451
TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA-SISWI TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI SEKOLAH DASAR
Maria Sumaryati Dosen Tetap Akademi Keperawatan Sandi Karsa Makassar
ABSTRAK Pembangunan kesehatan yang diarahkan pada Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat dilihat dari indikator derajat kesehatan dan target tahun 2010yang telah menetapkan standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan Kabupaten/Kota yaitu persentase rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat 65 % dan persentase rumah sehat 80 %, persentase keluarga yang memiliki akses terhadap air bersih 85 %. Penyakit yang muncul akibat rendahnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat antara lain, cacingan, diare, sakit gigi, sakit kulit, gizi buruk, dan lain sebagainya yang ada pada akhirnya akan mengakibatkan rendahnya derajat kesehatan Indonesia dan rendahnya kualitas hidup sumber daya manusia. Hal ini mendasari peneliti melakukan penelitian ini untuk menggambarkan tingkat pengetahuan dan sikap siswa-siswi Sekolah Dasar Negeri 79 Enrekeng Kabupaten Soppeng tentang Perilaku hidup bersih dan sehat untuk dijadikan sebagai acuan untuk melakukan intervensi permasalahan. Metode yang digunakan dalam penelitianini yaitu menggunakan kuesioner yang diikuti wawancara. Sampelyang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas 5 Sekolah Dasar Negeri 79 Enrekeng Kabupaten Soppeng yang berusia 9 tahun sebanyak 9 orang, yang berusia 10 tahun sebanyak 10 orang dan yang berusia 11 tahun sebanyak 1 orang. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa siswa-siswi di Sekolah Dasar Negeri 79 Enrekeng Kabupaten Soppeng memilki pengetahuan dengan kategori baik sebesar 95 %, pengetahuan dengan kategori sedang sebesar 5 %, sedangkan pengetahuan dengan kategori buruk tidak ada. Sikap dengan kategori baik sebesar 25 %, sikap dengan kategori sedang 75 %, sedangkan sikap dengan kategori buruk tidak ada. Tingkat pengetahuan responden tentang perilaku hidup bersih dan sehat berdasarkan umur di Sekolah Dasar Negeri 79 Enrekeng Kabupaten Soppeng tidak menunjukkan perbedaan yang berarti antara umur. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap responden terhadap perilaku hidup bersih dan sehat perlu diberikan informasi dalam bentuk ceramah, poster, atau leaflet dan perlu melakukan pemerikasaan secara berkala.
452
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah wujud keberdayaan masyarakat yang sadar,mau dan mampu meperaktekkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Dalam perilaku hidup bersih dan sehat , ada 5 program prioritas yaitu KIA, Gizi dan kesehatan lingkungan hidup, gaya hidup, dana sehat / asuransi kesehatan. Dengan demikian,upaya untuk meningkatkn pengetahuan ,sikap dan tindakan dalam menciptakan suatu kesehatan perorangan, keluarga,kelompok dan masyarakat secara berkesinambungan. Upaya ini dilaksanakan melalui pendekatan pimpinan (advokasi),bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri,terutama dalam tatanan masing-masing,dan masyarakat dapat menerapkan cara–cara hidup sehat dengan menjaga,memelihara dan meningkatkn kesehatannya. (Depkes, 2010) Sesuai dengan indikator sehat 2010,bahwa keberhasilan pembangunan kesehatan yang diarahkan pada perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat dilihat dari indikator derajat kesehatan dan target tahun 2010 yang telah menetapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Bidang kesehatan kabupaten/kota yaitu presentase rumah tangga yang berperilaku hidup bersih sehat 65% dan presentase rumah sehat 80% dan presentase tempat-tempat umum 80%,presetase keluarga yang memiliki askes tehadap air bersih 85%.(Depkes RI 2008) Adapun manfaat perilaku hidup bersih dan sehat adalah terwujudnya rumah tangga yang derajat kesehatannya meningkat dan tidak mudah sakit serta meningkatnya produktivitas kerja setiap anggota keluarga yang tinggal dalam lingkungan sehat dalam rangka mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain.(Depkes 2006) Penyakit yang muncul akibat rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat antara lain, cacingan,diare,sakit gigi,sakit kulit,gizi buruk,dan lain sebagainya yang pada akhirnya akan mengakibatkn rendahnya derajat kesehatan Indonesia dan rendahnya kualitas hidupsumber daya manusia. Gambaran kesehatan di Indonesia tahun 2004 yaitu persentase orang yang merokok di
Indonesia sebesar 72,9 %,persentase orang yang kurang serat sebesar 60 %. (Depkes, 2007) Demikiian halnya diare di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun yang sering menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) dan tetap mengakibatkan kematian dan pada tahun 2006 terjadi lonjakan penderita Kejadian Luar Biasa (KLB) diare yaitu 10. 980 orang penderita dari 5051 penderita pada tahun 2005. Kecacingan juga masih menjadi permasalahan di Indonesia. Mengingat kecacingan dapat menyebabkan kehilangan darah ,karbohidrat,protein sehingga berakibat pada terganggunya perkembangan fisik,kecerdasan dan produktifitas kerja. Prevalensi kecacingan pada siswa-siswi Sekolah Dasar di 27 provinsi pada tahun 2006 sebesar 32,6 % dari 28,4 % pada tahun 2005 (Depkes RI 2007) Kondisi perilaku hidup bersih dan sehat di Sulawesi selatan pada tahun 2008 merupakan kejadian luar biasa (KLB) diare terbanyak setelah Nusa Tenggara Timur (NTT) dengn jumlah penderita sebanyak 401 orang penderita, sehingga dalam cakupan perilaku hidup bersih dan sehat perlu diperhatikan. (Depkes,2009) Demikian halnya dengan status gizi buruk pada anak–anak Sulawesi Selatan pada tahun 2011, kasus gizi buruk mencapai 286 kasus. Angka tersebut diakui lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang hanya 150 kasus.. Gizi kurang pada anak akan menghambat pertumbuhan dan kurangnya zat tenaga dan kurang protein (zat pembangun) sehingga dalam cakupan perilaku hidup bersih dan sehat perlu diperhatikn menu yang seimbang khususnya pada anak-anak untuk pencapaian Indonesia sehat.Selain pemahaman yang masih minim penyebab lainnya yakni rendahnya pendapatan yang diperoleh.(Syaekhuddin, 2011). Kondisi perilaku hidup bersih dan sehat pada tahun 2011 di kabupaten soppeng merupakan suatu keadaan yang cukup memperhatinkan,kasus diare pada anak-anak di Kabupaten Soppeng mencapai 95 kasus, angka tersebut diakui lebih tinggi dari pada sebelumnya yang hanya 56 kasus. Dalam hal pemerataan pembangunan yag berwawasan kesehatan tentunya mencakup masyarakat,baik kelompok anak-anak maupun kelompok orang dewasa. Hal ini yang menyebabkan perlu dilakukan penelitian,sejauh mana dampak yang dicanangkan melalui visi sehat 2010.Hal ini dapat dilihat dari ruang lingkup masyarakat kelompok anak-anak yaitu siswa-siswi kelas 5
453
Sekolah Dasar tentang Pengetahuan dan Sikap tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Sekolah Dasar adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia.Sekolah Dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6.Saat ini murid kelas 6 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (dahulu Ebtanas) yang memengaruhi kelulusan siswa.Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama atau yang sederajat. Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 712 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar atau yang sederajat 6 tahun. Sekolah Dasar dikelola sebagai tempat belajar anak-anak secara berkelompok.Namun Perilaku hidup bersih dan sehat biasanya kebayakan anak-anak kurang memperhatikan meskipun disekolah meraka telah mempelajarinya sehingga dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti kecacingan dan diare serta penyakit lainnya. Hasil survey awal pada siswa-siswi kelas 5 Sekolah Dasar Negeri 79 Enrekeng, Kabupaten Soppeng menunjukkan bahwa siswa-siswi masih kurang memahami pentingnya hidup bersih dan sehat.Dengan demikian perlu diteliti tentang sikap dan pengetahuan siswa-siswi kelas 5 Sekolah Dasar Negeri 79 Enrekeng, Kabupaten Soppeng tentang perilaku hidup bersih dan sehat untuk dijadikan salah satu acuan untuk melakukan intervensi permasalahan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: “ Bagaimana pengetahuan dan sikap siswasiswa tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Dasar Negeri 79 Enrekeng, Kabupaten Soppeng?” C. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) siswa-siswi kelas 5 di Sekolah Dasar Negeri 79 Enrekeng, Kabupaten Soppeng. b. Tujuan Khusus 1. Mengetahui pengetahuan siswa-siswi mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
2.
Mengetahui sikap siswa-siswi mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
D. Manfaat Penelitian. 1. Secara teoritis Adanya pengetahuan tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat agar terhindar dari penyakit yang berhubungan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. 2. Praktis a. Bagi Guru Sekolah Dasar Sebagai bahan masukan bagi guruguru di Sekolah Dasar Negeri 79 Enrekeng,Kabupaten Soppeng untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat agar terhindar dari penyakit yang berhubungan dengan rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat. b. Bagi institusi Pendidikan. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat. c. Bagi Peneliti Sebagai tahap keilmuan penulis dalam melakukan penelitian pada bidang kesehatan masyaraktat yang diperoleh selama mengikuti pendidikan di Akademi Keperawatan Sandi Karsa Makassar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Program Perilaku HidupBersih dan Sehat (PHBS) Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan,sikap dan perilaku,melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dan dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya. (Notoadmodjo S.,2009). 1. Cakupan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
454
2.
Mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tiap tatanan diperlukan pengelolaan manajemen program perilaku hidup bersih dan sehatmelalui tahap pengkajian, perencanaan, penggerakan pelaksanaan sampai dengan pemantauan dan penilaian serta kembali lagi ke proses pengkajian. Pengkajian dilakukan terhadap masalah kesehatan, yaitu masalah perilaku hidup bersih dan sehat dan sumber daya. Selanjutnya output pengkajian adalah pemetaan masalah perilaku hidup bersih dan sehat yang dilanjutkan dengan rumusan malasah perencanaan berbasis data, rumusan masalah akan menghasilkan rumusan tujuan, rumusan intervensi dan jadwal kegiatan, penggerakan pelaksanaan yang merupakan implementsi dari intervensi masalah terpilih, di mana penggerakannya dilakukanoleh petugas promosi kesehatan, sedangkan pelaksanaannya biasa oleh petugas promosi kesehatan atau lintas program dan lintas sektor terkait. (Depkes RI, 2006) Pemantauan dilakukan secara berkala dengan menggunakan format pertemuan bulanan, sedangkan penilaian dilakukan pada enam bulan pertama atau akhir tahun berjalan. (Depkes RI, 2006). Perilaku Kesehatan Lingkungan Seseorang dapat merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial budaya sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan kata lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatan sendiri, keluarga dan masyarakat. Misalnya, bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah dan sebagainya (Notoatmodjo, 2009) Menurut Becker, (1979) yang dikutip oleh Notoatmodjo, (2009) membuat klasifikasi tentang perilaku hidup sehat ini yaitu sebagai berikut: 1. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang disinidalam arti kualitas (mengandung zat-zat yang diperlukan tubuh) dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak lebih). 2. Olah raga yang teratur mencakup kualitas (gerakan) dan kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olah raga. Dengan sedirinya kedua
3.
4.
aspek ini akan tergantung dari usia, dan status kesehatan yang bersangkutan. Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam penyakit. Namun kenyataannya, kebiasaan merokok ini khususnya di Indonesia seolah sudah membudaya hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa merokok. Bahkan dari hasil penelitian , sekitar 15% remaja telah merokok. Tidak minum muinuman keras dan narkoba. Kebiasaan minum miras dan mengkomsumsi NARKOBA (narkotik dan bahan-bahan berbahaya lainnya, juga cenderung meningkat. Sekitar 1% penduduk Indonesia dewasa diperkirakan sudah mempunyai kebiasaan minum minuman keras. 5. Istirahat yang cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan akibat penyesuian dengan lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga waktu istirahat jadi berkurang. Hal ini juga membahayakan kesehatan. 6. Mengendalikam stress. Stress akan terjadi pada siapa saja, lebih sebagai akibat tuntunan hidup yang keras seperti diatas. Kecenderungan stress meningkat pada setiap orang. Stress tidak dapat kita hindari, yang penting dijaga agar stress tidak menyebabkan gangguan kesehatan. Kita dapat mengendalikan stress atau mengelola stress dengan kegiatan-kegiatan yang positif. 7. Perilaku atau gaya hidup yang positif bagi kesehatan. Misalnya, tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri dengan lingkungan dan sebagainya. Menurut Lawrence Green 91980) dalam Notoatmodjo S., (2009), ada 3 faktor penyebab mengapa seseorang melakukan perilaku hidup bersih dan sehat yaitu faktor pemudah (predisposising factor), faktor pemungkin (enambling factor) dan faktor penguat (rainforcing factor). a. Faktor Pemudah (redisposising factor), adalah faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap anak-anak terhadap perilaku hidup bersih dan sehat. Dimana faktor ini menjadi pemicu atau antesedan terhadap perilaku yang menjadi dasar atau
455
b.
c.
3.
motivasi bagi tindakannya akibat tradisi atau kebiasaan, kepercayaan, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi. Misalnya, pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai yang dimiliki oleh seseorang yang tidak mau merokok kerena melihat kebiasaan dalam anggota keluarganya tidak ada satupun yang mau merokok. Faktor Pemungkin (enambling factor) adalah faktor pemicu terhadap prilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau tindakan terlaksana. Faktor ini mencakup ketersediaansarana dan prasarana atau fasilitas bagi anak-anak. Misalnya, air bersih dan tempat pembuangan sampah,jamban, ketersediaan makanan bergizi dan sebagainya. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat. Faktor Penguat (reinforcing factor), adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Faktor ini terwujud dalam bentuk sikap dan perilaku pengasuh anakanak atau orang tua yang merupakan tokoh yang dipercaya atau dipanuti oleh anak-anak. Contoh pengasuh anak-anak memberikan keteladanan dengan melakukan cuci tangan sebelum makan, atau selalu minum airyang sudah dimasak. Hal ini akan menjadi penguat untuk perilaku hidup bersih dan sehat bagi anakanak. Seperti halnya masyarakat akan memerlukan acuan untuk berperilaku melalui peraturan-peraturan atau undang-undang baik dari pusat maupun pemerintah daerah, perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama teermasuk juga petugas kesehatan setempat. Manajemen Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Menurut Depkes RI (2007), manajemen perilaku hidup bersih dan sehat adalah penerapan keempat proses manajemen pada umumnya ke dalam model pengkajian dan penindaklanjutan berikut ini : a. Kualitas hidup adalah sasaran utama yang ingin dicapai di bidang pembangunan sehingga
b.
c.
d.
4.
I.
kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat kesejahteraan. Diharapkan semakin sejahtera maka kualitas hidup semakin tinggi derajat kesehatan seseorang maka kualitas hidup juga semakin tinggi. Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang kesehatan, dimana dengan adanya derajat kesehatan akan tergambarkan masalah kesehatan yang sedang dihadapi. Yang paling besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan seseorang adalah faktor perilaku dan faktor lingkungan. Misalnya, seseorang menderita diare karena minum air yang tidak dimasak, seseorang membuang sampah sembarangan karena tidak adanya fasilitas tong sampah. Faktor lingkungan adalah faktor fisik, biologis dan social budaya yang langsung/tidak mempengaruhi derajat kesehatan. Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktoryang timbul karena adanya aksi dan reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkungannya. Faktor perilaku akan terjadi apabila ada rangsangan, sedangkan gaya hidup merupakan pola kebiasaan seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan karena jenis pekerjaannya mengikuti trend yang berlaku dalam kelompok sebayanya, ataupun hanya untuk meniru dari tokoh idolanya. Misalnya, seseorang yang mengidolakan actor atau artis yang tidak merokok. Dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu (Depkes RI, 2007) Indikator Perilaku Hidup Bersih danSehat (PHBS) Menurut Depkes RI (2007) menetapkan indikator yang ditetapkan pada program perilaku hidup bersih dan sehat berdasarkan area/ wilayah, ada tiga bagian yaitu sebagai berikut: Indikator Nasional Ditetapkan 3 indikator, yaitu: a. Persentase penduduk tidak merokok. b. Persentase penduduk yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan. c. Persentase penduduk melakukan aktifitas fisik/olah raga. Alasan dipilihnya ke tiga indicator tersebut berdasarkan issue global dan regional, seprti merokok telah menjadi issue global, karena selain mengakibatkan penyakit jantung, kanker paru-paru juga berpotensi menjadi entry point untuk narkoba. Pola makan yang buruk akan berakibat buruk pada semua golongan umur, bila terjadi pada usia
456
balita akan menjadikan generasi yang lemah/generasi yang hilang dikemudian hari. Demikian juga bila terjadi pada ibu hamil akan melahirkan bayi yang kurang sehat, bagi usia produktifitas menurun. Kurang aktifitas fisik dan olah raga mengakibatkan metabolisme tubuh terganggu, apabila berlangsung lama akan menyebabkan berbagai penyakit, seperti jantung,paru-paru, dan lainlain (Depkes RI 2007) II. Indikator Lokal Spesifik Indikator nasional ditambah indicator local spesifik masing-masing daerah sesuai dengan situasi dan kondisi daerah. Dengan demikian Ada 16 indikator yang digunakan untuk mengukur perilaku sehat sebagai berikut: 1. Ibu hamil memeriksakan kehamilannya. 2. Ibu melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan. 3. Pasangan usia subur (PUS) menggunakan KB. 4. Balita ditimbang. 5. Penduduk sarapan pagi sebelum melakukan aktifitas. 6. Bayi di imunisasi lengkap. 7. Penduduk minum air bersih yang masak. 8. Penduduk menggunakan jamban sehat. 9. Penduduk mencuci tangan pakai sabun. 10. Penduduk menggosok gigi sebelum tidur. 11. Penduduk tidak mengunakan NAPZA. 12. Penduuduk mempunyai Askes/tabungan/uang/emas. 13. Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri). 14. Penduduk memeriksakan kesehatan secara berkala untuk mengukur hipertensi. 15. Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dengan pap smear. 16. Perilaku seksual dan indikator lain yang diperlukan sesuai prioritas masalah kesehatan yang ada di daerah. III. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) disetiap Tatanan Indikator tatanan sehat sendiri dari indikator perilaku dan indikator lingkungan di 5 (lma) tatanan rumah tangga, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum, tatanan sekolah, tatanan sarana kesehatan. 1. Indikator tatanan rumah tangga: a. Perilaku : 1. Tidak merokok 2. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 3. Imunisasi
2.
b.
3.
4.
4. Penimbangan balita 5. Gizi keluarga/sarapan 6. Kepesertaan Askes 7. Mencuci tangan pakai sabun 8. Menggosok gigi sebelum tidur 9. Olah raga teratur b. Lingkungan : 1. Ada jamban 2. Ada air bersih 3. Ada tempat sampah 4. Ada SPAL (saluran pengaliran air limbah) 5. Ventilasi 6. Kepadatan 7. Lantai Indikator tatanan tempat kerja : a. Perilaku 1. Menggunakan alat pelindung 2. Tidak merokok/tidak ada kebijakan merokok 3. Olah raga yang teratur 4. Bebas NAPZA 5. Kebersihan lingkungan kerja 6. Ada asuransi kesehatan Lingkungan 1. Ada jamban 2. Ada air bersih 3. Ada tempat sampah 4. Ada SPAL (saluran pengaliran air limbah) 5. Ventilasi 6. Pencahayaan 7. Ada K3 (kesehatan keselamatan kerja) 8. Ada kantin 9. Terbebas dari bahan yang berbahaya 10. Ada Klink Indikator tatanan tempat umum a. Perilaku 1. Kebersihan jamban 2. Kebersihan lingkungan b. Lingkungan 1. Ada jamban 2. Ada air bersih 3. Ada tempat sampah 4. Ada SPAL (saluran pengaliran air limbah) 5. Ada K3 (kesehatan keselamatan kerja) Indikator tatanan sekolah : a. Perilaku 1. Kebersihan peribadi 2. Tidak merokok 3. Olah raga teratur 4. Tidak menggunakan NAPZA b. Lingkungan 1. Ada jamban 2. Ada air bersih 3. Ada tempat sampah
457
4.
Ada SPAL (saluran pengaliranair limbah) 5. Ventilasi 6. Kepadatan 7. Ada warung sehat 8. Ada UKS (usaha Kesehatan Sekolah) 9. Adataman sekolah 5. Indikator tatanan sarana kesehatan a. Perilaku 1. Tidak merokok 2. Kebersihan lingkungan 3. Kebersihan kamar mandi b. Lingkungan 1. Ada jamban 2. Ada air bersih 3. Ada tempat sampah 4. Ada SPAL (saluran pengaliran air limbah) 5. Ada IPAL (saluran pengaliran air limbah) rumah sakit 6. Ventilasi 7. Tempat cuci tangan 8. Ada pencegahan serangga B. Sasaran Perilaku Hidup Bersih danSehat (PHBS) Dalam program perilaku hidup bersih dan sehat ini diarahkan pada sasaran utama yaitu perilaku hidup bersih dan sehat Tatanan Rumah Tangga yaitu seluruh anggota keluarga yaituPasangan Usia Subur (PUS), ibu hamil(bumil), anak, remaja, lanjut usia (lansia), dan pengasuh anak yang selanjutnya diharapkan akan berkembang ke arah Desa/Kelurahan, Kecematan/Peskesmas dan Kabupaten/Kota sehat. (Depkes RI, 2006) Menurut Tarigan M., (2007), sasaran perilaku hidup bersih dan sehatpada anak-anak yang kurang baikakan menimbulkan berbagai penyakit pada anak-anak antara lain yaitu diare, sakit gigi, sakit kulit, cacingan. Dengan demikian untuk mengurangi prevalensi dampak buruk tersebut, maka perlu diterapkan sasaran perilaku hidup bersih dan sehat dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Kebersihan Kulit Memelihara kebersihan kulit, harus memperhatikan kebiasaan berikut ini : a. Mandi dua kali sehari b. Mandi pakai sabun c. Menjaga kebersihan pakaian d. Menjaga kebersihan lingkungan 2. Kebersihan Rambut Untuk selalu memelihara rambut dan kulit kepala dan kesan cantik serta tidak perlu apek, perlu diperhatikan hal-hal tersebut:
a.
Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurangkurangnya dua kali seminggu. b. Mencuci rambut dengan shampoo/bahan pencuci rambut lain. c. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri (Irianto K., 2007) 3. Kebersihan Gigi Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kebersihan gigi adalah sebagai berikut : a. Menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap habis makan. b. Memakai sikat gigi sendiri. c. Menghindari makanan yang merusak gigi. d. Memeriksakan gigi secara rutin (Irianto K., 2007). 4. Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku Kebersihan tangan berhubungan dengan penggunaan sabun dan cuci tangan dengan menggunakan sabun. Pencucian tangan dengan sabun yang benar dan disaat yang tepat memainkan peranan penting dalam mengurangi kemungkinan adanya bakteri penyebab diare melekat pada tangan, tapi praktik cuci tangan harus dilakukan dengan benar dan pada saat yang tepat. Waktu yang tepat untuk cuci tangan dengan sabun adalah ketika sebelum makan, sebelum memberi makan anak, sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air besar dan setalah membantu anak buang air besar (ESP-USAID, 2006 dalam BAPPENAS 2008). Menurut Siti Khadijah (2008), Kebersihan kaki sama halnya dengan kebersihan tangan yaitu dalam kebersihannya harus menggunakan sabun sehingga kulit kaki bersih dan bebas dari penyakit khususnya penyakit kulit. Kuku yang bersih menghindarkan kita dari berbagai penyakit dan juga secara estetika akan lebih indah. Oleh karena itu kuku yang kotor dapat menyebabkan penyakit tertentu antara lain : 1. Pada kuku sendiri a. Cantengan b. Jamur kuku 2. Pada tempat lain a. Luka dan infeksi pada tempat garukan b. Cacingan Menurut Odang,1995 yang dikutip oleh Siti Khadijah, 2007
458
menyatakan bahwa dalam menghindari penyakit akibat kuku yang kotor maka perlu diperhatikan hal berikut : a. Membersihkan tangan sebelum makan b. Memotong kuku secara teratur c. Membersihkan lingkungan d. Mencuci kaki sebelum tidur 5. Kebiasaan Berolah Raga Olah raga yang teratur mencakup kualitas gerakan dan kuantitas dalam arti dan frekuensi yang digunakan untuk berolah raga. Dengan demikian akan menentukan status kesehatan seseorang khususnya anak-anak pada masa pertumbuhan (Notoatmodjo S., 2009). Dorongan berolah raga secara teratur dapat memelihara jantung, peredaran darah dan frekuensi nadi. Macam-macam olah raga dapat kita lakukan antara lain bersepeda, lari, berenang dan senam (Irianto, K., 2007) 6. Kebisaan Tidur yang Cukup Tidur yang cukup diperlukan oleh tubuh kita untuk memelihara tenaga. Dengan tidur yang cukup, kemampuan dan keterampilan akan meningkat, sebab susunan saraf serta tubuh terpelihara agar tetap segar dan sehat. Tidur yang sehat merupakan kebutuhan penting yang dibutuhkan setiap hari, tidur yang sehat apabila lingkungan tempat tidur udaranya bersih.Suasana tenang dan cahaya lampu remang-remang (tidak silau) serta kondisi tubuh yang nyaman. Misalnya, tungkai diletakkan agak tinggi agar memperlancar peredaran darah pada anggota gerak bawah (Irianto K., 2007) 7. Gizi dan Menu Seimbang Keadaan gizi setiap individu merupakan faktor yang amat penting karena zat gizi zat kehidupan yang esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia sepanjang hayatnya.Gizi seimbagng adalah satu faktor percepatan pada pertumbuhan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, aktif dan produktif. Sebaliknya, kekurangan gizi pada anak-anak akan mengakibatkan lemahnya kemampuan belajar, cepat lelah dan sakit-sakitan (Hidayat Syarif, 2007).
Hal penting yang perlu diperhatikan pada gizi seimbang ini adalah makanan yang beraneka ragam yang mengandum karbohidrat, lemak protein, vitamin, mineral dan serat sesuai dengan proporsi yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan serta pola makan yang teratur yaitu pada pagi, siang dan malam hari (Tarigan M., 2004). C. Sarana dan Prasarana Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Salah satu faktor penting yang berpengaruh pada praktek perilaku hidup bersih dan sehat adalah fasilitas sanitasi yang tercermin dari akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi dasar. Pada tahun 2002, presentasi rumah yang mempunyai akses terhadap air yang layak untuk dikomsumsi baru mencapai 50% dan akses rumah tangga terhadap sanitasi dasar baru mencapai 63,5% (RPJPK,2005 yang dikutip Adisasmito W., 2008) Fasilitas sanitasi merupakan sarana yang digunakan sebagai pendukung perilaku kebersihan diri dalam tatanan rumah tangga dan lingkungannya. Fasilitas sanitasi yang harus tersedia sebagai faktor pendukung untuk perilaku hidup bersih dan sehat pada anak-anak adalah sebagai berikut : 1. Air bersih 2. Sabun mandi 3. Sikat gigi 4. Pasta gigi 5. Gunting kuku 6. Tong Sampah 7. Kamar Mandi 8. Lap pengering/handuk 9. Pembersih lantai 10. Shampo (Pembersih rambut)
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian merupakan penelitian yang bersifat deskriptif untuk menggambarkan pengetahuan dan sikap tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada siswa-siswi. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi Sekolah Dasar Negeri 79 Enrekeng, Kabupaten Soppeng, kelas 1 sampai kelas 6 sebanyak 155 orang.
459
2.
Sampel Sampel adalah objek sesungguhnya dari suatu penelitian (Koentjaraningrat, 1983).Sampel dari penelitian ini adalah Kelas 5 Sekolah Dasar sebanyak 20 orang yang memenuhi kriteria. Kriteria dalam penentuan sampel yaitu : a. Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti yaitu : 1) Responden seluruh siswa-siswi kelas 5 yang Berada di Sekolah Dasar Negeri 79 Enrekeng, Kabupaten Soppeng lokasi penelitian saat peneliti berlangsung. 2) Bersedia menjadi responden b. Kriteria Eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab yaitu : 1. Responden yang bukan kelas 5 2. Responden yang menolak untuk diteliti B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian in dilakukan di Sekolah Dasar.Adapun alasan memilih lokasi karena di Sekolah Dasarini belum dilakukan penelitian mengenai pengetahuan, sikap siswa-siswi di sekolah ini tentang perilaku hidup bersih dan sehat. 2. Waktu Penelitian Penelitan dilakukan pada bulan 29 Juni - 3 juli 2013. Berdasarkan kreteria pemberian skor, pengetahuan siswa-siswi dikategorikan dengan skala pengukuran sebagai berikut : 1. Baik, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai skor > (lebih dari) 27 atau memilih jawaban yang memilki skor 75% dari total skor dari seluruh pertanyaan 2. Sedang, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki niai (skor) 14 s/d 27 atau memilih jawaban yang memiliki nilai (skor) = (sama dengan) 40% s/d 75% dari total skor seluruh pertanyaan. 3. Buruk, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) < (kurang dari) 14 atau memilih jawaban yang memiliki nilai (skor) < (kurang dari) 40% dari total skor seluruh pertanyaan. 1. Sikap
Sikap ini dapat diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 12 dan total skor sebanyak 36.Adapun kreteria pertanyaan tingkat sikap siswa-siswi mempunyai tiga pilihan dengan pemberian skor sebagai berikut : a. Skor jawaban pertanyaan nomor 1 s/d 6 yaitu : 1. Setuju, dengan skor 3 2. Ragu-ragu dengan skor 2 3. Tidak setuju, dengan skor 1 b. Skor jawaban pertanyaan nomor 7 s/d 12 yaitu : 1. Setju, dengan skor 1 2. Ragu-ragu, dengan skor 2 3. Tidak setuju, dengan skor 3 Berdasarkan kreteria pemberian skor, sikap siswa-siswi dikategorikan dengan skala pengukuransebagai berikut : 1. Baik, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memiliki nilai (skor) > (lebih dari) 27 atau memilih jawaban yang memiliki nilai (skor) > (lebih dari) 75% dari total skor seluruh pertanyaan. 2. Sedang, jika hasil penjumlahan skor jawaban responden memilki nilai (skor) 14 s/d 27 atau lebih memilih jawaban yang memiliki nilai (skor) = (sama dengan) 40% s/d 75% dari total skor seluruh pertanyaan. 3. Buruk, jika penjumlahn skor jawaban responden memiliki nilai (skor) < (kurang dari) 14 atau memilih jawaban yang memilki nilai (skor) < (kurang dari) 40% dari total skor seluruh pertanyaan. C. Langkah Pengolahan Data 1. Editing Editing adalah proses pengecekan atau memeriksa data yang telah berhasil dikumpulkan dari lapangan, karena ada kemungkinan data yang telah masuk tidak memenuhi syarat atau tidak dibutuhkan. Tujuan dari pada editing adalah untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan dan kekurangan data yang terdapat pada catatan lapangan (Siregar Syofian, 2010). 2. Coding Coding adalah kegiatan pemberian kode tertentu pada tiap-tiap data yang termasuk kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka-angka atau huruf untuk membedakan antara data atau identitas data yang akan dianalisis (Siregar Syofian, 2010). 1. Tabulasi Data Tabulasi adalah proses penempatan data kedalam bentuk tabel yang telah diberi kode sesuai dengan kebutuhan analisis. Tabel-tabel
460
yang dibuat sebaiknya mampu meringkas agar memudahkan dalam proses analisis data (Siregar Syofian, 2010).
3.
4.
Analisa Data Analisa data dilakukan analisis secara kuantitatif untuk menggambarakan (mendiskripsikan masing-masing variable penelitian dengan menggunakan SPSS, yang selanjutnya disajikan dengan menggunakan table distribusi frekuensi. Etika Penelitian Masalah etika penelitian keperawatanA. merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, Mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatiakan antar lain adalah sebagai berikut: a. Lembar persetujuan (Infomed Consent) Infomed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Infomed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembaran persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan infomed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka harus menandatangani lembar persetujuan.Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain: partisipasi pasien, tujuan dilakukanya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan informasi, yang mudah dihubungi, dan lain-lain. b. Anonimity (tanpa nama) Masalah etika perawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. c. Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahsiaan hasil penelitian, baik inforamsi maupun masalahmasalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan disajikan atau di laporkan pada hasil riset penelitian ini dalam bentuk tabel.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden Untuk mengetahui karakteristik responden di Sekolah Dasar maka dilakukan pengumpulan data melalui kuesioner yang diikuti dengan wawancara pada siswa-siswi.Berikut hasil pengumpulan data mengenai karakteristik responden yang terdiri dari umur dan jenis kelamin responden. 2. Umur Responden Tabel 4.1. Distribusi responden berdasarkan umur di Sekolah Dasar No. Umur Jumlah Persentase (Tahun) (n) (%) 1. 9 9 45 2. 10 10 50 3. 11 1 5 Total 20 100 Sumber: Data primer, 2013
3.
4.
Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa umur responden yang terbanyak adalah umur 10 tahun sebanyak 10 orang (50%), umur 9 tahun ada sebanyak 9 orang (45%), dan umur 11 tahun sebanyak 1 orang (5%). Jenis Kelamin Tabel 4.2. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin diSekolahDasar No. Jenis Jumlah Persentase Kelamin (n) (%) 1. Perempuan 13 65 2. Laki-laki 7 35 20 100 Total Sumber: Data primer, 2013 Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa jenis kelamin responden terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 13 orang (65%) dan laki-laki sebanyak 7 orang (35%). Tingkat Pengetahuan Responden Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden di Sekolah Dasar Negeri 79
461
Enrekeng, Kabupaten Soppeng maka dilakukan pengumpulan data melalui kuesioner yang diikuti dengan wawancara.
Tabel 4.3. Distribusi pengetahuan responden tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Dasar No. Pengetahuan Jumlah Persentase tentang (n) (%) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 1. Baik 19 95 2. Sedang 1 5 3. Buruk 20 100 Total Sumber: Data primer, 2013 Dari tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa pengetahuan responden tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Dasar yang paling banyak adalah pengetahuan dengan kategori baik sebanyak 19 orang (95%), pengetahuan dengan kategori sedang ada 1 orang (5%), sedangkan pengetahuan yang buruk tidak ada. 5.
Sikap Responden Tabel 4.4. Distribusi sikap responden tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehatdi Sekolah Dasar No. Sikap Jumlah Persentase tentang (n) (%) PHBS 1. Baik 5 25 2. Sedang 15 75 3. Buruk 20 100 Total Sumber: Data primer, 2013 Dari tabel 4.4.di atas dapat dilihat bahwa sikap responden tentang Perilaku Hidup Bersih dan Seha di Sekolah Dasar yang paling banyak adalah sikap dengan kategori sedang sebanyak 15 orang (75%), pengetahuan dengan kategori baik ada 1 orang (5%), sedangkan pengetahuan yang buruk tidak ada. B. PEMBAHASAN 1. Pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tingkat pengetahuan responden tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dapat dilihat pada tabel 4.3.dikatakan bahwa pengetahuan responden dengan kategori baik sebanyak 19 orang (95%), sedangkan pengetahuan responden dengan kategori sedang sebanyak 1 orang (5%). Tidak ada
1.
responden yang termasuk dalam kategori buruk. Pengetahuan merupakan faktor pemudah (predisposing factor) bagi anak-anak untuk telaksananya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).Dengan demikian faktor ini menjadi pemicu atau anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi tindakannya akibat tradisi atau kebiasaan, kepercayaan, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi (Notoatmodjo S., 2009). Menurut Sari S. (2006), ada keeratan hubungan antara pengetahuan dalam upaya memperbaiki perilaku. Dengan demikian, meningkatkan pengetahuan akan memberi hasil yang cukup berarti untuk memperbaiki perilaku. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rogers dalam Sari S. (2006) yang menyatakan bahwa pengetahuan/kognitif merupakan faktor dominan yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku, dan perilaku yang didasari pengetahuan akan bertahan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Tingkat pengetahuan responden tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat berdasarkan umur di Sekolah Dasar Negeri 79 Enrekeng, Kabupaten Soppeng tidak menunjukkan perbedaan yang berarti antara umur. Umur 10 tahun secara keseluruhan (10 orang atau 100%) memiliki pengetahuan yang baik, sedangkan umur 9 tahun secara keseluruhan (9 orang atau 100%) memiliki pengetahuan yang baik. Pada umur 11 tahun hanya 1 orang yang memiliki pengetahuan yang sedang.Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden menunjukkan bahwa tinggi umur siswa-siswi tidak berpengaruh pada tingginya pengetahuan siswa-siswi tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Sikap tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Sikap siswa-siswi di Sekolah Dasar tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat secara umum baik seperti terlihat pada tabel 4.4. dimana responden yang memiliki sikap sedang sebanyak 15 orang (75%), sikap baik sebanyak 5 orang (25%), dan tidak ada responden yang memiliki sikap yang buruk. Sikap responden tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat berdasarkan umur menunjukkan perbedaan yang mengarah pada tingginya umur siswa-siswi berpengaruh baik dengan sikap siswa-siswi. Hal ini dapat dilihat pada umur 9 tahun di Sekolah Dasar memiliki sikap dengan kategori baik sebanyak 1 orang (11,1%), sedangkan umur 10 tahun memiliki
462
sikap dengan kategori baik sebanyak 4 orang (40%). Sikap diturunkan dari pengetahuan responden.Dengan demikian untuk menentukan sikap harus didasari oleh pengetahuan responden. Menurut Sari S. (2006) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan tingkat keerata hubungan dengan tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa sikap positif responden yang ditunjukkan oleh sikap menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat akan memberi dampak yang positif juga bagi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat mereka. Hal ini sesuai dengan teori L. Green yang menyatakan bahwa sikap merupakan salah satu predisposisi untuk munculnya perilaku dapat dibuktikan dalam penelitian ini. Hal ini juga sesuai dengan penyataan Notoadmodjo 91993) yang dikutip oleh Sari S. (2006) menyatakan bahwa perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh kepercayaan, keyakinan, kehidupan emosional, dan kecendrungan untuk berperilaku yang semua itu merupakan komponen sikap.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada anak-anak tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Dasar maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebagian besar tingkat pengetahuan siswasiswi Sekolah Dasar dengan kategori baik sebanyak 19 orang (95%). Demikian juga tingkat pengetahuan berdasarkan umur dapat disimpulkan bahwa umur responden 9 tahun dan 10 tahun seluruhnya memiliki pengetahuan dengan kategori baik. Sedangkan responden pada umur 11 tahun memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori sedang hanya 1 orang. 2. Sikap responden tentang Perilaku Hidup dan Sehat yang terbanyak di Sekolah Dasar yaitu tingkat pengetahuan dengan kategori baik sebanyak 19 orang (95%). Demikian juga tingkat pengetahuan berdasarkan umur dapat disimpulkan bahwa umur responden 9 tahun dan 10 tahun seluruhnya memiliki pengetahuan dengan kategori baik. Sedangkan responden pada umur 11
tahun memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori sedang hanya 1 orang.
B. Saran 1. Kepada para pendidik di Sekolah Dasar agar senantiasa menanamkan nilai-nilai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat kepada siswa-siswi untuk mencegah datangnya berbagai penyakit seperti diare, sakit gigi, cacingan dan penyakit kulit seperti kurap, kudis dan lain-lain. 2. Kepada para pendidik di Sekolah Dasar agar melakukan pemeriksaan secara berkala dan sekaligus memberikan informasi dalam bentuk ceramah, poster atau leaflet tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. 3. Kepada Pemerintah Kabupaten Soppeng dan Dinas terkait seperti Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan supaya lebih proaktif mengupayakan peninjauan tentang sumberdaya dan kelayakan fasilitas yang mendukung higiene dan sanitasi sekaligus memberi donasi serta solusi permasalahan yang ada di sekolah dalam rangka mendukung sumber daya manusia yang berkualitas yaitu sehat jasmani dan rohani serta produktif.
463
DAFTAR PUSTAKA Adisasmito W, 2009. Sistem Kesehatan. Jakarta: Rajagrafindo Persada BAPENAS, 2008.Analisa nasional Penyediaan fasilitas Sanitasi & PemintaanKesanggupan Enam kota Di Indonesia. Jakarta: BAPENAS Budiman Chandra, 2006. Pengantar kesehatan Lingkungan.Jakarta : EGC Departemen Kesehatan RI, 2008. Panduan Manajemen PHBS Menuju Kabupaten/Kota Sehat. Jakarta: Depkes RI Departemen Kesehatan RI, 2009. Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan Daerah, Pusat promosi Kesehatan . Jakarta: Depkes RI Departemen KesehatamRI, 2007. Informasi Pengendalian Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta: Depkes RI 2007 Departemen Kesehatan RI, 2010. Buku Pedoman Pembinaan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tatanan Rumah Tangga. Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: DepkesRI Hadijah S, 2008 Pengetahuan, sikap dan tentang sanitasi perumahan Masyarakat Suku Laut Di Kecamatan :Lingga Kabupaten Lingga PropinsiKepulauan Riau Tahun 2007. Skiripsi, FKM USU. Medan Irianto K, 2007. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung: Yrama Widya Notoadmodjo S., 2009. Promosi Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta Tarigan M., 2004. Penerapan Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam Tatanan Rumah Tangga Tanggadi Wilayah Kerja Puskesmas Rantau Laban Kacamatan Rambutan Kota Tebing Tinggi Tahun 2004. Skripsi, FKM USU Medan