Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
TINJAUAN HIDROGEOLOGI DAN EVALUASI GERAKAN TANAH DI WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA 1)
Purwanto1) dan T. Listyani R.A. 2) Jurusan Teknik Geologi, FTM, UPN ”Veteran” Yogyakarta; 2) Jurusan Teknik Geologi, STTNAS Yogyakarta E-mail :
[email protected]
Abstrak Kondisi keairan / hidrologi & hidrogeologi sangat penting dilakukan dalam evaluasi gerakan tanah. Evaluasi gerakan tanah sangat diperlukan di daerah-daerah yang rawan bencana alam ini, termasuk di antaranya wilayah-wilayah di Kabupaten Banjarnegara. Dengan berbagai peristiwa gerakan tanah yang terjadi maka daerah ini membutuhkan informasi gerakan tanah yang penting untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkannya. Penelitian ini dilakukan dengan penelitian geologi lapangan serta analisis laboratorium dan studio untuk mengetahui kondisi kestabilan di daerah penelitian. Pekerjaan lapangan dilengkapi dengan pengambilan sampel tanah tidak terganggu, serta pengujian permeabilitas lapangan. Pekerjaan laboratorium meliputi analisis kondisi morfologi serta analisis sifat fisik dan mekanik tanah. Kondisi hidrogeologi daerah penelitian ditinjau dari sifat resapan air (permeabilitas) serta faktor keairan yang menjadi penyebab gerakan tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa Beji, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten banjarnegara merupakan daerah yang paling stabil dengan nilai FK sebesar 1,279. Nilai FK yang terkecil adalah di Desa Suwidak, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara dengan nilai FK sebesar 0,422 ( daerah paling labil). Sementara itu, wilayah-wilayah lain memiliki kondisi lereng kritis dan labil. Secara hidrologis, maka gerakan tanah di Banjarnegara umumnya disebabkan oleh sifat fisik-mekanik tanah yang dipicu oleh airtanah, pengaturan air permukaan yang kurang baik, penambahan kadar air yang berlebihan, kadar air yang terlalu besar pada daerah lereng serta luapan air yang berlebihan pada waktu hujan yang tidak segera dapat dibuang. Kata kunci : Hidrogeologi, gerakan tanah, kestabilan lereng, Banjarnegara.
I.
PENDAHULUAN
Gerakan tanah (longsoran) merupakan salah satu peristiwa alam yang sering menimbulkan bencana dan kerugian material. Kondisi alam dan aktivitas manusia adalah merupakan salah satu faktor penyebab terjadi gerakan tanah tersebut. Faktor alam yang menjadi penyebab terjadinya gerakan tanah antara lain tingginya curah hujan, kondisi tanah, batuan, vegetasi, dan faktor kegempaan sebagai pemicunya. Disisi lain faktor aktivitas manusia juga dapat menjadi penyebab terjadinya gerakan tanah. Aktivitas tersebut sebagai contohnya adalah penggunaan lahan yang tidak teratur, seperti pembuatan areal persawahan pada lereng yang terjal, pemotongan lereng yang terlalu curam, penebangan hutan yang tidak terkontrol, dan sebagainya. Kabupaten Banjarnegara terletak pada daerah yang mempunyai topografi bergelombang kuat hingga pegunungan, yaitu Pegunungan Serayu Utara dan Pegunungan Serayu Selatan yang membujur barat - timur dan dipisahkan oleh Sungai Serayu yang membentuk lembah serta kondisi geologi yang kompleks. Kestabilan wilayah Kabupaten Banjarnegara sangat dipengaruhi dan dikontrol oleh kondisi geologi yang ada, yaitu batuan dan struktur geologi yang kompleks serta topografi yang berelief kuat serta bervariasi. Studi terhadap gerakan tanah di daerah ini sangat diperlukan mengingat daerah Banjarnegara sering mengalami fenomena alam geologi ini. Beberapa kejadian gerakan tanah pernah terjadi di sini, bahkan hingga merenggut korban jiwa. Studi ini akan memberikan gambaran tentang jenis-jenis gerakan tanah yang terjadi, sehingga dapat ditentukan cara penanggulangannya. Hal ini diperlukan untuk memberi arahan sistem penanggulangan gerakan tanah yang bertujuan untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya gerakan tanah dan kerugian di kemudian hari. Wilayah-wilayah di Kabupaten Banjarnegara yang dikaji dalam penelitian ini meliputi Kecamatan Sigaluh, Kecamatan Pagentan, Kecamatan Wanayasa, Kecamatan Karangkobar,
18
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
Kecamatan Banjarmangu, Kecamatan Pagedongan, Kecamatan Kalibening, Kecamatan Pandanarum, Kecamatan Punggelan, Kecamatan Susukan, dan Kecamatan Mandiraja. Kecamatan-kecamatan tersebut termasuk dalam wilayah Kabupaten Banjarnegara (Gambar 1).
2. GEOLOGI Dengan mengacu pada pembagian fisiografi Jawa Tengah (Van Bemmelen, 1949), maka daerah penelitian termasuk dalam Zona Pegunungan Serayu Utara bagian tengah. Geologi daerah penelitian di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan Peta Geologi lembar Banjarnegara dan Pekalongan, Jawa meliputi beberapa satuan / formasi (Gambar 2), yaitu Endapan Undak (Qt), Formasi Rambatan (Tmr), Batuan Gunung Api Jembangan (Qj), Batuan Beku Basa dan Ultrabasa (Ktog), serta Anggota Breksi Formasi Ligung (Qtlb). Batuan / tanah penyusun daerah penelitian pada umumnya berupa batulempung , batulempung pasiran dan batupasir lempungan. Berdasarkan klasifikasi Van Zuidam (1983), geomorfologi daerah penelitian secara umum dapat dibagi menjadi beberapa satuan. Satuan geomorfik itu adalah : Satuan Geomorfik Fluvial dengan sub satuan dataran banjir, Satuan Geomorfik Bentukan Struktur, serta Satuan Geomorfik Vulkanik dengan Subsatuan Geomorfik Endapan Lahar. Kondisi topografi daerah penelitian secara umum memperlihatkan keadaan yang bergelombang cukup kuat dan curam, dimana keadaan yang demikian ini diakibatkan oleh kontrol struktur geologi dan kondisi litologi / batuan penyusunnya. Keadaan morfologi ini dapat dilihat dari foto udara yang memperlihatkan keadaan rupabumi pada daerah Kabupaten Banjarnegara dan sekitarnya (Gambar 3). 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini diawali dengan studi pustaka / mencari data sekunder dan dilanjutkan dengan pekerjaan lapangan, meliputi : pengamatan situasi dan pengukuran topografi di lokasi gerakan tanah, pengambilan sampel tanah tidak terganggu, serta pengujian permeabilitas lapangan. Pekerjaan laboratorium meliputi analisis kondisi morfologi serta analisis sifat fisik dan mekanik tanah. 4. PEMBAHASAN 4.1. Data Lapangan Daerah penelitian meliputi sebelas kecamatan dan delapan belas desa di Kabupaten Banjarnegara (Tabel 1). Pada setiap daerah penelitian dilakukan penandaan (marking) dengan menggunakan GPS (Global Position System). Sementara itu, data permeabilitas dan litologi ditampilkan pada Tabel 2.
19
Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Penelitian Kabupaten Banjarnegara.
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
20
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
Gambar 2. Peta Geologi Daerah Penelitian Kabupaten Banjarnegara.
Gambar 3. Foto udara Kabupaten Banjarnegara dan sekitarnya (Google, 2005). Tabel 1. Data administrasi dan posisi daerah penelitian gerakan tanah Kabupaten Banjarnegara.
21
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
Kecamatan
Simbol dan No Sampel
Desa
Sigaluh
Prigi
Posisi
BJR 1
o
’
o
’
o
Elevasi
0
539
0
768 635 745 960 795
’
0
830 994
o
’
0
695
o
’
0
770 681
o
’
0
551
o
’
0
666 1066
S 07 25 02,8” / E 109 46’ 39”
Pagentan
Larangan Karangnangka Sokaraja Metawana Gumingsir
BJR 2 BJR 3 BJR 4 BJR 5 BJR 6
S 07 29 o ’ S 07 20 o ’ S 07 19 o ’ S 07 18 o ’ S 07 19
Wanayasa
Pandansari Suwidak
BJR 7 BJR 8
S 07 17 41,7” / E 109 46’ 37,8” o ’ 0 S 07 16 55,5” / E 109 44’ 47,3”
Karangkobar
Paweden
BJR 9
S 07 18 35,9” / E 109 42’ 44,4”
09,5” / E 109 45’ 52,6” 0 25,5” / E 109 47’ 11,4” 0 22” / E 109 48’ 18” 0 32,8 / E 109 46’ 59,2” 0 08,7” / E 109 46’ 59,2”
Banjarmangu
Sijeruk Beji
BJR 10 BJR 11
S 07 19 22,8” / E 109 42’ 18,2” o ’ 0 S 07 18 54,6” / E 109 40’ 36,7”
Pagedongan
Kebutuhduwur
BJR 12
S 07 28 16,7” / E 109 41’ 10,3”
Kalibening
Sembawa Asinan
BJR 13 BJR 14
Pandanarum
Pandanarum
BJR 15
Punggelan
Petuguran
S 07 16 24,1” / E 109 39’ 49,8” o ’ 0 S 07 13 58,2” / E 109 38’ 15,2” o
’
0
710
o
’
0
555
S 07 14 34,7” / E 109 35’ 25,4”
BJR 16
S 07 19 34,1” / E 109 37’ 08,7” o
’
0
165
o
’
0
195
Susukan
Gumelem Wetan
BJR 17
S 07 30 36,8” / E 109 24’ 31,1”
Mandiraja
Salamerta
BJR 18
S 07 30 41,2” / E 109 27’ 36,8”
Tabel 2. Data permeabilitas dan litologi daerah penelitian gerakan tanah Kabupaten Banjarnegara.
Kecamatan
Sigaluh
Desa
Prigi
Simbol dan No Sampel
Permeabilitas K (m/hari)
BJR 1
1,15 x 10
-3
Tanah (pasir kasar-lempung) Tanah (pasir kasar-pasir sedang) Tanah (pasir kasar-pasir halus) Tanah (pasir sedang) a. Tanah (pasir sedang) b. Tanah (pelapukan breksi) Tanah (pasir kasar-pasir sedang)
Larangan
BJR 2
5,42 x 10
-3
Karangnangka Sokaraja Metawana
BJR 3 BJR 4 BJR 5
-3
Gumingsir Pandansari
BJR 6 BJR 7
Suwidak
BJR 8
8,21 6,33 6,12 1,12 2,67 5,35 7,09 3,44
Karangkobar
Paweden
BJR 9
7,28 x 10 -3 5,22 x 10
Banjarmangu
Sijeruk
BJR 10
Pagedongan
Beji Kebutuhduwur
BJR 11 BJR 12
1,15 5,43 4,98 2,46 1,19
Kalibening
Sembawa Asinan
BJR 13 BJR 14
7,72 x 10 -3 4,65 x 10
Pandanarum
Pandanarum
BJR 15
8,51 x 10
Pagentan
Wanayasa
x 10 -3 x 10 -3 x 10 -3 x 10 -3 x 10 -4 x 10 -4 x10 -4 x 10
x x x x x
Litologi
a. Tanah (serpih) b. Tanah (pasir kasar-lempung) Tanah (pasir kasar-lempung)
-3
a. Tanah (pasir halus) b. Tanah (pasir kasar)
10 -3 10 -3 10 -3 10 -3 10
-4
a. Tanah (pasir halus) b. Tanah (pasir kasar) Tanah (pasir kasar-pasir halus) a. Tanah (pasir sedang) b. Tanah (pelapukan breksi)
-4
Tanah (pasir sedang-lempung) Tanah (pasir kasar-pasir halus)
-4
Tanah (pasir kasar-lempung)
-4
Tanah (pasir sedang-lempung)
Punggelan
Petuguran
BJR 16
8,23 x 10
Susukan
Gumelem Wetan
BJR 17
5,67 x 10 -3 7,74, x 10
-3
a. Tanah (pelapukan breksi) b. Tanah (pasir sedang)
Mandiraja
Salamerta
BJR 18
5,46 x 10 -3 3,47 x 10
-3
a. Tanah (pelapukan breksi) b. Tanah (pasir kasar)
22
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
4.2. Hasil Pengujian Laboratorium Sampel dari lapangan kemudian diuji di laboratorium. Tabel 3 menyajikan hasil pengujian laboratorium sampel batuan yang diambil dari setiap daerah penelitian. Analisa FK (faktor keamanan) dikerjakan di dalam studio. Data lapangan dan data laboratorium dikumpulkan, kemudian dimasukkan ke dalam perangkat komputer. Perhitungan FK (faktor keamanan) dikerjakan dengan komputer agar dapat diketahui bidang gelincir dan nilai FK (faktor keamanan) setiap daerah penelitian. Rangkuman hasil perhitungan FK pada semua lokasi ditampilkan pada Tabel 4, sedangkan salah satu contoh ilustrasi perhitungan FK disajikan pada Gambar 4. Tabel 3. Data sifat fisik mekanik tanah berdasarkan pengujian di Laboratorium Mekanika Tanah.
Berat Isi Tanah (γ wet) 3 (kN/m )
Berat Isi Kering (γd) 3 (kN/m )
Specific Gravity SG 3 (kN/m )
20,2
15,4
26,7
32
21,4
14,4
28,6
4,8
30
19,8
17.1
27,8
6,1
33
18,6
16,5
28,2
20,26 22,45
4,3 7
30,2 36
20,8 24
18,5 17,2
28,1 29,5
BJR 6
19,88
4,6
30
19.5
16,5
28,5
BJR 7
20,21
4,5 5,9
31 32
16,2 20,7
14,1
26,4 26,7
BJR 8
18,9
5,2
31,5
18,8
15,6
27,7
BJR 9
15,89
4,7 5,3
31 34
20,.3 23,2
16,4 17,5
27,2 28,4
BJR 10
2875 27,24
4,5 6,3
32 35
21,3 25
16,2 17,5
28,2 28,6
BJR 11
25,45
4,5
31
18,7
18,6
28,3
BJR 12
24,22
4,8 6,8
29 36
20,6 24
15,3 16,7
28,5 29,3
BJR 13
17,10
3,4
29
18,2
14,1
28,5
BJR 14
19,42
4,1
30
19,7
16,9
28,7
BJR 15
20,39
4,9
31
18,6
14,3
28,3
BJR 16
18,87
5,1
30
19,5
16,4
28,6
BJR 17
17,33
6,9 4,6
37 32
23 18,6
14,4 16,4
28,5 28,8
BJR 18
18,55 21,45
7,3 3,8
37 31
26,8 19,6
17,6 16,1
29,2 28,7
Simbol dan No Sampel
Kadar Air (W) (%)
Kohesi (c) 2 (kN/m )
BJR 1
18,21
6,2
BJR 2
19,8
5,4
BJR 3
23,65 21,74
BJR 4
18,63
BJR 5
Sudut Geser Dalam (φ)(....°)
29
23
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
Tabel 4.
Analisa FK (faktor keamanan) daerah penelitian gerakan tanah Kabupaten Banjarnegara.
Kecamatan
Desa
Simbol dan No Sampel
Nilai FK (faktor keamanan) Terkecil
Klasifikasi (Bowles 1984)
Sigaluh
Prigi
BJR 1
0,568
Labil
Pagentan
Larangan Karangnangka Sokaraja Metawana Gumingsir
BJR 2 BJR 3 BJR 4 BJR 5 BJR 6
1,134 0,874 0,814 0,965 0,918
Kritis Labil Labil Labil Labil
Wanayasa
Pandansari Suwidak
BJR 7 BJR 8
1,086 0,422
Kritis Labil
Karangkobar
Paweden
BJR 9
1,147
Kritis
Banjarmangu
Sijeruk Beji
BJR 10 BJR 11
0,952 1,279
Labil Stabil
Pagedongan
Kebutuhduwur
BJR 12
0,838
Labil
Kalibening
Sembawa Asinan
BJR 13 BJR 14
0,975 1,065
Labil Labil
Pandanarum
Pandanarum
BJR 15
0,490
Labil
Punggelan
Petuguran
BJR 16
1,088
Labil
Susukan
Gumelem Wetan
BJR 17
0,820
Labil
Mandiraja
Salamerta
BJR 18
0,876
Labil
Data FK (faktor keamanan) di atas menunjukkan tingkat keamanan lereng daerah penelitian sebagian besar labil. Keamanan lereng yang stabil hanya terdapat di Desa Beji, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten banjarnegara dengan nilai FK (faktor keamanan) sebesar 1,279. Tetapi perlu diingat bahwa penelitian dilakukan pada musim kemarau. Pada musim penghujan secara otomatis akan terjadi penurunan nilai FK (faktor keamanan), sehingga keamanan lereng di Desa Beji, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara perlu diwaspadai juga.
24
Gambar 4. Analisis Faktor Keamanan Desa Prigi, Kecamatan Sigaluh. (Slide 4.0).
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
Nilai FK (faktor keamanan) pada setiap daerah penelitian jika dimasukkan dalam klasifikasi keamanan lereng Bowles (1984), maka dapat diketahui kestabilan masing-masing daerah sebagai berikut : 1. Daerah yang stabil adalah: - Desa Beji, Kecamatan Banjarmangu. 2. Daerah yang tingkat keamanan lerengnya kritis adalah: - Desa Larangan, Kecamatan Pagentan - Desa Pandansari, Kecamatan Wanayasa - Desa Paweden, Kecamatan Karangkobar. 3. Daerah yang keamanan lerengnya labil adalah: - Desa Prigi, Kecamatan Sigaluh - Desa Karangnangka, Kecamatan Pagentan - Desa Sokaraja, Kecamatan Pagentan - Desa Metawana, Kecamatan Pagentan - Desa Gumingsir , Kecamatan Pagentan - Desa Suwidak, Kecamatan Wanayasa
25
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
- Desa Sijeruk, Kecamatan Banjarmangu - Desa Kebutuhduwur, Kecamatan Pagedongan - Desa Sembawa, Kecamatan Kalibening - Desa Asinan, Kecamatan Kalibening - Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum - Desa Petuguran, Kecamatan Punggelan - Desa Gumelem Wetan, Kecamatan Susukan - Desa Salamerta, Kecamatan Mandiraja. Berdasarkan kondisi gerakan tanah, nilai FK , dan sebaran kerapatan kejadian gerakan tanah maka pada daerah penelitian dapat dikelompokkan menjadi tiga zona yaitu zona kerentanan tinggi, sedang dan rendah. 4.3. Tinjauan Hidrogeologi Hidrologi / hidrogeologi suatu daerah sangat menentukan terjadinya gerakan tanah. Dalam makalah ini penyebab gerakan secara khusus diulas dari sudut pandang hidrogeologi. Hal yang menentukan dalam hidrogeologi ini adalah faktor resapan tanah / permeabilitas sehingga dapat diketahui beberapa faktor penyebab gerakan tanah yang terkait dengan faktor keairan / hidrogeologi di daerah penelitian. Rangkuman data permeabilitas dan tinjauan hidrologi sebagai penyebab penyebab gerakan tanah disajikan pada Tabel 5. Dari tabel tersebut diketahui bahwa gerakan tanah di Banjarnegara disebabkan oleh adanya sifat fisik-mekanik tanah yang dipicu oleh airtanah, penambahan kadar air yang berlebihan dan tiba-tiba pada tanah di badan jalan jika terjadi hujan dikarenakan tata air permukaan yang kurang baik, kadar air yang terlalu besar pada daerah lereng, serta luapan air yang berlebihan pada waktu hujan yang tidak segera dapat dibuang.
Tabel 5. Sifat resapan air dan penyebab gerakan tanah di Banjarnegara dalam kaitannya dengan kondisi hidrogeologi di masing-masing lokasi pengamatan. Lokasi
Sifat resapan tanah
Desa Prigi, Kecamatan Sigaluh
K = 1,15 x 10 m/hari, tetapi resapan bisa menjadi sangat besar melalui rekahan-rekahan mikro. -3 K = 5,42 x 10 m/hari, tetapi bisa menjadi sangat besar melalui rekahan di beberapa tempat, dipicu oleh peresapan air dari saluran air yang putus. -3 K = 8,21 x 10 , tetapi resapan dapat menjadi lebih besar jika terdapat rekahan-rekahan mikro yang merupakan sifat khas dari lempung pada lokasi tersebut.
Desa Larangan Kecamatan Pagentan
Desa Karangnangka, Kecamatan Pagentan
-3
-3
Tinjauan Hidrogeologi - Sifat fisik-mekanik tanah yang dipicu oleh airtanah. - Pengaturan air permukaan kurang baik, air permukaan masuk ke dalam rekahan - Sifat fisik-mekanik tanah yang dipicu oleh airtanah. - Pengaturan air permukaan yang kurang baik, misalnya saluran air pada lereng bagian atas yang putus.
- Sifat fisik mekanik litologi yang dapat berubah jika terkena air yang cukup banyak. - Penambahan kadar air yang berlebihan dan tiba-tiba pada tanah di badan jalan jika terjadi hujan. - Luapan air yang berlebihan pada waktu hujan tidak segera dapat dibuang. - Sifat fisik mekanik litologi yang dapat berubah jika terkena air yang cukup banyak. - penambahan kadar air yang berlebihan dan tiba-tiba pada tanah di badan jalan jika terjadi hujan. - Luapan air yang berlebihan pada waktu hujan tidak segera dapat dibuang. - Sifat fisik-mekanik tanah yang dipicu oleh kandungan air dalam tanah. - Keberadaan tata air permukaan yang kurang baik.
Desa Sokaraja, Kecamatan Pagentan
K = 6,33 x 10 m/hari, tetapi resapan bisa menjadi sangat besar melalui rekahan-rekahan besar dan memanjang yang memotong badan jalan.
Desa Metawana, Kecamatan Pagentan
K = 6,12 x10 sampai dengan -3 1,12 x 10 . Resapan membesar pada lokasi lokasi yang banyak retakan. -3 K = 2,67 x 10 . Resapan - sifat fisik-mekanik tanah yang dipicu oleh kandungan air dalam membesar pada lokasi lokasi tanah. yang banyak retakan. - keberadaan tata air permukaan yang kurang baik. - penambahan kadar air yang berlebihan dan tiba-tiba pada tanah dibadan jalan jika terjadi hujan. - Luapan air yang berlebihan pada waktu hujan masuk ke dalam rekahan-rekahan di tubuh lereng. -4 -4 K = 5,53 x10 dan 7,09 x 10 - sifat fisik-mekanik tanah yang dipicu oleh kandungan air dalam Resapan membesar pada lokasi tanah. lokasi yang banyak retakan. - Luapan air yang berlebihan pada waktu hujan masuk ke dalam rekahan-rekahan di tubuh lereng.
Desa Gumingsir, Kecamatan Pagentan
Desa Pandansari Kecamatan Wanayasa
-3
26
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
-4
Desa Suwidak, Kecamatan Wanayasa
K = 3,44 x 10 m/hari, tetapi resapan bisa menjadi sangat besar melalui rekahan-rekahan besar dan memanjang yang memotong badan jalan.
Desa Paweden, Kecamatan Karangkobar
K = 7,28`x 10 dan 5,22 x -3 10 . Resapan membesar pada lokasi lokasi yang banyak retakan.
Desa Sijeruk, Kecamatan Banjarmangu
K = 1,15 x10 dan 5,43 x -3 10 . Resapan membesar pada lokasi lok asi yang banyak retakan.
Desa Beji, Kecamatan Banjarmangu
K = 4,98 x 10 m/hari, tetapi resapan bisa menjadi sangat besar melalui rekahan-rekahan besar dan memanjang yang memotong badan jalan.
-3
-4
-3
-
Desa Kebutuhduwur, K = 2,46 x 10 dan 1,19 x -4 Kecamatan Pagedongan 10 . Resapan membesar pada lokasi yang banyak retakannya.
-4
- Keberadaan tata air permukaan yang kurang baik. - Penambahan kadar air yang berlebihan dan tiba-tiba pada tanah dibadan jalan jika terjadi hujan. - Sifat fisik mekanik litologi yang dapat berubah jika terkena air yang cukup banyak. - Penambahan kadar air yang berlebihan dan tiba-tiba pada tanah dibadan jalan jika terjadi hujan, hal ini dikarenakan tata air permukaan yang kurang baik. - Luapan air yang berlebihan pada waktu hujan tidak segera dapat dibuang. - Sifat fisik-mekanik tanah yang dipicu oleh kandungan air dalam tanah. - Keberadaan tata air permukaan yang kurang baik mengakibatkan kadar air pada tubuh lereng menjadi besar. - Penambahan kadar air yang berlebihan dan tiba-tiba pada tanah dibadan jalan jika terjadi hujan. - Luapan air yang berlebihan pada waktu hujan masuk ke dalam rekahan-rekahan di tubuh lereng. - Sifat fisik-mekanik tanah yang dipicu oleh kandungan air dalam tanah. - Keberadaan tata air permukaan yang kurang baik. - Penambahan kadar air yang berlebihan dan tiba-tiba pada tanah di badan jalan jika terjadi hujan - Luapan air yang berlebihan pada waktu hujan masuk ke dalam rekahan-rekahan di tubuh lereng. - Sifat fisik mekanik litologi yang dapat berubah jika terkena air yang cukup banyak. - Penambahan kadar air yang berlebihan dan tiba-tiba pada tanah dibadan jalan jika terjadi hujan. - Luapan air yang berlebihan pada waktu hujan tidak segera dapat dibuang. - Sifat fisik mekanik litologi yang dapat berubah jika terkena air yang cukup banyak. - Penambahan kadar air yang berlebihan dan tiba-tiba pada tanah dibadan jalan jika terjadi hujan. - Luapan air yang berlebihan pada waktu hujan tidak segera dapat dibuang. - Sifat fisik-mekanik tanah yang dipicu oleh kandungan air dalam tanah terutama pada bagian tubuh lereng. - Keberadaan tata air permukaan yang kurang baik. - Kadar air yang terlalu besar pada daerah lereng. - Luapan air yang berlebihan pada waktu hujan masuk ke dalam rekahan-rekahan di tubuh lereng. - Sifat fisik-mekanik tanah yang dipicu oleh kandungan air. - Keberadaan tata air permukaan yang kurang baik. - Luapan air yang berlebihan pada waktu hujan masuk ke dalam rekahan-rekahan di tubuh lereng.
Desa Sembawa, Kecamatan Kalibening
K = 7,72 x 10 m/hari, tetapi resapan bisa menjadi sangat besar melalui rekahan-rekahan besar dan memanjang.
Desa Asinan, Kecamatan Kalibening
K = 4,65 x 10 m/hari, tetapi resapan bisa menjadi sangat besar melalui rekahan-rekahan besar dan memanjang.
Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum
K = 8,51 x 10 m/hari, tetapi - Sifat fisik mekanik litologi yang dapat berubah jika terkena air resapan bisa menjadi sangat yang cukup banyak. besar melalui rekahan-rekahan - Penambahan kadar air yang berlebihan dan tiba-tiba pada besar dan memanjang. tanah di badan jalan jika terjadi hujan - Luapan air yang berlebihan pada waktu hujan tidak segera dapat dibuang. -4 K= 8,23 x 10 m/hari, tetapi - Sifat fisik-mekanik tanah yang dipicu oleh kandungan air. resapan bisa menjadi sangat - Keberadaan tata air permukaan yang kurang baik. besar melalui rekahan-rekahan - Luapan air yang berlebihan pada waktu hujan masuk ke dalam besar dan memanjang. rekahan-rekahan.
Desa Petuguran, Kecamatan Punggelan
Desa Gumelem Wetan, Kecamatan Susukan
Desa Salamerta, Kecamatan Mandiraja
-3
-4
-3
-3
K = 5,67 x 10 dan 7,74 x 10 . - Sifat fisik mekanik litologi yang dapat berubah jika terkena air yang cukup banyak. Resapan membesar pada lokasi yang banyak retakan , yaitu - Penambahan kadar air yang berlebihan dan tiba-tiba pada tanah dibadan jalan jika terjadi hujan. didekat tebing, dan semakin mengecil ke arah perkampungan. - Luapan air yang berlebihan pada waktu hujan tidak segera dapat dibuang. -3 K = 5,46 x 10 m/hari dan - sifat fisik-mekanik tanah yang dipicu oleh airtanah. -3 3,47 x 10 m/hari , tetapi - pengaturan air permukaan yang kurang baik, air permukaan resapan bisa menjadi sangat masuk ke dalam rekahan sehingga kandungan air berlebihan. besar melalui rekahan-rekahan - Tidak ada saluran air pada tubuh lereng. mikro yang ada pada tanah atau batuan di beberapa tempat.
27
Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi 2008 – IST AKPRIND Yogyakarta
5. KESIMPULAN Batuan / tanah penyusun daerah telitian pada umumnya adalah berupa batulempung , batulempung pasiran dan batupasir lempungan. Tanah yang kondisinya demikian sangat mudah berubah secara fisik dan mekanik jika terkena air. Sehingga perubahan fisik mekanik tersebut secara langsung akan berpengaruh pada nilai kestabilan lerengnya lebih-lebih jika kemiringan lerengnya juga besar. Morfologi daerah penelitian umumnya memiliki kondisi bergelombang cukup kuat dan curam, sehingga hal ini juga mendukung potensi terjadinya gerakan tanah. Berdasarkan analisis FK (faktor keamanan lereng), maka nilai FK yang terbesar adalah di Desa Beji, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara dengan nilai FK sebesar 1,279 (termasuk stabil). Nilai FK yang terkecil adalah di Desa Suwidak, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara dengan nilai FK sebesar 0,422 (termasuk labil). Faktor hidrogeologi yang berpengaruh dalam gerakan tanah adalah sifat resapan air / permeabilitas tanah di daerah penelitian yang relatif kecil. Penyebab gerakan tanah yang terkait dengan faktor keairan ini antara lain sifat fisik-mekanik tanah yang dipicu oleh airtanah, pengaturan air permukaan yang kurang baik, penambahan kadar air yang berlebihan, kadar air yang terlalu besar pada daerah lereng, serta luapan air yang berlebihan pada waktu hujan yang tidak segera dapat dibuang. DAFTAR PUSTAKA Bear, J., 1972, Dynamics of Fluids in Porous, American Elsevier , New York, 678 p. Bowles, J.E., 1984, Physical and Geotechnical Properties of Soils 2nd ed., McGraw - Hill Book Co. Ltd, New York, 578 p. Djadja, Usman, B., 1990, Peta geologi Teknik Daerah Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah, Dit. GTL, Bandung. Dunn, I.S., Anderson, L.R., Kiefer, F.W., 1980, Fundamentals of Geotechnical Analysis, John Wiley & Sons Inc., New York Chichester Brisbane Toronto Singapore, p. 239 – 243. Freeze, R.A., and Cherry, J.A., 1979, Groundwater, Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs N.J., 604 p. Lee, I.K., White, W., Ingles, O.G.,1983, Geotechnical Engineering, Pitman Publishing New Zealand Ltd., Wellington Copp Clark Pitman, Toronto, p. 281- 324. Leeder, M.R., 1983, Sedimentology Process and Product , London George Allen & UNWIN, Boston, Sydney. McCarthy, D.F.,1993, Essentials of Soil Mechanics and Foundations, Regents / Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey, p. 494- 525. Miyazaki, T., 1993, Water Flow in Soils, Marcel Decker Inc., New York Basel Hongkong, p. 133 – 137. Robert, D.H., William, D.K., 1981, An Introduction to Geotechnical Engineering, Prentice -Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey, p. 96 –100. Van Bemmelen, R. W., 1949, The Geology of Indonesia, Vol 1A, Martinus Nijhoff, The Hague, Netherland. Van Zuidam, R.A., 1983, Guide to Geomorphologic Aerial Photographic Interpretation and Mapping, ITC , Enschede The Netherlands.
28