TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANALISIS GENDER TERHADAP SUMBER DAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA Tingkat kesejahteraan dalam CV TKB dianalisis dengan analisis gender. Alat analisis gender pada penelitian ini adalah manfaat terhadap pemenuhan kebutuhan praktis dan strategis buruh laki-laki dan perempuan CV TKB. Bab ini akan menjelaskan hasil dari tingkat kesejahteraan buruh CV TKB secara kuantitatif dan kualitatif. Hubungan antara analisis gender terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja dengan tingkat kesejahteraan dianalisis menggunakan tabulasi silang dan kemudian dilakukan uji statistik non-parametrik Rank Spearman. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan antara data skala ordinal dengan data skala ordinal. Dengan ketentuan hipotesis diterima jika nilai signifikansi (approx. sig.) lebih kecil daripada α (0.1), sementara sebaliknya, jika nilai signifikansi (approx. sig.) lebih besar daripada α (0.1), maka hipotesis ditolak.
Manfaat terhadap Pemenuhan Kebutuhan Praktis Buruh CV TKB Manfaat terhadap pemenuhan kebutuhan praktis buruh CV TKB merupakan salah satu alat dalam menganalisis tingkat kesejahteraan buruh. Manfaat terhadap kebutuhan praktis adalah manfaat yang diterima untuk memenuhi kebutuhan praktis. Kebutuhan praktis adalah kebutuhan yang dapat segera diidentifikasi karena langsung dirasakan. Kebutuhan ini dapat dipenuhi dalam waktu relatif pendek. Manfaat terhadap pemenuhan kebutuhan praktis yang diterima oleh responden pada penelitian ini dibagi ke dalam dua kategori, yaitu ≤ rata-rata nilai keseluruhan atau disebut rendah dan > rata-rata nilai keseluruhan atau disebut tinggi (lihat Tabel 20). Tabel 20 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut manfaat praktis yang diterima buruh dan jenis kelamin di CV TKB, 2012 Manfaat Praktis Rendah (≤ rata-rata nilai keseluruhan) Tinggi (> rata-rata nilai keseluruhan) Total n (%) Sumber: Data primer (2012).
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan n (%) n (%) 18 (60.0) 12 (40.0)
Total n (%) 30 (50.0)
12 (40.0)
18 (60.0)
30 (50.0)
30 (100.0)
30 (100.0)
60 (100.0)
44 Rata-rata nilai keseluruhan didapat dari hasil rata-rata nilai keseluruhan responden perempuan dan laki-laki. Responden perempuan sebagian besar digolongkan pada kategori tinggi, yaitu sebesar 60 persen. Sedangkan pada responden laki-laki sebagian besar pada kategori rendah, yaitu sebesar 60 persen. Manfaat praktis diukur dengan gaji atau upah dan tunjangan buruh dan keluarga yang diterima oleh buruh CV TKB. Upah minimum Kota (UMK) Bogor adalah sebesar Rp1 174 200 pada saat penelitian, yaitu pada bulan September hingga Oktober. Berdasarkan data hasil penelitian, hanya terdapat empat responden laki-laki dan satu responden perempuan yang mendapatkan upah mencapai UMK Bogor. Selain itu, terdapat sembilan responden laki-laki dan 13 responden perempuan yang mendapatkan upah kurang dari Rp1 000 000. Tunjangan buruh dan keluarga diukur dengan tunjangan yang diterima selain upah. Tunjangan tersebut adalah uang makan, uang pensiun, uang transportasi, tunjangan hari raya, uang duka kematian, dan uang pengobatan. Akan tetapi, pada perusahaan ini hanya terdapat tunjangan hari raya. Sedangkan tunjangan yang lainnya tidak ada. Tunjangan hari raya yang didapat setiap buruh berbeda jumlahnya. Hal tersebut ditentukan oleh lama bekerja setiap buruh di dalam CV TKB. Semakin lama bekerja di dalam perusahaan, maka semakin besar tunjangan hari raya yang didapatnya. Uang makan didapat oleh para buruh hanya jika mereka lembur bekerja. Uang makan yang didapat ketika lembur adalah sebesar Rp3 000. Pada Tabel 20 diketahui bahwa responden laki-laki mendapatkan manfaat praktis yang lebih rendah dari responden perempuan. Akan tetapi, pada kenyataannya responden perempuan yang mendapatkan upah sesuai UMK berjumlah lebih kecil dari responden laki-laki. Selain itu, responden perempuan berjumlah lebih besar dari responden laki-laki dalam mendapatkan upah kurang dari Rp1 000 000. Menurut penuturan salah seorang responden perempuan mengenai upah yang diterima apakah dapat memenuhi kebutuhan hidup adalah sebagai berikut: “Yah cukup ga cukup sih teh buat menuhin kebutuhan seharihari”(NNH, harian finishing). Hal tersebut menunjukkan bahwa buruh perempuan bersikap lebih menerima meskipun upah yang diterimanya rendah. Sehingga buruh perempuan merasa cukup atas manfaat praktis yang diterimanya. Sedangkan buruh laki-laki merasa manfaat praktis yang diterimanya masih rendah. Kepuasan yang berbeda antara buruh perempuan dan laki-laki dalam menerima manfaat terhadap pemenuhan kebutuhan praktis.
Manfaat terhadap Pemenuhan Kebutuhan Strategis Buruh CV TKB Kebutuhan strategis adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peranan dan kedudukan individu setiap buruh di dalam pabrik. Hal ini juga menyangkut akses dan kontrol terhadap sumber daya dan kesempatan untuk memilih dan menentukan cara hidup. Berbeda dengan kebutuhan praktis, kebutuhan strategis tidak dapat langsung diidentifikasi dan untuk memenuhinya memerlukan waktu
45 yang panjang. Belum adanya serikat buruh atau lembaga kerja sama lainnya di dalam CV TKB, sehingga partisipasi buruh dalam organisasi tersebut tidak nampak. Oleh karena itu, yang diteliti dalam manfaat terhadap pemenuhan kebutuhan strategis adalah jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek). Manfaat terhadap pemenuhan strategis yang diterima responden pada penelitian ini dibagi ke dalam dua kategori, yaitu ≤ rata-rata nilai keseluruhan atau disebut rendah dan > rata-rata nilai keseluruhan atau disebut tinggi (lihat Tabel 21). Tabel 21 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut manfaat strategis yang diterima buruh dan jenis kelamin di CV TKB, 2012 Manfaat Strategis Rendah (≤ rata-rata nilai keseluruhan) Tinggi (> rata-rata nilai keseluruhan) Total n (%)
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan n (%) n (%) 30 (100.0) 29 (96.7)
Total n (%) 59 (98.33)
0 (0.0)
1 (3.3)
1 (1.67)
30 (100.0)
30 (100.0)
60 (100.0)
Sumber: Data primer (2012)
Manfaat terhadap pemenuhan strategis yang diterima oleh responden lakilaki dan perempuan rendah. Hanya 3.3 persen responden perempuan yang dikategorikan tinggi. Sedangkan responden yang lainnya dikategorikan rendah. Hal ini menunjukkan bahwa manfaat strategis yang diterima para buruh masih sangat rendah. Manfaat terhadap pemenuhan kebutuhan strategis pada penelitian ini diukur dengan jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek) yang diterima oleh setiap buruh. Jamsostek terdiri dari jaminan kecelakaan kerja, jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan kematian dan jaminan hari tua. Pada penelitian ini tidak terdapat jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek) yang diterima oleh para responden. Oleh karena itu, manfaat strategis yang diterima buruh masih sangat rendah. Akan tetapi terdapat jaminan kecelakaan kerja apabila terjadi kecelakaan ketika buruh sedang bekerja. Menurut penuturan salah seorang responden laki-laki yang pernah mengalami kecelakaan ketika bekerja adalah sebagai berikut: “Jari saya kepotong neng pas lagi motong kain. Terus dibawa ke rumah sakit dan harus dijahit. Semuanya ditanggung sama pabrik” (HRD, cutting). Apabila kecelakaan kerja yang dialami oleh buruh hanya ringan, maka buruh tersebut akan ditangani dan diobati oleh supervisor pabrik. Akan tetapi, jika kecelakaan yang terjadi cukup parah, maka pabrik akan membawa buruh tersebut ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.
46 Tingkat Kesejahteraan Buruh Tingkat kesejahteraan buruh diukur dengan menjumlahkan manfaat terhadap pemenuhan kebutuhan praktis dan strategis yang diterima oleh setiap responden. Tingkat kesejahteraan buruh dibagi menjadi dua kategori, yaitu kurang dari sama dengan rata-rata nilai keseluruhan atau disebut rendah dan lebih dari rata-rata nilai keseluruhan atau disebut tinggi (lihat Tabel 22). Tabel 22 Jumlah dan persentase sebaran responden menurut tingkat kesejahteraan buruh dan jenis kelamin di CV TKB, 2012 Tingkat Kesejahteraan Rendah (≤ rata-rata nilai keseluruhan) Tinggi (> rata-rata nilai keseluruhan) Total n (%)
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan n (%) n (%) 23 (76.7) 16 (53.3)
Total n (%) 39 (65.0)
7 (23.3)
14 (46.7)
21 (35.0)
30 (100.0)
30 (100.0)
60 (100.0)
Sumber: Data primer (2012).
Pada tabel di atas, sebagian besar responden berada pada tingkat kesejahteraan rendah. Tingkat kesejahteraan tiap-tiap responden berbeda, tergantung pada kepuasan setiap buruh dalam menerima manfaat terhadap kebutuhan praktis dan strategis. Pada kasus ini, responden perempuan (46.7%) memiliki jumlah yang lebih besar dari laki-laki (23.3%) pada kategori tingkat kesejahteraan tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa buruh perempuan lebih bersikap untuk menerima apa adanya dan merasa cukup atas manfaat terhadap kebutuhan praktis dan strategis yang diterimanya. Hal tersebut berbeda dengan buruh laki-laki yang bersikap kurang puas atas manfaat terhadap kebutuhan praktis dan strategis yang diterimanya. Sikap perempuan tersebut didukung dengan pandangan beberapa responden laki-laki dan perempuan bahwa perempuan itu patuh dan mudah diatur. Menurut penuturan salah seorang responden laki-laki bahwa perempuan patuh yakni, “Perempuan itu harus patuh terhadap suami” (MA, operator line 2). Selain itu, menurut responden laki-laki lainnya, “Perempuan itu kalau dikasih tahu tidak melawan dan saya setuju kalau istri dibilangin suka nurut” (SS, operator line 1). Sedangkan menurut salah seorang responden perempuan, ia menuturkan bahwa, “Perempuan itu patuh terhadap peraturan, mudah diatur dan ga ada sifat melawan” (ES, operator line 1). Maka buruh perempuan lebih merasa puas dengan apa yang didapatnya daripada buruh laki-laki.
47 Hubungan Akses terhadap Sumber Daya Perlindungan Tenaga Kerja dengan Tingkat Kesejahteraan Hubungan antara akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja dengan tingkat kesejahteraan diuji dengan uji statistik non-parametik Rank Spearman. Hasil uji korelasi pada buruh laki-laki sebesar 0.978 lebih besar dari α= 0.1. Sedangkan hasil uji korelasi pada buruh perempuan sebesar 0.113 lebih besar pula dari α= 0.1. Hasil kedua uji korelasi tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja dengan tingkat kesejahteraan. Akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja yang tinggi tidak mempengaruhi secara nyata bahwa tingkat kesejateraan akan tinggi pula. Pada buruh laki-laki terlihat relatif setara antara akses rendah dan tinggi dengan tingkat kesejahteraan. Sedangkan pada buruh perempuan terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi akses terhadap perlindungan tenaga kerja maka semakin tidak sejahtera. Hal tersebut karena tingkat kesejahteraan tidak dipengaruhi oleh akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja. Tabel 23 Jumlah dan persentase tingkat kesejahteraan menurut akses terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja responden di CV TKB, 2012 Tingkat Kesejahteran Rendah (≤ Rata-rata nilai) n (%) Tinggi (> Rata-rata nilai) n (%) Total n (%)
Akses Buruh Lakilaki n (%) Rendah Tinggi 13 10 (76.5) (76.9)
Total n (%) 23 (76.7)
Akses Buruh Perempuan n (%) Rendah Tinggi 8 8 (42.1) (72.7)
Total n (%) 16 (53.3)
4 (23.5)
3 (23.1)
7 (23.3)
11 (57.9)
3 (27.3)
14 (46.7)
17 (100.0)
13 100.0
30 (100.0)
19 (100.0)
11 (100.0)
30 (100.0)
Keterangan p-value = 0.978
Keterangan p-value = 0.113
Hubungan Kontrol terhadap Sumber Daya Perlindungan Tenaga Kerja dengan Tingkat Kesejahteraan Hubungan antara kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja dengan tingkat kesejahteraan diuji dengan uji statistik non-parametik Rank Spearman. Hasil uji korelasi pada buruh laki-laki adalah sebesar 0.710 lebih besar dari α= 0.1. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja dengan tingkat kesejahteraan. Kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja yang dimiliki oleh buruh tidak mempengaruhi tingkat kesejahteraan buruh itu sendiri.
48 Hasil uji korelasi pada buruh perempuan adalah sebesar 0.002 lebih kecil dari α= 0.1. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kontrol buruh perempuan terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja dengan tingkat kesejahteraan. Semakin tinggi kontrol maka semakin tinggi kesejahteraan dari buruh perempuan. Tabel 24 Jumlah dan persentase tingkat kesejahteraan menurut kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja responden di CV TKB, 2012 Tingkat Kesejahteran Rendah (≤ Rata-rata nilai) n (%) Tinggi (> Rata-rata nilai) n (%) Total n (%)
Kontrol Buruh Lakilaki n (%) Rendah Tinggi 8 15 (72.7) (78.9)
Total n (%) 23 (76.7)
Kontrol Buruh Perempuan n (%) Rendah Tinggi 14 2 (73.7) (18.2)
Total n (%) 16 (53.3)
3 (27.3)
4 (21.1)
7 (23.3)
5 (26.3)
9 (81.8)
14 (46.7)
11 (100.0)
19 (100.0)
30 (100.0)
19 (100.0)
11 (100.0)
30 (100.0)
Keterangan p-value = 0.710
Keterangan p-value = 0.002
Ikhtisar Buruh perempuan memperoleh manfaat yang lebih tinggi terhadap pemenuhan kebutuhan praktis daripada buruh laki-laki. Hal demikian karena buruh perempuan bersikap lebih menerima atas manfaat yang diperolehnya. Buruh laki-laki dan perempuan sama-sama mendapatkan manfaat yang rendah terhadap pemenuhan kebutuhan strategis. Buruh laki-laki dan perempuan sama-sama tergolong memiliki tingkat kesejahteraan yang rendah. Namun, buruh perempuan memiliki tingkat kesejahteraan yang relatif lebih tinggi dari buruh laki-laki. Hal tersebut karena buruh perempuan lebih bersikap menerima atas manfaat yang diperolehnya. Hubungan antara akses dan kontrol terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja dengan tingkat kesejahteraan buruh diuji dengan korelasi Rank Spearman. Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan akses dan kontrol buruh terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja pada tingkat kesejahteraan buruh. Variabel yang diuji korelasi tersebut dipilah secara jenis kelamin, yaitu buruh laki-laki dan perempuan. Terdapat empat uji korelasi yang dilakukan. Hasil uji korelasi yang menunjukkan hubungan adalah hubungan antara kontrol buruh perempuan terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja dengan tingkat kesejahteraan. Sedangkan untuk ketiga uji korelasi lainnya, yaitu akses buruh lakilaki dan perempuan terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja dan kontrol buruh laki-laki terhadap sumber daya perlindungan tenaga kerja tidak terdapat hubungan.