THE INFLUENCE OF APLICATION OF GOOD FINANCIAL GOVERNANCE TO MUZAKI INTERST PAID ZAKAT (Survey of Badan Amil Zakat Nasional Tasikmalaya)
RIZKI SOFARI 113403198
[email protected]
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No. 24 Tasikmalaya 46115 2015
ABSTRACT The purpose of this study was to: the aplication of good financial governance and interst muzaki pay zakat through BAZNAS Tasikmalaya, the effect of the application of good financial governance of the interest muzaki pay zakat through Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Tasikmalaya. This research is descriptive using the survey approach. Techniques of data collection is done through the primary data is data obtained directly from the respondents answers to the questionnaire. The results showed that is significant influence between the application of good financial governance and interest muzaki pay zakat.
Keywords : application of good financial governance, interest paid zakat.
1
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : penerapan tata kelola keuangan yang baik dan minat muzaki membayar zakat melalui Badan Amil Zakat Nasional Kota Tasikmalaya, pengaruh penerapan tata kelola keuangan yang baik dan minat muzaki membayar zakat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan survey. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari jawaban responden atas kuesioner. Hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh signifikan antara penerapan tata kelola keuangan yang baik dan minat muzaki membayar zakat. Kata kunci : penerapan tata kelola keuangan yang baik, minat membayar zakat.
PENDAHULUAN Potensi zakat di Indonesia cukup besar karena mayoritas penduduk beragama islam. Didin Hafidhuddin menjelaskan, bahwa potensi zakat di Indonesia pada tahun 2013 sebesar Rp. 217 triliun atau 1,8 sampai 4,34 persen dari groos domestic product (GDP), dan jumlah zakat yang terkumpul terus meningkat tiap tahunnya, yaitu pada tahun 2012 jumlah zakat sebesar Rp. 2,73 triliun, yang meningkat 0,8 persen dari tahun 2011 yaitu Rp. 1,73 triliun. Namun potensi zakat yang bisa terserap, menurut BAZNAS, baru mencapai Rp. 2,73 triliun atau hanya sekitar 1% saja. Ini mengindikasikan bahwa kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap organisasi–organisasi pengelolaan zakat di Indonesia dikarenakan buruknya pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh organisasi–organisasi pengelolaan zakat di Indonesia. Edukasi zakat terus dilakukan. Yang terkini, Baznas mempersiapkan satu mekanisme sinergi dan koordinasi. Ini juga didukung dengan persiapan integrasi data mustahik yang dimulai sejak 2012 silam.
2
TINJAUAN PUSTAKA Asian Development Bank (ADB) menegaskan bahwa good governance dilandasi oleh empat pilar yaitu accountability, transparency, predictability, dan participation (Krina P; 2003). Good Governance merupakan sistem pengelolaan organisasi yang dapat mendorong terbentuknya pola kerja manajemen yang bersih, transparan, dan profesional, meliputi empat prinsip dasar yaitu fairness, transparency, accountability, dan responsibility (Rachmadian Adha; 2012: 3). Tata kelola yang baik menjadi suatu hal penting bagi pembayar zakat untuk meyakini bahwa zakat yang mereka bayarkan digunakan secara efisien (Fakhri Husein; 2012). Suatu sistem Good Corporate Governance dikatakan efisien bila mampu memberikan ruang bagi pembayar zakat (muzakki) untuk melakukan pengawasan BAZ atau LAZ secara menyeluruh sehingga semua elemen yang berisiko dapat ditangani dengan baik. Untuk memberdayakan potensi zakat maka diperlukan sebuah lembaga yang mampu mengelola dana zakat untuk mendistribusikannya baik untuk konsumtif maupun usaha yang produktif (Zainul Arifin; 2000: 44). Di Indonesia, terdapat lembaga semi-pemerintah yang berwenang untuk melakukan pengolahan dan pendistribusian zakat, yaitu Badan Amil Zakat dari tingkat nasional (BAZNAS) sampai tingkat daerah (BAZDA). Selain itu, ada juga lembaga
non
pemerintah
yang
bernama
Lembaga
Amil
Zakat
(LAZNAS/LAZDA) (Iqbal M; 2009: 35). Sesuai dengan peraturan Badan Amil Zakat Nasional nomor 01 tahun 2014
tentang
pedoman
Tata
cara
pengajuan
pertimbangan
pengangkatan/pemberhentian pimpinan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota. Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) berubah nama menjadi BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional). BAZNAS 3
Provinsi adalah lembaga yang berwenang melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS tingkat
Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota adalah lembaga yang
berwenang melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS tingkat Kabupaten/Kota (www.pusatbaznas.go.id). Menurut pakar zakat K.H. Muhadi Zainuddin, pengelolaan zakat yang baik untuk meningkatkan kesejahteraan umat, terdapat tiga kunci untuk meningkatkan manajemen bagi seluruh organisasi pengelola zakat di Indonesia yaitu amanah, profesional dan transparan (Sulih Prasetiya; 2010). Oleh karena itu lembaga maupun organisasi harus mengantisipasi pemberlakuan yang lebih tegas dari peraturan perundang-undangan yang baru yaitu Undang-Undang Nomor 03 Tahun 2014 sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2011 yang diharapkan mampu memperbaiki sistem pengelolaan zakat di Indonesia, sehingga optimalisasi zakat dapat lebih profesional dan transparan, serta mengantisipasi pengawasan masyarakat yang semakin tajam terhadap tindakan dan langkah yang diambil lembaga (pusat.baznas.go.id). Minat masyarakat membayar zakat pada BAZNAS Kota Tasikmalaya mempunyai arti keinginan membayar zakat karena kepercayaan pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Tasikmalaya bahwa dana yang di salurkan sampai kepada yang berhak menerima dengan cara mendayagunakan program-program dari Badan Amil Zakat Nasional Kota Tasikmalaya dan juga lembaga tersebut sangat transparan terhadap muzakki sehingga minat masyarakat lebih banyak karena hal tersebut menjadi sebuah kunci dari keberlangsungan sebuah lembaga. Good Governance atau Tata Kelola Keuangan Yang Baik dengan kebijakan dan sistem yang ditetapkan oleh pemerintah, sehingga BAZNAS Kota Tasikmalaya sebagai organisasi pengelola zakat bergerak di bidang jasa organisasi yang memiliki pengawasan di bawah pemerintah, mempunyai signifikansi untuk diteliti. BAZNAS Kota Tasikmalaya sebagai pengelola zakat milik pemerintah harus menyadari bahwa sistem Good Governance yang baik sangat berarti bagi stakeholders dan bagi lembaga itu sendiri.
4
Dengan adanya
badan yang mengelola zakat, maka diperlukan
penerapan prinsip-prinsip tata kelola keuangan yang baik (good governance) agar muzaki memiliki minat untuk menitipkan zakatnya kepada Badan Amil Zakat. Penting bagi para muzakki untuk mengetahui apakah lembaga tempatnya menitipkan zakat merupakan tempat aman dan telah menerapkan prinsip-prinsip tata kelola yang baik.. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis adalah suatu metode yang meneliti status kelompok manusia, objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan membuat deskripsi, gambaran atau lukisan sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Mochammad Nazir; 2005: 54).
Tabel Operasionalisasi Variabel Variabel
Definisi Operasional
Tata Kelola Keuangan yang Baik (X)
Tata kelola merupakan pengelolaan organisasi yang dapat mendorong terbentuknya pola kerja manajemen yang bersih, transparan dan profesional, meliputi empat prinsip dasar yaitu fairness,transparensy, accountability dan responsibility (Rahmadian; 2012: 3). Definisi Operasionalnya adalah Tata kelola keuangan dalam penelitian ini yaitu persepsi muzakki tentang pengelolaan organisasi yang secara konseptual mencakup diaplikasikannya prinsip transparency, accountability, fairness, dan responsibility tepatnya pada BAZNAS Kota
Indikator 1.Prinsip Fairness Adalah keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundangundangan (Mardiasmo; 2004).
2.Prinsip Transparency Keterbukaan adalah secara sungguhsungguh, menyeluruh, dan memberi tempat bagi partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam proses pengelolaan sumber daya publik (Andrianto; 2007).
5
1. Perlakuan wajar dan setara 2. Akses untuk memberi masukan terhadap manajemen 3. Perlakuan yang adil 4. menjaga hubungan baik dengan muzakki
1.Kemudahan akses Informasi 2.Penyediaan informasi yang jelas tentang tanggung jawab. 3.Penyediaan informasi secara tepat waktu 4.Informasi yang tersedia akurat
Skala
No Kuesioner
Ordinal
1-4
5-8
9-12
Tasikmalaya.
13-16 3.Prinsip Accountability Akuntabilitas adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggung jawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktifitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (prinscipal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggung jawaban tersebut (Mardiasmo; 2004). 4.Prinsip Responsibility Adalah kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku dan prinsip korporasi yang sehat (Mardiasmo; 2004).
Minat (Y)
Kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak pada orang (Abdul Rahman Saleh: 2009). Definisi Operasionalnya adalah dorongan internal dan eksternal yang berhubungan dengan sikap untuk memutuskan
5.Prinsip Independency Adalah pengelolaan perseroan secara profesional tanpa pengaruh/tekanan, intervensi dan benturan kepentingan. 1.Dorongan dari dalam diri individu (Motivasi). Adalah kekuatan yang terdapat dalam individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat (Hamzah; 2008: 3).
6
1.Penyajian laporan keuangan 2.Pelaporan keuangan 3.Kejelasan fungsi dalam organisasi 4.Pertanggung jawaban atas fungsi dalam organisasi
1.Pelaksanaan Peraturan Perundangundangan yang berlaku 2.Pelaksanaan tanggung jawab sosial 3.Kepatuhan terhadap perundang – undangan yang berlaku 4.Pelaksanaan prinsip kehati-hatian 1.Pengaruh/ tekanan 2.intervensi dari pihak lain 3.kemandirian dari dominasi pihak lain 4.objektifitas dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya 1.Pengetahuan agama 2.Pengetahuan mengenai zakat 3.Pemahaman mengenai kewajiban zakat 4.Pemahaman tentang harta yang belum diberi zakat
17-20
Ordinal
21-24
25-28
memenuhi zakat.
kewajiban
2.Motif sosial Adalah yang timbulnya untuk memenuhi kebutuhan individu dalam hubungannya dengan lingkungan sosial (Abdul Rahman S; 2009). 3.Faktor emosional Adalah merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu (Daniel Goleman; 2002).
1.Pemecahan masalah sosial 2.Pemecahan masalah ekonomi 3.Kebutuhan terhadap rasa persaudaraan 4.Kebutuhan manusia dalam hubungannya dengan orang lain
1.Pelayanan yang baik 2.Realisasi program 3.Perlakuan yang baik terhadap muzakki 4.kebutuhan terhadap membantu sesama
Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah keseluruhan gejala atau satuan yang ingin diteliti, sementara sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh muzakki zakat maal BAZNAS Kota Tasikmalaya tahun 2014 berjumlah 116 muzakki. Sampel diambil dengan teknik Convinience sampling dari populasi muzakki BAZNAS Kota Tasikmalaya. Yang dimaksud dengan convienience yakni metode pengambilan sampel yang didasarkan pada pemilihan anggota populasi yang mudah di akses untuk memperoleh jawaban atau informasi. Pengambilan sampel diperoleh berdasarkan rumus slovin (Husein, Umar; 2000: 108) sebagai berikut:
n
=
Dimana : n
= Ukuran Sampel
N
= Ukuran Populasi
e
= Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang
dapat ditolerir (10%) atau 0,1.
7
29-32
Sebagaimana hasil perhitungan sebagai berikut:
n
=
n
= 53, 70 untuk memudahkan penulis dalam pengolahan data maka penulis
membulatkan sampel dari 53, 70 menjadi 54 sampel.
Teknik Analisis Data Pengujian Validitas Alat Ukur Uji validitas dilakukan dengan cara menghitung korelasi dari masingmasing pernyataan dengan skor total. Rumus yang digunakan adalah produk moment (product moment) sebagi berikut:
Keterangan: r = Koefisien Korelasi n = Jumlah tahun yang diteliti X = Variabel Independen (Tata Kelola Keuangan Yang Baik) Y = Variabel Dependen (Minat) Jika dari hasil analisis tersebut diperoleh
>
maka data
tersebut adalah signifikan (valid) berarti layak untuk digunakan dalam pengujian hipotesis. Kemudian dapat ditentukan bahwa pernyataan-pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini valid, maka dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Pengujian Reliabilitas Alat Ukur Teknik yang digunakan untuk mengukur reliabilitas ialah teknik Cronbach’s Alpha. Pengujian reliabilitas dengan teknik Cronbach’s Alpha ini dilakukan untuk jenis data interval. Cronbach’s Alpha dihitung dengan rumus sebagai berikut: =
8
Keterangan: = Koefisien reliabilitas alpha k
= Banyak butir pertanyaan dan butir soal = Jumlah variasi butir = Variasi total Koefisien reliabilitas skala haruslah diusahakan setinggi mungkin, yang
besarnya mendekati satu. Adapun kaidah keputusan menggunakan nilai kritis cronbach alpha yaitu nilai koefisien ≥ 0.70 maka instrumen tersebut dinyatakan reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian. Analisis Data Untuk mengubah skala ordinal ke skala interval digunakan metode Succesive Interval (MSI). Adapun langkah kerja sebagai berikut: 1. Perhatikan
F (Frekuensi) responden (banyaknya responden yang
memberikan respons yang ada) 2. Bagi setiap bilangan F (Frekuensi) oleh n (jumlah sampel), sehingga diperoleh Pi=Fi/n 3. Jumlahkan P (proporsi) secara berurutan untuk setiap responden, sehingga keluar proporsi kumulatif (Pki=Op(1-1)+Pi 4. Proporsi kumulatif (Pk) dianggap mengikuti distribusi normal baku, sehingga kita bisa menemukan nilai Z untuk setiap kategori. 5. Hitung SV (scale value = nilai skala), dengan rumus 6. SV = Nilai-nilai untuk density diperoleh dari tabel ordinal distribusi normal baku f.SV (skala value) yang nilainya terkecil (harga negatif yang terbesar) diubah menjadi sama dengan satu (=1) (Harun Al Rasyid: 1998).
Data mentah yang diperoleh dari jawaban responden terhadap instrumen penelitian (kuesioner) yang disebar harus diolah menjadi data baku, instrumen
9
penelitian yang dibuat bertujuan untuk mentransformasi data kualitatif agar dapat dianalisis dengan metode statistik yang ditetapkan. Formula kuesioner untuk memuat pernyataan responden berbentuk multiple choice dengan kelebihan mudah ditabulasi dan tepat untuk kuesioner yang diisi sendiri. Untuk analisis kuantitatif maka pemberian skor untuk setiap item kuesioner digunakan skala linkert yang jumlahnya ganjil dari nilai 1 sampai dengan 5. Item-item yang disusun terdiri dari item positif dan negatif. Adapun daftar pernyataan dengan menetapkan skala linkert pada alternatif jawaban yang dapat dinilai dengan sebagai berikut: Tabel Skor Untuk Setiap Pertanyaan Jawaban untuk Nilai Positif
Jawaban untuk Nilai Negatif
5 4 3 2 1
1 2 3 4 5
Sumber : Sugiyono 2013
Regresi Linier Sederhana
(X)
(Y)
Gambar 3.1 Paradigma Penelitian
X = Tata Kelola Keuangan Yang Baik Y = Minat Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secara linier antara satu variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y), atau dalam artian ada variabel mempengaruhi dan variabel yang dipengaruhi, yaitu apakah arah hubungan positif atau negatif. 10
Rumus regresi linier sederhana adalah: Y = a+bX Keterangan: Y = variabel dependen (Minat) X = variabel independen (Tata Kelola Keuangan Yang Baik) a = Konstanta independen (nilai Y apabila X = 0) b = Koefisien regresi (nilai peningkatan jika bernilai positif ataupun penurunan jika bernilai negatif) (Sugiyono; 2013: 261).
Analisis Koefisien Korelasi Teknik korelasi dengan simbol r ini digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan antara dua variabel, yaitu kekuatan hubungan antara variabel independen (X) tata kelola keuangan yang baik dan variabel dependen (Y) minat muzaki membayar zakat. Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera pada tabel berikut:
Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi No 1. 2. 3. 4. 5.
Interval Koefisien 0.00 – 0.199 0.30 – 0.399 0.40 – 0.599 0.60 – 0.799 0.80 - 1000
Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono 2013
Analisis Koefisien Determinasi ( Koefisien determinasi (
) ) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.
11
Nilai
yang berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Imam Ghozali; 2005: 87).
Uji T (t test) Uji T digunakan untuk menguji apakah variabel bebas berdampak pada variabel tidak bebas. Pengujian ini dilakukan dengan asumsi bahwa variabelvariabel lain adalah nol. Menurut Sugiyono (2013: 97) Untuk mengetahi apakah variabel-variabel koefisien korelasi r signifikan atau tidak maka dilakukan pengujian melalui Uji
. Rumus
dapat dilihat
dalam persamaan berikut (Sugiyono; 2013: 138): t= dimana: t = nilai uji t r = nilai koefisien korelasi n = ukuran sampel = koefisien determinasi
Rancangan Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis akan dimulai dengan penetapan hipotesis operasional, penetapan tingkat signifikan, uji signifikan, kaidah keputusan dan penarikan kesimpulan. a) Hipotesis Operasional Pada penetapan hipotesis operasional, hipotesis yang akan diuji dimaksudkan untuk melihat ada tidaknya pengaruh antar variabel-variabel penelitian. Ho
:ρ≠0
: Tata kelola keuangan yang baik tidak mempunyai
pengaruh terhadap Minat muzakki membayar zakat. 12
Ha
:ρ=0
: Tata kelola keuangan yang baik mempunyai pengaruh
terhadap Minat muzakki membayar zakat. b) Penetapan Taraf Signifikansi Penetapan
taraf
signifikansi
ditetapkan
sebesar
5%,
ini
berarti
kemungkinan kebenaran hasil penarikan kesimpulan mempunyai probabilitas 95% atau toleransi kekeliruan adalah 5%. Taraf signifikan ini adalah tingkat yang umum digunakan dalam penelitian sosial karena dianggap cukup ketat untuk mewakili hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.
c) Uji Signifikansi Nilai r hubungan tata kelola keuangan yang baik dengan minat muzaki membayar zakat adalah 0,000. Artinya, 0,000 < 0,05 dan dengan demikian korelasi antara kedua variabel signifikan. d) Kaidah Keputusan Kaidah keputusannya sebagai berikut: Terima Ho jika –t Tolak Ho jika -t
α≤ α>
≤t
α
atau
>
>t
α
e) Penarikan Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis, penulis akan menganalisa kemudian menarik kesimpulan apakah hipotesis yang telah ditetapkan itu diterima atau ditolak.
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan pearson moment dengan menggunakan program aplikasi SPSS 22.0, untuk variabel Penerapan Tata Kelola Keuangan Yang Baik semuanya pertanyaan dinyatakan valid karena
lebih
besar dari 0,2681 untuk variabel Minat Muzaki Membayar Zakat (Y) juga dinyatakan valid karena
lebih besar dari 0,2681.
13
Sedangkan uji Reliabilias menggunakan pendekatan Alfa Cronbach dilakukan dengan bantuan program aplikasi SPSS 22.0 hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada lampiran 3, berdasarkan hasil pengolahan tersebut, nilai alpa untuk variabel X (Tata Kelola Keuangan Yang Baik) sebesar 0,948 dan variabel Y (Minat Muzaki Membayar Zakat) sebesar 0,890. Nilai semua alpa untuk variabel tersebut mendekati 1, maka pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dikatakan reliabel, artinya pertanyaan tersebut konsisten di dalam mengukur gejala yang sama. Penerapan Tata Kelola Keuangan Yang Baik Pada Badan Amil Zakat Tata kelola keuangan yang baik (Good Corporate Governance) adalah peraturan internal yang dimaksudkan sebagai upaya untuk menjadikan lembaga pelayanan publik menjadi lebih efisien, efektif dan produktif. Tata kelola ini akan mengatur mengenai organisasi, tatalaksana, akuntabilitas dan transparansi organisasi. Adapun indikator dari tata kelola yang baik menurut Peraturan Menteri Keuangan No. 7 tahun 2006 dan Permendagri No. 61 tahun 2007 adalah: Transparency
(Keterbukaaan),
(kewajaran/keadilan),
Accountability
Independency
(akuntabilitas),
(independen),
Fairness
Responsibility
(pertanggungjawaban). Dari hasil penelitian menunjukan bahwa Penerapan Tata Kelola Keuangan yang Baik
menunjukan dalam klasifikasi baik. Artinya BAZNAS Kota
Tasikmalaya telah menerapkan tata kelola keuangan yang baik. Minat Muzaki Membayar Zakat Melalui Badan Amil Zakat Minat merupakan kecenderungan seseorang untuk menentukan pilihan aktivitas. Pengaruh kondisi individual dapat merubah minat seseorang, sehingga dikatakan minat sifatnya tidak stabil. Adapun indikator minat menurut Abdul Rahman Saleh (2009) adalah dorongan dari dalam diri individu (motivasi), motif sosial, faktor emosional.
14
Maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa minat muzaki membayar zakat melalui Badan Amil Zakat Nasional Kota Tasikmalaya memiliki tanggapan dari muzaki sangat baik. Sebagian besar muzaki telah menyetorkan dana zakat kepada Badan Amil Zakat Nasional Kota Tasikmalaya
PEMBAHASAN Tata Kelola Keuangan yang Baik Pada Badan Amil Zakat Nasional Tata kelola keuangan yang baik (Good Corporate Governance) adalah peraturan internal yang dimaksudkan sebagai upaya untuk menjadikan lembaga pelayanan publik menjadi lebih efisien, efektif dan produktif. Tata kelola ini akan mengatur mengenai organisasi, tatalaksana, akuntabilitas dan transparansi organisasi. Adapun indikator dari tata kelola yang baik menurut Peraturan Menteri Keuangan No. 7 tahun 2006 dan Permendagri No. 61 tahun 2007 adalah: Transparency
(Keterbukaaan),
(kewajaran/keadilan),
Accountability
Independency
(akuntabilitas),
(independen),
Fairness
Responsibility
(pertanggungjawaban). Dari hasil penelitian penulis tentang Penerapan Tata Kelola Keuangan yang Baik pada Badan Amil Zakat Nasional menunjukan bahwa Penerapan Tata Kelola Keuangan yang Baik telah diterapkan dengan baik. Minat Muzaki Membayar Zakat Minat merupakan kecenderungan seseorang untuk menentukan pilihan aktivitas. Pengaruh kondisi individual dapat merubah minat seseorang, sehingga dikatakan minat sifatnya tidak stabil. Adapun indikator minat menurut Abdul Rahman Saleh (2009) adalah dorongan dari dalam diri individu (motivasi), motif sosial, faktor emosional. Jumlah Muzaki untuk menitipkan zakat pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Tasikmalaya telah naik dari tahun lalu, ini menunjukan bahwa BAZNAS Kota Tasikmalaya telah mampu menarik minat muzaki untuk menitipkan zakat pada BAZNAS.
15
Maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa minat muzaki membayar zakat melalui Badan Amil Zakat Nasional Kota Tasikmalaya memiliki tanggapan dari muzaki sangat baik. Sebagian besar muzaki telah menyetorkan dana zakat kepada Badan Amil Zakat Nasional Kota Tasikmalaya. Pengaruh Penerapan Tata Kelola Keuangan Yang Baik Terhadap Minat Muzaki Membayar Zakat Untuk mengetahui pengaruh Penerapan Tata Kelola Keuangan yang Baik terhadap minat muzaki membayar zakat, penulis menggunakan regresi sederhana. Adapaun proses perhitungan datanya dilakukan dengan software SPSS versi 22.0, penulis menyebarkan angket kuesioner dan angket tersebut berisi 32 pertanyaan yang terdiri 20 pertanyaan tentang tata kelola keuangan yang baik dan 12 pertanyaan tentang minat muzaki membayar zakat. Selanjutnya, setiap skor yang diperoleh dari tanggapan tentang penerapan tata kelola keuangan yang baik disebut variabel X dan setiap skor yang diperoleh dari tanggapan tentang minat muzaki membayar zakat disebut variabel Y. Perhitungan tersebut dapat dilihat dari perhitungan hasil penelitian data responden dapat diperoleh : Data-data yang sebelumnya kualitatif diubah menjadi data kuantitatif dengan bantuan metode statistik. Adapun data yang diolah adalah data yang telah lolos uji validitas dan reliabilitas. Dengan menggunakan hasil analisis komputer dari program SPSS 22.0 maka dihasilkan perhitungan-perhitungan statistik sebagai berikut: Dari hasil perhitungan SPSS versi 22.0 (Tabel Model Summary) lampiran 3, diperoleh data mengenai R (Koefisien Korelasi) dan R Square/
(Koefisien
determinasi). Nilai R menunjukan besarnya hubungan atau korelasi antara penerapan tata kelola keuangan yang baik dengan minat muzaki membayar zakat sebesar 0,911 dengan tingkat signifikansi 0.000, ini berarti antara penerapan tata kelola keuangan yang baik dengan minat muzaki membayar zakat mempunyai hubungan sebesar 91,1% dengan kategori sangat kuat. Sedangkan koefisien determinasi atau
menunjukan besarnya pengaruh
penerapan tata kelola keuangan yang baik dengan minat muzaki membayar zakat 16
yaitu sebesar 0,830 atau 83%. Artinya 83% variabilitas variabel minat muzaki membayar zakat melalui Badan Amil Zakat dipengaruhi oleh variabel bebas dalam hal ini adalah tata kelola keuangan yang baik dengan pengaruh sangat kuat. Pengaruh lainnya (faktor residu) terhadap minat muzaki membayar zakat selain penerapan tata kelola keuangan yang baik adalah sebesar 17%. Dengan kriteria tolak Ho jika
>
perhitungan SPSS pada lampiran 3 diperoleh nilai mengambil taraf signifikansi 5% maka
, maka berdasarkan sebesar 15,922 dengan
sebesar 2,021 sehingga
>
(15,922 > 2,021) dengan tingkat signifikansi 0,000 maka terima Ha atau tolak Ho, dengan kata lain penerapan tata kelola keuangan yang baik berpengaruh signifikan terhadap minat muzaki membayar zakat. Artinya bahwa tata kelola keuangan yang baik telah diterapkan dan berpengaruh besar dalam menarik minat muzaki untuk membayar zakat melalui Badan Amil Zakat Nasional Kota Tasikmalaya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Andi Riswan Ritonga (2012) yang berjudul analisis faktor-faktor pendorong masyarakat membayar zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) hasilnya adalah pelayanan, lokasi, teknik pengumpulan dan status BAZNAS. Hasil penelitian menunjukan bahwa tata kelola keuangan BAZNAS Kota Tasikmalaya mempunyai klasifikasi dan nilai yang baik, ini menunjukan bahwa prinsip-prinsip transparency, accountability, responsibility, indenpendency, dan fairness telah di terapkan dengan baik. Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan menunjukan bahwa tata kelola keuangan yang baik berpengaruh sangat besar dalam menghasilkan minat muzaki membayar zakat melalui BAZNAS Kota Tasikmalaya.
17
PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh tata kelola keuangan yang baik terhadap minat muzaki membayar zakat melalui Badan Amil Zakat Nasional Kota Tasikmalaya dapat di simpulkan bahwa : 1. Penerapan tata kelola keuangan yang baik pada BAZNAS Kota Tasikmalaya telah diterapkan dengan baik, sehingga seluruh prinsipprinsip tata kelola keuangan yang baik telah dilaksanakan dengan baik. 2. Minat muzaki membayar zakat melalui BAZNAS Kota Tasikmalaya meningkat dari tahun ke tahun, ini membuktikan bahwa kepercayaan muzaki terhadap BAZNAS Kota Tasikmalaya semakin tinggi. 3. Penerapan tata kelola keuangan yang baik berpengaruh signifikan terhadap minat muzaki membayar zakat melalui BAZNAS Kota Tasikmalaya. Artinya bahwa tata kelola keuangan yang baik dapat meningkatkan minat muzaki (masyarakat) membayar zakat melalui Badan Amil Zakat Nasional Kota Tasikmalaya.\\ Saran Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
disimpulkan
diatas,
penulis
memberikan saran-saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan yang berguna bagi kemajuan Badan Amil Zakat khususnya bagi Badan Amil Zakat Nasional Kota Tasikmalaya maupun bagi peneliti lainnya dimasa yang akan datang. Adapun saran tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: Penelitian yang dilakukan penulis meliputi pengaruh penerapan tata kelola keuangan yang baik terhadap minat muzaki membayar zakat melalui BAZNAS Kota Tasikmalaya, untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti faktorfaktor lain selain tata kelola keuangan yang dapat mempengaruhi minat muzaki membayar zakat, seperti kepercayaan, integritas, religiusitas, dan pendapatan banyak hal lainnya yang dapat dijadikan variabel penelitian, sehingga dapat dibandingkan dengan hasil penelitian penulis.
18
DAFTAR PUSTAKA Abqary, Muhammad. 2006. Ekonomi Zakat: Sebuah kajian dan keuangan syariah. Abdul Al-hamid. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Ahmadi, Abu. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Al Rasyid, Harun. 1993. Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala. Bandung : Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran. Ambara, Iqbal. 2009. Problematika Zakat dan Pajak Indonesia. Jakarta: Sketsa.
Amrullah, Amin. 2014. Panduan menyusun proposal skripsi, tesis dan desertasi. Yogyakarta: Smart Pustaka. Anton M, Moeliono dkk. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Arifin, Zainul. 2000. Memahami Bank Syariah Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek. Jakarta: Alvabet. Arikunto, S. 2004. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, ed. rev.IV. Yogyakarta: Rineka Cipta. Bukhori, Imam. 2008. Keajaiban Sedekah. Jakarta: PT. Visi Gagas Komunika. Chaplin, J. P. 2008. Kamus Psikologi Lengkap. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Dedi, Aji. 2009. Akuntansi Syariah: Teori, konsep dan laporan keuangan. Jakarta: E-Publising Company.
19