyar dapat berpindah kepada ahli waris ketika sahibul khiyar meningal. ( Dewi, 2005: 81). d. Khiyar al-aib Hak untuk membatalkan atau melangsungkan jual beli bagi kedua belah pihak yang berakad, apabila terdapat satu cacat pada objek yang diperjual belikan, dan cacat itu tidak diketahui oleh pemiliknya ketika akad itu berlangsung (Dewi,2005:83).
36
Pembeli boleh mengembalikan barang yang dibelinya apabila pada barang tersebut terdapat suatu cacat yang mengurangi kuwalitas,barang itu, atau mengurangi harganya. Khiyar aib disyaratkan dalam islam, yang didasarkan pada hadits, salah satunya ialah:
وَا ْل ُمل ْل ِل ُمل َا ُم ْلو ُمل ْل ِل ِلل َا َا ِل ُّل ِل ُمل ْل ِل ٍمل َا َاا ِلل ْل َا ِل ْل ِل َا ْل ًع َاا ِل ْل ِل َا ْل ٌب ِل اَّل َا ّي َا ٌب َا ُم (ر
ق
)راوه ل ج
Artinya: “seorang muslim adalah saudara muslim yang lain. Tidaklah halal bagi seorang muslim untuk menjual barang bagi saudaranya yang mengandung kecacatan, kecuali jika menjelaskanya terlebih dahulu. (Sulaiman Rasjid, 2014:288) Khiyar al‟aib ini menurut kesepakatan ulama fiqih, berlaku sejak di ketahuinya cacat pada barang yang di jual belikan dan dapat di warisi oleh ahli waris pemilik hak khiyar. Adapun cacat yang menyebabkan munculnya hak khiyar, menurut ulama Hanafiyah dan Hambaliyah adalah seluruh unsur yang merusak objek jual beli itu dapat mengurangi nilainya menurut tradisi para pedagang, tetapi menurut malikiyah dan syafi‟iyah seluruh cacat yang menyebabkan nilai barang itu berkurang atau hilang unsur yang di ingginkan daripadanya. (Gemala Dewi,2005:84) Adapun syarat-syarat berlakunya khiyar al‟-aib, menurut ulama pakar fiqih cacat pada barang itu adalah: 1.
Cacat itu di ketahui sebelum atau sesudah akad tetapi belum serah terima barang dan harga atau cacat itu merupakan cacat lama.
37
2.
Pembeli tidak mengetahui bahwa pada barang tersebut ada cacat ketikaakad berlangsung.
3.
Ketika akad berlangsung pemilik barang tidak mensyaratkan bahwa apabila ada cacat barang tersebut tidak boleh di kembalikan.
4.
Cacat itu tidak hilang sampai dilakukan pembatalan akad (Dewi,2005:85).
e. Khiyar ar-ru‟yah Hak pilih bagi pembeli untuk menyatakan berlaku atau batal jual beli yang ia lakukan terhadap suatu objek yang belum ia lihat ketika akad berlangsung. Akad seperti ini menurut ulama Hanafiyah dan Malikiyah boleh terjadi disebabkan objek yang akan dibeli itu tidak ada di tempat ketika berlangsungnya akad, atau karna sulit dilihat, Khiyar ar-ru‟yah mulai berlaku sejak pembeli melihat barang yang akan ia beli. Menurut jumhur ulama mengemukakan beberapa syarat melakukan Khiyar ar-ru‟yah yaitu: 1.
Objek
yang dibeli tidak dilihat pembeli saat akad
berlangsung. 2.
Objek akad tersebut berupa materi, seperti tanah, rumah, dan kendaraan.
3.
Akad itu sendiri mempunyai alternatif untuk dibatalkan, seperti jual beli dan sewa menyewa. Apabila tiga syarat ini tidak di
38
penuhi maka menurut jumhur ulama, maka khiyar ar-ru;yah ini tidak berlaku (Dewi,2005:80-86). C. Tinjauan Umum Tentang Kain Potongan Kain potongan merupakan sisa kain dari rol atau kain baru yang sudah tidak dimanfaatkan lagi oleh pabrik-pabrik garmen, atau bisa dibilang sisa kain pembuatan pakaian hampir sama dengan kain perca sama-sama sisa cuman kain perca itu sisa dari pemotongan pembuatan pakaian.
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Desa kalongan dalam Lintas Sejarah
Desa Kalongan merupakan desa yang tidak berdiri begitu saja, akan tetapi ada cerita yang berhubungan dengan wali sanga yaitu sunan kalijaga atau raden mas syahid. Bermula ketika Raden Mas Syahid bersama istrinya melakukan perjalanan perjalanan dari masjid milik sunan gunug jati menuju demak. Pada saat melakukan perjalanan menuju kedemak, beliau singgah di sebuah desa di kabupaten semarang. Karena sampainya di desa itu sudah kawengen (kemaleman), maka raden mas syahid menginap disebuah rumah penduduk.
Keesokan harinya raden mas syahid berjalan-jalan melihat kondisi desa tersebut ternyata animisme dan dinamisme masih kuat melekat pada diri masyarakat desa tersebut itu bertentangan dengan ajaran agama Islam karena beliau mengemban tugas untuk berdakwah maka secara pelan-pelan kebiasaan-kebiasaan masyarakat desa didiberi warna Islami dengan caranya yang luwes tersebut maka banyak masyarakat desa yang kemudian meninggalkan adat dan kepercayaan lama untuk memeluk agama Islam. Tahun berlalu hampir seluruh warga desa itu dan warga desa itu sudah di Islamkan, Suatu saat raden mas syahid berjalan-jalan ke desa
39
40
sebelah yang ternyata keadaanya masih sama, di desa tersebut banyak sekali pohon besar yang rimbun dan hampir setiap pohon terkesan gelap. Ternyata di atas pohon itu banyak kalong (kelelawar berukuran besar) yang bergelantungan sangking banyaknya kalong atau kelelawar yang berukuran besar di desa itu
maka akhirnya raden mas syahid
menamakan desa tersebut dengan nama desa kalongan. Demikian ringkasan cerita yang dapat di ambil Tentang kebenaran pastinya.
1. letak Geografis Desa Kalongan Desa kalongan merupakan salahsatu desa di wilayah kecamatan ungaran timur. Secara Geografis desa kalonggan kecamatan ungaran timur berbatasan dengan beberapa kelurahan yang berada di wilayah kecamatan ungaran timur serta dengan desa yang berbeda di wilayah kabupaten semarang. Adapun batas-batas desa kalongan kecamatan ungaran timur. Sebagai berikut :
Sebelah Utara
:Kalikayen:Kawengen: Mluweh Kecamatan Ungaran Timur
sebelah selatan
:Weringin Putih:leyangan Kecamatan Bergas
Sebelah Timur
:Gondoriyo Kecamatan Bergas
Sebelah Barat
:Kalirejo: Susukan Kecamatan Ungaran Timur
41
Keadaan wilaah desa kalongan kecamatan ungaran timur dengan topografi atau bentangan lahan yang terdiri dari + 863,000 ha dan kondisi geogrfis tinggi dari permukaan laut 633 m dan keadaan suhu rata-rata 24 C, curah hujan rata- rata 2,22 mm. sebagaian besar dikelurahan Ungaran timur ini berupa lahan pertanian berupa tanah sawah, lahan pertanian kering jenis tegalan, tanah perkebunan dan ada tanah hutan dan sebagaian tanah lainya adalah kawasan perumahan penduduk.
a.
Tanah sawah seluas 77,00 ha dengan rincian Sawah irigrasai
: 39,00 ha
Sawah tadah hujan
: 38,00 ha
b. Tanah kering seluas 577,55 ha dengan rincian Tegal/ ladang
: 134,90 ha
Pemukiman
: 290,70 ha
Pekarangan
: 151,95 ha
c. Tanah perkebunan seluas 74,75 ha dengan rincian Tanah perkebunan negara
: 62,00 ha
Tanah perkebunan perorangan
: 10,00 ha
Tanah bengkok
: 18,25 ha
Kebun desa
: 5,00 ha
Lapangan olahraga
: 2,00 ha
Perkantoran pemerintah
: 2,50 ha
Taman kota
: 3,00 ha
Tanah pemakaman
: 16,50 ha
42
Bangunan sekolahan
: 5,50 ha
Jalanan
: 18,00 ha
Tangkapan air
: 1,00 ha
Aliran listrik tenaga tinggi
: 3,00 ha
d. Tanah huta seluas 62,00 ha dengan rincian Hutan lindung
: 62,00 ha
2. Potensi Wilayah Untuk mengetahui potensi wilayah beserta sumber daya manusia yang tinggal di desa kalongan kecamatan ungaran timur bisa di lihat dari jumlah penduduk bedasarkan usia dan tingkat pendidikan. a.
Penduduk Menurut data monografi bulan mei 2016 jumlah seluruh pendudukkalongan berjumlah 10133 jiwa, terdiri dari 5059 jiwa perempuan dan 5074 jiwa penduduk laki-laki. Dari data ini bisa dilihat bahwa prospek perkembangan Desa ini dalam hal SDM cukup baik. Seperti pada tabel berikut : Tabel 3.1 Data Jumlah Penduduk Kalongan KELOMPOK
NO
UMUR(TAHU
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
N) 1
0–1
25
22
47
43
2
1–5
431
4
831
3
6 – 10
468
444
912
4
11 – 15
407
398
805
5
16 – 20
383
394
805
6
21 – 25
411
409
820
7
26 – 30
409
441
850
8
31 – 35
429
479
908
9
36-40
446
450
896
10
41-45
363
374
737
11
46-50
330
343
673
12
51-55
310
305
615
13
56-60
243
266
509
JUMLAH
5074
5059
10133
b. Pendidikan Tingkat pendidikan Masyarakat Desa Kalongan menurut data monografi pada bulan mei 2016, sudah mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Bisa dikatakan seperti itu karena masyarakat
44
yang melanjutkan pendidikan sampai Perguruan Tinggi sudah cukup banyak. Dan untuk masyarakat yang telah lulus Sarjan Keatas pun mencapai jumlah 326 orang. Namun tingkat masyarakat yang tidak sekolah juga tinggi mencapai 115 orang yang terdiri dari masyarakat yang telah usia lanjut. Sedangkan untuk saat ini kondisi pendidikan masyarakat untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3.2 Data Tingkat Pendidikan Terakhir NO.
JENIS PENDIDIKAN
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
1
Tidak Sekolah
42
73
115
2
PLAY GRUP
264
136
400
237
463
700
155
3
BelumTamatS D.
4
TidakTamatSD
109
46
5
Tamat SD.
793
1,004
6
Tamat SLTP
2,643
1,148
3,791
7
Tamat SLTA
1,695
1,154
2,849
71
57
128
115
83
198
8
9
Tamat.Akademi /Diploma Sarjana keatas
1,797
45
JUMLAH
5,969
4,164
10,133
c. Mata Pencaharian Ditinjau dari mata pencaharian penduduk Desa kalongan, banyak diantaranya adalah sejumlah 110 orang sebagai PNS, Pegawai Swasta 1.794 orang, buruh pabrik mencapai jumlah 820 orang, kurang lebih 1.526 orang penduduk sebagai petani, dan sekitar 100 orang pedagang. Dari tingkat mata pencaharian masyarakat tentu sebagian besar masyarakatnya berada pada tingkat penghasilan menengah ke bawah. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3.3 Data Mata Pencaharian JENIS NO.
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
30
110
PEKERJAAN 1.
PNS
80
2.
TNI
31
1
31
3.
POLRI
9
-
9
1
-
1
DOKTER 4. UMUM 5.
bidan
-
3
3
6.
perawat
1
3
4
46
Pegawai 7.
901
893
1,794
39
19
58
819
540
1,359
182
3
185
261
559
820
Swasta 8. 9.
Pensiunan Pengusaha Buruh
10. bangunan Buruh 11. industri 12.
Buruh Tani
293
148
441
13.
Petani
872
654
1,526
14.
Nelayan
2
-
2
15.
Lain lain
262
123
386
3,751
2,976
6,727
JUMLAH
d.Agama MasyarakatDesa Kalongan, Kec. Unggaran, Kab. Semarang, penduduknya beragama Islam itu lebih banyak daripada agama yang lain jumlah penduduk agama Islam di Desa Kalongan, Kec. Unggaran Kab. Semarang sebanyak 9,831 jiwa, dan 251 orang beragama Kristen
47
dan 51 orang beragama katolik, Dengan begitu kegiatan keagamaan yaitu kegiatan berbasis Islam sangatlah banyak. Tabel 3.4 Data Penduduk NO. AGAMA 1
Islam
2
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
4920
4911
9831
Katholik
28
23
51
3
Kristen
126
125
251
4
Hindu
-
-
-
5
Budha
-
-
-
6
Khonghcu
-
-
-
5074
5059
10.133
JUMLAH
Dalam melihat potensi wilayah penting juga diperhatikan data tentang sarana prasarana pembangunan. Karena hal ini merupakan salah satu kebutuhan masyarakat yang cukup penting dalam mendukung jalannya roda pemerintah disuatu wilayah. Adapun sarana prasarana pembangunan yang ada di wilayah desa kalongan kecamatan ungaran timur dalam beberapa bidang sebagai berikut :
48
3. Sarana Dan Prasarana a.
Sarana Pendidikan Di desa kalongan mempunyai sarana pendidikan sebagai berikut :
b.
Gedung TK
: 5 Buah
Gedung SD
: 6 Buah
Gedung SMP
: 2 Buah
Lembaga Pendidikan Agama
: 3 Buah
Perpustakaan desa
: 1 Buah
Sarana dan prasarana lainnya
: 2 Buah
Sarana Kesehatan. Prasarana kesehatan yang ada di desa kalongan sebagai berikut: 1. Prasarana Kesehatan Puskesmas
: 2 Unit
Apotik
: 2 Unit
Posyandu
:16 Unit
Pengobatan masyarakat
: 2 Unit
Rumah bersalin
: 2 Unit
Balai kesehatan ibu dan anak
: 2 Unit
2. Sarana Kesehatan Dokter umum
: 1 Orang
Paramedis
: 6 Orang
Dukun bersalin
: 1 Orang
Bidan
: 3 Orang
Perawat
: 4 Orang
Dukun pengobatan alternatif
: 6 Orang
Sarana kesehatan lainnya
: 3 Orang
c. Prasarana Olahraga Prasarana olahraga yang ada di desa kalongai Sebagai berikut : Lapangan sepakbola
: 1 Buah
Lapangan bulu tangkis
: 1 Buah
49
Lapangan voli
: 4 Buah
D. Prasarana Peribadatan. Prasarana yang ada di desa kalongan sebagai berikut : Jumlah masjid
: 14 Buah
Jumlah musola
: 36 Buah
Jumlah gereja
: 2 Buah
B. Praktek Jual Beli Kain Hasil wawancara peneliti dengan beberapa pelaku penjual maupun pembeli kain potongan dengan Hasil wawancara Pertama, dengan bapak doyok selaku penjual kain kiloan dan bapak deden selaku pembeli, didapatkan informasi sebagai berikut Bapak deden membeli kain ptongan sebanyak 1000 kg dengan harga 4.500,000 dari bapak doyok dengan ketentuan 1. lebar barang diatas 1m 2. Berat barang sesuai dengan yang dibeli 1000kg 3. Jenis barang bahan pakaian polos 4. Warna keseluruhan putih Biasanya setiap teransaksi itu ada barang yang tidak sesuai dan itu kebanyakan lebar kain yang kurang oleh karena itu ketika barang yang di perjanjikan tersebut tidak sesuai lebih dari 10% itu dianggap tidak masalah dan ketika barang yang tidak sesuai tersebut melebihi 10% itu dapat untuk di kembalikan dan untuk kelebihan kain atau kekurangan kain bagi si pembeli itu disini di anggap wajar dan mugkin bisa dibilang sudah kebiasaan dan dengan sistem pembayaran ditransfer/M-bengking dan dari
50
situ dari pihak pembeli itu dapat melihat barangnya tersebut ketika barang sudah sampai rumah. kedua, hasil wawancara dengan bapak AL Atif warga dusun bulu Desa kalonggan kecamatan unggaran timur, sebagai penjual dan dengan bapak farid sebagai pembelil kain potongan. Dan didapatkan informasi sebagai berikut : Saya mendapatkan barang dari seseorang dengan barang yang masih bercampur antara jenis kain warna kain dan lebar kain tersebut setelah itu saya pisahkan dengan jenis kain yang sama dengan warna kain yang sama juga setelah itu saya timbang satu persatu dan ketika sudah selesai lalu saya menawaran barang kepada bapak farid dengan melalui telepon ataupun dengan BBM dengan dicantumkan jenis barang, jumlah barang, dan harga barang. Dan biasanya kita melakukan Perjanjian jual beli tersebut hanya secara lisan atau dengan telepon yang biasa dilkukan oleh penjual maupun pembeli kain yang ada, ketika saya menjual barang dengan bapak farid dia mau membeli kain kiloan tersebut dengan perjanjian barang harus sesuai dengan yang di tawarkan, 1. dari segi ukuran 2. Warna kain 3. Berat kain 4. Jenis kain 5. Harga kain
51
Farid mengambil barangnya dulu dan akan saya cek semua terlebih dahulu dan pasti ada juga yang tidak sesuai dengan perjanjian walaupun cuman sedikit dan setelah itu saya hanya ambil yang sesuai diperjanjian saja dan yang tidak sesuai saya kembalikan dan dengan sistim pembayaran cash, ketika hanya mengandalkan saling percaya dan tanpa melihat barangnya semua hanya bisa melihat sampel saja kebanyakan itu dri pihak pembeli yang dirugikan karna tidakmugkin semua baranyang yang ditawarkan itu sesuai semua, entah itu ukurannya kurang ataupun timbanganya yang kurang pasti ada yag cacat ataupun tidak sesuai dengan perjanjian, atau ukuran kain kurang dari 1m karna kebanyakan penjual kain potongan itu tidak diukur dengan pasti atau dengan alat ukur yang ada hanya mengunakan perkiraan saja. Sedangkan dengan Perjanjian itu ada yang dilakukan didepan dan ada juga yang dilakukan dibelakang, dan saya biasanya mengunakan perjanjian yang di depan karna lebih cepat dan mudah hanya dengan modal percaya jadi tingal ngirim barang dan uang pun akan d transfer tanpa harus ketemu dengan sipembeli langsung. Perjanjian yang didepan: pembeli melihat contoh baang terseut ketempat sipenjual ketika sipembeli tertarik dengan barang tersebut sipembeli membayar barang tersebut dengan perjanjian jumlah barang 1,000kg harga barang 35,000,000 dan lebar barang minimal 1m dan itupun harus sesuai dengn barang tersebut, ketika barang sudah dikirim dan dilihat oleh penjual dan ada barang yang tidak sesuai itu lebih dari 10%
52
dengan yang diperjanjikan maka barang yang tidak sesuai itu dikembalikan, ketika barang yang tidak sesuai itu kurang dari 10% itu dianggap wajar, kebanyakan untuk pelangan saya itu mengunakan perjanjian yang didepan karena lebih mudah dan cepat dan bisa di bilang hanya dengan kepercayaan dari pihak pembeli dengan pihak penjual. Perjanjian yang di belakang: sipenjual menawarkan barang kepembeli dengan barang 1,000kg harga barang 35,000,000 dan lebar barang tersebut harus sesuai dengan ukuran minimal 1m kalau melebihi ukuran tersebut malah lebih bagus, jadi dari pihak penjual itu hanya mengirim barangnya ke tempat sipembeli dan akan dicek semua lagsung oleh pihak pembeli dari jumlah barang, lebar barang, dan warna barang dan ketika barang tersebut banyak yang tidak sesuai maka barang yang tidak sesuai itu dikembalikan dan hanya yang sesuai saja yang diambil dan untuk sistem pembayarannya secara cash. C. Bentuk Jual Beli Bentuk Transaksi Jual beli yang berada di desa kalongan kecamatan ungaran timur kabupaten semarang ini ada dua macam jenis transaksi yang dilakukan antara lain. 1.
Transaksi Jual Beli a.
Transaksi Via Telepon Transaksi via telepon ini dilakukan antara bapak doyok dan bapak deden sehingga anatara kedua belah pihak tidak saling bertatap muka dan
53
dari komunikasi tersebut dapat dihasilkan kesepakatan atau proses penjualan dan pembelian barang sebagai berikut : 1.
Pemilahan jenis, warna, dan lebar kain oleh bapak doyok
2.
Penawaran jenis, berat, jumlah dan harga barang kepada bapak deden
3.
Penunjukan barang sebagai sampel kepada bapak deden dan hanya dapat melihat contoh barang
4.
Penawaran harga dari bapak doyok kepada bapak deden.
5.
Kesepakatan antara kedua belah pihak, dengan syarat - barang harus sesuai dengan kesepakatan - jika barang tidak sesuai dengan kesepakatan melebihi 10% maka barang yang tidak sesuai dapat di kembalikan
b.
Transaksi Via BBM (Black Barry Mesenger) transaksi via BBM (black barry mesenger) dilakukan antara bapak Al-atif dan bapak farid sehingga anatara kedua belah pihak tidak saling bertatap muka dan dari komunikasi tersebut dapat dihasilkan kesepakatan atau proses penjualan dan pembelian barang sebagai berikut: 1.
Pemilahan jenis, warna, dan lebar kain oleh bapak Al-atif
2.
Penawaran jenis, berat, jumlah dan harga barang kepada bapak farid
3.
Penunjukan barang sebagai sampel kepada bapak farid melalui black berry masanger
54
4.
Penawaran harga dari bapak al-atif kepada bapak farid.
5.
Kesepakatan antara kedua belah pihak, dengan syarat : - Barang dikirim terlebih dahulu oleh bapak latif - Barang dicek dan dipilih oleh bapak farid sesuia dengan perjanjian. - Barang yang tidak sesuai dengan perjanjian akan dikembalikan
2. Transaksi Pembayaran Transaksi pembayaran dalam jual beli kain potongan di desa kalongan kecamatan ungaran timur kabupaten semarang ini ada dua jenis transaksi yang dilakukan, antara lain: a.
Transaksi pembayaran yang di lakukan oleh pihak penjual maupun pembeli dari bapak doyok selaku penjual dengan bapak deden selaku pembeli yaitu dengan mengunakan transaksi melalui rekening, karena dari kedua belah pihak tersebut sudah saling kenal dan saling percaya maka mengunakan transaksi transfer agar lebih mudah dan ringkas karena tanpa harus ketemu langsung dengan pihak penjual dan pembeli..
b.
Transaksi pembayaran yang yang di lakukan oleh pihak penjual maupun pembeli dari bapak Al-atif selaku penjual dan bapak farid selaku pembeli untuk pembayaran yang dilakukan oleh kedua belah yaitu dengan mengunakan sistem tunai. Mugkin dengan sistem pembayaran tunai, dari keduabelah pihak menghindari kecurangan ataupun kerugian antara penjual dengan pembeli.
55
3. Pelaksanann Khiyar Setelah menelusuri kegiatan jual beli kain potongan di Desa Kalongn Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, sebenarnya mereka sudah melakukan ketentuan-ketentuan khiyar dalam
Islam.
namun sayangnya, istilah khiyar dalam Islam tidak di aplikasikan secara menyeluruh. Padahal sejatinya, setiap penjual perlu mengetahui konsep khiyar yang harus diikuti dengan pengetahuan macam-macam khiyar menurut Islam karena hal tersebut termasuk konsep dasar dalam jual beli. Istilah nama khiyar dalam dunia jual beli kain potongan ini belum begitu kental ditelinga penjual dan pembeli kain potongan di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang tersebut, maka tidak heran jika sering terjadi konflik jual beli. Dalam jual beli kain potongan yang berada di desa kalongan kecamatan ungaran timur kabupaten semarang hanya mengunakan dua jenis khiyar tetapi untuk mayoritas jual beli tersebut mengunakan khiyar aib. Khiyar aib merupakan hak membatalkan atau melangsugkan jual beli bagi keduabelah pihak yang berakad apabila terdapat suatu cacat pada objek. Khiyar ini menjadi khiyar mayoritas yang di terapkan ketika jual beli kain potongan di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang berlangsung. penjual menerapkan ketika pembeli memakai perjanjian yang didepan dan merasa dirugikan ketika membeli barang dan didapati cacat atau tidak sesuai dengan kesepakatan
56
Khiyar ar-ru‟yah Merupakan Hak pilih bagi pembeli untuk menyatakan berlaku atau batal jual beli yang ia lakukan terhadap suatu objek yang belum ia lihat ketika akad berlangsung. Akad seperti ini menurut ulama Hanafiyah dan Malikiyah boleh terjadi disebabkan objek yang akan dibeli itu tidak ada di tempat ketika berlangsungnya akad, atau karna sulit dilihat, Khiyar ar-ru‟yah mulai berlaku sejak pembeli melihat barang yang akan ia beli. Khiyar ar-ru‟yah termasuk khiyar yang tergolong sering digunakan pada jual beli kain potongan di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang
karena
didalam jual beli kain tersebut sistem khiyarnya hanya mengunakan sampel saja dan untuk barang yang akan dijual tersebut belum tentu dapat dilihat semua ketika transaksi jual beli berlangsung. Dari kedua proses transaksi jual beli kain diatas dapat disimpulkan bahwa jual beli kain potongan di desa kalongan kecamatan ungaran timur kabupaten semarang, masing- masing transaksi mempunyai hak khiyar yaitu: a. jual beli yang dilakukan antara bapak doyok dengan bapak deden itu hak khiyarnya terdapat dibelakang transaksi, hal tersebut dibuktikan bahwa hak pilih bagi pembeli itu ketika barang sudah dikirim ke tempat pembeli dan berakhirnya transaksi.
57
b. Jual beli yang dilakukan oleh bapak Al-atif dengan bapak farid tersebut terdapat hak khiyar yang terdapat diawal transaksi dari situ hak khiyar tersebut menghindari kecurangan dari pihak penjual.
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Jual Beli Kain Potongan Di Desa Kalongan, Kecamatan Unggaran Timur, Kab.Semarang Menurut Hukum Islam Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah peneliti paparkan di bab III. Sudah jelas bahwa jual beli kain potongan di Desa Kalonggan Kecamatan Unggaran Timur Kabupaten Semarang, antara lain: 1.
Proses Transaksi Transaksi jual beli yang ada di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang sudah sesuai dengan syar‟i karena sudah memenuhi syarat, akad, dan barang yang akan diperjual belikan, perjanjian yang pertama itu paling sering dilakukan dalam jual beli kain potongan di desa kalongan kecamatan ungaran timur kabupaten semarang, mugkin alagkah baiknya ketika mengunakan perjanjian yang kedua Islam telah merumuskan perkara saling rela dalam proses jual beli sebagai landasan utama. Transaksi dianggap sah dalam Islam apabila proses jual beli tersebut memenuhi unsur saling rela antara keduabelah pihak, kerelaan antara keduabelah pihak dalam bertransaksi syarat mutlak keabsahannya. Berdasarkan firman allah SWT dalam QS. An-nisa dan Hadis Nabi Riwayat Ibnu Majah “ jual beli haruslah atas dasar kerelaan (suka sama suka)”(Mardani,2012:105).
58
59
Islam mengajarkn kita sikap ketentraman dan kebahagiaan dalam jual beli. Demikian itu akan terwujud dengan membangun rasa kepuasan pada masing-masing pihak.penjual akan melepas barang dagangannya dengan ikhlas dan menerima uang sedangkan pembeli memberikan uang dan menerima barang dengan puas pula. Dengan demikian jual beli kain potongan di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang dapat mendorong adanya saling bantu dalam kegiatan jual beli dan keseharian nya. 2. Proses Pembayaran Jual beli kain potongan yang berada di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang ada dua jenis sistim pembayarannya yaitu: a. Sistem Transfer Dalam jual beli kain potongan yang ada di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang tersebut banyak yang mengunakan sistem transfer dan salah satunya dilakukan oleh bapak doyok dengan bapak deden, proses pembayaran dengan sistem transfer, dari pihak penjual meminta uang muka atau setengah dari keseluruhan harga barang untuk tanda jadi atau keseriusan dari pihak pembeli untuk membayar barang tersebut dan untuk kekurangan uang yang belum dibayar dengan pelunasan ketika barang ketempat sipembeli.
sudah dikirim dan sampai
60
b. Sistem Tunai Dalam jual beli kain potongan yang ada di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang tersebut masih sedikit yang mengunakan sistem tunai dan itu dilakukan oleh bapak AL-atif dengan bapak farid, proses pembayaran dengan sistem tunai yaitu ketika barang sudah dikirim di tempat bapak farid dan barang tersebut sudah di lihat semua oleh bapak farid, dalam jual beli kain potongan ini tidak mugkin barang bisa sesuai semua dengan sampel yang diperlihatkan, pasti barang ada yang tidak sesuai dengan kesepakatan dan untuk pembayaran dilakukan ketika barang yang tidak sesuai tersebut dikembalikan
ketempat bapak Al-atif sekalian pembayaran dengan
sistem tunai. Dalam kedua proses pembayaran tersebut sudah sesuai dengan hukum Islam karena dalam jual beli kain potongan di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang tersebut sudah memenuhi syarat dengan adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli, barang yang halal, dan adanya uang untuk pembayaran. B. Kesesuaian Pelaksanaan Khiyar Dalam Hukum Islam penulis menilai bahwa di suatu sisi penjual berpegang teguh pada syar‟i dalam arti penjual tidak meninggalkan syarat-syarat yang ditentukan oleh para ahli fiqih. Hal ini terlihat dengan adanya hak khiyar bagi pembeli secara lagsung dan diakhir proses jual beli Mendasarkan hal tersebut penulis belum menemukan penyimpangan dari pihak penjual maupun pembeli atau
61
sesuai dengan syar‟i, Mengutip dari pendapat Sulaiman, (2014: 286) boleh memilih antara dua atau lebih, meneruskan akad jual beli atau mengurangkan menarik kembali, tidak jadi jual beli. Diadakan khiyar oleh syara‟ agar kedua belah pihak penjual dan pembeli dapat memikirkan kemaslahatan masingmasing lebih jauh, supaya tidak akan terjadi penyesalan dikemudian hari lantaran merasa tertipu. ketika kedua belah pihak itu sepakat untuk adanya hak khiyar dan itu sesuai dengan syar‟i, dengan berlandaskan Hadis Riwayat Bukhori Muslim.
ْ ِاَا ِ ْن َ َّ قَا َااَيَّ َااُب ْ ِر َ َ ُب َماا, ار َمالَ ْميَتَفَ َّزقَا ِ َالبَ ْي َعانِبِ ْال ِخي (اا َ َّذاَا ُبم ِحقَّ ْتبَزْ َ ةُباَ ْي ِع ِ َما( رااهالبخاري مس م َ اااِ ْن َكتَ َم َ اَ ْي ِع ِ َم Artinya : “Dua orang yang melakukan jual beli boleh melakukan khiyar selama belum berpisah. Jika keduanya benar dan jelas maka keduanya diberkahi dalam jual beli mereka. Jika mereka menyembunyikan dan berdusta, maka akan dimusnahkanlah keberkahan jual beli mereka”. (HR.Bukhori Muslim) Maka hak khiyar di tetapkan dalam Islam untuk mengatur kerelaan dan kepuasan timbal balik pihak-pihak yang melakukan jual beli. Dari satu segi memang khiyar ini tidak praktis karna mengandung arti ketidak pastian suatu transaksi. Namun dari segi kepuasan pihak yang melakukan transaksi khiyar ini yaitu jalan terbaik (Syarifuddin,2003:213). C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Khiyar Meskipun Islam telah menata struktur praktik khiyar dengan akurat namun tidak mayoritas penjual yang menerapkan prinsipnya adakalanya
62
penjual yang merasa tidak mau tau terhadap hak pembeli karena pada dasarnya ia hanya bertujuan mencari materi semata. Sejatinya perbuatan itu tanpa disadari dapat memicu permusuhan dan putusnya silaturohmi. Tentu ada beberapa permasalahan lain yang menyebabkan terbengkalainya penerapan prinsip khiyar ini dikalangan penjual khususnya penjual kain potongan di desa kalongan kecamatan ungaran timur kabupaten semarang, berikut beberapa hal yang menjadi penyebab tidak aktifnya khiyar. 1. Hasrat Ingin Cepat, Mudah Dan Praktis Para penjual yang melakukan transaksi jual beli masakini menginginkan serba instan dan moderen, biasanya mereka tidak ingin berbelit belit dalam bertransaksi. Sampai-sampai penjual dan pembeli hanya mengunakan telepon atau BBM (Black Barry Masenger) untuk tawar menawar harga. 2.
Kurangnya Pengetahuan Tentang Ilmu Agama Sebagian pelaku jual beli kain tersebut tidak mengetahui tentang praktik khiyar yang sesuai dengan diajarkan oleh syariat Islam.
3.
Kurangnya Kesadaran Tolong Menolong Antara Penjual Dan Pembeli Dalam jiwa pelaku transaksi harus tertanam rasa peduli dan tolong menolong antara sesama. Bagi pembeli menolong penjual yang membutuhkan uang dan bagi penjual menolong si pembeli yang sedang membutuhkan barang. Makadari itu jual beli itu merupakan perbuatan yang mulia dan pelakunya mendapat keridaan dari allah.
63
Para penjual seharusnya mempunyai rasa simpati kepada pembeli dan membuang jauh-jauh rasa keinginan untuk menipu pembeli. Hasrat itu tidak akan timbul ketikaadanya rasa saling tolong menolong dan kasih sayang antar sesama. Rasulullah menegaskan bahwa penjual yang jujur dan benar kelak di akhirat akan ditempatkan bersama para nabi, suhada, dan orang-orang soleh, hal ini menunjukan tingginya derajat seorang penjual yang jujur dan benar. D.
Usaha Untuk Memperbaiki Pelaksanaan Khiyar Berpedoman kepada nilai-nilai dansyarat-syarat yang ada di AlQuran dan hadis yang telah dimuat terkait dengan khiyar, terdapat beberapa hal yang belum sesuai dengan konteks serta ada beberapa permasalahan yang terjadi, sebenarnya pengetahuan konsep khiyar ini sangat penting bagi pelaku transaksi jual beli dan dapat di jadikan pedoman ketika terjadi perselisihan antara penjual maupun pembeli. Dalam meminimalisir terjadinya perselisihan saat jual beli kain potongan di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, dapat dilakukan dengan cara pembeli lebih berhati hati danlebih teliti dalam memilih jenis kain, warna kain, dan ukuran kain. Dan penjual hendaknya lebih teliti lagi dalam membeli barang yang untuk dijual lagi. Disamping itu penjual perlu mengetahui asal usul barang tersebut. Hal ini guna untuk menghindari kecurigaan terhadap barang
curian
atau
selundupan.
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Bedasarkan pemahaman yang bersumber dari penelusuran penulis terhadap kajian pelaksanaan jual beli kain potongan di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu : 1.
Proses jual beli kain yang terdapat di Desa Kalongan Kecaatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang mengunakan sistem tawar-menawar melalui telepon dan BBM (Black Barry Masenger) dari situ terjadi kesepakatan antara penjual dan pembeli sesuai dengan perjanjian. adapun transaksi pembayaran dilakukan dengan sistem transfer dan tunai. Ketika jual beli tersebut terjadi cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan maka antara penjual dan pembeli melakukan khiyar dan barang yang tidak sesuai tersebut dapat dikembalikan oleh pihak penjual.
2.
Status hukum dalam jual beli kain di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang, untuk syarat jual beli dan rukun jual beli sudah terpenuhi seperti adanya penjual dan pembeli, uang atau alat tukar, benda yang diperjual belikan, ijab kabul, suci, ada manfaatnya, barang dapat diserahkan, barang sendiri dan barang dapat
64
65
3.
diketahui oleh penjual dan pembeli Jadi jual beli kain potongan yang dilakukan di Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang tersebut sah atau halal karena sudah Sesuai dengan hukum Islam.
B. Saran-saran Kesimpulan akhir yang dapat diambil oleh penyusun bukanlah kebenaran yang mutlak, akan tetapi masih dibutuhkan banyak lagi pertimbangan dan perbaikan. Akan tetapi hal terbaik yang penyusun berikan terhadap penelitian ini, berikut saran-saran yang dapat diberikan: 1. Bagi Penjual Penjual hendaknya berlaku jujur kepada setiap pembeli, ketika ada cacat taupun barang tidak sesuai dengan kesepakatan. Sebab dengan kejujuran maka akan di beri keberkahan dalam kehidupan, jadikanlah kejujuran menjadi sebuah budaya baik dalam jual beli. Penjual perlu teliti lagi dan jelas untuk menawarkan barang misal harga, ukuran, berat, dan jenis kain, dan ketika membeli barang yang akan dijual lagi itu lebih teliti karena menghindari pengembalian barang yang cacat atau tidak sesuai dengan apa yang di tawarkan pada waktu perjanjian.
66
2. Bagi Pembeli Pembelpun harus teliti lagi dalam memilih barang dan jangan asal percaya dengan perkataan penjual karena belum tentu perkataan penjual itu sesuai semua dengan barang yang di tawarkan, pembeli juga jangan ragu untuk mengajukan hak khiyar supaya tidak mengalami kerugian apabila barang yang sudah dibeli terdapat cacat atau tidak sesuai dengan perjanjian. Dengan
cara
meminta
bukti
pembelian
berupa
kuwitansi
memudahkan pembeli untuk mengajukan pengembalian barang.
akan
DAFTAR PUSTAKA
Azhari, Basyir Ahmad.2000.Hukum Perdata Islam.Yogyakarta: UII press. Azra, Azyumardi.2003.Suplemen Ensiklopedi Islam.Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve. Al-atsqolani, Ibnu Hajar. 2002.Bulugul Marom, Jakarta darul Qutub al-Islamiyah. Aziz, Abdul. 2010.Fiqih Muamalat. Jakarta: Sinar Grafika Offset. Daymon,Christine. 2008.Metode-Metode Riset Kualitatif. Yogyakarta: Bentang. Gemala, Dewi. 2005.Hukum Perikatan Islam Di Indonesia. Jakarta: Kencana. Huda Miftahul. 2015. Jabalakat Jawaban Problematika Masyarakat. ANFA Press. K.Lubis Suharwadi. 2004.Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika. Lexy, J. Moeloeng. 2009.Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.Bandung: Remaja Rosda Karya. Muhammad.2012.Ringkasan Fiqih Islam. Team Indonesia : Islam Hous Mardani. 2012. Fiqih Ekonomi Syariah. Jakarta: Kencana. Miru Ahmadi.2012.Hukum Kontrak Bernuansa Islam. Jakarta: Rajawali Press. Metthew, B.Miles. 1992.Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). Perpustakaan Nasional. 2009.Himpunan Undang-Undang Peraturan Pemerintah Tentang Ekonomi Syariah.Yogyakarta: Pustaka Zeedny. Rasjid Sulaiman.2012.Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sugiono.2010.Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif Dan R&D. Bandung :Alfabet. Syamsudin.2015.Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung : Remaja Rosda Karya. Sabiq, Sayyid. 1988, Fiqih Sunah 12.Bandung: Alma‟arif. Suhendi,Hendi. 2014.Fiqih Muamalah. Jakarta: Rajawali Press. Syarifudin,Amir. 2003. Garis-Garis Besar Fiqih. Jakarta: Kencana. Wardi,Ahmad. 2010.Fiqih Muamalat. Jakarta:Sinar Grafika Offset. www.bilvapedia.com 2013/04 Zaharudin, Abdul Rohman. 2014.Fiqih Kewangan Islam. PTS Islamika , SDN,BHD.
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Biodata Pribadi 1. Nama
: Haddadul Wathon
2. Jenis kelamin
: laki-laki
3. Tempat tanggal lahir
: Semarang 01, Desember 1993
4. Kebangsaan
: Indonesia
5. Setatus
: Belum Kawin
6. Tinggi, berat badan
: 175 Cm,65 Kg
7. Agama
: Islam
8. Alamat
: Bulu, Kalongan, Kecamatan Ungaran
Kabupaten Semarang 9. No Hp
: 0857 4011 3369
B. Riwayat Pendidikan 1. TK
:RA, Raudotul Atfal Mendiro 1998-1999
2. MI
:MI, Mendiro Kalongan Ungaran 1999-2005
3. MTs
:MTs, Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo 2005-2008
4. MA
:MA, Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo 2008-2011
C. Pengalaman Organisasi 1. MAPALA MITAPASA (IAIN) Salatiga 2013-2015 Sebagai Sie Pendidik