Volume 9, Nomor 1, Agustus 2011
The Manager Review Jurnal Ilmiah Manajemen Pelaksanaan Audit Sumber Daya Manusia pada Bank Bengkulu
Andriyani P. Effed Darta Hadi Praningrum
Motivasi Berprestasi Pegawai PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Bengkulu
Jonudin Ridwan Nurazi Paulus S Kananlua
Analisis Fungsi Kepegawaian Pada Bengkulu Utara
Dinas Kesehatan Kabupaten
Yenti Fisniarsih Fahrudin JS Pareke Trisna Murni
Analisis Perubahan Struktur Organisasi Berdasarkan PP Nomor 41 Tahun 2007 Di Lingkungan Pemerintah Daerah Kota Bengkulu
Marta Dewi Handoko Hadiyanto Sugeng Susetyo
Analisis Motivasi Kerja Pegawai Pada Sekretariat Daerah Bengkulu Selatan
Ranti Permatasari Handoko Hadiyanto Nasution
Studi Tentang Stress Menghadapi Pensiun Bagi Pegawai Sekretariat Daerah Kabuaten Rejang Lebong
Wirhan Mado Putra Sigit Nugroho Praningrum
Analisis Strategi Pengelolaan Account Melalui Pendekatan New Wave Marketing Pada PT. Telkom Divisi Bussines Service Area Lampung
Dewi ratnasari Lizar Alfanzi Ferry Tema Atmaja
Persepsi Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Dan Pengelola Terhadap Penerapan Sistem Serta Prosedur Pelayanan Pada Kantor Bersama Samsat UPPP Kota Bengkulu Di Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Bengkulu
Esther Theresiye Lizar Alfanzi Ferry Tema Atmaja
Evaluasi Penyelenggaraan Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Pada Badan Diklat Provinsi Bengkulu ( Studi Kasus DIKLATPIM Tingkat IV Angkatan XVII)
Harmen Syaiful Anwar Sugeng Susetyo
Pengaruh Pengetahuan, Ketrampilan, Dan Kemampuan Dalam Menjalankan Tugas, Prinsip, Dan Prosedur Kerja Serta Motivasi Terhadap Kinerja Bidan Desa Di Kabupaten Bengkulu Utara
Yupita Ridwan Nurazi Praningrum
Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Bank Muamalat Indonesia Dengan Bank Syariah Mandiri Di Indonesia
Yuli Darmawan Kamaludin Sri Adji Prabawa
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS BENGKULU
g eerr R Re v iieew w h M anajem en
L izar A lf an si, SE ., M B A ., Ph .D .
Slam et W id odo, M S
n g Susety o, S.E., M .Si
UR N AL PE N EL I T IA N B UK A N M E RU PA K AN A U PE N DA PA T DE W A N R E DA K S I D A N A T AU A K IB A T DA RI T U LI S AN T E TA P K PA DA PE N UL I S
t R edak s i a M ag ister M an aje m en U n iversitas Ben g kulu an dan g Lim un Ben gk ulu 0 7 36 -21170
The Manager Review Jurnal Ilmiah Manajemen Volume 9, Nomor 1, Agustus 2011 DAFTAR ISI Pelaksanaan Audit Sumber Daya Manusia pada Bank Bengkulu
1 – 12
Andriyani P. Effed Darta Hadi Praningrum Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan Jasa Konstruksi Di Bursa Effek Jakarta
13 – 30
Jonudin Ridwan Nurazi Paulus S Kananlua Analisis Fungsi Kepegawaian Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu Utara
31 – 41
Yenti Fisniarsih Fahrudin JS Pareke Trisna Murni Analisis Perubahan Struktur Organisasi Berdasarkan PP Nomor 41 Tahun 2007 Di Lingkungan Pemerintah Daerah Kota Bengkulu
42 – 54
Marta Dewi Handoko Hadiyanto Sugeng Susetyo Analisis Motivasi Kerja Pegawai Pada Sekretariat Daerah Bengkulu Selatan Ranti Permatasari
55 – 62
Handoko Hadiyanto Nasution Studi Tentang Stress Menghadapi Pensiun Bagi Pegawai Sekretariat Daerah Kabuaten Rejang Lebong
Wirhan Mado Putra Sigit Nugroho Praningrum
63 – 71
Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan Jasa Konstruksi Di Bursa Effek Jakarta
ANALISA KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI DI BURSA EFFEK JAKARTA Jonudin Ridwan Nurazi dan Paulus S Kananlua Mahasiswa Program Pascasarjana Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu
ABSTRACT The purpose of this study were to: 1) investigate the development position of financial company from liquidity, activity, leverage, and profitability aspect helpful into practical with investor to make their formula strategy. 2) analyze the comparison of financial performance construction company with the average from industry. In this study data could be acquaire from the value of financial, such as the liquidity ratio, laverage, activity ratio, and profitability ratio, than comparison the ratio from one periode with the others periode, and comparison the company ratio with the industry average. From the grapic we get about the development of financial performance some company, from the one periode to the next periode, and comparison with the average of industry. From the result of the data analyis it could be made conclusion as follows: 1) liquidity ratio of the construction company is fluctuatif, it is caused especially from the change of earnings, the consumption of the liabilities, and the consumption of current asset for tools expense and investment. 2) the leverage ratio of the construction companies during 2007–2008 were decreasing, it is caused from the increase of the liabilities, payment of liabilities expired, and the consumption of current asset for tools expense, as for 2008‐2010 it has significant increase especially caused from achievement of earnings over the target. 3) Working capital turn over ratio or equity has decrease at Jasa Marga in 2009, whereabouts equity has decrease acute, it is caused of the decrease current asset and the increase of the current liabilities consumption for invesment to the road project. 4) return on equity at 2007 until 2010 is fuktuatif, but the result was not significant, it was between 1 % the deviation, as for the Adhi Karya and Total Bangun Persada at 2008‐2009 has increase to 7‐8 %, it were caused from the increase of earnings, and the investor has goten the profit until 22 %. Keywords: Financial, Ratio, Construction Companies, Performance PENDAHULUAN Kerjasama di berbagai bidang yang membuka dan memberikan kesempatan bagi para investor asing untuk mengembangkan usahanya di Indonesia memerlukan adanya peningkatan kemampuan perusahaan‐perusahaan khususnya perusahaan jasa konstruksi agar dapat menghadapi persaingan yang semakin ketat. Dalam rangka menghadapi era globalisasi dan tuntutan para pengguna Jasa Konstruksi Nasional terhadap kinerja yang lebih baik, maka perusahaan jasa konstruksi harus senantiasa memiliki kemampuan dan kompetensi yang cukup dalam menghadapi tuntutan masyarakat akan mutu konstruksi. Dalam hal menjaga kompetensi dan kualitas perusahaan, erat kaitannya dengan pengelolaan sumber daya, yakni pengelolaan Finansial/keuangan, sumber daya manusia, dan penyediaan sarana dan prasarana. Dengan menggunakan peta proses bisnis, hendaknya badan usaha dapat menetapkan, mendokumentasikan, menerapkan dan memelihara sistem manajemen mutu dan prosedur–prosedur yang terkait, serta memperbaiki keefektifan sistem manajemen mutu. Peran industri konstruksi dalam ekonomi juga dapat dilihat dari segi potensi lapangan kerja, kebutuhan material dan dampaknya, peraturan publik yang mendukung ekonomi, dan termasuk dampak perluasan industri konstruksi terhadap ekonomi. Industri konstruksi dapat The Manager Review
13
Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan Jasa Konstruksi Di Bursa Effek Jakarta
dikategorikan sebagai salah satu industri yang berperan penting pada proses pembangunan ekonomi suatu negara. Kontribusi industri konstruksi terhadap total Gross Domestic Product (GDP) suatu negara maju lebih kurang 7%‐10%. Adapun di negara yang sedang berkembang, industri konstruksi menghasilkan 3%‐6% dari total GDP. Industri konstruksi juga memberikan kontribusi kepada pembukaan lapangan kerja serta distribusi pendapatan bagi masyarakat lapisan bawah. Industri jasa konstruksi adalah industri yang mencakup semua pihak yang terkait dengan proses konstruksi termasuk tenaga profesi, pelaksana konstruksi dan juga para pemasok yang bersama‐sama memenuhi kebutuhan pelaku dalam industri. Jasa konstruksi adalah jasa yang menghasilkan prasarana dan sarana fisik. Jasa tersebut meliputi kegiatan studi, penyusunan rencana teknis/rancang bangun, pelaksanaan dan pengawasan serta pemeliharaannya. Mengingat bahwa prasarana dan sarana fisik merupakan landasan pertumbuhan sektor‐sektor dalam pembangunan nasional serta kenyataan bahwa jasa konstruksi berperan pula sebagai penyedia lapangan kerja, maka jasa konstruksi penting dalam pembangunan nasional. Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk meraih pendapatan dan laba setinggi– tingginya atau mencari sumber dana dengan seefisien mungkin (misalnya berbunga rendah, berjangka waktu lama, dan persyaratan lunak). Dalam perspektif manajemen keuangan, lebih tepat jika dikatakan bahwa tujuan normatif atau tujuan yang seharusnya dicapai pada manajemen keuangan adalah meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimalkan kekayaan para pemegang sahamnya yang dalam hal ini dikaitkan dengan dengan harga pasar saham perusahaan tersebut. Sebelum membuat berbagai keputusan dibidang keuangan, seorang manajer keuangan haruslah mampu menganalisis kondisi keuangan suatu perusahaan. Analisis dilakukan terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan yaitu neraca dan laporan laba rugi. Analisa laporan keuangan melibatkan penggunaan berbagai laporan keuangan. Laporan–laporan keuangan tersebut berisikan beberapa hal. Pertama, Neraca merupakan ringkasan aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada satu titik tertentu, biasanya akhir tahun atau kuartal tahun. Kedua, Laporan Laba Rugi terdiri dari penghasilan dan biaya perusahaan ada periode waktu tertentu, biasanya untuk satu tahun atau tiga bulan. Jika neraca menunjukan posisi keuangan perusahaan pada satu titik waktu tertentu, maka laporan laba rugi menunjukan keuntungan atau kerugian perusahaan sepanjang periode waktu tertentu. Ketiga, laporan arus kas dari kegiatan usaha, terdiri dari arus kas yang digunakan untuk aktifitas investasi, arus kas yang berasal dari aktifitas pembiayaan sehingga diperoleh kenaikan atau penurunan pada kas/bank dan deposito perusahaan pada suatu periode yaitu : perubahan dari tahun sekarang ke tahun sebelumnya. Langkah‐langkah perbaikan pada perusahaan jasa konstruksi dapat berupa suatu sistem pengendalian terhadap faktor‐faktor yang mempengaruhi kesuksesan perusahaan jasa konstruksi, yang dapat terjadi di luar perencanaan. Tolak ukur kesuksesan perusahaan dapat dilihat dari kinerja perusahaan yang dihasilkannya. Semakin tinggi kinerja perusahaan tersebut maka akan semakin sukses juga perusahaannya. Indikator kinerja perusahaan itu dapat dilihat dari kinerja Liquidity, leverage, activity, profitability, dan sustainability . Rasio–rasio keuangan tersebut memberikan indikasi tentang kekuatan keuangan dari suatu perusahaan. Keterbatasan analisis rasio timbul dari kenyataan bahwa metodologinya pada dasarnya bersifat suatu penyimpangan (univariate), artinya setiap rasio teruji secara terpisah. Pengaruh kombinasi dari beberapa rasio hanya didasarkan pada pertimbangan para analisis keuangan. Oleh karena itu, untuk mengatasi kekurangan dari analisis rasio, dibuat berbagai kombinasi rasio agar menjadi suatu model prediksi yang berarti. Salah satu teknik yang digunakan untuk tujuan tersebut adalah analisis Trend dan Comparative dimana analisis ini menghasilkan suatu grafik yang memungkinkan klasifikasi dari suatu pengamatan menjadi satu dari beberapa pengelompokan yang bersifat apriori (berdasarkan teori). 14 The Manager Review
Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan Jasa Konstruksi Di Bursa Effek Jakarta
TINJAUAN LITERATUR Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang meliputi neraca, perhitungan rugi laba dan laba ditahan, laporan perubahan posisi keuangan serta catatan atau laporan keuangan (Harnanto, 1991:9). Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyediakan informasi keuangan kepada pihak–pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan didalam pengambilan keputusan–keputusan ekonomi. Hertert (1982 : 54) menyatakan bahwa Analisis laporan keuangan dapat menunjukan potensi suatu perusahaan, efisiensi operasi perusahaan, tingkat keuntungan yang dicapai serta menimbang efektifitas penggunaan sumber daya perusahaan. Laporan keuangan juga berfungsi sebagai pertanggungjawaban bagi manajemen kepada semua pihak yang menanamkan dan mempercayakan pengelolaan dananya dalam perusahaan tersebut, terutama pada para pemilik. Dipihak ekstern, laporan disusun guna memberikan informasi keuangan yang bermanfaat yang bersangkut paut dengan perusahaan, antara lain: a) Para Pemilik dan calon Pemilik (Pemegang Saham); b) Kreditur dan calon Kreditur; c) Instansi Pemerintah; d) Pengguna Jasa dan Leveransir. Analisa Rasio Keuangan Menurut Higgins (1996:71): Pertama mengenai rasio, suatu rasio adalah suatu angka lain, jadi tidak layak untuk mengharapkan bahwa perhitungan mekanis atau satu rasio atau bahkan beberapa rasio, akan langsung memberikan pengertian menyeluruh tentang sesuatu yangs serumit perusahaan modern. Pokok kedua yang harus diingat adalah bahwa tidak ada satu nilai pun yang benar–benar tepat bagi suatu rasio. Pengamatan bahwa rasio itu terlalu tinggi, terlalu rendah, atau tepat tergantung pada perspektif pemakaian laporan dan strategi persaingan perusahaan. Analisis rasio dapat memberikan informasi lebih banyak atau lebih rinci mengenai keadaan suatu perusahaan. Rasio Likuiditas Skousen (1986:620) Menyatakan bahwa Likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar hutang–hutangnya pada saat jatuh tempo. Tingkat likuiditas diketahui dengan menghubungkan antara harta lancar dengan hutang lancar. Current ratio Current ratio adalah rasio yang paling umum digunakan untuk menganalisa posisi modal kerja perusahaan dan mengukur kesanggupan perusahaan tersebut untuk memenuhi kewajiban keuangan. Rasio ini menunjukan berapa besar utang lancar dijamin oleh aktiva lancar. Semakin tinggi current ratio berarti semakin efisien pula pengelolaan modal kerja perusahaan dan semakin tinggi kemampuan perusahaan melunasi utang–utangnya. Acid test ratio Acid test ratio adalah suatu uji atas likuiditas yang cepat dari suatu perusahaan untuk membayar utang–utang sesegera mungkin dan tepat pada waktunya. Rasio ini lebih tajam daripada current ratio karena membandingkan aktiva yang sangat liquid atau mudah diuangkan. Acid test ratio yang sangat tinggi menunjukan kecilnya investasi yang ditanamkan dalam persediaan dan semakin sehat keuangan perusahaan. Cash ratio Cash ratio adalah suatu uji atas likuiditas yang cepat dengan menunjukan posisi jumlah kas dibandingkan total aktiva lancar. Cash ratio yang semakin tinggi menunjukan kemampuan kas yang semakin baik dalam menutupi utang lancar dalam jangka pendek. The Manager Review
15
Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan Jasa Konstruksi Di Bursa Effek Jakarta
Rasio Laverage Rasio leverage adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban yang lain apabila perusahaan dilikuidasi atau hubungan antara utang–utang perusahaan terhadap modal ataupun asset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity). Perusahaan yang baik seharusnya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari hutang. Rasio ini bisa juga dianggap bagian dari rasio Solvabilitas. Rasio laverage terdiri dari : Total debt to total Asset ratio Total debt to total asset ratio (rasio utang atas aktiva) adalah rasio yang menunjukan sejauh mana utang dapat ditutupi oleh aktiva. Supaya aman porsi utang terhadap aktiva harus lebih kecil, jadi semakin kecil perbandingannya semakin lebih aman (Solvabel). Total debt to total equity ratio Total debt to total equty ratio atau rasio utang atas modal adalah rasio yang menggambarkan sampai sejauh mana modal dapat menutup utang–utang kepada pihak luar. Supaya aman porsi utang terhadap modal sendiri harus lebih kecil, jadi semakin kecil perbandingannya semakin lebih aman (Solvabel). Rasio Aktivitas Riyanto (1996:331) Menyatakan bahwa Rasio aktivitas yaitu rasio yang dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber–sumber dananya. Alat analisis yang digunakan adalah perputaran piutang, perputaran persediaan dan perputaran modal kerja. Perputaran piutang Reksoprayitno (1991:109‐110) Menyatakan bahwa Perputaran piutang memberikan gambaran mengenai berapa kali tiap tahunnya dana yang tertanam dalam piutang berputar yaitu dari bentuk piutang ke bentuk uang tunai kemudian ke bentuk piutang. Woelfe (1990:88) Menyatakan bahwa Rasio yang tinggi menunjukan bahwa piutang tidak dikelola dengan efektif sehingga lebih sedikitnya sumber daya yang diinvestasikan dalam piutang serta praktek pengumpulan dan syarat pemberian kredit yang semakin baik. Perputaran Persediaan Persediaan adalah bentuk investasi, dimana keuntungannya baru dapat diperoleh jika barang tersebut terjual. Riyanto (1996:69) Menyatakan bahwa Persediaan sebagai elemen utama dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus–menerus mengalami perubahan. Perputaran Modal Kerja Munawir (1990:79) Menyatakan bahwa Rasio perputaran modal kerja memberikan informasi tentang berapa rupiah penjualan yang dapat direalisasi oleh setiap satu rupiah modal kerja dalam satu periode. Rasio ini menggambarkan hubungan antara hasil penjualan dan modal kerja secara relative dalam hubungannya dengan luas operasi perusahaan. Tingkat perputaran modal kerja yang tinggi dapat disebabkan oleh piutang dan persediaan yang ada dalam aktiva lancar sangat kecil atau karena adanya kekurangan modal kerja, sedangkan rendahnya tingkat perputaran modal kerja dapat disebabkan oleh jumlah aktiva lancar berlebihan, mungkin kas terlampau besar dan tingkat perputaran persediaan dan piutang rendah. 16 The Manager Review
Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan Jasa Konstruksi Di Bursa Effek Jakarta
Rasio Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari modal yang digunakan untuk operasi perusahaan selama periode tertentu. Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam beroperasi sehingga menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Alat analisa yang dipakai adalah gross profit margin, operating ratio, return on investment, dan return on equity. Gross Profit Margin Gross profit margin menggambarkan hubungan laba dengan penjualan sebelum biaya umum, biaya administrasi dan biaya penjualan. Rasio ini dipergunakan untuk mengukur efisiensi kegiatan produksi. Semakin tinggi rasionya berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk menutupi biaya operasi, pajak dan biaya modal. Operating Ratio Operating ratio menggambarkan hubungan antara harga pokok penjualan dan biaya operasional yang dikeluarkan dengan tingkat penjualannya. Rasio yang tinggi menunjukan keadaan yang kurang baik atau berarti setiap penjualan yang terserap dalam biaya tinggi dan yang tersedia untuk laba kecil. Sedangkan rasio yang rendah menunjukan tingkat dan struktur biaya rendah. Return On Investment Return On investment menggambarkan seberapa jauh aktiva telah dipergunakan di dalam kegiatan perusahaan atau menunjukan berapa kali aktiva berputar dalam suatu periode tertentu sehingga menghasilkan laba perusahaan. Return on investment mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditambahkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan guna menghasilkan keuntungan. Jika ROI lebih besar daripada tingkat bunga maka laba usaha yang dihasilkan perusahaan adalah baik. Rentabilitas, acuannya adalah return on average asset (ROA) dan return on average equity (ROE). Angka ROA dihitung berdasarkan perbandingan laba bersih dengan rata–rata asset total dengan standar terbaik 1,5 %. Return On Equity Angka ROE diperoleh dengan membandingkan laba bersih dengan rata–rata modal sendiri dengan standar terbaik 12 %. Menilai Kinerja Perusahaan Beberapa parameter yang digunakan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan adalah dengan metode analisa trend dan analisa comparative. Analisa Trend Menurut Munawir (1990:37), Trend dan perkembangan keuangan perusahaan adalah suatu metode untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukan tendensi tetap, naik atau turun. Menurut Hernanto (1984:142), Ada empat alternatif yang dapat digunakan sebagai data pembanding, yaitu: a) Data dalam periode yang mendahului; b) Data dalam periode yang paling awal; c) Data rata–rata dalam periode yang diperbandingkan; d) Data dalam periode tertentu yang dianggap sebagai data yang representative untuk dipakai sebagai data pembanding. Untuk dapat menjelaskan perbandingan tersebut maka trend yang bertanda positif (+) berarti bahwa jumlah dalam tahun yang dibandingkan lebih besar daripada jumlah dalam tahun pembanding atau menunjukan adanya kenaikan, sebaliknya trend yang bertanda negative (‐) berarti ada penurunan. Jadi secara keseluruhan dapat terlihat kecenderungan trend tersebut bergerak sehingga dari sana dapat ditarik suatu kesimpulan. The Manager Review
17
Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan Jasa Konstruksi Di Bursa Effek Jakarta
Analisa Comparative Analisa dilakukan dengan cara membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan rasio keuangan industri (Comparative analysis), untuk melakukan hal ini kita harus mencari data laporan keuangan industri. Yang dimaksud dengan industri adalah himpunan perusahaan– perusahaan sejenis, misalnya PT. Adhi Karya Tbk ingin membandingkan kinerja keuangan dirinya dengan perusahaan–perusahaan jasa konstruksi di Indonesia. Kerangka Analisis Kerangka analisis di gambarkan sebagai berikut :
Rasio Likuiditas Current Ratio Rasio Laverage Total Debth to Total Asset
Analisis Trend Kinerja Keuangan
Rasio Aktivitas Working Capital Turn Over
Analisis Comparative
Rasio Profitabilitas ROE
Gambar 1. Kerangka Analisis Penjelasan : Data laporan keuangan di analisis untuk mendapatkan variabel–variabel yang akan digunakan dalam pengamatan yakni rasio likuiditas Current ratio, rasio Laverage Total Debth to Total Asset, rasio aktivitas Working Capital turn Over, dan Rasio profitabilitas ROE. Variabel–variabel ini kemudian dibandingkan antar periode dengan periode yang mendahului, dilihat trendnya apakah positif ataupun negatif. Selain itu membandingkan variabel dengan rata–rata data uji yang diuji, dilihat apakah dibawah atau diatas rata–rata industri. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengamatan terhadap laporan keuangan perusahaan jasa konstruksi di bursa effek Jakarta, meliputi PT. Adhi Karya Tbk, PT. Total Bangun Persada Tbk., PT. Jasa Marga Tbk., PT. Wijaya Karya Tbk., dan PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk. Selama 4 periode tahun anggaran dari 2007‐2010, didapatkan hasil sebagai berikut: Analisis Likuiditas Hasil perhitungan Current ratio PT. Adhi Karya Tbk. Berdasarkan hasil penelitian maka current ratio untuk perusahaan PT. Adhi Karya Tbk. dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Tahun 2007 sebesar 1,21 yang artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar akan dibiayai dengan aktiva lancar Rp. 1,21; b) Tahun 2008 terjadi penurunan 0,04 sehingga current ratio perusahaan menjadi 1,17 yang artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar akan dibiayai dengan aktiva lancar Rp. 1,17; c) Tahun 2009 terjadi kenaikan 0,03 sehingga current ratio perusahaan menjadi 1,20 yang artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar akan dibiayai dengan aktiva lancar Rp. 1,20; d) Tahun 2010 terjadi penurunan 0,06 sehingga current ratio 18 The Manager Review
Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan Jasa Konstruksi Di Bursa Effek Jakarta
perusahaan menjadi 1,14 yang artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar akan dibiayai dengan aktiva lancar Rp. 1,14. Hasil Perhitungan Current ratio PT. Total Bangun Persada Tbk. Berdasarkan hasil penelitian maka current ratio untuk perusahaan PT. Total Bangun Persada Tbk. dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Tahun 2007 sebesar 1,36 yang artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar akan dibiayai dengan aktiva lancar Rp. 1,36; b) Tahun 2008 terjadi kenaikan 0,03 sehingga current ratio perusahaan menjadi 1,39 yang artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar akan dibiayai dengan aktiva lancar Rp. 1,39; c) Tahun 2009 terjadi kenaikan 0,15 sehingga current ratio perusahaan menjadi 1,54 yang artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar akan dibiayai dengan aktiva lancar Rp. 1,54; d) Tahun 2010 terjadi penurunan 0,03 sehingga current ratio perusahaan menjadi 1,51 yang artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar akan dibiayai dengan aktiva lancar Rp. 1,51. Hasil Perhitungan Current Ratio PT. Jasa Marga Tbk. Berdasarkan hasil penelitian, maka current ratio untuk perusahaan PT. Jasa Marga Tbk. dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Tahun 2007 sebesar 3,02 yang artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar akan dibiayai dengan aktiva lancar Rp. 3,02; b) Tahun 2008 terjadi kenaikan 0,14 sehingga current ratio perusahaan menjadi 3,16 yang artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar akan dibiayai dengan aktiva lancar Rp. 3,16; c) Tahun 2009 terjadi penurunan 2,00 sehingga current ratio perusahaan menjadi 1,16 yang artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar akan dibiayai dengan aktiva lancar Rp. 1,16; d) Tahun 2010 terjadi kenaikan 0,49 sehingga current ratio perusahaan menjadi 1,65 yang artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar akan dibiayai dengan aktiva lancar Rp. 1,65. Hasil Perhitungan Current Ratio PT. Wijaya Karya Tbk. Berdasarkan hail penelitian maka current ratio untuk perusahaan PT. Wijaya Karya Tbk. dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Tahun 2007 sebesar 1,65 yang artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar akan dibiayai dengan aktiva lancar Rp. 1,65; b) Tahun 2008 terjadi penurunan 0,21 sehingga current ratio perusahaan menjadi 1,44 yang artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar akan dibiayai dengan aktiva lancar Rp. 1,44; c) Tahun 2009 tidak terjadi perubahan, sehingga current ratio perusahaan tetap 1,44 yang artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar akan dibiayai dengan aktiva lancar Rp. 1,44; d) Tahun 2010 terjadi penurunan 0,03 sehingga current ratio perusahaan menjadi 1,41 yang artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar akan dibiayai dengan aktiva lancar Rp. 1,41. Hasil perhitungan Current Ratio PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk. Berdasarkan penelitian maka current ratio untuk perusahaan PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk. dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Tahun 2007 sebesar 1,53 yang artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar akan dibiayai dengan aktiva lancar Rp. 1,53; b) Tahun 2008 terjadi penurunan 0,03 sehingga current ratio perusahaan menjadi 1,50 yang artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar akan dibiayai dengan aktiva lancar Rp. 1,50; c) Tahun 2009 terjadi kenaikan sebesar 0,01 sehingga current ratio perusahaan tetap 1,51 yang artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar akan dibiayai dengan aktiva lancar Rp. 1,51; d) Tahun 2010 terjadi penurunan 0,16 sehingga current ratio perusahaan menjadi 1,35 yang artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar akan dibiayai dengan aktiva lancar Rp. 1,35. Analisa Leverage Analisa yang digunakan pada rasio laverage yakni model perhitungan Total debt to total asset, rasio ini menunjukan besarnya kemampuan menutupi kewajiban lancar dan hutang jangka panjang yang dimiliki perusahaan oleh aktiva. Semakin kecil tingkat rasio ini maka semakin aman. The Manager Review
19
Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan Jasa Konstruksi Di Bursa Effek Jakarta
Berdasarkan hasil penelitian maka total debt to total asset ratio perusahaan jasa konstruksi dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Tahun 2007–2008 ada kenaikan rasio pada perusahaan Adhi Karya sebesar 0,01; Total Bangun Persada sebesar 0,02; Wijaya Karya sebesar 0,08; dan Jaya Konstruksi sebesar 0,01 sedangkan Jasa Marga mengalami penurunan sebesar (0,02); b) Tahun 2008 – 2009 secara umum terjadi penurunan, misalnya Adhi Karya (0,01); Total Bangun Persada (0,05); Jasa Marga (0,01); Wijaya Karya (0,04); Jaya Konstruksi (0,01); c) Tahun 2009‐2010 sebagian besar mengalami penurunan, misalnya Adhi Karya (0,05); Wijaya Karya (0,01); sedangkan Total Bangun Persada tidak terjadi perubahan; sedangkan perusahaan yang mengalami kenaikan Laverage adalah Jaya Konstruksi (0,05) ; Jasa Marga sebesar (0,04). Analisis Aktivitas Analisa yang digunakan pada rasio Aktivitas adalah Working Capital Turn Over. Berdasarkan hasil penelitian, secara keseluruhan tingkat perputaran modal kerja dari tahun 2007‐2010 mengalami fluktuasi, berikut penjelasan dari tabel diatas: (a) Tahun 2007–2008 ada kenaikan rasio aktivitas pada perusahaan Adhi Karya sebesar 2,4; Total Bangun Persada sebesar 1,13; Jasa Marga sebesar 0,27 Wijaya Karya sebesar 1,14; dan Jaya Konstruksi sebesar 1,04; (b) Tahun 2008 – 2009 terjadi kenaikan rasio pada perusahaan Jasa Marga 6,7; Wijaya Karya 0,24; Jaya Konstruksi 0,13 ; dan terjadi penurunan rasio pada Adhi Karya (0,62); Total Bangun Persada (1,46); (c) Tahun 2009‐2010 terjadi penurunan secara umum, misalnya Total Bangun Persada (1,06); Jasa Marga sebesar (5,24); Wijaya Karya (0,25); sedangkan yang mengalami kenaikan Adhi Karya (2,46); Jaya Konstruksi (0,23). Analisis Profitabilitas Analisa yang digunakan pada rasio Profitabilitas yakni model perhitungan Return On Equity. Dari hasil penelitian diketahui bahwa ROE secara umum tahun 2007 sampai 2010 mengalami fluktuasi, berikut penjelasan dari tabel diatas: (a) Tahun 2007–2008 ada kenaikan rasio profitabilitas pada perusahaan Jasa Marga sebesar 0,06; Wijaya Karya sebesar 0,03; tidak terjadi perubahan pada Adhi Karya dan Jaya Konstruksi; sedangkan terjadi penurunan pada Total Bangun Persada sebesar 0,03; (b) Tahun 2008–2009 terjadi kenaikan rasio pada perusahaan Adhi Karya (0,08); Total Bangun Persada (0,07); Jasa Marga (0,01); Jaya Konstruksi 0,01 ; dan terjadi penurunan rasio pada Wijaya Karya sebesar 0,01; (c) Tahun 2009‐2010 terjadi kenaikan pada Total Bangun Persada (0,03); Jasa Marga sebesar (0,03); Wijaya Karya (0,05); sedangkan Adhi Karya tidak terjadi perubahan; sedangkan Jaya Konstruksi mengalami penurunan sebesar (0,03). PEMBAHASAN Analisa Current Ratio Analisa yang digunakan pada rasio likuiditas yakni model perhitungan current ratio, rasio ini menunjukan besarnya kekayaan yang dimiliki perusahaan untuk menjamin kewajiban– kewajiban yang harus segera dipenuhi. Semakin tinggi tingkat rasio ini maka semakin baik tingkat likuiditas yang dimiliki perusahaan, karena apabila terjadi penurunan terhadap aktiva lancarnya, perusahaan harus memenuhi kewajibannya., berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: (a) Pada perusahaan Adhi Karya, Tahun 2008 terjadi penurunan 0,04 sehingga current ratio perusahaan menjadi 1,17; hal ini diakibatkan (ADHI) membukukan rugi kurs meningkat 234,35% menjadi Rp 12,78 miliar pada 2008, laba bersih ADHI pun tergerus 36,96% menjadi Rp 81,484 miliar pada 2008, tergerusnya laba disebabkan utang usaha pihak ketiga yang meningkat 48,19% menjadi Rp 2,297 triliun pada 2008.(inilah.com). Tahun 2009 terjadi kenaikan 0,03 sehingga current ratio perusahaan menjadi 1,20 karena terjadi peningkatan pendapatan selama tahun 2009 yang melampaui target pendapatan, yang dipatok Rp. 6,7 Triliun. Dengan kondisi ini laba bersih Adhi Karya melonjak 80,73 % menjadi 147 Miliar. Tahun 2010 terjadi penurunan 0,06 sehingga current ratio perusahaan menjadi 1,14 20 The Manager Review
Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan Jasa Konstruksi Di Bursa Effek Jakarta
karena PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) membayar atas pengajuan pinjaman modal kerja anak usahanya, PT Adhicon Persada kepada Bank Mandiri sebesar Rp75 miliar, adapun rincian utang anak usahanya ke Bank Mandiri terdiri dari Rp15 miliar berbentuk cash loan dan Rp60 miliar berbentuk non cash loan dengan jangka waktu satu tahun. (inilah.com); (b) PT. Total Bangun Persada Tbk, Tahun 2008 terjadi kenaikan 0,03 sehingga current ratio perusahaan menjadi 1,39 kenaikan terjadi karena September 2008 adanya kenaikan margin semester II 2008 sebesar 1,6%. Menyusul penurunan suku bunga ke posisi terendah sepanjang masa sebesar 6,5%. Tahun 2009 terjadi kenaikan 0,15 sehingga current ratio perusahaan menjadi 1,54 karena perusahaan mendapatkan tambahan pekerjaan di Arab Saudi, sehingga meningkatkan pendapatan menjadi 1,7 Triliun. Tahun 2010 terjadi penurunan 0,03 sehingga current ratio perusahaan menjadi 1,51 karena Total Bangun Persada Tbk anggarkan dana sekitar Rp 30 miliar untuk pembangun perkantoran di wilayah Jakarta Selatan; (c) PT. Jasa Marga Tbk., Tahun 2008 terjadi kenaikan 0,14 sehingga current ratio perusahaan menjadi 3,16 kenaikan terjadi karena jumlah kewajiban lancar Perseroan menurun sebesar 6,64% dari Rp1,32 trilyun pada tahun 2007 menjadi Rp1,24 trilyun pada akhir tahun 2008. Tahun 2009 terjadi penurunan 2,00 sehingga current ratio perusahaan menjadi 1,16 karena Jasa Marga menggunakan utang untuk membangun dua ruas tol proyek Jakarta Outer Ring Road (JORR) II. Kedua proyek itu adalah ruas tol Cengkareng‐Kunciran sepanjang 15,2 kilometer (km) dan ruas Kunciran‐Serpong 11,2 km., total kebutuhan dana investasi di kedua ruas tol itu mencapai Rp 5 triliun. Tahun 2010 terjadi kenaikan 0,49 sehingga current ratio perusahaan menjadi 1,65 karena PT Jasa Marga Tbk (JSMR) membayar utang perbankan sebesar Rp 350 miliar yang jatuh tempo di tahun 2010; (d) PT. Wijaya Karya Tbk. Tahun 2008 terjadi penurunan 0,21 sehingga current ratio perusahaan menjadi 1,44 penurunan terjadi karena PT Wijaya Karya Tbk telah mendapatkan komitmen pinjaman sebesar Rp900 miliar dari konsorsium 6 bank untuk membiayai sejumlah proyek. Tahun 2009 tidak terjadi perubahan, sehingga current ratio perusahaan tetap 1,44 Tahun 2010 terjadi penurunan 0,03 sehingga current ratio perusahaan menjadi 1,41 karena pekerjaan pada paket jalan Suramadu pembayarannya masih ditangguhkan. PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk. Tahun 2008 terjadi penurunan 0,03 sehingga current ratio perusahaan menjadi 1,50 penurunan terjadi karena pendapatan tidak sesuai target dari investasi yang direncanakan. Tahun 2009 terjadi kenaikan sebesar 0,01 sehingga current ratio perusahaan tetap 1,51 karena positifnya kinerja JKON pada 2009 akibat pendapatan proyek melebihi target, JKON mampu membukukan pertumbuhan pendapatan sekitar 15% pada tahun 2009. Tahun 2010 terjadi penurunan 0,16 sehingga current ratio perusahaan menjadi 1,35 karena Perusahaan konstruksi PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk mengalami penurunan laba bersih sebesar 8% pada 2010 menjadi Rp 115 miliar dari laba setahun sebelumnya sebesar Rp 125 miliar.e Today) Analisis Laverage Analisa yang digunakan pada rasio laverage yakni model perhitungan Total debt to total asset, rasio ini menunjukan besarnya kemampuan menutupi kewajiban lancar dan hutang jangka panjang yang dimiliki perusahaan oleh aktiva. Semakin kecil tingkat rasio ini maka semakin aman., berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: (a) Tahun 2007– 2008 ada kenaikan rasio pada perusahaan Adhi Karya, Total Bangun Persada, Wijaya Karya, dan Jaya Konstruksi, hal ini dikarenakan adanya (ADHI) membukukan rugi kurs meningkat 234,35% menjadi Rp 12,78 miliar pada 2008, laba bersih ADHI pun tergerus 36,96% menjadi Rp 81,484 miliar pada 2008; (b) PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) melakukan pembelian kembali saham (buy back) sebanyak 250 ribu saham (500 lot) atau 9,41 persen dari total volume saham TOTL 2,658 juta saham (5.316 lot).“Transaksi dilakukan pada 4 September 2008. PT Wijaya Karya Tbk telah mendapatkan komitmen pinjaman sebesar Rp900 miliar dari konsorsium 6 bank untuk membiayai sejumlah proyek (PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Bank Mega Tbk, PT Bank DBS Indonesia, PT Bank Danamon Tbk), dan pembelian peralatan baru serta pembiayaan pemeliharan peralatan. PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk The Manager Review
21
Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan Jasa Konstruksi Di Bursa Effek Jakarta
(JKON) mengalokasikan dana sebesar Rp 100 miliar untuk belanja modal alias capital expenditure (capex). Sedangkan pada perusahaan Jasa Marga terjadi penurunan, hal ini disebabkan karena pada tahun ini Jumlah kewajiban lancar Perseroan menurun sebesar 6,64% dari Rp1,32 trilyun pada tahun 2007 menjadi Rp1,24 trilyun pada akhir tahun 2008, Penurunan ini mencerminkan turunnya hutang usaha, biaya yang masih harus dibayar, kewajiban kerjasama operasi dan pelunasan hutang obligasi yang jumlah penurunan keseluruhannya mencapai Rp213,17 milyar; sekalipun terdapat kenaikan pada pos hutang pajak lancar sebesar Rp85,63 milyar; (b) Tahun 2008–2009 secara umum terjadi penurunan, dikarenakan perusahan mendapatkan banyak kontrak hingga melebihi target yang direncanakan sehingga mendongkrak pendapatan dan melakukan pembayaraan hutang jangka pendek dan obligasi yang telah jatuh tempo. PT. Adhi Karya Tbk. melunasi utang sekitar Rp 466 miliar. Pelunasan utang akan dilakukan terutama kepada dua bank yang telah memberikan pinjaman terbesar, yaitu PT Bank Mandiri Tbk dan PT Bank CIMB Niaga Tbk. PT. Total Bangun Persada Tbk. Mencatatkan laba kotor setelah proyek KSO mengalami kenaikan 13,5% yoy menjadi Rp40,15 milyar. Pendapatan lain‐lain mencatat kenaikan yang tidak signifikan sekitar 5% yoy menjadi Rp5,5 milyar, terutama karena adanya keuntungan pelepasan invesatasi senilai Rp307,5 juta. Sehingga laba bersih perusahaan mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar 14,1% yoy menjadi Rp15,2 milyar pada 1Q10. Perusahaan mencatat kenaikan laba bersih yang cukup signifikan yang juga ditunjang oleh peningkatan pendapatan lain‐lain. TOTL akan membukukan pendapatan Rp1,78 trilyun dengan laba bersih Rp61 milyar. WIKA berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp 204,13 miliar pada kuartal III‐2010, atau bertumbuh 54% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 132,62 miliar, naiknya laba bersih perusahaan didukung oleh kontribusi laba dari induk perusahaan sebesar Rp 152.33 miliar (74,6% dari total laba bersih) dan anak perusahaan sebesar Rp 51,82 miliar (25,4% dari total laba bersih). ampai akhir 2009. Jaya Konstruksi mencatat hasil pendapatan usaha perusahaan konstruksi ini per 31 Desember 2009 meningkat 15,5 persen yoy menjadi 2.699,28 miliar rupiah dibandingkan per 31 Desember 2008 sejumlah 2337,79 miliar rupiah. Naiknya pendapatan ini mampu mengerek laba kotor sebesar 45,11 miliar rupiah menjadi 387,40 miliar rupiah dari tahun sebelumnya. Sepanjang tahun lalu laba setelah proyeksi keja sama operasi Jaya Konstruksi mencapai 395,41 miliar rupiah dari 350,10 miliar rupiah. Jasa Marga merealisasikan laba bersih 2009 mencapai Rp900 miliar atau naik 27,15% dari laba bersih 2008 sebesar Rp707,79 miliar. (c) Tahun 2009‐2010 pada Jasa Marga terjadi kenaikan dikarenakan Jasa Marga menggunakan utang untuk membangun dua ruas tol proyek Jakarta Outer Ring Road (JORR) II. Kedua proyek itu adalah ruas tol Cengkareng‐Kunciran sepanjang 15,2 kilometer (km) dan ruas Kunciran‐Serpong 11,2 km., sehingga terjadi penurunan rasio. Sedangkan pada Jaya Konstruksi dikarenakan adanya kenaikan penggunaan hutang untuk pembiayaan peralatan (capex) sebesar 150 miliar. Pada Adhi Karya terjadi penurunan dikarenakan adanya pembayaran sejumlah hutang terhadap bank‐bank yang memberikan kredit kepada anak perusahaannya. Perusahaan konstruksi PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk mengalami penurunan laba bersih sebesar 8% pada 2010 menjadi Rp 115 miliar dari laba setahun sebelumnya sebesar Rp 125 miliar. Penurunan juga membuat laba per saham turun menjadi Rp 39,2 dari sebelumnya Rp 42,91. Analisis Aktivitas Penelitian menunjukkan bahwa modal kerja mengalami kenaikan dan penurunan. Penurunan yang signifikan terjadi pada perusahaan PT. Jasa Marga Tbk. Pada tahun 2009, dimana modal kerja mengalami penurunan tajam dikarenakan adanya penurunan aktiva lancar dan kenaikan hutang lancar yang digunakan untuk membiayai proyek pekerjaan jalan tol, Jasa Marga menggunakan utang untuk membangun dua ruas tol proyek Jakarta Outer Ring Road (JORR) II. Kedua proyek itu adalah ruas tol Cengkareng‐Kunciran sepanjang 15,2 kilometer (km) dan ruas Kunciran‐Serpong 11,2 km. 22 The Manager Review
Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan Jasa Konstruksi Di Bursa Effek Jakarta
Realisasi Penggunaan Dana IPO Jaya Konstruksi Tak Capai Target, Dana dari hasil penawaran umum saham perdana (IPO) PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk (JKON) periode Desember 2010 masih tersisa sebesar Rp 29,523 miliar dari hasil bersih yang diperoleh sebesar Rp 178,808 miliar. Adanya sisa tersebut disebabkan realisasi penggunaan dana untuk proyek infrastruktur tidak memenuhi target. Perputaran modal kerja semakin tinggi mempunyai arti bahwa perusahaan bisa mengoptimalkan modal kerja yang dimiliki untuk mencapai tingkat profitabilitas yang tinggi. Kesimpulan yang di dapat dari working capital turn over diatas adalah peningkatan pendapatan usaha akan mengakibatkan peningkatan modal kerja yang lebih cepat. Analisa Profitabilitas Analisa yang digunakan pada rasio Profitabilitas yakni model perhitungan Return On Equity, rasio ini menunjukan besarnya kemampuan mendapatkan keuntungan/profit dengan persentase perbandingan laba bersih desudah pajak dengan modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Semakin besar tingkat rasio ini maka semakin baik bagi investor untuk menanamkan investasinya, karena memberikan laba yang menjanjikan. Rasio ini juga digunakan para investor sebagai bahan perbandingan dengan moda–moda investasi lainya, seperti obligasi, simpanan deposito, dan lainnya. Apabila rasio profitabilitas melebihi rata–rata investasi lainnya, maka dengan sendirinya akan menjadi salah satu hal yang mendorong para investor untuk menanamkan modalnya ke perusahaan. Dari tabel 4.5 terlihat bahwa ROE secara umum tahun 2007 sampai 2010 mengalami fluktuasi, namun perubahan tidak terlalu signifikan yakni masih berkisar 1 % deviasinya, sedangkan pada perusahaan PT. Adhi Karya Tbk dan PT. Total Bangun Persada Tbk. Pada tahun 2008 sampai 2009 mengalami kenaikan yang cukup signifikan, yakni berkisar 7‐8 %, hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan pendapatan sehingga mendongkrak laba bersih perusahaan, sehingga ROE yang didapatkan investor mengalami kenaikan hingga mencapai 22 %. PT. Adhi Karya mencatat laba bersih Rp 165 miliar pada tahun 2009, laba kotor yang diperoleh Adhi Karya juga menebal menjadi Rp 655,48 miliar dari sebelumnya Rp 544,27 miliar. Bahkan, laba usaha perseroan bertambah 45,91% dari Rp 367,91 miliar menjadi Rp 536,82 miliar, peningkatan laba perseroan seiring meningkatnya penjualan di akhir tahun 2009 yang menjadi Rp 7,71 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp 6,64 triliun.Kenaikan itu setara 16,3% jika dibandingkan dengan penjualan perseroan di tahun 2008 sebanyak Rp 6,64 triliun. "Peningkatan penjualan itu naik sebagian besar karena proyek tol Kanci‐Pejagan menyumbangRp 1,3 triliun tahun lalu. Tahun 2009 Total Bangun Persada mencatatkan laba bersih sekitar Rp52 miliar, hal ini antara lain ditopang dari divisi pembangunan apartemen, dan paket pekerjaan Lapangan terbang di Kalimantan timur, pencapaian kinerja keuangan tahun 2008 sangat menggembirakan bagi perseroan. Pada tahun 2010 kembali mengalami kenaikan, adapun laba bersih sampai dengan akhir tahun ini sebesar Rp70 miliar ditambah Rp8 miliar‐Rp10 miliar dari anak usaha perseroan PT Total Persada Development (TPD).(oke.com) Pendapatan usaha Jasa Marga tercatat sebesar Rp 3,353 triliun atau meningkat 26,79 % dari pendapatan usaha tahun 2007 sebesar Rp 2,645 triliun. PT. Jasa Marga mencatatkan peningkatan ROE yang sigifikan pada tahun 2007–2008, yakni hingga mencapai kenaikan sebesar 6 %, Laba usaha juga mengalami kenaikan 35 % dari Rp 1,015 triliun di tahun 2007 menjadi Rp 1,371 triliun di tahun 2008. Dengan naiknya laba usaha, maka laba bersih juga meningkat 42,98 % dari Rp 277,981 miliar di tahun 2007 menjadi Rp 707,797 miliar di tahun 2008. hal ini ditunjang oleh pengengelolaan 13 ruas tol yakni jalan tol Belmera di Sumatera Utara (34 km), Jagorawi (46 km), Jakarta–Tangerang (28 km), Ulujami– Pondok Aren (5,5 km), Jakarta Inner Ring Road (25 km), Sedyatmo atau tol bandara (14,3 km), Jakarta–Cikampek (72 km), Jakarta Outer Ring Road (45 km), Cikampek–Padalarang (58,5 km), Padalarang–Cileunyi (63,9 km), Palikanci (28,8 km), Semarang (35,2 km), dan Surabaya– Gempol (39,5 km). The Manager Review
23
Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan Jasa Konstruksi Di Bursa Effek Jakarta
PT Jasa Marga (Persero) Tbk berhasil membukukan laba bersih tahun 2010 untuk pertama kalinya menembus Rp 1 Triliun yaitu sebesar Rp 1,193 Triliun, atau naik sebesar 20,23% dibanding tahun 2009 yang mencapai Rp 992,69 Milyar. Peningkatan laba bersih ini terjadi karena pendapatan usaha yang berhasil dibukukan Jasa Marga pada tahun 2010 mencapai 4,37 Triliun atau meningkat 18,60% dibanding pendapatan usaha tahun 2009 yang mencapai 3,69 Triliun. Pencapaian kinerja keuangan ini terutama diperoleh dari hasil peningkatan volume lalu lintas selama 2010 yang mencapai 957,89 juta kendaraan atau meningkat sebesar 4,41%, dibandingkan tahun 2009 sebesar 916,48 juta kendaraan. Wijaya Karya Cetak Laba Bersih Rp 174 Miliar di 2008, pendapatan yang mencapai 53% di tahun 2008, atau naik dari Rp 4,28 triliun di tahun 2007 menjadi Rp 6,5 triliun di tahun 2008, Pertumbuhan pendapatan WIKA yang cukup signifikan ditunjang oleh pendapatan segmen bisnis WIKA seperti segmen konstruksi yang memberikan kontribusi pendapatan terbesar atau mencapai 66,67%. Di tahun 2008, pendapatan segmen konstruksi mencapai Rp 4,37 triliun atau meningkat 58,04 % dari tahun 2007 yang sebesar dari Rp 2,77 triliun. Produk Beton yang diwakili oleh PT WIKA Beton menyumbang Rp Rp 904,2 miliar (setelah eliminasi) atau berkontribusi sebesar 13,79% terhadap pendapatan total perusahaan. Sementara segmen manufaktur dan perdagangan yang dinaungi oleh PT WIKA Intrade menyumbang Rp 940,81 miliar, atau 13,34 % terhadap pendapatan total Perusahaan. Di lain sisi, segmen bisnis property (WIKA Realty) menyumbangkan Rp 341,18 miliar atau sebesar Rp 5,20% terhadap total pendapatan perseroan. Pada tahun 2010 Pendapatan Wijaya Karya (WIKA) turun sebesar 8,62% menjadi Rp6,02 triliun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp6,59 triliun yang disebabkan tertundanya sejumlah proyek. Namun, beban pokok penjualan turun sebesar 9,67% sehingga laba bersih perseroan tumbuh sebesar 50,6% menjadi Rp284,92 miliar dari perolehan sebelumnya sebesar Rp189,22 miliar. Perseroan juga menetapkan target pendapatan Rp9,44 miliar dengan kontribusi dari non‐joint operation Rp7,44 miliar dan joint operation Rp2 miliar sehingga perolehan laba diharapkan Rp350 miliar. Laba bersih JKON tahun 2009 mencapai Rp 125,97 miliar sedangkan pendapatan JKON mencapai Rp 2,70 triliun. PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk (JKON) bakal membagikan dividen dari laba bersih tahun 2009 sebesar Rp 14 per lembar saham. Jumlah dividen yang dibagikan itu setara dengan 32,63% dari laba bersih perusahaan pada tahun lalu. Total dividen yang akan dibagikan berjumlah Rp 41,97 miliar. Laba ditahan tahun 2009 akan dipergunakan untuk memperkuat kas internal mereka. Apalagi, JKON menganggarkan belanja modal pada tahun ini sepenuhnya berasal dari kas internal senilai Rp 130 miliar Ditinjau dari komposisi pelanggan, tercatat bahwa sebesar 75% dari total proyek yang dikerjakan berasal dari pelanggan lama/repeated order, dan sisanya 25% adalah merupakan pelanggan baru. Pola ini konsisten dalam beberapa tahun terakhir, yang menggambarkan tingkat kepuasan serta loyalitas pelanggan terhadap jasa konstruksi yang ditawarkan perseroan yang cukup baik Analisis Comparative dan Analisis Trend Beberapa rasio diatas akan dibandingkan dengan rata–rata data perusahaan yang diamati, kemudian dilihat perbandingan antar perusahaan dengan industri dan pergerakannya dari tahun ke tahun melalui grapik. Rasio Likuiditas Current Ratio Dari hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut : a. PT. Adhi Karya Tbk. memiliki CR yang fluktuasi, tahun 2007–2008 mengalami penurunan, sedangkan dari tahun 2008 sampai 2010 kondisinya terus meningkat. Hal itu menunjukkan bahwa Current ratio PT. Adhi Karya Tbk. selalu berada dibawah rata–rata industri, namun jika dilihat dari trend tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, maka likuiditasnya dikategorikan baik. 24 The Manager Review
Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan Jasa Konstruksi Di Bursa Effek Jakarta
b.
c.
d.
e.
PT. Total Bangun Persada Tbk. memiliki CR yang terus mengalami kenaikan dari tahun 2007 sampai 2009, hal ini menggambarkan bahwa kondisi likuiditas baik. Hal itu menunjukkan bahwa Current ratio PT. Total Bangun Persada Tbk. selama dua periode berada dibawah rata–rata industri, namun jika dilihat dari trend tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, maka likuiditasnya dikategorikan baik. PT. Jasa Marga Tbk. memiliki CR yang mengalami kenaikan dari tahun 2007 sampai 2008, hal ini menggambarkan bahwa kondisi likuiditas baik. Hal itu menunjukkan bahwa Current ratio PT. Jasa Marga Tbk. selama dua periode berada diatas rata–rata industri, walaupun jika dilihat dari trend tahun 2008 ke tahun 2009 mengalami penurunan yang signifikan, namun pada tahun 2010 mengalami peningkatan dan mendekati rata–rata industri, maka likuiditasnya dikategorikan baik. PT. Wijaya Karya Tbk. Pada tahun 2008 mengalami penurunan, namun pada tahun berikutnya memiliki CR yang terus mengalami kenaikan dari tahun 2008 sampai 2010, hal ini menggambarkan bahwa kondisi likuiditas baik. Hal itu menunjukkan bahwa Current ratio PT. Wijaya Karya Tbk. selama dua periode berada dibawah rata–rata industri, tetapi dilihat dari trend tahun 2008 ke tahun 2010 mengalami peningkatan terus–menerus dan mendekati rata–rata industri, maka likuiditasnya dikategorikan baik. PT. Jaya Konstruksi Karya Manggala Tbk. Pada tahun 2008 mengalami penurunan, namun pada tahun berikutnya memiliki CR yang terus mengalami kenaikan bertahap dari tahun 2008 sampai 2010, hal ini menggambarkan bahwa kondisi likuiditas baik. Current ratio PT. Jaya Konstruksi Tbk. selama dua periode berada dibawah rata–rata industri, tetapi dilihat dari trend tahun 2008 ke tahun 2010 mengalami peningkatan terus–menerus dan mendekati rata–rata industri, maka likuiditasnya dikategorikan baik.
Rasio Leverage Total Debt to Total Asset Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: a. PT. Adhi Karya Tbk. memiliki TDTA yang fluktuasi, tahun 2007–2008 mengalami kenaikan, sedangkan dari tahun 2008 sampai 2010 kondisinya terus menurun. Hal itu juga menunjukkan Total debt to total asset PT. Adhi Karya Tbk. selalu berada diatas rata–rata industri, namun jika dilihat dari trend tahun ke tahun terus mengalami penurunan, maka kinerjanya dikategorikan baik. b. PT. Total Bangun Persada Tbk. memiliki TDTA mengalami kenaikan dari tahun 2007– 2008, namun dari tahun 2008 sampai 2010 terus mengalami penurunan, hal ini menggambarkan bahwa kondisi baik. Hal itu juga menunjukkan bahwa Total debt to total asset PT. Total Bangun Persada Tbk. selalu berada dibawah rata–rata industri, trend tahun 2008 ke tahun 2010 terus mengalami penurunan, maka kinerjanya dikategorikan baik. c. PT. Jasa Marga Tbk. memiliki TDTA yang terus mengalami penurunanan dari tahun 2007 sampai 2009, hal ini menggambarkan bahwa kondisi leverage baik. Hal itu juga menunjukkan bahwa Total debt to Total Asset PT. Jasa Marga Tbk. selama empat periode berada dibawah rata–rata industri, walaupun trend pada tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami kenaikan, maka leveragenya dikategorikan baik. d. PT. Wijaya Karya Tbk. Pada tahun 2008 mengalami kenaikanan, namun pada tahun berikutnya memiliki TDTA yang terus mengalami penurunan dari tahun 2008 sampai 2010, hal ini menggambarkan bahwa kondisi leverage baik. Hal itu juga menunjukkan bahwa rasio laverage Total deb to Total Asset PT. Wijaya Karya Tbk. selama empat periode berada diatas rata–rata industri, tetapi dilihat dari trend tahun 2008 ke tahun 2010 mengalami penurunan terus–menerus dan mendekati rata–rata industri, maka leveragenya dikategorikan baik. e. PT. Jaya Konstruksi Karya Manggala Tbk. TDTA Pada tahun 2008‐2010 mengalami penurunan, hal ini menggambarkan bahwa kondisi leverage baik. Hal itu juga menunjukkan bahwa Total debt to Total Asset PT. Wijaya Karya Tbk. selama empat The Manager Review
25
Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan Jasa Konstruksi Di Bursa Effek Jakarta
periode berada dibawah rata–rata industri, walau bila dilihat dari trend tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami kenaikan, tetapi berada dibawah rata‐rata maka leveragenya dikategorikan baik. Rasio Aktivitas Working Capital Turn Over Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dijelaskan sebagai berikut : a. PT. Adhi Karya Tbk. memiliki WCTO yang fluktuasi, tahun 2007–2008 mengalami kenaikan, sedangkan dari tahun 2008‐2009 mengalami penurunan dan 2009‐2010 kondisinya naik. Hal tersebut berarti bahwa Working Capital Turn Over PT. Adhi Karya Tbk. selalu berada diatas rata–rata industri, namun jika dilihat dari trend tahun 2008 ke tahun 2010 terus mengalami fluktuasi, maka perputaran modalnya dikategorikan baik. b. PT. Total Bangun Persada Tbk. memiliki WCTO dari tahun 2007–2008 mengalami kenaikan, namun dari tahun 2008 sampai 2010 terus mengalami penurunan, hal ini menggambarkan bahwa kondisi perputaran modal tidak baik. Hal itu berarti bahwa Working Capital Turn Over PT. Total Bangun Persada Tbk. Selama dua periode berada diatas rata–rata industri, trend tahun 2008 ke tahun 2010 terus mengalami penurunan, maka perputaran modal dikategorikan tidak baik. c. PT. Jasa Marga Tbk. memiliki WCTO yang terus mengalami kenaikan dari tahun 2007 sampai 2009, walaupun tahun 2010 mengalami penurunan dikategorikan perputaran modalnya dalam kondisi tidak baik. Hal itu berarti juga bahwa Working Capital Turn Over PT. Jasa Marga Tbk. selama dua periode berada dibawah rata–rata industri, namun jika dilihat dari trend tahun 2008 ke tahun 2009 mengalami kenaikan, dan mendekati rata– rata industri maka perputaran modalnya dikategorikan tidak baik. d. PT. Wijaya Karya Tbk. Pada tahun 2007–2009 mengalami kenaikan, namun pada tahun berikutnya WCTO mengalami penurunan pada tahun 2010, hal ini menggambarkan bahwa perputaran modal tidak baik karena sesuai dengan rata–rata industri. Hal itu juga berarti bahwa Working Capital Turn Over PT. Wijaya Karya Tbk. selama empat periode berada dibawah rata–rata industri, tetapi dilihat dari trend tahun 2008‐2009 mengalami kenaikan tetapi pada periode 2009‐2010 mengalami penurunan dan dibawah rata–rata industri, maka perputaran modalnya dikategorikan tidak baik. e. PT. Jaya Konstruksi Karya Manggala Tbk. Pada tahun 2007‐2010 mengalami kenaikan, hal ini menggambarkan bahwa perputaran modalnya baik. Hal itu juga berarti bahwa Working Capital Turn Over PT. Jaya Konstruksi Tbk. selama empat periode berada diatas rata–rata industri, maka perputaran modalnya dikategorikan baik. Rasio Profitabilitas Return On Equity Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat dijelaskan sebagai berikut : a. PT. Adhi Karya Tbk. memiliki ROE yang fluktuasi, tahun 2007–2008 stagnan, sedangkan dari tahun 2008 sampai 2009 mengalami kenaikan dan kembali stagnan di 2010. Selain itu dapat diketahui juga bahwa Return On Equity PT. Adhi Karya Tbk. selalu berada diatas rata–rata industri, walaupun jika dilihat dari trend tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami stagnan, tetapi masih diatas rata –rata industri, maka investasinya dikategorikan baik. b. PT. Total Bangun Persada Tbk. memiliki ROE dari tahun 2007–2008 mengalami penurunan, walaupun dari tahun 2008 sampai 2009 mengalami kenaikan, hal ini menggambarkan bahwa profit yang dihasilkan tidak baik. Selain itu dapat diketahui juga bahwa Return On Equity PT. Total Bangun Persada Tbk. Selama empat periode berada dibawah rata–rata industri, trend tahun 2008 ke tahun 2010 terus mengalami kenaikan mendekati rata‐rata, maka peluang investasinya dikategorikan tidak baik. c. PT. Jasa Marga Tbk. memiliki ROE yang terus mengalami kenaikan dari tahun 2007 sampai 2010, walaupun tiga periode berada dibawah rata–rata industri, tetapi peluang investasinya dalam kondisi baik. Hal itu juga menunjukkan bahwa Return On Equity PT. Jasa Marga Tbk. selama empat periode berada dibawah rata–rata industri, namun jika 26 The Manager Review
Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan Jasa Konstruksi Di Bursa Effek Jakarta
dilihat dari trend tahun 2008 ke tahun 2010 mengalami kenaikan, dan mendekati rata– rata industri maka laba yang dihasilkan dikategorikan baik. d. PT. Wijaya Karya Tbk. Pada tahun 2007–2008 ROE mengalami kenaikan, namun pada tahun berikutnya mengalami penurunan pada tahun 2009 dan kembali naik di 2010 mendekati rata‐rata, hal ini menggambarkan bahwa laba yang dihasilkan baik. Hal itu juga menunjukkan bahwa Return On Equity PT. Wijaya Karya Tbk. selama dua periode berada dibawah rata–rata industri dan dilihat dari trend tahun 2008 ke tahun 2009 mengalami penurunan tetapi kembali mengalami kenaikan pada 2010, maka peluang investasinya dikategorikan baik. e. PT. Jaya Konstruksi Karya Manggala Tbk. Pada tahun 2008‐2009 ROE mengalami kenaikan, namun pada tahun berikutnya memiliki ROE yang mengalami penurunan pada tahun 2010, hal ini menggambarkan bahwa peluang investasinya kurang baik. Hal itu juga menunjukkan bahwa Return On Equity PT. Wijaya Karya Tbk. selama tiga periode berada diatas rata–rata industri, namun dari trend tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami penurunan mendekati rata‐rata, maka peluang investasinya/laba yang dihasilkan dikategorikan baik. Dari uraian dan analisa data grapik diatas penilaian kinerja keuangan perusahaan jasa konstruksi dapat kita rangkum dan ditampilkan dalam tabel berikut ini : Tabel 1. Rangkuman penilaian kinerja keuangan perusahaan jasa konstruksi berdasarkan rasio keuangan. PT. ADHI KARYA. Tbk
PT. TOTAL B P, Tbk
RASIO LIKUIDITAS
BAIK
BAIK
BAIK
BAIK
RASIO LAVERAGE
BAIK
BAIK
BAIK
BAIK
BAIK
RASIO AKTIVITAS
BAIK
TIDAK BAIK
TIDAK BAIK
TIDAK BAIK
BAIK
RASIO PROFITABILITAS
BAIK
TIDAK BAIK
BAIK
BAIK
BAIK
PT. JASA MARGA Tbk. PT. WIJAYA KARYA Tbk. PT, JAYA KONS. Tbk.
KET
BAIK
Keterangan : Kriteria baik/tidak baik berdasarkan trend rasio dari periode ke periode berikutnya dan berdasarkan posisi rasio keuangan diatas/dibawah rata‐rata industri. KESIMPULAN Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam bab–bab sebelumnya dan analisis data maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Secara umum rasio likuiditas yang dimiliki perusahaan jasa konstruksi mengalami fluktuasi, namun jika dilihat dari trend tahun ke tahun terus mengalami peningkatan dan mendekati rerata industri, maka kinerja likuiditasnya dikategorikan baik.. 2. Tahun 2007–2008 ada kenaikan rasio laverage pada perusahaan Adhi Karya, Total Bangun Persada, Wijaya Karya, dan Jaya Konstruksi. Dan Tahun 2008–2010 secara umum terjadi penurunan terus–menerus pada semua perusahaan, sehingga dilihat dari trendnya maka perusahaan memiliki rasio laverage baik. 3. Rasio aktivitas adalah modal kerja mengalami kenaikan dan penurunan. Penurunan yang signifikan terjadi pada perusahaan PT. Jasa Marga Tbk. Pada tahun 2009, dimana modal kerja mengalami penurunan tajam dikarenakan adanya penurunan aktiva lancar dan kenaikan hutang lancar yang digunakan untuk membiayai proyek pekerjaan jalan tol. Secara keseluruhan tingkat perputaran modal kerja dari tahun 2007 sampai tahun 2010 mengalami fluktuasi. Penurunan yang signifikan terjadi pada tahun 2010 hal ini dikarenakan adanya penurunan pendapatan yang signifikan, pendapatan tidak terealisasi sesuai dengan target rencana. The Manager Review
27
Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan Jasa Konstruksi Di Bursa Effek Jakarta
4.
5.
6.
Rasio Return On Equity adalah ROE secara umum tahun 2007 sampai 2010 mengalami fluktuasi, namun perubahan tidak terlalu signifikan yakni masih berkisar 1 % deviasinya, sedangkan pada perusahaan PT. Adhi Karya Tbk dan PT. Total Bangun Persada Tbk. Pada tahun 2008‐2009 mengalami kenaikan yang cukup signifikan, yakni berkisar 7‐8 %, hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan pendapatan sehingga mendongkrak laba bersih perusahaan, sehingga ROE yang didapatkan investor mengalami kenaikan hingga mencapai 22 %. PT. Adhi Karya Tbk. memiliki memiliki kinerja keuangan baik, sesuai dengan hasil current ratio tahun 2008‐2010 kondisinya terus meningkat, dilihat dari trend tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. ROE dari tahun 2007‐2009 mengalami kenaikan, selalu berada diatas rata–rata industri, walaupun jika dilihat dari trend tahun 2009‐2010 mengalami penurunan, namun masih diatas rata–rata industri. PT. Total Bangun Persada Tbk. memiliki current ratio yang terus mengalami kenaikan dari tahun 2007‐2010, selama dua periode berada dibawah rata–rata industri, namun jika dilihat dari trend tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. ROE dari tahun 2007– 2008 mengalami penurunan, namun dari tahun 2008‐2009 mengalami kenaikan, Selama tiga periode berada dibawah rata–rata industri, trend tahun 2008‐2010 terus mengalami kenaikan dan tetap ditahun 2010, maka peluang investasinya dikategorikan tidak baik. PT. Jasa Marga Tbk. memiliki CR yang terus mengalami kenaikan dari tahun 2007‐2010, dua periode berada diatas rata–rata industri, walaupun jika dilihat dari trend tahun 2008‐ 2009 mengalami penurunan yang signifikan, namun pada tahun 2010 mengalami peningkatan dan mendekati rata–rata industri, maka likuiditasnya dikategorikan baik. ROE terus mengalami kenaikan dari tahun 2007‐2010, walaupun tiga periode berada dibawah rata–rata industri, namun jika dilihat dari trend tahun 2008‐2010 mengalami kenaikan, dan mendekati rata–rata industri maka laba yang dihasilkan dikategorikan baik.. PT. Wijaya Karya Tbk. Pada tahun 2008 mengalami penurunan, namun pada tahun berikutnya memiliki current ratio yang terus mengalami kenaikan dari tahun 2008‐2010, selama dua periode berada dibawah rata–rata industri, tetapi dilihat dari trend tahun 2008‐2010 mengalami peningkatan terus–menerus dan mendekati rata–rata industri, maka likuiditasnya dikategorikan baik. Pada tahun 2007–2008 ROE mengalami kenaikan, namun pada tahun berikutnya mengalami penurunan pada tahun 2009–2010, selama dua periode berada dibawah rata–rata industri dan dilihat dari trend tahun 2008‐2010 mengalami penurunan terus–menerus, maka peluang investasinya dikategorikan tidak baik. PT. Jaya Konstruksi Karya Manggala Tbk. Pada tahun 2008 mengalami penurunan, namun pada tahun berikutnya memiliki current ratio yang terus mengalami kenaikan bertahap dari tahun 2008‐2010, selama dua periode berada dibawah rata–rata industri, tetapi dilihat dari trend tahun 2008‐2010 mengalami peningkatan terus–menerus dan mendekati rata–rata industri, maka likuiditasnya dikategorikan baik. Pada tahun 2008‐ 2009 ROE mengalami kenaikan, namun pada tahun berikutnya mengalami penurunan pada tahun 2010, selama tiga periode berada diatas rata–rata industri, namun dari trend tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami penurunan, maka peluang investasinya/laba yang dihasilkan dikategorikan tidak baik. Kinerja Keuangan perusahaan jasa konstruksi dipengaruhi beberapa hal, antara lain pengelolaan hutang yang kurang maksimal, pengendalian piutang, perputaran modal yang tidak maksimal, serta tingkat perolehan pendapatan ataupun kontrak pekerjaan.
SARAN 28 The Manager Review
Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan Jasa Konstruksi Di Bursa Effek Jakarta
1.
2.
3.
4.
5.
Peningkatan modal kerja perusahaan terutama piutang perlu dikendalikan, jadi diusahakan tagihan pekerjaan termin secepat mungkin, disesuaikan dengan progress fisik dilapangan dengan Aliran dana yang masuk (cash flow), oleh karena itu sebaiknya Kebijakan penagihan pekerjaan perlu diperbaiki agar investasi dalam pekerjaan yang belum dibayar/piutang dapat mendukung peningkatan profitabilitas. Perusahaan senantiasa menjaga hubungan baik dan mempertahankan kepuasaan pelanggan, karena jika ditinjau dari komposisi pelanggan, tercatat bahwa sebesar 75% dari total proyek yang dikerjakan berasal dari pelanggan lama/repeated order, dan sisanya 25% adalah merupakan pelanggan baru. Pola ini konsisten dalam beberapa tahun terakhir, yang menggambarkan tingkat kepuasan serta loyalitas pelanggan terhadap jasa konstruksi yang ditawarkan perseroan cukup baik Perusahaan harus memperhatikan faktor–faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan terutama dari sisi pendapatan, karena faktor pendapatan memegang peranan penting untuk kelangsungan hidup perusahaan. Apabila hutang yang sudah direscheduling tidak dapat ditutupi oleh pendapatan yang ada maka perusahaan akan terus menanggung beban yang lebih berat, sehingga kalau itu tidak dapat diatasi akan mengakibatkan perusahaan kolaps. Program rescheduling hutang dan sindikasi hutang yang dijalankan perusahaan telah berjalan dengan baik, hal ini menambahkan kepercayaan diri investor. Tapi perlu diperhatikan juga bahwa dari setiap reschedule dan sindikasi hutang ini harus diimbangi oleh proyeksi pendapatan laba dengan skala prioritas penggunaan dana hutangan untuk hal–hal yang produktif dan menghasilkan laba sebesar‐besarnya. Mengurangi jumlah beban‐beban tidak pasti, misalnya terjadinya Beban kecelakaan kerja, pencurian dilapangan, perubahan desain. Serta Mentransfer risiko, melalui negosiasi kontraktor menjalani perencanaan kontraktual dengan banyak pihak seperti pemilik, subkontraktor ataupun supplier. Dan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jadual rencana kerja, sehingga dapat tercipta efisiensi dalam penggunaan peralatan, pemakaian material dan bahan bakar, serta waktu yang digunakan dalam penyelesaian pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
Harnanto, 1984. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : BPFE. Hartanto, D., 1981. Akuntansi untuk Usahawan. Jakarta : Lembaga penerbit FE. UI. Higgins, Robert C, 1996. Analysis for Financial Management. Indira publishing. Munawir, S., 1990. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty. Rekso Prayitno, Soediyono, 1991. Ekonomi Makro. Jakarta : Rineka Cipta. Rekso Prayitno, Soediyono, 1997. Manajemen Perbankan. Jakarta : Pustaka Binaman Presindo. Riyanto, Bambang, 1996. Dasar – dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta : BPFE. Skousen, Smith, 1986. Akuntansi Intermediate. Yogyakarta : BPFE. Umar, Husein, 2000. Reseach Methods for Finance and Banking. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. The Manager Review
29
Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan Jasa Konstruksi Di Bursa Effek Jakarta
Weston, J. Fred and Copeland, Thommas E., 1986. Manajemen Keuangan. Jakarta : Erlangga. Woelfe, Charles J., 1990. The Inventor’s Self Teaching Seminars Financial Statement Analysis. Tokyo : Toppan Co. Ltd.
30 The Manager Review
Volume 9, Nomor 1, Agustus 2011
The Manager Review Jurnal Ilmiah Manajemen Pelaksanaan Audit Sumber Daya Manusia pada Bank Bengkulu
Andriyani P. Effed Darta Hadi Praningrum
Motivasi Berprestasi Pegawai PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Cabang Bengkulu
Jonudin Ridwan Nurazi Paulus S Kananlua
Analisis Fungsi Kepegawaian Pada Bengkulu Utara
Dinas Kesehatan Kabupaten
Yenti Fisniarsih Fahrudin JS Pareke Trisna Murni
Analisis Perubahan Struktur Organisasi Berdasarkan PP Nomor 41 Tahun 2007 Di Lingkungan Pemerintah Daerah Kota Bengkulu
Marta Dewi Handoko Hadiyanto Sugeng Susetyo
Analisis Motivasi Kerja Pegawai Pada Sekretariat Daerah Bengkulu Selatan
Ranti Permatasari Handoko Hadiyanto Nasution
Studi Tentang Stress Menghadapi Pensiun Bagi Pegawai Sekretariat Daerah Kabuaten Rejang Lebong
Wirhan Mado Putra Sigit Nugroho Praningrum
Analisis Strategi Pengelolaan Account Melalui Pendekatan New Wave Marketing Pada PT. Telkom Divisi Bussines Service Area Lampung
Dewi ratnasari Lizar Alfanzi Ferry Tema Atmaja
Persepsi Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Dan Pengelola Terhadap Penerapan Sistem Serta Prosedur Pelayanan Pada Kantor Bersama Samsat UPPP Kota Bengkulu Di Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Bengkulu
Esther Theresiye Lizar Alfanzi Ferry Tema Atmaja
Evaluasi Penyelenggaraan Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Pada Badan Diklat Provinsi Bengkulu ( Studi Kasus DIKLATPIM Tingkat IV Angkatan XVII)
Harmen Syaiful Anwar Sugeng Susetyo
Pengaruh Pengetahuan, Ketrampilan, Dan Kemampuan Dalam Menjalankan Tugas, Prinsip, Dan Prosedur Kerja Serta Motivasi Terhadap Kinerja Bidan Desa Di Kabupaten Bengkulu Utara
Yupita Ridwan Nurazi Praningrum
Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Bank Muamalat Indonesia Dengan Bank Syariah Mandiri Di Indonesia
Yuli Darmawan Kamaludin Sri Adji Prabawa
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS BENGKULU
g eerr R Re v iieew w h M anajem en
L izar A lf an si, SE ., M B A ., Ph .D .
Slam et W id odo, M S
n g Susety o, S.E., M .Si
UR N AL PE N EL I T IA N B UK A N M E RU PA K AN A U PE N DA PA T DE W A N R E DA K S I D A N A T AU A K IB A T DA RI T U LI S AN T E TA P K PA DA PE N UL I S
t R edak s i a M ag ister M an aje m en U n iversitas Ben g kulu an dan g Lim un Ben gk ulu 0 7 36 -21170
The Manager Review Jurnal Ilmiah Manajemen Volume 9, Nomor 1, Agustus 2011 DAFTAR ISI Pelaksanaan Audit Sumber Daya Manusia pada Bank Bengkulu
1 – 12
Andriyani P. Effed Darta Hadi Praningrum Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan Jasa Konstruksi Di Bursa Effek Jakarta
13 – 30
Jonudin Ridwan Nurazi Paulus S Kananlua Analisis Fungsi Kepegawaian Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu Utara
31 – 41
Yenti Fisniarsih Fahrudin JS Pareke Trisna Murni Analisis Perubahan Struktur Organisasi Berdasarkan PP Nomor 41 Tahun 2007 Di Lingkungan Pemerintah Daerah Kota Bengkulu
42 – 54
Marta Dewi Handoko Hadiyanto Sugeng Susetyo Analisis Motivasi Kerja Pegawai Pada Sekretariat Daerah Bengkulu Selatan Ranti Permatasari
55 – 62
Handoko Hadiyanto Nasution Studi Tentang Stress Menghadapi Pensiun Bagi Pegawai Sekretariat Daerah Kabuaten Rejang Lebong
Wirhan Mado Putra Sigit Nugroho Praningrum
63 – 71
Analisis Strategi Pengelolaan Account Melalui Pendekatan New Wave Marketing Pada PT. Telkom Divisi Bussines Service Area Lampung
Dewi ratnasari Lizar Alfanzi Ferry Tema Atmaja Persepsi Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Dan Pengelola Terhadap Penerapan Sistem Serta Prosedur Pelayanan Pada Kantor Bersama Samsat UPPP Kota Bengkulu Di Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Bengkulu
Esther Theresiye Lizar Alfanzi Ferry Tema Atmaja Evaluasi Penyelenggaraan Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Pada Badan Diklat Provinsi Bengkulu ( Studi Kasus DIKLATPIM Tingkat IV Angkatan XVII)
Harmen Syaiful Anwar Sugeng Susetyo Pengaruh Pengetahuan, Ketrampilan, Dan Kemampuan Dalam Menjalankan Tugas, Prinsip, Dan Prosedur Kerja Serta Motivasi Terhadap Kinerja Bidan Desa Di Kabupaten Bengkulu Utara
Yupita Ridwan Nurazi Praningrum Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Bank Muamalat Indonesia Dengan Bank Syariah Mandiri Di Indonesia
Yuli Darmawan Kamaludin Sri Adji Prabawa
72 -
Analisis Strategi Pengelolaan Account Melalui Pendekatan New Wave Marketing Pada PT. Telkom Divisi Bussines Service Area Lampung
Dewi ratnasari Lizar Alfanzi Ferry Tema Atmaja Persepsi Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Dan Pengelola Terhadap Penerapan Sistem Serta Prosedur Pelayanan Pada Kantor Bersama Samsat UPPP Kota Bengkulu Di Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Bengkulu
Esther Theresiye Lizar Alfanzi Ferry Tema Atmaja Evaluasi Penyelenggaraan Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Pada Badan Diklat Provinsi Bengkulu ( Studi Kasus DIKLATPIM Tingkat IV Angkatan XVII)
Harmen Syaiful Anwar Sugeng Susetyo Pengaruh Pengetahuan, Ketrampilan, Dan Kemampuan Dalam Menjalankan Tugas, Prinsip, Dan Prosedur Kerja Serta Motivasi Terhadap Kinerja Bidan Desa Di Kabupaten Bengkulu Utara
Yupita Ridwan Nurazi Praningrum Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Bank Muamalat Indonesia Dengan Bank Syariah Mandiri Di Indonesia
Yuli Darmawan Kamaludin Sri Adji Prabawa
72 -