TINGKAT PEMAHAMAN TERHADAP METODE KERJA KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN HADITS KELAS VIII MTs.N JETIS PONOROGO Tahun Pelajaran 2006-2007
SKRIPSI Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ponorogo Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh : ENI ANAWATI NIM. 243062002
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PONOROGO April 2007
ABSTRAK
Anawati, Eni. Tingkat Pemahaman Terhadap Metode Kerja Kelompok Dalam Pembelajaran al-Qur’an Hadits Siswa Kelas VIII MTs.N Jetis Ponorogo Tahun Pelajaran 2006-2007. Skripsi, Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo, Pembimbing (I) Drs. H. Edhy Mahfudh, MM, (II) Basuki, M.Ag. Kata Kunci: Pengaruh, Kerja Kelompok, Prestasi Belajar, al-Qur’an Hadits Dalam proses belajar mengajar, yang disingkat menjadi PBM, seorang pendidik/guru dituntut agar cermat memilih dan metetapkan metode apa yang tepat digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran kepada paserta didik. Karena dalam proses belajar mengajar (PBM) dikenal ada beberapa metode, antara lain: metode ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi, metode kerja kelompok dan lain sebagainya. Semua metode tersebut dapat diaplikasikan di dalam proses belajar mengajar. Penerapan mertode kerja kelompok bila suatu kelas dalam keadaan kekurangan atau keprihatinan seperti langkahnya sarana atau alat pendidikan dalam kelas. Demikian halnya yang terjadi di kelas VIII MTs.N Jetis Ponorogo pada proses pembelajaran al-Qur’an Hadits tahun pelajaran 2006-2007. Karena jumlah siswa yang sangat banyak yakni 336 orang sedang bukunya hanya terdapat 200 buku sehingga tidak semua siswa memilikinya, oleh karena itu diterapkan metode kerja kelompok dalam proses pembelajarannya. Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah adalah bagaimana tingkat pemahaman metode kerja kelompok siswa kelas VIII MTs.N Jetis Ponorogo tahun pelajaran 2006/2007? Untuk memberikan jawaban rumusan masalah peneliti menggunakan teknik analisa deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di MTs.N Jetis Ponorogo yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas VIII MTs.N Jetis Ponorogo. Dalam pengambilan sampel peneliti menggunakan random sampling 15 % dari populasi yang terdiri dari siswa kelas VIII yaitu 50 siswa dari 336 siswa. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa 46% dari siswa-siswi kelas VIII MTs.N Jetis yang diteliti menyatakan bahwa pemahaman terhadap metode kerja kelompok untuk pembelajaran al-Qur'an Hadits adalah sangat baik, 34% menyatakan bahwa pemahaman terhadap metode kerja kelompok untuk pembelajaran al-Qur'an Hadits adalah baik dan sebanyak 20% menyatakan bahwa pemahaman terhadap metode kerja kelompok untuk pembelajaran al-Qur'an Hadits adalah sedang-sedang saja.
ii
DAFTAR ISI hal HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv ABSTRAK ............................................................................................................. v KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi DAFTAR ISI.......................................................................................................... viii DAFTAR TABEL.................................................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... xii BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5 D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 5 E. Sistematika Pembahasan ............................................................ 6
BAB II
: KAJIAN PUSTAKA A. Metode Kerja Kelompok............................................................. 8 1. Pengertian Metode Kerja Kelompok..................................... 8 2. Langkah-langkah Metode Kerja Kelompok.......................... 13 3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Kerja Kelompok .......... 15
iii
4. Saran-saran Pelaksanaan Metode Kerja Kelompok .............. 17 5. Peranan Guru Atau Instruktur Dalam Kerja Kelompok........ 17 B. Belajar ......................................................................................... 19 1. Pengertian Belajar ................................................................. 19 2. Cara-cara Belajar yang Baik ................................................. 22 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar.......................... 29 C. Prestasi Belajar............................................................................ 35 1. Pengertian Prestasi Belajar.................................................... 35 2. Prestasi Belajar Sebagai Hasil Penilaian............................... 37 BAB III
: METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian .................................................................. 40 B. Populasi, Sampel dan Responden ............................................... 40 C. Instrumen Pengumpulan Data ..................................................... 42 D. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 43 E. Teknik Anasisis Data .................................................................. 44
BAB IV
: TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN TENTANG TINGKAT PEMAHAMAN KELOMPOK
TERHADAP DALAM
METODE
PEMBELAJARAN
KERJA
AL-QUR’AN
HADITS KELAS VIII MTs.N JETIS PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2006-2007 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 45 1. Sejarah Berdirinya MTs.N Jetis Ponorogo............................ 45
iv
2. Geografi MTs.N Jetis Ponorogo ........................................... 46 3. Struktur Organisasi MTs.N Jetis Ponorogo .......................... 47 4. Keadaan Guru dan Murid MTs.N Jetis Ponorogo................. 50 5. Sarana dan Prasarana Pendidikan ......................................... 51 6. Visi dan Misi ......................................................................... 52 B. Deskripsi Data............................................................................. 53 C. Analisis Data Tentang Tingkat Pemahaman Terhadap Metode Kerja Kelompok Dalam Pembelajaran al-Qur’an Hadits Kelas VIII MTs.N Jetis Ponorogo Tahun Pelajaran 2006-2007 ........... 58 D. Pembahasan dan Interpretasi....................................................... 59 BAB V
: PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. 61 B. Saran............................................................................................ 61 C. Kata Penutup ............................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 63 LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................................... 65 DAFTAR RIWAYAT HIDUP
v
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kemampuan belajar yang dimiliki manusia, merupakan bekal yang sangat pokok. Berdasarkan kemampuan itu, umat manusia telah berkembang selama abad-abad yang lalu tetap terbuka kesempatan luas baginya untuk memperkaya diri dan mencapai kebudayaan yang lebih tinggi. Misalnya para, ahli teknologi berusaha terus untuk menemukan sumber-sumber energi yang baru, dengan menggunakan hasil penemuan ilmiah yang telah digali oleh generasi-generasi terdahulu. Namun, tanpa dibekali kemampuan belajar kemajuan di bidang teknologi ini tidak mungkin. 1 Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan instruksional yang ingin dicapai, metode, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia. Metode mengajar adalah alat yang dapat merupakan bagian dari perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar mengajar. Karena strategi belajar mengajar merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan-tujuan 1
W.S. Winkels, Psikologi Pengajaran (Yogyakarta: Media Abadi, 1997), 1.
2
belajar, maka metode mengajar merupakan alat pula untuk mencapai tujuan belajar. 2 Secara garis besar dapat dikatakan bahwa didaktik atau pengajaran membicarakan prinsip-prinsip umum yang berhubungan dengan penyajian bahan pelajaran, sedangkan metodologi pengajaran membicarakan tentang cara-cara mengajarkan bidang studi tertentu dimana prinsip-prinsip umum tersebut berlaku di dalamnya. Jadi didaktik bergerak dalam lingkaran atau dalam suatu kondisi kegiatan belajar mengajar pada umumnya, sedangkan metodologi pengajaran bergerak dalam strategi dan teknik yang akan ditempuh dalam kegiatan belajar mengajar tersebut. Sehingga dikatakan antara didaktik dan metodologi pengajaran terdapat hubungan yang erat, terutama dalam kesiapan guru pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. 3 Guru seharusnya menyadari tentang perlunya penguasaan berbagai metode yang dapat dipergunakan di dalam kelas untuk mencapai berbagai jenis tujuan. Seorang guru yang sangat miskin menguasaan berbagai metode atau teknik mengajar, maka ia akan berusaha mencapai tujuannya dengan cara-cara yang tidak wajar, yang berarti akan sangat merugikan dirinya dan juga para murid,
2
JJ. Hasibuan, ED. Moedjiono, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya,
19986), 3. 3
2002). 7.
M. Basyiruddin Utsman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Pers,
3
sebab disiplin menjadi goyah, mutu pelajaran tidak terjamin, minat anak-anak berkurang, perhatian dan kesungguhan belajar menurun. 4 Dalam dunia proses belajar mengajar, yang disingkat menjadi PBM, sebuah ungkapan populer yang dikenal dengan “metode jauh lebih penting dari materi” 5 . Demikian urgennya metode dalam proses pendidikan dan pengajaran, sebuah proses pendidikan dan pengajaran, sebuah proses belajar mengajar (PBM) bisa dikatakan tidak berhasil bila dalam proses tersebut tidak menggunakan metode. Karena metode menempati posisi kedua terpenting setelah tujuan dari sederetan komponen-komponen pembelajaran, tujuan, metode, materi, media dan evaluasi. Seiring dengan itu, seorang pendidik/guru dituntut agar carmat memilih dan metetapkan metode apa yang tepat digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran kepada paserta didik. Karena dalam proses belajar mengajar (PBM) dikenal ada beberapa metode, antara lain: metode ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi, metode kerja kelompok dan lain sebagainya. Semua metode tersebut dapat diaplikasikan di dalam proses belajar mengajar. Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar dalam bukunya yang dikutip oleh Armai Arief, MA dalam bukunya Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam
4
Imansyah Ali Pandie, Didaktik Metodik Pendidikan Umum (Surabaya: Usaha Nasional,
1984), 71. 5
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 109.
4
mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih dan mengaplikasikan sebuah metode pengajaran 1. Tujuan yang hendak dicapai 2. Kemampuan guru, 3. Anak didik. 4. Situasi dan kondisi pengajaran dimana berlangsung. 5. Fasilitas yang tersedia, 6. Waktu yang tersedia, dan . 7. Kebaikan dan kekurangan sebuah metode. 6 Di atas telah dijelaskan bahwa dalam dunia proses belajar mengajar yang disingkat PBM, sebuah ungkapan populer yang dikenal dengan “Metode jauh lebih penting dari materi”. Penerapan mertode kerja kelompok bila suatu kelas dalam keadaan kekurangan atau keprihatinan seperti langkahnya sarana atau alat pendidikan dalam kelas. Misalnya suatu kelas hanya terdapat beberapa buku pelajaran sedangkan jumlah siswa sangat banyak, tentu sulit untuk mengajarkan materi, untuk itu murid harus dibagi ke dalam beberapa kelompok, sehingga masing-masing kelompok dapat mengikuti materi yang diajarkan. 7 Demikian halnya yang terjadi di kelas VIII MTs.N Jetis Ponorogo pada proses pembelajaran al-Qur’an Hadits tahun pelajaran 2006-2007. Karena jumlah siswa yang sangat banyak yakni 336 siswa sedang bukunya hanya terdapat 200 buku sehingga tidak
6 7
Ibid., 109. Ibid., 196.
5
semua siswa memilikinya, oleh karena itu diterapkan metode kerja kelompok dalam proses pembelajarannya. 8 Hal inilah yang menjadi dasar pertimbangan serta motivasi untuk meneliti dan membuktikan lebih jauh terhadap ada atau tidaknya pengaruh kerja kelompok terhadap prestasi belajar siswa dengan suatu penelitian yang berjudul TINGKAT PEMAHAMAN TERHADAP METODE KERJA KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN HADITS KELAS VIII MTs.N JETIS PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2006/2007.
B. Rumusan Masalah Dalam penulisan skripsi ini, penulis memberikan rumusan masalah sebagai betikut : Bagaimanakah tingkat pemahaman terhadap kerja kelompok dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits kelas VIII MTs.N Jetis Ponorogo tahun pelajaran 2006/2007?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap kerja kelompok dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits kelas VIII MTs.N Jetis Ponorogo tahun pelajaran 2006/2007. 8
Hasil Observasi ke kelas pada tanggal 23 Maret 2007.
6
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini digunakan agar mempunyai nilai manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti a. Dapat melatih berfikir ilmiah untuk memperoleh suatu kebenaran. b. Dapat memperoleh pengalaman lapangan dan, menambah perbendaharaan ilmu. 2. Bagi siswa MTs.N Jetis Ponorogo Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberi motivasi kepada siswa MTs.N Jetis Ponorogo, untuk lebih meningkatkan prestasi belajar khususnya bidang studi al-Qur’an Hadits. 3. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong semangat dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi peneliti-peneliti yang akan datang. 4. Bagi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Ponorogo Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan bacaan dan menambah perbendaharaan khasanah perpustakaan.
E. Sistematika Pembahasan Untuk mempermudah dalam pemahaman skripsi ini maka penulis kemukakan sistematika pembahasan sebagai beikut:
7
Bab pertama pendahuluan, bab ini membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sitematika pembahasan. Bab kedua deskripsi teori di dalamnya mengungkapkan metode kerja kelompok yang meliputi pengertian metode kerja kelompok, langkah-langkah metode kerja kelompok, kelebihan dan kekurangan metode kerja kelompok, saran-saran pelaksanaan metode kerja kelompok, dan peranan guru atau instruktur dalam kerja kelompok. Belajar yang meliputi pengertian belajar dan cara-cara belajar yang baik, faktor-faktor yang mempengaruhi. Prestasi belajar yang meliputi pengertian prestasi belajar dan prestasi belajar sebagai hasil penilaian Bab ketiga adalah metode penelitian yang di dalamnya mencakup rancangan penelitian, populasi, sampel dan responden. Instrumen pengumpulan data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Bab Keempat adalah temuan dan hasil penelitian yang terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi data, analisis data, pembahasan dan interpretasi. Bab ke lima adalah penutup bab ini berisi kesimpulan, saran-saran dan kata penutup
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Kerja Kelompok 1. Pengertian Metode Kerja Kelompok Istilah kerja kelompok mengandung arti bahwa siswa-siswa dalam suatu kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok baik kelompok yang kecil maupun kelompok yang besar. Pengelompokan biasanya didasarkan atas prinsip untuk mencapai tujuan bersama. 1 Ada beberapa definisi lain yang dimaksud oleh para pakar pendidikan mengenai pengertian kerja kelompok, antara lain : a. Metode kerja kelompok adalah penyajian materi dengan cara pembagian tugas-tugas untuk mempelajari suatu keadaan kelompok belajar yang sudah ditentukan dalam rangka mencapai tujuan. b. Metode kerja kelompok ialah suatu cara menyajikan materi pelajaran di mana guru mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok atau grup tertentu untuk menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan dengan cara bersama-sama dan bergotong royong.
1
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 195.
8
9
c. Metode kerja kelompok adalah kerja kelompok dari beberapa individu yang bersifat pedagogis yang di dalamnya terdapat hubungan timbal balik (kerja sama) antara individu dan saling mempercayai. 2 d. Kerja kelompok adalah salah satu strategi belajar-mengajar yang memiliki kadar CBSA. Tetapi pelaksanaannya menuntut kondisi serta persiapan yang jauh berbeda dengan format belajar-mengajar yang menggunaan pendekatan ekspositorik, misalnya ceramah. Bagi mereka yang belum terbiasa dengan penggunaan metode ini, dan masih terbiasa dengan pendekatan ekspositorik, memerlukan waktu untuk berlatih.3 e. Apabila guru dalam menghadapi anak didik dikelas merasa perlu membagi anak didik dalam kelompok-kelompok untuk memecahkan suatu masalah, atau untuk menyerahkan suatu pekerjaan yang perlu dikerjakan bersama, maka cara mengajar tersebut dapat dinamakan Methode Kerja Kelompok. 4 f. Metode kerja kelompok dalam proses belajar mengajar adalah kelompok kerja dari kumpulan beberapa individu yang bersifat paedagogis yang di dalamnya terdapat adanya, hubungan timbal balik (kerjasama) antara individu serta sating percaya mempercayai.5 g. Metode kerja kelompok atau metode kelompok kerja atau lazim pula disebut sebagai metode gotong royong, adalah suatu metode mengajar, 2
Ibid., 196 Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, 24. 4 Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama (IAIN), Metodik Khusu Pengajaran Agama Islam, Cetakan II, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, 1985), 238. 5 Zuhairini, et al., Metodologi Pendidikan Agama (Solo: Ramadani, 1993), 87. 3
10
murid-murid disusun dalam kelompom-kelompok pada waktu menerima pelajaran atau pada waktu mengerjakan tugas-tugas tertentu. 6 h. Metode kerja kelompok adalah cara mengajar yang dilakukan oleh guru dengan jalan membentuk kelompok kerja dari kumpulan beberapa orang murid untuk mencapai suatu tujuan pelajaran tertentu secara gotong royong. 7 i. Metode kerja kelompok adalah suatu metode yang dilakukan atas dasar pandangan bahwa anak didik merupakan suatu kesatuan yang dapat dikelompokkan sesuai dengan kemampuan dan minatnya untuk mencapai suatu tujuan pengajaran tertentu dengan sistem gotong royong. 8 Memperhatikan
definisi-definisi
di
atas,
tampak
mempunyai
persamaan antara satu sama lain, hanya saja yang berbeda pengungkapannya. Metode kerja kelompok dapat diterapkan, apabila keadaan kelas kekurangan atau keprihatinan seperti langkanya sarana atau alat pendidikan dalam kelas. Misalnya suatu kelas hanya terdapat beberapa buku pelajaran sedangkan jumlah siswa sangat banyak, tentu sulit untuk mengajarkan materi, untuk itu murid harus dibagi menjadi kedalam beberapa kelompok, sehingga masingmasing kelompok dapat mengikuti materi yang diajarkan.
6
Mahfudh Shalahudin, dkk., Metodologi Pendidikan Agama (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1987),
7
Imansyah Alipandie, Disaktik Metodik Pendidikan Umum (Surabaya: Usaha Nasional,
61. 1984), 93. 8
2002), 49.
M. Basiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: Ciputat Pers,
11
Di samping itu, metode kerja kelompok juga dapat digunakan bila terdapat minat dan perbedaan individual anak didik serta ada beberapa unit pekerjaan yang perlu diselesaikan dalam waktu bersamaan. Dalam hal ini seorang guru harus dapat membedakan anak didik mana yang cerdas, normal, pandai, kurang pandai sehingga dalam kelompok tersebut tidak ada murid yang merasa dirugikan satu sama lainnya. 9 Dalam proses belajar mengajar bahwa tidak ada suatu metode yang mutlak baik dan begitu pula sebaliknya tidak ada suatu metode yang jelek. Sesuai dengan hal tersebut, sebelum mempertanyakan tentang metode yang akan digunakan, terlebih dahulu apa yang diharapkan dicapai oleh murid sesudah proses belajar mengajar berakhir atau perubahan-perubahan apa yang diharapkan terjadi pada diri murid. Perubahan-perubahan itu mungkin meliputi cara berfikir, cara berbuat, cara merasa, pengetahuan dan ketrampilan. Dengan singkat dapat dikemukakan bahwa tujuan yang ingin dicapai itu meliputi tiga lapangan yaitu lapangan kognitif, afektif dan motoris. Tujuan-tujuan tersebut haruslah dikemukan dengan jelas dan tepat. Dengan demikian tujuan itu akan banyak membantu dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar misalnya membantu petunjuk untuk memilih metode balajar dan mengajar, untuk menentukan alat dan bahan pelajaran dan untuk menentukan prosedur penilaian. Tujuan semacam itu pada unumnya lebih
9
Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, 196.
12
menekankan pada aspek proses belajar dan bukan pada aspek pelajaran atau aspek kegiatan guru. Dalam beberapa hal seperti pada bidang studi pendidikan agama, lebih sukar merumuskan tujuan semacam itu karena menyangkut sikap-sikap, nilai-nilai dan emosi (perasaan). Untuk merumuskan tujuan sernacam ini memerlukan kesediaan menahan diri untuk puas dengan tujuan yang sederhana dan bukan tujuan ideal. Sebagai contoh, dapat di lihat perumusan tujuan sebagai berikut: “Murid-murid meningkatkan rasa persaudaraan dengan orang lain.” Dari rumusan ini akan mengundang pertanyaan: apakah sebenarnya yang dimaksud dengan peningkatan rasa persaudaraan dengan orang lain? Tujuan ini dapat diinterpretasikan oleh guru dengan cara yang berbeda-beda berdasarkan umur, kebutuhan dan latar belakang muridmuridnya. Seorang guru yang bijaksana akan mengarahkan interpretasinya mengenai rasa persaudaraan sesuai dengan perencanaan pelajaran yang disiapkan. Dengan demikian tujuan itu dikembangkan menjadi “Murid-murid meningkatkan rasa persaudaraan dengan orang lain, yaitu: a. Mendengarkan pandangan-pandangan orang lain dalam kelompoknya. b. Membantu anggota-anggota kelompoknya menyelesaikan tugas-tugas. c. Ikut mengambil bagian dalam kegiatan pelayanan masyarakat. Ketiga aspek dari rasa persaudaraan di atas memberi-petunjuk yang jelas bagi perencanan kesempatan-kesempatan belajar yang memungkinkan penentuan metode mengajar dan alat evaluasi bagi setiap aspek. Kemudian
13
bila murid telah mencapai tujuan dengan aspek-aspek rasa persaudaraan seperti diatas, guru dapat merumuskan aspek lainnya, misalnya mengeritik aspek
praktek-praktek
merencanakan
yang
individulistis
kesempatan-kesempatan
dalam
belajar
bagi
masyarakat murid
dan untuk
mencapainya. Dengan-cara demikian maka dalam jangka waktu tertentu banyak aspek persaudaraan dapat dilihat pada diri murid. Berdasarkan tujuan yang berhubungan dengan aspek-aspek persaudaraan tersebut akan jelas kelihatan bahwa metode yang sesuai untuk mencapai tujuan mendengarkan pandangan-pandangan orang lain dalam kelompok adalah metode diskusi. Metode kerja kelompok dan metode proyek digunakan untuk mencapai tujuan membantu anggota-anggota kelompoknya untuk menyelesaikan tugas. 10 2. Langkah-langkah Metode Kerja Kelompok Ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan metode kerja kelompok,yaitu: a. Menentukan Kelompok Hal ini dapat dilakukan oleh guru atau murid. Aspek-aspek kelompok yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kerja kelompok yaitu :
10
Deroktorat Pembinaan Perguruan Tinggi, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama, 1982), 203.
14
1) Tujuan, sebelum siswa mengerjakan tugas, seorang guru hendaknya menerangkan tujuan pelajaran terlebih dahulu dan harus mengetahui persis bagaimana cara mengerjakannya. 2) Tidak
mengabaikan
asas
individual,
di
mana
siswa
dalam
kelompoknya dapat dipandang sebagai pribadi yang berbeda segi kemampuan dan minatnya masing-masing. 3) Mempertimbangkan fasilitas yang tersedia atau yang dimiliki. 4) Dimaksudkan untuk memperoleh atau memperbesar peran atau partisipasi siswa dalam kelompoknya. b. Pemberian tugas-tugas dalam kelompok Dalam hal ini seorang guru memberikan. Tugas-tugas kepada kelompok masing-masing dan guru juga memberikan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas tersebut. Di samping itu juga seorang guru harus dapat menentukan siapa saja yang menjadi pemimpin kelompok serta tugas masing-masing anggota. c. Setiap kelompok mengerjakan tugasnya masing-masing Padanya secara bersama-sama, dan dalam hal ini seorang guru harus dapat mengawasi dinamika kelompok yang terjadi sehingga ia dapat mengarahkan, membantunya bila perlu serta dapat memberikan saransaran tentang penyelesaian tugas bila diperlukan.
15
d. Melakukan penilaian Dalam proses kelompok yang dinilai tidak hanya hasil kerja yang dicapai oleh sebuah kelompok, tetapi juga terhadap aspek-aspak lain seperti, interaksi, kerjasama, komunikasi sesama anggota dan aspek yang lainnya. 11 3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Kerja Kelompok a. Kelebihan Adapun kelebihan matode kerja kelompok dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: 1) Dari aspek paedagogis, kegiatan kerja kelompok murid-murid akan meningkatkan kualitas kepribadiannya, meliputi kerjasama, toleransi, kritis, disiplin dan lain sebagainya. 2) Dari aspek psikologis akan timbul persaingan, kompetisi yang sehat dan positif, karena anak akan lebih giat melaksanakan tugas dalam kelompok masing-masing. 3) Dasar aspek didaktik, murid-murid yang pandai dalam kelompoknya dapat emmbantu teman-temannya yang kurang pandai terutama dalam rangka memenangkan kompetisi di dalam kelompok. 12
11 12
Arief, Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, 97-98 Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama, 89.
16
b. Kekurangan Sedangkan kelemahannya, ialah : 1) Metode kerja kelompok memerlukan persiapan-persiapan yang agak rumit dan perencanaan yang matang. 2) Persaingan tidak sehat akan terjadi manakala guru tidak dapat memberikan pengertian kepada siswa bahwa pembagian tugas yang dilakukan bukanlah untuk membedakan antara satu sama lain dalam arti luas. Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya persaingan yang negatif antar kelompok hendaknya seorang guru lebih cekatan dan transparan dalam menjelaskan maksud pembelajaran ini. 3) Bagi siswa yang tidak memiliki disiplin diri atau malas terbuka kemungkinan untuk tetap pasif dan kemungkinan besar bisa mempengaruhi dan mengganggu kelompoknya sehingga kelompok tersebut mengalami kegagalan. 4) Sifat dan kemampuan individualitas kadang-kadang terasa terabaikan. 5) Tugas guru akan menjadi lebih berat. 6) Jika tugas yang diberikan kepada masing-masing kelompok tidak dibatasi dengan waktu tertentu, maka tugas tersebut canderung terabaikan. 7) Tugas akan terabaikan atau terbengkalai jika tidak mempertimbangkan segi psikologis dan didaktis anak didik. 13
13
Ibid., 198
17
4. Saran-saran Pelaksanaan Metode Kerja kelompok Faktor-faktor yang harus diperhatikan setelah suatu kelompok terbentuk: a. Relasi Intra (antara anggota-anggota) kelompok dan inter (antara) kelompok-kelompok harus tetap dijaga agar harmonis. b. Setiap anggota kelompok mengetahui dna menyakini tujuan kelompoknya. c. Adanya pengertian dari semua murid, bahwa pengelompokan kedalam kelompok-kelompok hanya merupakan alat dan bukan tujuan. Maka semangat kesatuan kelas tidak boleh di dominasi oleh rasa kelompok yang sempit
(kelompok
isme),
sehingga
timbul
rasa,
bahwa
hanya
kelompoknyalah yang terbaik. d. Junlah anggota dalam kelompok jangan terlalu besar dan jangan terlalu kecil. 14 5. Peranan guru atau instruktor dalam kerja kelompok Dalam kerja kelompok peranan guru atau instruktor adalah sebagai: a. Manager Membantu para peserta mengorganisasi diri, tempat duduk, serta bahan yang diperlukan. b. Observer Mengamati dinamika kelompok yang terjadi sehingga ia dapat mengarahkan serta membantunya bila perlu. la perlu memberikan balikan 14
Shalahudin, Metodologi Pendidikan Agama, 63
18
kepada kelompok tentang kepemimpinan, interaksi, tujuan, serta perasaan. dan norma-norma yang terjadi dalam kelompok. c. Advisor Memberikan
saran-saran
tentang
penyelesaian
tugas
bila
diperlukan. Tetapi pemberian saran im jangan berarti instruktor yang menyelesaikan tugas buat peserta. Berikan saran itu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, bukan pemberian informasi secara langsung. d. Evaluator Nilailah proses kelompok yang terjadi bersama-sama dengan kelompok. Penilaian ini hendaklah selalu penilaian kelompok, bukan penilaian terhadap individu. 15 Dilihat dari segi waktu dan cara pembentukan kelompok maka methode ini ada beberapa macam yaitu: a. Kerja Kelornpok Jangka Pendek. Kelompok ini dapat dilaksanakan dalam kelas dalam waktu yang singkat ± 20 menit, dan kelompok ini berguna agar pada anak didik tertanam rasa saling membantu, dan kerja sama dalam menyelesaikan suatu tugas. Di samping itu juga dimaksud menanamkan kepada diri anak didik tentang pentingnya musyawarah dan manfaatnya dalam kehidupan bermasyarakat. b. Kerja Kelompok Jangka Menengah
15
Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, 25
19
Kerja kelompok jangka menengah ini diadakan karena kepentingan untuk penyelesaian unit-unit pelajaran, yang akan lebih baik apabila di kerjakan dengan cara bersama-sama dalam beberapa hari. c. Kerja kelompok jangka panjang Kelompok ini biasanya dinamakan kelompok studi. Suatu kelas dibagi kepada beberapa kelompok dan biasanya kelompok ini berakhir kalau telah berlangsung kenaikan kelas atau selesai pada suatu tingkat. B. Belajar 1. Pengertian Belajar Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi: a. Hilgard dan Bower, dalam bukunya Theories of learning (1975) yang dikutip oleh Ngalim Poerwanto mengemukakan. “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalmannya yang, berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat, seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya) 16 b. Gagne dalam buku The Conditions of Learning (1977) dikutip oleh Ngalim Poerwanto menyatakan bahwa “Belajar terjadi apabila suatu situasi syimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa 16
Ngalim Poerwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), 84.
20
sedemikian rupa sehingga perbuatannya (perfomancenya) berubah dari waktu sesudah ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tersebut”. c. Korgan dalam buku Introduction to Psychology (1978) dikutip oleh Ngalim Poerwanto mengemukakan: “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. d. Witherington dalam buku Educational psychology dikutip oleh Ngalim Poerwanto mengemukakan: “Belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan sikap, kebiasaan, kepandaian atau sesuatu pengertian. 17 Dari definisi-definis yang dikemukakan di atas dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan, pengertian tentang belajar yaitu bahwa: a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. b. Belajar merupakan suatu perubahan, yang terjadi melalui latihan atau pengalaman dalam arti perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau
17
Ibid.
21
kematangan
tidak
dianggap
sebagai
hasil
belajar,
seperti
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi. c. Untuk dapat disebut belajar, perubahan dalam belajar harus merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun. Ini berarti harus mengenyampingkan perubahan- perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang,yang biasanya berlangsung sementara. d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti perubahan dalam pengertian pemecahan suatu masalah/berfikir keterampilan, kecakapan kebiasaan ataupun sikap. 18 Good dan Brophy dalam bukunya Educational Psychology ARealistic Approach yang dikutip oleh Ngalim Poerwanto mengemukakan arti belajar dengan kata-kata yang singkat, yaitu Learning is the development of new associations as a result of experience. 19 Beranjak dari definisi yang dikemukakannya itu selanjutnya ia menjelaskan bahwa belajar itu suatu proses yang benar-benar bersifat internal (a Purely internal event). Belajar
18 19
Ibid. Ibid., 85
22
merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata proses itu terjadi di dalam diri seseorang yang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar menurut Good dan Brophy bukan tingkah laku yang nampak, tetapi terutama adalah prosesnya yang terjadi secara internal di dalam diri individu dalam usahanya memperoleh hubungan-hubungan baru (new associations). Hubungan-hubungan baru itu dapat herupa antara perangsangperangsang, antara reaksi-reaksi, atau antara perangsang dan reaksi. Faktor-faktor penting yang sangat erat hubungannya dengan proses belajar ialah kematangan, penyesuaian diri/adaptasi, menghafal/ mengingat, pengertian, berfikir, dan latihan. Namun harus dapat membedakan antara faktor-faktor tersebut dengan pengertian belajar itu sendiri. 2. Cara-cara Belajar yang Baik Menentukan bagaimana cara-cara belajar yang baik bukanlah soal yang mudah. Ada bermacam-macam faktor yang dapat mempengaruhi cara dan keberhasilan belajar. Di samping faktor yang ada di dalam diri orang itu sendiri banyak pula faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri. Untuk menjawab pertanyaan “Bagaimana cara-cara belajar yang baik?”, banyak eksperimen yang telah dilakukan oleh para ahli psikologi. Dari sekian banyak penelitian dan percobaan yang dilakukan sekian banyak pula jawaban yang di kemukakan.Namun di antara jawaban-jawaban yang
23
hiterogen itu terdapat pula beberapa yang bersifat umum yang dapat kita gunakan sebagai pedoman. 20 Crox and Crow dikutip oleh Ngalim Poerwanto secara lebih praktis mengemukakan saran-saran yang diperlukan untuk persiapan belajar yang baik seperti berikut: 21 a. Adanya tugas-tugas yang tegas dan jelas Siswa pada umumnya dapat mencapai sikap mental yang baik bagi belajar jika mareka mengerti apa tujuan mereka belajar dan bahanbahan atau buku-buku sumber apa yang perlu dipelajari. Untuk itu di perlukan adanya tugas-tugas yang jelas dari guru. Dengan tugas yang jelas perhatian siswa dapat diarahkan ke hal-hal khusus mana yang perlu dipelajari dengan baik dan bagaimana mempelajarinya. Makin jelas tugas yang diberikan oleh guru makin baik tujuan maupun batas-batasnya, makin besar pula perhatian dan kemauan siswa untuk mengerjakan atau mempelajarinya.
b. Belajarlah Membaca dengan Baik Kepandaian membaca sangat diperlukan untuk memperoleh pengetahuan dan mengerti benar-benar apa-apa yang dibacanya. Bahan-bahan dalam buku-buku hanya untuk dimengerti kata demi kata
20 21
Ibid., 133 Ibid., 116.
24
atau kalimat demi kalimat melainkan harus di usahakan untuk mengetahui apa isi buku tersebut. Bahkan lebih baik lagi jika pembaca dapat mengerti apa dan bagaimana pandangan pengarang dengan tulisannya itu. Dalam
hal-hal
tertentu,
pembaca
sering
pula
harus
mempergunakan kamus untuk mencari pengertian kata-kata sulit yang mungkin dapat menimbulkan salah tafsir atau salah pengertian. 22 Untuk dapat membaca cepat dan efektif diperlukan latihan yang terus menerus apalagi untuk membaca buku-buku bahasa asing, c. Gunakan Metode Keseluruhan dan Metode Bagian di Mana di Perlukan Kedua cara itu adalah Whole learning dan part learning, 23 sama-sama diperlukan untuk tingkat keluasan dan kesulitan bahan yang dipelajari. Untuk mempelajari buku yang tebal misalnya, mungkin kurang sesuai jika menggunakan metode keseluruhan. Akan tetapi untuk mempelajari bab demi bab diperlukan metode keseluruhan itu. Untuk mempelajari sebuah bab tidak baik jika digunakan metode bagian karena pengertian yang kita peroleh menjadi terpecah-pecah, tidak merupakan suatu kebulatan. Baru setelah bab demi bab itu dikuasai, digabungkan lagi menjadi keseluruhan isi buku tersebut. d. Pelajari dan Kuasailah Bagian-bagian yang Sukar dari Bahan yang di Pelajari 22 23
Ibid., 116. Ibid.
25
Pada tiap pelajaran biasanya terdapat bagian-bagian yang sukar dan memerlukan perhatian dan pengerjaan yang lebih teliti. Pelajari baik-baik bagian-bagian yang sukar itu untuk dapat menguasai keseluruhan pengetahuan dari, bahan yang dipelajari. Untuk itu pembuatan ringkasan (summary) dalam belajar sangat diperlukan. Dalam hal ini guru pula memberikan petunjuk atau pengarahan agar siswa mengetehui bagian bagian mana yang penting dan perlu mendapat perhatian khusus didalam belajar. e. Buatlah Outline dan Catatan-Catatan Pada waktu belajar outline dan cacatan-catatan tentang materi bacaan atau pelajaran sangat membantu siswa itu sendiri. Apabila jika catatan-catatan itu kemudian disusun ke dalam bentuk outline yang dapat menggambarkan garis besar keseluruhan dari apa yang telah di pelajari. Outline dan catatan-catatan yang tersusun itu akan dapat membantu siswa lagi pada waktu mereka akan mengulangi pelajaran itu ketika akan menghadapi tentamen atau ujian. Mereka tidak perlu lagi membaca seluruh buku yang akan memakan waktu lebih lama. 24 f. Kerjakan atau jawablah pertanyaan-pertanyaan Pada akhir tiap bab buku pelajaran (textbook) biasanya kita jumpai sejumlah pertanyaan yang bermaksud untuk membantu siswa mengingat kembali apa yang telah dipelajari dalam bab tersebut, atau 24
Ibid., 117.
26
memperluas pengetahuan mereka tentang sesuatu yang berhubungan dengan isi bab itu. Kerjakan atau jawablah pertanyaan-pertanyaan itu dengan sebaik-baiknya. Di samping itu, adalah suatu cara belajar yang baik pula jika sambil belajar siswa membuat pertanyaan-pertanyaan sendiri, dan kemudian menjawabnya berdasarkan apa yang telah dipelajarinya. Banyak orang yang mengatakan bahwa pengetahuan yang diterima dengan jalan memformulasikan jawaban-jawaban dari pertanyaanpertanyaan lebih dapat diingat lama atau lebih mendalam pengertiannya daripada pengetahuan yang hanya diperoleh melalui membaca atau menghafal. 25 g. Hubungkan bahan-bahan baru dengan bahan yang lama Belajar
merupakan
suatu
proces
yang
sinambung
atau
membentuk konsep-konsep baru, ide-ide baru, atau pengetahuan baru berdasarkan pengalaman-pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya. 0leh karena itu sebelum siswa mulai mempelajari tugas-tugas untuk hari-hari berikutnya, dia harus mengulangi kembali pelajaran-pelajaran yang lampau yang ada hubungannya dengan bahan pelajaran yang akan dipelajari. Hal ini berlaku lebih-lebih dalam pelajaran yang bersifat eksakta seperti IPA, Matematika, Fisika dan sebagainya. 25
Ibid., 18.
27
Dalam hubungan inilah bahan-bahan yang lama sering kali diperlukan untuk mempelajari bahan-bahan yang baru. Dengan kata lain, untuk manerima pelajaran yang baru diperlukan pengetahuan dari bahan-bahan yang lama yang telah dipelajari pada waktu yang lalu. h. Gunakan Macam-macam Sumber Dalam Belajar Tiap pengarang buku mempunyai pandangan dan cara yang berbeda-beda dalam mengemukakan tulisan atau karangannya. Demikian pula pengarang buku-buku pelajaran. Buku pelajaran yang berjudul sama belum tentu isinya sama. Setiap pengarang memiliki kelebihan dan kekura ngan. Perbedaan-perbedaan ini terutama terdapat pada pengarangpengarang buku ilmu pengetahuan sosial, bahkan terdapat pula pada pengarang buku pengetahuan eksakta. Di dalam belajar siswa hendaknya dibiasakan untuk mempelajari berbagai sumber atau buku untuk lebih memperluas dan memperdalam pengetahuan mereka. Di samping itu, mereka akan terlatih untuk memilih dan menentukan sendiri mana dari sekian banyak pendapat atau pandangan yang menurut mereka lebih baik, lebih lengkap atau lebih sesuai dengan kebutuhan. Memang hal sepertl ini biasanya kurang atau tidak disukai oleh kebanyakan siswa. Mereka lebih suka mempelajari satu buku saja, tidak mau bersusah-susah. 26 26
Ibid., 118.
28
i. Pelajari Baik-baik Table, Peta, Grafik dan Gambar Dewasa ini banyak terdapat buku cerita yang dilukiskan dalam bentuk gambar seni untuk menarik perhatian dan kesukaan membaca pada anak-anak. Juga buku-buku pelajaran di sekolah, kecuali berisi gambar-gambar, banyak pula yang dilengkapi dengan peta, gambar grafik dan tabel. Semua itu dimaksudkan disamping untuk menarik perhatian, terutama untuk memberi gambaran yang lebih singkat dan jelas tentang apa yang dibicarakan di dalam buku tersebut. Siswa yang kurang mengerti maksudnya dan ini merupakan sebagian besar-siswa mersa segan dan biasanya melampaui saja gambar atau grafik tersebut di dalam belajarnya. Padahal dengan mempelari gambar, tabel, grafik, atau peta yang, terdapat di dalam buku, siswa dapat memperoleh pengertian yang lebih jelas dan sering, kali lebih luas daripada membaca uraian-uraian yang panjang lebar. Tugas dan kewajiban guru, adalah membimbing siswa bagaimana menginterprestasikan gambar, grafik, tabel, peta, bagan yang terdapat di dalam buku pelajaran ataupun buku-buku sumber lainnya, dan bagaimana menyusun atau mengambil kesimpulan daripadanya. j. Buatlah Rangkuman (Summary) Dan Review Bagaimana cara menyusun atau membuat rangkuman yang baik dan jelas serta mudah dipahami sangat bergantung pada cara belajar siswa masing-masing. Di samping itu cara guru mengajarpun
29
menentukan pula cara murid belajar. Seorang guru yang biasa menerangkan dengan gambar-gambar atau bagan-bagan yang teratur dan sistematis di papan tulis, secara tidak langsung telah melatih siswa belajar-bagaimana cara membuat rangkuman atau ikhtisar mengenai pelajaran itu. Makin pandai siswa membuat rangkuman, makin mudah baginya untuk mengadakan review atau mengulang kembali pelajaran yang telah diterimanya.
Rangkuman
dan
review
memberikan
kesempatan
kepadanya untuk merefleksikan, mengingat kembali, dan mengevaluasi isi pengetahuan yang telah dikuasainya. 27 3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan atau kecakapan. Sampai dimanakah perubahan itu dapat tercapai atau dengan kata lain berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-macam faktor. Faktor itu dapat kita bedakan menjadi dua golongan: a. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut factor individual b. Faktor yang ada di luar diri individu yang kita sebut faktor sosial. Yang termasuk kedalam faktor individual antara lain: Faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. 27
Ibid., 120.
30
Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru, dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar-mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial. 28 Marilah kita uraikan faktor tersebut secara singkat a. Kematangan dan Pertumbuhan Tidak dapat melatih anak yang baru berumur 6 bulan untuk belajar berjalan. Andaipun dipaksa, tetap anak itu tidak akan dapat/sanggup melakukannya, karena untuk dapat berjalan anak memerlukan kematangan potensi-potensi jasmaniah maupun rohaniahnya. Anak umur 6 bulan otot-otot, dan tulang-tulangnya masih lemah, berat badan dan kekuatan tenaganya belum ada keseimbangan yang harmonis keberanian untuk mencoba-coba belum ada. Demikian pula, tidak dapat mengajar ilmu pasti kepada anak kelas tiga sekolah dasar, atau mengajar ilmu filsafat kepada anak-anak yang baru duduk di bangku sekolah menengah pertama. Semua itu disebabkan pertumbuhan mentalnya belum matang untuk menerima pelajaran itu. Mengajarkan sesuatu baru dapat berhasil jika taraf pertumbuhan pribadi telah memungkinkannya, potensi-potensi jasmani atau rohaninya telah matang untuk itu. b. Kecerdasan/intelejensi 28
Ibid., 102.
31
Di samping kematangan, dapat tidaknya orang mempelajari sesuatu dengan berhasil baik ditentukan atau dipengaruhi pula oleh taraf kecerdasannya. Kenyataan menunjukkan kepada kita meskipun anak yang berumur 14 tahun ke atas pada umumnya telah matang belajar ilmu pasti tetapi tidak semua anak-anak tersebut pandai dalam ilmu pasti. Demikian pula halnya dalam mempelajari mata pelajaran dan kecakapan-kecakapan lainnya. Tidak semua anak pandai dalam bahasa asing, tidak semua anak pandai memasak, dan sebagainya. Jelas kiranya bahwa dalam belajar kecuali kematangan intelejensipun turut memegang peranan. 29 c. Latihan dan Ulangan Karena terlatih, karena seringkali mengulangi sesuatu maka kecakapan dan pengetahuan yang dimilikinya dapat menjadi makin dikuasai dan makin mendalam. Sebaliknya, tanpa latihan pengalamanpengalaman yang dimilikinya dapat menjadi hilang atau berkurang karena latihan karena seringkali mengalami sesuatu, seseorang dapat timbul minatnya kepada sesuatu, itu makin besar minat makin besar pula perhatiannya sehingga memperbesar hasratnya untuk mempelajarinya. d. Motivasi Motif merupakan pendorong bagi suatu organisme untuk melakukan sesuatu. Motif lapar yang ada pada kucinng percobaan 29
Ibid., 103.
32
thorndike mendorong kucing itu berkali-kali sehingga akhirnya dapat membuka pintu tanpa melakukan perbuatan-perbuatan yang membabi buta lagi. Motif intrinsik dapat mendorong seseorang sehingga akhirnya orang itu menjadi spesialis dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu. Tak mungkin seseorang mau berusaha mempelajari sesuatu dengan sebaik-bainya jika ia tidak mengetahui betapa penting dan faedahnya hasil yang akan dicapai dari belajarnya itu bagi dirinya. e. Sifat-sifat Pribadi Seseorang Faktor pribadi seseorang turut pula memegang peranan dalam belajar.
Tiap-tiap
orang
mempunyai
sifat-sifat
kepribadiannya
masing-masing yang berbeda antara seorang dengan yang lain. Ada orang yang mempunyai sifat keras hati, kemauan keras, tekun dalam segala usahanya, halus perasaannya dan ada pula yang sebaliknya. Sifat-sifat kepribadian yang ada pada seseorang itu sedikit banyak turut pula mempengaruhi sampai dimana kah hasil belajarnya dapat dicapai. Termasuk ke dalam sifat-sifat kepribadian ini adalah faktor fisik kesehatan dan kondisi badan. 30 f. Keadaan keluarga Ada keluarga yang miskin, ada pula yang kaya. Ada keluarga yang selalu diliputi oleh suasana tenteram dan damai, tetapi ada pula yang sebaliknya, ada keluarga yang terdiri dari ayah ibu yang terpelajar dan adapula yang kurang pengetahuan. Ada keluarga yang mempunyai 30
Ibid., 103-104.
33
cita-cita tinggi bagi anak-anaknya, ada pula yang biasa saja. Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam itu mau tidak mau turut menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar dialami dan dicapai oleh anak-anak termasuk ada tidaknya atau tersedia tidaknya fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar turut memegang peranan penting pula. g. Guru dan Cara Mengajar Terutama dalam belajar di sekolah, faktor guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang penting pula. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan itu kepada anak-anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai anak. 31 h. Alat-alat Pelajaran Faktor guru dan cara mengajarnya tidak dapat lepas dari ada tidaknya dan cukup tidaknya alat-alat pelajaran yang tersedia di sekolah. Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat-alat itu, akan mempermudah dan mempercepat belajar anak-anak. i. Motivasi Sosial 31
Ibid., 104.
34
Karena belajar adalah merupakan suatu proses yang timbul dari dalam, maka faktor motivasi memegang peranan pula. Jika guru atau orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada anak-anak timbullah dalam diri anak itu dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. Anak dapat menyadari apa gunanya belajar dan apa tujuan yang hendak dicapai dengan, pelajaran itu, jika diberi perangsang diberi motivasi yang baik dan sesuai. Motivasi sosial dapat pula timbul pada anak dari orang lain disekitarnya, seperti dari orang-orang tetanga, sanak saudara yang berdekatan dengan anak-anak itu, dan dari teman-teman sepermainan disekolahnya. Pada umumnya motivasi semacam ini diterima anak tidak dengan sengaja, dan mungkin pula tidak dengan sadar.
j. Lingkungan dan Kesempatan Seorang anak dari keluarga yang baik, memiliki intelejensi yang baik, bersekolah disuatu sekolah yang keadaan guru-gurunya dan alat-alatnya baik, belum tentu pula dapat belajar dengan baik. Masih ada faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Umpamanya karena jarak antara rumah dan sekolah itu terlalu jauh, memerlukan kendaraan yang cukup lama sehingga melelahkan. Banyak pula anak-anak yang tidak dapat belajar dengan hasil baik dan tidak dapat
35
mempertimbangkan nilainya, akibat tidak adanya kesempatan yang disebabkan oleh sibuknya pekerjaan setiap hari, pengaruh lingkungan yang buruk dan negatif serta faktor-faktor lain terjadi diluar kemampuannya. Faktor lingkungan dan kesempatan ini lebih-lebih lagi berlaku bagi cara belajar orang-orang dewasa. 32
C. Prestasi Belajar. 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni “prestasi” dan “belajar”. “Prestasi” adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupunkelompok. 33 WJS. Poerwadarminta dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). 34 Sedangkan menurut Mas’ud Khasan Abdul Qohar dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah, prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. 35 Sementara Nasrun Harahap dan kawan-kawan yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah memberikan
32
Ibid., 102-106. Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), 19. 34 Ibid. 35 Ibid. 33
36
batasan,
bahwa
prestasi
adalah
penilaian
pendidikan
tentang
perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum. 36 Dari beberapa pengertian prestasi yang dikemukakan para ahli di atas jelas terlihat perbedaan kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama, yakni hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu dapat difahami, bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baiksecara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu. Sedangkan belajar adalah suatu proses aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari, bahan yang telah dipelajari. Hasil dari aktivitas belajar terjadilah perubahan dalam diri individu. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil bila telah terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya bila tidak terjadi perubahan dalam diri individu, maka belajar dikatakan tidak berhasil. Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat difahami mengenai makna kata ”prestasi” dan “belajar”. Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Sedangkan belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan pada diri individu, 36
Ibid., 20-21.
37
yakni perubahan tingkah laku. Dengan demikian, dapat diambil pengertian yang cukup sederhana mengenai hal ini. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan berubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. 37 2. Prestasi Belajar Sebagai Hasil Penilaian Prestasi Belajar adalah hasil dari penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa setelah melakukan aktivitas belajar. Ini berarti prestasi belajar tidak dapat diketahui tanpa dilakukan penilaian atas hasil aktivitas belajar siswa. Fungsi prestasi belajar bukan saja untuk mengetahui sejauhmana kemajuan siswa setelah menyelesaikan suatu aktivitas, tetapi yang lebih penting adalah sebagai alat untuk memotivasi setiap individu agar lebih giat belajar, baik secara individu maupun kelompok. Prestasi belajar sebagai hasil penilaian sudah difahami. Namun demikian untuk mendapatkan pemahaman perlu juga diketahui, bahwa penilaian adalah sebagai aktivitas dalam menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar itu sendiri. 38 a. Prestasi Belajar Sebagai Alat Motivasi Dalam belajar, motivasi memegang peranan penting. Motivasi adalah sebagai pendorong siswa dalam belajar. Intensitas belajar siswa sudah barang tentu dipengaruhi oleh motivasi. Siswa yang ingin
37 38
Ibid., 23. Ibid., 24
38
mengetahui sesuatu dari apa yang dipelajarinya adalah sebagai tujuan yang ingin siswa capai selama belajar. Karena siswa mempunyai tujuan ingin mengetahui sesuatu itulah akhirnya siswa terdorong untuk mempelajarinya. Motivasi tidak dapat dipisahkan dari aktivitas belajar siswa. Siswa tidak akan mempelajari sesuatu bila hal itu tidak menyentuh kebutuhannya kebutuhan dan motivasi adalah dua hal yang saling berhubungan. Sebab manusia hidup pada dasarnya tidak akan terlepas dari berbagai kebutuhan. Kebutuhan itulah nantinya mendorong manusia untuk senantiasa berbuat dan mencari sesuatu. Menurut Morgan manusia hidup memiliki kebutuhan- kebutuhan, yakni kebutuhan untuk beraktivitas, kebutuhan untuk menyenangkan orang lain, kebutuhan untuk mencapai hasil, dan kebutuhan untuk mengatasi kesulitan. Seluruh aktivitas belajar siswa adalah untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik. Setiap siswa pasti tidak ingin memperoleh prestasi belajar yang jelek, oleh karena itu setiap siswa berlomba-lomba untuk mencapainya dengan sesuatu usaha yang dilakukan seoptimal mungkin. Dalam hal yang demikian maka prestasi bias dikatakan sebagai kebutuhan yang memunculkan motivasi dari dalam diri siswa untuk selalu belajar. Dalam proses belajar mengajar banyak hal yang dapat dijadikan sebagai alat untuk memotivasi siswa dalam belajar. Karena banyaknya maka prestasi belajar hanya salah satu yang sering guru gunakan dalam
39
pengajaran. Meski prestasi belajar dijadikan sebagai alat motivasi, namun tidak semua siswa termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Hal ini kemungkinan besar ada factor-faktor lain sebagai kendalanya. Dalam hal ini bias menyangkut faktor bahan pelajaran dan lingkungan. Untuk mengatasi hal ini guru bias mempergunakan pendekatan edukatif lainnya. Ini semua dilakukan dalam usaha untuk memotivasi siswa. 39 Namun bagaimanapun macam-macam dan bentuk-bentuk motivasi itu tidak lain adalah dalam usaha bagaimana agar siswa dapat dimotivasi sehingga siswa memperoleh kemajuan dalam belajarnya di sekolah. Oleh karena itu cukup beralasan bila prestasi belajar dijadikan sebagai salah satu alat untuk memotivasi siswa dalam belajar.
39
Ibid., 27-30.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan matang tentang hal-hal yang akan dilakukan. 1 Selain itu rancangan penelitian juga diartikan sebagai pengatur latar penelitian agar peneliti dapat memperoleh data yang valid yang sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Rancangan penelitian dalam penelitian ini mencakup tingkat pemahaman terhadap metode kerja kelompok dalam pembelajaran al-Qur’an Hadits kelas VIII MTs. N Jetis Ponorogo tahun pelajaran 2006-2007.
B. Populasi, Sampel dan Responden 1. Populasi Menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti. 2 Sedangkan menurut Sugiono, populasi dalam pandangannya bukan saja merupakan jumlah orang, tetapi karakter atau sifat yang dimiliki oleh obyek yang diteliti. 3 Sedangkan populasi yang penulis maksud di sini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs.N Jetis Ponorogo yang jumlahnya 336 siswa, yang terdiri dari 8 kelas. 1
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 100. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 115. 3 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 1994), 119. 2
40
41 Tabel III.1 Jumlah Siswa Kelas VIII MTs.N Jetis Ponorogo Tahun Pelajaran 2006-2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Kelas VIII A VIII B VIII C VIII D VIII E VIII F VIII G VIII H Jumlah
L 21 21 21 21 21 23 22 19 169
P 21 21 20 22 20 21 21 21 167
Jumlah 42 42 41 43 41 44 43 40 336
2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil dari popusali yang diteliti. 4 Bila pupulasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti yang diambil representatif (mewakili). Adapun teknik yang digunakan peneliti adalah dengan random sampling atau dengan cara undian. Dalam penilitian ini peneliti mengambil 15% dari jumlah populasi sebesar 50 siswa. Hal ini didasarkan pada pendapat Suharsimi Arikunto yang menyatakan apabila subyek penelitian kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 1015%, atau 20-25%. 5
4 5
Arikunto. Prosedur, 109. Ibid., 112.
42 3. Responden a. Orang Peneliti memperoleh data langsung dari responden baik saat wawancara maupun pada saat observasi lapangan. b. Dokumen Yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber resmi yang ada dilokasi penelitian, di antaranya: fihak-fihak yang bersangkutan, dokumendokumen dan literatur (kepustakaan) yang ada hubungannya dengan permasalahan peneliti ataupun dokumen lain yang dibutuhkan.
C. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen penelitian yang diartikan sebagai alat bantu merupakan saran yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya angket (questionnaire), daftar cocok (checklist) atau pedoman wawancara (interview guide atau interview schedule), lembar pengamatan atau panduan pengamatan (observation sheet atau observation schedule) soal tes (yang kadang-kadang hanya disebut dengan tes saja, inventori (invertory), skala (scala), dan lain sebagainya. 6
6
Ibid., 134
43 Judul
Variabel
Tingkat Pemahaman Terhadap metode kerja kelompok dalam pembelajaran al-Qur’an Hadits kelas VIII MTs.N Jetis Ponorogo tahun pelajaran 2006-2007
Indikator
Proses ! pelaksanaan metode ! Kerja kelompok ! !
No. Item Instrumen 1, 3, 4, 5, 7, 9
Memahami pengertian kerja kelompok 2, 4, 6, 8, 10 Memahami langkahlangkah yang harus ditempuh dalam metode kerja kelompok. 11, 13, 15, 17, 19 Memahami kelebihan dan kekurangan metode kerja kelompok. 12, 14, 16, 18, 20 Memahami bagaimana melaksanakan metode kerja kelompok yang baik.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data atau metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya, mislanya angket, wawancara, pengamatan atau observasi, tes, dokumentasi. 7 Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Metode Observasi Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap segala yang nampak pada obyek penelitian. 8 Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap obyek ditempat terjadinya peristiwa, sehingga observasi berada bersama yang diselidiki. Adapun metode ini digunakan untuk mengetahui letak geografis, keadaan lingkungan, dan sebagainya. 2. Metode Angket Adalah kumpulan dari pertanyaan tertulis yang diajukan kepada seseorang dalam hal ini disebut responden untuk memperoleh informasi. 9 7
Ibid., 136. Margono, Metodologi Penelitian, 158. 9 Arikunto, Manajemen Pemelitian, 136. 8
44 Dalam arti laporan lapangan tentang pribadinya atau hal-hal yang ingin diketahui, dalam metode ini peneliti membuat daftar yang dijawab kemudian dikembalikan untuk dianalisa demi tercapainya tujuan dan memudahkan penulis dalam mengumpulkan data. 3. Metode Dokumentasi Adalah dengan meneliti bahan-bahan dokumentasi yang ada dan mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian. Dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi peneliti meneliti bendabenda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan dan sebagainya. 10 .
E. Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul perlu dilakukan analisis data dan untuk memberikan jawaban dari rumusan masalah yang ada peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Ditinjau dari arti katanya deskriptif merupakan statistik yang bertugas untuk “mendeskripsikan” atau “memaparkan” gejala hasil penelitian. Statistik deskriptif adalah bagian dari statistik yang membahas mengenai penyusunan data kedalam daftar, grafik atau bentuk lain yang sama sekali tidak menyangkut penarikan kesimpulan. 11 Sedangkan penelitian kuantitatif adalah penelitian dimana dalam prosesnya banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. 12
10
Arikunto, Prosedur Penelitian, 135. Tulus Winarsunu, Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan (Malang: UMM Press, 2002), 2. 12 Arikunto, Prosedur Penelitian, 10. 11
BAB IV TEMUAN DAN HASIL PNELITIAN TENTANG TINGKAT PEMAHAMAN TERHADAP METODE KERJA KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN AL-QUR’AN HADITS KELAS VIII MTs.N JETIS PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2006-2007
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya MTs.N Jetis Ponorogo Pada tahun 1964 madrasah berdiri di komplek masjid Tegalsari yang diberinama Yayasan “Ronggo Warsito”, dibina dan dikelola oleh yayasan tersebut. Pada tahun 1964-1984 madrasah tersebut berubah nama menjadi Pendidikan Guru Agama Ronggo Warsito. Pada tahun 1968-1970 madrasah tersebut berubah nama menjadi Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) 6 tahu. Yang dikepalai oleh bapak Zubairi Masykur. Pada tahun 1970-1976 kelas I, II dan III berubah menjadi 4 tahun sedangkan kelas IV, V, VI menjadi PGAN. Pada tahun 1979, sejalan dengan perkembangan jaman dengan adanya restrukturisasi Departemen Agama sekolah tersebut akhirnya ditetapkan untuk sekolah PGAN menjadi Madrasah Tsanawiyah Negeri yang dikenal dengan sebutan MTs.N Jetis Ponorogo. Pada mulanya madrasah ini kurang diminati oleh masyarakat sehingga bertahun-tahun madrasah mencoba untuk melangkah ke depan sejajar dengan sekolah-sekolah sederajat, meski lambat namun pasti akhirnya prestasi demi 45
46
prestasi dapat diraihnya. Potensi inilah yang menarik para pengelola madrasah untuk mengangkat keberadaan MTs.N Jetis Ponorogo ke permukaan sebagai sekolah pilihan umat Islam. Cita-cita, usaha dan karyanyata rupanya telah mewujudkan impian dan sejak tahun 1985 dan seterusnya madrasah ini melaju dengan pesat, berdatangan orang tua untuk memasukkan putra-putrinya ke MTs.N Jetis Ponorogo hingga sekarang. Pergantian kepala madrasah MTs.N dari tahun ke tahun
sebagai
berikut: 1. Tahun1979-1986 dikepalai oleh Bapak Drs. Zainun Shofyan. 2. Tahun 1986-1993 dikepalai oleh Bapak Kustho, BA. 3. Tahun 1993-1999 dikepalai oleh Bapak Chozin, SH. 4. Tahun 1999-2002 dikepalai oleh Bapak Imam Asy’ari, SH. 5. Tahun 2002-2007 dikepalai oleh Bapak Drs. Muhammad Kholid. 6. Tahun 2007 hingga sekarang H. Imam Syafi’i, S.pd. 41 2. Geografi MTs.N Jetis ponorogo Lokasi sekolah ini berada di selatan kota Ponorogo berkisar 8 kilometer arah selatan kota Ponorogo. Lokasi ini berbatasan sebelah selatan desa Tempel, sebelah utara desa Josari, sebelah barat desa Turi, sebelah Timur desa Turi. Lokasi ini jauh dari kebisingan dan di sekitar lokasi ini dikelilingi oleh sawah yang sangat luas.
41
Wawancara dengan Kepala Bagian Tata Usaha Bapak S. John Syaifudin, S.Sos., pada tanggal 7 Mei 2007.
47
3. Struktur Organisasi MTs.N Jetis Ponorogo Organisasi sekolah merupakan kerangka atau bentuk yang menjadi wadah dan usaha kerja bersama dalam suatu lembaga-lembaga pendidikan. Dengan demikian dari organisasi sekolah tersebut dapat dilihat bagaimana bentuk dari urutan pemerintahan dan wewenang serta kerja sama yang terjadi dalam lembaga pendidikan tersebut, organisasi harus ada dalam suatu lembaga pendidikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar. 42
STRUKTUR ORGANISASI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI JETIS PONOROGO TAHUN AJARAN 2006/2007 Kepala Sekolah POMG/Komite Sekolah
KA UI Tata Usaha
PKM. UI Sarana dan Prasarana
MGMP PPKN
MGMP BIN
PKM UI Kurikulum
MGMP Matik
PKM UI Humas
MGMP IPA
MGMP BIG
MGMP AS
PKM UI Kesenian
MGMP Pen. Ag.
UM Kamum Raga
UI Bendahara Umum Sek. Bp3/ Kepegawaian
Wali Kelas I
II
III
Penanggung Jawab
Guru Pembimbing
Tenanga Pendidik Lainnya
Perpus/LAb/ Statistik/Dok Administrasi Kesiswaan/Umum
SISWA Keterangan:
Garis Koordinasi Garis Komando
42
Dokomen Madrasah Tsanawiyah Jetis Ponorogo, 2007.
Siskamling
48
Keterangan Gambar. Adapun tugas-tugas pokok bagian adalah sebagai berikut : a. Kepala Sekolah Sebagai administrator kepala MTs.N mempunyai tugas merencanakan, mengkoordinasi, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengevaluasi seluruh kegiatan pendidikan di MTs.N dan melaporkan kegiatan tersebut kepada atasan. b. Wakil Kepala Sekolah Membantu kepala sekolah MTs.N dalam melaksanakan tugas sehari-hari. c. Urusan Kurikulum 1) Membantu kelancaran pelaksanaan pengembangan program-program MTs.N. 2) Menyusun jadwal Pelajaran. 3) Membantu pelaksanaan pengelolaan sistem kredit program inti. 4) Membantu mengajar atau mengawasi kelancaran program tugas guru. 5) Membantu mengevaluasi hasil program belajar mengajar. d. Urusan Kesiswaan 1) Perencanaan dan penerimaan murid baru. 2) Menentukan, menyusun dan mengadministrasikan laporan ekstra kulikuler. 3) Pembina terhadap OSIS. 4) Membuat dan melaksanakan tata tertib MTs.N.
49
5) Membantu kelancaran tugas program ekstrakurikuler. 6) Membantu laporan kegiatan kesiswaan. e. Urusan Hubungan Masyarakat 1) Membantu pembinaan kerja sama antara BP dengan orang tua atau murid. 2) Membantu kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan sekolah. 3) Membantu siswa dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan. 4) Mewakili Kepala MTs.N bila ia tidak berada di tempat atau berhalangan. 5) Mewakili kepala MTs.N menghadiri undangan disertai surat tugas. f. Tugas Guru Di samping tugas pokoknya yaitu melaksanakan pendidikan pengajaran menurut bidang studinya, maka guru dapat membantu kepala khususnya dalam pembinaan murid sesuai dengan keahliannya. g. Bagian Perpustakaan Bagian Perpustakaan bertugas mengatur buku-buku, baik buku mata pelajaran maupun buku bacaan yang lainnya. Mengatur jadwal peminjaman dan pengembalian buku khususnya bagi siswa. h. Bagian Bimbingan dan Penyuluhan Bertugas untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan terhadap siswa yang kurang rajin atau kurang disiplin, memberikan arahan, nasehatnasehat, memberikan spirit dan dorongan terhadap siswa yang lain.
50
i. Bagian Tata Usaha Bagian tata usaha bertugas melaksanakan seluruh administrasi sekolah, keuangan sekolah, dan segala urusan yang berkaitan dengan ketatausahaan. Misalnya : mencatat, menggarap surat keluar maupun surat masuk. 43 4. Keadaan Guru dan Murid MTs.N Jetis Ponorogo Jumlah guru yang bertugas di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jetis ponorogo tahun pelajaran 2006/2007 ada 58 orang, yang terdiri atas guru Dinas (DPK) sebanyak 26 orang dan Guru Tidak Tetap (GTT) sebanyak 32 orang. Mengenai identitas guru-guru Madrasah Tsanawiyah negeri Jetis Ponorogo dapat dilihat pada lampiran. Adapun murid Madrasah Tsanawiyah Negeri Jetis Ponorogo tahun pelajaran 2006/2007 ada 975 orang. Kelas VII ada 316 orang (L=145, P=171), Kelas VIII ada 336 orang (L=169, P=167), dan Kelas IX ada 323 orang (L=155, P=168). 44 Tabel IV. 1 Daftar Murid MTs.N Jetis Ponorogo 2006/2007 KELAS VII VIII IX JUMLAH 43
MURID LAKI-LAKI PEREMPUAN 145 171 169 167 155 168 469 506
JUMLAH 316 336 323 975
Dokomen Madrasah Tsanawiyah Jetis Ponorogo, 2007. Sumber Data, Dokomentasi Bag Tata Usaha Madrasah Tsanawiyah Negeri Jetis Ponorogo, tahun 2007. 44
51
5. Sarana dan Prasarana pendidikan Sarana dan Prasarana Pendidikan adalah salah satu komponen dalam proses belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan yang ingin dicapai. Tanpa didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai tidak mungkin tujuan pendidikan tersebut dapat diraih dengan sempurna. Untuk mendukung prpses belajar mengajar di Madrasah Tsanawiyah Negeri Jetis Ponorogo memiliki sejumlah sarana dan prasaran antara lain berupa gedung yang terdiri dari 24 ruang belajar, 1 ruang kepala madrasah, 1 ruang TU, 1 ruang PKM, 1 ruang Guru, 1 ruang koperasi siswa, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang BP, 1 ruang Lab bahasa, 1 ruang lab Comp, 1 ruang pramuka, 1 ruang LAB sains, 1ruang MGMP, 1 masjid. Untuk ruang belajar masing-masing berukuran 8 x 9 m, sedangkan tiap-tiap ruang dilengkapi dengan meja kursi murid, meja kursi guru, papan tulis, papan absen, papan daftar tata tertib, daftar pelajaran, ganbar lukisan tokoh pahlawan nasional, almari buku, jadwal kerja harian siswa dan peralatan piket. 45 Dalam ruang perpustakaan dilengkapi dengan buku-buku umum dan buku-buku agama, globe, 10 meja dan kursi, jadwal pinjam buku, gambar, almari-almari buku, gambar tokoh-tokoh pahlawan, struktur organisasi
45
Hasil Observasi ke Kelas pada tanggal 24 Maret 2007.
52
perpustakaan, jadwal pelajaran dan dilengkapi dengan televisi sebagai hiburan atau informasi. 46 6. Visi dan Misi a. Visi MTs.N Jetis Ponorogo 1. Menjadikan Madrasah sebagai lembaga Pendidikan umum berciri khas Islam sebagai pusat pemantapan aqidah pengembangan ilmu yamg amaliyah, akhlak yang luhur, membentuk manusia yang beriman dan bertakwa. 2. Berusaha selalu di depan dalam pembaharuan pendidikan khas Islam yang berpola pikir maju ke depan. 3. Menjadikan Madrasah sebagai tempat pendidikan yang dibangun atas dasar komitmen yang kokoh, berkarakter dan didukung oleh masyarakat dengan nuansa yang Islam. 4. Menjadi Madrasah yang menjanjikan lima tahun ke depan dalam rangka menyongsong millenium ke tiga. 5. MTs.N sebagai madrasah pelopor pendidikan yang tidak ketinggalan zaman
dengan
mempersiapkan
lulusan
yang
berkualitas,
berketrampilan, bermanfaat untuk dirinya sendiri, masyarakat dan Negara.
46
Hasil wawancara dengan Bapak Sugeng Wahyudi, SE., Penjaga perpustakaan MTs.N Jetis, jam 10.00 WIB, 24 Maret 2007
53
b. Misi MTs.N Jetis Ponorogo 1. Mencetak siswa yang memiliki ketrampilan aqidah dan kedalaman ilmu keagamaan, berakhlak mulia, menguasai ilmu yamg luas dan memiliki ketrampilan. 2. Pusat Pengembangan dan penggalian ilmu pengetahuan umum dan agama (sesuai kurikulum yang ada). 3. Mengadakan kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada pengembangan bakat dan minat siswa dalam berbagai bidang. 4. Memberi contoh suri tauladan dalam semua aspek kehidupan atas dasar norma Islam dengan menghormati budaya luhur bangsa. 47
B.
Deskripsi Data Data Tentang Tingkat Pemahaman Terhadap Kerja Kelompok di Kelas VIII MTs.N Jetis Ponorogo Pada Bidang Studi al-Qur’an Hadits Tahun Pelajaran 2006-2007. Dalam Penelitian ini yang dijadikan responden adalah siswa-siswi kelas VIII MTs.N Jetis Ponorogo. Karena jumlahnya diatas 100 yakni 336 siswa maka penulis mengambil sample sebanyak 15% atau sebanyak 50 siswa. Berkaitan dengan tingkat pemahaman terhadap penggunaan kerja kelompok untuk pembelajaran al-Qur’an hadits di kelas VIII MTs.N Jetis Ponorogo, akan penulis sampaikan data-data mengenai tanggapan siswa-siswi 47
Dokomen Madrasah Tsanawiyah Negeri Jetis Ponorogo, 2007.
54
terhadap proses penggunaan metode kerja kelompok di sekolah mereka. Datadata ini diperoleh berdasarkan angket yang berbentuk skala, yang disebarkan penulis kepada siswa-siswi kelas VIII MTs.N Jetis secara random dan proporsional. Untuk mengetahui skor masing-masing responden, terlebih dahulu jawaban yang dinyatakan dengan (SS) sangat setuju, (S) setuju, (netral), (TS) tidak setuju, (STS) Sangat tidak setuju, dirubah dalam bentuk angka dengan ketentuan sebagai berikut : a. Apabila jawaban (SS) sangat setuju maka diberi skor 5 b. Apabila jawaban (S) setuju maka diberi skor 4 c. Apabila jawaban (N) netral maka diberi skor 3 d. Apabila jawaban (TS) tidak setuju maka diberi skor 2 e. Apabila jawaban (STS) sangat tidak setuju maka diberi skor 1 Setelah jumlah skor masing-masing responden diketahui selanjutnya perlu diketahui kategorisasi jawaban tersebut. Pengkategorian tersebut dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Jumlah skor 81 - 100 sangat baik b. Jumlah skor 61 - 80 baik c. Jumlah skor 41 - 60 sedang d. Jumlah skor 21 - 40 buruk e. Jumlah skor 1 - 20
sangat buruk
55
Tabel IV.2 Skor Jawaban Angket Tentang Tingkat Pemahaman Terhadap Kerja Kelompok untuk Pembelajaran al-Qur’an Hadits Siswa Kelas VIII MTs.N Jetis Ponorogo No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
1 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 4 2 5 3 3 5 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 4 5 2 3 3 2 3
2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 4 3 5 3 3 5 2 3 2 3 2 5 3 3 3 1 2 5 3 2 5 4 4 4 2 3 2 4
3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 4 4 3 5 2 2 5 3 2 4 2 3 4 3 1 3 2 2 5 3 3 5 3 2 4 3 3 2 3
4 2 2 2 2 3 1 1 1 2 2 2 2 5 3 1 3 3 4 5 3 3 4 5 2 5 2 2 2 4 1 4 4 3 4 5 5 4 3 4 1 3
5 3 2 2 2 2 2 2 2 2 5 2 2 5 4 3 5 2 4 5 1 2 4 5 2 4 4 4 2 2 2 4 4 2 4 3 3 4 1 3 1 5
6 3 4 2 3 3 2 1 3 2 3 3 3 5 4 3 5 3 4 5 5 2 4 5 1 5 4 2 5 2 2 3 4 2 3 5 5 4 4 3 2 4
7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 5 5 3 5 3 3 3 3 3 3 3 5 3 3 5 3 3 5 3 3 5 3 3 3 3 5 3 5
8 3 4 2 2 3 2 3 2 3 3 2 5 5 5 3 5 5 5 5 5 3 5 1 2 5 3 3 5 3 3 3 3 2 3 5 5 5 3 4 3 4
9 10 11 2 2 3 2 4 3 2 3 3 5 3 3 5 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 4 3 3 3 2 3 4 3 5 5 4 4 4 4 4 2 3 3 5 2 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 2 3 3 5 3 3 5 5 5 2 3 3 5 5 2 5 3 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 2 3 3 5 3 3 4 3 3 2 3 3 4 5 5 4 3 5 4 4 3 5 3 3 2 3 3 3 5 5 3 3 3 4 5 5
12 2 4 3 5 4 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 4 5 5 5 5 3 3 5 3 5 5 5 5 5 3 3 3 3 5 5 3 3 3 3 5 3
13 3 3 2 4 3 3 3 3 2 5 4 3 4 4 4 5 5 4 5 2 2 5 5 2 5 5 5 5 5 3 3 3 3 4 4 4 3 2 5 4 4
14 3 4 2 4 3 4 2 5 2 5 2 5 4 4 3 5 5 5 5 5 3 5 3 3 5 5 5 2 5 3 5 3 3 4 4 4 3 2 4 4 4
15 3 3 3 5 5 3 3 2 3 3 3 5 5 5 5 5 3 5 5 5 3 5 3 2 5 5 5 5 5 3 3 3 3 4 4 4 3 3 5 4 5
16 5 2 5 5 5 4 3 5 4 5 3 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5
17 5 2 5 5 5 4 3 5 4 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 4 5
18 3 5 2 5 5 4 4 5 4 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5
19 3 5 2 5 5 4 3 5 4 5 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5
20 Jumlah 3 60 4 63 2 52 5 74 3 72 4 60 4 53 5 64 3 55 5 76 2 50 5 75 5 89 5 87 5 71 5 92 5 83 5 85 5 98 5 82 3 63 5 83 5 82 4 60 5 93 5 83 5 81 5 84 5 79 5 62 5 82 5 75 3 55 5 88 5 86 5 83 5 78 5 65 5 83 4 65 5 86
56
42 43 44 45 46 47 48 49 50
2 3 2 2 3 3 3 3 4
2 4 3 3 3 2 3 2 4
2 3 2 2 3 3 3 2 3
3 2 5 2 3 2 2 4 4
3 2 5 2 2 4 4 4 4
5 2 5 3 3 4 3 5 5
5 5 3 3 3 3 3 5 5
4 4 3 3 2 3 3 4 3
4 4 2 2 2 4 4 5 5
5 5 3 3 3 3 3 4 3
5 5 3 3 3 3 4 5 5
5 5 4 3 3 3 3 4 3
4 5 3 3 2 4 4 5 5
4 4 3 2 2 3 3 4 3
4 4 3 3 3 3 3 4 5
5 5 5 4 5 5 5 5 5
5 5 5 4 5 5 5 5 5
5 5 5 4 5 5 5 5 5
5 5 4 4 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5
82 82 73 60 65 72 73 85 86
Tabel IV.3 Kategori Skor Jawaban Responden tentang Tingkat Pemahaman Terhadap kerja Kelompok Pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits 48 No Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 48
Skor
Kategori
60 63 52 74 72 60 53 64 55 76 50 75 89 87 71 92 83 85 98 82 63 83
Sedang Baik Sedang Baik Baik Sedang Sedang Baik Sedang Baik Sedang Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik Sangat Baik
Sumber data dari hasil angket tanggal 24 Maret 2007.
57
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
82 60 93 83 81 84 79 62 82 75 55 88 86 83 78 65 83 65 86 82 82 73 60 65 72 73 85 86
Sangat Baik Sedang Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik Baik Sangat Baik Baik Sedang Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik Baik Sangat Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik Sedang Baik Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik
Dari jawaban responden dapat diketahui bahwa 23 anak menyatakan bahwa pemahaman terhadap metode kerja kelompok untuk pembelajaran alQur’an Hadits kelas VIII MTs.N Jetis Ponorogo adalah sangat baik. Sedangkan 17 anak menyatakan bahwa pemahaman terhadap metode kerja kelompok untuk pembelajaran Al-Qur’an hadits kelas VIII MTs.N Jetis Ponorogo adalah baik, dan 10 anak menyatakan bahwa pemahaman terhadap penggunaan
58
metode kerja kelompok untuk pembelajaran Al-Qur’an hadits kelas VIII MTs.N adalah sedang-sedang saja.
C. Analisis Data
Tentang Tingkat Pemahaman Terhadap Metode Kerja
Kelompok Dalam Pembelajar al-Qur’an Hadits Kelas VIII MTs.N Jetis Ponorogo Tahun Pelajaran 2006-2007 Berdasarkan hasil jawaban angket responden tentang tingkat pemahaman terhadap metode kerja kelompok di kelas VIII MTs.N Jetis Ponorogo pada mata pelajaran Al-Qur’an hadits yang tertera pada table IV.2 dapat diketahui bahwa 23 anak menyatakan bahwa pemahaman terhadap penggunaan metode kerja kelompok untuk pembelajaran Al-Qur’an hadits kelas VIII MTs.N Jetis Ponorogo adalah sangat baik, sedangkan 17 anak menyatakan bahwa pemahaman terhadap metode kerja kelompok untuk pembelajaran Al-Qur’an hadits kelas VIII MTs.N Jetis adalah baik, dan 10 anak menyatakan bahwa pemahaman terhadap metode kerja kelompok untuk pembelajaran al-Qur’an hadits kelas VIII MTs.n Jetis Ponorogo adalah sedang-sedang saja. Hasil dari pengkategorian tersebut kemudian dianalisa dengan rumus prosentase sebagai berikut : P P
: F x 100 % N : Prosentase
F
: Jumlah jawaban responden
N
: Jumlah responden yang diobservasi
59
Tabel IV.4 Distribusi Frekuensi Prosentase Tingkat Pemahaman Terhadap Kerja Kelompok untuk Pembelajaran Al-Qur’an Hadits Kelas VIII MTs.N Jetis Ponorogo
No 1. 2. 3. 4. 5.
Kategori Sangat baik Baik Sedang Buruk Sangat buruk Jumlah
N 50
50
Frekuensi 23 17 10 50
Prosentase / P % 46 34 20
100
Dari data diatas dapat diketahui bahwa sebanyak 46% dari siswa-siswi kelas VIII MTs.N Jetis yang diteliti menyatakan bahwa pemahaman terhadap kerja kelompok untuk pembelajaran Al-Qur’an hadits berjalan sangat baik. Sedangkan 34% menyatakan bahwa pemahaman terhadap kerja kelompok untuk pembelajaran Al-Qur’an hadits berjalan dengan baik dan sebanyak 20% menyatakan bahwa pemahaman terhadap kerja kelompok untuk pembelajaran AlQur’an hadits berjalan sedang-sedang saja.
D. Pembahasan dan Interpretasi Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah menginterpretasikan data. Adapun yang perlu diinterpretasikan adalah sebagai berikut bahwasannya telah diketahui sebanyak 46% siswa-siswi kelas VIII MTs.N
60
Jetis Ponorogo yang diteliti menyatakan bahwa pemahaman terhadap kerja kelompok dalam pembelajaran al-Qur’an Hadits Kelas VIII MTs.N Jetis Ponorogo tahun pelajaran 2006-2007 berjalan sangat baik, sedangkan 34 % menyatakan bahwa pemahaman terhadap kerja kelompok untuk pembelajaran alQur’an Hadits kelas VIII MTs.N Jetis Ponorogo tahun pelajaran 2006-2007 berjalan dengan baik. Dan sebanyak 20% menyatakan bahwa pemahaman terhadap kerja kelompok untuk pembelajaran al-Qur’an Hadits tahun pelajaran 2006-2007 adalah sedang-sedang saja.
61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian telah diperoleh data, kemudian dianalisis yang akhirnya diambil suatu kesimpulan sebagai berikut: 46% dari siswa-siswi kelas VIII MTs.N Jetis yang diteliti menyatakan bahwa pemahaman terhadap kerja kelompok untuk pembelajaran al-Qur'an Hadits adalah sangat baik, 34% menyatakan bahwa pemahaman terhadap kerja kelompok untuk pembelajaran alQur'an Hadits adalah baik dan sebanyak 20% menyatakan bahwa pemahaman terhadap kerja kelompok untuk pembelajaran al-Qur'an Hadits adalah sedangsedang saja.
B. Saran-saran Pada kesimpulan diatas telah dikemukakan bahwa tingkat pemahaman terhadap pelaksanaan metode kerja kelompok dalam pembelajaran al-Qur’an Hadits sudah relatif sangat baik. Namun setiap metode pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan dan disini penulis dapat mengemukakan saran-saran bagi sekolah dan guru dengan adanya metode kerja kelompok dalam proses pembelajaran hendaknya berorientasi pada kesiapan itu sendiri dan pada uapaya pencapaian serta peningkatan prestasi belajar siswa.
61
62
C. Kata Penutup Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmatNyalah penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dengan segala keterbukaan dan kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kelemahan dan kekeliruan. Oleh karena itu saran dan kritik dari para pembaca kami harapkan. Dan semoga karya tulis ini dapat memberikan satu nuansa yang baru dan bermanfaat bagi dunia pendidkan dan pengajaran. Amiin. Ponorogo, Mei 2007 Penulis
63
DAFTAR PUSTAKA
Alipandie, Imansyah, Diktatik Metodik Pendidikan Umum, Surabaya: Usaha Nasional 1994. Arief, Armai, Dr. MA, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam Jakarta Ciputat Pers, 2002. Arikunto, Suharsini, Prof. Dr. Manajemen Penelitian Jakarta: Rineka Cipta, 2003. _____________ Prosedur penelitian Jakarta: Rineka Cipta, 1998. Azwar, Saifuddin, Drs. MA, Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar, Pustaka Belajar. az-Zuhairi, Wahbah, Dr. al-Qur'an dan Paradigma Peradaban Yogyakarta: Dinamika, 1996. Durektorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama IAIN, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Cetakan II, Jakarta: Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, 1985. Djamarah, Syaiful Bahri, Drs. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru Surabaya: Usaha Nasional, 1994. Em Zul Fajri-Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Difa Pubilser. JJ. Hasibuan, Ed. Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986. Margono, S. Drs. Metodologi Penelitian Pendidikan Jakarta: Rineka Cipta, 1997. Mudzakir, Ahmad, Drs. Sutrisno, Joko, Drs. Psikologi Pendidikan Surabaya: Pustaka Setia, 1996. Poerwanto, M. Ngalim, Drs. MP, Prinsip-Prinsip dan Teknik Fwaluasi Pengajaran Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990. _____________ Psikologi Pendidikan Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990. Salahudin, Mahfudh, dkk, Metodologi Pendidikan Agama Surabaya: PT Bina Ilmu, 1987.
64
Sudijono, Anas, Prof Drs. Pengantar Statistik Pendidikan Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1987. Sugiono, Metode Penelitian Administratif (Bandung: Alfabeta, 1994). Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kamus Besar Indonesia Jakarta: Balai Pustaka 1989. Utsman, Achmad, H. Badits dan Tarbiyah Pasuruan: Garuda Buana Indah. Utsman, M. Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002. Widyaningrum, Retno, S. Si. Diktat Statistik Pendidikan Jilid II, STAIN Ponorogo, 2002. Winarsunu, Tulus. Statistik Dalam Penelitian Psikologi Dan Pendidikan Malang: UMM Press, 2002. Winkel, W. S. Psikologi Pengajaran Yogyakarta: Media Abadi, 198 7. Zuhairini, et. al., Metodologi Pendidikan Agama, Solo: Ramadani, 1993.
65