TINGKAT KONSUMSI KAYU PERKAKAS PADA RUMAH KOST Studi Kasus di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat
Oleh TETI SURYANTI E14102026
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
i
RINGKASAN Teti Suryanti. Tingkat Konsumsi Kayu Perkakas Pada Rumah Kost (Studi Kasus di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat). Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA. Kayu merupakan salah satu hasil hutan yang bernilai ekonomis tinggi dan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai keperluan. Tingginya kebutuhan masyarakat akan pendidikan dapat menimbulkan berbagai usaha penunjang pendidikan, salah satunya usaha penyewaan rumah kost. Jumlah mahasiswa yang terus meningkat dari tahun ke tahun menyebabkan meningkatnya kebutuhan rumah kost. Hal ini dapat mengakibatkan semakin meningkatnya permintaan kayu masyarakat terutama untuk keperluan pembangunan rumah kost. Akan tetapi akhir-akhir ini terjadi ketidakseimbangan antara permintaan dan persediaan kayu di pasaran. Akibatnya, masyarakat mengalami kesulitan memperoleh jenis-jenis kayu komersial dengan harga kayu yang semakin meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya konsumsi kayu perkakas, prediksi konsumsi kayu di masa yang akan datang dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya konsumsi kayu pada rumah kost. Informasi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah daerah, bidang usaha pemasok kayu dan instansi kehutanan dalam menyediakan pasokan kayu perkakas di masa yang akan datang. Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil sejumlah contoh dari dua wilayah rumah kost dengan metode Stratified random sampling kemudian dilakukan pengukuran terhadap data teknis dan data sosial ekonomi. Data teknis berupa data luas dan jenis bangunan rumah kost untuk mengetahui besarnya konsumsi kayu pada rumah kost. Sedangkan data sosial ekonomi berupa pendapatan dan pekerjaan pemilik rumah kost, harga sewa rumah kost, besarnya uang saku per bulan dan pekerjaan orang tua penyewa kost yang diperlukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi kayu. Dari penelitian ini dapat diketahui besarnya konsumsi kayu pada rumah kost adalah 0,0622 m3/m2 luas bangunan rumah. Konsumsi kayu pada rumah kost
ii
kecil sebesar 0,0647 m³/m2, rumah kost sedang sebesar 0,0565 m³/m2 dan rumah kost besar 0,0549 m³/m2. Apabila diperhitungkan berdasarkan ukuran rumah secara keseluruhan maka semakin besar ukuran bangunan rumah semakin besar pula kayu yang dikonsumsi. Berdasarkan pertambahan jumlah mahasiswa, besarnya konsumsi kayu pada rumah kost mengalami peningkatan sebesar 1,1% per tahun. Sedangkan berdasarkan pertambahan jumlah bangunan rumah, besarnya kebutuhan kayu Desa Babakan diprediksikan akan meningkat sebesar 3% per tahun. Besarnya kebutuhan kayu Kelurahan Balumbang Jaya diprediksikan akan meningkat sebesar 7% per tahun. Kayu yang banyak digunakan sebagai bahan konstruksi rumah kost yaitu kayu Meranti (Shorea spp), Kamper (Dryobalanops spp) dan sebagian kecil Mahoni (Swietenia spp), Sengon (Paraserianthes falcataria) serta Jati (Tectona grandis). Besarnya konsumsi kayu pada rumah kost dipengaruhi oleh jumlah penghuni dan harga sewa rumah kost. Konsumsi kayu akan bertambah setiap penambahan jumlah anggota keluarga. Selain itu, konsumsi kayu akan bertambah setiap terjadi penurunan harga sewa.
iii
TINGKAT KONSUMSI KAYU PERKAKAS PADA RUMAH KOST Studi Kasus di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Oleh TETI SURYANTI E14102026
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
iv
SKRIPSI
Judul Skripsi
: Tingkat Konsumsi Kayu Perkakas Pada Rumah Kost (Studi Kasus di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat).
Nama Mahasiswa
: Teti Suryanti
NRP
: E14102026
Departemen
: Manajemen Hutan
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA NIP.130.516.498
Mengetahui, Dekan Fakultas Kehutanan
Prof. Dr .Ir . Cecep Kusmana, MS NIP.131.430.799
Tanggal Lulus:
v
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Majalengka pada tanggal 1 Agustus 1984. Ayah bernama Madrohim dan ibu Nani Karmini sebagai anak ke dua dari dua bersaudara. Penulis menempuh pendidikan di SD Negeri Babakankareo lulus tahun 1996, SLTP Negeri 1 Rajagaluh lulus tahun 1999 dan SMU Negeri 2 Cirebon lulus tahun 2002. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor dan diterima pada Jurusan Manajemen Hutan Program Studi Manajemen Hutan. Selama menempuh studi di Fakultas Kehutanan penulis aktif menjadi anggota Departemen Human Resources Development International Forestry Student Association periode 2004-2005. Selain itu penulis juga aktif sebagai Asisten Praktikum mata kuliah Dendrologi Hutan pada Tahun Ajaran 2004-2005.
vi
PRAKATA Puji Syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Tingkat Konsumsi Kayu Perkakas Pada Rumah Kost (Studi Kasus di Desa Babakan, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor dan Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat). Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA sebagai dosen pembimbing utama yang telah banyak membimbing, memberikan arahan serta masukan selama penulisan skripsi. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. Iding M Padlinurjaji selaku penguji dari Departemen Hasil Hutan yang telah memberikan banyak saran dan
masukan
untuk
penyempurnaan skripsi. 3. Bapak Ir. Jojo Ontarjo, MM selaku penguji dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata atas segala saran dan masukan untuk penyempurnaan skripsi. 4. Mimi, Bapa, A Nanang serta keluarga besar Ohi Sidik atas segala kasih sayang, pengertian dan dukungannya. 5. Muhamad Yusuf Hidayat S.Hut atas kasih sayang, perhatian dan bantuannya selama pengumpulan data dan penyusunan skripsi ini. 6. Adiet, Yuni, Fieta, Linda, Indah, Ona serta rekan-rekan MNH 39 atas bantuan dan persahabatan yang terjalin selama ini. Semoga semua amal kebaikan tersebut mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Akhir kata semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Bogor, Juli 2006
Penulis
vii
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN .................................................................................................. i LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... v PRAKATA ....................................................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 Latar Belakang ........................................................................................... 1 Perumusan Masalah .................................................................................... 2 Tujuan ......................................................................................................... 2 Hipotesis ..................................................................................................... 3 Manfaat ...................................................................................................... 3 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 4 Pengertian Konsumsi .................................................................................. 4 Konsumsi Kayu .......................................................................................... 6 Rumah Kost ................................................................................................ 9 METODOLOGI PENELITIAN ....................................................................... 11 Waktu dan Tempat penelitian..................................................................... 11 Metode Penelitian ....................................................................................... 11 1. Batasan-batasan .................................................................................... 11 2. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 11 3. Alat dan Bahan ..................................................................................... 12 4. Metode Pengambilan Contoh ............................................................... 12 5. Metode Analisis Data ........................................................................... 15 6. Definisi Operasional ............................................................................. 16 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ................................................... 18 Desa Babakan ............................................................................................. 18 Lokasi Administratif ............................................................................ 18
viii
Lokasi Geografis .................................................................................. 18 Penduduk .............................................................................................. 18 Kelurahan Balumbang Jaya........................................................................ 19 Lokasi Administratif ............................................................................ 19 Lokasi Geografis .................................................................................. 20 Penduduk .............................................................................................. 20 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 22 Karakteristik Sosial Ekonomi Pemilik Rumah Kost ................................. 22 Tempat tinggal pemilik rumah kost ..................................................... 22 Pekerjaan pemilik rumah kost .............................................................. 23 Pendapatan pemilik rumah kost ........................................................... 25 Karakteristik Sosial Ekonomi Penghuni Rumah Kost ............................... 26 Konsumsi Kayu Rumah Kost ..................................................................... 28 Prediksi Konsumsi Kayu Rumah Kost....................................................... 34 Prediksi Ketersediaan Lahan Kosong ........................................................ 39 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Kayu ................................ 40 Jumlah Penghuni .................................................................................. 40 Harga Sewa Rumah Kost ..................................................................... 41 Model Regresi untuk Keseluruhan Rumah Kost........................................ 42 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 44 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 45 LAMPIRAN ..................................................................................................... 47
ix
DAFTAR TABEL teks No. Halaman 1. Jumlah volume kayu berdasarkan jenis dan luas rumah ............................ 8 2. Penentuan jumlah responden Desa Babakan.............................................. 13 3. Jumlah responden terpilih Desa Babakan .................................................. 13 4. Penentuan jumlah responden Kelurahan Balumbang Jaya ........................ 14 5. Jumlah responden terpilih Kelurahan Balumbang Jaya ............................ 14 6. Volume kayu pada rumah standar (dinding tembok) berdasarkan luas rumah .............................................................................. 15 7. Daftar analisis ragam untuk model regresi................................................. 16 8. Jumlah penduduk dan jumlah rumah di Desa Babakan ............................. 19 9. Jumlah penduduk dan jumlah rumah di Kelurahan Balumbang Jaya ........ 21 10. Prosentase pemilik rumah kost berdasarkan pekerjaan ............................. 24 11. Biaya hidup penghuni per bulan ................................................................ 26 12. Alasan penghuni dalam pemilihan rumah kost .......................................... 27 13. Konsumsi kayu perkakas berdasarkan luas bangunan rumah .................... 29 14. Konsumsi kayu perkakas per rumah per tahun .......................................... 30 15. Konsumsi Konsumsi kayu perkakas per kapita per tahun ......................... 30 16. Perkiraan kebutuhan kayu berdasarkan jumlah mahasiswa ....................... 35 17. Perkiraan kebutuhan kayu Desa Babakan berdasarkan jumlah rumah ...... 36 18. Perkiraan kebutuhan kayu Kelurahan Balumbang Jaya berdasarkan jumlah rumah ......................................................................... 37 19. Hasil analisis regresi jumlah penghuni dan harga yang mempengaruhi konsumsi kayu secara keseluruhan ............................................................ 42
x
DAFTAR LAMPIRAN teks No. Halaman 1. Daftar volume standar beberapa jenis mebel ............................................. 47 2. Rincian perhitungan volume kayu pada beberapa rumah standar .............. 48 3. Jumlah volume kayu berdasarkan jenis dan luas rumah ............................ 51 4. Rekapitulasi data hasil pengumpulan data di lapangan.............................. 52 5. Persamaan regresi untuk konsumsi kayu ................................................... 57
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Keberadaan hutan di muka bumi memiliki peranan yang sangat penting dalam memberikan berbagai manfaat, berupa barang dan jasa bagi kehidupan manusia. Kayu merupakan salah satu hasil hutan yang mempunyai nilai ekonomis dan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai keperluan, baik dalam bentuk kayu bulat maupun produk turunannya. Menurut Haygreen (1989), kayu dapat digunakan untuk bahan bangunan, perabot rumah tangga, kemasan, kertas dan bahkan untuk keperluan bahan bakar. Tingginya kebutuhan masyarakat akan pendidikan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah dengan adanya berbagai usaha penunjang pendidikan. Salah satu bentuk usaha yang menjanjikan yakni usaha penyewaan rumah kost. Peluang usaha ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi masyarakat sekitar perguruan tinggi negeri maupun swasta yang mahasiswanya berasal dari berbagai daerah. Jumlah mahasiswa yang terus meningkat dari tahun ke tahun menyebabkan meningkatnya kebutuhan rumah kost. Hal ini dapat mengakibatkan semakin meningkatnya permintaan kayu masyarakat karena sampai saat ini kayu masih dianggap sebagai komponen utama dalam pembangunan rumah. Menurut Anonim (2003), untuk memenuhi keperluan masyarakat Indonesia untuk membangun berbagai konstruksi bangunan, diperkirakan dibutuhkan sebanyak 25 juta m3 kayu bulat per tahun. Pada umumnya masyarakat menggunakan kayu untuk pembangunan rumah, perabot rumah tangga dan sebagai sumber energi. Semakin banyaknya barang substitusi kayu seperti alumunium, seng, fiber dan produk lainnya tidak membuat selera masyarakat terhadap kayu menurun. Akan tetapi akhir-akhir ini terjadi ketidakseimbangan antara permintaan dan persediaan kayu di pasaran. Akibatnya, masyarakat mengalami kesulitan memperoleh jenis-jenis kayu komersial dengan harga kayu yang semakin meningkat. Hal ini menyebabkan perubahan pola konsumsi kayu masyarakat dari jenis-jenis kayu komersial menjadi jenis kayu lokal yang berasal dari hutan rakyat.
2
Perumusan Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi daya pikir masyarakat akan pentingnya pendidikan dari mulai pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Masyarakat cenderung memilih tempat pendidikan yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan pendidikan keluarganya walaupun dengan resiko biaya yang cukup tinggi. Biaya tersebut mencakup tempat tinggal, pangan dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Institut Pertanian Bogor merupakan salah satu perguruan tinggi negeri terkemuka di Indonesia yang banyak diminati oleh pelajar di seluruh nusantara. Banyaknya mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia dapat menimbulkan dampak positif terhadap perkembangan usaha penyewaan rumah kost. Menurut Anonim (2005) Kampus Institut Pertanian Bogor dikelilingi oleh 14 desa lingkar kampus yang memiliki sekitar 1300 rumah kontrakan/indekos untuk dihuni hampir 25.000 mahasiswa Institut Pertanian Bogor. Perubahan kebijakan di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor dapat mempengaruhi kehidupan sekitar kampus terutama bagi kelangsungan usaha penyewaan rumah kost. Kepindahan mahasiswa Diploma III dari kampus Darmaga menyebabkan berkurangnya jumlah mahasiswa yang merupakan konsumen rumah kost. Selain itu, adanya peraturan wajib tinggal di asrama bagi mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) mengakibatkan usaha penyewaan rumah kost mengalami penurunan. Penurunan permintaan terhadap rumah kost ini dapat mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap konsumsi kayu rumah kost. Besarnya konsumsi kayu dapat dipengaruhi oleh besarnya modal pemilik, harga kayu, jumlah kamar yang disewakan, selera konsumen, harga sewa rumah/kamar, fasilitas, tingkat ekonomi konsumen dan adanya barang substitusi. Untuk itu, informasi mengenai besarnya perubahan konsumsi kayu pada rumah kost perlu diketahui sehingga dapat memberikan manfaat dalam penyediaan kayu di masa yang akan datang. Tujuan Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya konsumsi kayu perkakas pada rumah kost di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga,
3
Kabupaten Bogor dan Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prediksi konsumsi kayu pada rumah kost di masa yang akan datang dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya konsumsi kayu pada rumah kost. Hipotesis Konsumsi kayu perkakas pada rumah kost akan meningkat apabila terjadi peningkatan
jumlah
konsumen
rumah
kost
serta
dapat
menyebabkan
meningkatnya harga sewa rumah kost. Manfaat Informasi tentang besarnya konsumsi kayu pada rumah kost secara umum dapat bermanfaat bagi pemerintah daerah, bidang usaha pemasok kayu dan turunannya serta instansi kehutanan dalam menyediakan pasokan kayu perkakas di masa yang akan datang.
4
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Konsumsi Menurut Keynes dalam Winardi (1983), konsumsi menimbulkan permintaan dan permintaan menimbulkan baik produksi dan modal, dimana modal merupakan suatu faktor produksi. Bersama-sama dengan investasi, konsumsi merupakan dasar dari permintaan efektif. Konsumsi tergantung pada : 1. Tingkat pendapatan berupa uang total 2. Kecenderungan untuk mengkonsumsi Secara matematis para ahli ekonomi biasanya mengasumsi bahwa konsumsi (C) merupakan sebuah fungsi daripada pendapatan (Y) atau dapat ditulis dengan formula : C = f (Y) (Winardi, 1983). Selanjutnya Winardi menyatakan bahwa terdapat pula faktor-faktor lain yang mempengaruhi konsumsi sehingga fungsi konsumsi menjadi : C = f (Y, X1, X2, X3) Keterangan : X1 = Syarat-syarat diperolehnya kredit X2 = Kekayaan rumah tangga yang bersangkutan X3 = Naik/turunnya tingkat harga rata-rata Besar kecilnya permintaan terhadap suatu barang dipengaruhi oleh beberapa variabel, antara lain : a. Harga komoditi tersebut, b. Harga komoditi lain, c. Pendapatan rata-rata rumah tangga, d. Selera, e. Distribusi pendapatan di antara rumah tangga, f. Jumlah penduduk. (Lipsey, et al., 1995) Selain faktor-faktor di atas, Rahardja dan Manurung (2001) menambahkan bahwa permintaan dipengaruhi pula oleh usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan. Secara matematis hubungan antara permintaan dengan faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan disajikan sebagai berikut: Dx = f {Px, Py, Y/cap, sel, pen, Pp, Ydist, prom} Dimana : Dx
:
jumlah barang yang diminta
5
Px
: harga X
Py
: harga Y (substitusi/komplementer)
Y/cap: pendapatan per kapita Sel
: selera
Pen : jumlah penduduk Pp
: perkiraan harga X periode mendatang
Prom : upaya produsen meningkatkan penjualan (promosi). Dalam analisis ekonomi tidak semua variabel dihitung, biasanya yang diperhitungkan adalah yang pengaruhnya besar dan langsung, seperti harga barang itu sendiri, harga barang lain dan pendapatan. Dengan demikian persamaan yang terbentuk menjadi: Dx = f {Px, Py, Y/cap}. Menurut Keynes dalam Nugroho (2004) konsumsi seseorang akan tergantung pada tingkat pendapatan, baik pendapatan aktual maupun pendapatan absolut yang diterimanya. Menurut Friedman (1957) dalam Nugroho (2004) konsumsi seseorang tergantung pada pendapatan permanennya (pendapatan yang rutin ia terima setiap periode tertentu) dan bukan pada pendapatan transitori (pendapatan yang tak terduga). Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan dan keinginan pada suatu kelompok konsumen tidak sama dengan konsumen lain antara lain disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi, sosial budaya dan psikologi masyarakat di daerah geografis tertentu, yang dalam bahasa ekonomi disebut dengan selera atau preferensi konsumen (Nasendi, 1997). Kotler (1997) menyatakan bahwa prilaku
pembelian konsumen
dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, antara lain faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologi. 1. Faktor budaya Salah satu faktor budaya yang dapat mempengaruhi prilaku pembelian konsumen yaitu latar belakang pendidikan. Selain itu, adanya stratifikasi dalam kelas sosial yang tidak hanya mencerminkan penghasilan, tetapi juga indikator lain seperti pekerjaan, pendidikan dan tempat tinggal. 2. Faktor sosial Antara lain kelompok acuan, keluarga, peran dan status.
6
3. Faktor pribadi Keputusan konsumen dipengaruhi oleh keputusan pribadi yaitu usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep membeli (adaptasi dan sosialisasi). 4. Faktor psikologis Dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan serta keyakinan dan pendirian. Menurut Sumarwan (2003), konsumsi suatu produk mempunyai tiga unsur pokok yaitu frekuensi konsumsi, jumlah konsumsi dan tujuan konsumsi. Frekuensi konsumsi menggambarkan seberapa sering suatu produk dikonsumsi atau dipakai. Jumlah konsumsi menggambarkan kuantitas produk yang digunakan oleh konsumen. Jumlah konsumsi dapat dijadikan indikator besarnya permintaan pasar suatu produk. Sedangkan tujuan konsumsi menggambarkan situasi pemakaian produk dan kebutuhan konsumen terhadap produk. Konsumsi Kayu Kayu akan selalu mempunyai peranan penting dalam pembangunan khususnya dan kehidupan manusia pada umumnya. Tidak ada rumah yang tidak mempergunakan kayu, jendela, pintu, kusen, rangka atap, rangka plafon dan kudakuda umumnya terbuat dari kayu (Kamil, 1970). Menurut Jamali, et al. (1997) salah satu komponen penting dalam pembangunan rumah adalah kayu. Oleh sebab itu peningkatan pembangunan perumahan juga mendorong pemakaian kayu yang makin besar. Pemilihan kayu ini berdasarkan pertimbangan bahwa kayu memiliki beberapa keunggulan dengan bahan lainnya, antara lain mudah tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran, relatif mudah pengerjaannya dan mempunyai penampilan dekoratif yang tinggi. Selain itu, Wiradisuria dalam seminar PERSAKI 1977 menyatakan bahwa salah satu bahan yang masih banyak digunakan di Indonesia, baik masa sekarang maupun masa yang akan datang adalah kayu. Dari jumlah rumah yang ada di Indonesia ±60% adalah rumah kayu-kayu dan kayu-bambu. Setidaknya dalam membangun sebuah rumah sederhana diperlukan ±5 m3 kayu.
7
Menurut FAO (1991 dalam Wirakusumah 2003) tingkat konsumsi kayu industri Indonesia sebesar 0,147 m³ seorang setahun sehingga untuk memenuhinya dalam setahun sekurang-kurangnya harus disediakan kayu sebanyak 142 juta m³. Menurut Sarjono (1984), kayu yang diperdagangkan di dalam negeri sebanyak 83 % dan sekitar 17 % merupakan konsumsi rumah tangga dan sisanya masuk ke industri. Kebutuhan kayu dalam negeri biasanya digunakan untuk keperluan bahan bangunan, mebel dan peralatan rumah tangga lainnya. Selanjutnya Sarjono menjelaskan bahwa sebagian besar konsumen kayu adalah untuk bangunan (85%) sedangkan untuk perabot rumah tangga hanya sedikit (12%) lainnya untuk berbagai macam tujuan. Konsumsi bangunan memerlukan syarat-syarat terutama terkait dengan kekuatan. Sedangkan untuk kayu-kayu non konstruksi seperti pintu, jendela, list plank dan kayu untuk mebel memerlukan
persyaratan
lain.
Persyaratan
tersebut
terkait
dengan
rupa/penampilan dan mudah tidaknya dikerjakan oleh mesin. Pola konsumsi kayu berbeda-beda untuk setiap strata ekonomi. Dilihat dari sudut pandang ekonomi pemakai kayu tidak hanya terbatas pada sifat-sifat fisik kayu, tetapi terbatas pula terhadap harga kayu. Hal ini disebabkan kayu mempunyai banyak barang substitusi seperti logam, plastik, kaca dan lain-lain. Selain itu, pola konsumsi kayu berbeda-beda untuk setiap strata ekonomi. Masyarakat ekonomi atas lebih mementingkan kualitas dalam menggunakan kayu sebagai bahan bangunan maupun untuk mebel. Sedangkan masyarakat menengah ke bawah faktor harga sangat menentukan besarnya kayu yang dikonsumsi (Sarjono, 1984). Untuk memenuhi keperluan masyarakat Indonesia untuk membangun berbagai konstruksi bangunan, diperkirakan membutuhkan kayu bulat sebanyak 25 juta m³ per tahun. Pada tahun 2001 industri perkayuan di Indonesia memerlukan bahan baku kayu sekitar 80 juta m³. Sedangkan kebutuhan bahan baku kayu aktual untuk industri perkayuan di Indonesia (utamanya untuk industri kayu lapis, kayu gergajian dan industri pulp dan kertas) pada tahun 2002 sebesar 63 juta m³ per tahun (Anonim, 2003) Kayu merupakan salah satu komponen utama dalam pembangunan rumah yaitu untuk pembuatan kusen, daun pintu dan jendela, konstruksi atap serta
8
plafon. Menurut Renggo (2006), pada umumnya kusen terbuat dari bahan kayu berukuran 5 cm x 10 cm, 6 cm x 2 cm dan 6 cm x 15 cm. Sedangkan daun pintu dibuat dengan berbagai ukuran standar, yaitu 72 cm x 202 cm, 82 cm x 202 cm, dan 82 cm x 212 cm. Konstruksi atap terdiri dari kuda-kuda kayu, gording, rangka atap kaso dan reng, jurai luar dan dalam serta lis plank kayu. Kuda-kuda berfungsi sebagai pembentuk model atap bangunan, tumpuan gording, rangka atap kaso, reng dan atap genteng. Kuda-kuda biasanya memakai balok utama kayu berukuran 8 cm x 12 cm dan 8 cm x 15 cm. Gording merupakan balok kayu dengan ukuran tertentu yang diletakkan pada kaki kuda-kuda yang berfungsi sebagai dudukan kaso, reng dan atap dengan ukuran standar 8 cm x12 cm. Kaso (usuk) adalah kayu dengan ukuran 4 cm x 6 cm atau 5 cm x 7 cm yang berfungsi sebagai dudukan reng dan dipasang dengan jarak rata-rata 50 cm. Reng merupakan balok kayu berukuran 2 cm x 3 cm atau 3 cm x 4 cm yang berfungsi sebagai dudukan atap genteng. Jurai adalah balok kayu dengan ukuran 8 cm x 12 cm yang diletakkan miring (Renggo, 2006). Menurut Priandi (1996), jumlah volume kayu pada setiap tipe rumah dapat dihitung berdasarkan luas bangunan rumah tersebut. Luas dan volume tiap tipe rumah dapat disajikan dalam tabel 1. Tabel 1. Jumlah volume kayu berdasarkan jenis dan luas rumah Volume kayu yang diperlukan (m3) Luas rumah (m2)
tembok
½ Tembok
Papan/kayu
100
22,102
26,752
31,360
75
18,251
19,803
25,915
50
12,032
14,951
17,520
48
11,602
12,291
16,194
36
7,520
11,101
13,118
25
6,650
8,050
7,115
Σ 334
78,157
92,952
111,222
Sumber : Priandi (1996)
9
Rumah Kost Menurut Biro Pusat Statistik (2002) dalam Sumarwan (2003), rumah tangga dibedakan menjadi dua, yaitu rumah tangga biasa dan rumah tangga khusus. Rumah tangga biasa adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus, dan biasanya makan bersama dalam satu dapur. Yang dimaksud makan bersama dari satu dapur adalah mengurus kebutuhan sehari-hari bersama. Rumah tangga khusus adalah 1. Orang-orang yang tinggal di asrama, tangsi, panti asuhan, lembaga pemasyarakatan, atau rumah tahanan yang pengurusan kebutuhan sehariharinya dikelola oleh suatu yayasan atau lembaga, 2. Kelompok orang yang mondok dengan makan (indekos) dan berjumlah 10 orang atau lebih. Berdasarkan ikatan kekeluargaan, rumah tangga dibagi menjadi dua yaitu rumah tangga keluarga dan rumah tangga bukan keluarga. Rumah tangga keluarga adalah sebuah rumah tangga yang anggota-anggotanya terikat oleh hubungan perkawinan, darah atau adopsi. Rumah tangga bukan keluarga adalah sebuah rumah tangga yang anggota-anggotanya tidak terikat oleh hubungan perkawinan, darah atau adopsi. Contohnya yaitu rumah tangga yang dihuni oleh dua orang atau lebih yang tidak memiliki hubungan keluarga (Sumarwan, 2003). Menurut Anonim (2005), pendidikan merupakan salah satu investasi sumber daya manusia yang selalu terkait dengan kebutuhan siswa/mahasiswa sebagai manusia maupun sebagai peserta didik. Dalam kaitan ini, terdapat beberapa lapangan usaha yang selalu inheren dengan kebutuhan pendidikan itu sendiri, seperti penyewaan rumah/kamar, toko buku dan stationary, toko pakaian, rumah/warung makan dan jenis hiburan lainnya. Oleh karena itu, gambaran tentang peran nyata pendidikan pada pertumbuhan ekonomi daerah lebih tampak pada munculnya berbagai jenis usaha penunjang pendidikan. Menurut Anonim (2005), terdapat beberapa bentuk rumah kost yang disewakan, ada yang berbentuk asrama (putra/putri) maupun berbentuk kost yang menyatu dengan rumah induknya. Dilihat dari fasilitasnya, terdapat beberapa 'klas' usaha rumah kost. Dari yang paling sederhana (kamar kosongan) sampai dengan yang paling mewah (dengan fasilitas kamar mandi, televisi, dan telepon per
10
kamar). Dari segi manajemen, hampir semua usaha kost ini bersifat informal. Tidak ada standar harga yang seragam. Rumah kost merupakan tempat tinggal kedua setelah rumah pribadi, untuk itu kenyamanan merupakan syarat utama dalam memilih tempat kost. Menurut Anonim (2005), terdapat beberapa syarat tempat kost yang baik, antara lain : 1. Letaknya strategis, dekat dengan wartel atau warnet dan juga kios kebutuhan sehari-hari serta warung makan. 2. Lingkungan yang aman dan nyaman, tidak terlalu ramai. Kondisi rumah kost yang ramai akan membuat anda merasa terganggu pada saat belajar mempersiapkan kuliah, praktikum ataupun ujian. 3. Lingkungan yang kondusif untuk berkomunikasi, tukar-menukar informasi antar sesama mahasiswa dan secara tidak langsung menumbuhkan rasa persaingan sehat di antara anggota kost. 4. Bebas banjir dan bersih. 5. Air-nya bersih dan tidak kering di musim kemarau. 6. Daya listrik memadai. 7. Memiliki penjaga kost. 8. Pemilik kost yang ramah (bisa diajak komunikasi). 9. Memiliki aturan kost yang jelas, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan anda masing-masing. 10. Rumah kost memiliki perlengkapan kost yang memadai untuk kelangsungan aktifitas sehari-hari.
11
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2006 yang berlokasi di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga dan Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten/Kota Bogor, Jawa Barat. Metode Penelitian 1. Batasan-batasan Dalam penelitian ini terdapat beberapa batasan antara lain : a. Pemanfaatan kayu oleh rumah tangga merupakan kayu yang dikonsumsi untuk konstruksi bangunan (kusen, daun pintu dan jendela, konstruksi atap) dan furnitur (kursi, meja, tempat tidur dan lemari). b. Rumah tangga yang diteliti yaitu rumah kost yang disewa untuk selang waktu tertentu. 2. Metode Pengumpulan Data Data yang diambil dalam penelitian yaitu data primer (berupa data sosial ekonomi dan data teknis) dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dan analisis kuisioner, data-data tersebut mencakup : a. Data sosial ekonomi pemilik dan penghuni rumah kost. Data yang dikumpulkan dari pemilik meliputi: tempat asal (penduduk asli atau pendatang), pendapatan, pekerjaan dan harga sewa rumah kost. Sedangkan untuk penghuni, data yang dikumpulkan berupa besarnya uang saku per bulan, pekerjaan orang tua dan alasan pemilihan tempat kost. b. Data teknis, terdiri dari jenis rumah dan jumlah konsumsi kayu rumah kost. Jenis rumah terdiri dari rumah kayu, semi permanen dan rumah permanen. Sedangkan jumlah konsumsi kayu meliputi: volume kayu untuk konstruksi bangunan rumah dan mebel, jenis kayu, luas bangunan rumah, asal pembelian kayu dan mebel serta penggunaan barang substitusi. Data sekunder yang dikumpulkan berupa data monografi lokasi penelitian, kondisi umum lokasi penelitian dan pustaka lain yang berkaitan dengan penelitian.
12
3. Alat dan Bahan Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumah kost yang berada di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga dan Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten/Kota Bogor, Jawa Barat. Sedangkan alat yang digunakan antara lain alat tulis, kalkulator, lembaran kuisioner dan kamera. 4. Metode Pengambilan Contoh 4. 1. Penentuan Jumlah Responden Metode yang digunakan dalam pemilihan contoh yaitu metode Stratified random sampling terhadap rumah kost yang berada di sekitar kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Darmaga yang terletak di Desa Babakan dan Kelurahan Balumbang Jaya. Contoh yang akan diambil dikelompokkan ke dalam stratumstratum berdasarkan Rukun Warga (RW). Sebelum melakukan penelitian di lapangan, terlebih dahulu dibuat daftar unit contoh yang akan diambil. Daftar unit contoh ini berisi daftar rumah kost yang diambil dari data monografi desa. Dari rumah kost yang terpilih sebagai contoh kemudian ditentukan responden yang terdiri dari dari pengelola dan penyewa rumah kost. Untuk mempermudah pengambilan data maka rumah kost dikelompokkan dengan menggunakan kriteria jumlah kamar. Pengelompokan berdasarkan jumlah kamar bertujuan untuk mengetahui pengaruh luas bangunan dan jumlah penghuni terhadap konsumsi kayu. Dengan anggapan luas kamar hampir sama untuk setiap rumah kost dan cenderung mengikuti ukuran luas kamar standar. Berdasarkan tujuan pengelompokkan di atas, diasumsikan banyaknya jumlah kamar berbanding lurus dengan jumlah penghuni dan luas bangunan rumah kost. Artinya semakin banyak jumlah kamar maka jumlah penghuni dan luas bangunan pun semakin besar sehingga semakin besar pula kayu yang dikonsumsi. Dari pengelompokkan tersebut diperoleh 3 kriteria yaitu rumah kost kecil (1-10 kamar), sedang (11-20 kamar) dan besar (>20 kamar). Jumlah contoh rumah kost yang diambil sebagai objek penelitian ditentukan dengan intensitas sampling (IS) sebesar 20% dan 37% sesuai dengan jumlah contoh pada daftar unit contoh. Intensitas sampling ditentukan berdasarkan jumlah keseluruhan rumah kost yang
13
ada pada masing-masing desa/kelurahan serta ketersediaan waktu, tenaga, biaya dan keadaan lokasi penelitian. 4.1.1. Desa Babakan Desa Babakan mempunyai 9 RW yang terdiri dari 8 RW yang merupakan pemukiman penduduk serta rumah kost dan 1 RW merupakan komplek kampus Institut Pertanian Bogor Darmaga. Dari 9 RW yang terdapat di desa Babakan dipilih 7 RW secara sengaja dengan jumlah rumah kost yang berbeda-beda. Dengan intensitas sampling sebesar 20%, dari jumlah total rumah kost sebesar 290 rumah diperoleh jumlah unit contoh yang akan diambil yaitu 58 rumah kost. Penentuan jumlah responden disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Penentuan jumlah responden Desa Babakan No. RW Jumlah Jumlah kamar pada rumah kost terpilih rumah kost 1 - 10 11 - 20 >20 1. VII 80 63 10 7 2. I 69 52 11 6 3. VI 48 38 7 3 4. VIII 47 34 9 4 5. IX 21 11 8 2 6. II 17 16 1 7. IV 8 4 3 1 Jumlah 290 218 49 23 Pemilihan jumlah responden berdasarkan kriteria rumah kost (kecil, sedang dan besar) secara keseluruhan dan pada masing-masing RW ditentukan dengan menggunakan intensitas sampling sebesar 20%. Pada rumah kost kecil diperoleh jumlah contoh sebesar 43, rumah kost sedang sebesar 10 dan rumah kost besar berjumlah 5. Data jumlah responden berdasarkan kriteria rumah kost disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Jumlah responden terpilih Desa Babakan RW Kriteria rumah kost (jumlah kamar/rumah kost) terpilih Kecil (1-10) Sedang (11-20) Besar (>20) VII 13 2 1 I 10 2 1 VI 7 1 1 VIII 7 2 1 IX 2 2 1 II 3 IV 1 1 Jumlah 43 10 5
Jumlah responden 16 13 9 10 5 3 2 58
14
4.1.2. Kelurahan Balumbang Jaya Berdasarkan data monografi kelurahan tahun 2004, Kelurahan Balumbang Jaya terdiri dari 12 RW dan 6 RW diantaranya terdapat rumah kost. Pengambilan contoh dilakukan terhadap 6 RW yang didalamnya terdapat rumah kost. Dari 6 RW tersebut diperoleh jumlah total rumah kost sebanyak 94 rumah yang terdiri dari 66 rumah kost kecil, 18 rumah kost sedang dan 10 rumah kost besar. Penentuan jumlah responden disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4. Penentuan jumlah responden Kelurahan Balumbang Jaya No. RW Jumlah Jumlah kamar pada rumah kost terpilih rumah kost 1 - 10 11 - 20 >20 1. XI 27 25 2 2. VII 21 17 3 1 3. V 20 12 5 3 4. VI 18 7 6 5 5. IX 5 2 2 1 6. X 3 3 Jumlah 94 66 18 10 Pemilihan jumlah responden berdasarkan kriteria rumah kost (kecil, sedang dan besar) secara keseluruhan dan pada masing-masing RW ditentukan dengan menggunakan intensitas sampling sebesar 37%. Pada rumah kost kecil diperoleh jumlah contoh sebesar 23, rumah kost sedang sebesar 7 dan rumah kost besar berjumlah 4. Data jumlah responden berdasarkan kriteria rumah kost disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5. Jumlah responden terpilih Kelurahan Balumbang Jaya RW Kriteria rumah kost (jumlah kamar/rumah kost) Jumlah terpilih Kecil (1-10) Sedang (11-20) responden Besar (>20) XI 9 1 10 VII 6 1 1 8 V 4 2 1 7 VI 2 2 2 6 IX 1 1 2 X 1 1 Jumlah 23 7 4 34 4. 2. Pengukuran Volume Kayu Volume kayu yang digunakan pada setiap tipe rumah kost dihitung berdasarkan konsumsi kayu yang digunakan untuk perabot rumah tangga, kusen,
15
daun pintu dan jendela serta konstruksi atap. Besarnya volume kayu yang digunakan untuk perabot rumah tangga ditentukan menggunakan tabel volume mebel standar (Lampiran 1). Konsumsi kayu untuk konstruksi bangunan diduga dengan menghitung seluruh volume kayu yang dikonsumsi rumah kost berdasarkan luas bangunan rumah dengan ukuran kamar standar yaitu 3 m x 3 m. Untuk meningkatkan validitas data maka perhitungan dilakukan dengan melibatkan ahli bangunan dan ahli pembuat kusen rumah. Hasil perhitungan konsumsi kayu pada rumah kost standar disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Volume kayu pada rumah kost (dinding tembok) berdasarkan luas bangunan Luas Rumah Jumlah kamar Volume kayu (m2) (buah) (m3) 100 7 5,1028 72 6 4,4900 50 4 3,8211 48 4 3,6151 36 3 3,0410 24 2 2,8082 Untuk mempermudah perhitungan, dari tabel tersebut didapat persamaan regresi sebagai berikut : ŷ = 1.94658 + 0.03495x + e……………………… (1) R-Sq :97,5% R-Sq(adj) :96,8% F-hit :154,33 P (uji F) :0,000(P≤0,05)→ sangat nyata Selang Kepercayaan (α) :95% dimana, y : volume kayu (m3) x : luas bangunan rumah (m2) 5. Metode Analisis Data Untuk memperoleh informasi dari data yang telah dikumpulkan, dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh menggunakan analisis regresi dengan bantuan program komputer minitab. Persamaan umum yang digunakan adalah: Y = B0 + B1X1 +B2X2 + E
16
Dengan model penduga sebagai berikut : y = bo + b1x1 + b2x2 + e dimana : • y = konsumsi kayu perkakas per tahun pada seluruh rumah kost (m3/tahun ) • x1 = jumlah penghuni (penyewa dan pemilik) rumah kost (jiwa) • x2 = harga sewa rumah kost (rupiah/tahun) • Y = konsumsi kayu perkakas per tahun (m3/tahun) • E = sisaan Koefisien b0, b1, b2 dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan regresi linear atau menggunakan program Minitab. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi kayu dibatasi berdasarkan hipotesis sebagai berikut : Konsumsi = f (jumlah penghuni, harga sewa). Setelah dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh, maka dapat disusun daftar analisis ragam untuk model regresi yang disajikan dalam Tabel 7. Daftar analisis ragam tersebut digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas yang dapat diketahui dari nilai F hitung yang diperoleh dengan selang kepercayaan sebesar 95%. Tabel 7. Daftar Analisis Ragam untuk Model Regresi Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Keragama bebas kuadrat tengah n (SK) (db) (JK) (KT) Regresi p-1 = k JKR JKR/k Sisa Total
n-p n-1 = n-k-1
JKS JKT
Fhit
Ftabel 0.05
KTR/ KTS
JKS/n-k-1
6. Definisi Operasional • Konsumsi kayu merupakan besarnya volume kayu yang digunakan untuk konstruksi bangunan dan peralatan rumah tangga (m3). • Barang substitusi adalah jenis-jenis barang yang digunakan sebagai pengganti kayu yang dikonsumsi. • Jumlah penghuni adalah banyaknya jiwa yang menghuni rumah kost (orang).
17
• Biaya hidup merupakan biaya yang dikeluarkan penghuni untuk keperluan sehari-hari selama 1 bulan (Rp/bulan). • Harga sewa rumah kost merupakan biaya yang dikeluarkan oleh penghuni untuk menyewa rumah kost (Rp/tahun). • Jenis rumah kost merupakan tipe rumah yang diklasifikasikan berdasarkan konstruksi dinding (kayu, semi permanen dan permanen) • Pendapatan total pemilik merupakan pendapatan bersih yang diperoleh pemilik dalam 1 tahun (Rupiah/tahun).
18
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Desa Babakan Lokasi Administratif Desa Babakan merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah Desa Babakan adalah ± 334,34 ha, yang terdiri dari 9 rukun warga (RW) dan 24 rukun tetangga (RT). Secara administratif Desa Babakan berbatasan dengan: Sebelah utara
: Desa Cikarawang
Sebelah selatan
: Desa Dramaga
Sebelah barat
: Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea
Sebelah timur
: Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat. Lokasi Geografis
Secara geografis Desa Babakan terletak pada ketinggian 400 m dari permukaan laut, dengan curah hujan 4.561 mm/tahun. Suhu udara rata-rata berkisar antara 25˚ C - 33˚C. Kampus Institut Pertanian Bogor terletak di Desa Babakan yang mempunyai luas areal sebesar 72,98% dari luas total desa. Sebagian besar wilayah Desa Babakan merupakan kampus Institut Pertanian Bogor, sisanya terdiri dari pemukiman rumah kost mahasiswa dan sebagian kecil merupakan pemukiman penduduk. Areal yang diperuntukan untuk pemukiman cukup besar dibandingkan dengan areal terbuka yaitu sebesar 69,5 ha atau 20,79% dari luas areal keseluruhan. Padatnya kondisi pemukiman membuat kebutuhan akan rumah semakin meningkat. Hal ini akan mengakibatkan kebutuhan terhadap kayu pun semakin meningkat. Penduduk Desa Babakan terdiri dari 3.402 kepala keluarga dengan jumlah total penduduk sebanyak 8.278 jiwa. Penduduk laki-laki berjumlah 4.320 jiwa (52,19%) dan penduduk perempuan berjumlah 3.958 jiwa (47,81%). Seluruh penduduk Desa Babakan berkewarganegaraan Indonesia dan mayoritas penduduk
19
beragama Islam yakni sebanyak 7.829 jiwa. Sisanya, 259 jiwa beragama Kristen, 178 jiwa beragama Katolik, 8 jiwa beragama Hindu dan 5 jiwa beragama Budha. Berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah penduduk yang lulus SD sebanyak 1.981 orang (28,14%), lulus SMP/SLTP sebanyak 1.187 orang (16,86%), lulus SLTA sebanyak 2.461 orang (34,96%), lulus akademi (D1 - D3) sebanyak 748 orang (10,63%) dan sarjana (S1 – S3) sebanyak 404 orang (5,74%). Sebagian besar penduduk bermatapencaharian sebagai karyawan swasta yakni
sebanyak
1.187
orang.
Penduduk
yang
bekerja
sebagai
pedagang/wiraswasta sebanyak 1.014 orang, Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 788 orang, bekerja di bidang pertukangan sebanyak 255 orang, pensiunan 142 orang, pemulung 6 orang dan 2 orang anggota TNI. Tabel 8. Jumlah penduduk dan jumlah rumah di Desa Babakan No Tahun Luas Jumlah Jumlah Kepadatan wilayah rumah penduduk (jiwa/ km2) 2 (km ) tangga (jiwa) 1 1998 3,34 1299 7900 2365 2 1999 3,34 2122 7781 2329 3 2000 3,34 2122 7871 2357 4 2001 3,34 2122 7869 2397 5 2002 3,34 2122 7979 2398 6 2003 3,34 3165 8085 2420 7 2004 3,34 3402 8278 2478 Sumber : Biro Pusat Statistik Kabupaten Bogor (1998-2003)
Jumlah rumah 1299 1510 1510 1650 1795 1839 -
Kelurahan Balumbang Jaya Lokasi Administratif Kelurahan Balumbang Jaya merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 2 tahun 1995 Kelurahan Balumbang Jaya termasuk salah satu kelurahan hasil pemekaran dari Kabupaten Bogor. Luas wilayah Kelurahan Balumbang Jaya adalah ±154 Ha, terdiri dari 12 rukun warga (RW) dan 37 rukun tetangga (RT). Secara administratif Kelurahan Balumbang Jaya berbatasan dengan: Sebelah utara
: Kelurahan Situgede
Sebelah selatan
: Kelurahan Bubulak
Sebelah barat
: Kelurahan Marga Jaya
Sebelah timur
: Desa Babakan, Kabupaten Bogor.
20
Lokasi Geografis Kelurahan Balumbang Jaya mempunyai topografi bergelombang berat dengan kemiringan antara 0-45%. Ketinggian tempat 250 m dari permukaan laut dan terletak pada 106˚48’ BT - 60˚36’ LS dengan curah hujan 3000-4000 mm/tahun. Suhu udara rata-rata berkisar antara 25˚ C - 33˚C dengan kelembapan udara ±70%. Kampus Institut Pertanian Bogor terletak di Desa Babakan yang berbatasan langsung dengan Kelurahan Balumbang Jaya. Tingginya permintaan mahasiswa terhadap rumah kost membuat wilayah lain seperti Kelurahan Balumbang Jaya dijadikan pula sebagai kawasan rumah kost walaupun hanya terdapat pada beberapa RW. Permintaan yang tinggi terhadap rumah kost menyebabkan semakin meningkatnya pembangunan rumah kost sehingga kebutuhan terhadap kayu pun semakin meningkat. Penduduk Berdasarkan data monografi kelurahan tahun 2000, jumlah penduduk Kelurahan Balumbang Jaya sebanyak 8.291 jiwa dengan 1.831 kepala keluarga yang terdiri dari penduduk laki-laki sebesar 4.348 jiwa (52,44%) dan penduduk perempuan berjumlah 3.943 jiwa (47,56%). Semua penduduk Kelurahan Balumbang Jaya berkewarganegaraan Indonesia dan mayoritas penduduk beragama Islam yakni sebanyak 8.313 jiwa dan sisanya sebanyak 6 jiwa beragama Kristen. Berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah penduduk yang tamat SD sebanyak 3.327 orang (48,65%), lulus SMP/SLTP sebanyak 1.988 orang (29,07%), lulus SLTA sebanyak 1.423 orang (20,81%), lulus akademi (D1 - D3) sebanyak 54 orang (0,79%) dan sarjana S1 sebanyak 47 orang (0,69%). Sebagian besar penduduk bermatapencaharian sebagai karyawan swasta yakni
sebanyak
pedagang/wiraswasta
658
orang.
sebanyak
Sedangkan 118
(PNS)/TNI/POLRI sebanyak 165 orang.
orang
sisanya dan
bekerja
Pegawai
sebagai
Negeri
Sipil
21
Tabel 9. Jumlah penduduk dan jumlah rumah di Kelurahan Balumbang Jaya No Tahun Luas Jumlah Jumlah Jumlah Kepadatan 2 wilayah rumah rumah penduduk (jiwa/ km ) (km2) tangga (jiwa) 1 1997 1,54 1602 8014 5203 1420 2 1998 1,54 1703 8101 8260 3 1999 1,54 1857 8179 5311 4 2000 1,54 1831 8291 5383 5 2001 1,54 1833 8645 5614 1733 6 2002 1,54 1833 9033 5866 1733 7 2003 1,54 1910 9398 6103 1733 8 2004 1,54 1987 9806 6368 1733 Sumber : Biro Pusat Statistik Kota Bogor (1997-2003)
22
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Pemilik Rumah Kost Tempat Tinggal Pemilik Rumah Kost Dari hasil pengumpulan data di lapangan dapat diketahui bahwa sebagian besar pemilik rumah kost tidak tinggal di tempat yang sama dengan penyewa kost. Ada yang tinggal dalam satu rumah tetapi dengan tembok/sekat terpisah dan ada pula yang tinggal dengan bangunan rumah yang terpisah satu sama lain. Sebagian besar penyewa rumah kost lebih memilih untuk tinggal terpisah dengan pemilik rumah kost dengan alasan lebih bebas mengatur kehidupan rumah tangga sendiri. Pemilik rumah kost yang tergolong dalam ukuran besar sebagian besar tinggal di luar daerah pemukiman rumah kost. Pemilik rumah kost tinggal di sekitar kota Bogor bahkan ada yang tinggal di luar kota Bogor seperti Jakarta, Bandung, Tangerang dan daerah lainnya. Pemilik rumah kost biasanya mengunjungi rumah kost pada waktu tertentu saja, setiap minggu atau setiap bulan sekali. Selain itu, terdapat pemilik rumah kost yang datang hanya pada tahun ajaran baru karena ada pergantian penghuni, pembayaran sewa rumah kost dan jika terdapat masalah-masalah penting yang berkaitan dengan rumah kost. Untuk menggantikan perannya sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap rumah kost, pemilik rumah kost biasanya menugaskan seorang penjaga rumah kost. Tugas dari penjaga kost yaitu mengurus rumah kost setiap harinya seperti kebersihan sekitar rumah kost, pembayaran listrik, air serta mengatasi masalah-masalah kecil yang masih dapat ditangani oleh penjaga rumah kost. Untuk memberikan kenyamanan kepada penyewa dan penjaga kost, pemilik memberikan ruangan khusus kepada penjaga kost yang terpisah dari penyewa kost. Penjaga kost diberi kebebasan untuk tidak bekerja penuh selama 24 jam sehingga mereka dapat melakukan pekerjaan lain untuk menambah pendapatan karena pendapatan sebagai penjaga kost tidak terlalu besar. Pemilik rumah kost sedang (jumlah kamar 10-20) sebagian besar tinggal terpisah dari penyewa kost. Berbeda dengan rumah kost besar, pemilik rumah kost tidak menugaskan penjaga untuk menggantikan tanggung jawabnya. Hal ini dikarenakan jumlah kamar yang disewakan tidak terlalu banyak dan adanya biaya
23
tambahan yang harus dikeluarkan untuk menggaji penjaga kost. Sebagai gantinya, pemilik kost memberi kepercayaan kepada salah satu penghuni yang bertanggung jawab untuk mengkoordinasi penghuni lain dalam mengurus rumah kost. Tempat tinggal pemilik rumah kost kecil dibedakan menjadi dua kategori yaitu tinggal dalam satu rumah dan tinggal berbeda rumah dengan penyewa rumah kost. Pemilik dan penyewa yang tinggal dalam satu rumah terbagi dalam dua kategori yaitu tinggal dalam satu rumah tanpa atau dengan dinding penyekat. Tanpa dinding penyekat artinya kehidupan rumah tangga mereka benar-benar menyatu satu sama lain. Sedangkan dengan dinding penyekat artinya kehidupan rumah tangga mereka terpisah dan masing-masing berhak menentukan kehidupan rumah tangganya sendiri. Dinding penyekat dapat diartikan dalam satu lantai atau berbeda lantai, misalnya pemilik rumah kost di lantai bawah dan penyewa rumah kost tinggal di lantai atas. Selain itu, ada pula pemilik rumah kost kecil yang tinggal berbeda rumah dengan penyewa. Pemilik tinggal di sebelah rumah kost, dalam satu RT, dalam satu RW, dalam satu desa/kelurahan, berbeda desa/kelurahan bahkan ada pula yang tinggal di luar pemukiman rumah kost. Sebagian besar pemilik memilih tinggal di pinggiran desa/kelurahan dan menyewakan atau menjual rumah yang berada di sekitar kampus dengan harga yang mahal. Kondisi tersebut merupakan salah satu faktor yang menyebabkan sebagian besar pemilik rumah kost merupakan pendatang dari luar kawasan pemukiman rumah kost. Pekerjaan Pemilik Rumah Kost Pekerjaan pemilik rumah kost dapat mempengaruhi jenis rumah kost yang mereka miliki. Menurut Sumarwan (2003) status pekerjaan akan menentukan kelas sosial seseorang dan sangat menentukan pendapatan seseorang. Hal tersebut dapat mempengaruhi biaya yang dikeluarkan oleh pemilik rumah kost untuk membangun dan menyediakan fasilitas dalam rumah kost. Jenis pekerjaan pemilik kost pada 3 kategori rumah kost disajikan pada Tabel 10.
24
Tabel 10. Prosentase pemilik rumah kost berdasarkan pekerjaan Pekerjaan Babakan Balumbang Jaya Buruh Dosen Peg. Swasta Wiraswasta Pengusaha Pensiunan PNS TNI Penghulu Dokter gigi Tidak kerja
Kecil 11,63% 2,33% 11.63% 48,84% 2,33% 9,30% 9,30%
Sedang
Besar
20% 40% 10% 30%
20% 20% 20%
Kecil 4,55% 9,09% 4,55% 45,45% 9,09% 18,18%
Sedang
Besar
14,29% 14,29% 28,57%
50% 25% 25%
28,57%
40% 4,55% 14,29% 4,65%
4,55%
Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa secara keseluruhan pemilik rumah kost kecil sebagian besar bekerja sebagai wiraswasta. Berdasarkan pengamatan di lapangan pemilik rumah kost kecil sebagian besar bermatapencaharian sebagai pedagang di sekitar kampus Institit Pertanian Bogor. Sebagian besar dari mereka bekerja sebagai pedagang makanan seperti warung nasi dan toko klontong kecil. Mereka menyewakan seluruh atau sebagian rumah untuk menambah pendapatan rumah tangga karena pendapatan sebagai pedagang tidak tetap setiap bulannya. Pemilik rumah kost kecil cenderung lebih beragam dibandingkan rumah kost sedang dan besar, hal tersebut terjadi karena setiap strata ekonomi mempunyai kesempatan untuk memiliki rumah kost kecil. Biaya yang dikeluarkan untuk membangun rumah kost kecil tidak terlalu besar dan dapat memanfaatkan sebagian bangunan rumah untuk dijadikan rumah kost. Pemilik rumah kost kecil di Desa Babakan yang bermatapencaharian sebagai buruh dan pegawai swasta memiliki presentase terbesar kedua setelah wiraswasta yaitu sebesar 11,63%. Masing-masing ada yang bekerja sebagai petani, pertukangan, buruh harian dan salesman. Akan tetapi lahan yang tersedia di Desa Babakan sangat terbatas sehingga profesi sebagai petani hanya sebagian kecil saja. Pemilik rumah kost kecil ada pula yang bekerja sebagai PNS dan pensiunan dengan prosentase masing-masing sebesar 9,33%. Gaji pegawai negeri yang relatif kecil membuat mereka mencari penghasilan tambahan dengan
25
membangun rumah kost. Alasan lain yakni membangun rumah kost merupakan investasi jangka panjang sehingga dapat menjamin kehidupan masa tua pada saat pensiun. Pemilik rumah kost yang tidak bekerja biasanya merupakan kepala rumah tangga wanita yang suaminya sudah meninggal dunia. Untuk menghidupi keluarga, mereka menyewakan sebagian rumahnya sebagai tempat kost. Pada umumnya pemilik rumah kost sedang bermatapencaharian sebagai wiraswasta, PNS dan dosen. Selain itu ada pula yang bekerja sebagai pegawai swasta, pensiunan dan dokter gigi. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pemilik rumah kost sedang tergolong kelas ekonomi menengah ke atas. Pemilik rumah kost besar berprofesi sebagai pegawai swasta, pengusaha, pensiunan, TNI dan wiraswasta. Pemilik rumah kost besar tergolong kelas ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan rumah kost kecil dan sedang. Hal tersebut terkait dengan biaya yang dikeluarkan untuk membangun rumah kost yang lebih besar dibandingkan tipe rumah kost lain. Biaya tersebut mencakup biaya pembelian tanah, pengadaan tanah dan penyediaan fasilitas rumah kost. Pendapatan Pemilik Rumah Kost Pendapatan pemilik rumah kost merupakan pendapatan yang diperoleh pemilik dari rumah kost yang disewakan dan yang diperoleh dari sumber lain setiap bulannya. Pendapatan yang diterima tidak hanya berasal dari satu orang melainkan dari seluruh anggota keluarga yang bekerja. Besarnya pendapatan pemilik berbeda-beda tergantung jumlah orang yang bekerja dan jenis pekerjaan yang dimiliki anggota rumah tangga. Dari hasil pengumpulan data di lapangan dapat diketahui bahwa sebagian besar pemilik rumah kost merasa keberatan memberikan keterangan tentang pendapatan. Hal ini terjadi karena mereka menganggap pendapatan keluarga bersifat pribadi, pendapatan yang tidak menentu setiap bulannya dan sebagian besar pemilik rumah kost tidak tinggal bersama dengan penyewa kost. Keadaan tersebut sesuai dengan pernyataan Sumarwan (2003) bahwa konsumen merasa tidak nyaman jika harus mengungkapkan pendapatan yang diterimanya, dan sebagian merasa bahwa pendapatan adalah suatu hal yang bersifat pribadi sehingga sangat sensitif jika diberitahukan kepada orang lain.
26
Karakteristik Sosial Ekonomi Penghuni Rumah Kost Sebagai konsumen rumah kost, penghuni rumah kost sangat menentukan besarnya konsumsi kayu pada setiap rumah kost. Konsumsi kayu pada rumah kost dipengaruhi oleh jumlah dan keadaan sosial ekonomi penghuni rumah kost . Dari hasil pengumpulan data di lapangan dapat diketahui bahwa penghuni rumah kost mempunyai karakteristik sosial ekonomi yang beragam. Karakteristik sosial ekonomi penghuni dapat terlihat dari besarnya uang saku atau biaya hidup penghuni selama satu bulan yang disajikan pada Tabel 11. Biaya hidup merupakan suatu indikator yang dapat menentukan status ekonomi seseorang. Selain biaya hidup, keadaan sosial ekonomi penghuni rumah kost dapat diukur dengan pekerjaan orang tua. Pekerjaan orang tua dijadikan indikator karena sebagian besar penyewa rumah kost belum mempunyai penghasilan sehingga seluruh biaya hidup berasal orang tua. Besarnya biaya hidup per bulan penghuni rumah kost kost kecil sangat beragam mulai dari Rp. 100.000,- sampai dengan Rp. 800.000,- dan sebagian besar berkisar antara Rp. 300.000,- sampai Rp. 500.000,-. Keberagaman biaya hidup pada penghuni rumah kost kecil mencerminkan bahwa semakin terjangkaunya biaya sewa rumah kost maka konsumen dari setiap strata ekonomi dapat menikmatinya. Sebagian besar pekerjaan orang tua penghuni rumah kost kecil yakni pegawai negeri sipil (PNS) dan wiraswasta, sisanya bekerja sebagai pegawai swasta, petani, pensiunan dan TNI. Tabel 11. Biaya hidup penghuni per bulan Besarnya biaya hidup (Rp/bulan) Tipe rumah kost Kecil Sedang Besar 100.000-300.000 9,09% 300.000-500.000
50,91%
40%
22,22%
500.000-800.000
36,36%
53,33%
55,56%
800.000-1.000.000
3,64%
6,67%
22,22%
Biaya hidup per bulan penghuni rumah kost sedang dan besar adalah Rp. 300.000,- sampai Rp. 1.000.000,- dan sebagian besar berkisar antara Rp. 500.000,- sampai Rp. 800.000,-. Akan tetapi pada rumah kost besar penghuni rumah kost dengan biaya hidup antara Rp. 800.000,- sampai Rp. 1.000.000,- lebih
27
banyak dibandingkan penghuni rumah kost sedang yaitu sebesar 22,22%. Selain itu, jumlah penghuni dengan biaya hidup yang berkisar antara Rp. 300.000,sampai Rp. 500.000,- pada rumah kost besar lebih kecil dibandingkan pada rumah kost sedang. Sebagian besar orang tua dari penghuni rumah kost sedang bekerja sebagai PNS dan sisanya wiraswasta dan petani. Sedangkan pekerjaan orang tua dari penghuni rumah kost besar cenderung seragam yaitu PNS, wiraswasta, pensiunan dan pegawai swasta. Dengan demikian dapat diketahui bahwa penghuni rumah kost besar memiliki keadaan ekonomi yang lebih tinggi dari penghuni rumah kost kecil dan sedang. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Sumarwan (2003) bahwa status pekerjaan akan menentukan kelas sosial seseorang. Tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan pokok setiap orang selain makanan dan pakaian. Kebutuhan seseorang terhadap tempat tinggal/rumah dapat berbeda satu dengan yang lainnya tergantung dari selera individu. Konsumen rumah kost mempunyai berbagai macam alasan (Tabel 12) dalam memilih rumah kost yang akan dihuni. Tabel 12. Alasan penghuni dalam pemilihan rumah kost Alasan memilih rumah kost Prosentase Murah 5% Nyaman 33,75% Strategis 1,75% Murah-nyaman Murah-strategis Nyaman-strategis Murah-nyaman-strategis
13,75% 1,25% 7,50% 21,25%
Dari Tabel 12 dapat diketahui terdapat beberapa alasan pemilihan tempat kost oleh konsumen. Alasan yang mereka kemukakan antara lain faktor kenyamanan, harga dan lokasi rumah kost. Sebagian besar penghuni kost memilih tempat kost dengan alasan kenyamanan. Menurut Anonim (2005) syarat tempat kost yang baik yaitu lingkungan yang aman, nyaman dan tidak terlalu ramai. Kondisi rumah kost yang ramai dapat mengganggu kegiatan belajar, mempersiapkan kuliah, praktikum ataupun ujian.
28
Kenyamanan merupakan faktor yang sangat penting karena rumah kost dapat dijadikan tempat melakukan berbagai kegiatan seperti belajar, istirahat, bersosialisasi dan kegiatan pribadi lainnya. Mahasiswa membutuhkan tempat yang kondusif untuk belajar sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Bagi konsumen lain pemilihan rumah kost tidak hanya alasan kenyamanan melainkan terdapat faktor lain yang harus diperhatikan yaitu harga sewa dan lokasi rumah kost. Rumah kost dapat dikatakan ideal apabila memenuhi ketiga persyaratan di atas. Harga sewa rumah kost merupakan salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih rumah kost. Menurut Sumarwan (2003) untuk sebagian besar konsumen Indonesia yang berpendapatan rendah, maka harga adalah utama yang dipertimbangkan dalam memilih produk maupun jasa. Selain harga, faktor lain yang menjadi pertimbangan konsumen yaitu lokasi rumah kost dari berbagai fasilitas seperti kampus, rental komputer, transportasi dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Berbagai fasilitas yang tersedia tersebut diharapkan dapat mendukung keberhasilan proses belajar. Harga dan lokasi rumah kost merupakan dua faktor yang saling mempengaruhi, semakin jauh lokasi rumah kost dengan berbagai fasilitas umum maka harga sewa yang ditawarkan semakin murah. Harga sewa rumah kost yang terletak di Desa Babakan cenderung lebih mahal dibandingkan rumah kost yang berada di Kelurahan Balumbang Jaya. Di Desa Babakan pun terdapat perbedaan, rumah kost yang berada di sekitar kampus yaitu daerah Babakan Raya, Babakan Tengah dan Babakan Doneng mempunyai harga sewa yang lebih mahal dibandingkan daerah lain walaupun masih dalam satu desa. Konsumsi Kayu Rumah Kost Konsumsi kayu pada rumah kost meliputi kayu untuk perumahan dan perabot rumah tangga. Volume kayu untuk perumahan dihitung berdasarkan luas bangunan rumah kost yang ditentukan dengan bantuan ahli bangunan rumah. Sedangkan volume perabot rumah tangga ditentukan berdasarkan volume standar tiap jenis barang (Lampiran 1). Besarnya kayu yang dikonsumsi pada setiap jenis rumah kost disajikan pada Tabel 13.
29
Tabel 13. Konsumsi kayu berdasarkan luas bangunan rumah Konsumsi kayu/luas rumah (m3/m2) No Jenis rumah kost Jumlah Total Per rumah kost 1 Kecil 66 4,2673 0,0647 2 Sedang 17 0,9607 0,0565 3 Besar 9 0,4942 0,0549 4 Keseluruhan 92 5,7222 0,0622 Tabel 14. Konsumsi kayu perkakas per rumah per tahun No Jenis rumah Konsumsi kayu per rumah (m³) kost Konstruksi Furniture Total 1 Kecil 6,2736 1,1217 7,3953 2 Sedang 11,2433 2,2627 13,5059 3 Besar 23,4486 5,2592 28,7078 4 Keseluruhan 8,8721 1,7373 10,6093
Umur pakai kayu (tahun) Konstruksi 20 20 20 20
Tabel 15. Konsumsi kayu perkakas per kapita per tahun No Jenis rumah Konsumsi kayu per rumah per tahun kost (m³/tahun) Konstruksi Furniture Total 1 Kecil 0,3137 0,1122 0,4258 2 Sedang 0,5622 0,2263 0,7884 3 Besar 1,1724 0,5259 1,6983 4 Keseluruhan 0,4436 0,1737 0,6173
Furniture 10 10 10 10
Jumlah penghuni ratarata (jiwa) 8 18 37 13
Konsumsi kayu per rumah per tahun (m³/tahun) Konstruksi Furniture Total 0,3137 0,1122 0,4258 0,5622 0,2263 0,7884 1,1724 0,5259 1,6983 0,4436 0,1737 0,6173
Konsumsi kayu per kapita per tahun (m³/kapita/tahun) Konstruksi Furniture Total 0,0392 0,0140 0,0532 0,0312 0,0126 0,0438 0,0317 0,0142 0,0459 0,0341 0,0134 0,0475
30
Ukuran dan bentuk rumah kost dapat mempengaruhi besarnya konsumsi kayu terutama untuk kebutuhan konstruksi rumah. Berdasarkan data pada tabel 13 dapat diketahui bahwa semakin besar ukuran rumah maka konsumsi kayu per m2 semakin kecil. Apabila diperhitungkan berdasarkan ukuran rumah secara keseluruhan maka semakin besar ukuran bangunan rumah semakin besar pula kayu yang dikonsumsi. Keadaan ini sesuai dengan pernyataan Jamali et.al, (1997) bahwa semakin besar tipe rumah yang dibuat maka kebutuhan kayu semakin besar. Konsumsi kayu per m2 dapat digunakan untuk mengetahui besarnya konsumsi kayu pada suatu rumah kost. Konsumsi kayu pada suatu bangunan rumah merupakan hasil perkalian antara konsumsi kayu per m2 dengan luas bangunan rumah. Konsumsi kayu per m2 digunakan apabila luas rumah kost mendekati luas rumah kost rata-rata untuk masing-masing tipe rumah kost dengan penggunaan furniture yang cenderung seragam. Konsumsi kayu pada rumah kost yang memiliki ukuran bangunan di atas atau di bawah rata-rata (data pencilan) tidak dapat ditentukan menggunakan konsumsi kayu per m2 karena hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan. Dari tabel 13 dapat diketahui bahwa rumah kost sedang dan besar memiliki perbedaan yang tidak terlalu besar. Hal ini diakibatkan banyak ukuran bangunan rumah kost besar yang hampir sama dengan rumah kost sedang. Selain itu, sebagian besar rumah kost besar terdiri dari satu lantai sehingga ukuran bangunan hampir sama dengan rumah kost sedang. Untuk menjamin ketersediaan kayu di masa yang akan datang maka perlu diketahui konsumsi kayu setiap tahun dan keawetan (umur pakai) kayu yang digunakan. Besarnya konsumsi kayu setiap tahun dapat dihitung dengan cara membagi jumlah kayu yang dikonsumsi dengan umur pakai kayu yang digunakan. Pada penelitian ini, umur pakai ditentukan dengan menggunakan pedoman kelas awet kayu Oey Djoen Seng (1951) dalam Martawijaya, et.al (1981), wawancara dengan ahli pertukangan serta pedagang matrial dan berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Christiani (2004). Pada umumnya penggunaan kayu untuk bahan konstruksi rumah kost terdiri dari beberapa jenis kayu. Jenis kayu yang banyak digunakan antara lain
31
kayu Meranti (Shorea spp), Kamper (Dryobalanops spp) dan sebagian kecil kayu Mahoni (Swietenia spp), Sengon (Paraserianthes falcataria). Hal ini sesuai dengan pernyataan Daryadi (2001) bahwa jenis kayu Meranti dan Kamper biasa digunakan sebagai kayu konstruksi karena sifat keawetannya yang baik dan mudah dalam pengerjaan. Selain itu, menurut Nugroho (1998) jenis kayu yang diperdagangkan dan dikonsumsi sebagai bahan konstruksi sangat beragam, pada umumnya dikenal dengan nama perdagangan misalnya jenis Meranti dan Kamper. Berdasarkan jenis kayu yang banyak digunakan pada rumah kost maka dapat ditentukan umur pakai kayu berdasakan jenis kayu dan pedoman penentuan keawetan kayu yang telah disebutkan sebelumnya. Umur pakai untuk kayu konstruksi yaitu selama ±20 tahun. Selain digunakan untuk bahan konstruksi, kayu dapat digunakan untuk pembuatan perabot rumah tangga. Hal ini sejalan dengan pernyataan Malik (2003) bahwa tingkat penggunaan kayu masih dominan sebagai bahan baku furnitur yaitu sebesar 60%. Untuk pembuatan perabot rumah tangga pada rumah kost, kayu yang banyak digunakan yaitu kayu Sengon (Paraserianthes falcataria). Berdasarkan jenis dan keawetan kayu yang digunakan untuk perabot rumah tangga maka umur pakai ditetapkan ±10 tahun. Konsumsi kayu untuk setiap tipe rumah ditentukan dengan membagi total konsumsi kayu pada masing-masing tipe rumah kost dengan jumlah rumah kost. Total konsumsi kayu pada rumah kost kecil adalah sebesar 6,2736 m³ untuk konstruksi dan 1,1217 m³ untuk furniture. Sedangkan pada rumah kost sedang sebesar 11,2433 m³ untuk konstruksi dan 2,2627 m³ untuk furniture. Sesuai dengan ukurannya, rumah kost besar mengkonsumsi kayu paling banyak yaitu sebesar 23,4486 m³ untuk konstruksi dan 5,2592 m³ untuk furniture. Untuk mengetahui besarnya persediaan kayu di masa yang akan datang maka perlu diketahui konsumsi kayu setiap tahunnya. Konsumsi kayu per rumah per tahun dapat ditentukan dengan cara membagi total konsumsi kayu per rumah dengan umur pakai kayu. Dari Tabel 14 dapat diketahui besarnya konsumsi kayu pada rumah kost kecil yaitu sebesar 0,4258 m³/tahun, pada rumah kost sedang sebesar 0,7884 m³/tahun dan pada rumah kost besar 1,6983 m³/tahun. Secara keseluruhan besarnya konsumsi kayu untuk konstruksi adalah sebesar 0,4436
32
m³/tahun dan untuk furniture sebesar 0,1737 m³/tahun dengan konsumsi kayu total per rumah per tahun sebesar 0,6173 m³/tahun. Informasi mengenai besarnya konsumsi kayu per rumah per tahun dapat digunakan untuk mengetahui volume kayu yang dibutuhkan di masa yang akan datang. Baik pada saat rumah tersebut direnovasi atau pada saat dilakukan perubahan terhadap seluruh komponen rumah. Dalam suatu pemukiman, kegiatan perenovasian rumah akan terus menerus terjadi dari waktu ke waktu secara kontinyu. Dimana setiap rumah dalam pemukiman tersebut akan mengalami proses renovasi secara bergiliran dan menyebar secara acak sampai akhirnya akan mengalami penggantian total sesuai umur pakai kayu yaitu selama 20 tahun. Selain menentukan besarnya konsumsi kayu, tipe rumah kost dapat pula menentukan banyaknya penghuni dalam rumah tersebut. Semakin besar ukuran rumah kost maka semakin banyak penghuni yang tinggal dalam rumah kost tersebut. Dari Tabel 15 dapat diketahui bahwa jumlah penghuni rata-rata pada setiap rumah kost yaitu 8 jiwa pada rumah kost kecil, 18 jiwa pada rumah kost sedang dan 37 jiwa pada rumah kost besar. Akan tetapi terdapat beberapa keadaan di lapangan yang tidak sesuai dengan rincian di atas. Hal tersebut terjadi karena semakin banyaknya jumlah rumah kost yang tidak diimbangi dengan jumlah konsumen rumah kost. Sejak tahun ajaran 2005/2006 jumlah konsumen rumah kost menurun akibat kepindahan mahasiswa Diploma III. Bagi pemilik rumah kost yang tidak mampu bersaing, keadaan ini akan merugikan karena mereka akan kehilangan konsumen. Untuk mengatasinya, pemilik rumah kost perlu melakukan upaya perbaikan terhadap fasilitas yang disediakan dengan harga pasaran yang sesuai. Berdasarkan jumlah penghuni rata-rata tiap tipe rumah kost maka dapat diketahui besarnya konsumsi kayu per kapita per tahun. Secara keseluruhan besarnya konsumsi kayu per kapita adalah 0,0475 m3/kapita/tahun. Konsumsi kayu per kapita per tahun merupakan besarnya kayu yang digunakan oleh setiap individu dalam satu tahun. Konsumsi diartikan sebagai pemakaian kayu yang menyebabkan pengurangan/penyusutan umur pakai kayu. Apabila kayu dikonsumsi secara terus menerus maka pada suatu saat umur pakai kayu akan habis sehingga perlu dilakukan penggantian terhadap kayu yang dikonsumsi.
33
Konsumsi kayu per kapita per tahun dapat digunakan untuk mengetahui besarnya kayu yang dikonsumsi pada suatu daerah berdasarkan besarnya populasi pada daerah tersebut. Konsumsi kayu per kapita per tahun pada rumah kost kecil paling besar diantara tipe rumah kost lain. Hal tersebut terjadi karena banyaknya jumlah kamar pada rumah kost sedang dan besar yang tidak sebanding dengan banyaknya penghuni sehingga banyak kamar kosong pada beberapa rumah kost. Konsumsi furniture per kapita per tahun pada rumah kost besar menunjukkan jumlah yang lebih besar dibandingkan tipe rumah kost lain. Hal ini diakibatkan adanya perbedaan selera setiap penghuni. Penghuni rumah kost besar menggunakan hampir semua fasilitas yang disediakan. Sedangkan pada rumah kost kecil dan sedang tidak semua fasilitas digunakan. Berdasarkan pengamatan di lapangan terdapat beberapa penghuni yang tidak suka menggunakan tempat tidur kayu, meja dan kursi, hal ini terjadi terutama pada penghuni kost laki-laki. Selain itu, perbedaan konsumsi furniture per kapita per tahun terjadi akibat penggunaan barang substitusi yang berbedabeda pada setiap rumah kost. Barang substitusi yang banyak digunakan yaitu terbuat dari plastik, besi dan alumunium. Untuk memenuhi keperluan pembangunan rumah sebagian besar pemilik rumah kost memperoleh kayu dari pedagang matrial, kebun milik rakyat dan agen penjual kayu. Sebanyak 95,60% responden membeli kayu dari matrial karena pedagang matrial menyediakan kayu dalam berbagai jenis dan ukuran yang umum dipergunakan untuk membangun rumah. Pemilik rumah kost biasanya membeli kayu dari pedagang matrial yang berada di sekitar Kecamatan Dramaga. Konsumen yang memperoleh kayu dari kebun milik rakyat sebesar 3,29%. Kayu berasal dari kebun milik pribadi yang berada di sekitar Desa Babakan sebelum kampus Institut Pertanian Bogor berada. Berdasarkan hasil wawancara dengan penjual kayu, kayu diperoleh dari penduduk yang masih mempunyai lahan dan sebagian besar berada di sekitar sungai Ciapus yang mengalir melewati Kelurahan Balumbang Jaya. Kayu dijual dalam bentuk balok dengan berbagai ukuran sesuai permintaan konsumen. Sisanya, sebesar 2,19% konsumen kayu
34
membeli kayu dari agen penjual kayu yang berada di luar daerah Bogor seperti Cianjur, Sukabumi dan daerah lainnya. Prediksi Konsumsi Kayu Rumah Kost Untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan kayu di masa yang akan datang maka perlu diketahui besarnya prediksi konsumsi kayu setiap tahunnya. Besarnya prediksi konsumsi kayu dapat ditentukan dengan mengetahui jumlah konsumen rumah kost yaitu mahasiswa Institut Pertanian Bogor. Setiap tahun jumlah mahasiswa
mengalami
perubahan,
dapat
terjadi
penambahan
ataupun
pengurangan. Namun akhir-akhir ini terjadi pengurangan jumlah mahasiswa yang cukup besar akibat kepindahan mahasiswa Diploma III dan adanya fasilitas asrama bagi mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama. Perubahan jumlah mahasiswa dari tahun ke tahun dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2). Persamaan ini mengacu pada jumlah mahasiswa S1 yang berada di kampus Darmaga. Hal ini dilakukan karena sejak tahun ajaran 2005/2006 di kampus Darmaga tidak terjadi penambahan mahasiswa Diploma III. Selain itu, mahasiswa Pascasarjana tidak dimasukan dalam persamaan yang dibentuk karena keterbatasan data dan banyak mahasiswa yang tinggal di luar lokasi penelitian. Apabila persamaaan yang dibentuk mengacu pada jumlah mahasiswa secara keseluruhan akan diperoleh persamaan regresi linier yang berbeda. Berdasarkan persamaan regresi linier tersebut dapat diketahui bahwa akan terjadi penurunan jumlah mahasiswa dari tahun ke tahun dan akan mencapai jumlah nol (0) pada tahun tertentu. Y = - 64144 + 33.4 X + e....................................... (2) R-Sq :40,5% R-Sq(adj) :32,0% F-hit :4,77 P (uji F) :0,065(P≤0,05)→ tidak nyata Selang Kepercayaan (α) :95% Persamaan (2) yang menyatakan hubungan antara jumlah mahasiswa dengan waktu (tahun) terbentuk cukup baik. Persamaan ini mampu menerangkan sebesar 40,5% variasi dalam variabel jumlah mahasiwa yang dapat diterangkan oleh variabel waktu (tahun) sedangkan sisanya disebabkan oleh faktor lain yang
35
tidak tercakup dalam model. Untuk menguji kelinieran model, dilakukan uji F dan diperoleh nilai P untuk uji F sebesar 0,065 yang berarti terima Ho. Hal ini berarti bahwa pada selang kepercayaan 95% peubah bebas (waktu) tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tak bebas (jumlah mahasiswa). Jumlah mahasiswa sebagai konsumen rumah kost dapat mempengaruhi besarnya konsumsi kayu, baik yang digunakan untuk konstruksi maupun furniture. Perkiraan jumlah mahasiswa dan kebutuhan kayu dari tahun ke tahun disajikan dalam Tabel 16. Prediksi dilakukan mulai tahun 2008 karena persamaan yang digunakan mengacu pada jumlah mahasiswa S1 dengan asumsi pada tahun 2008 di kampus Darmaga tidak terdapat mahasiswa Diploma III. Tabel 16. Perkiraan kebutuhan kayu berdasarkan jumlah mahasiswa Perkiraan konsumsi kayu (m3) ∑ Tahun mahasiswa Konstruksi Furniture Jumlah 2008 2923 99,6811 39,1709 138,8520 2009 2957 100,8201 39,6184 140,4385 2010 2990 101,9590 40,0660 142,0250 2011 3023 103,0979 40,5136 143,6115 2012 3057 104,2369 40,9611 145,1980 2013 3090 105,3758 41,4087 146,7845 2014 3124 106,5148 41,8562 148,3710 2015 3157 107,6537 42,3038 149,9575 Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui besarnya konsumsi kayu pada rumah kost mengalami peningkatan setiap tahunnya sebesar 1,1% per tahun. Kondisi ini terjadi apabila jumlah mahasiswa Institut Pertanian Bogor mengalami peningkatan sehingga permintaan terhadap rumah kost pun meningkat. Akan tetapi akhir-akhir ini terjadi penurunan permintaan terhadap rumah kost akibat berkurangnya jumlah mahasiswa Diploma III dan adanya asrama TPB. Apabila jumlah rumah kost yang telah ada saat ini dapat mencukupi permintaan rumah kost maka pembangunan rumah kost tidak dilakukan secara terus menerus. Dengan demikian sebagian besar kayu yang dibutuhkan di masa yang akan datang merupakan kayu yang digunakan untuk merenovasi rumah kost. Selain jumlah penduduk, besarnya konsumsi kayu dipengaruhi pula oleh jumlah kebutuhan rumah masyarakat. Hal tersebut dikarenakan sampai saat ini kayu masih merupakan unsur terpenting dalam pembangunan rumah. Bangunan rumah terdiri dari tiga jenis berdasarkan jenis dinding yaitu bangunan permanen,
36
semi permanen dan tidak permanen. Kebutuhan kayu setiap jenis rumah diasumsikan sama karena prosentase rumah semi permanen dan tidak permanen sangat kecil dengan jumlah yang semakin berkurang setiap tahun. Untuk menentukan perkiraan kebutuhan rumah pada masing-masing desa/kelurahan maka dibentuk persamaan yang mengacu pada data pertambahan jumlah rumah yang terdapat pada Tabel 8 dan Tabel 9. Persamaan regresi yang terbentuk disajikan pada persamaan (3). Hubungan antara jumlah rumah dan waktu (tahun) di Desa Babakan Y2 = - 209595 + 106 X + e........................................ (3) R-Sq :95,4% R-Sq(adj) :94,3% F-hit :82,98 P (uji F) :0,001(P≤0,05)→ nyata Selang Kepercayaan (α) :95% Persamaan (3) yang menyatakan hubungan antara jumlah rumah dengan waktu (tahun) di Desa Babakan terbentuk cukup baik. Persamaan ini mampu menerangkan sebesar 95,4% variasi dalam variabel jumlah penduduk yang dapat diterangkan oleh variabel waktu (tahun). Untuk menguji kelinieran model, dilakukan uji F dan diperoleh nilai P untuk uji F sebesar 0,001 yang berarti tolak Ho. Hal ini berarti bahwa pada selang kepercayaan 95% variabel bebas (waktu) mempunyai pengaruh nyata terhadap jumlah penduduk. Besarnya perkiraan konsumsi kayu Desa babakan disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Perkiraan kebutuhan kayu Desa Babakan berdasarkan jumlah rumah Perkiraan konsumsi kayu (m3) Perkiraan Tahun kebutuhan rumah Konstruksi Furniture Jumlah 2008 3253 1443,044 565,134 2008,178 2009 3359 1490,066 583,549 2073,615 2010 3465 1537,088 601,964 2139,052 2011 3571 1584,110 620,379 2204,489 2012 3677 1631,132 638,794 2269,926 2013 3783 1678,154 657,209 2335,363 2014 3889 1725,176 675,624 2400,800 2015 3995 1772,198 694,039 2466,237 Pertambahan jumlah rumah di Kelurahan Balumbang Jaya dari tahun ke tahun tidak disajikan dalam persamaan regresi akan tetapi dinyatakan dengan prosentase kenaikan jumlah rumah. Hal ini disebabkan oleh kurang tersedianya
37
data jumlah rumah di Kelurahan Balumbang Jaya. Besarnya konsumsi kayu Kelurahan Balumbang Jaya dari tahun ke tahun disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Perkiraan kebutuhan kayu Kelurahan Balumbang Jaya berdasarkan jumlah rumah Perkiraan konsumsi kayu (m3) Perkiraan Tahun kebutuhan rumah Konstruksi Furniture Jumlah 2008 2930 1285,616 503,641 1789,257 2009 3132 1374,324 538,392 1912,716 2010 3348 1469,152 575,541 2044,693 2011 3579 1570,524 615,253 2185,777 2012 3826 1678,890 657,706 2336,596 2013 4090 1794,733 703,087 2497,821 2014 4372 1918,570 751,600 2670,170 2015 4674 2050,951 803,461 2854,412 Dari Tabel 17 dan Tabel 18 dapat diketahui bahwa jumlah bangunan rumah dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Besarnya kebutuhan kayu Desa Babakan diprediksikan akan meningkat sebesar 3% per tahun. Berdasarkan hasil prediksi dapat diketahui bahwa kebutuhan kayu Kelurahan Balumbang Jaya lebih besar dibandingkan Desa Babakan. Besarnya kebutuhan kayu Kelurahan Balumbang Jaya diprediksikan akan meningkat sebesar 7% per tahun. Besarnya kebutuhan rumah kost dari tahun ke tahun dapat dipengaruhi oleh jumlah mahasiswa, penggunaan lahan yang efektif dan efisien serta ketersediaan lahan kosong. Jumlah mahasiswa sebagai konsumen rumah kost sangat mempengaruhi besarnya permintaan terhadap rumah kost. Permintaan terhadap rumah kost akan meningkat apabila jumlah mahasiswa meningkat dan berlaku sebaliknya. Untuk mengefisienkan penggunaan lahan, pemilik rumah kost biasanya membangun rumah kost secara bertingkat (lebih dari satu lantai). Ketersediaan lahan kosong yang diperuntukan sebagai areal pemukiman dapat mempengaruhi peningkatan jumlah rumah pada suatu wilayah. Semakin besar ketersediaan lahan kosong maka semakin besar pula kemungkinan penambahan jumlah bangunan rumah. Akan tetapi pembangunan akan terus dilakukan apabila terjadi peningkatan permintaan terhadap rumah kost dan upaya pengefisienan lahan telah mencapai maksimal.
38
Peningkatan jumlah rumah seperti yang disajikan pada Tabel 17 dan 18 terjadi apabila permintaan terhadap rumah kost terus mengalami peningkatan dan upaya pengefisienan lahan telah mencapai maksimal. Akan tetapi berdasarkan keadaan di lokasi penelitian, saat ini terjadi penurunan konsumen rumah kost sehingga permintaan terhadap rumah kost pun semakin menurun. Selain itu, terdapat beberapa pemilik rumah kost yang melakukan pembangunan rumah lebih dari satu lantai. Jumlah bangunan rumah kost di lokasi penelitian diprediksikan cenderung tetap dengan peningkatan yang tidak terlalu besar. Dengan demikian besarnya konsumsi kayu yang dibutuhkan setiap tahunnya dapat lebih kecil dari hasil prediksi. Hal tersebut terjadi karena sedikitnya jumlah rumah kost yang dibangun sehingga kayu yang dibutuhkan untuk pembangunan rumah pun tidak terlalu besar. Kayu yang dikonsumsi sebagian besar digunakan untuk kegiatan renovasi rumah. Menurut Surjokusumo dan Sadiyo (2003) dalam Christiani (2004), kayu yang biasa digunakan untuk bangunan gedung perumahan adalah jenis-jenis komersil atau jenis perdagangan dan didominasi oleh jenis-jenis Meranti, Kapur atau Kamper, Keruing, Kempas dan jenis-jenis campuran yang umumnya didatangkan dari luar pulau Jawa. Penggunaan kayu Jati dan kayu-kayu mewah lainnya untuk bahan struktur mulai berkurang sejak tahun 1982, yaitu sejak jenisjenis tersebut mulai banyak beredar di Pulau Jawa, khususnya DKI Jakarta disamping itu dari segi ekonomi jauh lebih terjangkau. Berdasarkan pernyataan di atas dapat diprediksikan jenis kayu yang banyak digunakan oleh masyarakat di masa yang akan datang adalah kayu Borneo dan Kamper. Hal ini disebabkan kedua jenis kayu tersebut mudah diperoleh (pedagang matrial menyediakan dalam berbagai ukuran) dengan harga yang relatif terjangkau. Akan tetapi akhir-akhir ini supply kayu komersial terus mengalami penurunan akibat semakin tingginya degradasi hutan. Untuk mengatasinya maka perlu penyediaan kayu lokal yang berasal dari hutan rakyat. Jenis-jenis kayu lokal yang diprediksikan banyak digunakan antara lain kayu Sengon, Durian dan Nangka. Alasan pemilihan jenis-jenis kayu tersebut terkait dengan kemudahan dalam memperoleh dan pengerjaan serta tingkat kekuatan/keawetan kayu.
39
Prediksi Ketersediaan Lahan Kosong Besarnya ketersediaan lahan kosong dapat mempengaruhi jumlah rumah yang dibutuhkan di masa yang akan datang. Hal ini dapat mempengaruhi besarnya kayu yang dibutuhkan di masa yang akan datang terutama untuk memenuhi kebutuhan dalam membangun rumah. Berdasarkan data yang dikumpulkan di lapangan, rata-rata luas bangunan rumah kost di Desa Babakan adalah 160 m2 dan di Kelurahan Balumbang Jaya 180 m2. Apabila diasumsikan seluruh wilayah desa/kelurahan dijadikan rumah kost sesuai dengan rata-rata luas bangunan rumah kost maka pada tahun 2015 di Desa Babakan masih tersedia lahan sebesar ±5,58 Ha dan pada tahun 2018 diprediksikan sudah tidak terdapat lahan kosong. Selain itu, berdasarkan hasil prediksi di Kelurahan Balumbang Jaya pada tahun 2021 masih tersedia lahan sebesar ±29,59 Ha. Kondisi ini berlaku apabila luas bangunan rumah bersifat statis, artinya rumah kost yang ada di desa/kelurahan memiliki luas yang sama dan hanya terdiri dari satu lantai (tidak bertingkat). Sedangkan apabila luas bangunan rumah bersifat dinamis, artinya berubah-ubah baik dalam bentuk maupun ukuran maka luas lahan pada masing-masing desa/kelurahan beberapa tahun yang akan datang masing tersedia dalam jumlah yang besar. Untuk mengefisienkan lahan biasanya pemilik rumah kost melakukan penambahan jumlah kamar dengan cara menambah jumlah lantai rumah. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan biasanya rumah kost besar atau sedang memiliki maksimal 3 lantai. Dengan semakin berkurangnya mahasiswa Institut Pertanian Bogor dan adanya upanya pengefisienan lahan maka dapat dipastikan jumlah lahan masih tersedia dalam jumlah yang besar. Besarnya lahan yang tersedia dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk berbagai penggunaan. Salah satunya dengan menambah areal ruang terbuka hijau di sekitar pemukiman rumah kost. Selain dijadikan pemukiman rumah kost, lahan yang tersedia dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, peternakan dan kehutanan. Akan tetapi pemanfaatan lahan yang dilakukan harus sesuai dengan keadaan lingkungan sosial masyarakat dan keadaan biofisik lahan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan di
40
bidang kehutanan yaitu dengan pengembangan usaha kebun pekarangan yang telah ada. Dengan adanya kebun pekarangan ini diharapkan kebutuhan kayu di masa yang akan datang dapat terpenuhi tanpa mengandalkan dari daerah lain. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Kayu Konsumsi kayu perkakas untuk setiap tipe rumah kost sangat dipengaruhi oleh jumlah penghuni tiap rumah kost dan biaya sewa rumah kost. Banyaknya penghuni dapat menentukan besarnya konsumsi kayu per kapita per tahun sedangkan biaya sewa rumah kost dapat menentukan keadaan sosial ekonomi pemilik dan penyewa rumah kost. Berikut ini adalah persamaan regresi untuk mengetahui besarnya konsumsi kayu pada rumah kost setiap tahun dengan variabel bebas jumlah penghuni dan harga sewa. Y = 0,162 + 0,0464 X1 - 0,0087 X2…………………………. (4) Keterangan: X1 = jumlah penghuni (penyewa dan pemilik) rumah kost (jiwa) X2 = harga sewa rumah kost (Rupiah/tahun) Y = konsumsi kayu perkakas (m3/tahun) Dari hasil pengamatan di lapangan dapat diketahui bahwa konsumsi kayu hanya dipengaruhi oleh jumlah penghuni dan harga sewa. Sedangkan data pendapatan dan tipe rumah kost tidak dapat memberikan pengaruh terhadap konsumsi kayu. Hal tersebut diakibatkan data pendapatan sulit untuk dihimpun akibat responden menganggap pendapatan bersifat pribadi seperti telah dijelaskan sebelumnya. Seperti halnya pendapatan, tipe rumah kost pun tidak dapat mempengaruhi konsumsi kayu karena tipe rumah kost yang diamati di lapangan dalam keadaan seragam. Jumlah Penghuni Jumlah penghuni pada setiap rumah kost yang dimaksud dalam penelitian yaitu jumlah orang menempati rumah kost yang terdiri dari penyewa rumah dan penjaga/pemilik. Berdasarkan persamaan (4) konsumsi kayu akan bertambah setiap penambahan jumlah anggota keluarga. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang ditetapkan bahwa konsumsi kayu akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah anggota keluarga.
41
Setiap tipe rumah kost mempunyai jumlah penghuni yang berbeda sesuai dengan bentuk dan ukuran rumah. Jika diasumsikan setiap penghuni mengkonsumsi kayu, semakin besar tipe rumah kost maka semakin besar pula jumlah kayu yang dikonsumsi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sumarwan (2003) bahwa jumlah anggota keluarga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi suatu barang dan jasa. Selain itu, jumlah anggota keluarga akan menggambarkan potensi permintaan terhadap suatu produk dari sebuah rumah tangga. Harga Sewa Rumah Kost Harga sewa dalam penelitian ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh seluruh penghuni untuk menempati tempat kost dalam waktu tertentu. Harga sewa biasanya ditetapkan untuk waktu satu tahun dan dibayar pada awal tahun. Selain itu, harga sewa juga dapat menggambarkan jumlah pendapatan kotor yang diterima pemilik selama satu tahun. Berdasarkan persamaan (4) dapat diketahui bahwa konsumsi kayu akan bertambah setiap terjadi penurunan harga sewa. Hal ini bertentangan dengan hipotesis yang ditetapkan bahwa semakin besar konsumsi kayu maka harga sewa pun semakin tinggi. Fenomena yang terjadi di lapangan, harga sewa lebih dipengaruhi oleh jarak antara rumah kost dengan kampus, fasilitas yang disediakan, keadaan bangunan serta lingkungan sekitar rumah kost. Hal ini sesuai dengan pernyataan Anonim (2005) bahwa harga cenderung dipengaruhi oleh lokasi kost terhadap pusat-pusat pertumbuhan, seperti lokasi sekolah/perguruan tinggi, areal pertokoan dan lain-lain. Harga sewa dipengaruhi oleh biaya yang dikeluarkan oleh pemilik untuk pembangunan rumah kost. Biaya tersebut mencakup pembelian tanah, pembangunan rumah dan penyediaan fasilitas rumah kost. Semakin tingginya harga tanah membuat pemilik rumah kost menekan biaya pembangunan dan penyediaan fasilitas rumah kost. Upaya yang dilakukan yaitu dengan cara menyediakan fasilitas yang sebagian besar menggunakan barang substitusi kayu. Hal tersebut terjadi karena tingginya harga kayu di pasaran sehingga penggunaan kayu dilakukan seminimal mungkin.
42
Untuk konstruksi bangunan, penggunaan kayu lebih sedikit antara lain disebabkan oleh rumah kost dibangun dengan konstruksi beton dengan bahan baku besi dan baja, sebagian besar atap rumah tidak lagi menggunakan genteng, penggunaan pintu terutama untuk kamar mandi menggunakan bahan pengganti kayu seperti alumunium dan fiber. Sedangkan untuk peralatan rumah tangga, fasilitas yang digunakan sebagian besar merupakan barang substitusi kayu seperti tempat tidur (spring bed, besi), sofa, kursi plastik serta meja televisi, rak piring, rak sepatu dan tempat anduk yang terbuat dari besi dan alumunium. Berdasarkan status ekonomi mahasiswa dapat diketahui apabila status ekonomi mahasiswa Institut Pertanian Bogor mengalami peningkatan maka permintaan terhadap rumah kost besar akan mengalami peningkatan. Dengan demikian konsumsi kayu pada rumah kost akan mengalami penurunan. Akan tetapi apabila status ekonomi mahasiswa mengalami penurunan maka permintaan terhadap rumah kost besar akan mengalami penurunan. Hal tersebut dapat menyebabkan konsumsi kayu rumah kost akan mengalami peningkatan. Model Regresi untuk Keseluruhan Rumah Kost Untuk mengetahui pengaruh variabel independen (jumlah penghuni, harga sewa) terhadap variabel dependen (konsumsi kayu) dapat dilihat dari hasil perhitungan pada Tabel 19. Tabel 19. Hasil analisis regresi jumlah penghuni dan harga yang mempengaruhi konsumsi kayu secara keseluruhan. No. Parameter Notasi Koefisien Nilai T Nilai P 1 Intersep α 0,162 2,67 0,009 2 Jumlah penghuni X1 0,0464 6,67 0,000 3 Harga sewa X2 -0,0087 -2,24 0,028 R-Sq :50,6% R-Sq(adj) :49,5% F-hit :45,55 P (uji F) :0,000(P≤0,05)→ sangat nyata Selang Kepercayaan (α) :95% Dari hasil analisis regresi di atas terlihat bahwa besarnya konsumsi kayu dapat diduga oleh jumlah penghuni dan harga sewa. Konsumsi kayu cenderung naik sebesar 0,0464 satuan sejalan dengan peningkatan jumlah penghuni sebesar satu satuan. Selain itu, konsumsi kayu akan meningkat sebesar 0,0087 satuan
43
sejalan dengan penurunan harga sewa sebesar satu satuan. Dari kedua variabel bebas di atas, dapat diketahui bahwa jumlah penghuni berpengaruh sangat nyata terhadap konsumsi kayu, sedangkan variabel harga sewa berpengaruh tidak nyata pada tingkat kepercayaan 95%. Persamaan regresi yang terbentuk cukup baik digunakan karena mampu menerangkan sebesar 50,6% variasi dalam variabel dependen (konsumsi kayu) yang dapat diterangkan oleh variabel independen (jumlah penghuni dan harga sewa). Untuk menguji kelinieran model yang digunakan maka dilakukan uji F berdasarkan nilai P dengan nilai yang diperoleh sebesar 0,000 yang berarti tolak Ho. Hal ini dapat diartikan pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) variabel jumlah penghuni dan harga sewa mempunyai pengaruh sangat nyata terhadap konsumsi kayu. Dengan kata lain terdapat hubungan yang erat antara variabel bebas dengan variabel tidak bebas.
44
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Besarnya konsumsi kayu perkakas pada rumah kost adalah 0,0622 m3/m2 luas bangunan rumah. Tipe atau ukuran rumah kost berbanding lurus dengan konsumsi kayu rumah kost, semakin besar tipe atau ukuran rumah kost maka semakin besar pula kayu yang konsumsi kayu. 2. Konsumsi kayu perkakas pada rumah kost dapat diprediksi dengan menggunakan pertambahan jumlah mahasiswa dan pertambahan jumlah rumah. Berdasarkan pertambahan jumlah mahasiswa, konsumsi kayu pada rumah kost mengalami peningkatan sebesar 1,1% per tahun. 3. Berdasarkan pertambahan jumlah rumah, konsumsi kayu di Desa Babakan diprediksikan akan meningkat sebesar 3% per tahun. Sedangkan di Kelurahan Balumbang Jaya diprediksikan akan meningkat sebesar 7% per tahun. 4. Faktor-faktor yang paling mempengaruhi konsumsi kayu pada rumah kost adalah jumlah penghuni dan harga sewa. Konsumsi kayu akan bertambah setiap terjadi penambahan jumlah anggota keluarga dan penurunan harga sewa.
Saran 1. Parameter penduga yang dapat digunakan untuk mengetahui konsumsi kayu pada rumah kost yakni konsumsi kayu per m2 luas bangunan rumah. 2. Usaha kebun pekarangan yang telah ada perlu dikembangkan dan mendapat perhatian dari pemerintah setempat sehingga dapat membantu dalam penyediaan kayu dan peningkatan taraf hidup masyarakat. 3. Diperlukan penelitian lanjutan untuk membangun model non linier untuk menduga besarnya konsumsi kayu dengan peubah bebas yang lebih kompleks.
45
DAFTAR PUSTAKA Anonoim. 2003. Penebangan Hutan dan Deforestasi: Fakta dan Angka. http://www.menlh.go.id/terbaru/artikel.php?article_id=484. [12 Juni 2006] Anonim.
Pendidikan. http://www.invest.jogja.go.id/modules.php? 2005. name=Profil&file=index&op=tampilPendidikan. [15 Mei 2005]
Anonim. 2005. Tips Memilih Tempat Kost. http://www. gunadarma.ac. id/pusatinfo/kost.php. [15 Mei 2005] Anonim.
2005. Kehidupan Kampus. http://www.ipb.ac.id/ipbbhmn/selayang/kehidupan.php. [19 Juli 2006]
Biro Pusat Statistik. 2002. Kecamatan Dramaga Dalam Angka 2003. Bogor . 2003. Kota Bogor Dalam Angka 2004. Bogor Christiani, D. 2004. Tingkat Konsumsi Kayu Perkakas Oleh Rumah Tangga (Studi Kasus di Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak dipublikasikan. Daryadi, I. 2001. pengaruh Perebusan Bidang Orientasi Terhadap Keteguhan rekat Kayu Lamina Meranti Merah dan Kapur. Jurnal Ilmiah Kehutanan, Rimba Kalimantan. Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Vol. 5, no. 1. Hal 55-56. Haygreen, et.al,. (Disadur oleh Dr. Ir. Sutjipto A Hadikusumo). 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Suatu Pengantar. Gajah Mada University Press. Yogyakarta . Jamali, Nandika, D., Darusman, D., 1997. Permintaan Bahan Pengawet Kayu Dalam Pembangunan Perumahan Massal Sederhana di Indonesia. Jurnal Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Vol. X, no. 1 Kamil. 1970. Rumah–Rumah Prafabrik dan Kemungkinan Pengembangannya di Indonesia. Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Direktorat Jenderal Kehutanan. Bogor. Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran Jilid 2. Prenhallindo. Jakarta Lipsey, et al.,. 1995. Pengantar Mikroekonomi Jilid 1. Binapura Aksara. Jakarta. Malik, J. 2003. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Perubahan dalam Industri Furnitur. Info Hasil Hutan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor. Vol 10/No. 1. hlm 1-10 Martawijaya, et.al,. 1981. Atlas Kayu Indonesia Jilid 1. Balai Penelitian Hasil Hutan. Bogor.
46
Nugroho, B. 1998. Analisis Perdagangan Kayu Gergajian di DKI Jakarta. Jurnal Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Vol. XI, no. 1. Nugroho. 2004. Fenomena Ekonomi Lebaran. http://www.suaramerdeka. com/harian/0411/20/opi4. htm. [ 27 September 2005] Nasendi, B.D. 1997. Peranan Sistem Manajemen dan Kemitraan Dalam Peningkatan Daya Saing Pengusaha Hasil Hutan (Duta Rimba 205206/XX). Perum Perhutani. Jakarta. Persaki. 1979. Penerapan Teknologi Kayu Modern Untuk Pembangunan Konstruksi Kayu di Indonesia (Proceeding). Pengurus Umum Persaki. Bogor. Priandi, F. 1996. Struktur dan Konsumsi Kayu di Daerah Pedesaan di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak dipublikasikan. Rahardja, P. dan Manurung, M. 2001. Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengantar. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Renggo, S.W. 2006. Menghitung Biaya Membuat Rumah. Penebar Swadaya. Jakarta Sarjono. 1984. Ekonomi Kehutanan Indonesia. CV Yasaguna. Jakarta. Sumarwan. 2003. Perilaku Konsumen (Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran). Ghalia Indonesia. Jakarta. Winardi. 1983. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Penerbit Alumni. Bandung. Wirakusumah, S. 2003. Mendambakan Kelestarian Sumber Daya Hutan Bagi Sebesar-besarnya Kemakmuran Rakyat. Suatu Telaah Ekonomi. UIPress. Jakarta.
47
Lampiran 1. Daftar volume standar beberapa jenis mebel No. Nama Barang 1. Tempat tidur no. 1 2. Tempat tidur no. 2 3. Tempat tidur 1 badan no.1 4. Tempat tidur 1 badan no. 2 5. Meja makan 6 kursi 6. Meja makan 4 kursi 7. Lemari pakaian 3 pintu 8. Lemari pakaian 2 pintu 9. Lemari pakaian 1 pintu 10. Rak panjang 1,5 m 11. Rak panjang 1,8 m 12. Rak panjang 2 m 13. Rak panjang 2,5 m 14. Buffet panjang 1,5 m 15. Buffet panjang 1,8 m 16. Buffet panjang 2 m 17. Buffet panjang 2,5 m 18. Kursi kayu 19. Meja kayu 20. Meja tulis 21. Meja rias 22. Bangku panjang 23. Lemari rias 24. Lemari makan 25. Kursi tamu 26. Meja tripleks Sumber: Christiani (2004)
Volume Kayu (m3) 0.1335 0.1119 0.1028 0.0700 0.13 0.12 0.1092 0.0728 0.04 0.0685 0.0875 0.1072 0.1267 0.078 0.0897 0.1014 0.117 0.007 0.03 0.0267 0.025 0.0082 0.08 0.078 0.127 0.0150
48
Lampiran 2. Hasil Perhitungan konsumsi kayu pada beberapa rumah standar 1. Rincian volume kayu konstruksi atap Luas Volume kayu konstruksi atap Rumah Penggunaan Panjang kayu Kayu Ukuran (m) Kuda-kuda 11.7 Gordin dan Nok 10 - Kaso 3.1 24 m2 - Penjepit kuda- 0.66 kuda - Pengokoh nok 3.35 Reng 21 Plafond 10 3.1 Lis Plank 10 3.1 Total Kuda-kuda 16.5 Gordin dan Nok 9 - Kaso 4 35 m2 - Penjepit kuda- 0.83 kuda - Pengokoh nok 3.35 Reng 9 Plafond 9 4 Lis Plank 4 9 Total Kuda-kuda 19.8 Gordin dan Nok 10 - Kaso 4.6 - Penjepit kuda- 1 kuda 48 m2 - Pengokoh nok 3.6 Reng 10 Plafond 10 4.6 Lis Plank 10 4.6 Total Kuda-kuda 17.6 Gordin dan Nok 12 - Kaso 4.2 - Penjepit kuda- 1
Ju ml ah 3 8 38 12
Panjang Total (m) 35.1 80 117.8 8
4 10 5 16 2 4
13.42 210 50 50 20 12.4
3 8 38 12
49.5 72 136 10
4 27 7 15 4 2
13.42 240 63 60 16 18
3 8 38 12
59.4 80 174.8 12
4 31 8 16 2 4
14.42 310 80 74 20 18.4
3 8 46 12
52.8 96 193.2 12
Ukuran (cm x cm)
Total (m3)
8 x 12 8 x 12
0.337 0.768 0.334
4x6 2x3 4x6
0.126 0.240
30 x 3
0.292
8 x 12 8 x 12
2.097 0.475 0.691
4x6
0.38
2x3 4x6
0.144 0.295
30 x 3
0.306
8 x 12 8 x 12
2.291 0.570 0.768
4x6
0.483
2x3 4x6
0.186 0.369
30 x 3
0.346
8 x 12 8 x 12
2.722 0.507 0.922 0.527
4x6
49
50 m2
kuda - Pengokoh nok Reng Plafond Lis Plank
72 m2
Kuda-kuda Gordin dan Nok - Kaso - Penjepit kudakuda - Pengokoh nok Reng Plafond Lis Plank
100 m2
Kuda-kuda Gordin dan Nok - Kaso - Penjepit kudakuda - Pengokoh nok Reng Plafond Lis Plank
3.6 12 12 4.2 12 4.2 Total 24.5 11 5.5 1 3.6 11 11 5.5 11 5.5 Total 29.2 12 6.4 1.02 3.6 12 12 6.4 12 6.4 Total
4 28 7 20 2 4
14.42 336 84 84 24 16.8
3 8 42 12
73.5 88 231 12
4 36. 67 9 18 2 4
14.42 403 99 99 22 22
3 8 46 12
87.6 96 294.4 12.24
4 42. 67 11 20 2 4
14.42 512 132 128 24 25.6
2x3 4x6
0.202 0.403
30 x 3
0.367
8 x 12 8 x 12
2.928 0.706 0.845
4x6
0.618
2x3
0.242
4x6
0.475
30 x 3
0.396
8 x 12 8 x 12
3.280 0.841 0.922
4x6
0.771
2x3
0.307
4x6
0.624
30 x 3
0.446 3.911
50
2. Besarnya volume kayu per satuan pintu dan jendela Komponen Panjang Ukuran Kayu (m3) cm x cm Pintu
Kusen Daun Pintu Jalosi
Jendela Besar
Kecil
2.27 (T) 0.88 (L) 1.97
Total Kusen 2.05 (T) 0.74 (L) Daun jendela 1.60 (T) 0.60 (L) Jalosi Rangka 1.45 (T) Kaca 0.58 (L) Total Kusen 1.37 (T) 0.71 (L) Daun jendela 0.99 (T) 0.63 (L) Jalosi Rangka 0.87 (T) Kaca 0.58 (L) Total
Jumlah batang
Volume (m3)
6 x 14 6 x 14 79 x 3
2 2 -
6 x 14 6 x 14 7x 3 7x3 3.5 x 2
2 3 2 3 1
0.03814 0.01478 0.04669 0.00475 0.1044 0.0344 0.0187 0.0067 0.0025 0.00475 0.00102
3.5 x 2
3
5 x 12 5 x 12 2 x 7.5 2 x 7.5 3.5 x 2
2 3 2 2 1
3.5 x 2
2
0.00122 0.06927 0.01644 0.01278 0.00149 0.00189 0.00475 0.00061 0.00081 0.03877
3. Volume total kayu pada rumah standar berdasarkan luas bangunan Luas Konstruksi Pintu Jendela besar Jendela kecil bangunan atap Volume Σ Volume Σ Volume Σ 24 2.097 4 0.4176 2 0.1385 4 0.1551 35 2.291 4 0.4176 2 0.1385 5 0.1939 48 2.722 5 0.522 2 0.1385 6 0.2326 50 2.928 5 0.522 2 0.1385 6 0.2326 72 3.280 7 0.7308 3 0.2078 7 0.2714 100 3.911 8 0.8352 5 0.3464 8 0.3102 4. Persamaan regresi yang diperoleh ŷ = 1.94658 + 0.03495x + e
Volume Total (m3) 2.8082 3.041 3.6151 3.8211 4.4900 5.4028
51
Lampiran 3. Jumlah volume kayu berdasarkan jenis dan luas rumah Volume kayu yang diperlukan (m3)
Luas rumah (m2)
tembok
½ Tembok
Papan/kayu
100
22.102
26.752
31.360
75
18.251
19.803
25.915
50
12.032
14.951
17.520
48
11.602
12.291
16.194
36
7.520
11.101
13.118
25
6.650
8.050
7.115
Σ 334
78.157
92.952
111.222
Sumber : Priandi (1996) Persamaan regresi untuk tiap tipe rumah b.1. Rumah dengan dinding tembok ŷ = 0.8231 + 0.2192x + e b.2. Rumah dengan dinding ½ tembok ŷ = 1.7896 + 0.2461x + e b.1. Rumah dengan dinding papan/kayu ŷ = 0.8952 + 0.3172x + e dimana, y : volume kayu (m3) x : luas bangunan rumah (m2)
52
Lampiran 4. Rekapitulasi data hasil pengumpulan di lapangan Desa Babakan Rumah Kost Besar Volume kayu (m³) No
Profesi
1 2 3 4 5
TNI Wiraswasta Wiraswasta Pensiunan TNI
Volume kayu/tahun (m³)
Rumah
Furnitur
Jumlah
Rumah
Furnitur
Jumlah
31,6541 21,7632 17,6741 33,4016 17,7090
5,6449 4,6661 5,8140 3,3741 3,2795
37,2990 26,4293 23,4881 36,7757 20,9885
1,5827 1,0882 0,8837 1,6701 0,8855
0,5645 0,4666 0,5814 0,3374 0,3280
2,1472 1,5548 1,4651 2,0075 1,2134
Volume kayu/luas rumah (m³/m2) 0,0439 0,0466 0,0522 0,0409 0,0465
∑ Penghuni
Volume kayu/luas rumah (m³/m2) 0,0527 0,0672 0,1090 0,0483 0,0672 0,0458 0,0470 0,0470 0,0537 0,0601
∑ Penghuni
44 22 32 23 57
Harga sewa (x Rp 1.000.000) 75,5 52,5 64 24,2 84
Jenis dinding Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen
Rumah Kost Sedang Volume kayu (m³) No
Profesi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Wiraswasta Dosen PNS Dosen Pedagang PNS PNS Wiraswasta Pensiunan Pedagang
Volume kayu/tahun (m³)
Rumah
Furnitur
Jumlah
Rumah
Furnitur
Jumlah
12,4316 6,4202 3,8688 15,3674 7,7133 10,6841 12,4316 8,9366 10,6841 7,8881
3,3838 2,1859 2,1285 3,1736 3,3813 0,7685 1,6748 0,4540 2,7460 2,3305
15,8154 8,6061 5,9973 18,5410 11,0946 11,4526 14,1064 9,3906 13,4301 10,2186
0,6216 0,3210 0,1934 0,7684 0,3857 0,5342 0,6216 0,4468 0,5342 0,3944
0,3384 0,2186 0,2129 0,3174 0,3381 0,0769 0,1675 0,0454 0,2746 0,2331
0,9600 0,5396 0,4063 1,0857 0,7238 0,6111 0,7891 0,4922 0,8088 0,6275
29 11 11 22 20 30 18 11 26 13
Harga sewa (x Rp 1.000.000) 46 17,6 19,8 49,4 14 42 17,5 15 17 21,8
Jenis dinding Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen
53
Rumah Kost Kecil Volume kayu (m³) No
Profesi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
PNS Pedagang PNS Pedagang Salesman Pelukis Wiraswasta Pengusaha PNS Pedagang Pensiunan Pedagang Wiraswasta Pedagang Wiraswasta Dosen Wiraswasta Pensiunan Wiraswasta Peg. Swasta Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta
Volume kayu/tahun (m³)
Rumah
Furnitur
Jumlah
Rumah
Furnitur
Jumlah
5,3018 5,0921 5,0921 4,4630 6,1406 4,1484 5,8610 6,5600 7,2590 4,0436 9,6356 3,8688 4,5678 4,0436 9,6356 9,8103 7,3289 14,3538 5,4416 5,4416 7,1891 7,1891 4,4630
0,8235 1,0760 0,5598 1,1577 0,8464 0,5364 1,0786 2,4384 1,6011 0,3865 1,4371 1,0475 0,4168 0,7342 2,2516 1,6520 1,1236 1,8812 1,1536 0,7567 1,1090 0,3736 0,8624
6,1253 6,1681 5,6519 5,6207 6,9870 4,6848 6,9396 8,9984 8,8601 4,4301 11,0727 4,9163 4,9846 4,7778 11,8872 11,4623 8,4525 16,2350 6,5952 6,1983 8,2981 7,5627 5,3254
0,2651 0,2546 0,2546 0,2231 0,3070 0,2074 0,2930 0,3280 0,3629 0,2022 0,4818 0,1934 0,2284 0,2022 0,4818 0,4905 0,3664 0,7177 0,2721 0,2721 0,3595 0,3595 0,2231
0,0824 0,1076 0,0560 0,1158 0,0846 0,0536 0,1079 0,2438 0,1601 0,0387 0,1437 0,1048 0,0417 0,0734 0,2252 0,1652 0,1124 0,1881 0,1154 0,0757 0,1109 0,0374 0,0862
0,3474 0,3622 0,3106 0,3389 0,3917 0,2611 0,4009 0,5718 0,5231 0,2408 0,6255 0,2982 0,2701 0,2756 0,7069 0,6557 0,4788 0,9058 0,3874 0,3477 0,4704 0,3968 0,3094
Volume kayu/luas rumah (m³/m2) 0,0638 0,0685 0,0628 0,0781 0,0582 0,0744 0,0620 0,0682 0,0583 0,0738 0,0503 0,0894 0,0665 0,0796 0,0540 0,0509 0,0549 0,0457 0,0660 0,0620 0,0553 0,0504 0,0740
∑ Penghuni 9 4 10 9 10 4 7 11 13 4 6 4 3 4 12 7 4 15 10 8 3 8 9
Harga sewa (x Rp 1.000.000) 9,8 2,4 3,75 3 8,4 5,2 10 14,4 15,6 8 52,5 5,2 4,8 6 16 5,25 6 13,6 16 7 1,75 12,8 5,5
Jenis dinding Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen
54
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
Wiraswasta Tidak kerja Buruh Pensiunan Pensiunan Peg. Swasta Peg. Swasta Petani Tidak kerja Buruh Wiraswasta Wiraswasta Pedagang Wiraswasta Buruh PLN Buruh PNS Wiraswasta Pedagang
5,3018 4,2183 5,4416 12,4316 3,8339 3,8339 3,8339 7,1192 8,9366 8,9366 8,9366 4,4630 8,4822 7,8182 8,0978 3,6242 4,7426 5,0921 3,5193 6,4901
1,5302 2,0162 1,4031 2,3655 1,7550 0,8502 0,8202 1,1703 1,4059 1,1249 2,4830 1,1445 1,2340 1,3199 0,9192 1,1561 0,2252 0,7302 0,6780 1,2095
6,8320 6,2345 6,8447 14,7971 5,5889 4,6841 4,6541 8,2895 10,3425 10,0615 11,4196 5,6075 9,7162 9,1381 9,0170 4,7803 4,9678 5,8223 4,1973 7,6996
0,2651 0,2109 0,2721 0,6216 0,1917 0,1917 0,1917 0,3560 0,4468 0,4468 0,4468 0,2231 0,4241 0,3909 0,4049 0,1812 0,2371 0,2546 0,1760 0,3245
0,1530 0,2016 0,1403 0,2366 0,1755 0,0850 0,0820 0,1170 0,1406 0,1125 0,2483 0,1145 0,1234 0,1320 0,0919 0,1156 0,0225 0,0730 0,0678 0,1210
0,4181 0,4125 0,4124 0,8581 0,3672 0,2767 0,2737 0,4730 0,5874 0,5593 0,6951 0,3376 0,5475 0,5229 0,4968 0,2968 0,2596 0,3276 0,2438 0,4455
0,0712 0,0959 0,0684 0,0493 0,1035 0,0867 0,0862 0,0560 0,0517 0,0503 0,0571 0,0779 0,0520 0,0544 0,0512 0,0996 0,0621 0,0647 0,0933 0,0592
15 11 7 12 10 6 6 13 14 11 20 5 9 7 9 8 10 6 4 8
9 7,2 4,2 16 15 5 5 6 11 3,9 12 2,5 8,1 10,15 5,6 6,95 6 9 7,2 13,8
Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen
55
Kelurahan Balumbang Jaya Rumah Kost Besar Volume kayu (m³) No
Profesi
1 2 3 4
Peg Swasta Wiraswasta pensiunan Peg Swasta
Volume kayu/tahun (m³)
Rumah
Furnitur
Jumlah
Rumah
Furnitur
Jumlah
17,6741 5,4066 11,3831 54,3716
3,1300 6,5670 2,8307 12,0264
20,8041 11,9736 14,2138 66,3980
0,8837 0,2703 0,5692 2,7186
0,3130 0,6567 0,2831 1,2026
1,1967 0,9270 0,8522 3,9212
Volume kayu/luas rumah (m³/m2) 0,0462 0,1209 0,0526 0,0443
∑ Penghuni
Volume kayu/luas rumah (m³/m2) 0,0514 0,0570 0,0433 0,0661 0,0429 0,0552 0,0467
∑ Penghuni
46 45 29 38
Harga sewa (x Rp 1.000.000) 54 88,2 52 11,55
Jenis dinding Permanen Permanen Permanen Permanen
Rumah Kost Sedang Volume kayu (m³) No
Profesi
1 2 3 4 5 6 7
Dokter gigi PNS Wiraswasta Dosen PNS Peg. Swasta Wiraswasta
Volume kayu/tahun (m³)
Rumah
Furnitur
Jumlah
Rumah
Furnitur
Jumlah
10,3346 9,8103 21,5186 7,1891 19,4216 9,6356 15,9266
1,9895 3,0203 2,7305 2,7197 2,0411 2,5115 2,7585
12,3241 12,8306 24,2491 9,9088 21,4627 12,1471 18,6851
0,5167 0,4905 1,0759 0,3595 0,9711 0,4818 0,7963
0,1990 0,3020 0,2731 0,2720 0,2041 0,2512 0,2759
0,7157 0,7925 1,3490 0,6314 1,1752 0,7329 1,0722
15 22 12 14 20 19 15
Harga sewa (x Rp 1.000.000) 22,5 27 18 19,2 21,6 25,5 16,8
Jenis dinding Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen
56
Rumah Kost Kecil Volume kayu (m³) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Profesi Pertukangan Pedagang Pedagang Pedagang Wiraswasta Dosen Pedagang Dosen Penghulu IRT PNS Wiraswasta PNS Wiraswasta PNS Wiraswasta Pensiunan PNS Wiraswasta Pensiunan Pedagang Peg. Swasta Pedagang
Volume kayu/tahun (m³)
Rumah
Furnitur
Jumlah
Rumah
Furnitur
Jumlah
4,8824 4,6727 4,3931 6,8396 5,8610 8,9366 6,1406 5,4416 4,7775 7,1891 5,3437 5,0921 5,4416 6,1406 9,6356 5,8610 5,0921 4,2533 8,8667 8,2376 4,7775 6,9095 8,0628
0,9721 0,7799 0,4302 0,5803 1,0621 1,5766 0,7982 1,1237 1,1929 0,7736 0,3592 1,4180 1,8403 0,9072 1,3637 0,7667 0,9970 0,2768 0,6038 0,8706 0,7369 1,0365 1,1870
5,8545 5,4526 4,8233 7,4199 6,9231 10,5132 6,9388 6,5653 5,9704 7,9627 5,7029 6,5101 7,2819 7,0478 10,9993 6,6277 6,0891 4,5301 9,4705 9,1082 5,5144 7,9460 9,2498
0,2441 0,2336 0,2197 0,3420 0,2930 0,4468 0,3070 0,2721 0,2389 0,3595 0,2672 0,2546 0,2721 0,3070 0,4818 0,2930 0,2546 0,2127 0,4433 0,4119 0,2389 0,3455 0,4031
0,0972 0,0780 0,0430 0,0580 0,1062 0,1577 0,0798 0,1124 0,1193 0,0774 0,0359 0,1418 0,1840 0,0907 0,1364 0,0767 0,0997 0,0277 0,0604 0,0871 0,0737 0,1037 0,1187
0,3413 0,3116 0,2627 0,4000 0,3993 0,6045 0,3868 0,3844 0,3582 0,4368 0,3031 0,3964 0,4561 0,3977 0,6181 0,3697 0,3543 0,2403 0,5037 0,4989 0,3126 0,4491 0,5218
Volume kayu/luas rumah (m³/m2) 0,0697 0,0699 0,0689 0,0530 0,0618 0,0526 0,0578 0,0657 0,0737 0,0531 0,0587 0,0723 0,0728 0,0587 0,0500 0,0592 0,0677 0,0686 0,0478 0,0506 0,0681 0,0560 0,0529
∑ Penghuni 7 9 6 6 8 9 6 11 7 13 6 10 10 5 8 5 9 4 7 10 7 5 10
Harga sewa (x Rp 1.000.000) 6,5 5 0,85 9 7,5 14 7 18,48 7 11,2 10 16 8,5 7,5 6 7,5 6 9 6 7 8,4 1,5 18
Jenis dinding Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen Permanen
57
Lampiran 6. Persamaan Regresi : konsumsi kayu = f(jumlah penghuni, harga sewa) The regression equation is y = 0,162 + 0,0464 x1 - 0,00870 x2 Predictor Constant jmlh pen sewa S = 0,3573
Coef 0,16190 0,046378 -0,008703
SE Coef 0,06056 0,006750 0,003893
R-Sq = 50,6%
T P 2,67 0,009 6,87 0,000 -2,24 0,028
R-Sq(adj) = 49,5%
Analysis of Variance Source DF Regression 2 Residual Error 89 Total 91
SS 11,6311 11,3627 22,9937
MS 5,8155 0,1277
F 45,55
P 0,000
Source DF Seq SS jmlh pen 1 10,9930 sewa 1 0,6381 Unusual Observations y Fit Obs x1 1 44,0 2,1472 1,5455 2 22,0 1,5548 0,7253 4 23,0 2,0075 1,0180 5 57,0 1,2134 2,0744 26 6,0 0,6255 -0,0167 59 46,0 1,1967 1,8253 60 45,0 0,9270 1,4813 62 38,0 3,9212 1,8238 66 12,0 1,3490 0,5618
SE Fit Residual St Resid 0,1300 0,6017 1,81 X 0,1017 0,8295 2,42R 0,0589 0,9895 2,81R 0,1646 -0,8610 -2,72RX 0,1853 0,6422 2,10RX 0,1326 -0,6286 -1,89 X 0,1558 -0,5543 -1,72 X 0,1894 2,0975 6,92RX 0,0391 0,7872 2,22R