KARAKTERISTIK INDIVIDUAL DAN PERSEPSI PENELITI TERHADAP SUMBER DAYA PERPUSTAKAAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PEMANFAATAN KOLEKSI Desmita1) dan Heryati Suryantini2) 1)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat Jalan Lintas Sumatera Madang Salak, km 40 Sukarami, Padang 25001 2) Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Jalan Ir. H. Juanda No. 20, Bogor 16122
ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan persepsi peneliti terhadap sumber daya perpustakaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat, pemanfaatan koleksi perpustakaan oleh peneliti, serta hubungan antara karakteristik dan persepsi peneliti dengan pemanfaatan koleksi perpustakaan. Penelitian dilakukan secara sensus terhadap seluruh peneliti BPTP Sumatera Barat yang berjumlah 59 orang. Data dikumpulkan melalui wawancara terstruktur yang berpedoman pada kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan responden ratarata berusia 48 tahun, dengan pendidikan formal umumnya S2. Bidang keahlian yang dimiliki beragam dalam bidang tanaman pangan. Masa kerja umumnya lebih dari 21 tahun dengan jenjang jabatan fungsional Ajun Peneliti. Jumlah karya tulis ilmiah yang dihasilkan setiap tahun rata-rata hanya dua judul. Persepsi peneliti terhadap koleksi, fasilitas fisik, dan sumber daya manusia perpustakaan dikategorikan sedang, namun persepsi terhadap fasilitas teknologi informasi tergolong rendah. Koleksi perpustakaan yang banyak dimanfaatkan adalah koleksi tercetak (jurnal dan buku). Karakteristik responden (pendidikan formal dan jumlah tulisan ilmiah) mempunyai hubungan dengan pemanfaatan koleksi perpustakaan. Tidak ada hubungan antara persepsi peneliti dengan pemanfaatan koleksi perpustakaan BPTP Sumatera Barat.
ABSTRACT Researchers’ Characteristics and Their Perception on Library Resources and Their Relationships with Use of Library Collection This research was aimed to find out researchers’ characteristics and their perception on library resources of Assessment Institute of Agricultural Technology (AIAT) West Sumatra and their relationships with use of library collection. This research was designed as a census to AIAT’s researchers as respondents. Data were collected by using questionnaire to 59 respondents. The results showed that the average of respondents age was 48 years and most of them had working period more than 21 years. The functional position level was Ajun Peneliti and they had written the paper only two titles/year at average. The researchers’ perception on library resources of AIAT West Sumatra concerning library collections, physical facilities, and librarians was
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 14, Nomor 1, 2005
relatively adequate, but the educational background of librarians was still needed an improvement. The researchers noticed that information technology facilities was not really adequate. The library collection mainly used by respondents were journals and books. There was a correlation between respondent characteristics (formal education and number of scientific paper) and use of library collection. There was no correlation between respondent perception and use of library collection of AIAT West Sumatra. Keywords: Researcher, characteristics, perception, library collection
PENDAHULUAN Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi, perpustakaan sebagai sumber informasi mengalami perkembangan yang cukup pesat, dari yang konvensional ke otomasi dan digital bahkan sampai pada maya (virtual library). Salah satu jenis perpustakaan adalah perpustakaan khusus, yaitu suatu perpustakaan yang mengelola informasi mengenai ilmu pengetahuan bidang tertentu dan pada umumnya bernaung di bawah suatu badan atau lembaga khusus. Perpustakaan khusus umumnya dibentuk oleh suatu instansi/kelembagaan yang memandang perlu dukungan perpustakaan untuk melaksanakan fungsinya. Oleh karena itu, fungsi dan tujuan perpustakaan khusus sangat terkait bahkan ditentukan oleh organisasi induknya. Biasanya perpustakaan khusus dibentuk untuk menyediakan informasi, baik berupa perkembangan iptek maupun informasi lain yang berkaitan dengan tugas dan fungsi organisasi induknya. Perpustakaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat merupakan salah satu perpustakaan khusus yang bernaung di bawah atau merupakan bagian dari BPTP Sumatera Barat. Dalam hal ini, perpustakaan BPTP Sumatera Barat ber-
1
fungsi sebagai sumber informasi bagi peneliti untuk menunjang kegiatan penelitian. Meningkatnya kegiatan penelitian dan penerbitan di berbagai negara menuntut peneliti untuk mengetahui semua informasi yang dapat digunakan. Peneliti tidak dapat lagi membatasi diri hanya mengetahui penelitian yang dilakukan oleh pusat-pusat penelitian terkemuka, tetapi juga harus menelusuri informasi yang dihasilkan oleh lembaga penelitian kecil yang mungkin saja dapat mengubah fokus penelitian peneliti tersebut. Peneliti tidak hanya perlu mengetahui bahan pustaka yang tercetak, tetapi juga perlu mempertimbangkan terbitan dalam bentuk elektronis. Berkaitan dengan itu, perpustakaan dituntut untuk terus mengembangkan koleksinya, baik dalam bentuk tercetak maupun elektronis serta menyediakan fasilitas/ sarana untuk memanfaatkan informasi yang ada. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) perlu pula ditingkatkan untuk mengoptimalkan layanan perpustakaan. Perpustakaan yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna akan meningkatkan pemanfaatan perpustakaan tersebut. Hal ini berkaitan dengan karakteristik individual pengguna dan persepsinya terhadap koleksi, fasilitas fisik, SDM, dan fasilitas teknologi informasi. Peneliti pada dasarnya adalah makhluk sosial yang mempunyai kebutuhan dan keinginan yang berbeda karena faktor karakteristik demografisnya, antara lain umur, pendidikan, masa kerja, jabatan fungsional, dan jarak tempat tinggal. Peneliti dengan karakteristik demografis yang berbeda akan berbeda pula dalam memanfaatkan perpustakaan (Devito 2000) serta persepsi mereka terhadap perpustakaan. Persepsi adalah suatu proses membuat penilaian (judgement) atau membangun kesan (impression) mengenai berbagai hal yang terdapat dalam penginderaan seseorang (Wibowo 1988). Apabila persepsi peneliti terhadap perpustakaan tinggi, diasumsikan mereka akan memanfaatkan koleksi perpustakaan. Pemanfaatan perpustakaan mencakup pemanfaatan koleksi dan berbagai layanan yang tersedia di perpustakaan. Menurut Tjitropranoto (1993), pemanfaatan koleksi perpustakaan bukan merupakan indikator pemanfaatan perpustakaan oleh peneliti, karena selain perpustakaan juga tersedia internet yang memudahkan peneliti untuk mengakses berbagai sumber informasi dengan cepat tanpa harus datang ke perpustakaan. Dengan demikian, peneliti cenderung mencari informasi pada sumber informasi yang mudah dijangkau, koleksinya lengkap, layanannya baik, dan informasi yang disediakan mutakhir.
2
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik individual peneliti, persepsi peneliti terhadap koleksi yang tersedia, fasilitas fisik yang dimiliki, SDM/ pustakawan yang tersedia, dan fasilitas teknologi informasi di perpustakaan BPTP Sumatera Barat. Penelitian juga berupaya mengetahui hubungan antara karakteristik individual dan persepsi peneliti terhadap sumber daya perpustakaan dengan pemanfaatan koleksi perpustakaan.
METODE Penelitian dilaksanakan di BPTP Sumatera Barat pada bulan Juni-Juli 2003. Populasi penelitian adalah seluruh peneliti yang ada di BPTP Sumatera Barat sampai tahun 2003 yang berjumlah 63 orang. Pada saat penelitian dilakukan, peneliti yang aktif sebanyak 59 orang. Seluruh populasi menjadi sampel dalam penelitian ini, sehingga metode penelitian adalah secara sensus. Variabel yang diukur meliputi variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas mencakup karakteristik individual peneliti dan persepsi mereka terhadap koleksi, fasilitas fisik, SDM, dan fasilitas teknologi informasi, sedangkan variabel terikat adalah pemanfaatan koleksi perpustakaan. Karakteristik individual peneliti meliputi umur, pendidikan (formal dan nonformal), spesialisasi peneliti, pengalaman kerja, jenjang jabatan fungsional, dan jumlah karya tulis ilmiah. Untuk pemanfaatan koleksi perpustakaan, variabel yang diukur adalah jumlah dan jenis bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan BPTP Sumatera Barat yang dimanfaatkan oleh peneliti. Variabel persepsi peneliti adalah pendapat peneliti tentang koleksi perpustakaan BPTP Sumatera Barat, fasilitas fisik, SDM, dan fasilitas teknologi informasi. Data dikumpulkan melalui wawancara secara terstruktur dengan berpedoman pada kuesioner. Data yang diperoleh selanjutnya ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Untuk mengetahui hubungan antarvariabel dilakukan uji korelasi Product Moment.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Individual Hasil penelitian terhadap karakteristik individual peneliti BPTP Sumatera Barat disajikan pada Tabel 1.
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 14, Nomor 1, 2005
Tabel 1. Sebaran peneliti BPTP Sumatera Barat berdasarkan karakteristik individual. Karakteristik individual
Jumlah
Persentase
Umur (tahun) >50 40-50 <40
21 36 2
35,59 61,03 3,38
Pendidikan formal (tahun) S3 S2 S1
3 31 25
5,09 52,54 42,37
Pendidikan nonformal (minggu) >21 10-20 <10
13 16 30
22,03 27,12 50,85
Spesialisasi peneliti Budidaya Pemuliaan Hama dan penyakit Pascapanen Ta n a h Usaha tani Sosial ekonomi Lain-lain
14 10 9 7 6 3 3 7
23,73 16,95 15,25 11,86 10,17 5,09 5,09 11,86
Pengalaman kerja (tahun) >20 11-20 <10
26 18 15
44,06 30,50 25,44
Jenjang jabatan fungsional Ahli Peneliti Peneliti Ajun Peneliti Asisten Peneliti
6 17 25 11
10,16 28,81 42,37 18,64
Jumlah karya tulis ilmiah (judul) >50 25-50 <25
7 27 25
11,87 45,76 42,37
Umur Umur responden berkisar 39-58 tahun (rata-rata 48,33 tahun). Selanjutnya, umur responden diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu <40 tahun, 40-50 tahun, dan >50 tahun. Lebih dari separuh responden (61,03%) berusia 4050 tahun, atau dapat dikatakan berada pada puncak usia produktif. Responden yang berusia >50 tahun sebanyak 35,59% dan yang <40 tahun hanya 3,38% (Tabel 1). Dengan demikian, umur peneliti BPTP Sumatera Barat tergolong relatif tua, karena yang berumur <40 tahun hanya 2 orang. Ini mengindikasikan bahwa BPTP Su-
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 14, Nomor 1, 2005
matera Barat akan kekurangan tenaga muda peneliti pada waktu peneliti senior memasuki usia pensiun. Hal ini dapat menjadi masukan dalam mengambil keputusan untuk merekrut tenaga baru atau memotivasi peneliti nonkelas agar menjadi peneliti.
Pendidikan Pendidikan responden dapat dikelompokkan menjadi pendidikan formal dan nonformal. Pendidikan formal yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pendidikan akademik yang dilalui oleh responden secara reguler pada jenjang-jenjang tertentu, seperti S1, S2, dan S3. Badan Litbang Pertanian menetapkan bahwa peneliti minimal harus berpendidikan S1. Sebagian besar (52,54%) responden berpendidikan S2, 42,37% berpendidikan S1, dan hanya 5,09% yang berpendidikan S3. Data ini dapat menjadi masukan bagi BPTP Sumatera Barat dalam pengembangan peneliti di masa datang dengan memprioritaskan peningkatan pendidikan peneliti yang berpendidikan S1dan S2 ke jenjang yang lebih tinggi. Pengertian pendidikan nonformal dalam penelitian ini adalah lama atau jumlah jam kursus/pelatihan di bidang pertanian yang pernah diikuti oleh responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua responden pernah mengikuti pelatihan dengan kisaran waktu 1-61 minggu (rata-rata 19,3 minggu). Jumlah responden yang mengikuti pelatihan kurang dari 10 minggu adalah 30 responden (50,85%), 10-20 minggu 16 responden (27,12%), dan 13 responden (22.03%) pernah mengikuti pelatihan lebih dari 20 minggu. Jenis pelatihan yang diikuti antara lain adalah manajemen pertanian, sistem usaha tani, teknologi benih, dan komunikasi. Berdasarkan pendidikan formal dan nonformal tersebut dapat disimpulkan bahwa walaupun peneliti mempunyai pendidikan yang tinggi, mereka masih memerlukan berbagai pengetahuan dan keterampilan dari pelatihan/kursus. Alasan responden mengikuti pelatihan adalah untuk menambah wawasan dan mengikuti perkembangan iptek bidang pertanian.
Spesialisasi Peneliti Pengertian spesialisasi peneliti yaitu spesifikasi ilmu yang ditekuni oleh responden. Tabel 1 memperlihatkan bahwa 52 orang (88,14%) responden mempunyai spesialisasi dalam bidang pertanian dengan bidang keahlian terbanyak
3
adalah budi daya (23,73%), pemuliaan (16,95%), dan hama penyakit tanaman (15,25%). Peneliti bidang peternakan, perikanan, dan perkebunan hanya 7 orang (11,86%). Hal ini disebabkan BPTP Sumatera Barat awalnya adalah Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukarami, yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan penelitian tanaman pangan. Keadaan ini perlu mendapat perhatian dari pengambil kebijakan agar perekrutan peneliti yang akan datang lebih diutamakan untuk bidang lain selain pertanian tanaman pangan.
Pengalaman Kerja Pengertian pengalaman kerja responden sebagai peneliti adalah jumlah tahun sejak responden diangkat menjadi peneliti atau memegang jabatan fungsional peneliti. Pengalaman kerja sebagai peneliti berkisar antara 5-29 tahun, dengan rata-rata 17,3 tahun. Untuk dapat menduduki jabatan fungsional peneliti diperlukan waktu yang relatif lama, yaitu minimal 4 tahun. Waktu tersebut diperlukan untuk melakukan kegiatan penelitian, menulis hasil penelitian pada media publikasi ilmiah sampai terbit, dan mengajukan penilaian karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan sampai penilaian angka kredit dan pengangkatannya untuk menduduki jabatan fungsional diterbitkan. Tabel 1 menunjukkan bahwa 26 responden (44,06%) memiliki pengalaman kerja sebagai peneliti lebih dari 20 tahun, 18 responden (30,50%) memiliki masa kerja 11-20 tahun, dan sisanya 15 responden (25,44%) memiliki masa kerja 1-10 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa umumnya responden telah memiliki pengalaman kerja sebagai peneliti lebih dari 10 tahun.
Jenjang Jabatan Fungsional Jenjang jabatan fungsional adalah jabatan berjenjang yang tidak secara otomatis dapat disandang oleh setiap peneliti, serta dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk mengukur prestasi kerja peneliti. Untuk dapat menduduki jabatan fungsional, seorang peneliti diwajibkan memenuhi persyaratan yang ditetapkan, yaitu melalui pengumpulan sejumlah nilai angka kredit. Pada kenyataannya, upaya peneliti untuk dapat memenuhi kebutuhan nilai angka kredit tersebut memerlukan waktu yang relatif lama. Jenjang jabatan fungsional peneliti dari yang terendah sampai dengan tertinggi adalah Asisten Peneliti
4
Muda, Asisten Peneliti Madya, Ajun Peneliti Muda, Ajun Peneliti Madya, Peneliti Muda, Peneliti Madya, Ahli Peneliti Muda, Ahli Peneliti Madya, dan Ahli Peneliti Utama. Sembilan jenjang jabatan fungsional tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu Ahli Peneliti, Peneliti, Ajun Peneliti, dan Asisten Peneliti. Hampir separuh responden (42,37%) memiliki jenjang jabatan fungsional Ajun Peneliti, diikuti oleh peneliti (28,81%), Asisten Peneliti (18,64%), dan Ahli Peneliti (10,16%). Komposisi tersebut menunjukkan bahwa peneliti BPTP Sumatera Barat sebagian besar menduduki jabatan Ajun Peneliti dan Peneliti, yang berarti mereka berada pada posisi tengah. Dengan demikian kemampuan SDM untuk melakukan kegiatan penelitian dan pengkajian telah cukup baik.
Jumlah Karya Tulis Ilmiah Jumlah karya tulis ilmiah yang dimaksud adalah jumlah karya tulis ilmiah responden yang dipublikasikan pada media cetak seperti jurnal, prosiding, dan monograf/buku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah karya tulis ilmiah responden yang dipublikasikan berkisar antara 287 judul dengan rata-rata 28,59 judul. Sebanyak 52 responden menulis artikel kurang dari 51 judul (88,13%), sedangkan sisanya 7 orang menulis lebih dari 50 judul. Apabila dikaitkan dengan rata-rata pengalaman responden sebagai peneliti yaitu 17,3 tahun, berarti rata-rata peneliti menulis kurang lebih 2 judul per tahun. Oleh karena itu, motivasi peneliti untuk menghasilkan karya tulis perlu ditingkatkan antara lain dengan meningkatkan kemampuan dalam menulis karya ilmiah melalui pelatihan.
Persepsi Peneliti terhadap Sumber Daya Perpustakaan Persepsi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pandangan atau interpretasi responden terhadap perpustakaan BPTP Sumatera Barat, yang meliputi koleksi, fasilitas fisik, SDM, dan fasilitas teknologi informasi yang tersedia di perpustakaan tersebut.
Persepsi terhadap Koleksi Perpustakaan Persepsi peneliti terhadap koleksi perpustakaan mencakup persepsi terhadap kemutakhiran, kesesuaian, keragaman, jumlah, dan kualitas. Tabel 2 memperlihatkan bahwa skor rata-rata persepsi responden terhadap kemu-
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 14, Nomor 1, 2005
Tabel 2. Persepsi peneliti terhadap sumber daya perpustakaan BPTP Sumatera Barat. Sumber daya perpustakaan
Nilai skor rata-rata
Koleksi Kemutakhiran Kesesuaian Keragaman Jumlah Kualitas Rata-rata
2,52 2,89 3,08 2,59 3,06 2,83
Fasilitas fisik Ruangan Suasana Penerangan Sarana Rata-rata
2,91 2,88 3,28 2,69 2,94
Sumber daya manusia Jumlah petugas Pendidikan petugas Pelayanan Ketepatan Sikap Rata-rata
2,66 2,40 3,11 2,89 3,49 2,91
Fasilitas teknologi informasi Fasilitas komputer Pemanfaatan disket Pemanfaatan CD-ROM Rata-rata
1,47 1,50 1,35 1,44
Keterangan: <2 = rendah; 2-3,5 = sedang; >3,5 = tinggi
takhiran koleksi sebesar 2,52 yang berarti koleksi perpustakaan BPTP Sumatera Barat kurang mutakhir, sehingga peneliti masih memerlukan informasi dari sumber lain seperti lembaga penelitian, perguruan tinggi, perpustakaan instansi terkait yang terdekat, dan internet. Hal ini perlu mendapat perhatian dari pengelola perpustakaan BPTP Sumatera Barat agar lebih proaktif menyediakan informasi mutakhir dengan cara memanfaatkan sumber daya informasi yang ada, antara lain yang diberikan oleh Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) dalam bentuk jasa informasi terseleksi, jasa kesiagaan informasi, dan jasa lainnya. Umumnya responden menyatakan koleksi perpustakaan BPTP Sumatera Barat cukup sesuai dengan bidang minatnya atau penelitian yang sedang dilaksanakan dengan skor rata-rata 2.89. Menurut Tjitropranoto (1992), koleksi utama perpustakaan khusus erat kaitannya de-
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 14, Nomor 1, 2005
ngan bidang tugas dan fungsi organisasi induknya. Hal ini perlu mendapat perhatian pengambil kebijakan dan pustakawan agar dapat menyediakan informasi yang sesuai dengan minat dan kebutuhan peneliti. Keragaman koleksi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah keragaman subjek koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan BPTP Sumatera Barat. Skor rata-rata pendapat responden terhadap keragaman subjek koleksi sebesar 3,08, yang menunjukkan bahwa koleksi perpustakaan cukup beragam. Keragaman koleksi diperlukan karena BPTP melakukan penelitian dan pengkajian berbagai aspek dalam bidang pertanian secara umum (pertanian, peternakan, perikanan, hortikultura, dan sebagainya). Namun demikian, keragaman koleksi masih perlu ditingkatkan. Jumlah koleksi perpustakaan BPTP Sumatera Barat menurut persepsi peneliti cukup banyak dengan skor rata-rata 2,59. Namun jika dilihat data aslinya, sebagian besar peneliti menyatakan jumlah koleksi kurang sampai cukup banyak. Oleh karena itu, responden masih memerlukan sumber informasi lainnya. Dari data sebelumnya dapat dilihat bahwa yang memanfaatkan sumber informasi lainnya berkisar 64-71%. Dengan demikian jumlah koleksi BPTP Sumatera Barat masih perlu ditingkatkan. Koleksi perpustakaan umumnya cukup berkualitas dengan skor rata-rata 3,06. Sebagian besar (88,14%) responden menyatakan bahwa koleksi perpustakaan cukup berkualitas sampai berkualitas. Hal ini berarti koleksi perpustakaan secara umum cukup baik, namun masih memerlukan peningkatan dan pengembangan koleksi. Secara keseluruhan, persepsi responden terhadap koleksi perpustakaan yang mencakup kemutakhiran, kesesuaian, keragaman, jumlah, dan kualitas koleksi tergolong sedang dengan skor rata-rata 2,83.
Persepsi terhadap Fasilitas Fisik Persepsi responden terhadap fasilitas fisik perpustakaan mencakup persepsi terhadap ruangan, suasana, penerangan, dan sarana. Ruangan merupakan fasilitas yang penting pada perpustakaan. Ruangan yang nyaman, sejuk dan asri serta teratur akan menarik pengguna untuk membaca di perpustakaan. Perpustakaan BPTP Sumatera Barat dengan luas ruangan kurang lebih 120 m2 dinilai telah memadai (skor rata-rata 2,91) yang ditunjang dengan suasana yang sejuk karena berlokasi di daerah pegunungan.
5
Suasana ruangan perpustakaan meliputi keadaan, keindahan, keteraturan perabotan, dan ketenangan. Secara umum suasana di perpustakaan BPTP Sumatera Barat tergolong cukup nyaman (skor rata-rata 2,88), tetapi belum mencapai suasana yang diharapkan yaitu nyaman atau sangat nyaman. Salah satu fasilitas yang perlu ada pada suatu perpustakaan adalah penerangan. Penerangan berkaitan dengan sistem pencahayaan. Responden menyatakan bahwa penerangan perpustakaan BPTP Sumatera Barat cukup baik sampai baik dengan skor rata-rata 3,28. Sarana perpustakaan mencakup rak buku, meja sirkulasi, serta kursi dan meja baca. Sarana perpustakaan yang baik akan membuat pengguna senang dan betah berada di perpustakaan. Responden menilai, sarana perpustakaan BPTP Sumatera Barat sudah cukup baik dengan skor rata-rata 2,69. Dari uraian yang dikemukakan dapat disimpulkan bahwa persepsi responden terhadap fasilitas fisik perpustakaan dikategorikan sedang (skor rata-rata 2,94).
Persepsi terhadap Sumber Daya Manusia Persepsi responden terhadap SDM perpustakaan mencakup jumlah petugas, pendidikan petugas, pelayanan, kecepatan, dan sikap petugas. SDM yang bekerja di bidang perpustakaan perlu memiliki keahlian atau keterampilan khusus atau mempunyai pendidikan di bidang perpustakaan. Selain itu, jumlahnya harus mencukupi sehingga dapat memberikan layanan informasi dengan cepat dan tepat. Sebagian besar (84,75%) responden menyatakan jumlah petugas perpustakaan kurang sampai cukup memadai (skor rata-rata 2,66), artinya jumlah petugas dibanding beban kerja mereka masih kurang mencukupi. Untuk meningkatkan kualitas layanan, jumlah petugas perpustakaan perlu ditambah. Pendidikan petugas perpustakaan merupakan salah satu faktor penentu kinerja pustakawan dan dapat mempengaruhi mutu layanan yang diberikan. Sebanyak 27 responden (46%) menilai bahwa pendidikan petugas perpustakaan kurang sampai cukup memadai dengan skor rata-rata 2,40. Dengan demikian, perlu adanya program peningkatan kemampuan SDM perpustakaan melalui pendidikan atau pelatihan. Layanan perpustakaan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan perpustakaan. Layanan
6
yang baik bagi setiap pengguna perpustakaan perlu diupayakan, karena layanan yang buruk dapat mengurangi minat pengguna untuk memanfaatkan perpustakaan. Tabel 2 memperlihatkan, persepsi responden terhadap layanan perpustakaan BPTP Sumatera Barat cukup baik dengan skor rata-rata 3,11. Layanan perpustakaan yang sudah ada perlu terus ditingkatkan, antara lain melalui studi banding ke perpustakaan-perpustakaan yang maju. Perbaikan kinerja layanan perpustakaan diharapkan akan meningkatkan kualitas layanan yang diberikan kepada pengguna. Ketepatan informasi yang diberikan petugas perpustakaan tergolong cukup tepat dengan skor rata-rata 2,89, seperti yang dinyatakan oleh 35 responden (59.32%). Meskipun demikian, petugas perpustakaan perlu lebih meningkatkan lagi ketelitian dan ketepatan dalam memberikan informasi kepada pengguna. Sikap merupakan keinginan dan kesadaran yang dicerminkan oleh kinerja pustakawan/petugas perpustakaan dalam memberikan layanan kepada pengguna. Sikap yang baik muncul dari keikhlasan melayani yang sematamata dilandasi oleh rasa pengabdian yang dalam. Sikap yang baik merupakan modal untuk menjadi pustakawan profesional. Responden menilai sikap petugas perpustakaan umumnya ramah dengan skor rata-rata 3,49. Sebanyak 57 responden (96,62%) menyatakan bahwa sikap petugas perpustakaan BPTP Sumatera Barat cukup ramah sampai ramah. Sikap seperti ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan. Persepsi responden terhadap SDM perpustakaan secara keseluruhan tergolong sedang dengan skor rata-rata 2,91.
Persepsi terhadap Fasilitas Teknologi Informasi Penilaian responden terhadap fasilitas teknologi informasi mencakup pandangan terhadap fasilitas komputer dan pemanfaatan sumber informasi elektronis berupa disket dan CD-ROM. Komputer dapat membantu pekerjaan pustakawan/petugas perpustakaan, antara lain untuk menyimpan data/informasi tentang koleksi perpustakaan, serta menelusur/mencari informasi yang dibutuhkan pengguna. Sebagian besar (93,22%) responden menilai fasilitas komputer di perpustakaan tidak memadai dengan skor rata-rata 1,47. Hal ini terjadi karena komputer yang diperuntukkan bagi perpustakaan tidak ditempatkan di ruang perpustakaan dan petugas perpustakaan yang mampu mengoperasikan komputer untuk keperluan layanan perpustakaan belum ada. Dengan demikian, kemam-
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 14, Nomor 1, 2005
puan petugas perpustakaan di bidang pelayanan dengan menggunakan komputer perlu ditingkatkan serta fasilitas komputer ditambah. Sumber informasi elektronis berupa disket menurut sebagian besar responden (91.52%) kurang dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini disebabkan perpustakaan hanya memiliki satu unit komputer dan penempatannya tidak di perpustakaan. CD-ROM juga tidak dimanfaatkan dengan skor rata-rata 1,35. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi responden terhadap fasilitas teknologi informasi tergolong rendah (skor rata-rata 1,44). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fasilitas teknologi informasi di perpustakaan BPTP Sumatera Barat tidak dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu pengambil kebijakan perlu mengupayakan menambah fasilitas komputer untuk kegiatan perpustakaan, sehingga sumber informasi elektronis yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal. Selain itu, petugas perpustakaan agar lebih proaktif memperkenalkan koleksi elektronis kepada peneliti, sehingga mereka mengetahui informasi mutakhir yang dapat mendukung berbagai aktivitasnya.
Tabel 3. Sebaran peneliti BPTP Sumatera Barat berdasarkan pemanfaatan koleksi perpustakaan. Jumlah koleksi (judul)
Pemanfaatan koleksi
<20 20-40 >40
Tercetak
Elektronis
42 12 5
17 0 2
Tabel 4. Pemanfaatan koleksi tercetak oleh peneliti BPTP Sumatera Barat. Skor pemanfaatan
Jenis koleksi Majalah/jurnal Laporan Buku Surat kabar Tesis/disertasi
5
4
3
2
1
22 19 13 5 0
22 13 18 4 3
9 19 17 6 7
2 8 10 11 28
4 0 1 33 21
Skor rata rata 3,98 3,72 3,54 1,89 1,89
Keterangan: 5 = sangat bermanfaat, 4 = bermanfaat, 3 = cukup bermanfaat 2 = kurang bermanfaat, 1 = tidak bermanfaat
Pemanfaatan Koleksi Perpustakaan Pemanfaatan koleksi perpustakaan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah jumlah judul koleksi baik dalam bentuk tercetak (buku, jurnal/majalah, laporan, surat kabar dan tesis/disertasi) maupun elektronis (disket, CD-ROM) yang dimanfaatkan pengguna. Tabel 3 memperlihatkan seluruh responden memanfaatkan koleksi tercetak, dan sebagian besar (71,18%) responden memanfaatkan kurang dari 20 judul koleksi. Responden yang memanfaatkan koleksi elektronis hanya 19 orang (32,20%), 2 orang memanfaatkan lebih dari 40 judul dan 17 orang memanfaatkan kurang dari 20 judul. Sebanyak 40 responden tidak memanfaatkan koleksi elektronis. Hal ini disebabkan fasilitas komputer yang ada di perpustakaan kurang memadai. Responden lebih banyak memanfaatkan jurnal/ majalah, buku, dan laporan dibandingkan surat kabar dan tesis/disertasi. Majalah/jurnal merupakan koleksi tercetak yang paling banyak dimanfaatkan. Sebanyak 22 responden menyatakan bahwa jurnal/majalah sangat bermanfaat (Tabel 4). Hal ini sesuai dengan pendapat Tjitropranoto (1993), bahwa jenis informasi yang dibutuhkan di perpustakaan masih terbatas pada hasil penelitian dan sumber informasi lebih banyak berasal dari majalah ilmiah tercetak. Sebagian besar (67,8%) respon-
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 14, Nomor 1, 2005
den menyatakan alasan mereka memanfaatkan koleksi perpustakaan adalah karena informasi sesuai dengan yang dibutuhkan dan 24,4% karena informasi dapat diperoleh dalam waktu singkat. Oleh karena itu, koleksi buku dan jurnal/majalah perlu ditingkatkan dengan terbitan terbaru, atau pustakawan proaktif mencari informasi yang dibutuhkan oleh peneliti melalui internet atau pemanfaatan bersama (resource sharing) koleksi perpustakaan lain yang sejenis.
Hubungan antara Karakteristik Individual Peneliti dengan Pemanfaatan Koleksi Perpustakaan Hasil korelasi Product Moment menunjukkan bahwa pendidikan formal mempunyai hubungan nyata dengan pemanfaatan koleksi elektronis (Tabel 5). Hal ini karena pendidikan formal pada hakikatnya berfungsi sebagai sarana pemberdayaan individu untuk meningkatkan pengetahuan dalam rangka pengembangan potensi diri. Oleh karena itu, responden yang memiliki pengetahuan dan pendidikan tinggi akan selalu mengembangkan wawasan dan mengikuti perkembangan iptek. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan koleksi elektronis karena informasi yang diperoleh lebih banyak. Wardhani
7
Tabel 5. Nilai korelasi karakteristik individual peneliti BPTP Sumatera Barat dengan pemanfaatan koleksi perpustakaan. Karakteristik peneliti Umur Pendidikan formal Pendidikan nonformal Pengalaman kerja Jenjang jabatan fungsional Jumlah karya tulis ilmiah
Pemanfaatan koleksi Tercetak 0,000 0,031 0,104 0,234 0,236
Pemanfaatan Koleksi Perpustakaan
Persepsi
Tercetak
Elektronik
-0,015(0,907) 0,128(0,333) -0,184(0,163) -0,103(0,437)
0,077(0,564) -0,115(0,388) 0,088(0,509) 0,122(0,356)
Elektronis
(0,999) (0,815) (0,432) (0,075) (0,072)
0 , 0 1 9 (0,884) 0 , 2 6 8 * (0,040) 0 , 0 7 4 (0,578) 0 , 0 3 8 (0,777) 0 , 1 9 5 (0,138)
0 , 2 7 0 * (0,039)
0 , 0 8 5 (0,521)
Keterangan: *Terdapat hubungan nyata pada P <0,05. Angka dalam kurung adalah nilai P.
(1994) juga menyatakan bahwa tingkat pendidikan formal berhubungan dengan pemanfaatan sumber informasi. Jenjang jabatan fungsional cenderung memiliki hubungan dengan pemanfaatan koleksi tercetak. Hal ini sejalan dengan kegiatan responden sebagai peneliti. Semakin tinggi jenjang jabatan fungsional peneliti, semakin banyak informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan penelitian, menulis laporan, menyusun karya tulis ilmiah, dan lain-lain. Jumlah tulisan ilmiah mempunyai hubungan nyata dengan pemanfaatan koleksi tercetak. Hal ini menunjukkan semakin banyak tulisan ilmiah seorang peneliti semakin banyak koleksi tercetak yang dimanfaatkan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hadiwidjaja (1994), bahwa kualitas penelitian ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain kualitas dan relevansi pustaka atau bibliografi yang digunakan sebagai acuan. Menurut Muhartoyo (1996), semakin banyak tulisan seorang ilmuwan dalam majalah ilmiah internasional semakin tinggi bobot atau kualitas keilmuannya. Pengalaman kerja sebagai peneliti mempunyai kecenderungan berhubungan dengan pemanfaatan koleksi tercetak. Semakin lama responden bekerja sebagai peneliti, semakin tinggi jenjang jabatan fungsionalnya, makin banyak pula tulisan ilmiah yang dihasilkan dan ada kecenderungan makin banyak koleksi tercetak yang dimanfaatkan. Umur tidak mempunyai hubungan dengan pemanfaatan koleksi perpustakaan. Hal ini karena semua responden memanfaatkan koleksi perpustakaan BPTP Sumatera Barat.
8
Tabel 6. Nilai korelasi persepsi peneliti BPTP Sumatera Barat dengan pemanfaatan koleksi perpustakaan.
Koleksi Fasilitas fisik SDM Fasilitas teknologi informasi
Pendidikan nonformal tidak mempunyai hubungan dengan pemanfaatan koleksi perpustakaan baik tercetak maupun elektronis. Hal ini disebabkan responden telah cukup memperoleh informasi/pengetahuan yang dibutuhkan dari narasumber pada pelatihan/kursus, sehingga kurang memanfaatkan koleksi perpustakaan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Suryantini (2001) yang menyatakan bahwa pendidikan nonformal penyuluh pertanian mempunyai hubungan dengan pemanfaatan sumber informasi interpersonal (narasumber). Semakin banyak penyuluh mengikuti berbagai pelatihan/kursus, semakin banyak memanfaatkan narasumber.
Hubungan antara Persepsi Peneliti terhadap SDM Perpustakaan dengan Pemanfaatan Koleksi Hasil analisis korelasi Product Moment persepsi peneliti terhadap koleksi, fasilitas fisik, SDM, dan fasilitas teknologi informasi di perpustakaan tidak mempunyai hubungan dengan pemanfaatan koleksi perpustakaan baik koleksi tercetak maupun elektronis (Tabel 6). Hal ini disebabkan persepsi responden terhadap sumber daya perpustakaan yang mencakup koleksi, fasilitas fisik, dan SDM tergolong sedang, sedangkan persepsi responden terhadap fasilitas teknologi informasi dikategorikan kurang. Selain itu responden belum memanfaatkan koleksi elektronis secara optimal.
KESIMPULAN DAN SARAN Peneliti BPTP Sumatera Barat rata-rata berusia 48 tahun, dengan pendidikan formal sebagian besar S2. Bidang keahlian yang dimiliki beragam namun terfokus pada tanaman pangan. Masa kerja umumnya lebih dari 21 tahun dengan jenjang jabatan fungsional sebagian besar adalah
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 14, Nomor 1, 2005
Ajun Peneliti. Jumlah karya tulis ilmiah yang dihasilkan setiap tahun rata-rata hanya dua judul.
DAFTAR PUSTAKA
Persepsi responden terhadap koleksi perpustakaan, fasilitas fisik, dan SDM BPTP Sumatera Barat dikategorikan sedang. Persepsi peneliti terhadap fasilitas teknologi informasi rendah. Koleksi perpustakaan BPTP Sumatera Barat yang lebih banyak dimanfaatkan oleh peneliti adalah koleksi tercetak, yaitu jurnal dan buku karena sesuai dengan yang dibutuhkan dan informasi dapat diperoleh dalam waktu singkat.
Devito, J.A. 2000. Komunikasi Antar Manusia: Metode Dasar. Jakarta: Professional Book. Hadiwidjaja, K. 1994. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya pemanfaatan bahan pustaka buku teks untuk laporan penelitian tenaga pengajar "FPIPS IKIP Semarang". IKIP Semarang 10(1): 42-51 Muhartoyo. 1996. Ilmuwan negara berkembang dianaktirikan dalam penerbitan ilmiah. Majalah Baca 20: 10. Suryantini, H. 2001. Pemanfaatan informasi teknologi pertanian oleh penyuluh pertanian (kasus di Kabupaten Bogor). Jurnal Perpustakaan Pertanian 12(1): 17-23. Tjitropranoto, P. 1992. Sistem pembinaan perpustakaan khusus dan masalahnya. Jurnal Perpustakaan Pertanian 1(1): 1- 6. Tjitropranoto, P. 1993. Pemanfaatan perpustakaan oleh peneliti. Jurnal Perpustakaan Pertanian 2(2): 36-42. Wibowo, I. 1988. Materi Pokok Psikologi Sosial. Jakarta: Karunika. Wardhani, A.C. 1994. Hubungan karakteristik demografis dan motivasi peternak dengan penggunaan sumbersumber informasi tentang ayam buras di Desa Cisontol, Kabupaten Ciamis. Tesis Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Pendidikan formal dan jumlah tulisan ilmiah peneliti berhubungan dengan pemanfaatan koleksi perpustakaan. Tidak ada hubungan antara persepsi peneliti dengan pemanfaatan koleksi perpustakaan BPTP Sumatera Barat. Sumber informasi elektronis berupa pangkalan data di perpustakaan BPTP Sumatera Barat perlu dilengkapi dengan fasilitas komputer yang memadai serta disosialisasikan kepada peneliti sebagai sarana penelusuran ke berbagai sumber informasi. Tersedianya fasilitas komputer juga akan meningkatkan aksesibilitas peneliti terhadap informasi global dari internet.
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 14, Nomor 1, 2005
9