TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT KECAMATAN BAYAH PROVINSI BANTEN MENGENAI PENYEBAB DAN PENULAR MALARIA Raditya Ardi N dan Saleha Sungkar Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Abstrak Nama
: Raditya Ardi Nugraha
Program Studi : Pendidikan Dokter Umum Judul
: Tingkat Pengetahuan Masyarakat di Kecamatan Bayah Mengenai Penyebab dan Penular Malaria
Malaria adalah suatu penyakit yang umum dan mematikan di banyak negara yang beriklim tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Masyarakat perlu diberi peran serta lebih dalam pemberantasan malaria, terutama pencegahan. Untuk meningkatkan efektivitas pencegahan terhadap malaria, masyarakat perlu mengetahui penyebab dan penular pada malaria, salah satunya lewat penyuluhan. Penelitian dilakukan padaadalah warga Desa Ciwaru, Kecamatan Bayah Timur, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten dengan desain crosssectional. Data diambil 16-18 Oktober 2009 dengan mewawancarai responden menggunakan kuesioner.Hasilnya menunjukkan responden perempuan sebanyak 88 orang (83%) dan laki-laki 18 orang (17%), usia <34 tahun 75,5% dan >34 tahun 24,5 %. Tingkat pengetahuan warga tidak ada yang yang tergolong baik (0%), cukup 1 orang (0,94%), dan kurang 105 orang (99,05%). Umumnya warga mendapat informasi dari satu sumber (79,2%) dan sumber informasi paling berkesan adalah media elektronik (52,8%). Pada uji Kolmogorov-Smirnov tidak ada perbedaan bermakna (p> 0,05) antara tingkat pengetahuan dengan jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah sumber informasi, kelompok usia dan status pekerjaan. Disimpulkan tingkat pengetahuan warga mengenai penyebab dan penular malaria tidak berhubungan dengan usia dan jumlah sumber informasi, jenis kelamin, tingkat pendidikan, sumber informasi paling berkesan, dan status pekerjaan. Kata kunci: tingkat pengetahuan, malaria,penyebab dan penular, warga.
Tingkat pengetahuan..., Raditya Ardi Nugraha, FK UI, 2014
ABSTRACT Name
: Raditya Ardi Nugraha Study
Program
: General Medicine
Title
:Kno w l edge Level of C aus eandT ransmissi on of Malaria amongR esi dents in
BayahDis tric t. Malaria is a common and deadly disease in many tropical and subtropical climates, especially in Indonesia. The public needs to be given more participation in the eradication of Malaria, especially by prevention means. To improve the effectiveness of prevention against malaria, the public needs to know the transmission and cause of Malaria. One of way is through counseling. The study itself was conducted on the villagers of Ciwaru, East Bayah District, Lebak, Banten Province with crosssectional design. Data was taken from 16 to 18 October 2009 by interviewing respondents using questionnaire charts. The result shows that there were 88 female respondents (83%) and 18 men (17%), with age range of <34 years (75.5%) and >34 years (24.5%). Knowledge level of the citizens belongs to zero (0%). Only one person (0.94%) had enough knowledge, and 105 people had poor knowledge (99.05%). Generally, people acquire information from only one source (79.2%) and the most remembered source of information is the electronic media (52.8%). On Kolmogorov-Smirnoff test, no significant difference (p>0.05) happened between the level of knowledge by gender, education level, number of information sources, and occupation. Inferred level of citizen knowledge about malaria aid has no relation to age and numbers of information sources, gender, education level, most memro bael s uocrseof ni of m rtaoi nnadcoucapit no. Keywords: knowledge level, malaria, cause and transmission, residents.
Pendahuluan Malaria adalah suatu penyakit yang umum dan mematikan di banyak negara yang beriklim tropis dan subtropis, termasuk Indonesia.1 Terdapat 300-500 juta kasus klinis dan lebih dari 1 juta kematian terkait penyakit malaria. Di Indonesia, malaria masih menjadi masalah kesehatan utama yang serius.2 Jumlah penderita malaria di Indonesia sebanyak 433 326 jiwa dengan jumlah kematian 88 jiwa (2005). Setahun kemudian (2006), terdapat 347 197 jiwa penderita positif malaria dengan jumlah kematian meningkat menjadi 494 jiwa.3 Pada tahun 2007, jumlah penderita positif malaria sebanyak 333 793 jiwa dengan angka kematian 78 jiwa.4
Tingkat pengetahuan..., Raditya Ardi Nugraha, FK UI, 2014
Di Provinsi Banten terdapat 26 daerah endemis malaria. Pada tahun 2005, terjadi KLB malaria di daerah tersebut dan menyebabkan 191 orang menderita malaria.5 Pada tahun 2006, terdapat 400 penderita malaria dan pada tahun 2007 menurun menjadi 209 orang. Pada tahun 2008, terdapat 109 penderita malaria namun pada tahun 2009 meningkat kembali menjadi 205 orang.6 Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak telah melakukan berbagai kegiatan untuk menanggulangi kasus malaria di Kecamatan Bayah, seperti pemasangan kelambu di rumah penderita malaria, pengobatan dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di laguna pantai, serta tindakan penyemprotan di pemukiman penduduk. Setelah berbagai upaya tersebut dilakukan, angka penderita malaria di Kecamatan Bayah tetap tinggi. Untuk meningkatkan keberhasilan pemberantasan malaria, masyarakat perlu diikutsertakan, sehingga mereka perlu diberikan pengetahuan dengan cara penyuluhan. 2 Materi penyuluhan yang diberikan mengenai gejala klinis, pertolongan pertama, penyebab dan penular, serta pencegahan malaria. Agar penyuluhan memberikan hasil yang baik, penyuluhan perlu disesuaikan dengan karakteristik masyarakat, yaitu usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, jumlah sumber informasi dan informasi paling berkesan. Berdasarkan keterangan di atas, perlu dilakukan survei untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat mengenai malaria di salah satu desa yang memiliki jumlah malaria tertinggi, yaitu Desa Bayah Timur, Kecamatan Bayah. Karena keterbatasan survei, peneliti hanya mengevaluasi pengetahuan penduduk mengenai penyebab dan penular malaria. Tinjauan Pustaka Malaria adalah penyakit menular endemik yang terdapat di banyak daerah hangat di dunia.7 Malaria disebabkan oleh Plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan adanya bentuk aseksual dalam darah. Plasmodium biasa ditularkan oleh nyamuk Anopheles yang terinfeksi.7 Infeksi malaria menimbulkan gejala berupa demam menggigil, anemia, dan splenomegali.8 Malaria dapat terjadi tanpa komplikasi atau dengan komplikasi sistemik, yang lebih dikenal dengan malaria berat.9 Infeksi malaria tersebar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia, Amerika selatan, dan daerah Oceania serta kepulauan Karibia.9 Berdasarkan laporan WHO, setiap tahunnya sebanyak 300 hingga 500 juta penduduk dunia menderita malaria, dan satu juta di
Tingkat pengetahuan..., Raditya Ardi Nugraha, FK UI, 2014
antaranya meninggal dunia.3 Di Indonesia, Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa atau (KLB). Jumlah kabupaten/kota yang endemik tahun 2004 adalah sebanyak 424 dari 579 kabupaten/kota, dengan perkiraan persentase penduduk yang beresiko penularan sebesar 42,2 %.10 Daerah di Indonesia yang memperlihatkan kasus malaria tinggi dilaporkan dari kawasan timur Indonesia, antara lain provinsi Papua, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara dan Sulawesi Tenggara. Kawasan lain yang mempunyai angka malaria cukup tinggi adalah provinsi Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Riau.11 Penyebab penyakit malaria adalah Plasmodium, dari genus plasmodia, family plasmodiidae dan ordo coccidiidae.12 Malaria disebabkan oleh salah satu dari empat jenis protozoa plasmodium. Plasmodium vivax menyebabkan malaria tersier jinak. Plasmodium malariae menyebabkan malaria kuartana. Sedangkan Plasmodium ovale dan Plasmodium falciparum masing-masing menyebabkan malarai ovale dan malaria tersiana. Semua bentuk malaria tersebut ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina.13 Penyebab malaria yang banyak terdapat di Indonesia adalah P. vivax dan P. falciparum. Sementara P. malariae dan P. ovale jarang ditemukan, namun beberapa kasus pernah dilaporkan di Irian Jaya, pulau Timor, dan pulau Owi (utara Irian Jaya). Penyakit malaria adalah penyakit yang penularannya melalui gigitan Anopheles betina. Berdasarkan survei unit kerja SPP (serangga penular penyakit) telah ditemukan di Indonesia ada 46 species nyamuk Anopheles yang tersebar diseluruh Indonesia. Dari speciesspecies nyamuk tersebut ternyata ada 20 species yang dapat menularkan penyakit malaria. Dengan kata lain di Indonesia ada 20 species nyamuk Anopheles yang berperan sebagai vektor penyakit malaria.12 Anopheles merupakan serangga yang tergolong dalam ordo diptera dan mengalami metamorfosis sempurna, yaitu memiliki fase telur, larva, pupa, dan dewasa. Tidak semua telur berhasil tumbuh menjadi nyamuk dewasa karena mengalami kematian pada tiap stadiumnya yang besarnya bervariasi yaitu telur 13%, larva 4% dan pupa 9%. Artinya, tidak semua nyamuk Anopheles tumbuh menjadi dewasa. 1. Anopheles menghasilkan 50–200 telur yang diletakkan di atas permukaan air dan akan menetas dalam 1-3 hari menjadi larva. Siklus hidup Anopheles dari telur sampai dewasa berlangsung 12-16 hari. 2. Larva bernapas melalui spirakel yang berada di segmen ke–8
Tingkat pengetahuan..., Raditya Ardi Nugraha, FK UI, 2014
abdomen. Makanannya algae, bakteri, dan mikroorganisme lain di permukaan air. Perkembangan larva dibagi menjadi 4 stadium dan setelah stadium akhir akan berkembang menjadi pupa. Anopheles biasanya memilih tempat berkembangbiak yang bersih dan tidak berpolusi. Larva Anopheles biasanya ditemukan di air bersih, air payau, sawah, sungai dengan aliran lambat, dan penampungan air hujan dan ada juga yang hidup di bagian aksial tanaman. 3. Pupa berbentuk seperti koma ketika dilihat dari samping. Kepala dan dada pupa Anopheles bergabung menjadi cephalothorax dan perutnya melengkung ke bawah. Sama seperti larva, pupa akan berada di permukaan air ketika hendak bernapas.
4. Dewasa
Anopheles dewasa memiliki tubuh yang ramping dengan 3 bagian tubuh yaitu kepala, dada, dan perut. Kepala terdiri atas mata dan segmen antenna yang banyak dengan fungsi mendeteksi bau hospes. Fungsi kepala adalah sebagai penangkap informasi sensorik dan untuk makan. Selain itu, kepala juga memiliki probosis yang panjang dan dua buah palpi. Pada bagian dada terdapat daya penggerak khusus yaitu 3 pasang kaki dan sepasang sayap. Fungsi perut adalah sebagai pencerna makanan dan perkembangan telur.14 Di dunia telah diketahui terdapat 2 960 lebih spesies nyamuk, dimana Anopheles yang berperan sebagai vektor malaria berjumlah 80 spesies, dengan 20 diantaranya telah diketahui sebagai vektor.15 Vektor malaria yang dominan terhadap penularan malaria di Indonesia adalah: - Wilayah Indonesia Timur (Papua, Maluku, dan Maluku Utara): di wilayah pantai adalah An. subpictus, An. koliensis, dan An. punctulatus. Sedangkan di wilayah pegunungan adalah An. farauti.10 - Wilayah Indonesia Tengah (Sulawesi, Kalimantan, NTT dan NTB): di wilayah pantai adalah An. subpictus, An. barbirostris. Khusus di wilayah NTB adalah An. subpictus dan An. sundaicus. Di wilayah pegunungan adalah An. barbirostris, An. flavirostris, dan An. letifer. Khusus wilayah Kalimantan, terdapat An. balabacencis. - Untuk wilayah pantai Sumatera terdapat An. sundaicus dan di pegunungan terdapat An. leucosphyrus. - Wilayah pulau Jawa: Vektor yang berperan di pantai adalah An. sundaicus dan An. subpictus. Sementara di pegunungan adalah An. Maculatus, An. balabacencis dan An. aconitus.15 Anopheles dapat dikatakan sebagai vektor malaria apabila memenuhi suatu persyaratan tertentu:15 1. Kontaknya dengan manusia cukup besar 2. Merupakan species yang selalu dominan 3. Anggota populasi pada umumnya berumur cukup panjang, sehingga memungkinkan perkembangan dan pertumbuhan plasmodium hingga menjadi sporosoit 4. Di tempat lain telah dikonfirmasi sebagai vektor.16 Cara Penularan Vektor Malaria dapat menularkan plasmodium melalui beberapa cara 1. Penularan secara alamiah (natural infection) penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk
Tingkat pengetahuan..., Raditya Ardi Nugraha, FK UI, 2014
Anopheles. 2. Penularan yang tidak alamiah. a. Malaria bawaan (congenital) Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan pada ibu penderita malaria, penularan terjadi melalui tali pusat atau plasenta. b. Secara mekanik Penularan dapat terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik. Cara penularan ini pernah dilaporkan terjadi pada salah satu rumah sakit di Bandung pada tahun 1981. Penderita yang dirawat mendapatkan suntikan IV dengan menggunakan alat suntik (spuit) yang digunakan untuk menyuntik beberapa pasien, dimana alat suntik yang dipakai adalah sekali pakai (disposable). c. Secara oral (Melalui Mulut) Cara penularan ini pernah dibuktikan pada unggas seperti burung, ayam (P. gallinasium) burung dara (P. relection) dan primata monyet (P. knowlesi). Pada umumnya, sumber infeksi bagi malaria pada manusia adalah manusia lain yang sakit malaria baik dengan gejala maupun tanpa gejala klinis. Belum diketahui ada hewan lain yang dapat menjadi sumber bagi plasmodia yang biasanya menyerang manusia. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya penularan alamiah seperti adanya gametosit pada penderita, umur nyamuk kontak antara manusia dengan nyamuk dan lain-lain.12 Nyamuk yang aktif menggigit adalah Anopheles betina. Hal ini dikarenakan karena darah diperlukan untuk pertumbuhan telurnya. Bila nyamuk sedang terbang mencari darah, maka nyamuk akan terbang berkeliling, sampai ada rangsang dari hospes yang cocok. Berdasarkan jenis hospesnya, nyamuk dibagi menjadi antrofilik (lebih suka hospes manusia), zoofilik (lebih suka hospes hewan), ataupun indiscriminate biter. Nyamuk memiliki perilaku „istirahat‟ yang sebenarnya selama waktu menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara, pada waktu nyamuk sedang aktif mencari darah. Pada umumnya nyamuk menyukai tempat yang teduh, lembab dan aman untuk beristirahat. Tetapi, menurut penelitian, tiap species ternyata mempunyai perilaku yang berbeda.12 An. aconitus lebih senang beristirahat di dekat tanah sedangkan An. sundaicus di tempat yang lebih tinggi. Pada malam hari, Anopheles masuk ke rumah hanya untuk menghisap darah lalu keluar. Terkadang, sebelum maupun sesudah menghisap darah, nyamuk hinggap di dinding untuk beristirahat terlebih dahulu.14 Anopheles betina mampu memilih tempat untuk berkembang biak yang sesuai dengan kebutuhannya. Tempat yang banyak dipilih untuk berkembang biak adalah air yang tidak mengalir. Ada dua tempat lainnya yang diperlukan nyamuk, yaitu tempat untuk mendapatkan umpan atau darah (feeding places), dan tempat untuk beristirahat (resting places).14 Spesies seperti An. sundaicus12 dan An. maculatus14 menyukai tempat-tempat yang terkena sinar
Tingkat pengetahuan..., Raditya Ardi Nugraha, FK UI, 2014
matahari langsung. Sebaliknya, An. vagus dan An. barumbrosus lebih menyenangi tempat teduh yang tidak terkena sinar matahari. Spesies seperti An. subpictus dan An. vagus berkembangbiak pada air payau. Tempat lainnya seperti air sawah yang sedikit mengalir dan tenang disukai oleh An. vagus, An. aconitus, An. barbirostris, dan An. anullaris.14 Malaria
mempunyai
gambaran
karakteristik
demam
periodic,
anemia
dan
splenomegali. Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing plasmodium. Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa kelesuan, malaise, sakit kepala, sakit punggung, merasa dingin, nyeri sendi dan tulang, demam ringan, anoreksia, perut tak enak dan tanda-tanda lainnya. Keluhan prodromal tersebut sering terjadi pada P. vivax dan ovale, sedangkan pada P. falciparum dan malariae keluhan prodromal ini tidak jelas, bahkan gejala dapat mendadak. Gejala yang disebut „klasik‟ yaitu terjadinya “Trias Malaria” secara berurutan: periode dingin (15-60 menit): mulai menggigil, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigigigi saling terantuk, diikuti dengan meningkatnya temperature; diikuti dengan keadaan berkeringat; kemudian periode berkeringat: penderita berkeringat banyak dan temperature turun, dan penderita merasa sehat. Trias malaria lebih sering terjadi pada infeksi P. vivax, pada P. falciparum menggigil dapat berlangsung berat ataupun tidak ada. Periode tidak panas berlangsung 12 jam pada P. falciparum, 36 jam P .vivax dan ovale, 60 jam pada P. malariae. Gejala lain yang sering ditemui pada malaria antara lain anemia (terjadi karena perusakan eritrosit, hambatan eritropoiesis). Pembesaran limpa juga dapat dijumpai setelah 3-hari serangan infeksi akut. Limpa menjadi bengkak, nyeri dan hiperemis.9
Berikut adalah
keadaan klinis dalam perjalanan infeksi malaria. Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan bermacam antigen. Antigen ini akan merangsang sel-sel makrofag atau limfosit yang mengeluarkan berbagai macam sitokin, antara lain TNF (Tumor Necrosis Factor). TNF akan dibawa aliran darah ke hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh dan terjadi demam. Proses skizogoni pada ke-empat plasmodium memerlukan waktu yang berbeda-beda. P. falciparum memerlukan waktu 36-48 jam, P. vivax/ovale 48 jam, dan P. malariae demam timbul selang waktu 2 hari. Serangan Primer adalah keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi serangan paroksismal yang terdiri dari dingin/menggigil; panas dan berkeringat. Periode Laten Periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadi infeksi. Biasa terjadi diantara
Tingkat pengetahuan..., Raditya Ardi Nugraha, FK UI, 2014
dua keadaan paroksismal. Recrudescense Berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8 minggu sesudah berakhirnya serangan primer. Keadaan ini dapat terjadi berupa berulangnya gejala klinik sesudah periode laten dari serangan primer. Reccurence Yaitu berulangnya gejala klinik atau parasitemia setelah 24 minggu berakhirnya serangan primer. Malaria berat disebabkan oleh patogenesis khusus pada P. falciparum. Eritrosit yang terinfeksi P. falciparum akan mengalami proses sekuestrasi, yaitu terkumpulnya eritrosit yang berparasit di dalam pembuluh darah kapiler.17 Pengetahuan merupakan penerangan dan kesan yang terkumpul dari pengalaman yang siap digunakan. Pengetahuan didapat dari bermacam sumber, seperti pendidikan formal ataupun non-formal. Sedangkan pengalaman diperoleh dari diri sendiri maupun orang lain.18 Pengetahuan atau kognisi berperan penting dalam membentuk perilaku seseorang. Terjadi proses berurutan sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru dalam dirinya, yaitu: 1. Awareness adalah kesadaran terhadap stimulus teriebih dahulu. 2. Interest merupakan ketertarikan yang timbul setelah mengetahui stimulus. 3. Evaluation adalah penilaian baik atau buruk stimulus bagi dirinya. 4. Trial adalah mencoba melakukan sesuai stimulus yang didapat. 5. Adaptation beradaptasi sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. 19 Berikut adalah tingkatan pengetahuan ditinjau dari segi kognitif:19 1. Mengetahui memiliki makna suatu materi yang telah dipelajari. Termasuk di dalamnya adalah mengingat sesuatu yang spesifik dari bahan yang dipelajari. 2. Memahami adalah suatu kemampuan menjelaskan obyek yang diketahui secara benar dan dapat menginterpretasikan secara benar. 3. Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari dalam situasi nyata. Aplikasi dapat berupa penggunaan hukum, rumus, metode, atau prinsip dalam suatu situasi. Contohnya penggunaan rumus statistik dalam penghitungan hasil. 4. Analisis adalah kemampuan untuk mengintegrasikan materi atau obyek ke dalam komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut. 5. Sintesis adalah meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya memecahkan, merencanakan, meringkaskan suatu teori atau rumusan yang telah ada sebelumnya. 6. Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untuk menjustifikasi atau penalaran terhadap materi atau obyek. Penalaran didasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada.
Tingkat pengetahuan..., Raditya Ardi Nugraha, FK UI, 2014
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan metode crosssectional. Pengambilan data dilaksanakan di Desa Bayah Timur, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 16 -18 Oktober 2009. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling dengan bantuan tabel angka random. Sebanyak 106 penduduk Bayah akan dipilih dengan mengunjungi sebuah pemukiman dan mendatangi rumah warga satu per satu. Variabel bebas pada pemelitian ini adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, jenis sumber informasi, dan sumber informasi yang paling berkesan. Variabel tergantung adalah tingkat pengetahuan
mengenai penyebab dan penular malaria. Data untuk penelitian ini merupakan data primer yang dikumpulkan atau didapatkan dengan cara mengajukan kuesioner kepada seluruh responden. Kuesioner dalam penelitian ini berisi pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan responden mengenai malaria. Pengolahan data dilakukan melalui proses editing, pengkodean, data entry, dan perekaman data. Setelah itu dilakukan verifikasi data. Proses analisis data yang didapat menggunakan program SPSS 17.0. Untuk menilai distribusi frekuensi darivariable yang bersifat bebas maupun variabel tergantung digunakan analisis univariat. Sedangkan untuk melihat adanya hubungan antara variable yang bersifat bebas dengan variabel yang bersifat tergantung digunakan analisis bivariat. Uji Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk penilaian adanya kaitan antara variable yang bersifat bebas dengan tingkat pengetahuan masyarakat Bayah mengenai penyebab dan penular malaria.
Pengetahuan adalah segala pengetahuan yang dimiliki responden mengenai penyebab dan penular malaria. Data dari pengetahuan didapatkan melalui pertanyaan dari kuesioner dan dilakukan pengukuran dengan pemberian nilai pada setiap jawaban. Pengetahuan dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu : 1.
Pengetahuan baik jika nilai responden ≥ 80%
2.
Pengetahuan cukup jika nilai responden 60-79%
3.
Pengetahuan kurang jika nilai responden ≤ 59%
Hasil Penelitian Kecamatan Bayah berada di daerah selatan Kabupaten Lebak dengan jarak 140 Km dari Ibukota Kabupaten. Luas daerah sebesar 15 643 Ha dengan kondisi tanah perbukitan, lahan kehutanan, perkebunan, dan garis pantai sepanjang 75 km. Sebagian besar wilayah Kecamatan Bayah terletak di tepi pantai dan banyak
Tingkat pengetahuan..., Raditya Ardi Nugraha, FK UI, 2014
terdapat danau pantai (lagoon) berisi air payau yang sesuai untuk tempat berkembangbiak Anopheles sundaicus. Di daerah tersebut juga banyak lubang galian pasir yang akan terisi air ketika hujan serta sawah dan rawa yang sesuai untuk habitat An. aconitus, An. subpictus, dan An. anularis. Pada penelitian ini (lihat tabel 4.2.1) didapatkan responden yang benisia 18-34 tahun (75,5%) berjumlah paling banyak di antara kelompok usia yang lain. Sebagian besar responden tingkat pendidikannya rendah (90,6%). Responden yang tidak bekerja (62,3%) lebih banyak dibanding responden yang bekerja (37,7%). Responden perempuan (83%) lebih banyak daripada responden laki-laki (17%). Tabel 4.2.1 Sebaran Responden Berdasarkan Usia, Pekerjaan, Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan Variabel Kelompok
Kategori
Jumlah Persentase
18-34 tahun
80
75,5
35-50 tahun
19
17,9
>50 tahun
7
6,6
Tingkat
Rendah
96
90,6
Pendidikan
Sedang
7
6,6
Tinggi
3
2,8
Bekerja
40
37,7
Tidak Bekerja
66
62,3
Jenis
Laki-laki
18
17
Kelamin
Perempuan
88
83
Usia
Pekerjaan
Tabel 4.2.2 Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Sumber Informasi Jumlah Sumber Informasi
Jumlah
%
Tidak mendapat informasi
0
0
Hanya 1 sumber informasi
84
79,2
2 sumber informasi
14
13,2
3 sumber informasi
6
5,7
Tingkat pengetahuan..., Raditya Ardi Nugraha, FK UI, 2014
4 sumber informasi
1
0,9
5 sumber informasi
1
0,9
Dari Tabel 4.2.2 diketahui bahwa tidak ada responden yang tidak mendapat informasi mengenai malaria. Dengan kata lain, semua responden telah mendapat informasi tentang malaria. Responden paling banyak menerima dari satu informasi. 79,2% responden hanya mendapat informasi mengenai malaria dari satu sumber informasi.
Tabel 4.2.3 Sebaran Responden Berdasarkan Sumber Informasi Paling Berkesan Sumber Informasi Paling Berkesan
Jumlah
%
Petugas kesehatan
26
24,5
Media cetak
1
0,9
Media elektronik
56
52,8
Kegiatan setempat
3
2,8
Keluarga
1
0,9
Tetangga
11
10,4
Lain-lain
6
5,7
Dari Tabel 4.2.3 terlihat bahwa 52,8% responden menyatakan media elektronik sebagai sumber informasi yang paling berkesan.
Tingkat pengetahuan..., Raditya Ardi Nugraha, FK UI, 2014
Variabel
Tingkat Perilaku
Kategori
Baik
Cukup
Kurang
Kelompok
18-34 tahun
0
1
79
Usia
35-50 tahuna
0
0
19
>50 tahunb
0
0
7
Laki-laki
0
0
18
Jenis Kelamin
Perempuan
0
1
87
Mendapat <
0
1
97
P
1
1
Uji
Kolmogorovsmirnov
Kolmogorovsmirnov
3 sumber Jumlah
informasi
Sumber
Mendapat> 3
Informasi
0
0
8
0
0
57
1
Kolmogorovsmirnov
sumber informasi
Sumber
Media
Informasi
1
Paling Berkesan Tingkat Pendidikan
Pekerjaan
Non-Media
0
1
48
Rendah
0
1
95
Sedangc
0
0
7
d
Tinggi
0
0
1
Bekerja
0
0
40
Tidak
0
1
65
1
1
Bekerja
Kolmogorovsmirnov
Kolmogorovsmirnov
Kolmogorovsmirnov
Keterangan : a dan b digabung untuk keperluan analisis c dan d digabung untuk keperluan analisis
Tabel 4.2.4 Tingkat Perilaku Responden Dalam Menggunakan Kelambu dan Faktor-Faktor yang Berhubungan Mayoritas responden (99,05%) memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang penyebab dan penular malaria. Pada Tabel 4.2.4 terlihat bahwa tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan..., Raditya Ardi Nugraha, FK UI, 2014
responden mengenai penyebab dan penular malaria tidak berbeda bermakna dari kategori kelompok usia, jenis kelamin, jumlah sumber informasi, sumber informasi yang paling berkesan, tingkat pendidikan, maupun pekerjaan. Pembahasan Malaria disebabkan oleh Plasmodium dan di kecamatan Bayah, Plasmodium yang terbukti menjadi penyebab malaria adalah P. vivax dan P. falciparum. Vektor malaria yang ditemukan di Kecamatan Bayah adalah An. sundaicus, yang berkembangbiak di lagoon, dan An. subpictus, An. anularis, dan An. aconitus yang berkembang biak di rawa, dan bekas galian pasir. Mobilitas penduduk Bayah tergolong tinggi karena di daerah tersebut terdapat tambang batubara, emas dan pasir. Keadaan itu memudahkan penularan malaria. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan, adalah melalui penyuluhan kesehatan. Benthem et al.20 melaporkan bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan mengenai penyakit tertentu lebih sering melakukan upaya pencegahan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir seluruh responden memiliki tingkat pengetahuan yang kurang (99%) mengenai penyebab dan penular malaria. Jumlah responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup hanya seorang (0,9%) dan tidak ada responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik (0%). Kategori usia dibagi menjadi dua kelompok dalam analisis, yaitu usia 18-34 tahun dan usia diatas 34 tahun. Kelompok usia 18-34 tahun memiliki jumlah responden yang tingkat pengetahuan kurangnya lebih banyak yaitu 80 orang (75,5%) dibanding kelompok usia di atas 34 tahun yang hanya 26 orang (24,5%). Setelah dilakukan analisis menggunakan uji Kolmogorov-Smimov, hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok usia dengan pengetahuan responden mengenai sumber penularan malaria (p > 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa, tingkat pengetahuan mengenai penyebab dan penular tidak berhubungan dengan usia. Penelitian lain yang memiliki hasil serupa antara lain dilakukan oleh Theresia et al.21 di Nusa Tenggara Timur. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa usia responden tidak memiliki hubungan dengan tingkat pengetahuannya. Dari hasil yang didapatkan, maka diperlukan upaya lebih dalam meningkatkan pengetahuan tentang penyebab dan penular malaria kepada semua kelompok usia, salah satu contohnya melalui program penyuluhan kesehatan. Menurut Muller et al.22 terdapat pemikiran dan impresi bahwa perempuan lebih menyadari pentingnya kesehatan dibandingkan dengan pria, dan menunjukkan kecenderungan untuk mencari layanan preventif dalam kesehatan. Hal ini, sebagaimana dicatatkan oleh Stern et al.23 dapat dihubungkan dengan peran wanita dalam menjaga kesehatan keluarga sejak awal keberadaan manusia. Namun, dari hasil penelitian didapatkan tingkat pengetahuan yang kurang dari responden
Tingkat pengetahuan..., Raditya Ardi Nugraha, FK UI, 2014
perempuan, yaitu 87 orang (82%) mengenai penyebab dan penular malaria. Jumlah tersebut lebih banyak dari tingkat pengetahuan yang kurang dan responden laki-laki, yang hanya 18 orang (17%). Namun setelah diuji dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara jenis kelamin dengan pengetahuan mengenai penyebab dan penular malaria (p > 0,05). Karena tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan mengenai penyebab dan penular malaria dengan jenis kelamin responden, diperlukan upaya penyuluhan serta pemberian informasi mengenai penyebab dan penular malaria terhadap masyarakat Kecamatan Bayah, tanpa mempertimbangkan faktor jenis kelamin. Sumber informasi dalam penelitian ini dibagi dalam dua kategori, yaitu responden yang mendapatkan informasi dari tiga jenis sumber atau lebih, dan responden yang mendapatkan kurang dari tiga jenis sumber informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mendapat sumber infonnasi kurang dari tiga jenis lebih banyak yang memiliki tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 97 orang (91,5%) dibandingkan dengan responden yang mendapat sumber informasi lebih dari tiga jenis yang hanya 8 orang (7,5%). Setelah dilakukan uji statistik dengan metode Kolmogorov-Smirnov, hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara jumlahsumber informasi dengan pengetahuan mengenai penyebab dan penular malaria (p > 0,05). Hasil tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Khynn et al.24di Myanmar. Hasil penelitian tersebut melaporkan bahwa responden yang terpapar dengan media kesehatan dalam format cetak maupun elektronik memiliki tingkat pengetahuan yang lebih baik dari mereka yang tidak terpapar. Ketidaksesuaian ini dapat disebabkan oleh karena tidak tersedianya sumber informasi, sumber informasi yang sulit dipahami responden, dan kurangnya frekuensi responden terpapar dengan sumber informasi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Aviles et al.25 di Honduras menunjukkan adanya korelasi tingkat pengetahuan masyarakat mengenai penyakit dengan jumlah suatu institusi kesehatan yang memberikan informasi kesehatan di daerah tersebut. Masyarakat yang memiliki institusi kesehatan berupa rumah sakit atau LSM yang lebih banyak memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lebih sedikit. Kualitas sumber informasi perlu ditingkatkan sehingga informasi yang diberikan memuat keterangan menyeluruh namun tetap informatif mengenai sumber penularan malaria. Penyuluhan dapat diberikan melalui berbagai media yang menarik seperti film, slide-show, brosur maupun pamflet yang dibuat semenarik dan seinformatif mungkin sehingga mudah dipahami. Meskipun hasil penelitian tidak menunjukkan hubungan yang bermakna, perlu dipertimbangkan untuk dilakukan penambahan jumlah sumber informasi untuk mempermudah akses informasi kesehatan kepada masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 57 orang responden (53,7%) yang memilih media cetak dan elektronik sebagai sumber informasi yang paling berkesan ternyata memiliki tingkat pengetahuan yang kurang. Sementara itu 48 orang responden (45,3%) yang memilih sumber informasi non-media, seperti petugas kesehatan, kegiatan setempat, keluarga, tetangga, dan lain-
Tingkat pengetahuan..., Raditya Ardi Nugraha, FK UI, 2014
lain sebagai sumber informasi bagi mereka yang paling berkesan, juga memiliki tingkat pengetahuan kurang. Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa responden dengan tingkat pengetahuan kurang yang memilih media lebih banyak dari responden yang memilih non-media sebagai sumber informasi paling berkesan. Namun setelah melalui uji statistik KolmogorovSmimov, tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara sumber informasi yang paling berkesan dengan pengetahuan mengenai penyebab dan penular malaria (p > 0,05). Dengan kata lain, tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan responden tentang penyebab dan penular malaria dengan sumber informasi yang paling berkesan. Perbedaan lain ditunjukkan dengan hasil penelitian Khynn et al.24 yang menyatakan bahwa seseorang yang mendapatkan informasi dari media cetak dan media elektronik (terutama televisi) memiliki tingkat pengetahuan terhadap kesehatan yang lebih tinggi dari yang tidak pernah mendapatkan informasi dari kedua media tersebut. Berdasarkan hasil penelitian di atas, pemberian informasi yang menarik dan informatif adalah solusi yang baik dalam meningkatkan pengetahuan warga maupun individual, khususnya tentang penyebab dan penular malaria. Pemberian infonnasi dapat dilakukan melalui media cetak seperti pamflet dan poster, atau melalui media elektronik seperti slide show dan film. Selain itu, orang yang memberikan informasi sebaiknya adalah orang yang memiliki kompetensi seperti petugas kesehatan. Pada hasil penelitian terlihat mayoritas responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang berada pada kategori tingkat pendidikan rendah yaitu 95 orang (89,6%) sedangkan 8 orang sisanya (7,54%) berada pada kategori tingkat pendidikan sedang hingga tinggi. Pada uji Kolmogorov-Smirnov, tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan mengenai penyebab dan penular malaria. Dengan kata lain, tingkat pengetahuan responden mengenai gejala klinis malaria tidak berhubungan dengan tingkat pendidikannya. Hasil penelitian Koram et al.26 di Gambia menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara risiko malaria dengan tingkat pendidikan. Namun demikian, penelitian lain yang dilakukan oleh Zega27 di Kabupaten Kulon Progo dan Siahaan28 di Kecamatan Tanjung Balai ternyata menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemahaman serta sikap pencegahan terhadap malaria. Dari hasil- hasil penelitian diatas, baik responden dengan tingkat pendidikan rendah dan tinggi perlu diberikan penyuluhan tentang penyebab dan penular malaria secara informatif dan dinamis untuk meningkatkan tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat. Dari hasil penelitian terlihat bahwa jumlah responden yang tidak bekerja memiliki tingkat pengetahuan kurang lebih banyak, yaitu sejumlah 65 orang (61,3%) dibanding jumlah responden yang bekerja yaitu 40 orang (37,7%). Perbedaan ini ternyata tidak bermakna setelah melalui uji
Tingkat pengetahuan..., Raditya Ardi Nugraha, FK UI, 2014
analisis dengan metode Kolmogorov- Smirnov (p > 0,05), Dengan kata lain, tingkat pengetahuan responden tentang gejala klinis malaria tidak memiliki hubungan dengan pekerjaannya. Hasil tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitrajaya29 di Kalimantan Barat. Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa orang yang bekerja akan lebih banyak terpapar oleh sumber informasi baru dibandingkan dengan orang yang tidak bekerja, oleh karena itu akan mempengaruhi perbedaan tingkat pengetahuan di antara keduanya. Berdasarkan penelitian ini, nampak bahwa status pekerjaan seseorang tidak dapat dijadikan patokan dalam menilai tingkat pengetahuan penyebab dan penular malaria. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya hubungan antara mata pencaharian responden dengan subjek malaria. Dapat dilakukan suatu upaya promosi kesehatan khususnya tentang penyebab dan penular malaria apapun jenis pekerjaanyang ada di masyarakat.
Kesimpulan 1.
Sebaran karakteristik responden berusia 18-34 tahun. Jumlah responden yang bekerja sebanyak 37 orang dan yang tidak bekerja sejumlah 64 orang. Tingkat pendidikan responden rata-rata rendah, dan perempuan adalah jenis kelamin terbanyak.
2.
Tingkat pengetahuan masyarakat Kecamatan Bayah ProvinsiBanten mengenai penyebab dan penular malaria tergolong kurang.
3.
Tingkat pengetahuan masyarakat Kecamatan Bayah Provinsi Banten mengenai penyebab dan penular malaria tidak berhubungan dengan jenis kelamin, usia, pekerjaan,tingkat pendidikan maupun sumber informasi.
Saran 1.
Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai sumber penularan malaria perlu ditingkatkan dengan memberi penyuluhan kesehatan melalui ceramah dan diskusi, pamflet, brosur, media elektronik dengan cara penyampaian yang menarik dan mudah dimengerti.
2.
Penyuluhan diberikan kepada semua lapisan masyarakat tanpa memperhatikan karakteristik demografi.
3.
Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut untuk mendapatkan data tingkat pengetahuan masyarakat mengenai sumber penular malaria setelah diberikan penyuluhan kesehatan.
Tingkat pengetahuan..., Raditya Ardi Nugraha, FK UI, 2014
Daftar Pustaka 1.
Akal YG. Pengetahuan, tindakan, dan persepsi masyarakat tentang kejadian malaria dalam kaitannya dengan kondisi lingkungan. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga; 2006.
2.
Sukowati S, Sapardiyah S, Lestari EW. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat tentang Malaria di Daerah Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Ekologi Kesehatan; 2003
3.
Mert A, Ozaras R, Tabak F, Bilir M, Ozturk R, Aktuglu Y. Malaria in Turkey: a review of 33 cases. European Journal of Epidemiology. 2003; 18:579-82.
4.
Hlongwana KW, Mabaso ML, Kunene S, Govender D, Maharaj R. Community knowledge, attitudes, practices (KAP) on malaria in Swaziland : a country earmarked for malaria elimination. Malaria Journal. 2009; 8:29
5.
Wijaya AM. Pola penularan malaria di daerah ekosistem pantai: wabah KLB malaria di Puskesmas DTP Bayah Kabupaten Lebak. Jakarta; 2006.
6.
Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak. Data kasus malaria bulanan. Lebak: Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak; 2009.
7.
Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Tasikmalaya. Malaria. Diunduh dari http://dinkes.tasikmalaya.go.id/index.php/informasi-penyakit/200-malaria.html (Diunduh pada tanggal 5 Mei 2011).
8.
Dorland, Newman WA. Dorland’s illustrated medical dictionary. 30th ed. Philadelphia: Saunders; 2003. p.1741
9.
Harijanto PN. Malaria. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, ed. Buku ajar ilmu penyakit dalam Ed. ke-5. Jakarta, InternaPublishing; 2009. Hal: 2813-25.
10.
Laihad FJ, Arbani PR. Malaria: dari molekuler ke klinis. EGC; 2001; Hal. 1.
11.
Pribadi W, Sungkar S. Malaria. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 1994; 1-12
12.
Hiswani. Gambaran penyakit dan vektor Malaria di Indonesia. FKM USU; 2004.
13.
Aster J. Sistem hematopoetik dan limfoid. Dalam: Kumar V, Cotran RS, Robbins SL, ed. Robbins buku ajar patologi Ed ke-7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007. p.458.
14.
Zulhasril. Vektor protozoa dalam : Gandahusada S, Ilahude H, ed. Parasitologi Kedokteran. Ed. 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2004; 252-7.
15.
Munif A, Imron M. Panduan Pengamatan Nyamuk Vektor Malaria. Jakarta: Sagung Seto; 2010.
16.
Amalia S. Habitat perkembangbiakan dan beberapa aspek perilaku Anopheles sundaicus di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan. IPB; 2009.
Tingkat pengetahuan..., Raditya Ardi Nugraha, FK UI, 2014
17.
Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2009.
18.
Muhibbin S, Psikologi pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya; 2003.
19.
Purwanto MN. Ilmu pendidikan : Teori dan Praktik. Ed. 2. Bandung : Remaja Rosdakarya; 2003.
20.
Benthem BHB, Khantikul N, Panart K, Kessels PJ, Somboon P, Oskam L. Knowledge and use of prevention measures related to dengue in northern Thailand. Tropical Medicine and International Health; 2002; 7: 993-9.
21.
Theresia M. Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Pencegahan Malaria di Daerah Endemis.
Surabaya : Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga; 2001. 22.
Muller, C.F. Healthcare and gender. New York: Russell Sage Foundation; 1990
23.
Stern, P.N. (Ed.). Women, health, and culture. New York: Hemisphere Publishing Corp; 1986.
24.
Khynn TW, Sian ZN, Aye M. Community-based assessment of dengue-related knowledge among caregivers. Dengue Bulletin. 2004; 28: 189-95
25.
Aviles MV, Cuesta J. Information, Externalities and Socioeconomics of Malaria in Honduras: A Preliminary Analysis. IADB; 2009.
26.
Koram KA. Socio-economic risk factors for malaria in a peri-urban area of The Gambia. Transactions of the Royal Society of Tropical Medicine and Hygiene; 1995.
27.
Zega A. Hubungan kejadian malaria dengan penghasilan pendidikan, perilaku pencegahan dan perilaku pengobatan masyarakat di Kabupaten Kulon Progo. UGM; 2007.
28.
Siahaan R. Determinan tindakan masyarakat dalam pemberantasan Malaria di Kecamatan Tanjung Balai, Asahan. USU; 2008.
29.
Fitrajaya D. Pengetahuan dan sikap masyarakat Kelurahan Tanjung Hulu terhadap pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN-DBD) di Kota Pontianak tahun 2000 [skripsi]. Jakarta: FKMUI; 2002.
Tingkat pengetahuan..., Raditya Ardi Nugraha, FK UI, 2014