Jurnal Bastra
[Tindak Tutur dalam novel 728 hati Karya Djono W. OesmanMusrifa Laila]
TINDAK TUTUR DALAM NOVEL 728 HATI KARYA DJONO W. OESMAN MUSRIFA LAILA
[email protected] ABSTRAK Masalah penelitian ini adalah tindak tutur apa sajakah yang terdapat dalam novel 728 hari karya Djono W. Oesman? Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tindak tutur yang terdapat dalam novel 728 hari karya Djono W. Oesman. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan. Teknik pengumupulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik baca catat. Adapun analisis datanya menggunakan analisis pragmatic. Berdasarkan hasil penelitian yang berdasarkan teori Searle dalam novel 728 hari karya Djono W. Oesman, tindak tutur yang terdapat dalam novel 728 hari terdiri atas lima tindak tutur, yaitu 1) tindak arsertif yaitu tindak tutur yang menjelaskan apa dan bagaimana sesuatu itu adanya. Misalnya memberitahukan, menyarankan, membanggakan, mengeluh, menuntut, melaporkan, 2) tindak direktif yaitu tindak tutur yang berfungsi mendorong pendengar melakukan sesuatu, misanya memesan, memerintahkan, memohon, meminta, menyarankan, menganjurkan, menasehatkan, 3) tindak komisif yaitu tindak tutur yang mendorong penutur melakukan sesuatu, misalnya, menjanjikan, bersumpah, menawarkan, memanjatkan (doa), 4) tindak ekspresif yaitu tindak tutur yang mempunyai fungsi untuk mengekspresikan, mengungkapkan atau memberitahukan sikap psikologis sang pembicara menuju suatu pernyataan keadaan yang diperkirakan oleh ilokusi. Misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memaafkan, mengampuni, menyalahkan, memuji, menyatakan belasungkawa dan sebagainya, 5) tindak deklaratif yaitu ilokusi yang bila performasinya berhasil akan menyebabkan korespondensi yang baik antara isi proposisional dengan realitas. Contoh menyerahkan diri, memecat, membebaskan, membaptis, memberi nama, menamai, mengucilkan, mengangkat, menunjuk, menentukan, menjatuhkan hukuman, memvonis, dan sebagainya. Kata Kunci: Tindak, Tutur, Novel PENDAHULUAN Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh anggota masyarakat dalam interaksi sosial. Dalam interaksi tersebut tampak adanya upaya penyampaian gagasan dan pertukaran gagasan. Dapat dipastikan bahwa dalam aktivitas komunikasi tersebut senantiasa terjadi kegiatan bertutur. Dalam kaitannya dengan kegiatan bertutur sebagai aktivitas komunikasi, kegiatan bertutur adalah suatu tindakan. Jika kegiatan bertutur dianggap sebagai tindakan, berarti dalam setiap kegiatan bertutur terjadi tindak tutur. Hakikat tindak tutur itu adalah unit terkecil aktivitas bertutur yang mempunyai fungsi.
Jurnal Bastra Volume 3 Nomor 3 Desember 2016
1
Jurnal Bastra
[Tindak Tutur dalam novel 728 hati Karya Djono W. OesmanMusrifa Laila]
Tuturan mempunyai tujuan dan maksud tertentu yang terdapat dalam komunikasi. Tujuan merupakan salah satu aspek yang harus hadir di dalam suatu tuturan. Yang dimaksud dalam tujuan tuturan yakni upaya untuk mencapai suatu hasil yang dikehendaki oleh penutur kepada mitra tutur. Tujuannya yaitu untuk menyampaikan informasi, menyampaikan berita, membujuk, menyarankan, memerintah dan sebagainya. Dalam hal ini seorang penutur harus mampu menyakinkan mitra tuturnya atas maksud tuturannya. Tindak tutur sebagai wujud peristiwa komunikasi bukanlah peristiwa yang terjadi dengan sendirinya, melainkan mempunyai fungsi, mengandung maksud, dan tujuan tertentu serta dapat menimbulkan pengaruh atau akibat pada mitra tutur. Orang yang tidak memiliki kemampuan dalam menuturkan suatu pembicaraan akan mengalami kesulitan,yakni tidak tersampainya pesan yang ingin disampaikan. Teori tindak tutur digunakan untuk mengenali berbagai bentuk tuturan yang menyatakan tindak tutur secara eksplisit (yang menggunakan kata-kata bermakna literal) dan berbagai bentuk tuturan yang menyatakan tindak tutur dengan memfungsikan kalimat deklaratif, interogatif, atau imperatif (baik langsung atau tidak langsung). Hal itu penting dilakukan untuk mengetahui karakteristik bentuk penyampaian tindak tutur. Tindak tutur termasuk pada kajian pragmatik. Dalam hal ini, kajian pragmatik menyangkut makna dalam hubungannya dengan hal-hal yang berkaitan dengan situasi tutur. Pragmatic mempunyai bentuk-bentuk tertentu sesuai dengan situasi dan konteksnya dalam kalimat. Situasi tertentu akan menimbulkan penggunaan bahasa yang berbeda dengan situasi lain. Demikian pula konteks tertentu akan menyebabkan penggunaan bahasa yang berbeda dengan konteks yang lain. Tindak tutur mempunyai fungsi yang bersifat purposif, mengandung maksud dan tujuan tertentu, dan dirancang untuk menghasilkan efek, pengaruh, akibat pada lingkungan para penyimak dan para pembicara. Jika dikaitkan antara penutur dan lawan bicara akan terbentuk suatu tindak tutur dan peristiwa tutur. Peristiwa tutur ini pada dasarnya merupakan rangkaian dari sejumlah tindak tutur yang terorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan tersebut merupakan isi tuturan. Kesepahaman antara penutur dan petutur mengidentifikasi keberhasilan sebuah komunikasi yang berkaitan dengan kebutuhan manusia dalam berkomunikasi terutama dalam penguasaan bahasa sebagai alat tranforamasi ilmu, maka diperlukan makna tuturan. Dengan menelaah makna tersebut maka sesuatu yang dimaksudkan akan jelas. Penelaahan makna dapat dilakukan melalui media, salah satunya melalui novel, karena dalam novel itulah kita dapat mengetahui rangkaian sebuah cerita sehingga maknanya dapat dipahami dengan baik oleh pembaca. Novel merupakan salah satu media karya sastra dalam bentuk fiksi yang di dalamnya terdapat tuturan dan tindak tutur. Meskipun tuturan itu berupa lisan maupun tulisan tetapi yang dituturkan oleh penyimak untuk melakukan suatu kegiatan yang diinginkan oleh si penutur. Novel 728 hari karya Djono W. Oesman bercerita tentang seorang gadis bernama Eva Meliana Santi yang divonis oleh Dokter mengidap penyakit Lupus dan
Jurnal Bastra Volume 3 Nomor 3 Desember 2016
2
Jurnal Bastra
[Tindak Tutur dalam novel 728 hati Karya Djono W. OesmanMusrifa Laila]
usianya sisa 728 hari lagi. Dalam tulisan ini penulis memilih Novel 728 hari karya Djono W. Oesman sebagai objek penelitian yang mengacu pada tindak tutur ilokusi dalam novel tersebut. Mengapa novel sebagai objek kajian penulis ? Karena penulis ingin menghasilkan suatu penulisan di bidang kajian pragmatik yang berobjek pada karya fiksi. Penulis ingin mencari tahu bagaimana tuturan yang digunakan dalam karya fiksi tersebut. Berdasarkan peristiwa yang terjadi dalam novel 728 hari karya Djono W. Oesman sangat berkaitan langsung dengan gambaran kehidupan masyarakat yang ditampilkan secara langsung oleh pengarang dalam menggerakkan ide ceritanya. Oleh karena itu, peneliti menganggap bahwa kajian penelitian ini cukup relevan dengan kondisi keseharian masyarakat sehingga menjadikan analisis ini sebagai objek penelitian. Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, dapat dirumuskan sebuah masalah yaitu Tindak Tutur apa sajakah yang terdapat dalam novel 728 hari karya Djono W. Oesman? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mendeskipsikan Tindak Tutur dalam novel 728 hari karya Djono W. Oesman. Ruang lingkup Dalam penelitian ini peneliti fokus untuk menganalisis tindak tutur dalam novel 728 hari karya Djono W. Oeman berdasarkan teori Searle yaitu tindak tutur arsertif, tindak tutur direktif, tindak tutur komisf, tindak tutur ekspresif, dan tindak tutur deklaratif. Karena teori ini terdapat daya ujaran (maksud dan fungsi tuturan), teori tindak tutur itu baru berkembang secara mantap setelah teori yang dikemukan oleh Searle. Teori tindak tutur yang dikembangkan Searle dipandang lebih konkret oleh beberapa ahli. Bagi Searle (l969:16), semua komunikasi bahasa melibatkan tindak tutur. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengetahuan bagi pengajar dan pembelajar dalam kaitannya dengan pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya dalam mengkaji tindak tutur dalam novel. 2. Penelitian ini sebagai bahan informasi kepada pembaca mengenai tindak tutur dalam novel 728 hari. 3. Memberikan motivasi kepada pembaca untuk senantiasa aktif membaca dan memahami tindak tutur dalam novel 728 hari. Definisi Operasional 1. Pragmatik adalah kajian mengenai bagaimana bahasa digunakan untuk berkomunikasi, terutama hubungan antara kalimat dengan konteks dan situasi pemakaiannya. 2. Tindak tutur adalah aktivitas mengujarkan tuturan dengan maksud tertentu.
Jurnal Bastra Volume 3 Nomor 3 Desember 2016
3
Jurnal Bastra
[Tindak Tutur dalam novel 728 hati Karya Djono W. OesmanMusrifa Laila]
3. Novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh. Kata novel berawal dari kemunculan suatu persoalan yang dialami tokoh hingga tahapa penyelesaiannya. KAJIAN PUSTAKA Pengertian dan fungsi bahasa Pengertian bahasa Chaer (2003: 32) menjelaskan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi. Sedangkan Bolinger (Chaer, 2003: 43) menjelaskan bahwa hakikat bahasa adalah bunyi, atau bahasa lisan, dapat kita saksikan sampai kini banyak sekali bahasa di dunia ini, termasuk di Indonesia, yang hanya punya bahasa lisan, tidak punya bahasa tulisan, karena bahasa-bahasa tersebut tidak atau belum mengenal aksara. Dari kedua pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi atau bahasa lisan yang dapat kita saksikan sampai kini banyak sekali bahasa di dunia. Bahasa juga digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengindentifikasi. Fungsi Bahasa Bahasa sudah menjadi bagian dari sistem aksi sosial, sebagai alat komunikasi. Teorinnya tentang enam funsi bahasa, yang menrupakan perkembangan tiga fungsi bahasa dari Buhler, membawa kita pada gagasan semiotis (bahasa dilihat sebagai sistem tanda). Ia mengemukakan bahwa dalam komunikasi kebahasaan kita dapat menggunakan bahasa dengan enam fungsi, yakni fungsi ekspresif, konatif, fatik, referensial, metalinguistik, dan puitik. Teori tentang fungsi-fungsi bahasa ini berasal dari Buhler (dalam Hoed 2008: 30) yang membedakan hanya tiga fungsi, yakni emotif, konatif, dan referensial. Fungsi emotif berorientasi pada pengirim, yakni untuk menonjolkan pikiran atau perasaan pengirim. Fungsi konatif berorientasi pada penerima, yakni untuk menonjolkan tujuan pengirim yang mengingatkan terjadinya pikiran, sikap, atau perilaku tertentu pada penerima. Fungsi referensial memeberikan tekanan pada “hal yang dibicarakan” dalam pesan. Ada dua macam istilah untuk mendeskripsikan fungsi utama bahasa. Pertama, yakni fungsi bahasa yang sifatnya untuk menyatakan isi kalimat saja, fungsi ini disebut fungsi transaksional. Kedua, yakni fungsi bahasa yang melibatkan hubungan sosial dan sikap individu yang dilukiskan sebagai funsi interaksional (Wahab 1998: 54). Pengertian Pragmatik Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi. Pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dan pemakai bentuk-bentuk itu. Menurut leech 1993 dan wijaya 1996 (dalam Syahrul R, 2008: 37) menjelaskan bahwa prgamatik adalah studi kebahasaan yang terikat konteks. Dalam
Jurnal Bastra Volume 3 Nomor 3 Desember 2016
4
Jurnal Bastra
[Tindak Tutur dalam novel 728 hati Karya Djono W. OesmanMusrifa Laila]
hal ini, kajian pragmatik menyangkut makna dalam hubungannya dengan hal-hal yang berkaitan dengan situasi tutur. Menurut Leech (1993:19) menjelaskan bahwa pragmatik adalah imu yang mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi ujar. Menurut Yule (dalam Trisno 2008: 63) pragmatik berhubungan dengan kajian makna yang dikomunikasikan oleh pembicara (atau penulis) dan diinterprestasikan oleh pendengar (atau pembaca). Pragmatik lebih banyak merupakan analisis dari apa yang dimaksudkan seseorang dengan ujaran-ujarannya daripada apa makna dari kata atau frase yang terdapat dalam ujaran tersebut. Jadi, peragmatik adalah kajian tentang makna yang disampaikan pembicara. Tindak Tutur Pengertian Tindak Tutur Menurut Syahrul R (2008: 47) menjelaskan bahwa tindak tutur merupakan salah satu dasar kajian prgamatik. Dalam teori tindak tutur dinyatakan bahwa kegiatan berbahasa ditampilkan dalam bentuk tindak, misalnya bertanya, memberi perintah, dan sebagainya. Tindak tutur adalah sepenggal tutur yang dihasilkan sebagai bagian dari interaksi sosial (Sumarsono, 2014: 323). Leech (1993: 27) berpendapat bahwa sebuah tindak tutur yaitu mencakupi: (1) penutur dan mitra tutur; (2) konteks tutur; (3) tujuan tuturan; (4) tindak tutur sebagai bentuk tindak atau aktivitas dan (5) tuturan sebagai produk tindak verbal. Mujiman Rus Andianto (2013: 25) mengemukakan bahwa tindak tutur mempunyai fungsi yang bersifat purposif, mengandung maksud dan tujuan tertentu, dan dirancang untuk menghasilkan efek, pengaruh, akibat pada lingkungan para penyimak dan para pembicara. Menurut Yule (2014: 81) tindak tutur adalah tindak tutur merupakan tindakan yang dilakukan melalui ujaran atau kegiatan melakukan tindakan mengujarkan tuturan. Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh dapat disimpulkan bahwa tindak tutur adalah aktivitas tindakan dengan menuturkan sesuatu. Misalnya, tindakan mengusir dapat dilakukan dengan tuturan “ Maaf mas, sekarang sudah jam sepuluh” Maksud tuturan ini adalah tindakan mengusir bukan menunjukkan waktu. Bentuk Tindak Tutur Austin (dalam Andianto, 2013: 27) membagi tindak tutur dalam beberapa tindakan yang berhubungan dengan ujaran. Yakni daya lukusioner, daya ilokusioner, dan daya perlokusioner, yang para linguis Indonesia masing-masing biasa disingkat lokusi, ilokusi dan perlokusi. 1. Tindak Tutur Lokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu dalam arti “bermakna” atau tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami. Misalnya, “ibu guru berkata kepada saya agar saya membantunya”. 2. Tindak Tutur Ilokusi adalah tindak tutur yang berkaitan dengan perbuatan dalam hubungannya dengan mengatakan sesuatu. Searle (dalam Rani 2004:161) membagi tindak tutur dalam lima kategori yaitu tindak tutur ilokusi :
Jurnal Bastra Volume 3 Nomor 3 Desember 2016
5
Jurnal Bastra
[Tindak Tutur dalam novel 728 hati Karya Djono W. OesmanMusrifa Laila]
1. Asertif, yaitu tindak tutur yang menjelaskan apa dan bagaimana sesuatu itu adanya. Misalnya memberitahukan, menyarankan, membanggakan, mengeluh, menuntut, melaporkan. 2. Direktif, yaitu tindak tutur yang berfungsi mendorong pendengar melakukan sesuatu, misanya memesan, memerintahkan, memohon, meminta, menyarankan, menganjurkan, menasihatkan. 3. Komisif , yaitu tindak tutur yang mendorong penutur melakukan sesuatu, misalnya, menjanjikan, bersumpah, menawarkan, memanjatkan (doa). 4. Ekspresif, yaitu tindak tutur yang mempunyai fungsi untuk mengekspresikan, mengungkapkan atau memberitahukan sikap psikologis sang pembicara menuju suatu pernyataan keadaan yang diperkirakan oleh ilokusi. Misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memaafkan, mengampuni, menyalahkan, memuji, menyatakan belasungkawa dan sebagainya. 5. Deklaratif , yaitu ilokusi yang bila performasinya berhasil akan menyebabkan korespondensi yang baik antara isi proposisional dengan realitas. Contoh menyerahkan diri, memecat, membebaskan, membaptis, memberi nama, menamai, mengucilkan, mengangkat, menunjuk, menentukan, menjatuhkan hukuman, memvonis, dan sebagainya. 3. Tindak Tutur Perlokusi adalah tindak tutur yang menimbulkan efek atau akibat karena adanya suatu tindakan dalam mengatakan sesuatu. Selain tindak tutur tersebut. Wijaya (1996: 4) (dalam Kurniawan 2008) menjelaskan bahwa tindak tutur dapat dibedakan menjadi tindak tutur langsung dan tindak tutur tindak langsung, tindak tutur literal dan tidak literal. 1. Tindak tutur langsung dan Tindak tutur tidak langsung Secara formal kalimat dibedakan menjadi kalimat berita (deklaratif), kalimat Tanya (interrogative) dan kalimat perintah (imperative). Secara konvensional kalimat berita (deklaratif) digunakan untuk memberitahukan sesuatu (informasi); kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu, dan kalimat perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan atau permohonan. Apabila kalimat berita difungsikan secara konvensional untuk mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak, memohon dan sebagainya, maka akan terbentuk tindak tutur langsung (direct speech). Sebagai contoh: Mira memiliki dua adik. Di mana rumahmu? Ambilkan tas saya! Ketiga kalimat tersebut merupakan tindak tutur langsung berupaka kalimat berita, tanya dan perintah. Tindak tutur tidak langsung (indirect speech act) ialah tindak tutur untuk memerintah seseorang melakukan sesuatu secara tidak langsung. Tindakan ini dilakukan dengan memanfaatkan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang diperintah tidak merasa dirinya diperintah. Misalnya seorang ibu menyuruh anaknya mengambilsapu, diungkapkan dengan “upik, sapunya di mana?” kalimat tersebut selain bertanya sekaligus memerintah anaknya untuk mengambilkan sapu. 2. Tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal Tindak tutur literal (literal speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata menyusunnya. Sedangkan tindak tutur tak literal
Jurnal Bastra Volume 3 Nomor 3 Desember 2016
6
Jurnal Bastra
[Tindak Tutur dalam novel 728 hati Karya Djono W. OesmanMusrifa Laila]
(nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan kata-kata yang menyusunnya. Sebagai contoh dapat dilihat dari kalimat berikut: 1. Penyanyi itu suaranya bagus. 2. Suaramu bagus, tapi kamu tidak yusah menyanyi. Kalimat (1) jika diutarakan dengan maksud untuk memuji atau mengagumi suara penyanyi yang dibicarakan, maka kalimat itu merupakan tindak tutur literal. Sedangkan kalimat (2) penutur bermaksud mengatakan bahwa suara lawan tuturnya jelek, yaitu dangan mengatakan “Tak usah menyanyi”. Tindak tutur pada kalimat (2) merupakan tindak tutur tak literal. Apabila tindak tutur langsung dan tidak langsung diinteraksikan dengan tindak tutur literal dan tidak literal, maka akan tercipta tindak tutur sebagai berikut: 1. Tindak tutur langsung literal (direct literal speech act) Tindak tutur langsung literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraanya. Maksud memerintah disampaikan dengan kalimat perintah, memberikan dengan kalimat berita, dan menanyakan sesuatu dengan kalimat tanya. Misalnya: Ambilkan buku itu!, Citra gadis yang cantik, Berapa saudaramu, Mad? 2. Tindak tutur tidak langsung literal (indirect literal speech act) Tindak tutur tidak langsung literal adalah tindak tutur yang diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud penuturnya, tetapi makna kata-kata yang menyusunya sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh penutur. Misalnya: “Lantainya kotor”. Kalimat itu jika diucapkan seorang ayah kepada anaknya bukan saj menginformasikan, tetapi sekaligus menyuruh untuk membersihkannya. 3. Tindak tutur langsung tidak literal (direct non literal speech) Tindak tutur langsung tak literal adalah tindak tutur yang utarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud dan tuturan, tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya. Misalnya: “sepedamu bagus, kok”. Penuturnya sebenarnya ingin mengatakan bahwa sepeda lawan tuturnya jelek. 4. Tindak tutur tidak langsung tidak literal (indirect non literal speech act) Tindak tutur tidak langsung tidak literal adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat dan makna kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang ingin diutarakan. Untuk menyuruh seorang pembantu menyapu lantai kotor, seorang majikan dapat saja mengutarakannya dengan kalimat, “Lantainya bersih sekali, Mbok”. Klasifikasi Tindak Tutur Searle Teori tindak tutur yang yang dikembangkan Searle dipandang lebih konkret oleh beberapa ahli. Searle menggunakan ide-ide Austin sebagai dasar mengembangkan teori tindak tuturnya. Bagi Searle (l969:16), semua komunikasi bahasa melibatkan tindak. Unit komunikasi bahasa bukan hanya didukung oleh simbol, kata atau kalimat, tetapi produksi simbol, kata, atau kalimat dalam
Jurnal Bastra Volume 3 Nomor 3 Desember 2016
7
Jurnal Bastra
[Tindak Tutur dalam novel 728 hati Karya Djono W. OesmanMusrifa Laila]
mewujudkan tindak tutur. Produksi kalimat yang berada pada kondisi-kondisi tertentu merupakan tindak tutur, dan tuturan merupakan unit-unit minimal komunikasi bahasa. Berdasarkan pandangan tersebut, pada awalnya Searle membagi tindak tutur menjadi empat jenis, yakni (a) tindak ujaran (utterance act), yaitu kegiatan menuturkan kata-kata sehingga unsur yang dituturkan berupa kata atau morfem; (b) tindak proposisional (propositional act), yaitu tindak menuturkan kalimat; (c) tindak ilokusi (Ilocutionary act), yaitu tindak menuturkan kalimat, tetapi sudah disertai disertai tanggung jawab penutur untuk melakukan suatu tindakan; dan (d) tindakan perlokusi(perlocutionary act), yaitu tindak tutur yang menuntut mitra tutur untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Dalam perkembangannya, Searle mengembangkan teori tindak tuturnya terpusat pada ilokusi. Pengembangan jenis tindak tutur tersebut berdasarkan pada tujuan tindak tutur, dari pandangan penutur. Tindak tutur yang pertama-tama dikemukakan oleh Austin (1956) yang merupakan teori yang dihasilkan dari studinya dan kemudian dibukukan oleh J.O. Urmson (1965) dengan judul How to Do Thing with Words? Kemudian teori ini dikembangkan oleh Searle (1969) dengan menerbitkan sebuah buku Speech Acts: An Essay in the Philosophy of Language. Ia berpendapat bahwa komunikasi bukan sekadar lambang, kata atau kalimat, tetapi akan lebih tepat apabila disebut produk atau ahsil dari lambang, kata atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur (teh performance of speech acts). Teori Austin kemudian mendapat kritik dari muridnya sendiri yaitu Searle (1969). Menurut Searle teori yang diajukan Austin terdapat hal yang membingungkan antara verba dan tindakan, terlalu banyak tumpang tindih dalam teori, terlalu banyak heterogenitas dalam kategori dan yang paling penting tidak adanya Klasifikasi yang konsisten. Dari beberapa teori tentang bentuk tindak tutur yang dikemukakan oleh para ahli, peneliti menggunakan teori Searle dalam menganalisis data penelitian. Pengertian Novel Novel (inggris: novel) dan cerita pendek (disingkat: cerpen; inggris; short story) merupakan dua bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi. Bahkan dalam perkembangannya yang kemudian, novel dianggap bersinonim dengan fiksi. Dengan demikian, pengertian fiksi seperti dikemukakan di atas, berlaku juga untuk novel. Sebutan novel dalam bahasa Inggris- dan inilah yang kemudian masuk ke Indonesiaberasal dari bahasa Itali novella (yang dalam bahasa jerman: novella). Secara harfiah novella berarti ‘sebuah barang baru yang kecil’ dan kemudian diartikan sebagai ‘cerita pendek dalam bentuk prosa’ Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2013: 11). Kamus Besar Bahasa Indonesia 1996 (dalam Siswanto 2008 :141), novel diartikan sebagai karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku. Novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh. Kata novel berawal dari kemunculan suatu persoalan yang dialami tokoh hingga tahapa penyelesaiannya. Nurgiyantoro (2013: 4) mengemukakan bahwa novel sebagai karya fiksi menawarkan sebuah dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia
Jurnal Bastra Volume 3 Nomor 3 Desember 2016
8
Jurnal Bastra
[Tindak Tutur dalam novel 728 hati Karya Djono W. OesmanMusrifa Laila]
imajinatif yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsik seperti peristiwa, plot, alut, dan tokoh, dan sudung padang yang kesemuanya bersifat imajinatif. Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsik seperti peristiwa, plot, alut, dan tokoh, dan sudung padang yang kesemuanya bersifat imajinatif. Novel juga diartikan sebagai karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat. METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif merupakan cara mengungkapkan kebenaran yang objektif yang digunakan untuk menggambarkan sejumlah data yang yang diperoleh. Dalam penelitian ini, data yang dikaji dideskripsikan sedemikain rupa sehingga diperoleh gambaran yang utuh mengenai tindak tutur dalam novel yang dijadikan objek penelitian. Jenis Penelitian Penelitian ini tergolong penelitian kepustakaan. Dikatakan penelitian kepustakaan karena penelitian ini didukung oleh referensi baik yang berupa novel maupun sumber buku penunjang lainnya tang relevan dalam penelitian ini. Data dan sumber Data Data dalam penelitian ini adalah berupa kata, kalimat, paragraf yang mengandung tindak tutur dalam novel 728 Hari karya Djono W. Oesman. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah novel 728 Hari karya Djono W. Oesman (Penerbit PT. Melvana Media Indonesia, Depok, Jawa Barat, November 2015, tebal: 336 halaman. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik baca-catat, karena data-datanya berupa teks. Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data adalah membaca novel 728 Hari secara berulang-ulang, dan mencatat kalimat-kalimat yang merupakan penggambaran dari tindak tutur. Korpus Data No Tuturan Konteks Tuturan Jenis Data tuturan
1.
“Badarudin usul. “Baiknya Tuturan Badarudin kepada Tindak kita titipkan kiki ke ibu-ibu sugiarti dalam novel 728 hari. arsertif pengajian, sebelum Nenek Badarudin menyarankan kepada
Jurnal Bastra Volume 3 Nomor 3 Desember 2016
9
Jurnal Bastra
[Tindak Tutur dalam novel 728 hati Karya Djono W. OesmanMusrifa Laila]
datang,” katanya.”
Sugiarti agar kiki dititipkan ke ibu-ibu pengajian, sebelum Nenek datang.
Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan analisis pragmatis yaitu analisis bahasa berdasarkan pada sudut pandang pragmatik (Rustono, 1999:18). Analisis ini untuk menemukan maksud penutur baik diekspresi secara tersurat maupun yang diungkapkan secara tersirat dibalik tuturan. Adapun metode yang digunakan yaitu metode identifikasi. Metode tersebut adalah metode yang dilakukan dengan cara menetapkan suatu jenis tindak tutur. Tindak tutur yang mempunyai kesamaan karakteristik diklasifikasi ke dalam satu jenis tindak tutur, sedangkan tindak tutur yang memiliki perbedaan karakteristik diklasifikasi ke dalam satu jenis tindak tutur yang berbeda. Atas dasar pengujian jenis tindak tutur berdasarkan kriteria pengujian jenis tindak tutur, kriteria tersebut adalah menyatakan perintah, evaluasi, berjanji, pernyataan status atau hal yang baru. Adapun langkah-langka dalam menganalisis sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi jenis-jenis tindak tutur yang terdapat dalam novel 728 hari karya Djono W. Oesman, 2) Mengklasifikasi jenis jenis tindak tutur terdapat dalam novel 728 Hari karya Djono W. Oesman, 3) Menginterpretasi tindak tutur dalam Novel 728 Hari karya Djono W. Oesman, 4) Menyimpulkan hasil penelitian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tindak Tutur Arsertif Tindak arsertif yaitu tindak tutur yang menjelaskan apa dan bagaimana sesuatu itu adanya. Misalnya memberitahukan, menyarankan, membanggakan, mengeluh, menuntut, melaporkan. Dalam kutipan di bawah ini Eva memberitahu dan menjelaskan kepada Ryan tentang lagu yang ingin dia nyanyikan. Berikut kutipannya di bawah ini: Gue mau nyanyiin lagu ini, nih. Coba dipelajari, kata Eva, menyodorkan kaset kepada Ryan. Lagu yang mana, Va? tanya Ryan. The Final Countdown. Jujur, gue belom kenal. Coba kita dengerin. Itu band hard rock Swedia. The Final Countdown album ketiga mereka, dirilis 1986. Album itu laku sepuluh juta copy. Akhirnya Europe mendunia, tutur Eva. (Oesman 2015: 138).
Jurnal Bastra Volume 3 Nomor 3 Desember 2016
10
Jurnal Bastra
[Tindak Tutur dalam novel 728 hati Karya Djono W. OesmanMusrifa Laila]
Pada kutipan di atas termasuk tindak arsertif memberitahukan sekaligus menjelaskan. Adapun konteks tuturannya yaitu Tuturan Eva kepada Ryan dalam novel 728 hari. Eva memberitahu dan menjelaskan kepada Ryan tentang lagu yang ingin dia nyanyikan. Tindak Tutur Direktif Tindak direktif yaitu tindak tutur yang berfungsi mendorong pendengar melakukan sesuatu, misanya memesan, memerintahkan, memohon, meminta, menyarankan, menganjurkan, menasihatkan. Dalam kutipan di bawah ini Kepala Sekolah meminta kepada Eva untuk mengikutinya. Berikut kutipannya di bawah ini: Saya Eva Meliana Santi kelas satu satu. Ibu saya kemarin menghadap bapak kepala sekolah, minta dispensasi. Saya baru sembuh dari rumah sakit. Kata dokter, saya dilarang kena matahari. Sakitmu apa, Eva Meliana Santi? Lupus, Pak. Ikut saya. Kemudian, Eva mengikuti Kepala sekolah (Oesman 2015: 120). Pada kutipan di atas termasuk tindak direktif karena tindak tutur yang mendorong pendengarnya melakukan sesuatu. Dalam kutipan tersebut terbukti pada kata “ikut saya” yang di tuturkan oleh kepala sekolah kepada Eva berarti meminta Eva agar mengikutinya. Kata kepala sekolah tersebut mempengaruhi Eva, kemudian Eva mengikutinya. Tindak Tutur Komisif Tindak komisif yaitu tindak tutur yang mendorong penutur melakukan sesuatu, misalnya, menjanjikan, bersumpah, menawarkan, memanjatkan (doa). Dalam kutipan di bawah ini Ibu Sugiarti memanjatkan doa untuk anaknya eva. Berikut kutipannya di bawah ini: Apakah Eva bisa sembuh Tidak. Kata dokter Usianya baru dua belas… Ya Allah… ampuni dosaku. Izinkan aku menanggung beban sakitnya, Ya Rabb… (Oesman 2015: 48). kutipan di atas termasuk tindak komisif memanjatkan doa karena tindak tutur komisif yaitu tindak tutur yang mendorong penutur melakukan sesuatu. Dalam kutipan tersebut penutur melakukan sesuatu ketika mendengar ucapan dokter yang mengatakan eva tidak dapat sembuh. Tindak Tutur Ekspresif Tindak ekspresif yaitu tindak tutur yang mempunyai fungsi untuk mengekspresikan, mengungkapkan atau memberitahukan sikap psikologis sang pembicara menuju suatu pernyataan keadaan yang diperkirakan oleh ilokusi. Misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memaafkan, mengampuni, menyalahkan, memuji, menyatakan belasungkawa dan sebagainya. Beriku kutipannya di bawah ini: Hahaha… lucu amat. Sakit apaan itu? Kayak nama bintang film.
Jurnal Bastra Volume 3 Nomor 3 Desember 2016
11
Jurnal Bastra
[Tindak Tutur dalam novel 728 hati Karya Djono W. OesmanMusrifa Laila]
Tanggapan: astagfiiir… kejutan bagai menampar wajah sugiarti. Kejutan melegakan. Dia mulai berani mengangkat wajah. (Oesman 2015: 53). Pada kutipan di atas termasuk ekspresif karena Tuturan eva kepada ibunya Sugiarti dalam novel 728 hari. Eva mengatakan Hahaha… lucu amat. Sakit apaan itu? Kayak nama bintang film kemudian Sugiarti menanggapi dengan mengespresikan atau mengungkapkan perasaannya tentang apa yang dikatakan eva dengan mengatakan astagfiiir… kejutan bagai menampar wajah sugiarti. Kejutan melegakan. Dia mulai berani mengangkat wajah. Tindak Tutur Deklaratif Tindak deklaratif yaitu ilokusi yang bila performasinya berhasil akan menyebabkan korespondensi yang baik antara isi proposisional dengan realitas. Contoh menyerahkan diri, memecat, membebaskan, membaptis, memberi nama, menamai, mengucilkan, mengangkat, menunjuk, menentukan, menjatuhkan hukuman, memvonis, dan sebagainya. Berikut kutipannya di bawah ini: Eva cepat ngetop. Gadis payung merah… katanya seorang calon siswa, diikuti tawa lainnya. (Oesman 2015: 126). Pada kutipan di atas termasuk deklaratif mengucikan. Adapun konteks tuturannya yaitu Tuturan seorang calon siswa kepada Eva dalam novel 728 hari. Calon siswa lain mengejek eva denga berikan julukan baru gadis paying merah. Pembahasan Berdasarkan temuan penelitian yang dipaparkan pada bagian 4.1 tentang tindak tutur dalam novel 728 hari karya Djono W. Oesman berdasarkan teori Searle terdapat (1) tindak tutur arsertif, (2) tindak tutur direktif, (3) tindak tutur komisif, (4) tindak tutur ekspresif, dan (5) tindak tutur deklaratif. Tindak tutur dalam novel 728 hari karya Djono W. Oesman pada dasarnya digunakan untuk mengetahui bentuk tuturan yang terdapat dalam novel. Tindak arsertif yaitu yaitu tindak tutur yang menjelaskan apa dan bagaimana sesuatu itu adanya. Misalnya memberitahukan, menyarankan, membanggakan, mengeluh, menuntut, melaporkan. Tindak direktif yaitu tindak tutur yang berfungsi mendorong pendengar melakukan sesuatu, misanya memesan, memerintahkan, memohon, meminta, menyarankan, menganjurkan, menasihatkan. Tindak komisif yaitu tindak tutur yang mendorong penutur melakukan sesuatu, misalnya, menjanjikan, bersumpah, menawarkan, memanjatkan (doa). Tindak ekspresif yaitu tindak tutur yang mempunyai fungsi untuk mengekspresikan, mengungkapkan atau memberitahukan sikap psikologis sang pembicara menuju suatu pernyataan keadaan yang diperkirakan oleh ilokusi. Tindak deklaratif yaitu ilokusi yang bila performasinya berhasil akan menyebabkan korespondensi yang baik antara isi proposisional dengan realitas. Contoh menyerahkan diri, memecat, membebaskan, membaptis, memberi nama, menamai, mengucilkan, mengangkat, menunjuk, menentukan, menjatuhkan hukuman, memvonis, dan sebagainya. Kelima tindak tutur tersebut merupakan teori Searle pada pengklisifikasian pada tindak ilokusi. Tindak tutur ilokusi (illocutionary act) yaitu, tindak tutur yang didefinisikan tindak tutur ilokusi sebagai sebuah tuturan selain berfungsi untuk
Jurnal Bastra Volume 3 Nomor 3 Desember 2016
12
Jurnal Bastra
[Tindak Tutur dalam novel 728 hati Karya Djono W. OesmanMusrifa Laila]
mengatakan atau mengimformasikan sesuatu dapat juga digunakan untuk melakukan sesuatu. Dengan kata lain, tindak tutur yang dilakukan oleh penutur berkaitan dengan perbuatan hubungan dengan menyatakan sesuatu. Tindak tutur ilokusi berkaitan dengan nilai yang ada dalam proposisinya. Pada umumnya novel dikembangkan dalam bentuk narasi dan dialog untuk membuat novel lebih hidup. Percakapan di dalam novel juga merupakan tindak tutur. Denga demikian, melalui tuturan yang dalam novel 728 hari karya Djono W. Oesman kita dapat mengetahui tema dan amanat dalam novel tersebut. Tema adalah gagasan pokok yang mendasari suatu cerita sedangkan amanat adalah sesuatu yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Tema dalam novel 728 hari karya Djono W. Oesman yaitu Tentang perjuangan hidup seorang wanita yang tak pernah menyerah melawan penyakit Lupus. Sedangkan amanat dalam novel 728 hari karya Djono W. Oesman yaitu jangan pernah menyerah walaupun itu dalam keadaan sesulit apapun. Relevansi Hasil Penelitian dengan Pembelajaran Bahasa Indonesia Di sekolah Tindak Tutur dalam novel 728 hari karya Djono W. Oesman relevan dengan Pembelajaran berbicara karena itu penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar bahasa Indonesia. Dalam proses pembelajaran, hasil penelitian dapat digunakan untuk membatu pembelajaran keterampilan berbicara, sehingga tuturan dapat diterapkan untuk mempermudah interaksi belajar mengajar. Dengan adanya penelitian tentang tindak tutur ini, guru bahasa Indonesia mengetahui tentang bidang kajian pragmatik yang dapat dimasukkan ke dalam kurikulum pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya dalam keterampilan berbicara. Hasil penelitian ini bagi pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dapat dijadikan sebagai wawasan serta pemahaman mengenai tindak tutur dalam novel 728 hari karya Djono W. Oesman. Tindak tutur merupakan aktivitas mengujarkan sesuatu dengan maksud tertentu. Hal tersebut bertujuan agar tidak terjadi kesalahan pemahaman antara penutur yang dikarenakan maksud tuturan tidak tersampaikan. Berkaitan dengan pembelajaran bahasa khususnya pragmatik, hasil penelitian ini digunakan sebagai materi ajar pembelajaran. Hasil penelitian ini diharapkan para siswa atau mahasiswa dapat memahami tentang bentuk dan fungsi tindak tutur. Agar penelitian ini dapat menyatu dan relevan secara tepat dalam kehidupan khususnya bagi siswa sekolah, harusnya para guru baha Indonesia yang selalu berhadapan dengan peserta didik harus memahami benar bahwa tujuan akhir pengajaran bahas adalah agar para peserta didik terampil berbahasa. Salah satu aspek keterampilan bahasa yang sangat penting peranannya dalam melahirkan generasi penerus bangsa yang cerdas, kreatif, dan berbudaya adalah keterampilan berbicara. Dengan menguasai keterampilan berbicara, peserta didik akan mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara cerdas melalui sebuah tuturan yang disesuaikan dengan konteks dan situasi dimana penutur sedang berbicara. Salah satu upaya untuk meningkatkan semua keterampilan tersebut adalah dengan menghadapkan peserta didik secara langsung pada bentuk-bentuk karya sastra, dalam hal ini novel. Upaya tersebut akan menumbuhkan sikap menghargai hasil karya sastra
Jurnal Bastra Volume 3 Nomor 3 Desember 2016
13
Jurnal Bastra
[Tindak Tutur dalam novel 728 hati Karya Djono W. OesmanMusrifa Laila]
sehingga akan membawa peserta didik menuju ke tingkat kemampuan apresiasi sekaligus pemahaman pemakaian bahasa yang memadai. Novel merupakan salah satu karya narasi yang mempunyai banyak fungsi, selain sebagai bentuk hiburan, novel juga merupakan media komunikasi untuk menyampaikan pesan dari penulis kepada pembacanya. Tentulah sebuah novel mengandung percakapan-percakapan untuk mentransformasikan sebuah cerita secara utuh. Percakapan-percakapan antartokoh yang terdapat dalam novel terlahir dan terinspirasi dari fenomena-fenomena pembicaraan di lingkungan sebenarnya. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada IV mengenai tindak tutur dalam novel 728 hari karya Djono W. Oesman berdasarkan teori Searle terdapat lima tindak tutur yaitu tindak arsertif, tindak direktif, tindak komisif, tindak ekspresif, tindak deklaratif. Saran Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan masukkan dan panduan bagi para penulis untuk menulis suatu karya sastra novel agar dapat menggunakan bahasa dengan baik sehingga para pembaca dapat menikmati isi dari cerita secara baik. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan bahasa Indonesia khusus untuk bidang kajian pragmatik dan semoga hasil penelitian ini juga dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan, dan dapat menjadi acuan atau bandingan untuk penelitian yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA Andianto, Mujian Rus. 2013. Pragmatik Direktif dan Kesantunan Berbahasa. Yogyakarta: Gress Publishing. Chaniago, Sam Mukhtar, dkk. 2001. Pragmatik. Jakarta: Universitas terbuka. Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hoed, Benny H. 2008. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: Komunitass Bambu. Kurniawan. 2008. Jurnal Tindak Tutur: http://www.google.com/search?q=kurniawan+2008+jurnal+tindak+tutur&clie nt= http://awan80.blogspot.co.id/2008/07/tindak-tutur.html. Diakses Kamis tanggal 15 Desember. Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia. Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Oesman, Djono W. 2015. 728 Hari: Ibu Jembatanmu Menuju Surga. Jawa Barat: PT Melvana Media Indonesia. Rani, Abdul, dkk. 2004. Analisis Wacana. Malang: Bayumedia Publishing.
Jurnal Bastra Volume 3 Nomor 3 Desember 2016
14
Jurnal Bastra
[Tindak Tutur dalam novel 728 hati Karya Djono W. OesmanMusrifa Laila]
Rustono. 1999. Pokok-Pokok Pragmatik. Semarang: IKIP Press. Searle. 1969. Speech Acts An Essay in The Philosophy of Language. Cambridge: Cambridge University Press. Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT Grasindo. Sumarsono. 2014. Sosiolingustik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Syahrul R. 2008. Pragmatik Kesantunan Berbahasa. Padang: Universitas Negeri Padang Press. Trisno, Edi. 2008. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra: Prinsip Kerja Sama Dalam Percakapan Mahasiswa. Wahab, Abdul. 1998. Butir-Butir Linguistik. Surabaya: Airlangga University Press. Yule, George. 2014. Pragmatik. Yogyakarta: Oxford University Press.
Jurnal Bastra Volume 3 Nomor 3 Desember 2016
15