TTANGUNAN
TIK DAN IBAHAN TIK
I.
H llAMr4t
\ qi
I$lgr rrurr. r.rlir,r
liirii' ,l,i: ..rirl
i
fll I
,"
/\r! rJNr tjr( yAy/-\sAlf.r oBcE ir.droNEsrA DAN /rt'ilt ri\,, il Mt, il Mt, sostAL t-JNl\1Fi-13':uAS IND0NESIA l llr trilil l' l Cl(r1t\il[DlA ..lAKAffiT.ri I rl rr r )r
I
;,'i
propagandis nasionalis, kedaerahan di Indonesia, rasialisme di Malaya, di India dan kesukuan di Nigeria dalam dimensi politiknya bukanlah terutama warisan politik kolonial divide et impera, melainkan adalah akibat pergantian suatu rezim kolonial oleh suatu negara kesatuan yang bebas, berakar dalam masyarakat dan mempunyai tujuan yang jelas. Meskipun ikatan-ikatan primordial adalah hasil perkembangan sejarah yang khas dilanjutkan (kadang-kadang dipadamkan) oleh pemerintah
BabII
lingnrisme
kolonial, ikatan-ikatan itu adalah bagian yang tak terpisahkan dari proses pembinaan suatu masyarakat potitik serta kewarganegaraan yang baru.
,
I
PENGERTIAN PEMBANGUNAN POLITIK *) Oleh Luctan W. Pye Irrrnra Ilmuwan senantiasa lebih dekat pada dunia kepala-kepaia berita
,tr :;rrratkabar-suratkabar daripada yang diduga oleh para ilmuwan itu , n(liri atau pun oleh orang-orang awam. Makin meningkatnya minat ,,t,,r
t,,nlmus kebijaksanaan umum, bqJ
Kea,l,".an
mencerminkan kenyataan ini, seperti juga kata-ki:".+ 1,an(-r rita 1,, kai untuk membicarakan masalah-masalah pembang,unari. tlahasa dari dunia kebijaksanaan umum senantiasa berubah-ub.rh oleh l,,rrena perhatian baru menghasilkan peristilahan-peristilahan banr. I'l,rrnun dalam bahasa politik, dimana penggmnaan slogan menjadi ukuran ,lr,rlog-dialog samaran, kelancaran dalam penggnrnaan pernyataant,,,rnyataan baru jarang sekali menandakan kemajuan dalam pemikiran. Ii,rrlang-kadang istilah-istilah baru menandakan adanya kesadaran akan ,, 1(d,rang r
r,.esaiah-masalah baru; tetapi kebanyakan istilah-istilah baru hanya rrr,:nunjukkan perasaan frustrasi menghadapi situasi yang tak dapat ,lrpahami. Bilamana bahasa politik bemsaha memmuskan secara umum
I,cadaan kehidupan manusia kontemporer,
ia
biasanya peka pada
1rr-rrdsddrl-pBrasaan harapan, kecemaSan atau frustraSi yang merupakan lr,rgiar yang tak terpisahkan dari kekhilafan otak dalam berpacu Ci muJrir ,rtau tertinggal di belakang laju perubahan nyata. Dalam usatra lncucair rcmpat berpijak yang netral, pengamat politik mau tidak mau menghi,riapi ,ilema persoalan di satu pihak tak dapat menghindarkan ql.irj rlari l,emakaian istilah-istilah populer dan di lain pihak tak ilaj)ar rnenggunakannya sebagai bagian dari latihan intelektual yang rn-atanr l ri;.*n lr:rmat. Dan meskipun pengamat politik sadar bahwa srlat silat
l
r Judul asli : Lucian W. Pye, Aspects of Political Development, Ch. II.
t4
{.
5
I5
Semua masalah ini sangat relevan dalam usaha mencari makna melalui pembahasan tentang apa yang sedang atau sehamsnya terjad-i di
negara-negara.miskin dan lemah
di
dunia, rselama,sepuluh tiihun
belakangan ini, minat terhadap nasib bangsa-bangsa baru, yang meluas di selumh dunia, telah menghasilkan berpuluh-puluh istilah. Beberapa dari istilah-istilah ini rnewakili aspirasi negarawan, beberapa Iagri adalah ucapan-ucapan muluk dari para politisi lihay, dan beberapa lagi hanyalah pemfiruS&rl kembali oleh orang-orang yang merasa bahwa mereka berbicara soal-soal yang tinggi. Akrbatnya ialah bahwa studi mengenai masalah-masalah masyarakat sedang berkembang penuh dengan penggunaan istilah-istilah yang amat kendor sehingga komunikasi yang jelas dan tertib sulit dicapai. Kita dapat ,melihat sekarang bagaimana perlunya orang menggunakan istilah-istilah yang demikianoptimis danpenuh harapan seperti "sedang berkembang" dan "tumbuh" untuk meinbahas situasi suram di negara-negara yang dengan, :susah payah mempertahankan persatuan nasional, yang pemerintahannya rapuh dan tua, dan yang penduduknya lebih cepat menambah, jumlahnya daripada meningkatkan kesejahteraannya. Pemilihan istilah dalam analisa rnengarah pada ramalan yang mungkin
bertentangan dengan prediksi yang hendak dicapai melalui analisa
obyektif. Keadaanini bagian terbesar dapat dimaklumi dari kenyataan bahwa kita sedang:'bergumul dengan niasalah-masalah baru yang berdimensi penuh krisis; bila keadaan gawat, tata-tertib jarang seliail dapat dipertahankan. Dirasa ada keperluan untuk langsung menangani masalah nyata daripada menertibkan soal istilah dan kata-kata. Di lain pihak, cara lain untuk menilai situasi seperti itu ialah bahwa para ilmuwan yang dengan sendirinya harus menjadi pembina pemikiran dan komunikasi teratur ternyata sama sekali tidak siap menghadapi tuniutan-tuntutan sejarah seusai perang. Dalam hal ini ada baiknya kita pisahkan semua pemikiran dan gagasan yang bertentangan dan yang bertimpang-tindih seperti yang sering dijumpai dalam tafsiran-tafsiran umum maupun para ahli tentang apa yang rnerupakan unsur-unsur pembangrunan pdlitik. Meskipun sekarang bagrian terbesar dari kebingnrngan sekitar hal ini sudah reda dan sudah nampak adanya penerirnaan umum mengenai pentingnya memahami hakekat Bembangmnan politik, masih ada cukup banyak kekaburan dan samar-samar dalam penggmnaan istilah "pembangunan politik".
Aneka Ragam Perumusan ' Olbh sebab itu barangkali ada faedahnya memperinci beberapa dari
ti-arti yang' membingrungkan sehubr.lngan,+ denqan.,,.r per[y_atailr ''lrcmbangrunan politik". Maksudnya bukanlah: untuk' menyetujui,.atau rrrr:nolak perumus;rn-perumusan tertentu, rirelainkan untuk menjelaskan kuadaan semanllik yang membingmngkan itu dan yang dengan iendiiinya rrurngharnbat pengembangan teori serta menurunkan tujuan-tujiian kcbijaksanaan umum, i. ir r
I
Penbanqtnan Poiitik sebagai Prasyaral Politik untuk Pembangrnan
l,'konomi
Tatkda untuk pertama kalinya perhatian dipusatkan pada masalahrrrasalah pembangnrnan ekonomi dan perlunya merubah perekonomian
r;ratis menjadi perekonomian yang danat meJqicur sen$iri, para ahli
r,konomi segera menunjukkan betapa kondisi-kondisi sosial dan politik rlapat memainkan peranan yang menentukan dalam menghambat atau rnemperlancar kemajuan pendapatan per kapita. Oleh sebab itu wajariah
politik dipandang sebagai keadaan
kalau.
masyarakat
l,oiitik secara oper
,'cnderung mengarah pada segi-segi negatif. Sebab adalah lebih mudah rrntuk lebih cSxmat mengefilJ5aTa'irR:ana pres@
alkarr-pemTa-rrgunan:ekonomi
nmngkin menghambat atau
,laripada menj6las rn ekonomi. Kenyataan ini tidak dapat dibantah'sebab ditinjau diri segri dalam' anelgllaqamsiltem terjadi dalam'aneka-raoam slstem ekonomi telah terlail r\,,jarah, rltrjarah, pertumbuhan ekonoml
aneka-ragam jenis kebijaksanaa" ffi"il-rrlGTtilat ,litsffi-puF-.-Hal-iii membawa kita pada keberatan lain yang lebih serius, r,rlah bahwa pandangan tentanq pembangnrnan politik yan-g--aEmikiar rrtlak memusatkan perhatian pada satu kerangka teori atas dasar ,r;sumsi-assumsi yang sama. Oleh karena pandangan yang demikian trdakiah berbeda dengan pertimbangan apakah suatu pemerintahan rrenempuh kebijaksanaan yang bijak dan rasional dipandang dari segi
lolitik dengan
,,|
lrr:rtimbangan-pertimbangan yang lebih mendasar tentang dasar-dasar
|
) Studi-srudi yang kurang-lebih menempuh pendekatan semacam ini adalah Paul A. Baran, The Political Economy of Growth (New York : Monthly Review Press, 1957); Norman S. Buchanm and t{oward Ellis, Approaches to Economic Development (New York : The Twentieth Century Fund, I955); Benjirmin Higgins, Economjc Development: Principles, Prob)ems and Polcjes (New York : w.w. Nortqn, I959)i Albert O. Hirschman, The strategy of Economic Development (New Haven: yale UnivArsity Press, 1958); Bartlara Ward ?ire Rjcl Natjons and the Poor Nations
(London: Hamis Hamilton, 1962).
I6 t7
dari organisasi masyarakatrdan, prestasi :keseluruhan dari; masyarakat
yang bersangkutan. Masalah-masalah pembangrunan politik akan berbeda
*"ol"h-*"salah khusus pembangirnan ekonomi yang dihadapi *"ri"*, .. masing-maslng negara. Kesulitan lain'., mengenai.' pandangan .pgmbangruRan politik yang
demikian telah makin nampak selama sepuluh tahun belakangan ini, yaitu prospek pembangrunan ekonomi yang makin suram di banyak negararnegara miskin. lPerekonomian suatu masyarakat berubah lebih lambat dari taia susunan politik. Di banyak negara pertumbuhan ekonomi -- apalaqi.,pembangrunan industri tak munqkin akan terjadi dalam
jangka waktu hidup generasi'kita meskipun akan cukup banyak perubahan p9-li!iB.r,:Iqt.!g menurut pengertian-pengertian lain dapat iibenarkan. mejndipit .sebutan pembangnrnan politik.z) Akhirnya, ada pula keberatan yang mengajukan bahwa di bagian
terbesar negara-negara terbelakang orang mengutamakan hal-hal yang lebih daripada sekedar, kemajuan material; mereka amat mempe:hatikan persoalan pembangnrnan politik-terlepas dari akibat-akibatnya terhadap iaju pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, menghubungkan pembangrunan politik hanya dengan peristiwa-peristiwa ekonomi hanya akan mengenyampingkan hql-hal yang jauh'lslihrpenting diSegara-negara
2.
Pemba4gwan Pplitik sebagai Kehidupan PitL#ik khas MasyarakatMasyarakai Industri 'Pengertian populer kedua tentang pembangnrnan politik, yang juga erat bertalian dengan pertimbangan-pertimbangan ekonomi, berkisar pada
pandangan abstrak tentang ciri khas kehidupan politik dalam masyarakat-masyarakat industri dan perekonomian maju. Assumsinya ialah bahwa kehidupan masyarakat industri mewujudkan kurang Iebih suatu jenis kehidupan politik tertentu yang dapat ditiru oleh masyarakat m€ulapun, baik yang sudah memiliki tingkat industri tertentu maupun yang belum. Menurut pandangan ini, masyarakat-masyarakat industri, baik yang demokratis maupun yang bukan demokratis, menciptakan rangkaian
ukuran tertentu mengenai tingkah laku dan prestasi politik yang menghasilkan keadaan pembangunan politik dan yang menjadi
lrilrcontohan tentang tujuan-tujuan pembangfunan bagn sistem-sistem lainnya.s) 'l,ulitik lleberapa-ciri khas tentang pembanglrian politik menjadi p.lA;"h trrrtrkah laku pemerintahan yang "rasional" dan "bertanggungjawabl di rlntaranya ialah : penghindaran dari tindakan-tindakan liar, ya4g 1 tongancam kepbntingan-kepentingan tertanam dari golongan-golongin n
r.rsyarakat penting; rkesadaran secukupnya akan batas-batas'kedaulatan
lrt-rlitik, penghargaan terhadap nilainilai administratif yang tertib dan rrosedur-prosedur, hukum' pengakuan bahwa politik adalah mekanisme rrntuk memecahkan masalah-masalah dan bukanlah sualu tujuan lursendiri, penekanan pada prognam-proSr?m kesejahteraan, dan ,rkhirnya pengakuan akan suatu bentuk,tertentu dari partisipagi masa, I
:t
Pembanrynan Politik sebagai Modernisasi Politik
Pandangan bahwa pembangnrnan politik adalah kehidupan khas atau kchidupan ideal dari masyarakat industri berpadu erat dengan paudancan lrahwa pembangmnan politik adalah sama dengan modernisasi politik. Negara-negara industri adalah pencipta-pencipta mode dan peloporlrolopor dalam hampir setiap kehidupan sosial dan ekonomi, sehingga wajarlah bila banyak orang menduga dan mengharapkan hal yang sama lrerlaku pr:la di bidang politik. Akan tetapi justru penerimaan yang terlalu r;ederhana akan pandangan inilah yang menggrusarkan para pendrilnurg kenisbian kebudayaan, yang mempersoalkan kebenaran menyamakan c:i-ciri masyarakat industri (Barat) dengan ciri-ciri yang berlaku untuk :iemua sistem politik secara kontemporer dan universal. Sunggnrh pun demikian, dalam perkembangan sejarah dunia dapat pula ditelusuri pertumbuhan beberapa kebiasaan maupun nonna-norrna sosial yang telah menyebar luas ke seluruh pelosok dunia dan yang oleh orang pada umumnya diakui hams diterima oieh setiap pemerintahan yang lrrgiu
dihargai. Banyak dari ukuran-ukuran tadi memang berasal dari pertumbuhan masyarakat industri dan dari perkembangan pesat ilmu dan teknologi, meskipun sebagian besar kini sudah memiliki dinamikanya sendiri. Partisipasi masa, umpamanya, mencerminkan kenyataankenyataan sosiologis kehidupan masyarakat industri, tetapi telah luga
dipandang sebagai hak mutlak dalam semangat jaman masa kini. Prinsip-prinsip lain seperti tuntutan akan hukum yang universal, penghormatan atas kemampuan daripada keturunan serta konsep-konsep
dan "System, tarpa tanggal.
Z,:.Irihat. David Apter,
3.
Walt W. Rostow menekankan pentingmya hubungan-hubungan antara tahap-tahap ekonomi dengan bentuk-bentuk organisasi politik dalam The Stagies of Economic Grcwth (Cambridge, Cambridge University Press, 1960); dan dalam The Process of Economic
Growth (New York : W.W Norton. 1952).
l8 t9
runum tehtang'k6adilan:dan.,kewargane'-garaan
kini sudah
mendadat
tempat ai a]as kebudayqan,,,t"rt l i"r"r," ih, *;6l"h apabita pnnslp-pnnsip umum tadi'sudah menjidi bagian, dari-ukuran-ukuran universal kehidupan politik modern.a) Pertanyaan yang segera timbul adalah apakah yang merupakan bentuk
dan apakah yan9, merupakan isi dari pandangan ini mengenai pembang'unan politik. Apakah ukuran pembangnrnan itu adalah
kemampuan bangsa melengkapi dirinya dengan alat-alat kebudayaan modern seperti pirrtai-partai politik, administrasi negara yang rasional d.an badan-badan perwakilan rakyat? Jika demikian, masalah etno-sentrisme akan menjadi sangat relevan, karena lembaga-lembaga tadi memang memiliki'ciri-ciri kebudayaan Barat. Di tain pihak, ."*d"iny" ukuran itu dipusatkan pada prestasi beberapa fungsi substantif, timbul persoalan baru. sebab, ditinjau dari sejarah, semua jenis sistem politik telah melakukan fungsi-fungsi yang diharapkan dari lembaga-lembaga modern dan Birrat. Jadi, apakah yang membedakan sesuatu lebih atau kurang "maju"?Jelaslah bahwa masalah pembangpnan politik jika semata-mata - kesulitan ditinjau sebagai modernisasi politik menghadapi dalam membedakan apa yang "Barat" dan.apa -yang "modern',. Beberapa ukwan tambahan rupanya hams ditambahkan sekiranya pembedaan itu hendak
diikhtiarkan. 4. Pembanganan Politik sebagai Operasi Negara-Kebangsaan Untuk sebagian, beberapa dari keberatan di ataq,{4pat ditampung oleh pendapat bahwa pembangrunan politik terdiri dari organisasi kehidupan politik dan prestasi fungsi-fungsi politik sesuai dengan ulqrran-ukuran yang diharapkan dari suatu negara-kebangsaan. Menurut pandangan ini ada assumsi bahwa secara historis telah ada bermacam-macam jenis sistem politik dan setiap kelompok masyarakat memiliki corak politiknya masing-masing. Akan tetapi dengan tumbuhnya negara-k"t*g"""n modern ada serangkaian persyaratan tentang politik yang timbul. Bila suatu masyarakat hendak berprestasi sebagai suatu negara modern, maka
lembagra-lembaga dan tingkah-laku politiknya harus menyesuaikan diri dengan persyaratan kemampuan neg.ua. politik kerajaan-kerajaan lama, 4. Beberapa ilmuwan telah berusaha menyrsun indikator-indikator sosial dar ekonomi serta menghubungkarurya dengan pembangnrnan politik, terutama dengan pembinaan demokrasi. Lihat terutama James s. coleman. "The political systems oithe lieveloping Areas," dalam Gabriel A. Almond dan James s. coleman, eds., ?fte politics of the Developing Areas (Princeton: Princeton university press, lg60); seymour Martin Lipset, "some slructure Requisites of Democracy : Economic Devetopment and political Legrtulacy," Ameican Political Science Reuiew, LIII, No. I (March l9S9) 69_105; Karl W. Deutsch, "social Mobilization and political Developmenq" Ameican political science Review, Vol. LV, No. 3 (September lg6l).
lrrrr:;yrrr.rkat kesukudn dan marga atau'jajahan hams r.tenEalahpadiitj:bnis
k
yang diperlukan - untuk menghasilkan, ne9ara-kebangsaan yang ,,lllri.rr rlan yang dapat bertahan secara dffektif 'dalam suatu,''sistem 1 : '- ::i' lintil/rilrit negara-negara kebangsaan lainnya-
1,,,1
tr
r
l,r,
II
I
bang[man politik menjadi suatu proses' melalui mana masyarakat-
rrrarryarakat yang merupakan negara-kebangsaan dalam bentuk "dan negara-kebangsaan dalam I rt:r r lirs&rkdfl pengakuan internasional menjadi
yang sesunggruhnya, Tegasnya, hal ini rnelibat soal pembinaan FEilr{unpuan memelihara tingkat ketertiban umruTt tenentu, soal lrrl(l(,rahan Sumber-Sumber dalam Usaha-uSaha berSama serta soal ,*,1r[)uat serta memenuhi secara efektif beberapa jenis ikatan-ikatan pertama, 1s11r'rlasional. llkuran pembangrunan politik akan terdiri dari: pemerintahan negara dan lembaga-lembaga, 1rrr111;1pf3an serangkaian kedua, dan prasarana ne$orl.kebangsaan; dari bagian yrrtrrl rrrefupdkan politik fenomena daripada kehidupan dalam tertib grt'rrryataafl secara politik r,a,rr,,nalisme. Dengan perkataan lain, pembangunan politik adalah lembagra-lembaga kerangka yang dalam dijalankan rr's;r()lallsme
fil
il
l,,,rrlq&faarl.S)
Atlalah amat penting untuk ditekankan,bahwa ditiniau dari sudut pentinq'tetapi jauh dari t!1rn(langan ini, nasionalisme adalah persyaratan rrr,'rrr:ukupi gRma mengadakan pembangrunan politik. Pembangiunan rrrr,lrbatkan masalah menterjemahkan perasaan-perasa;m nasiOnalisme di 1,,11111 meluss dan tak teratu menjadi semanqat kewarganegaraan, ,i,r I I )ing penciptaan lembaga-lembaga kenegaraan yang dapat menterr r
r.rhkall aspirasi-aspirasi nasionalisme dan kewarganegaraan menjadi pembangrunan politik i ;upr"n"* dan progfram-program. Singkatnya, ,r, l,rlah pembinaan bangsa. t; pembanqman Politik sebagai Pembangrunan Administrasi dan llukum. lrka kita bagi pembinaan bangrsa ke dalam pembinaan lembagalrr111r"n" dan pembinaan kewarqanegaraan timbuilah dua pengertian jumpai. Sesunggruhnya, pengertian l,r.nrbangTun6ut politik yang sering kita I'ilnrbangunan politik sebagai pembangnrnan organisasi mempunyai yang nr ,t, rrah yanll lama dan menekankan kebenaran dari falsafah kolonial perhatikan seiarah dari ,,,1,,k liberi. Sebab sebagaimana kita dapat pokok l,,,rrqaruh Barat terhadap bahagian dunia lain, salah satu tema 1r,r
r
c
I
lr
r
l,r,rrdekatalr seperti ini terdapat pada K.H. Silvert, E;rpectant Peoples
: Nationalism and
r,'velopment(NewYork: Rarl-domHouse, 1964);Edward Shils, PofiticaJDevelopmentinthe rv,,wsrires (The Hagrue : Mouton, 1962); dan Wil[arn McCord The springlime of Freedom: ltvolution oi pevetophlg Societies (New York : Oxford University Press, 1965). t
20
2l
adalah kepercayaan orang-orang Eropa bahwa dalam membina masyarakat-masyarakat politik adalah mutlak urtuk menciptakan tata-susunan administrasi dan tata-susunan hukum. Teori ini memperkuat teori-teori masa kini yang menyatakan bahwa pefibinaim birokrasi ydnEeffektif adalah pusat dari proses pembang'unan. Menumt pandangan ini pembangrunan administrasi erat berkaitan dengan menyebarnya cara berfikir rasional, makin kuatnya pengertian-pengertian hukum, dan sekuler-,serta makin besarnya andil pengetahuan keahlian dan pengetahual,i teknis. dalam menentukan penyelesaian masalah-masalah kemasyarakatan.6) Dengan sendirinya;,1ix6a satu pun negara yang dapat dipandang t'telah membangmn" kalau negara itu samasekali tak sanggmp mengendalikan
dengan effektlf mqsalah.masalah kemasiarakatan. Lazimnya. negaranegnrabaru yang mempunyai lembaga.lembaga administratif yang cakap sanggup melangani banyak masalah. Di lain pihak, administrasi saja
tidaklah cukup. Malahan kalau administrasi terlalu dipandang amat penting, ketimpangan-ketimpangan dapat timbul dan menghambat pembangmnan masyarakat, Lebih khusus lagi, pengertian pembangunan
administrasi sebagai sekedar perbaikan administrasi akan mengabaikan persoalan pembinaan kewarganegaraan dan partisipasi rakyat, dua hal yang. mempakan ciri=ciri pembangnrnan politik.
6.
Pembangrunan Politik sebagai Mobilisasi lt{asa dan Partisipasi
Segi iain dan pembangiunan politik terutama Ubrkisar pada peranan warqanegara serta ,ukuran-ukwan baru di bidang kesetiaan ,dan partisipasi rakyat. Mudah dimaklumi f$wa di beberapa negara bekas penjajahan, pandangan yang menonjol tentang pembangrunan politik adalah sebagai corak kesadaran berpolitik dirqana para bekas rakyat terjajah berubah menjadi warganegara yang aktif dan penuh dengan
cita-cita.
Di beberapa negara pandangan demikian ditarik sedemikian jauhnya sehingga segi-segi effektivitas dan demonstrasi masal dari politik masa menjadi satu-satunya tujuan; para pimpinan dan wargEnegara merasa bahwa mereka mengajukan pembangrunan nasional melalui intensitas dan
seringnya perasaan politik masa dalam demonstrasi-demonstrasi yang dilakukan. Sebaliknya, beberapa negara yang sedang menjalankan kemajuan secara tertib dan effektif akan merasa tidak puas apabila Theory of Social and Economic Organization diterjemahkan oleh A.M Ta.lcott Parsons (Glencoe : The Free Press, I947); Joseph LaPalombara, ed.,
Political Development (Princeton: Princeton.University Press,
1964).
11r{rr.tl(rr
merasa bahwa tetangga-tetanqgdnyh sedarig majfigalarhi
Mr,nrrrut pandangan bagian ,terbesaf orang; pembangnrnan ,piilitik
irrr{rlirnq melibat peningkatan partisipasi rakyat, akan tetapi adalah rq membedakan kondisi-kondisi yang memungkinkan peningkatan I'r, l;*cara rril h;storis di negara-negara Barat dimensi pembangmnan politik rrrr ilrat bertalian dengan perluasan hak inemilih darr diperkendlkannya ililrirrr-unsur bam dari rhasyarakat ke dalam proses politik. proses 1,,rr risipasi masa'ini mengakibatkan perluasan pengambilan keputusan, ,l,rrr partisipasi berpengaruh pula pada masalah pilihan dan keputusan. Alr;rrr tetapi di beberapa neqara baru, panisipasi masa tidak benalian rl.rrclan proses hak memilih dan hak dipilih, melainkan menjadi berttuk r rr r r
I r,rr u dari gejala sambutan masa terhadap manipulasi golongan elite. Harus ,lr,rkui bahwa partisipasi terbatas seperti itu memainkan peranan dalam t,r'nrbinaan bangsa karena turut menciptakan kesetiaan-kesetiaan dan I rr,r f,sddn yang baru.B) Oleh sebab itu, sekali pun proses partisipasi masa adalah bagian yang
t,,.rrlingr
dari pembangunan politik, proses itu penuh dengan bahaye-
lr,rhaya emosionalisme steril atau demagogi yang merusak, keduanya r l,rpat menghisap habis kekuatan masyarakat. Masalahnyaialah persoalan
kl,rsik tentang mencari keseimbangan antara aspirasi rakyat dan . kctertibar umum; ituiah masalah dasar demokrasi.s)
,
Pembangrunan Politik sebagai Pembinaan Demokrasi
ini membawa kita pada persoalan pandanga4 bahwa rrnbangunan politik adalah atau seharusnya sama dengan diciptanya l*.rtraga-lernbaga dan praktek-praktek demokrasi. Dalam pandangan lr,rrryak orang tersimpul assumsi bahwa pembangmnan politik yang r;rurgrg'uh-sunggnrh mempunyai arti adalah pembinaan demokrasi. Matah Scmua
1,r
l,rhat terutama clifford Geertz, ed., o/dsociefies axd Ivewstares (New york : Free press of (;lencoe, 1963); Ruper Emerson. From Empire to Nation(cambridge : Harvard university l'ress, 1960); Bert F. Hoselitz, ed., rfte progress of underdeveriped Areas (chicago : tlrliversity of Chicago Press, IgS2).
llntuk suatu pembahasan yang mendalam tentang masalah persamaan
dan l<ewarganegaraan dalam masyarakat-masyarakat transisi, lihat Lloyd Fallers, "Equality, Modernity and Democracy in the New States," dalam Geertz ed., op. cif.; S.N. Eisenstadt, ''tlreakdown of Modernization," Economic Development and cultwal change, vol. xI No. 2 fluly 1964): dan Edward Shils, "The Concentration and Dispersion of Charisma: 'l'heir Bearing upon Economic Policy in Underdeveloped countries", world politics,yol. Xt, No. I (October 1958) l;dward Shils, "Demagogues and Cadres in the Potitical Development of New States", in Lncian W. Pye, ed., Communications and Political Development (Princeton:Prinddon
llniversity Press, I963). 22 23
ada orang yang bersikeras mengemukakan persoalan ini secara terbuka dengan mengajukan bahwa pembangrunan hanya bermakna dalam bentuk salah satu ideologi, apakah itu demokrasi, komunisme atau totaliterisme. Menurut pandangan ini, pembangrunan hanya dapat bermakna dalam arti
memperkuat, kerangka nilai-nilai tertentu, Berpura-pura bahwa keadaan ini dapat dihindarkan hanyalah merupakan penipuan diri sendiri.Io) Sekalipun adalah segar untuk menemui contoh-contoh yang secara terbuka dan terus terang menyamakan demokrasi dengan pembanqlrnan, dalam ilmu-ilmu sosial masih ada perlawanan yang cukup berarti terhadap pendekatan demikian. Untuk sebagian perkembangan ini adalah akibat dari aspiiasi bersama dalam ilmu-ilmu sosial untuk menjadi ilmu yang bebas dari pilihan nilai. Sekalipun diakui bahwa dalam bentuknya yang ekstrim hal ini adalah naif, masih ada perasaan yang menekankan bahwa
kategori-kategori dalam analisa ilmu-ilmu sosial seharusnya mencerminkan kenyataan daripada nilai-nilai. Lagipula sebagai persoalan praktis dalam pelaksanaan kebijaksanaan bantuan luar negeri, orang Amerika banyak yang percaya bahwa adalah lebih mudah me4jalankan hubungan-hubungan politik dengan negaranegara terkebelakang apabila yang dibicarakan adalah "pembangmnan" daripada "demokrasi". Bagaimanapun, argrurnentasinya ialah bahwa demokrasi adalah istilah penuh bobot-rii-lai sedangkan pembangunan lebih bersifat bebas-nilai. Menggnrnakan pembinaan demokrasi sebagai kunci pembangmnan politik dapat dilihat sebagai usaha untuk memaksakan kepada orang lain nilai-nilai Amerikd, fiau setidak-tidaknya nilai-nilai Barat. Masalah hubungan antara demokrasi dengan pembangnrnan politik adalah terlalu rumit untuk dibahas dalam pemandangan umum mengenai
sikap-sikap yang berbeda-beda. Sementara ini agaknya cukup dicatat bahwa banyak orang yang berpeqang tegnrh pada pendapat bahwa secara azasi pembangun:rn banyak berbeda dari demokrasi dan justru usaha
untuk memperkenalkan demokrasi dapat menjadi hambatan yang pasti bagi pembangunan.
8.
Pembangrunan Potitik sebagai Stabilitas dan Perubahan Tertib
Banyak orang merasa bahwa demokrasi tidak cocok dengan pembangnrnan cepat memandang pembangrurnan hampir selumhnya sebagai proses ekonomi atau proses tertib sosial semata-mata. Komponen politik pandangan seperti ini biasanya berkisar pada stabilitas politik yang 10.
lt,lirtrril l
r
,l,rr
r,rkyat. Oleh sebab itu, sebagaimana beberapa oranq telair 1,,.r ;11**"ntasi bahvUa dalam maSyarakat mOdern manUSia Ix*l-ir.J'rifrSili
.,l.r1r demi tujuannya sedangkan dalam masyarakat tradisional man'rsia tr,rlya menyesuaikan diri terhadap'kehendak alam, kita dapat merryatilkan
lr,rhwa pembangunan politik'bergantung pada kes;rrtggupan rrrcnqJendalikan penrbahan sosial atau dikendalikan olehnya. Sudah I ,, r r anq tentu pangkal tolak pengendalian kekuatan-kekuatan sosial adalah l,'.:;anggupan memelihara ketertiban masyarakat. t(eberatan terhadap pandangan pembangnrnan seperti ini ialah banyak
l,,rrsoalan yang tak terjawab, seperti misalnya berapakah kadar kctertiban yang diperlukan ataupun yang diinginkan dan untuk tujuan ,rpakah perubahan sosial itu dilakukan? Ada pula masalah apakah rrrenghubungkan stabilitas dengan perubahan adalah sesuatu yang hanya rorjadi dalam impian oran!,-oranq kelas menengah, atau setidak{idaknya jattlt , l.rlam masyarakat-masyarakat yang tingkat kehidupan ekonornitiyir
krbih'baik daripada dalam masyarakat-masyarakat terkebelakatrg, Akhitnya, dalam sk"la prioritas ada perasaan bahwa pemeiiharairrr
kctertiban, bagaimanapun perlu atau diinginkan, menempati tertrlrat lredua setelah kesingrgrupan untuk bertindak menjalankan tugas-tugas. I(arena itu, pembangmnan menuntut pandangan yang lebih positif ter:iradap trndakan dan pelaksanaan.12)
I
untuk suatu interprestasi yang baik dan orisinal mengenai hubungan antara keteniban,
[i.
Glencoe, 1963). Untuk suatu uraian yanqr menarik tentanq hubungan antala stabilitas dengan tindakan effektif, lihat Fred w. Rigqs, Administration in Developing coulltries. (Boston : Houghton
I
Untuk suatu pembahasan yzrng menarik menqenai hubungan demokrasi dengan pembangnrnan, lihat Joseph LaPalombara, bab I dan bab II dalam LaPolambara, ed., op.
cit.
rt-lada masyarakat dimana proses politiknya menjadi korban
l,r,l
pengendalian dan keputusan dalam kehidupan sosial, Iihat Karl W. Deutsch. ?fte Nerves of Govemment : Models of Political Communication and Control (New York : Free Press of
Mifflin,
1964).
24
25
il
,il
p4ntidtnan
Potitik sebagai Mobilisasi dan Kekuasaan bahwa Kesadaran Sistem politik:harus dapat memenuhi ukuran prestasi ',
9,','..,
dan bermanfaat bagi masyarakat mernbawa kita pada pandangan mengenai pembangrunan potrtik sebaqai kadar kesanggrupan suatu sistem. Jika diajukan pendapat bahwa demokrasi dapat mengmrangri effisiensi sistem, ada assumsi tersimpul bahwa effisiensi suatu sistem dapat diukur; juga bahwa pengertian effisiensi dapat menghasilkan model-model
teoritis atau ideal yang dapat 4rujikan terhadap realitas.I3) Pandangan seperti ini mengarah pada pengertian bahwa sistem-sistem politik dapat dinilai dari tingkat atau kadar kekuasaan mutlak yang dapat digerakkan oleh sistem yang bersangkutan. Beberapa sistem yang sanggup atau tak sanggup meimelihara stabilitas memiliki kadar kekuasaan yang arnat kecil sehingga para pengambil-keputusan yang berwenang hampir-hampir samaseiAi tak berdaya memprakarsai dan menyelesaikan sasar.rn-sasaran kebijaksanaan umum.l4) Di beberapa masyarakat lain para pengambil keputusan mengmasai cukup banyak kekuasaan sehingga masyarakat dapat mencapai sasaran-sasaran umum
yang lebih luas.,Dengan sendirinya negara berbeda menumt basis sumber-sumber yarig ai*itit iny". Akan tetapi ukuran pembangunan adalah kadar kesanggmpan memanfaatkan secara penuh dan mewujudkan dalam kenyataan potensi penuh sumber-sumber yang ada.
Harus dicatat bahwa hal ini tidak dengan sendirinya menjurus pada suatu pandingan tentang pembangnrJran yang l:coar dan otoriter dan bahwa pembangunan adalah sekedar kesanggmpan pemerintah mengerahkan sumber-sumber dari *".y"r"k"t. Kesanggupan mengerahkan dan membagri-bagikan sumber biasanya amat ditentukan
oleh dukungan rakyat yang diberikan terhadap pemerintah; inilah sebabnya mengapa sistem-sistem demokrasi seringkali dapat
mengerahkan sumber-sumber masyarakat seca-ra Iebih effisien daripada sistem-sistem otoriter yang represif. Bahkan seicara praktis masalah pencapaian pembangmnan politik di bahyak *""y"r"k"t barangkali
menyangkut masalah memperoleh dukungan rakyat sebagai pokok
persoalan, bukan karena nilai mutlak dari demokrasi melainkan karena 13. Untuk analisa ientang konsep kapasitas sebagai dasar pembangunan politik, lihat James
S. Coleman, "The Development Syndrome", dalam buku seri terakhir mengenai
Pembangn:nan Politik yang a]
Ameican Behavioral Scr'entrst, Vol. VI oune lg63).
14. Mengenai
tidak berdayanya sistem-sistem polirik. lihat Eisensadt, "Breakdown of
Modernization", op. cit.
tr,rny,r tkrngan dukungan demikianlah sistem itu dapat mencapai tingkat
kekuasaan yang lebih tinggt' la pembangrunan politik dipandang"sebagai usaha mobilisasi dan
1,,l,rlr: ;.t1ii
I
1
/\
1,. r I
rr
l,nrt,rnrbohon kekuasaan mutlak dalam masyarakat, akan .mudah rulnrl)rldakan antara tujuan pembangnrnan dari rangrkaian ciri-ciri yang lrrilri,lrlo dilekatkan dengan pembangrunan. Banyak dari ciri-ciri ini dapat ,lillrrrr, dan karenanya dapat pula menciptakan indikator-indikator t,,lrrrlr(rngunan. Dalam indikator-indikator seperti itu dapat dimasukkan rrru;.rhrya adanya dan daya-tembus media masa yang diukur dari y.rr,{a1ar, suratkabar dan penyebaran radio, basis perpajakan dari
rrr,u;yarakat, perbandingan jumlah orang pegawai negeri dan perbandingan t,r,tryebarannya menumt beberapa kategori aktivitas, pertahanan pendidikan, yang untuk disalurkan ,rt,l<,rsi sumber dan dana ,
l,rrr kesejahteraan sosial.Is)
t(t Pembangnnan Politik sebagai rt Multi-Dimensional
Saru
Segi dari Proses Pensba-han $osjaj
t,, t t
t(ributuhan nyata akan assumsi-assumsi teoritis yang dapat dipakai ,,r,lr,rqai pedoman pemilihan bidanq-biding yang harus dimasukkan ,t,rl,rrn indeks pengrukur pembangUnan erat berhubungan dengan r.r.r1r segi lain dari perubahan sosial dan ekonomi.ro) Hal ini tak dapat ,lrlxrntah, sebab bidang apapun yang relevan dalam menjelaskan k r,l
trrl,rk perlu dan tidak pantas berusaha memisahkan samasekali pembangmnan. t,(,rnbangunan politik dari bentuk-bentuk lain dari
Mr:skipun dalam batas-batas tertentu bidang politik dapat berdiri otonom t,rrr masy6[akat luas, pembangnrnan politik ianqka panjang hanya dapat t,,,rialan dalam proses sosial yang multi-dimensional, dalam mana tiada '.,rlu pun dari se}tor masyarakat dapat tertinggal terlalu jauh' Menurut pandangan ini semua bentuk pembangmnan erat berkaitart, l,r,rnbangunan banyak persamaannya dengan modernisasi dan berlalnt ,l,rlam suatu konteks sejarah dalam mana pengaruh dari luar masya:akat
,
l,,,rpenqanrh pada proses-proses perubahan sosial sebagaimana .ntbahan-perubahan ekonomi, politik dan sosial berpengaruh terhadap t,( :;r
'sdITI8I1!6I.
ffinaiindikator-indikatormobilisasi,lihatDeutsch, ,,Socia1Mobilization'andPoliticalDevelopment,''op,cit, li,PendekataninimendasarkanbukuMaxFMillikandanDonaldL'MBlackmer'?ie Emergring Nation"
tsori* , iiitt", sro*rr,
lg61). Lihat juga Daniel Lerner, The Passing of
rradi;io;al Society (New York : Free Press of Glencoe' 1958)' 26
27
Geiala Pembangnuran
.3-
Masih banyak tafsiran-tafsiran lain tentang pembangrunan politik
Uanyak bekas lalahan bahwa pelrrb,CrlgunauraCel-eh.ge_{qqe_el" Je{qa-diri nasio!!{ dalam. masalahggbb:ul gllasr*ot4*F,taupfr p*6*6ffi v"ilI"uit ui"vat arrGffi i n!94I3;_TS,e-uBJIBjuleIry.l-Pgl11*11 l,gglitlk-edelahilmansetelah -"$_iglSi:T."airnane3_eggl*g*bsassaantidak.akErlasigrenjalti-3*uan dasar. kglridupaa.politik. Dan mungkin pula menyusun vari#illiffi?ari pokok perxjAan yang sama-sama telah dibahas di atas. Bagn kita cukup sudah usqha kita untuk menunjukkan bahwa pertama, kadar misalnya pandangan populer
di
kesimpangsiuran yang berhubungan dengan istilah pembangrunan politik;
dan kedua, di batik kesimpangsiwan itu cukup banyak ruang yang menunjukkan adanya tanda.tanda persamaan yang bisa disepakati. Tanpa menonjolkan salah satu orientasi filsafat atau kerangka teori tertentu, barangkali ada gnrnanya menjelajahi aneka ragarn pandangan dan definisi yang telah dibahas guna memperoleh ciri-ciri pembangmnan politikyang rupanya paling diterima lumun dan yang palingr mendasar dalam pemikiran luas mengenai masalah-masalah pembangunan.IT) 9q_ry*:fa yang disepakati luas ialah semangat umun atau sikap tgrn1a35i*g'ap:i1aan. Datam banyak pandansan 1"rt*s *.ra"filni, pembangunan politik melibatkan partisipasi masa dan keterlibatan rakyat dalam kegiatan-kegiatan politik. partisipasi dapat berbentuk demokratis atarr salah satu bentuk mobilisasi totaliter, akan"tetapi pertimbangan utamanya ialah tI[w-aorang_ey.,nm h111s mqnjad,i warganegara q[t![ dan sedikitnya basa$asi- kedaulatan rakyat periu aiami
L'erarti pula bahwa Uhlrl hams bersifat universal, -.P-q1g$aan diterap$.n uue\19T1? gtigs a.rLgdfi p"r"iiiirnaannvJiedikit banyak berFilat_imperso:ra]. Kebanyakan ini berarti pemrinaan aan pembaliidh sistem hukum dan prosedur-prosedur juridis yang terbuki dan jelas. Pertimbangan yanq paling penting iarah penqakuan bahwa setiap orang \gyg g!_"S miskin, kuat atau lemah, harus tundul paaa tetent** hi*"* vanq sama. ,-.-#'..U juS,g,_b.,el34i. b,q!11y.1peneriry3qn .' -Akhirnya, pels-a.maan
iab.atan-jabaran .- ,-* ,:pemerintah -
..,-
ke
dalain
harus menceimintan'ukurin-ukiir6'n-
,Llsen-satrfl h-eI#ler-har"cltilu.Fi9l9rn,s9slal,v.alg-tr.-q{i5$s[Ada
bahwa dalam masyarakat politik y3hg sudah maju orang hams ,l,rti/rt lrenunjukkan kea|lian yanq memadai g1rna menjalat kedudukan para pejabai pemerintah itu sudahlults ujian yang s,.rr1111;1[4f1 dan bahwa
rlrlrtlllll;l
:" ,;ifrrlrryn kompetitif. 'l',,rrra umum ks.dla yang sering kita jumpai dalam bagian terbegar
t,iiil(t[rtian mengenai pembangfunan politik bertalian erat dengan' !.*,,1,,ggrupg{l s+alu Fistsrqr qolitil,(: apasitas dalamsatu hal berhubungan ,,,,,t iffilffitrasit (orrtput) suatu sistem politik dan kadar kemampuan i,t*lor1 politik tersebut untuk mempengaruhi kehidupan sosial dan l,lrorrorni. Kesanggrupan juga erat berhubungan dengan prestasi yang mempengaruhi prestasi itu, 1,611rrintahan dan kondisi-kondisi
l,r,lrih khusus lagri, kesanggrupan Pjrta$!--tama melibat masaS.ah u a{6r[ru3ng Jingkup dan lh*S- pre$E p-o-litik - dan pe.nef,nta iran.
s 1, I
r
;
crn-sistein tan#[aefrE-e$;ffiang dianggap dapat mengedakan eian ,1{rlrpen€raruhi lebih banyak aneka ragam segi kehidupan sosial daripac},a
i
ii,ir
ini pemerintahan ya:rg rrr,,l,rksanakan tugas-tuQas pembangmnan berubah dari sekedar
.rtltrlnt-sistem yang terkebelakang. Dalam hal p{,n(Iamatan sosial menjadi suatu usaha.
l(Cdua, kesanggrupan berarti effeklivitas dan effisiensi dalarn l,cl,rksanaan kebijaksanaan luntun. Sistem-sistem yang sudah maiu rti,rirqgap bukan saja dapat mengerjakan lebih banyak daripada ,,rrrtcm-sisteffi lainnya, melainkan juga lebih cepat dan dengan lebih teliti'
karena itu cenderung adanya gg&$gg}i$99i-dai.Sm.p-gngEileitau. dit-effektivitas mengarah pula pada rrl rrran-ukuran prestasi yang diakui secara universal. A k hirnya, kesanggnrpan berhubungan e-{11. ge.4g+n rg}gp|itas dalam
r rr,,tr
1,r.il(Jutamaan terhadap effisiensi
dan;rianiisi"ieicuiei'teih:d
lrrrrrrngkinkan.
'l'crna ketiga yang sering dijumpai dalam pembicaraan mengenai 1,,,,,'bangilf politik ialah drTferensrhsi dq1-5P-efl.aliS*l:I8) Hal ini ri,|lrtama berlaku da]am arffifi*itrlffinii struktur-iiiuktu dan %
17.
Tema-tema yang berikut,
berhubungan dengan ,,gejala pembanErunan,,r
-yang polltics committee, social science Research dikemukakan dalam sidang comparative council (ssRC) dan diuraik_an secara terperinci dalam buku terakhir seri pembangn:nan politik di bawah pimpinan James S. Coleman, Alinea-alinea selebihnya a"r"* t rfir* i"i hanya menyimpulkan karya beberapa anggota committee, tenrtama Leonard Binder, James S. Coleman, Joseph tapalombara dar Myron Weiner.
,,, llffigannya
dengan pembangnrnan politikdianalisa
,lalam S.N. Eiienstadt, "Social Change, Differentitation, and Evolution" Ameican :ntciotogical Reuiew, Vol. 29 0une 1964); Neil J. srhelser, "Mechanisms of _change and ncljustments to change", dalam Bert F. Hoselitz dan wilbert E. Moore, eds Itriustljalization and Society (The Hagnre : UNESCO, Mounton, 1963)'
28 29
itmUag".t"*Uaga masyarakat. Oleh karena itu segrt,pembangn:nan ini m"lib"t,*"ralah differensiasi dan spesialisasi struktur. Kantor dan badan pemerintahan memiliki fungsinya tersendiri yang terbatas dan ddam bidans pemerintahan terdapat petrrbagian kerja yang sama'
Bersamaan dengan differensiasi bertambah pula pengkhususan fungsi dari beberapa peranan politik di dalam sistem. Dan akhirnya differensiasi melibatkan pula masalah integrasi proses-proses dan stru}:tur-strul(ur yang rumit. Dengan perkatadn lain, differensiasi bukanlah perpecahan dan pengasingan masingr-masing bagian dari sistem, melainkan spesialisasi yang didasarkan pada perasaEu:I integrasi keseluruhan' Dalam mengakui akan adanya ketiga dimensi (persamaan, kesanggrupan dan differensiasi) sebagai inti dari proses pembangunan, kita samasekali tidak bermaksud menyatakan bahwa ketiganya selalu dengan mudah cocok dan salinq mengrisi. Bahkan sebaliknya bila ditinjau secara historis, lebih sering kecenderungan timbul pertentangan tajam antara hrntutan-fimtutan persaltlaan, prasyarat-prasyarat kesanggnrpan serta proses-proses differensiasi yang membesar. Tekanan ke arah persamaan yang membesar dapat menantang kesanggrupan sistem, dan differensiasi dapat mengnrrangi persamaan liarena mutu dan pengetahuan
BAB-II]
STRATEGI.STRFTEGI I}ALAM STUDI PEMBANGUNAN POTITIK*)
,
keahlian amat dipentinqkan.
Sesungguhnya, barangkali dapat
pula dibedakan
pola-pola
pembangrunan yang berbeda-beda menurut sistem yang telah ditempuh
oleh masyarakat yang berbeda-beda berdasa{kg4 nersoalan-persoalan
yirng dihadapinya dalam gejala pembanqunih. Dalam uqaian
ini, pembangnrnan bukanlah suatu proses unilinier (menaik), bukan pula proses yang didasarkan pada pentahapan yang jelas dan tajam, melainkan suatu perkembangan yang ditentukan oleh luas-lingkup persoalan yang timbul baik tersendiri maupun bersama-sama. Dalam usaha mencari pola-pola proses pembangrunan yang berbeda-beda ini, adaiah bermanfaat untuk dicatat bahwa masalah-masalah persamaan biasanya berhubungan erat dengan budaya politik serta perasaan-perasaan
mengenai keabsahan dan ketetapan hati terhadap sistem; masalahmasalah kesanggrupan biasanya berhubungan erat dengan prestasi
struktur-struktu pemerintahan yang memiliki kewenangan dan masalahmasalah differensiasi lebih banyak bertalian dengan prestasi struktur dan
proses politik yang non-formal. Ini berarti bahwa pada akhirnya politi\..bertisal pada hub.unganry1sflah-masalah pembangunan hubunsan atil"r" .Ugaaya . poli!ik,,.q"$Bg-s!ry$ur _formal dan .p...1-9ses politik pada umumnya.
OIeh John Peter Nettl biasanya lr,rl,rrrr ilmu-ilmu sosial perumusan metodologi Secara Sadar kehidupan. nyata dalam tlr tilr( l(,al sedikit di belakang peristiwa-peristiwa untuk mengatasinya usaha-usaha barutah timbul; 5,1,r,,,rl,rlt.masalah dalam studi bidang dasar teori kembali Perumusan-penunusan 11r,,nyrr:;ul.
yang teriadi ,,,,,,, ,,1," pun agaknya mencerrninkan kecenderungan nyata' ,,,,t,,,|,,i,,r,y" dalam kehidupan nyata; teori menyusul kehidupan semacam Umwalzung der l'1,,,;r':; rnengejar ini memiliki ciri-ciri dramatis, dalam The structtu'* ll,t,...t,rrschaLftyang telah dianalisa oleh Thomas Kuhn ,,1 :ir:ientific Revolutions. Penekanan pada masalah-masalah atau' dan l()ori lama ditinggalkan, perumusan-perumusan banr diciptakari
tr,, ,r I
baru mulai diadakan. Dengan demikian proses-prossrl bahan perbedaant"'rrl)rhan sosial yang lamban pun akan menjadi teoritis yang i,,,,l,,,daan pendapat serta rekonstruksi-rekonstmksi lebih
t,irit(,ilr sistem
rtis. SeUaf penekanan-penekanan dan penrbahan-perubahan dibandingkan ,,,,r ilr(l terjadi tetapi kurang dramatis dalam ilmu-ilmu sosial
i
l,
., r, r,
,1,.,,,1.,. dalam ilmu-ilmu i:r r
it"*i"t
tentunya ialah bahwa dalam ilmu-ilmu
selalu ,r,rl persyaratan-persyaratan ketat teoritis tidaklah jarang
,ti1',.rrahankan. Karena
itu datam ilmu-ilmu sosial makin
orang
,,,, rr,yrkatdiripadasalahsatuparadigma,danpilihan-pilihanyangterbuka
,',,,l,rrr banyat. Meskipun demikian, drama perubahan konsepsional kehidupan nyata; ,:r'r rrr(I In€rlutupi batas-batas inkrementalisme dalam yaitu membe;a::keduanya' ,r, l,rl,rh tuqas sejarawan untuk menyelaraskan penyimpulan-penyimpuiarl I,,., ;, I I kan drama perubahan lamban melalui revolusi dengan menekankan segi-segi ,l,rrr nremperkecil
penoaruh
riari r.nnbungan serta mlmentingkan preseden-preseden' Keailian ciaiam sebagian dari terdiri i,,,,,rir.q atrtiltmu politik atau ahli sosiologi politik dan sosial dan dalam membantu | | r, .r r:iakan perubahan-perubahan dalarn rrrrrrl rnerdatangkan perubahan-perubahan itu' Kuncinya ialah k,,,
;r
r
,
r',,'rrrlrlnalkemungkinanpen:bahan-perubahanituiauhsebelumnya'
rlrr,lrrl:l.PeterNettl,"strategriesinthestudyofpolilicaldevelopment"ddamColinteys'ed' Cambridge University Press t,r,trtrcs and Cn*q., in iiiZiipi"q Cor-ti;.s, Cambridge, l'r,() Diterjemahkan dengan izin penerbit dan pengarang' 30
3l