1
Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Keperawatan Universitas X tentang Risiko Kanker akibat Mengonsumsi Makanan Mengandung Karsinogen Lidia Simatupang 1, Lestari Sukmarini 2 2.
1. Mahasiswa Program S1 Reguler, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Dosen Keperawatan Medikal Bedah, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok 16424 Indonesia E-mail:
[email protected]/
[email protected]
ABSTRAK Pencegahan kanker dengan cara menghindari konsumsi makanan yang dibakar dan makanan yang mengandung bahan tambahan pada makanan seperti pemanis sintetik, pewarna sintetik, pengawet dan penyedap rasa sangat penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa keperawatan kota Depok tentang risiko kanker akibat mengonsumsi makanan mengandung karsinogen. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan desain cross-sectional. Jumlah sampel penelitian 100 responden dengan teknik pengambilan sampel proporsional stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa keperawatan memiliki tingkat pengetahuan tinggi 33%, tingkat pengetahuan sedang 49%, dan tingkat pengetahuan rendah 18%. Disimpulkan bahwa mahasiswa keperawatan memiliki pengetahuan yang cukup tentang karsinogen pada makanan. Pemaparan tingkat pengetahuan perlu dilakukan untuk mengetahui faktor penyebab munculnya perilaku mengonsumsi makanan mengandung karsinogen pada mahasiswa serta penyempurnaan modul mata kuliah ilmu dasar keperawatan. Kata kunci: mahasiswa keperawatan, makanan mengandung karsinogen, perilaku mengonsumsi, tingkat pengetahuan. ABSTRACT
Knowledge level nursing students of cancer risk due eating food contain carcinogens. Cancer prevention by avoiding the consumption of food that is burned, additives in foods such as synthetic sweeteners, synthetic dyes, preservatives and flavoring is very important. This study aims to describe the level of knowledge about the nursing students Depok cancer risk from eating foods containing carcinogens. This research is descriptive quantitative research with crosssectional design. Total sample of 100 respondents with a sampling technique proportionate stratified random sampling. The results showed that nursing students have a 33% higher level of knowledge, 49% moderate level of knowledge, and 18% lower level of knowledge. It was concluded that nursing students have enough knowledge about carcinogens in food. The exposure level of knowledge needs to be done to determine the causes of the emergence of behavioral eating foods containing carcinogens on the student as well as the improvement of basic science modules nursing courses. Keyword: nursing student, foods contain carcinogens, eating behavior, the level of knowledge
PENDAHULUAN Kanker merupakan bagian dari neoplasma yaitu jaringan abnormal yang tumbuh secara terus menerus dengan tidak terkoordinasi meskipun rangsangan yang memicu pertumbuhan telah berhenti (Willis (2001) dalam Kumar, Cotran, Robins, 2007). Neoplasma disebut kanker apabila memiliki
tanda-tanda seperti berdiferensiasi buruk yaitu tidak mirip dengan sel asal, bermetastasis, dan merusak jaringan disekitarnya (Kumar et al., 2007). Peristiwa ini terjadi akibat adanya mutasi yaitu peristiwa perubahan struktur atau urutan susunan DNA yang mengakibatkan penyimpangan struktur dan fungsi pada
Tingkat pengetahuan..., Lidia Simatupang, FIK, 2014
2
sintesis protein sehingga pertumbuhan abnormal (Pringgoutomo et al., 2002).
menghasilkan pada sel
mengandung Bahan Tambahan Pangan (BTP) seperti pengawet kimia, pemanis sintetis, pewarna sintetis, dan penyedap.
Menurut WHO (2010) kanker merupakan penyebab kesakitan dan kematian yang peningkatan prevalensinya semakin sulit untuk dihindari. Menurut WHO (2012), kanker merupakan penyebab kematian nomor dua tertinggi di dunia setelah kardiovaskuler dan jumlah penderitanya terus meningkat. Pada tahun 2005, catatan statistik kanker memuat jumlah penderita kanker sebanyak 1,3 juta kasus dan sebanyak 570 ribu kasus yang meninggal. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan drastis penderita kanker menjadi 12,7 juta kasus dan yang meninggal sebanyak 7,6 juta kasus.
Karsinogen pada makanan yang dibakar adalah hasil pembakarannya yaitu HPA (Hidrocarbon Polisiklik Aromatik (CanoLerida et al., 2008). Karsinogen pada makanan yang mengandung Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang menjadi pemicu kanker adalah bahan pangan itu sendiri yang digunakan melewati batas aman yang telah ditentukan (Chahaya, 2003). BTP seperti pemanis dan pewarna sintetik menghasilkan karsinogen melalui reaksi penguraian/degradasi oleh suatu enzim (Renita et al., 2004). Pada penyedap rasa makanan, sifatnya yang karsinogenik memunculkan aktivitas yang dapat menurunkan sistein yaitu penangkal radikal bebas dalam tubuh manusia (Peter et al., 1992). Karsinogrm pada pengawet makanan adalah turunan dari senyawa zat pewarna tersebut (Muchtadi, 2008).
Di Indonesia, menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2003) kematian akibat kanker tahun 1992 ada 4,8%, tahun 1995 meningkat menjadi 5,0% dan tahun 2001 meningkat lagi menjadi 6,0%. Menurut SKRT (2010), kematian akibat kanker mencapai 13,33%. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2007) kanker merupakan penyebab kematian nomor tujuh di Indonesia setelah stroke, Tuberkulosis (TB), hipertensi, cedera, perinatal, dan diabetes mellitus namun, kanker berada pada urutan nomor tiga terbanyak dialami oleh masyarakat Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia (2007) jumlah penduduk Indonesia sekitar 234 juta jiwa dan sekitar 10,2% penduduknya mengalami kanker (Riskesdas, 2007). Menurut Davey (2002) ada beberapa faktor yang menyebabkan individu berisiko kanker salah satunya makanan. Faktor diet merupakan faktor yang sangat berperan pada fase promosi yaitu fase perkembangan dan pembelahan diri secara terus menerus pada tumor (Jong, 2002). Davey (2002) menyebutkan jenis makanan yang dapat memicu pertumbuhan kanker yaitu makanan yang dibakar dan makanan yang
Ilmu keperawatan merupakan salah satu bidang ilmu yang mempelajari teori neoplasma meliputi definisi neoplasma, faktor-faktor penyebab neoplasma, dampak penyebab neoplasma terhadap DNA, konsep pertumbuhan neoplasma, dan pencegahan terhadap kanker. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa keperawatan memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai karsinogen dan kanker. Responden sebagai mahasiswa kesehatan dan memiliki pengetahuan tersebut sebenarnya diharapkan mau mengaplikasikan pola perilaku hidup sehat dengan mengurangi konsumsi makanan mengandung karsinogen. Fenomena yang memperlihatkan perilaku mengonsumsi dengan pengalaman telah mempelajari teori neoplasma pada responden membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa keperawatan tentang risiko kanker akibat mengonsumsi makanan mengandung karsinogen.
Tingkat pengetahuan..., Lidia Simatupang, FIK, 2014
3
METODE Penelitian ini bersifat kuantitatif deskriptif menggunakan desain cross sectional. Pengambilan data dilakukan di fakultas Rumpun Ilmu Kesehatan terhadap mahasiswa Keperawatan Universitas X pada tanggal 10 Mei 2014. Mahasiswa yang menjadi sampel penelitian adalah yang menyetujui informed consent, bersedia mengisi kuesioner, telah mempelajari teori neoplasma dan dinyatakan lulus terhadap teori tersebut pada semester dua. Metode sampling yang digunakan adalah proporsional stratified random sampling sehingga didapatkan sampel berjumlah 100
responden. Pengambilan data menggunakan kuesioner mengenai data demografi responden yaitu usia, jenis kelamin, tingkat semester, lingkungan/tempat tinggal dan dua puluh pertanyann untuk mengukur tingkat pengetahuan tentang risiko kanker akibat mengonsumsi makanan mengandung karsinogen. Data yang diperoleh diberikan kode dan dioalah dengan menggunakan program komputer. Skala yang digunakan pada karakteristik responden adalah nominal kecuali usia interval sedangkan untuk tingkat pengetahuan dengan skala ordinal. Data selanjutnya diolah dengan distribusi frekuensi.
HASIL Penelitian ini diikuti oleh 100 responden mahasiswa Keperawatan Universitas X. Hasil penelitian menunjukkan jenis kelamin responden perempuan yaitu 95 responden (95,0%), mayoritas anak kost dan memiliki rerata usia 20,42 dengan standar deviasi 0,997 (95% CI, 20,22 ; 20,62). Usia termuda adalah 18 tahun dan usia tertua 23 tahun. Distribusi berdasarkan karakteristik responden dapat dilihat dengan jelas pada tabel 1, tabel 2, dan tabel 3. Tabel 2: Distribusi Usia Responden Tahun 2014 (n = 100) Variabel
%
Mean
SD
Min-
Tabel 1: Distribusi Jenis Kelamin Responden Tahun 2014 (n = 100)
No
Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase (%)
1
Laki-laki
5
5,0
2
Perempuan
95
95,0
Jumlah
100
100,0
Tabel 3: Distribusi Tempat Tinggal Responden April 2014 (n = 100)
95% CI Variabel
Maks Usia
Angkatan
Tempat
2010
2011
Jumlah
2012
2010-2012
100
20,42
0,997
18-23
20,22 - 20,62
tinggal
F
%
F
%
F
%
Variabel
%
Mean
SD
Min-
95% CI
Orang
7
7,0
12
12,0
12
12,0
31
Kost
28
28,0
17
17,0
20
20,0
65
Saudara
1
1,0
2
2,0
1
1,0
4
Jumlah
36
36,0
31
31,0
33
33,0
100
Maks
tua
Usia 2010
36
21,22
0,637
20 - 24
21,01 - 21,44
2011
31
20,55
0,723
20 - 23
20,28 - 20,81
2012
33
19,42
0,614
18 - 21
19,21 - 19,42
Tingkat pengetahuan..., Lidia Simatupang, FIK, 2014
4
Hasil penelitian tentang pengukuruan tingkat pengetahuan responden tentang risiko kanker akibat mengonsumsi makanan mengandung karsinogen diperoleh mayoritas memiliki tingkat pengetahuan sedang/cukup yaitu 49
responden pengukuran keperawatan jelas
(49,0%). Distribusi hasil tingkat pengetahuan mahasiswa Universitas X dapat dilihat lebih pada tabel 4.
Tabel 4: Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan April 2014 (n = 100)
Pengetahuan
Karakteristik
No
Responden
Tinggi
Sedang
Total
Rendah
n
%
n
%
n
%
n
%
Jenis Kelamin 1
Laki-laki
2
40,0
3
60,0
0
0,0
5
100,0
2
Perempuan
31
32,6
46
48,4
18
18,9
95
100,0
Total
33
33,0
49
49,0
18
18,0
100
100,0
Tempat Tinggal 1
Dengan orang tua
12
38,7
12
38,7
7
22,6
31
100,0
2
Kost
20
30,8
34
52,3
11
16,9
65
100,0
3
Dengan saudara
1
25,0
3
75,0
0
0,0
4
100,0
Total
33
33,0
49
49,0
18
18,0
100
100,0
Angkatan 1
2010
17
47,2
16
44,4
3
8,3
36
100,0
2
2011
6
19,4
17
54,8
8
25,8
31
100,0
3
2012
10
30,3
16
48,5
7
21,2
33
100,0
Total
33
33,0
49
49,0
18
18,0
100
100,0
PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden memiliki tingkat pengetahuan cukup atau sedang tentang risiko kanker akibat mengonsumsi makanan mengandung karsinogen. Hasil penelitian gambaran tingkat pengetahuan responden tentang kanker dan makanan mengandung karsinogen yang mayoritas memiliki tingkat pengetahuan sedang sejalan dengan hasil penelitian Memis (2012) tentang food safety knowledge and practices of nursing students in Turkey yang
mayoritas responden pengetahuan sedang.
memiliki
tingkat
Hasil penelitian tidak sejalan dengan hasil penelitian Ranjbar (2011) tentang nutrition knowledge, the attitude and practices of college students. Ranjbar (2011) melakukan penelitian terhadap mahasiswa rumpun kesehatan khusususnya mahasiswa keperawatan dengan mahasiswa bukan rumpun kesehatan di Universitas Razi, Iran. Hasil penelitian Ranjbar (2011) menunjukkan bahwa
Tingkat pengetahuan..., Lidia Simatupang, FIK, 2014
5
mahasiswa keperawatan memiliki tingkat pengetahuan lebih tinggi dibandingkan mahasiswa bukan rumpun kesehatan dengan persentase mencapai 60,08% dari 100 responden. Peneliti meyakini bahwa penyebab perbedaan hasil penelitian yang dilakukan oleh Memis (2012) dan peneliti dengan Ranjbar (2011) mungkin disebabkan oleh perbedaan responden penelitian. Responden penelitian peneliti dan Memis (2012) adalah mahasiswa keperawatan sehingga tingkat kesulitan kuesioner bagian pengetahuan disesuaikan dengan kemampuan dan ilmu keperawatan sedangkan responden pada penelitian Ranjbar (2011) adalah mahasiswa keperawatan dengan bukan keperawatan. Oleh karena itu, pertanyaan kuesioner pada bagian pengetahuan berisi pertanyaan tentang pengetahuan secara umum. Hasil penelitian menunjukkan reponden mayoritas memiliki tingkat pengetahuan sedang/cukup tentang risiko kanker akibat mengonsumsi makanan mengandung karsinogen. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif pada responden bukan dikarenakan faktor ketidaktahuan tetapi ada faktor lain yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan penguat (Lawrence Green (1980) dalam Notoadmodjo, 2007). Oleh karena itu, responden sebagai mahasiswa kesehatan
sebenarnya diharapkan mampu menerapkan ilmu pengetahuan tersebut untuk mencegah kanker dengan cara menghindari konsumsi makanan mengandung karsinogen meskipun lingkungan mayoritas menyediakan makanan tersebut. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi terhadap metode pembelajaran yang diaplikasikan fakultas keperawatan kota Depok dengan tingkat pengetahuan responden tentang neoplasma. Oleh karena itu, penelitian ini dapat menjadi pertimbangan untuk menyempurnakan modul mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan dengan memasukkan materi makanan mengandung karsinogen dan pengkajian risiko kanker sesuai dengan karsinogen pada makanan di sekitar kampus. Peneliti juga menyadari bahwa penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu jumlah sampel hanya 100 dari 333 responden. Peneliti menyadari bahwa 100 responden belum bisa dikatakan sudah mewakili seluruh mahasiswa keperawatan Universitas X, sebaiknya minimal 150 responden. Peneliti juga menyadari bahwa pertanyaan pada kuesioner belum memiliki standar validitas yang baku karena merupakan hasil modifikasi, hanya dilakukan uji keterbacaan sebanyak dua kali sebagai uji validitas, dan hanya terbatas untuk mengukur tingkat pengetahuan.
KESIMPULAN Dari hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden dapat disimpulkan bahwa mahasiswa FIK UI yaitu 95,0% berjenis kelamin perempuan, rerata usia 20,24 tahun, standar deviasi 0,997 (95% CI, 20,22 ; 20,62) dengan usia termuda 18 tahun dan usia tertua 23 tahun, dan 65,0% mahasiswa FIK UI merupakan anak kost. Berdasarkan tingkat
pengetahuan, mayoritas responden memiliki pengetahuan sedang tentang makanan mengandung karsinogen dapat menyebabkan kanker dan perubahan yang disebabkan oleh karsinogen sehingga terjadi kanker. Saran untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya peneliti menghubungkan tingkat pengetahuan dengan sikap responde penelitian.
Tingkat pengetahuan..., Lidia Simatupang, FIK, 2014
6
REFERENSI American Dietetic Association. (2004). Use of nutritive and nonnutritive sweeteners. Journal of American Dietetic Association, 104(2), 25575. Anderson K.E., Sinha, R., Kuldorff M. et al. (2002). Meet intake and cooking technique: association with pancreatic cancer. Mutation research, 70(6), 2406-2414. Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2007. Banda, M., Speyer, C.L., Semma, N.S., Osuala, O.K., Kounalakis, N. et al. Metabotropic glutamate receptor-1 contributes to progression in triple negative breast cancer. Journal of Nutrition. doi: 10.1371/journal.pone.0081126. Cano-Leride, L., et al. (2008). Polycyclic aromatic hydrocarbons dalam bioactive compounds in food. Oxford: Blackwell Publishing. Chahaya. (2003). Bahan tambahan makanan, manfaat, dan dampaknya terhadap kesehatan. Info kesehatan, 7(1), 38-45. Cross, A.J. & Sinha, R. (2004). Meat-related mutagens/carcinogens in the etiology of colorectal cancer. Environmental and Molecular Mutagenesis, 44(1), 44-55. Davey, P. (2002). At a glance medicine. Jakarta: Erlangga.
Departemen Kesehatan RI. (2005). Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2003. Departemen Kesehatan RI. (2011). Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2010. doi: 10.1093/intimm/4.17. Gibney, M.J., Margarets, B.M., Kearney, J.M., Arab, L. (2005). Gizi kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC. Harvey, R.G. (2011). Historical overview of chemical carcinogenesis dalam chemical carcinogenesis. Philadelphia: Springer. Jong, D. W. (2002). Kanker, apa itu: pengobatan, harapan hidup, dan dukungan keluarga. Jakarta: Arcan. Kumar et al. (2007). Buku ajar patologi. Jakarta: EGC. Notoadmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Peter, H.E., Thomas, M., Heinrich, R., Gerd, F., Christoph, P., Matthias, S. et al. (1992). T4+ cell numbers are correlated with plasma glutamate and cystine levels: association of hyperglutaemia with immunodeficiency in disease with different etiologies. International Immunology, 4(1), 7-13. Pringgoutomo, S., et al. (2002). Buku ajar patologi I (Umum). (Ed. Ke-1). Jakarta: Sagung Seto. WHO. (2010). World health statistic 2009. France. Diakses pada tanggal 20 Maret 2014 dari http://www.who.int/%20healthinfo/statistics/pr ogramme/en/.
Tingkat pengetahuan..., Lidia Simatupang, FIK, 2014