Tangga Kencana / The Golden Stairs by madame Blavatsky.
HPB beliau memberi pelajaran kepada kita warga Theosofi, bahwa jalan menuju ke pengetahuan bukan jalan yg mudah. Begitu juga Kesunyataan dapat diperoleh hanya dengan hidup tak ternoda, tabah dan tidak jemu2 mengabdi kepada kemanusiaan. Tangga ini harus dipanjat satu persatu, tidak bisa melompat seenaknya. Anak tangga Pertama : CLEAN LIFE ( Hidup bersih/suci ). Hal ini tentu saja tidak dapat diterapkan kepada mereka yg kehidupannya masih kasar, kebinatangannya masih menonjol. Kehidupan yg mendasarkan Kesucian adalah yg dipersiapkan untuk tingkat Evolusi selanjutnya. Di Theosofi ada satu cara guna memurnikan diri antar lain, belajar tidak menyakiti mahluk hidup apapun. Hidup jujur baik pada orang lain ataupun pada diri sendiri. Tidak mengambil barang / fasilitas yg bukan miliknya/haknya. Selanjutnya berpantang mengejar kenikmatan2 duniawi. Menghalau nafsu serakah / ingin memiliki harta sebanyak mungkin, ataupun pangkat/kedudukan. Itu semua termasuk menahan diri. Sedangkan untuk pengendalian diri yaitu : Menerima apa adanya, tidak bergembira sekali waktu sedang bahagia, begitupun tidak susah menderita waktu menerima musibah. Juga melaksanakan pantangan2 yg dianjurkan. Mempelajari kitab2 suci ataupun ajaran Theosofi dengan serius. Terakhir pasrahkan hidup kita pada yg diAtas. Itu semua adalah unsur2 moralitas dan tidak mungkin untuk mengawali pendakian Tangga Kencan kalau tidak menjalani hidup yg bermoral. Anak Tangga ke Dua : Open Mind ( Pikiran terbuka ) . Langkah kedua berarti bahwa seseorang harus melepaskan praduka dan prasangka. Kehidupan spiritual itu, penuh dengan kejutan. Kita harus siap untuk menghadapi pilihan2 baru yg sering kali tidak sesuai dengan pilihan kita semula. Para Master sering menyinggung hal itu dalam surat2nya kepada A.P. Sinnet.
Pulihan2 baru akan memaksa kita untuk mengambil keputusan, artinya memilih diantara yg tidak dikenal. Karena itu Wiweka ( membeda bedakan ) merupakan syarat dalam Tangga Kencana kedua ini, ketika kita membuat pilihan diantara kemungkinan2 yg inovatif, maupun pada setiap tingkat pendakian Tangga. Anak Tangga ke tiga : Pure Heart / Hati Murni. Hati merupakan wahana yg meneliti, mencoba dan menentukan apa yg akan dituruskan oleh Daya Pikir guna mengerjakan, pekerjaan penelitian dan membuang yg palsu dan salah, begitu juga sebab yg tidak nyata yg akan berakibat melukai hati pihak lain. Murni berarti bersih tanpa noda, tidak berwarna dan hati kita adalah perasaan serta kecenderungan yg paling dalam, pusat dari sifat kodrat manusia. Maka langkah ke tiga Hati Murni, mengumandangkan kwalitas Wairagya / Tanpa Nafsu Keinginan duniawi / ketidak Terikatan , juga raga bisa berarti warna. Bilamana kita penuh dengan berbagai keinginan duniawi atau keterikatan , maka pandangan kita terhadap dunia diwarnai oleh berbagai emosi yg berkecamuk dalam diri kita. Warna juga melambangkan emosi seseoran ( dalam buku . Man Visible and Invisible ), bila hati kita berwarna , artinya penuh dengan berbagai emosi keinginan dan keterikatan ( senang & tidak senang ) kita tidak akan berkembang oleh karena itu kita harus upayakan mempunyai Hati yang Murni, artinya tidak berwarna. Anak Tangga ke Empat : Eager Intellect / Akal Bergelora / Intelek yg Bergairah. Akal bergelora yg dasarnya Meneliti atau juga berarti Mawas Diri. Hati suci pada anak tangga pertama bergerak dalam alam kebendaan, etheris dan astral. Pikiran terbuka pada anak tangga kedua membawa kita pada alam Mental. Hati murni pada pada anak tangga ke Tiga membuka Intuisi dan anak tangga ke Empat , Akal bergelora mengenal Kemauan. Namun selalu waspada akan kemungkinan2 baru
dengan pikiran yg terbuka dan hati yg bebas dari warna keinginan dan keterikatan. Intelek kita adalah kapasitas untuk berpikir rasional dan kemampuan untuk memahami dunia disekitar kita. Langkah ke empat kita juga dianjurkan mempunyai perhatian yg tekun dalam studi guna mengetahui dan memahami makna kehidupan , baik yg tampak maupun yg tidak tampak. Mendaki Tangga Kencana bukan diperuntukan bagi mereka yg bebal / tumpul. Kita tidak perlu berpengetahuan tinggi dalam arti terpelajar. Mereka yg mempunyai intelek bergairah bukanlah mereka yg tahu segalanya, namun mereka yg menyadari Awidyanya / Ketidak tahuannya sendiri dan berusaha untuk Belajar. Anak Tangga ke Lima : Spiritual Perception / Persepsi spritual yg terbuka selubungnya / Pengamatan Bathin tak teraling. Bilamana kita berusaha belajar mengenal dunia disekitar kita , kita janganlah membatasi perhatian kita pada dunia ini saja. Kita dapat memahami dunia materi ini secara intelektual hanya apabila bersamaan dengan itu, mampu memahami dunia lain yang non fisik. Kesunyataan ke dua dari Teratai Putih , mengatakan bahwa ; Azas yg memberi hidup bersemayam didalam diri kita, di sekitar kita, tidak bisa mati dan Abadi, tidak dapat didengar, dilihat ataupun dicium, akan tetapi dapat difahami oleh mereka yg ingin mengetahuinya. Kita harus berusaha menyingkirkan selubung / awan yg menutupi mata batin kita, agar dapat melihat azas itu bekerja. Suatu persepsi yg intuitif atau spiritual sangat diperlukan untuk mendaki Tangga Kencana. Anak Tangga ke Enam : A Brother liness for one's co-disciple. / Merasa saudara terhadap sesama siswa. Merasa saudara terhadap sesama karena lenyapnya aling2/selubung. Pada anak tangga keenam kita menerima pencurahan rasa terima kasih dan persaudaraan yg meliputi semua dan semua yg diciptakan, maka tidak ada barang atau mahluk hidup yg
dipisahkan karena sudah tidak ada pembatasan. Kesadaran persaudaraan adalah kesatuan kesadaran, jadi tidak ada yg diluar juga tidak ada yg disampingnya. Sesungguhnya amat sulit untuk mencapai persaudaraan yg meliputi segalanya dan semuanya. Fakta ini mengumandangkan kesunyataan Tujuan Pertama Perhimpunan Theosofi. Anak Tangga ke Tujuh : A readiness to give and receive advice and instruction / Kesediaan untuk memberi dan menerima nasihat dan petunjuk (instruksi). Memberi nasihat dengan sungguh2 dan bijaksana bila hal itu diterimanya, menimbulkan hal yg baik. Bilamana kita memberi, kita memikul tanggung jawab. Acapkali kita merasa tersinggung bilamana nasihat kita tidak dihargai, yg sesungguhnya kita harus belajar sopan dan tenang dalam hal semacam itu. Sebagaimana kita semua sesama siswa pada Tangga Kencana , maka kita juga bersamaan pelajar sekaligus pengajar dari semua disekitar kita. Kita bukan hanya pelajar dari mereka yg berada tingkatan diatas kita pada Tangga dan pengajar dari mereka yg berada dibawah kita. kita adalah pelajar maupun pengajar dari semua yg mendaki Tangga, pada tingkat manapun. Tampaknya aneh tapi inilah Kesunyataan yg penting. Anak Tangga ke Delapan : A loyal sense of duty to the Teacher. / Kesetiaan atau raaa tulus ikhlas akan kewajiban terhadap sang Guru. Langkah selanjutnya pada anak tangga ke Delapan mempunyai hubungan antara Guru dan Siswa yg meminta kepada kita rasa kewajiban yg sungguh2 terhadap sang Guru, karena dalam kehidupan spiritual / esoteris ini merupakan hukum. Kapan saja kita bekerja dengan orang lain dan belajar dari dia, kita punya Dharma / Kewajiban terhadap Guru tersebut. Ikatan terbertuk antara pelajar dan pengajar yg sama kuat, atau bahkan lebih kuat dari pada ikatan antara keluarga, karena Guru adalah orang tua spiritual dari pelajar. Berhubung dengan itu syarat yg diminta kepada kita adalah
sikap jujur dan loyal terhadap mereka yg kita hormati sebagai Guru2 kita. Anak Tangga ke Sembilan : A Willing obedience to the behests of Truth, Once we have placed our confidence in , and believe that Teacher to be in possession of it. / Setia dan Patuh akan perintah2 Kebenaran, bilamana kita telah sekali Yakin kepadanya dan percaya bahwa sang Guru / Master / Super Human / Manusia Sempurna, memilikinya. Sebagai alternatif kita dapat memandang Guru itu sebagai Diri Luhur kita sendiri / Guru Batin. Didalam buku the Voice of the Silence HPB mengkaitkan sang Guru pada Diri Luhur / Diri Batin. Bahkan dalam Sekolah Esoteris, kewajiban yg diterima siswanya bukan terhadap Dia namun terhadap Diri Luhurnya sendiri. Bilamana pelajar/siswa diterima oleh dan dikaitkan dengan salah satu MASTER, bukanlah personalitasnya yg dikaitkan akan tetapi Diri Luhur / Individualitasnya, yg dikaitkan oleh salah satu MASTER , dan kaitan/hubungan ini berlanjut melampaui kehidupan2 selanjutnya dan karena itu adalah masalah Diri Luhur/Individualitas. Karena itu kita bisa membedakan antara Diri Luhur/ Guru Batin dan Master / Guru Luhur. Pengajaran biasanya datang pada kita bukan langsung dari Guru Luar /Guru Luhur, namun biasanya terlebih dahulu melalui Guru Batin kita masing2. Anak Tangga ke Sepuluh. A Courageous endurance of personal injustice. / menerima dengan tabah ketidak adilan terhadap dirinya. Diantara kita siapa yg belum pernah mengalami atau telah mengalami ketidak adilan terhadap dirinya ? Dan bagaimana memecahkannya ? Dan bagaimana reaksi kita ? Apakah kejahatan dibalas dengan kejahatan pula, atau sebaliknya kejahatan dibalas dengan Cinta Kasih. Setiap orang harus mengalami sendiri pelajaran ini, sebab setiap reaksi yg salah atas ketidak adilan yg dideritanya membawa akibat karmis. Bilamana pelajaran tersebut tidak kita Praktekan
selamanya kita terus menerus memikul rantai kesulitan dan ketidak adilan. Siswa yg mempraktekan disiplin Tangga Kencana tidak membela diri terhadap serangan2, bila serangan itu adil, ia akan mawas diri namun jika serangan itu tidak adil, ia tidak menanggapinya dengan ngotot membenarkan diri sendiri. Hal ini bukan anjuran yg mudah diterima. HPB sendiri mengalami masa sulit dalam mempraktekannya, dorongannya selalu untuk membela diri dan menyerang balik. Maka jika Upasika agung sendiri kadang2 gagal dalam hal ini, kita tidak perlu menyalahkan diri sendiri akan kegagalan yg mirip. Tapi prinsipnya kita tahu. Jangan melawan kejahatan dengan kejahatan juga, melainkan dengan Cinta Kasih. Mari kita semua keluarga besar Perwathin berusaha semampu kita masing2 Anak Tangga ke Sebelas : A brave declaration of principles / Mengumumkan dengan berani asas-asas. Ada perbedaan antara pembenaran-diri / pembelaan-diri dengan berdiri teguh bagaikan batu karang pada suatu prinsip/asas. Meskipun kita tidak boleh bertahan dalam menanggapi serangan terhadap dirinya, namun kita harus jelas dan tegas mengenai prinsip dasar perbuatan kita, kita harus menyatakan apa yg kita pahami sebagai asas2 yg benar, bukan sebagai pembenaran diri sendiri, tetapi sebagai pernyataan Kesunyataan dasar. Seperti pelajaran yg diberikan oleh Sri Krishna kepada Arjuna dala Bhagawat Gita : Kita harus bertindak bukan demi hasilnya, melainkan atas dasar pengabdian pada Kesunyataan dan kewajiban yaitu kita harus bertindak sesuai dengan Dharma kita masing2. Anak tangga ke Duabelas : A Valiant defence of those who are unjustly attacked. / Dengan gagah berani membela mereka yang diserang dengan tidak adil. Kita diperintahkan untuk menahan diri terhadap ketidak adilan pada diri pribadi ( tangga 10 ) . Namun kita sama sekali tidak boleh menahan diri
terhadap serangan tidak adil pada orang lain ( orang yg lemah atau anak2 ). Dalam hal suatu kekejaman dilakukan terhadap yg lemah/anak kecil, maka campur tangan merupakan suatu Kewajiban, karena yg kuat hendak menarik keuntungan dari yg lemah, yg seharusnya dilindunginya. Kita perlu mencegah dan tidak mengizinkan suatu pelanggaran terjadi pada hak-haknya (fihak lemah) atau memperkenankan kebebasan orang lain direngutnya. Bilamana kita tidak dapat membela secara fisik, janganlah lalu diam saja, tatapi harus berbicara sehingga yg diserang merasa bahwa kita ada disampingnya dan siap membantunya. Anak Tangga ke Tiga belas / yg terakhir. And a constant eye to the ideal of human progression and perfection which the Secret Science ( Gupta Vidya ) depicts. / Dan perhatian atau menatap mata, terus menerus akan cita-cita kemajuan dan kesempurnaan kemanusiaan yang digambarkan oleh ilmu gaib/rahasia. Kita akhirnya sampai pada pintu yg terbuka lebar dan kita akan dipersilahkan menginjakan kaki kita di Candi Kebijaksanaan Illahi yang kemudian kita akan melihat Bintang Pendiksa bersinar diatas kita. Sejak saat itu kita bukan lagi sang pendaki gunung juga bukan pencari Kesunyataan lagi. Kita adalah penolong Kemanusiaan, dan siap untuk menjalankan pertolongan dimanapun diperlukan dimuka bumi ini. Kita naik dari tanah datar sampai ke puncak melalui Tangga Kencana. kita maju dalam kurun waktu yg telah kita tentukan sendiri, pada akhirnya kita merupakan Soko Guru dari Candi kemanusiaan. Perjalanan / Evolusi kita memang sangat panjang sampai jutaan tahun dan melalui ratusan inkarnasi, konon dikatakan manusia pada umumnya dilahirkan 777 kali reinkarnasi, namun kita sebagai keluarga besar Perwathin sebisa mungkin dilahirkan kurang dari 777 kali, makin maju kita dijalan makin sedikit kita dilahirkan didunia. Contohnya sang Sidharta cuma 560 kali inkarnasi, beliau telah mencapai Super
Human.
www.theosophysemarang.wordpress.com