The Status of the Sustainability of Gonggong Snail (Strombus Canarium) Population in Ecological Dimension at Aquatic of Dompak Village Riau Islands Suryani Fitri Anggraini Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected]
Khodijah Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected]
Febrianti Lestari Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected]
ABSTRACT The purpose of this study was to determine the ecological conditions of gonggong snails at aquatic of Dompak Village of Riau Islands seen from the water conditions, type of substrate, fishing technology, and the size of the catching, and to know the status of the sustainability of gonggong snails on ecological dimension at aquatic of Dompak Village of Riau Islands. This research method uses a survey method and determination of the sampling point used the purposive sampling method. Assessment of sustainability status population of gonggong snails on ecology dimension uses each score attribute ecological dimension and adapted to the sustainability category if the value of the index 0,00 to 25,00 category was not sustainable, 25,01 to 50,00 was less sustainable, 50,01 to 75,00 was quit sustainable, and 75,01 to 100 was very sustainable. The results of measure water parameter was obtained water salinity ranged from 30.6 to 32,3 ‰, water temperature ranged from 30,1 to 30,3 °C, DO ranged between 6,5 to 6,7 mg/l, pH ranged 7,97 to 7,91. Substrate found is muddy sand, mud, and sand. Fishermen catch gonggong snail by picking up, diving and trawl, and catch size of gonggoong snails ranged from 49,9 to 61,2 mm. Ecological conditions of gonggong snails in Dompak Village shows quite good and support for the life of the gonggong snails population. The Status of sustainability of gonggong snails population on ecology dimensions can be seen from the four variables that catch technics with an index value (77,6) as very sustainable, then substrate with an index value (66,7) is quite sustainable, water conditions (63,9) is quite sustainable, and the size of the catch (61,1) is quite sustainable. Keywords: Sustainability, Ecological Dimension, Gonggong Snail (Strombus Canarium)
1
Status Keberlanjutan Populasi Siput Gonggong (Strombus canarium) pada Dimesi Ekologi di Perairan Kelurahan Dompak Kepulauan Riau Suryani Fitri Anggraini Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected]
Khodijah Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected]
Febrianti Lestari Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH,
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi ekologi siput gonggong di perairan Kelurahan Dompak dilihat dari kondisi perairan, jenis substrat, teknologi penangkapan, dan ukuran tangkap, serta mengetahui status keberlanjutan populasi siput gonggong pada dimensi ekologi di perairan Kelurahan Dompak. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dan metode penentuan titik sampling menggunakan metode Purposive sampling dengan menentukan tiga titik stasiun. Penilaian status keberlanjutan populasi siput gonggong pada dimensi ekologi menggunakan penentuan skor pada setiap atribut dimensi ekologi dan di sesuaikan dengan katagori keberlanjutan dengan nilai indeks 0,00-25,00 (tidak berkelanjutan), 25,01-50,00 (kurang berkelanjutan), 50,01-75,00 (cukup berkelanjutan) dan 75,01-100 (sangat berkelanjutan) . Hasil pengukuran kondisi perairan di peroleh nilai salinitas berkisar antara 30,6-32,3 ‰, nilai suhu berkisar antara 30,1-30,3 oC, nilai DO berkisar antar 6.5-6,7 mg/l, nilai pH berkisar 7,977,91. Substrat yang di temukan adalah pasir berlumpur, lumpur, dan pasir. Alat tangkap yang di gunakan nelayan untuk melakukan penangkapan adalah memungut, menyelam dan menggunakan pukat, dan ukuran tangkap siput gonggoong yang di tangkap nelayan berkisar antara 49,9-61,2 mm. Kondisi ekologi siput gonggong di Kelurahan Dompak menunjukkan nilai cukup baik dan mendukung untuk kehidupan populasi siput gonggong. Status keberlanjutan populasi siput gonggong pada dimensi ekologi dapat di lihat dari empat varibel yaitu teknik penangkapan dengan nilai indeks (77,6) tergolong sangat berkelanjutan, kemudian substrat dengan nilai indeks (66,7) tergolong cukup berkelanjutan, kondisi perairan (63,9) tergolong cukup berkelanjutan, serta ukuran tangkap (61,1) tergolong cukup berkelanjutan.
Kata Kunci: Keberlanjutan, Dimensi Ekologi, Siput Gonggong (Strombus canarium)
2
I.
dilakukan
PENDAHULUAN Salah
satu
tentang
status
sumberdaya
keberlanjutan siput gonggong dilihat dari
pinang
dimensi ekologi agar keberlanjutan siput
Kepulauan adalah siput gonggong yang
gonggong di alam dapat dipertahankan secara
menjadi
berkelanjutan.
perikanan
di
potensi
penelitian
Kota
makanan
Tanjungpinang masyarakat
Tanjung
ciri
yang
khas di
lokal
di
Kota
gemari
oleh
dan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
wisatawan.
sebagai berikut :
Meningkatnya permintaan terhadap siput
1. Mengetahui
kondisi
ekologi
gonggong mengakibatkan tingginya tingkat
gonggong
penangkapan dan kurang
perairan Kelurahan Dompak dilihat dari
memperhatikan
pada ukuran. Kondisi ini di khawatirkan akan
kondisi
menyebabkan kelangkaan terhadap siput
teknologi
gonggong, sehingga populasinya di alam
tangkap.
semakin terancam.
(Strombus
siput
perairan,
jenis
status
kehidupan siput gonggong (Strombus canarium)
gonggong. Pulau Dompak terdapat banyak
perairan Kelurahan Dompak
aktivitas, yaitu penambangan, pembangunan
ekologi
pada dimensi ekologi di
Kemudian manfaat yang diperoleh
dan penangkapan secara tidak langsung kondisi
ukuran
keberlanjutan
kawasan pesisir yang menjadi habitat siput
mempengaruhi
di
substrat,
penangkapan,dan
2. Mengetahui
Perairan Pulau Dompak merupakan
canarium)
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
siput
1. Memberi informasi dan pengetahuan
gonggong. Menurut Bujang et al (2009)
mengenai keberlanjutan siput gonggong
dalam
pada dimensi ekologi
Nasution (2001) siput gonggong
sangat terganggu oleh aktivitas reklamasi, industri,
dan
Penangkapan
khususnya di
perairan Kelurahan Dompak
berlebihan.
2. Diharapkan
dapat
bahan
pertimbangan
dalam
Sedangkan menurut Amini et al (1987) dalam
masukan
siddik (2011) Siput gonggong merupakan
pengambilan kebijakan sebagai dasar
organisme yang menetap dikawasan pantai,
perencanaan pengelolaan pemanfaatan
sehingga keadaan, jumlah dan jenisnya
sumberdaya
sangat
berkelanjutan di Kelurahan Dompak.
dikendalikan
oleh
faktor-faktor
dan
menjadi
siput
gonggong
yang
lingkungan kawasan pasang surut. Aktifitas pembangunan, penambangan dan tingkat pemanfaatan yang sangat tinggi terhadap
siput
gonggong,
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Keberlanjutan Ekologi Jaya (2004) menyatakan Keberlanjutan
memberikan
ekologi adalah prasyarat untuk pembangunan
tekanan terhadap keberadaan siput gonggong,
dan keberlanjutan kehidupan. Keberlanjutan
sehingga akan mengakibatkan berkurangnya
ekologi
kuantitas dan kualitas siput gonggong di
ekosistem
alam. Melihat kondisi ini, maka perlu
3
akan
menjamin
bumi.
Untuk
keberlanjutan menjamin
keberlanjutan ekologi harus di upayakan hal-
Gastropoda, Ordo Mesogastropoda, Family
hal sebagai berikut: (1) Memelihara integritas
Strombidae,
tatanan lingkungan agar sistem penunjang
Strombus canarium.
Genus
Strombus,
Spesies
kehidupan dibumi tetap terjamin dan sistem
Seperti halnya dengan kelas Gastropoda
produktivitas, adaptabilitas, dan pemulihan
lainnya, ciri-ciri gonggong ialah memiliki
tanah, air, udara dan seluruh kehidupan
cangkang berbentuk seperti kerucut, terdiri
berkelanjutan. (2) Tiga aspek yang harus
dari
diperhatikan untuk memelihara integritas
prismatik yang terdiri dari kristal kalsium
tatanan lingkungan yaitu : daya dukung, daya
karbonat dan lapisan nacre (lapisan mutiara).
asimilatif dan keberlanjutan pemanfaatan
Bentuk kepala jelas, mempunyai tentakel,
sumberdaya terpulihkan, untuk melaksanakan
mata dan radula serta probosis yang besar
kegiatan yang tidak mengganggu integritas
yang berguna untuk menyapu dan menyedot
tatanan lingkungan yaitu hindarkan konversi
makanan yang bercampur dengan lumpur
alam dan modifikasi ekosistem, kurangi
yang berada di dasar perairan (Barnes, 1994
konversi lahan subur dan kelola dengan baku
dalam Siddik, 2011).
tiga
lapisan
periostracum,
lapisan
mutu ekologi yang tinggi, dan limbah yang
Di alam siput gonggong menyukai
dibuang tidak melampaui daya similatif
habitat pasir berlumpur. Menurut Amini
lingkungan. (3) Memelihara keanekaragaman
(1986) dalam Siddik (2011), siput gonggong
hayati pada keanekaragaman kehidupan yang
banyak terdapat hidup di perairan pantai
menentukan keberlanjutan proses ekologis.
dengan dasar pasir berlumpur dan kondisi
B.
perairan dimana banyak ditemukan lamun.
Prinsip ekologi
Sedangkan menurut Soeharmoko dalam Siska
Menurut Mitchell et al, (2000) prinsip
(2008) mengemukakan bahwa sebagai hewan
ekologi antara lain: (1) Melindungi sistem
bentik siput gonggong hidup membenamkan
penunjang kehidupan, (2) Melindungi dan
diri atau aktif di permukaan dasar perairan
meningkatkan keanekaragaman biotik, (3)
yang terdiri dari substrat pasir, pasir campur
Memelihara atau meningkatkan integritas ekosistem,
serta
mengembangkan
lumpur atau berlumpur yang ditumbuhi oleh
dan
tanaman seagrass antara lain Thallasia sp,
menerapkan ukuran ukuran rehabilitas untuk ekosistem
yang
sangat
rusak.
Diplanthera sp, Zoestrea sp dan Pandina sp.
(4)
Mengembangkan dan menerapkan strategi
III. METODE
yang preventif dan adaftif untuk menanggapi
A.
ancaman perubahan lingkungan global. C.
Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada
bulan
Desember 2013 hingga Maret 2014 di
Bioekologi Siput Gonggong
Kelurahan
Klasifikasi Siput gonggong menurut
Bestari,
Hughes (1986) dalam Siska ( 2008) adalah :
Dompak, Kecamatan Bukit Kota
Kepulauan Riau.
Kingdom Animalia, Phyllum Molusca, Class
4
Tanjungpinang,
Provinsi
104o29’05.7. Stasiun ini dekat dengan pemukiman Penduduk dan kegiatan pertambangan. Stasiun 2 : Sekatap terletak pada titik koordinat
N
00o52’02.3
–
E
o
104 27’04.8, stasiun ini merupakan wilayah di dekat pelabuhan nelayan Stasiun 3 : Tanjung Siambang terletak pada titik koordinat N 00o52’14.5 – E 104o26’16.2
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian B.
Alat dan Bahan
Pantai Dompak dekat dengan Pondok
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan. No 1
2
3
4 5
C.
stasiun ini dekat Pesisir
wisata
Parameter Alat dan Bahan Kondisi Perairan Suhu Perairan Multitester DO Multitester pH Multitester Salinitas Saltmeter Substrat Sekop Kertas Label Kantong Plastik Timbangan digital Saringan bertingkat Teknik Penangkapan Lembar Kuisioner Alat tulis Ukuran Tangkap Jangka sorong 0,02 Kelimpahan Petakan 1 x 1 Tali rafia
D.
Parameter Perairan Ada pun parameter kondisi
Perairan
yang diukur meliputi suhu, oksigen terlarut (DO), derajat keasaman (pH), salinitas dan substrat.
Pengukuran
parameter
kondisi
perairan dilakukan di setiap stasiun. Pada masing-masing stasiun terdiri dari 3 titik pengambilan sampel. Pengukuran dilakukan secara insitu menggunakan alat dan metode yang telah tercantum pada Tabel 1. E.
Kelimpahan Siput Gonggong Pengambilan sampel kelimpahan siput
gonggong dilakukan pada saat air surut agar
Penentuan Stasiun
memudahkan proses pengumpulan siput laut
Penentuan stasiun penelitian dilakukan
gonggong. Pengambilan sampel kelimpahan
dengan metode Purposive Sampling yakni
laut
teknik pengambilan sampel secara sengaja
menggunakan metode transek kuadrat yang
dan sudah ditentukan atas pertimbangan
berukuran 1x1 meter. Siput laut gonggong
tertentu, namun ingin diteliti dapat terwakili.
yang terdapat dalam transek diambil dan
Pemilihan 3 stasiun ini di lakukan bedasarkan
dikelompokkan
asas keterwakilan wilayah.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara dipungut
Stasiun 1 : Kelam Pagi , telatak pada titik koordinat
gonggong
satu
dilakukan
per
plot
persatu.
dengan
pengamatan.
Penyemplingan
terhadap siput laut gonggong dilakukan pada
N 00o50’59.2”- E
setiap transek di stasiun pengamatan.
5
cangkang
secara
linier
yaitu
dengan
mengukur panjang total. Pengukuran dengan jangka sorong. mengikuti metode Bailey dan Green (1988) dalam Siddik (2011), Panjang cangkang diukur dari ujung anterior ke ujung posterior cangkang. Menurut Nasution S dan Siska M (2011), siput gonggong yang berukuran 39 - 49 mm merupakan siput gonggong yang berukuran kecil, 50-59 mm Gambar 2. Transek pengambilan siput gonggong
siput gonggong berukuran sedang, dan 60 69 mm siput gonggong yang berukuran besar. Sampel siput gonggong yang di ambil untuk
Kelimpahan jenis siput gonggong per satuan
luas
dapat
dihitung
di
dengan
ukur
adalah
siput
gonggong
yang
menggunakan rumus mengacu pada Arianti
tertangkap oleh nelayan di setip stasiun
(2013) sebagai berikut :
pengamatan.
pengulangan
pengukuran 3 kali dalam 1 bulan dengan 1
x m
D=
Dilakukan
nelayan pada setiap stasiun. pengamatan.
Keterangan: D = Kelimpahan jenis siput gonggong
H.
2
(ind/m ) x
Tabel
2.
= Jumlah individu jenis siput gonggong
m = Luas kuadrat pengambilan contoh (m2) F.
Skoring
No
Teknologi Penangkapan Untuk
penangkapan
mengatahui siput
Gonggong
1
Kreteria
Batas Nilai
Salinitas
<26/>32
Kurang
‰
Mendekati 26 dan 32 26-32
Suhu
dilakukan 2
o
C
masyarakat nelayan sekitar perairan pesisir Dompak,
Kecamatan
(pH)
Bukit
Kepulauan Riau. Di ambil responden secara nyeluruh kesemua nelayan penangkap siput 4
gonggong pada setiap stasiun. Wawancara ini
<26/>30 Mendekati 26 dan 30 26-30 <7,0/>8,0 Mendekati 7,0 dan 8,0 7,0-8,0
3
Bestari, Kota Tanjung Pinang, Provinsi
Parameter
Parameter1
teknologi
wawancara. Target dari wawancara adalah
Kelurahan
Skoring Atribut kondisi perairan
DO Mg/l
Cukup
2
Skor
1
Baik
2 3
Kurang
1
Cukup Baik
2 3
Kurang
1
Cukup
<4 4-5
Baik Kurang Cukup
>5
Baik
2 3 1 2 3
dilakukan untuk memperoleh data tangkapan biota siput Gonggong. G.
1
Sumber Kreteria Kondisi perairan : KEPMEN LH No 51 Tahun 2004, Effendy (2003), Amini (1986) dalam Siddik (2011) 2 Keterangan : Skor (1): Berada pada letal faktor, skor (2): mendekati letal faktor, skor (3): Masih dalam kisaran toleransi
Ukuran Tangkap Pengukuran
pertumbuhan
siput
biasanya di lakukan dengan cara mengukur
6
Pertama
Tabel 3. Skoring aribut substrat Kretiria
Skor
Pasir
Batas nilai Buruk
Lumpur
Cukup
2
Pasir berlumpur
Baik
3
Substrat3
menghitung
4.
X rata-rata skor sub atribut =
Skoring Atribut penangkapan
Teknik
Batas nilai
Pukat
Buruk
1
Menyelam
Cukup
2
Mengutip
Baik
3
Nilai
39-49 mm
Kurang
1
50-59 mm
Cukup
2
60-69 mm
Baik
3
Status
memperoleh
jumlah
skor
dari
X rata-rata total atribut =
Selanjutnya dilakukan penghitungan indeks keberlanjutan dengan cara normalisasi data:
Indeks Keberlanjutan =
Skor
Hasil yang diperoleh digunakan untuk
Analisis Keberlanjutan Analisis
N
skor rataan akhir:
Skor
Kategori
∑ ( Skor X fi )
masing-masing sub atribut kemudian dihitung
Tabel 5. Skoring atribut Ukuran tangkap siput gonggong
I.
skor
1
Teknik Penangkapan4
Ukuran 5 tangkap
rataan
masing-masing sub bagian dari atribut:
Setelah Tabel
nilai
menentukan Keberlanjutan
posisi
status
keberlanjutan
kehidupan siput Gonggong pada masing-
dilakukan melalui tiga tahapan yaitu :
masing atribut yang dinyatakan dalam skala
1. Tahap penentuan atribut atau kriteria
nilai indeks keberlanjutan lalu di rata-ratakan
status
keberlanjutan
kehidupan
yang
semua nilai indeks masing-masing atribut
mencakup dimensi ekologi sumber daya
untuk
alam siput gonggong
dimensi ekologis. Skala indeks keberlanjutan
2. Tahap penilaian setiap atribut dalam skala ordinal
berdasarkan
indeks
keberlanjutan
terletak antara 0 - 100.
status
posisi status keberlanjutan sistem yang
untuk
dikaji diproyeksikan pada garis mendatar
dimensi ekologi. Cara penilaian terhadap
dalam skala ordinasi yang berbeda di antara
hasil penelitian di lapangan mengacu pada
dua titik ekstrim, yaitu titik ekstrim “buruk”
panduan yang digunakan oleh Cahyat et
dan “baik” yang diberi nilai indeks antara 0
al, (2007) dalam Khodijah (2014).
sampai 100%. Nilai indeks >50 % dapat
keberlanjutan
siput
kriteria
memperoleh
Gonggong
3
Sumber untuk kategori substrat dikutip dari Modifikasi dari Amini (1986) dalam Siddik (2011), dan Nyebbaken (1988) 4 Sumber Kategori teknik penangkapan : Modifikasi dari Monintja 2000 dalam Zulfikar 2012 5 Sumber Kriteria ukuran tangkap siput gonggong : Nasution S dan Siska M (2011)
7
dinyatakan
bahwa
penghidupan
gonggong
pada
dimensi
berkelanjutan,
sebaliknya
penghidupan
siput
apabila
gonggong
siput ekologi <50% belum
berkelanjutan
atau
tidak
rata-rata 30,20C, stasiun II memiliki nilai
berkelanjutan,
suhu rata-rata 30,10C dan pada stasiun III
kategori indek keberlanjutan: Tabel
6.
Kategori
Indeks
dengan nilai suhu rata-rata 30,30C. Menurut
Status
Barus (2010) dalam Tarigan (2012) Pola
keberlanjutan Kategori
temperatur ekosistem air di pengaruhi oleh
6
berbagai faktor seperti intensitas cahaya
Nilai Indeks
Status keberlanjutan Tidak berkelanjutan Kurang berkelanjutan Cukup berkelanjutan Sangat berkelanjutan
Baik/buruk 0,00 - 25,00
Buruk
25,01 - 50,00
Kurang
50,01 - 75,00
Cukup
75,01 - 100
Baik
matahari, pertukaran panas, antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggian geografis dan juga oleh faktor kanopi (penetupan oleh vegetari) dari pepohonan yang tumbuh sel tepi. Menurut Amini (1986) dalam Siddik (2011) suhu perairan yang baik untuk siput
3. Tahap visualisasi : Hasil analisis ordinasi
gonggong berkisar antara 26 - 300C, hal ini
akan mencerminkan seberapa jauh atau baik
status
keberlanjutan
menunjukkan suhu pada ketiga stasiun tidak
dimensi
jauh melewati batas toleransi sehingga siput
tersebut. Jika analisis untuk masing-
gonggong masih tetap bertahan hidup masih
masing atribut dimensi telah dilakukan
tetap
maka analisis perbandingan keberlanjutan
dapat
dilakukan
(radar
diagram
b.
saja
stasiun tingkat
Salinitas
dapat di ketahui nilai salinitas perairan pada masing-masing stasiun pengamatan, pada stasiun I nilai salinitas 30,6 ‰, pada stasiun
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
hanya
ketiga
Berdasarkan Hasil pengukuran salinitas
menggunakan
program Microsoft Exel 2007).
A.
pada
kelimpahannya sangat rendah.
dan
divisualisasikan dalam bentuk diagram radar
temukan
pengamatan
kehidupan siput gonggong antar atribut dimensi
di
II nilai salinitas 30,8 ‰ dan pada stasiun III
Kondisi ekologi siput gonggong di
nilai salinitas 32,3 ‰. Berdasarkan kan hasil
Kelurahan Dompak
tersebut dapat di katakan salinitas perairan
Kondisi perairan
Kelurahan Dompak bervariasi, ini di karena kan karakteristik setiap stasiun berbeda-beda.
a.
Menurut Amini (1986) dalam Siddik
Suhu Berdasarkan hasil pengukuran suhu di
(2011) siput gonggong dapat hidup pada
perairan Kelurahan Dompak menjelaskan
salinitas dengan kisaran suhu 26 - 32 ‰ ini
bahwa pada stasiun I
menunjukkan bahwa salinitas di perairan
memiliki nilai suhu
kelurahan Dompak pada satsiun I dan II 6
mencapai kreteria untuk kehidupan siput
Sumber kategori keberlanjutan : Kavanagh 2001 dalam Khodijah (2014)
gonggong, namun pada stasiun III terjadi pengecualian dimana siput laut gonggong di
8
stasiun III mampu hidup dengan salinitas
nya pasir berlumpur sedangkan pada transek
lebih tinggi dari kisaran suhu tersebut dengan
3 jenis substratnya lumpur. Pada stasiun II
nilai 32,3‰, hanya saja nilai kelimpahan
transek 1 jenis substratnya adalah pasir
siput gonggong tergolong rendah.
sedangkan di transek 2 dan 3 jenis subtrat nya
c.
pasir berlumpur. Selanjutnya pada stasiun III
Oksigen terlarut Berdasarkan
hasil
pengukuran
di
transek 1 dan 2 substratnya pasir sedangkan
ketahui Oksigen terlarut pada stasiun I nilai
di transek 3 substrat nya pasir berlumpur.
DO sebesar 6,7 mg/l, pada stasiun II nilai DO
Perbedaan jenis substrat yang di temukan
sebesar 6,9 mg/l, dan pada stasiun III nilai
diduga karena faktor tertentu yaitu, pada
DO sebesar 6,5 mg/l. Menurut KEPMEN LH
stasiun I dan II di temukan jenis substrat pasir
No 51 Tahun 2004, bila oksigen terlarut >5
berlumpur,lumpur dan pasir, ini diduga
baik untuk biota laut, dengan demikian nilai
tingginya kandungan lumpur di karenakan
DO di perairan Kelurahan Dompak berada
adanya pasokan sedimen halus dari aktifitas
dalam kondisi baik untuk kehidupan Populasi
penambangan
siput gonggong.
pengamatan. Pada stasiun III substrat yang
d.
ditemukan didominasi oleh subtrat pasir, ini
Derajat keasaman (pH) Berdasarkan
Hasil
bauksit
di
sekitar
lokasi
pengukuran
di karenakan stasiun III berada pada posisi
diketahui derajat keasaman (pH) pada masing
laut terbuka yang laut terbuka yang selalu
- masing stasiun pengamatan tidak jauh
terkena hempasan ombak. Gerakan ombak
berbeda dan relatif stabil pada stasiun I nilai
menyebabkan pergerakan partikel sedimen
pH 7,67 stasiun II 7,75 dan pada stasiun III
terangkut,
karena
nilai pH 7,91. Berdasarkan KEPMEN LH No
permukaan
sedimen
51 Tahun 2004 bila pH 7-8,5 terkatagori baik
bergerak
untuk biota laut dan menurut Amini (1986)
besar yang mempunyai kemampuan untuk
dalam Siddik (2011) siput gonggong dapat
menetap secara permanen di permukaan
hidup di perairan dengan pH antara 7,1 - 8,0.
pantai pasir atau kerikil (Nyebakken, 1988).
Dengan demikian dapat dikatakan nilai pH di
3.
perairan Kelurahan Dompak di ketiga stasiun tergolong
baik
untuk
kehidupan
yang
dilapisan
terus-menerus
maka hanya sedikit organisme
Teknik penangkapan Terdapat
Siput
kondisi
38
orang
nelayan
siput
Gonggong yang menggunakan teknologi
Gonggong.
penangkapan tradisional dengan memungut,
2.
menyelam dan menggunakan alat tangkap
Substrat Berdasarkan
hasil
analisis
substrat
pukat.
Penangkapan
tradisional
dengan
menurut skala Wenworth dapat diketahui
memungut di lakukan nelayan pada saat air
jenis substrat pada masing-masing transek
surut, upaya penangkapan di lakukan nelayan
setiap
yang
untuk memungut membutuhkan waktu 2 - 4
dominan adalah substrat pasir berlumpur.
jam setiap melakukan penangkapan. Untuk
Pada stasiun I transek 1 dan 2 jenis substrat
mendapatkan siput gonggong dengan jumlah
stasiun
bervariasi
namun
9
yang banyak ada beberapa nelayan yang
berkatagori siput gonggong yang kecil, di
mempunyai sampan melakukan penangkapan
minggu ke dua siput gonggong yang di
menggunakan alat tangkap pukat, karena
tangkap rata-rata berukuran 51,4 mm, dan
penangkapan tradisional dengan memungut
minggu ketiga berukuran 53,3 mm, ukuran
rata-rata hasil tangkapan 200 ekor sedangkan
ini dalam kategori siput gonggong yang
yang menggunakan pukat rata-rata hasil
sedang. Menurut Nasution dan Siska (2011)
tangkapan 500 ekor. Penangkapan di lakukan
siput gonggong yang, 39 - 49 mm merupakan
nelayan sepanjang tahun,
siput gonggong yang berukuran kecil, 50 - 59
yaitu Januari
hingga Desember.
mm siput gonggong berukuran sedang, dan
Berdasarkan hasil wawancara ketahui
60 - 69 mm siput gonggong yang berukuran
jumlah nelayan yang melakukan teknik
besar.
penangkapan tradisional dengan memungut
B.
Skor seluruh atribut dimensi ekologi
lebih banyak dengan persentase (76.31%)
siput gonggong
berjumlah 29 orang nelayan, sedangkan
Terdapat tujuh atribut yang di analisis
menggunakan alat tangkap pukat (21,05%)
dalam penelitian keberlanjutan populasi siput
berjumlah 8 orang, dan teknik penangkapan
gonggong pada dimensi ekologi di Kelurahan
menyelam (2,63%) berjumlah 1 orang.
Dompak ini yaitu kodisi perairan yang
4.
meliputi suhu perairan, salinitas perairan, pH
Ukuran tangkap Berdasarkan
hasil
pengukuran
di
perairan, dan DO perairan, selanjutnya
ketahui pada stasiun I minggu pertama
substrat, teknologi penangkapan, dan ukuran
ukuran rata-rata siput gonggong yang di
tangkap. Dari seluruh atribut tersebut nrata-
tangkap 57,77 mm, siput gonggong ini
rata
berkatagori berukuran sedang, pada minggu
visualisaikan di dalam diagram radar berikut:
skor
masing-masing
atribut
di
ke dua ukuran siput gonggong yang di tangkap 60,11 mm, dan minggu ketiga ketiga ukurannya 60,0 mm, siput gonggong ini berkatagori besar. Pada stasiun II minggu pertama ukuran rata-rata siput gonggong yang di tangkap 57,1 mm, dan minggu kedua ukurannya 58,1 mm, siput gongong ini berkatagori sedang, pada minggu ketiga Atribut kondisi perairan yang meliputi
ukuran rata-rata panjang total siput gonggong
salinitas perairan mendapat kan skor 3
yang di tangkap berukuran 61,2 mm, ukuran
dengan nilai 30,6 - 32,3 ‰. Menurut Amini
ini dalam kategori siput gonggong yang
(1986) dalam Siddik (2011) siput gonggong
besar. Pada stasiun III minggu pertama siput gonggong
yang
di
tangkap
menyukai salinitas perairan berkisar antara 26
rata-rata
- 32 ‰. Suhu perairan mendapat kan skor 1
berukuran 49,9 mm, siput gongong ini
10
yang di maksud dari skor tersebut adalah
Substrat
di
Kelurahan
Dompak
suhu perairan dalam keadaan kurang baik dan
mendapat skor 2, maksud skor tersebut
tidak mendukung untuk kehidupan populasi
adalah substrat tergolong yang cukup baik
o
siput gonggong berkisar antara 30,1 - 30,3 C.
untuk kehidupan siput gonggong, karena
Amini
(2011)
terdapat dua jenis substrat di Kelurahan
mengemukakan siput gonggong menyukai
Dompak yaitu substrat pasir berlumpur,
suhu perairan berkisar antara 26 - 30◦C. Hal
lumpur dan pasir. Namun pasir berlumpur
ini
merupakan
(1986)
menjukkan
dalam
bahwa
siddik
suhu
perairan
substrat
yang
baik
untuk
Kelurahan Dompak sudah melewati batas
kehidupan siput gonggong, karena Amini
suhu perairan yang baik untuk kehidupan
(1986) dalam Siddik (2011) mengemukakan
populasi siput gonggong.
siput gonggong banyak hidup di perairan
DO perairan mendapat skor 3 yang di
pantai dengan dasar pasir berlumpur dan
maksud dari skor tersebut adalah DO perairan
kondisi perairan dimana banyak ditemukan
di Kelurahan Dompak tergolong baik untuk
lamun.
kehidupan populasi siput gonggong karena
Ukuran tangkap mendapatkan skor 2,
DO berkisar perairan 6,5 - 6,7 mg/l. Menurut
maksud dari skor tersebut adalah ukuran siput
KEPMEN LH No 51 Tahun 2004, bila
gonggong yang di tangkap nelayan di
oksigen terlarut >5 baik untuk biota laut yang
Kelurahan Dompak sudah memenuhi ukuran
hidup di ekosistem padang lamun, dengan
tangkap cukup baik untuk keberlansungan
demikian dapat di simpulkan nilai DO di
kehidupan siput gonggong. Rata-rata siput
perairan Kelurahan Dompak berada dalam
gonggong yang di tangkap oleh nelayan
kondisi baik untuk kehidupan Populasi siput
Kelurahan Dompak berukuran 49,9 - 61,2
gonggong. Derajat kesamanan (pH) perairan
mm.
mendapat skor 3 yang di maksud dari skor
Teknik penangkapan dalam penelitian
tersebut adalah pH perairan di Kelurahan
ini mendapat skor 3, maksud skor tersebut
Dompak tergolong baik untuk kehidupan
adalah teknologi penangkapan siput gongong
populasi
sudah
siput
gonggong
di
perairan
mendukung
dan
untuk
populasi
siput
Kelurahan Dompak karena pH perairan
keberlanjutan
berkisar 7,97 - 7,91. Sesuai yang di
gonggong karena (76,31%) berjumlah 29
kemukakan Amini (1986) dalam siddik
orang
(2011) siput gonggong menyukai pH perairan
gonggong dengan cara tradisonal memungut,
berkisar antara 7,1 – 8,0. Dengan demikian
sedangkan menggunakan alat tangkap pukat
dapat di simpulkan nilai pH di perairan
(21,05%) berjumlah 8 orang, dan teknik
Kelurahan Dompak berada dalam kisaran
penangkapan menyelam (2,63%) berjumlah 1
yang baik untuk kehidupan Populasi siput
orang. Dari hasil wawancara tersebut maka
gonggong.
dapat di simpulakan bahwa banyak nelayan
nelayan
Kelurahan
11
kehidupan
baik
yang
Dompak
menangkap
yang
siput
melakukan
penangkapan siput gonggong dengan cara
menggunakan
memungut.
pelarangan penggunaan alat tangkap pukat
C.
untuk menangkap siput gonggong.
Status keberlanjutan populasi siput
Dari hasil analisis yang dilakukan dapat indeks
masing
variabel
Perlu
dilakukan
Substrat memperoleh nilai indeks
gonggong (strombus canarium)
diketahui
pukat.
66,7
yaitu tergolong cukup berkelanjutan, yang di
keberlanjutan
masing-
maksud substrat di Keluirahan Dompak
penelitian
yang
merupakan substrat yang sukup baik untuk
mempengaruhi keberlanjutan populasi siput
kehidupan siput gonggong yaitu di dominasi
gonggong di Kelurahan Dompak. Terdapat 4
jenis subtrat pasir berlumpur, terlihat juga
variabel yang dianalisis untuk mengetahui
dari kelimpahan siput gonggong yang di
indeks
siput
temukan, pada (Lampiran.3), Kelimpahan
yaitu
siput gonggong sangat berpengaruh dengan
teknologi
jenis substrat habitat. Kelimpahan siput
keberlanjutan
gonggong kondisi
di
Populasi
Kelurahan
perairan,
Dompak
substrat,
penangkapan, dan ukuran tangkap.
gonggong tinggi bila subtrat nya adalah pasir berlumpur, dan kelimpahan siput gonggong rendah bila subtratnya pasir, sesuai yang di kemukakan oleh Amini (1986) dalam Siddik (2011), siput gonggong banyak terdapat hidup di perairan pantai dengan dasar pasir berlumpur dan kondisi perairan dimana banyak
ditemukan
lamun.
Kondisi
ini
memberikan indikasi bahwa pada perairan Dapat dijelaskan bahwa kondisi ekologi
Kelurahan Dompak terdapat wilayah-wilayah
siput gonggong di kelurahan Dompak sudah
tertentu yang ideal sebagai habitat siput laut
di dukung oleh teknik penangkapan yang
gonggong.
baik dan sangat berkelanjutan, dengan nilai
Terdapat empat atribut yang dianalisis
indek keberlanjutan 77,6. Hal ini karena di
dari variabel ini yaitu parameter suhu,
dukung
76.31%
Dompak
yang
di
kelurahan
salinitas, pH dan DO. Kondisi perairan di
menggunakan
teknologi
Kelurahan Dompak menunjukkan rata-rata
penangkapan tradisional dengan memungut
nilai suhu perairan 30,1 - 30,3 oC, rata-rata
yang merupakan teknologi penangkapan yang
nilai salinitas perairan 30,6 - 32 ‰, rata-rata
tidak merusak lingkungan, namun cara
nilai pH 7,97 - 7,91, dan rata-rata nilai DO
penangkapan ini harus terus di pertahan kan
perairan 6,5 - 6,7 mg/l. Nilai indeks
agar
tetap
keberlanjutan variabel kondisi perairan 63,9
berkelanjutan, dan sangat mengkhawatirkan
yaitu tergolong cukup berkelanjutan, yang di
bila masih ada sebagian nelayan setempat
maksud dari nilai indeks tersebut adalah
tetap menggunakan teknologi penangkapan
kondisi perairan di Kelurahan Dompak secara
populasi
nelayan
siput
gonggong
12
umum
tergolong
keberlanjutan
cukup
kehidupan
baik
untuk
populasi
siput
gonggong yang kecil di tangkap terus menerus.
gonggong, namun perlu pemantauan kuliatas
V.
air yang berkala, karena kualitas air akan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah
berubah sewaktu-waktu, perubahan kualitas air
akan
mempengaruhi
KESIMPULAN DAN SARAN
sebagai berikut :
keberlanjutan
1. Kondisi ekologi siput gonggong di
kehidupan populasi siput gonggong.
Kelurahan
Dompak
yang
meliputi
kondisi perairan, substrat, teknologi penangkapan,
dan
menunjukkan
ukuran
cukup
tangkap
baik
dan
mendukung untuk kehidupan populasi siput gonggong. 2. Status
keberlanjutan
populasi
siput
gonggong pada dimensi ekologi dapat di lihat dari empat varibel yang di ukur Dari kondisi perairan Kelurahan Dompak
yaitu
tersebut terdapat empat atribut yang dapat menyimpulkan
bahwa
variabel
teknologi
kondisi
(77,6) tergolong sangat berkelanjutan,
tersebut adalah dari hasil pengamatan ukuran
kemudian substrat dengan nilai indeks
tangkap nelayan Kelurahan Dompak rata-rata
(66,7) tergolong cukup berkelanjutan,
menangkap siput gonggong yang sudah layak gonggong
Kondisi perairan (63,9) tergolong cukup
yang
berkelanjutan, serta ukuran tangkap
berukuran dewasa - sedang, karena pembeli
(61,1) tergolong cukup berkelanjutan.
juga menginginkan siput gonggong yang
Adapun saran dari penelitian ini
sudah dewasa, sehingga cukup baik untuk
adalah sebgai berikut :
keberlanjutan populasi siput gonggong di Dompak.
Walupun
1. Perlu di lakukan penelitian mendalam
rata-rata
terhadap tipa-tiap parameter kondisi
nelayan menangkap siput gonggong yang
perairan dan menambah
dewasa untuk dijual, namun ada juga nelayan
melihat sejauh mana batas toleransi
kecil untuk lauk mereka sehari-hari. Hal ini khawatirkan
akan
parameter
kondisi perairan yang lebih banyak guna
yang menangkap siput gonggong yang masih
di
ukuran
teknik penangkapan dengan nilai indek
berkelanjutan, maksud dari nilai indeks
Kelurahan
dan
keberlanjutan yang paling tinggi yaitu
nilai indeks 61,1 yaitu tergolong cukup
siput
penangkapan
substrat,
dari atribut yang memiliki nilai indeks
Variabel ukuran tangkap memperoleh
yaitu
perairan,
penangkapan. Kemudian di urut kan
perairan cukup berkelanjutan.
tangkap,
kondisi
siput
mengganggu
gonggong
parameter.
keberlanjuutan siput gonggong bila siput
13
terhadap
setiap
2. Perlu
dilakukan
pengelolaan
yang
suatu lestari
upaya
Mitchell B, 2000. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. Universitas Gajah Mada Prees : Yogyakarta
terhadap
populasi siput gonggong pada seluruh Nasution S, Siska M, 2011 Kandungan Logam Berat timbal (Pb) Pada sedimen dan siput Strombus Canarium Pantai Pulau Bintan, ISSN 19785283: Jurnal ilmu Lingkungan. Nybakken JW, 1988. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis, PT. Gramedia. Jakarta.
stasiun penelitian di Kelurahan Dompak dan pelarangan penggunaan alat tangkap pukat untuk menangkap siput gonggong 3. Perlu
dilakukan
pengelolaan
yang
suatu lestari
upaya terhadap
populasi siput gonggong pada seluruh Siddik J, 2011. Sebaran Spasial dan potensi repsoduksi populasi siput Gonggong (Strombus Turturella) di Teluk Klabat Bangka Belitung, Tesis magister Jurusanimu kelautan. Bogor : Istitut Pertanian Bogor.
stasiun penelitian di Kelurahan Dompak dan pelarangan penggunaan alat tangkap pukat
untuk
menangkap
siput
gonggong. VI.
Siska M, 2011. Kadar Logam berat (Cd, Cu,Pb,Zn) pada sedimen dasar dan siput Gonggong (strombus canarium) di pantai pulau Bintan kepulauan Riau. Proposal penelitian Program studi Lingkungan Program pasca sarjana Universitas Riau.
DAFTAR PUSTAKA
Arianti N, A, 2012. Abundance Of Dog Conch (Strombus turturella) in Coastal Area Tanjungpinang Kota Subdistrict, Tanjungpinang City. Kepulauan Riau Province. Journal Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau
Zulfikar, 2012. Pengelolaan Perikanan Tangkap Berkelanjutan di Perairan Selatan Pelabuhan Ratu. Tesis Program Studi Ilmu Kelautan. Universitas Indonesia
Effendi, H, 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius : Jakarta Jaya
A, 2004. Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable development) Tugas individu pengantar falsafah Sains Program S3 Institut Pertanian Bogor
Khodijah, 2014. Sustainable Livelihoods of Fishermen Households Headed by Women (Case Study in Riau Islands Province of Indonesia), Asian Social Science; Vol. 10, No. 9, 2014, Canadian Center of Science and Education Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2004. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut. Lampiran III
14